Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Dan Pelatihan Pada Pusdiklat Menggunakan Togaf.

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PADA PUSDIKLAT MENGGUNAKAN TOGAF

YUDHI TRISNA ATMAJAYA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis dan Perancangan
Sistem Informasi Manajemen Pendidikan dan Pelatihan pada Pusdiklat
Menggunakan TOGAF adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2016
Yudhi Trisna Atmajaya
NRP G652120125

RINGKASAN
YUDHI TRISNA ATMAJAYA. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi
Manajemen Pendidikan dan Pelatihan Pada Pusdiklat Menggunakan TOGAF.
Dibimbing oleh WISNU ANANTA KUSUMA dan IRMAN HERMADI.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah merambah di
berbagai bidang termasuk perpustakaan. Perkembangan ini memaksa perpustakaan
untuk menggunakan komponen TIK dalam melaksanakan layanan kepada
pemustaka. Hal tersebut juga berlaku pada Perpustakaan Nasional RI selaku
perpustakaan Pembina bagi seluruh perpustakaan yang ada di Indonesia.
Pemanfaatan TIK diawali dengan adanya Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007
tentang Perpustakaan yang memberikan amanah mengenai pemanfaatan TIK di
lingkungan kerja, meskipun sampai saat ini pemanfaatan TIK belum secara
menyeluruh dilaksanakan di tiap unit kerja.
Pengembangan sistem informasi manajamen merupakan bentuk pemanfaatan
TIK di unit kerja yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja pegawai.

Pengembangan sistem informasi manajamen dapat dilakukan dengan menggunakan
bantuan Enterprise Architecture Framework (EAF). Ada banyak EAF yang dapat
digunakan, salah satunya adalah TOGAF. TOGAF, selain fleksibel, juga memiliki
architecture development method (ADM) yang dapat digunakan untuk merancang
sistem informasi manajemen yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi suatu unit
kerja. Perancangan sistem informasi manajemen juga dibantu dengan menggunakan
Unified Modelling Language (UML). UML merupakan metode perancangan sistem
informasi menggunakan model-model yang berupa use case diagram, class
diagram, activity diagram dan sequence diagram.
Penelitian diawali dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian,
dilanjutkan dengan studi pustaka. Tinjauan teoritis dan referensi yang relevan
kemudian digunakan pada fase-fase TOGAF ADM. Fase dalam TOGAF ADM
yang digunakan hanya ada 3 (empat) yaitu 1) fase architecture vision, yang
digunakan untuk menyamakan arah antara tujuan perancangan sistem informasi
manajemen dengan visi dan misi organisasi; 2) fase business architecture, yang
digunakan menggambarkan aktivitas bisnis yang ada pada unit kerja termasuk di
dalamnya adalah siklus diklat serta analisis lingkungan bisnis Pusat Pendidikan dan
Pelatihan; dan 3) fase information system architecture, yang dibagi menjadi 2 (dua)
tahap: a) arsitektur aplikasi, yang menghasilkan portofolio aplikasi program dan
evaluasi diklat; b) arsitektur data, yang menghasilkan model arsitektur data

menggunakan use case diagram, class diagram, activity diagram dan sequence
diagram.
Fase architecture vision menghasilkan: a) daftar para pemangku kepentingan
yang berkaitan dengan sistem informasi manajemen diklat seperti pejabat dan staf
di lingkungan Pusdiklat, pengajar dan peserta diklat, b) opsi-opsi yang dapat
digunakan dalam business capability assessment untuk mencapai tujuan organisasi,
c) domain arsitektur yang digunakan dalam perancangan yaitu domain bisnis, data
dan aplikasi, d) prinsip-prinsip arsitektur berdasarkan TOGAF seperti
understandable, robust, complete, consistent, dan stable.
Fase business architecture memberikan gambaran bagaimana alur kerja yang
terjadi pada Pusdiklat yang diawali dengan kajian kebutuhan diklat yang

dilanjutkan dengan penetapan program diklat serta alat-alat diklat yang mendukung
penyelenggaraan diklat. Dari alur kerja tersebut kemudian ditetapkan baseline
arsitektur bisnis dan target arsitektur bisnis yang kemudian dianalisis dengan
menggunakan gap analysis.
Baseline aplikasi dan target aplikasi ditentukan dalam arsiktektur aplikasi
sebagai dasar untuk melakukan analisis kesenjangan. Analisis tersebut digunakan
untuk menentukan pola solusi aplikasi berupa portofolio aplikasi program diklat
dan portofolio evaluasi diklat. Arsitektur data menghasilkan kebutuhan fungsional

para aktor. Aktor yang dihasilkan adalah administrator, guest, pengajar, peserta dan
pejabat, sedangkan sebagian kebutuhan fungsionalnya adalah mengelola program
diklat; mencari dan mencetak program diklat; mengelola evaluasi; mencari dan
mencetak evaluasi; dan mencetak sertifikat.
Berdasarkan hasil penelitian, kebutuhan fungsional sistem informasi
manajemen pendidikan dan pelatihan berhasil disusun dengan menggunakan
TOGAF ADM dan rancangan sistem informasi manajemen pendidikan dan
pelatihan memberikan kemudahan bagi para pemangku kepentingan dalam
keterkaitannya dengan sistem informasi manajemen diklat.
Kata kunci: enterprise architecture framework, sistem informasi manajemen,
TOGAF ADM, UML

SUMMARY
YUDHI TRISNA ATMAJAYA. Analysis and Design of Information Management
System of Education and Training in Pusdiklat Using TOGAF. Supervised by
WISNU ANANTA KUSUMA and IRMAN HERMADI.
Rapid development of information and communication technology (ICT) has
served in various fields including libraries. This development forced many libraries
to use ICT component in implementing services to its users. This also applies to the
National Library as a library of Trustees for all the libraries in Indonesia. Utilization

of ICT begins with Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan
are on the mandate regarding the use of ICT in the workplace, although to date the
use of ICT has not been thoroughly implemented in each work unit.
Management information system development is a form of the use of ICT in
the work unit which is expected to improve employee performance. Manajamen
information system development can be done with the help of Enterprise
Architecture Framework (EAF). There are many EAF can be used, one of which is
TOGAF. TOGAF, in addition to flexible, it also has the architecture development
method (ADM) which can be used to design a management information system that
is in accordance with the duties and functions of a work unit. Management
information system design is also helped by using Unified Modeling Language
(UML). UML is a method of information system design using models such as use
case diagrams, class diagrams, activity diagrams and sequence diagrams.
The study begins with the formulation of the problem and research objectives,
followed by literature. Theoretical overview and relevant references are then used
in the phases of the TOGAF ADM. This phase of the TOGAF ADM used only three
(four), namely 1) the phase architecture vision, which is used to equalize the
direction of the design objectives of management information systems with the
vision and mission of the organization; 2) phase of business architecture, which is
used describe the business activities that exist in the work units including the

training cycle and business environment analysis Centre for Education and
Training; and 3) the phase information system architecture, which is divided into
two (2) phases: a) the application architecture, which resulted in a portfolio of
applications and evaluation of training programs; b) data architecture, which
produces architectural model data using use case diagrams, class diagrams, activity
diagrams and sequence diagrams.
Phase architecture vision resulted in: a) a list of the stakeholders associated
with management information systems training as officers and staff of the Training
Center, teaching and training participants, b) options that can be used in business
capability assessment to achieve the objectives of the organization, c) domain
architecture used in the design is the domain of business, data and applications, d)
the principles of architecture is based on TOGAF as understandable, robust,
complete, consistent, and stable.
Phase business architecture provides an overview of how workflow that
occurs in Pusdiklat that begins with training needs assessment, followed by the
establishment of training programs and tools that support the training of education
and training. From workflow is then determined baseline business architecture and
business architecture targets were then analyzed using gap analysis.

Baseline application and the target application specified in the application

arsiktektur as a base to conduct a gap analysis. The analysis is used to determine
the pattern of the application portfolio of application solutions in the form of
training programs and a portfolio of training evaluation. Data architecture produces
functional needs of the actors. Actor generated is administrator, guest, faculty,
participants and officials, while some functional needs is to manage training
programs; find and print education and training programs; managing the evaluation;
find and print evaluations; and print a certificate.
Based on the research results, the functional requirements of management
information systems education and training successfully prepared using TOGAF
ADM and education management information system design and training makes it
easy for stakeholders in relation to the management information system training.
Keywords: enterprise architecture framework, information management system,
TOGAF ADM, UML

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PADA PUSDIKLAT MENGGUNAKAN TOGAF

YUDHI TRISNA ATMAJAYA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional
pada
Program Studi Magister Teknologi Informasi untuk Perpustakaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof Dr Ir Puji Muljono, MSi

Judul Tesis : Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan
dan Pelatihan pada Pusdiklat Menggunakan TOGAF
Nama
: Yudhi Trisna Atmajaya
NRP
: G652120125

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Eng Wisnu Ananta Kusuma, ST MT
Ketua

Irman Hermadi, SKom MS PhD
Anggota

Diketahui oleh


Ketua Program Studi
Teknologi Informasi untuk
Perpustakaan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Yani Nurhadryani, SSi MT PhD

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:

Tanggal Lulus:

06 Oktober 2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2014 ini ialah

sistem informasi manajemen, dengan judul Analisis dan Perancangan Sistem
Informasi Manajemen Pendidikan dan Pelatihan pada Pusdiklat menggunakan
TOGAF.
Terima kasih penulis ucapkan sebanyak-banyaknya kepada Bapak Dr Eng
Wisnu Ananta Kusuma ST MT dan Bapak Irman Hermadi, SKom MS PhD selaku
pembimbing, serta Bapak Prof Dr Puji Muljono yang telah banyak memberi saran.
Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Kepala Perpustakaan
Nasional dan Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Bapak Agung Sujatmiko dan
Agus Supriana, yang telah memberikan kesempatan dalam penyelesaian karya
ilmiah ini, dan Bapak Ahmad Muslim, Nasrullah dan Nariman yang membantu
dalam memberikan ide dan penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
penyelesaian karya ilmiah. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu, mertua dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan
dukungan serta istri atas segala doa, dukungan dan waktu yang diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2016
Yudhi Trisna Atmajaya

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
2
2
3
3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Enterprise Architecture Framework
The Open Group Architecture Framework (TOGAF)
Sistem Informasi Manajemen
Unified Modeling Language (UML)
Penelitian Sebelumnya

3
3
5
6
9
11
16

3 METODOLOGI PENELITIAN
Tahapan Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian

17
17
19

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Architecture Vision
Business Architecture
Information System Architecture
Arsitektur aplikasi
Arsitektur Data

19
19
23
24
25
28

5 SIMPULAN DAN SARAN

50

DAFTAR PUSTAKA

51

LAMPIRAN

53

RIWAYAT HIDUP

75

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Contoh brief description pada use case diagram
Contoh intermediate description pada use case diagram
Contoh fully develop description pada use case diagram
Keterkaitan pemangku kepentingan dengan kegiatan bisnis
Opsi dalam mencapai tujuan bisnis
Gap analysis arsitektur bisnis
Baseline aplikasi
Target aplikasi
Gap analysis antara baseline untuk mencapai target aplikasi
Pola solusi dan portofolio aplikasi
Daftar kebutuhan sistem
Fully develop description use case mengelola program diklat
Fully develop description use case mencari program diklat
Fully develop description use case mencetak program diklat
Detail kelas yang digunakan dalam pemodelan
Kamus data program diklat
Kamus data admin
Kamus data pengajar diklat
Kamus data peserta diklat

14
14
15
21
22
25
26
27
28
29
30
34
35
36
41
45
46
46
47

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Struktur organisasi Pusdiklat
TOGAM ADM
Perincian domain arsitektur TOGAF dengan TOGAF ADM
Alur kegiatan pada sistem informasi
Klasifikasi pada sistem informasi
Contoh kelas dengan atribut atau metode
Contoh kelas dengan asosiasi antar kelas
Contoh use case diagram
Contoh sequence diagram
Contoh activity diagram
Tahapan penelitian
Siklus diklat
Use case diagram SIM diklat
Activity diagram untuk use case diagram mengelola program diklat
Activity diagram untuk use case diagram mencari program diklat
Activity diagram untuk use case diagram mengelola evaluasi
Activity diagram untuk use case diagram mengelola mencetak
sertifikat
Diagram kelas untuk sistem informasi manajemen pendidikan dan
pelatihan
Detail diagram kelas untuk sistem informasi manajemen pendidikan
dan pelatihan
Sequence diagram untuk use case mengelola program diklat

3
7
9
9
10
12
12
13
15
16
18
23
31
36
37
38
39
42
43
47

21
22

Sequence diagram untuk use case menentukan diklat
Sequence diagram untuk use case mengelola evaluasi

48
49

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Deskripsi Use case Diagram
Activity diagram
Kamus Data
Sequence Diagram

54
61
66
71

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang cepat membuat penerapan teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) dilakukan secara besar-besaran pada bidang industri,
kesehatan, perdagangan, pendidikan bahkan pada pertanian. TIK telah menjadi alat
yang penting bagi banyak pihak untuk membantu pelaksanaan kegiatan baik dalam
tahap mikro maupun makro. Hampir semua organisasi, institusi dan lembaga yang
ada di Indonesia, termasuk perpustakaan, telah mengadopsi TIK di setiap jenjang
kegiatannya.
Implementasi TIK tidak hanya telah mengubah pola pandang mesyarakat
terhadap perpustakaan namun juga mengubah pola pengelolaan perpustakaan
(Suhartika 2004). Senada dengan hal tersebut, Ishak (2008) mengemukakan bahwa
teknologi Informasi dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan pokok perpustakaan
dalam bentuk otomasi perpustakaan dan Perpustakaan digital (digital library).
Otomasi perpustakaan dimaksudkan untuk mengintegrasikan sistem informasi
perpustakaan dengan kegiatan pokok perpustakaan. Perpustakaan digital ditujukan
sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan kembali, melayankan dan
menyebarluaskan informasi ilmu pengetahuan dalam format digital. Perpustakaan
digital sendiri dapat disebut sebagai pengembangan dalam sistem layanan
perpustakaan (Supsiloani 2006). Pelaksanaan otomasi perpustakaan maupun
perpustakaan digital dapat meningkatkan peran perpustakaan dalam meningkatkan
layanan kepada penggunanya.
Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas), yang merupakan salah satu institusi
pemerintah sebagai pengelola dan pemberi layanan informasi, juga menerapkan
teknologi informasi pada pengelolaan seluruh kegiatan perpustakaan dimana hal
tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan pasal 38 ayat 1 yang berbunyi: “Setiap penyelenggara perpustakaan
menyediakan sarana dan prasarana sesuai dengan standar nasional perpustakaan”
serta ayat 2 yang berbunyi “Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dimanfaatkan dan dikembangkan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi
dan komunikasi”.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) sebagai salah satu unit kerja
Perpusnas mempunyai tugas utama untuk melaksanakan pengembangan kurikulum,
program penyelenggaraan dan pengelolaan sarana, serta evaluasi program
pendidikan dan pelatihan (diklat) perpustakaan. Keberadaan sistem informasi
manajemen merupakan hal yang sangat diperlukan untuk membantu efektivitas
penyelenggaraan diklat. Perancangan sistem informasi manajemen merupakan
salah satu cara untuk mencapai terwujudnya sistem informasi manajemen pada
Pusdiklat. Perancangan ini harus merujuk pada proses bisnis utama dari tiap unit
kerja meskipun faktor biaya, waktu serta kualitas sistem informasi merupakan hal
yang sering menjadi kendala.
Perencanaan biaya, waktu dan kualitas sistem informasi manajemen diklat
merupakan bagian dari proses perancangan sistem informasi yang baik.
Perancangan sistem informasi yang baik tidak hanya melakukan perencanaan yang
matang, namun perlu juga untuk memperhatikan sudut pandang perancangan sistem

2
informasi mulai dari penjelasan rinci mengenai arsitektur bisnis yang ada pada unit
kerja, arsitektur data yang akan dipergunakan, arsitektur aplikasi yang akan
dirancang serta arsitektur teknologi yang akan memuat ketiga arsitektur tersebut.
Perancangan sistem informasi manajemen diklat harus selaras dengan
kebutuhan sistem informasi manajemen Program dan Evaluasi Diklat. Keselarasan
tersebut dapat dicapai dengan penggunaan Enterprise Architecture Framework
(EAF). Perancangan sistem informasi manajemen menggunakan EAF telah banyak
dilakukan dengan menggunakan Zachman, DoDaf, TEAF, Gartner dan TOGAF
(Schekkerman 2005). Penggunaan Zachman framework dalam perancangan sistem
informasi telah dilakukan oleh Hakim (2013). Adapun perancangan sistem
informasi menggunakan TOGAF dilakukan oleh Nama (2013), Manuputty dan
Wijaya (2013), Yunis et al (2010) dan Rachmaniah et al (2011).
Perancangan sistem informasi manajemen diklat dilaksanakan dengan
menggunakan TOGAF. Penggunaan TOGAF didasarkan pada hasil penelitian
Schekkerman (2005) yang menjelaskan bahwa TOGAF merupakan framework
yang banyak digunakan dalam perancangan arsitektur enterprise. Selain itu,
TOGAF memiliki Architectural development method (ADM) yang fleksibel
sehingga dapat digunakan dalam merancang sistem informasi manajemen.
Sebagaimana disebutkan di atas, beberapa penelitian terkait dengan
perancangan sistem informasi manajemen menggunakan TOGAF ADM telah
dilaksanakan oleh Nama (2013), Manuputty dan Wijaya (2013), dan Yunis et al.
(2010). Nama (2013) merancang infrastruktur TI Adaptis berbasis cloud computing
dengan TOGAF ADM, Manuputty dan Wijaya (2013) menggunakan TOGAF
sebagai bagian dari tahap perancangan. Yunis et al (2010) menerapkan 5 tahapan
TOGAF ADM pada penelitiannya, yang meliputi business architecture, system
information architecture, technology architecture, migration planning, sampai
dengan implementation Governance. Rachmaniah et al (2013) menggunakan
architecture vision, business architecture, information system architecture, serta
technology architecture sebagai dasar perancangan sistem informasi.
Mengingat pentingnya sistem informasi manajemen bagi Pusdiklat, maka
penelitian ditempuh untuk merancang cetak biru (blueprint) sistem informasi
manajemen program dan evaluasi diklat. Tahapan TOGAF ADM yang dipakai
adalah tahap architecture vision, business architecture, dan information system
architecture, yang mana pemilihan tahap tersebut sesuai dengan penelitian yang
hanya sampai pada langkah rancangan konseptual dan berdasarkan pada penelitian–
penelitian sebelumnya.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan
adalah bagaimana menganalis dan merancang sistem informasi manajemen diklat
untuk Pusdiklat, Perpusnas menggunakan TOGAF ADM.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis dan perancangan sistem
informasi manajemen diklat untuk Pusdiklat menggunakan TOGAF.

3

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain adalah tersedianya dokumen analisis dan
perancangan sistem informasi manajemen diklat sehingga dapat menjadi panduan
dalam implementasi sistem informasi manajemen untuk Pusdiklat.
Ruang Lingkup Penelitian
1. TOGAF ADM yang dipakai dalam perancangan sistem informasi meliputi tahap
architecture vision, tahap business architecture, dan tahap information system
architecture.
2. Sistem informasi manajemen yang dirancang merupakan sistem informasi
manajemen yang disesuaikan dengan proses kegiatan utama (core business)
pada Pusdiklat.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Berdasarkan Pasal 96 Keputusan Kaperpusnas Nomor 3 Tahun 2001,
Pusdiklat merupakan salah satu unit kerja eselon II pada Perpustakaan Nasional RI
yang mempunyai tugas melaksanakan pengembangan kurikulum, program,
penyelenggaraan dan pengelolaan sarana, serta evaluasi program pendidikan dan
pelatihan perpustakaan. Dalam melaksanakan tugas tersebut Kepala Pusdiklat
dibantu oleh 2 (dua) unit kerja eselon III dan 4 (empat) eselon IV. Adapun
pembagian unit-unit yang ada pada Pusdiklat dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1 Struktur organisasi Pusdiklat
Sumber : Perpusnas (2009)
Berdasarkan gambar diatas, tugas pelaksanaan pengembangan kurikulum dan
program serta evaluasi program pendidikan dan pelatihan perpustakaan berada pada

4
unit Eselon III yaitu Bidang program dan Evaluasi Pelatihan. Tugas
penyelenggaraan diklat serta pelengolaan sarana diklat diemban oleh unit Eselon
III yaitu Bidang Penyelenggara Pelatihan.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun
2000 Tentang Pendidikan Dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil mengatur
bahwa pendidikan dan pelatihan (diklat) dalam Jabatan dilaksanakan untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap Pegawai Negeri Sipil (PNS)
agar dapat melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan dengan
sebaik-baiknya. Dalam mencapai hal tersebut maka Pusdiklat membentuk unit kerja
yang menyelenggarakan Diklat Bidang Kepustakawanan. Diklat yang dilaksanakan
oleh Pusdiklat dibagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu diklat Fungsional dan diklat
Teknis Kepustakawanan.
Diklat fungsional kepustakawanan merupakan diklat yang dilaksanakan
untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk dapat
melaksanakan tugas jabatannya secara profesional dengan dilandasi kepribadian
dan etika PNS sesuai dengan kompetensi jabatan fungsional pustakawan, adapun
diklat yang termasuk di dalam diklat fungsional yaitu:
1. Diklat calon pustakawan tingkat ahli (CPTA)
Adalah diklat untuk prasyarat pengangkatan dalam jabatan pustakawan bagi
PNS, yang memiliki ijazah Sarjana (S1)/Diploma IV (D.IV) bidang selain ilmu
perpustakaan, untuk dapat diangkat dalam jabatan fungsional pustakawan.
2. Diklat pustakawan tingkat ahli (Alih Jalur)
Adalah diklat bagi Pustakawan Tingkat Terampil yang memperoleh ijazah
Sarjana (S1)/Diploma IV (D.IV) bidang selain ilmu perpustakaan untuk dapat
diangkat dalam jabatan Pustakawan Tingkat Ahli.
3. Diklat pustakawan tingkat terampil
Adalah diklat untuk prasyarat pengangkatan dalam jabatan pustakawan bagi
PNS, yang memiliki ijazah Diploma II (D.II) bidang selain ilmu perpustakaan,
untuk dapat diangkat dalam jabatan fungsional pustakawan.
Diklat teknis kepustakawanan merupakan diklat yang dilaksanakan untuk
memberikan pengetahuan dan/atau penguasaan ketrampilan di bidang
kepustakawanan sehingga mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
secara profesional, adapun beberapa diklat yang termasuk di dalam diklat teknis
kepustakawanan adalah:
1. Diklat teknis pengelolaan perpustakaan
Merupakan diklat yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi tenaga
pengelola perpustakaan yang memiliki ijazah minimal SMA dalam keterampilan
teknis pengelolaan perpustakaan.
2. Diklat kepala perpustakaan sekolah
Merupakan diklat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan calon kepala perpustakaan sekolah yang memiliki ijazah minimal
S1 atau D4 untuk tenaga pendidik dan minimal D2 Non Ilmu Perpustakaan untuk
tenaga kependidikan. Pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimaksud
mengacu pada UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan dan Permendiknas No.
25/2008 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala/Tenaga Perpustakaan
Sekolah/madrasah.

5
3. Diklat pengelola perpustakaan sekolah
Merupakan diklat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan tenaga pengelola perpustakaan sekolah yang memiliki ijazah
minimal SMA. Pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimaksud mengacu
pada UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan dan Permendiknas No. 25/2008
tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala/Tenaga Perpustakaan
Sekolah/madrasah.
4. Diklat pengenalan pengelolaan perpustakaan sekolah
Merupakan diklat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dasar tenaga pengelola perpustakaan yang memiliki ijazah minimal
SMA dalam mengelola perpustakaan.

Enterprise Architecture Framework
Enterprise Architecture (EA), menurut Federation of EA Professional
Organizations (FEAPO 2013), merupakan praktik yang digunakan untuk
melaksanakan analisis, perancangan, perencanaan dan implementasi enterprise
menggunakan metode pendekatan holistik untuk keberhasilan dan pelaksanaan
strategi. EA menerapkan prinsip dan praktik arsitektur untuk memandu organisasi
melalui perubahan kegiatan, informasi, proses, dan teknologi untuk menjalankan
strategi organisasi. Kegiatan ini menggunakan banyak bagian dari suatu enterprise
untuk mengidentifikasi, memotivasi, dan mencapai perubahan tersebut. Menurut
Tamm et al. (2011), penggunaan EA yang berkualitas pada suatu organisasi akan
memberikan berbagai hasil antara lain : (1) menyediakan gambaran jelas mengenai
sistem yang sesuai dengan rencana strategis organisasi; (2) mengurangi
subjektivitas pada proses pengambilan keputusan yang menghasilkan kesesuaian
antara investasi dengan tujuan organisasi; (3) meningkatkan kesediaan informasi
mengenai sumber daya organisasi, usaha yang dilakukan organisasi, serta data-data
yang disimpan organisasi; (4) optimisasi portofolio sumber daya organisasi; serta
(5) meningkatkan kelengkapan sumber daya organisasi.
Dalam pengembangan sebuah enterprise architecture akan lebih baik dan
lebih mudah jika mengikuti sebuah kerangka berpikir tertentu yang biasa disebut
framework. Framework dapat diartikan sebagai suatu ide, pemikiran, dan konsep
yang digunakan untuk membuat pemikiran lain yang lebih spesifik dalam suatu
obyek. Framework juga dapat digunakan untuk mengelompokkan suatu organisasi
yang penting bagi manajemen organisasi tersebut dan digunakan juga dalam
pengembangan sistem perusahaan yang akan datang. Dengan demikian, kerangka
berpikir dalam pengembangan enterprise architecture tersebut dikenal dengan
istilah enterprise architecture framework (EA framework).
Enterprise architecture framework adalah suatu dokumentasi mengenai cara
bagaimana membangun suatu arsitektur enterprise (Cretu 2014). Beberapa EA
framework yang paling banyak digunakan adalah TOGAF Framework, Zachman
Framework, FEAF Framework, dan DOD Framework.

6
The Open Group Architecture Framework (TOGAF)
TOGAF pertama kali dikembangkan pada tahun 1995 yang didasarkan pada
pengembangan Technical Architecture Framework for Information Management
(TAFIM). TOGAF yang awalnya merupakan framework teknis (technical
framework), kemudian berkembang pesat menjadi enterprise framework pada tahun
2003 (Desfray dan Raymond 2014).
TOGAF, menurut Harrison et al. (2009) merupakan alat atau media yang
digunakan untuk membantu pengembangan, penggunaan, penerimaan, dan
perawatan arsitektur enterprise. TOGAF dibuat dengan model proses iteratif yang
didukung dengan set arsitektur yang dapat digunakan berulang-ulang. Hal tersebut
yang membuat TOGAF menjadi salah satu EAF yang banyak digunakan dalam
perancangan arsitektur enterprise (Schekkerman 2005). Selain hal tersebut,
TOGAF telah lama dijadikan acuan pengembangan enterprise architecture karena
TOGAF mampu memenuhi kebutuhan akan framework yang dapat memfasilitasi
penggunaan praktik arsitektur pada berbagai komunitas (Desfray dan Raymond
2014).
TOGAF, menurut Josey et al (2011), sebagai standar enterprise architecture
(EA), memiliki 4 (empat) domain sebagai area utama pada arsitektur enterprise.
Hal senada juga dikemukakan oleh Desfray dan Raymond (2011) bahwa TOGAF
menyuguhkan empat domain sebagai subjek dari enterprise architecture. Keempat
domain adalah:
1. Arsitektur Bisnis (Business Architecture), yaitu arsitektur dari TOGAF yang
mengelola strategi bisnis serta penanganan proses bisnis suatu organisasi atau
pemerintah,
2. Arsitektur Data (Data Architecture), yaitu arsitektur dari TOGAF yang
mengelola struktur aset data logis (logical) dan fisik (physical) serta manajemen
sumber data organisasi,
3. Arsitektur Aplikasi (Application Architecture), yaitu arsitektur dari TOGAF
yang bertindak sebagai rancangan awal/cetak biru (blueprint) untuk aplikasi
yang dipasang, interaksi antar aplikasi, serta hubungan aplikasi dengan proses
bisnis utama suatu organisasi.
4. Arsitektur Teknologi (Technology Architecture), yaitu arsitektur dari TOGAF
yang mengelola perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware)
yang mampu menyokong peran dari ketiga arsitektur di atas. Termasuk di dalam
arsitektur ini adalah infrastruktur teknologi informasi, middleware, network,
komunikasi, proses dan standar arsitektur.
TOGAF 9.1 memiliki komponen utama yaitu Architectural development
method (ADM). TOGAF ADM merupakan suatu proses atau alat yang digunakan
untuk menjelaskan tata cara pembangunan, pengembangan, implementasi suatu
arsitektur enterprise untuk organisasi. ADM, menurut Josey et al (2011),
merupakan komponen utama TOGAF serta berfungsi untuk memberikan panduan
untuk berbagai level arsitektur. Senada dengan Josey et al (2011), Desfray dan
Raymond (2014) mengemukakan bahwa ADM merupakan titik pokok utama (main
entry point) dalam dokumen TOGAF yang berupa roda tahapan dari setiap metode.
TOGAF ADM, menurut Cameron dan McMillan (2013), menawarkan
fleksibilitas dalam penggunaan elemen ADM, penggunaan arsitektur yang handal,

7
keberpihakan atau netralitas pada semua vendor serta sesuai dengan sebagian besar
standar industri (enterprise). TOGAF ADM yang fleksibel merupakan dasar dari
banyaknya perancangan sistem informasi enterprise yang menggunakan ADM
(Schekkerman 2005). Selain fleksibel, TOGAF ADM, memiliki panduan metode
yang komprehensif dalam hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan antar
framework enterprise, penyediaan informasi tentang sumber teknologi informasi,
serta penyediaan dukungan arsitektur enterprise yang detil pada tahap
pengembangan dan implementasi (Urbaczewski dan Mrdalj 2006).
Adapun Tahapan dari TOGAF ADM dapat kita lihat dari Gambar 2.

Gambar 2 TOGAM ADM
Sumber : The Open Group (2011)
Dalam Gambar 1, TOGAF memiliki 1 (satu) bagian preliminary dan lingkar
ADM yang berisi 8 (delapan) fase utama untuk pengembangan framework (The
Open Group 2011), yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Preliminary
Preliminary menjelaskan mengenai persiapan dan inisiasi yang diperlukan
untuk memenuhi tujuan bisnis untuk perancangan arsitektur baru, termasuk
didalamnya adalah pendefinisian kerangka arsitektur dan prinsip pembuatan
arsitektur.
2.
Fase A, Architecture Vision
Fase Architecture Vision merupakan bagian dari TOGAF yang mencakup
penetapan batasan dari sebuah arsitektur, penetapan visi sebuat arsitektur, serta
akses untuk pengembangan arsitektur. Tujuan inti dari tahap ini adalah adanya

8
keseragaman cara pandang mengenai arsitektur yang akan dibangun sesuai dengan
visi misi dan tujuan organisasi.
3.
Fase B, Business Architecture
Fase ini merupakan tahap untuk menetapkan strategi bisnis pada
pengembangan arsitektur sesuai dengan visi pengembangan arsitektur. Pemantapan
aspek organisasi, fungsi, proses, informasi serta tata letak merupakan bagian
strategi bisnis.
4.
Fase C, Information Systems Architectures
Fase Information Systems Architectures merupakan tahap pengembangan
arsitektur sistem informasi. Penjabaran arsitektur sistem informasi pada fase ini
meliputi arsitektur data dan arsitektur aplikasi. Pengembangan arsitektur data dan
arsitektur aplikasi dalam fase ini berfungsi sebagai penerapan arsitektur bisnis
(tahap B) dan visi pengembangan arsitektur (tahap A).
5.
Fase D, Technology Architecture
Fase ini merupakan pengembangan arsitektur pada domain teknologi dengan
menggunakan sumber teknologi yang relevan sehingga aplikasi, data sera visi
pengembangan arsitektur dapat dipakai. Pengembangan arsitektur teknologi
dimulai dari penentuan jenis kandidat teknologi yang diperlukan dengan
menggunakan Technology Portfolio Catalog yang meliputi perangkat lunak dan
perangkat keras. Dalam fase ini juga mempertimbangkan alternatif-alternatif yang
diperlukan dalam pemilihan teknologi.
6.
Fase E, Opportunities and Solutions
Fokus dari fase ini adalah implementasi arsitektur. Bagian dari fase ini adalah
pembuatan garis besar langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam
mengimplementasikan arsitektur yang sudah dibuat di tahap-tahap sebelumnya,
menetapkan apa yang akan dibeli, dibangun, atau digunakan kembali, dan juga
bagaimana target arsitektur yang telah dibuat akan diimplementasikan. Pada fase
ini akan dimulai dengan rencana implementasi dan identifikasi dari cara realisasi
arsitektur yang telah didefinisikan pada fase sebelumnya.
7.
Fase F, Migration Planning
Migration Planning merupakan deskripsi langkah-langkah detail mengenai
perpindahan dari arsitektur lama menuju arsitektur baru. Aktivitas mencakup
penafsiran ketergantungan, biaya, manfaat dari proyek migrasi yang bervariasi.
8.
Fase G, Implementation Governance
Fase ini merupakan tahap pengawasan terhadap implementasi arsitektur. Di
dalam fase ini terdapat pula kegiatan perumusan rekomendasi pelaksanaan
implementasi arsitektur sesuai dengan tujuan pembuatan arsitektur.
9.
Fase H, Architecture Change Management
Dalam fase ini dilaksanakan penilaian performa dari arsitektur yang sedang
berjalan serta merekomendasikan perubahan jika diperlukan. Dalam fase ini
terdapat penetapan prosedur untuk mengatur perubahan ke arsitektur yang baru.
Empat domain yang ada pada TOGAF dielaborasikan pada fase – fase yang
ada pada ADM: business architecture pada bagian B, data architecture dan
application architecture pada bagian C sebagai fase Information system
architecture, serta technology architecture pada bagian D (Desfray dan Raymond
2014). Secara lebih jelas hubungan terebut dapat digambarkan sebagai berikut:

9

Gambar 3 Perincian domain arsitektur TOGAF dengan TOGAF ADM
Sumber : Desfray dan Raymond (2014)

Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi dibangun untuk alasan yang berbeda-beda namun umumnya
dirancang untuk memenuhi tujuan yang sama yakni untuk memenuhi kebutuhan
informasi individu atau pihak yang berkepentingan atas informasi tersebut. Pada
kondisi tertentu, sistem informasi dirancang untuk mendukung pengambilan
keputusan suatu instansi/lembaga/organisasi dalam menerapkan strategi yang
efektif dan efisien menyukseskan program kegiatan yang dilaksanakan.
Dengan tujuan tersebut maka sistem informasi membutuhkan individu,
perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, sumber data, serta kebijakan yang
mendukungnya. Hal ini sesuai dengan Stair dan Reynolds (2012) yang menyatakan
bahwa sistem informasi merupakan suatu kumpulan elemen-elemen atau berbagai
komponen yang berfungsi untuk mengoleksi (input), memanipulasi (proses),
menyimpan, menyebarkan data dan informasi serta menyediakan proses koreksi
(feedback mechanism) untuk memenuhi tujuan yang ada.

Gambar 4 Alur kegiatan pada sistem informasi
Sumber : Stair dan Reynolds (2010)
Gambar 3 merupakan siklus kegiatan sistem informasi yang dijabarkan oleh
Stair dan Reynolds (2012). Sistem informasi di atas terdiri dari:
1. input, merupakan aktifitas mengumpulkan dan mengoleksi berbagai macam
data mentah (raw data);

10
2. processing, merupakan aktifitas mengolah data menjadi informasi. Termasuk di
dalam pengolahan data adalah perhitungan, pembandingan antar data,
pengambilan tindakan terhadap data serta penyimpanan data untuk digunakan
kemudian;
3. output, merupakan hasil akhir dari pengolahan data (processing). Hasil akhir
pengolahan data tersebut berupa informasi yang dapat berbentuk dokumen atau
laporan;
4. feedback, merupakan suatu informasi dari sistem yang digunakan sebagai dasar
perubahan pada kegiatan input atau pengolahan data (processing).
Dalam sistem informasi, kegiatan tersebut di atas dibutuhkan sebagai satu
kesatuan. Jika satu atau lebih komponen itu tidak ada, maka sistem informasi tidak
akan dapat melakukan fungsi dengan baik, sehingga informasi yang dihasilkan
kurang relevan, tepat waktu dan akurat. Pengelolaan data dan informasi melalui
sistem informasi sehingga menjadi relevan, akurat dan bermanfaat untuk
kepentingan institusi atau organisasi, membutuhkan suatu sistem yang dinamakan
manajemen sistem informasi.
Menurut O’Brien dan Marakas (2010), sistem informasi dapat
diklasifikasikan menjadi 2 (dua) yaitu operations support system dan management
support system. Operations support system merupakan sistem informasi yang
memberikan berbagai variasi informasi namun tidak memberikan informasi yang
spesifik bagi pihak manajerial. Management support system merupakan sistem
informasi yang bertujuan memberikan informasi dan dukungan yang spesifik dalam
pengambilan keputusan bagi pihak manajerial. Manajemen sistem informasi sendiri
merupakan salah satu tipe dari sistem informasi yang termasuk dalam management
support system. Hal tersebut dapat dilihat dari gambar dibawah ini:

Gambar 5 Klasifikasi pada sistem informasi
Sumber : O’Brien dan Marakas (2010)
O’Brien dan Marakas (2010) mengemukakan bahwa sistem informasi
manajemen merupakan sistem informasi yang bertujuan untuk menghasilkan
informasi dalam bentuk laporan untuk pengambilan keputusan. Hal senada

11
dikemukakan oleh Oke (2009) bahwa manajemen sistem informasi sebenarnya
adalah sistem terintegrasi yang mengubah suatu data (inputs) menjadi laporan
(outputs) untuk membantu pengambilan keputusan melalui berbagai proses yang
menggunakan sistem informasi.
Unified Modeling Language (UML)
UML adalah standar de facto untuk pemodelan berorientasi objek yang
menggunakan notasi grafik (Sommerville 2011). Menurut Rumbaugh et al. (2005)
UML adalah bahasa standar untuk membuat rancangan software, sedangkan
menurut Satzinger (2005), UML adalah suatu set standar konstruksi model dan
notasi dikembangkan secara khusus untuk pengembangan berorientasi objek.
UML biasanya digunakan untuk menggambarkan dan membangun, dokumen
artifak dari sistem dengan banyak software (software–intensive system). UML
disebut juga sebagai bahasa pemodelan dan bukan notasi pemodelan karena UML
memungkinkan mewakili berbagai aspek dari sistem, bukan hanya dari sisi desain
(Jalote 2008).
Banyak pemodelan sistem informasi yang memakai notasi grafik
menggunakan UML sebagai dasar pemodelan. Penggunaan UML memungkinkan
untuk mendefinisikan komponen yang akan digunakan untuk merancang sistem
serta menjelaskan antarmuka yang akan dipakai dalam menghubungkan antar
komponen tersebut (Pressman 2001).
Pemodelan sistem pada UML, menurut Pressman (2001), direpresentasikan
menggunakan 5 (lima) tampilan (views). Kelima tampilan ini didefinisikan
menggunakan satu set diagram. Adapun 5 (lima) tampilan UML adalah :
1.
Tampilan User Model. Pandangan ini merepresentasikan sistem (produk) dari
perspektif pengguna. Use-case digunakan sebagai pendekatan dalam
pemodelan sistem.
2.
Tampilan Structural Model. Data dan fungsi dipandang dari perspektif sistem,
sehingga pemodelan dilakukan pada struktur statis seperti class, object, dan
relationship.
3.
Tampilan Behavioral Model, merupakan bagian dari model analisis yang
merepresentasikan aspek dinamis atau perilaku dari suatu sistem. Hal ini juga
menggambarkan interaksi atau kolaborasi antara berbagai elemen struktur
yang dijelaskan dalam User Model dan Struktural Model.
4.
Tampilan Implementation Model. Aspek struktural dan perilaku dari sistem
direpresentasikan sebagaimana sistem tersebut akan dibangun.
5.
Tampilan Environment Model. Representasi dari aspek struktural dan
perilaku suatu lingkungan (environment) di mana sistem ini akan
diimplementasikan.
Secara umum analisis pemodelan (analysis modeling) menggunakan UML
berfokus pada tampilan user model dan structural model, sedangkan pemodelan
untuk rancangan (design modeling) focus pada tampilan behavioral model,
implementation model, dan environmental model.
Selain memiliki tampilan (views) yang cukup banyak dalam melakukan
pemodelan sistem, UML memiliki diagram set yang mampu merepresentasikan

12
pentingnya suatu pemodelan sistem. Ada beberapa tipe diagram yang paling dapat
digunakan pada UML, yaitu:
1.
Class diagram
Diagram kelas yang terdapat pada UML merupakan diagram yang digunakan
untuk menunjukkan kelas-kelas objek yang ada pada suatu sistem (Satzinger
2005). Diagram kelas merupakan standar dari pemodelan suatu sistem
berorientasi objek. Menurut Rosa dan Shalahuddin (2014), tujuan utama
dalam pembuatan diagram kelas adalah untuk membantu pembuat program
untuk membuat perangkat lunak yang sesuai atau sinkron dengan
dokumentasi perancangan. Pembuatan perangkat lunak yang sesuai dengan
dokumentasi perancangan akan membantu terlaksananya tujuan pembuatan
perangkat lunak yang sesuai dengan core bisnis unit kerja.
Class diagram memiliki beberapa notasi yaitu:
a. Kelas (class), merupakan objek (orang, tempat, atau benda) yang
informasinya akan tersimpan pada sistem. Kelas memiliki 3 (tiga) area
pokok yaitu nama kelas, atribut dan metode. Kelas, pada diagram kelas,
digambarkan dengan bentuk persegi panjang.
b. Atribut, merupakan property (karakteristik) bawaan yang dimiliki oleh
suatu kelas.
c. Metode atau operasi, merupakan tindakan atau fungsi yag dapat dilakukan
oleh suatu kelas.
d. Asosiasi, merupakan hubungan antara satu atau beberapa kelas dengan
kelas yang lainnya. Hubungan ini digambarkan dengan garis antar kelas.
Evaluasi
-id_evaluasi
-nama
-nama_diklat
-jenis_diklat
-tempat
-tahun
-nilai
+create()
+modify()
+delete()

Gambar 6 Contoh kelas dengan atribut atau metode
Dibawah ini dapat kita lihat gambar yang dapat menjadi contoh mengenai
class diagram.
Evaluasi

Pengevaluasi
1

-Id
-Nama
-UnitKerja

1..*

EvaluasiPeserta
-Id
-Nama
-UnitKerja

-id_evaluasi
-nama
-nama_diklat
-jenis_diklat
-tempat
-tahun
-nilai
+create()
+modify()
+delete()
EvaluasiPengajar
-Id
-Nama
-UnitKerja

Gambar 7 Contoh kelas dengan asosiasi antar kelas

13
2.

Use case diagram
Definisi use case diagram secara sederhana dapat diartikan sebagai
pemodelan sistem dari sudut pandang pengguna (actor). Use case diagram
memberikan gambaran bagaimana suatu sistem berinteraksi dengan satu atau
lebih pengguna (actor).
Terdapat 2 (dua) hal utama pada diagram use case yaitu pengguna (actor) dan
use case itu sendiri (Rosa dan Shalahuddin 2014). Actor merupakan orang,
proses atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem informasi yang akan
dibuat. Use case merupakan fungsionalitas yang disediakan sistem sebagai
unit-unit yang saling bertukar pesan antar unit atau actor.
Setiap use case dilengkapi dengan deskripsi dan skenario (Satzinger, et al
2010). Deskripsi use case merupakan detail proses yang terdapat pada use
case. Skenario use case merupakan alur kerja proses use case dari sisi aktor
atau sistem. Skenario ini dibuat per use case terkecil, dengan demikian
apabila terdapat generalisasi pada use case maka skenario yang dibuat
merupakan use case yang lebih khusus.
Gambar 6 menunjukkan contoh use case diagram yang mengelaborasikan
suatu fungsi interaksi antara beberapa aktor.
Menentukan jadwal
diklat

Mengelola program
diklat

Pengajar

Mengelola evaluasi

Gambar 8 Contoh use case diagram
Use case yang telah dibuat memuat informasi yang kemudian dijabarkan ke
dalam use case description. Use case description memuat dan menjelaskan proses
dari suatu use case. Menurut Satzinger et al (2010), deskripsi yang ada pada use
case diagram terbagi menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:
a. Brief description, yaitu merupakan deskripsi yang mencatat mengenai
detil pemrosesan dari suatu use case.
Tabel 1 Contoh brief description pada use case diagram
Aktivitas yang dilakukan oleh admin, pengajar diklat, peserta
diklat dan user untuk melakukan pencarian program berdasarkan kata
kunci atau memakai kategori tertentu. Aktor melihat hasil pencarian
dengan cara memilih salah satu hasil pencarian tersebut. Hasil yang
ditampilkan dapat dicetak berdasarkan permintaan.
b. Intermediate description, merupakan perluasan dari brief description
dimana terdapat aliran dari aktivitas use case. Jika terdapat beberapa
skenario, maka setiap aliran dari aktivitas akan dijabarkan secara

14
individual. Pada deskripsi ini, exception conditions
didokumentasikan apabila diperlukan.
Tabel 2 Contoh intermediate description pada use case diagram

dapat

Alur aktivitas menentukan jadwal diklat
Alur utama:
1. Aktor mengakses halaman utama program.
2. Aktor memilih “Tambah jadwal”.
3. Admin memasukkan jadwal yang ada ke kolom yang telah disediakan.
4. Admin menekan tombol simpan. Sistem menyimpan data-data.
5. Sistem menampilkan konfirmasi jadwal telah berhasil disimpan.
Pengecualian:

c. Fully develop description, Merupakan metode yang paling formal
mendokumentasikan sebuah use case. Meskipun memerlukan waktu lebih
untuk mengerjakan, jenis dari use case description ini dapat
meningkatkan kemungkinan akan pemahaman mengenai proses bisnis.
Tabel 3 Contoh fully develop description pada use case diagram
Use case name

Menentukan jadwal diklat

Scenario

Menginputkan jadwal program ke dalam sistem informasi manajemen
program dan evaluasi pelatihan

Triggering Event

Program diklat telah ada.

Brief description

Aktor dapat menginputkan jadwal, sistem memeriksa validitas data, dan
menampilkan pesan berhasil diarsipkan.

Actors
Related use case
Stakeholder
Precondition
Postcondition
Flow of events

Exception
condition

Admin.
Admin pada unit kerja Program.
Aktor harus login; Jadwal harus ada dan siap di-input.
Sistem informasi akan menyimpan jadwal yang telah ditambahkan.
Actors
System
1. Admin login ke dalam 1. Memeriksa
username
dan
sistem.
password
2. Aktor
mengakses 2. Sistem menampilkan halaman
halaman utama program.
utama program.
3. Aktor memilih “Tambah 3. Sistem menampilkan halaman
jadwal”.
untuk menambah jadwal program.
4. Admin
memasukkan 4. Sistem memeriksa apakah datajadwal yang ada ke
data yang di-input sesuai dengan
kolom
yang
telah
kolom yang dimaksud.
disediakan.
5. Admin menekan tombol 5.1 Sistem menyimpan data-data.
simpan.
5.2 Sistem menampilkan konfirmasi
jadwal telah berhasil disimpan.
1. Username atau Password yang diinput tidak sesuai.
a. Sistem menampilkan pesan bahwa username atau password
tidak sesuai,
b. Admin kembali memasukkan username atau password yang
sesuai.

15
3.

Sequence diagram
Menurut Satzinger et al. (2010) Sequence Diagram memiliki tujuan utama
untuk mengidentifikasi kolaborasi kelas dan apakah kelas tersebut harus
mengirim pesan antara satu sama lain. Menurut Rumbaugh et al. (2005), suatu
sequence diagram adalah suatu diagram interaksi yang menekankan pada
pengaturan waktu dari pesan-pesan.
Sequence diagram menampilkan sekumpulan peran dan pesan-pesan yang
dikirim dan diterima oleh instansi yang memegang peranan tersebut.
Sequence diagram menangkap objek dan class yang terlibat dalam skenario
dan urut-urutan pesan yang ditukar antara objek diperlukan untuk
melaksanakan fungsionalitas skenario. Sequence diagram berasosiasi dengan
use case selama proses pengembangan. Dalam Unified Model Language
(UML), objek dalam sequence diagram digambar dengan segiempat yang
berisi nama objek yang diberi garis bawah.
Aktor

mn : Main Menu

apd : ProgramDiklat

login()
pilihProgram()

displayProgram()
cetakProgram()
programTercetak

pesanMencetakBerhasil

Gambar 9 Contoh sequence diagram
4.

Activity diagram
Menurut Satzinger et al. (2010) Activity diagram merupakan sebuah tipe dari
diagram workflow yang menggambarkan tentang aktivitas dari pengguna
ketika melakukan setiap kegiatan dan aliran sekuensial. Activity diagram juga
dapat diartikan sebagai diagram yang menunjukkan penguraian
(dekomposisi) suatu aktivitas besar menjadi aktivitas yang lebih kecil
(Rumbaugh et al. 2005).
Activity diagram menangani sudut pandang sistem secara dinamis. Diagram
ini sangat berguna dalam pemodelan fungsi dalam sistem dan menekankan
pada kontrol aliran di antara o