Pengaruh Varietas, Dosis Pupuk Kandang Ayam Secara Alur Dan Tata Pengaruh Varietas, Dosis Pupuk Kandang Ayam Secara Alur Dan Tata Merr)

PENGARUH VARIETAS, DOSIS PUPUK KANDANG AYAM
SECARA ALUR, DAN TATA LETAK TANAMAN TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI
(Glycine max (L) Merr)

ILHAM LOTTY

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Varietas, Dosis Pupuk
Kandang Ayam Secara Alur dan Tata Letak Tanaman terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merr) adalah karya saya sendiri dengan
arahan dan bimbingan dari Komisi Pembimbing. Karya ini belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.


ABSTRAK
ILHAM LOTTY. Pengaruh Varietas, Dosis Pupuk Kandang Ayam Secara Alur dan Tata
Letak Tanaman terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max (L)
Merr). Dibimbing oleh MUNIF GHULAMAHDI, SUWARTO, dan SUWARNO.
Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting dalam
penyediaan bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri. Laju peningkatan produksi
kedelai di Indonesia belum dapat mengimbangi laju peningkatan kebutuhan masyarakat
dan industri, sehingga jumlah impor kedelai dari tahun ke tahun terus meningkat. Untuk
mengurangi ketergantungan kepada impor, usaha menuju peningkatan produksi kedelai
perlu terus diupayakan. Peningkatan produksi ini dapat ditempuh melalui usaha
intensifikasi dan ekstensifikasi. Faktor luar seperti iklim, tanah, pengelolaan, serta hama
dan penyakit tanaman merupakan faktor yang turut berperan dalam pertumbuhan dan
produksi tanaman kedelai selain faktor dalam yaitu varietas tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh varietas, dosis pupuk
kandang ayam secara alur, dan tata letak tanaman terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman kedelai (G lycine max (L) Merr). Percobaan lapang dilaksanakan di UPTD
Pertanian, Pengembangan Lahan Kering Desa Tenjo Kec. Singabraja Kab. Bogor, Jawa
Barat pada bulan Februari sampai Juli 2006. Penelitian menggunakan rancangan faktorial
tiga faktor dengan dasar rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan. Faktor varietas

terdiri dari 2 jenis yaitu : Varietas slamet dan varietas wilis, faktor dosis pupuk kandang
ayam secara alur terdiri dari 4 taraf : Tanpa pupuk, 2 ton ha?¹, 4 ton ha?¹ dan 6 ton ha?¹,
dan faktor tata letak tanaman terdiri dari 2 taraf : Baris tunggal dengan jarak tanam 50 cm
x 10 cm dan baris ganda dengan jarak tanam 70 cm x 30 cm x 10 cm. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa varietas slamet menghasilkan biomassa pada 6 MST tertinggi 6.0 g
bobot kering per tanaman dan produksi terbanyak 1.232 ton ha?¹ biji kering. Perlakuan
dosis pupuk kandang ayam 6 ton/ha menghasilkan bobot kering biomassa pada 6 MST
tertinggi yaitu 8.09 g per tanaman dan produksi sebesar 1.430 ton ha?¹ biji kering. Tata
letak tanaman baris ganda menunjukkan hasil yang lebih baik dibanding dengan baris
tunggal pada variabel pengamatan jumlah daun, bobot kering batang dan laju tumbuh
relatif (LTR) baik secara tunggal maupun interaksi dengan varietas dan dosis pupuk
kandang ayam secara alur. Kombinasi varietas slamet, dosis pupuk 6 ton/ha dan baris
ganda merupakan perlakuan yang terbaik di antara perlakuan yang dicobakan dalam
penelitian ini.

ABSTRACT
ILHAM LOTTY. The Effect of Variety, Manure Dosage Applied in Band and Layout of
Plant on Growth and Yield of Soybean Plant (Glycine max (L) Merr). Under guidance of
MUNIF GHULAMAHDI, SUWARTO, and SUWARNO
Soybean is one of the most important farming commodities in supplying food,

feed and industrial raw materials. The rate of soybeans production growth in Indonesia
lower than demand for food and industry, therefore the amount of soybean import is
increases every year. In order to decrease import dependences, the effort to improve the
soybeans production is necessary. This increasing production can be achieved by
intensification and agricultural espansion. Besides the main factor of plant varieties, the
other factors, such as climate, soil management, pest and plant disease are factors which
play the role in the plant growth and yield of soybean.
The aim of this research was to examine the effect of variety, manure dosage
applied in band and plant layout on the growth and yield of soybean plant (Glycine max
(L) Merr). The field experiment was carried out at Agriculture UPTD, the development
of dry field of Tenjo Village, Singabraja Sub-district, Bogor Regency, West Java from
February to July 2006. Experiment design applied in this reserach was factorial three
design incoporated in randomized completed block design with three replications. Factor
variety consisting of 2 type : Slamet and Wilis varieties, factor manure dosage applied in
band consisting of 4 levels : Without manure, 2 ton ha?¹, 4 ton ha?¹ and 6 ton ha?¹, and
plant layout consisting of 2 levels : One row 50 cm x 10 cm of plant distance and
Double row 70 cm x 30 cm x 10 cm of plant distance. The result of this research showed
that slamet variety yielded higher plant biomass and dry weight of seed (6.0 g plant?¹ and
1.23 ton ha?¹ respectivenly) than those of wilis variety. The treatment of 6 ton ha?¹
manure resulted in the highest plant biomass and weight of seed, 8.09 g plant, and 1.43

ton ha?¹ verespectinly. The layout of double rows plant showed better result compared
to one row on variable observation of the leaf number, dry weight of stem and relative
growth rate both as independence and is interaction with variety and manure dosage .
Combination of slamet variety, 6 ton ha?¹ of manure dosage, and double rows was the
best treatment among treatments applied in this research.

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

PENGARUH VARIETAS, DOSIS PUPUK KANDANG AYAM
SECARA ALUR, DAN TATA LETAK TANAMAN TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI
(Glycine max (L) Merr)

ILHAM LOTTY

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Penelitian

:

Nama
NRP

:
:

Pengaruh Varietas, Dosis Pupuk Kandang Ayam Secara Alur,

dan Tata Letak Tanaman terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merr)
Ilham Lotty
A351040041

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S
Ketua

Dr. Ir. Suwarto, M.Si
Anggota

Dr. Ir. Suwarno, M.Sc
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Agronomi


Dr. Ir. Satriyas Ilyas, M.S.

Tanggal Ujian : 25 Januari 2007

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S

Tanggal Lulus : 28 Maret 2007

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala karunia-Nya
sehingga penyusunan tesis ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak Februari 2006 ini ialah : Pengaruh Varietas, Dosis Pupuk
Kandang Ayam Secara Alur, dan Tata Letak Tanaman terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merr)
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimah kasih dan penghargaan
kepada Bapak Dr. Munif Ghulamahdi, M.S, Bapak Dr. Ir. Suwarto, M.Si, dan Bapak Dr.
Ir. Suwarno, M.Sc selaku pembimbing, yang telah banyak memberikan pengarahan,

bimbingan, dan koreksi sehingga Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Khairun
Ternate yang telah memberikan izin belajar. Ketua dan staf pengajar pada Program Stud i
Agronomi SPs IPB yang telah berkenan memberikan kesempatan, bantuan dan ilmu
pengetahuan kepada penulis selama mengikuti pendidikan pada program Strata-2
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu Ir. Ida Sriwidaningsi, M.M selaku
kepala (UPTD) Pertanian Lahan Kering Kecamatan Tenjo Kabupaten Bogor dan staf,
yang telah memberikan izin penggunaan lahan dan dukungannya selama pelaksanan
penelitian. Teman-teman Agronomi 2004 terima kasih atas kebersamaannya. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah (Alm), ibu, istri dan anak tercinta, serta
seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat.

Bogor, Maret 2007

lham Lotty

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kao Halmahera Utara pada tanggal 22 Oktober 1974 dari
Ayah (Alm) Syamsudin Lotty dan Ibu Tjili Lasumanga. Penulis merupakan Putra ketiga

dari 8 bersaudara.
Jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA masing- masing diselesaikan tahun 1987,
1990, dan 1993 di Halmahera Utara. Pada tahun 1993 melanjutkan studi ke Universitas
Khairun Ternate, penulis memilih Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Unkhair dan lulus tahun 1997.
Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian,
Universitas Khairun Ternate sejak tahun 2002. Kesempatan untuk melanjutkan ke
program magister pada Program Studi Agronomi, Sekolah Pascasarjana IPB diperoleh
pada tahun 2004. Beasiswa Pendidikan Pascasarjana diperoleh dari Dirjen Pendidikan
Tinggi, Depdiknas.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………..

v

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………….

vi


DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………. vii
PENDAHULUAN ………………………………………………………………..
Latar Belakang .............................................................................................
Tujuan Penelitian .........................................................................................
Hipotesis ......................................................................................................

1
1
3
4

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................................
Tanaman Kedelai ........................................................................................
Varietas Tanaman .......................................................................................
Manfaat Bahan Organik ..............................................................................
Tata Letak Tanaman ...................................................................................

5
5

7
7
9

BAHAN DAN METODE .......................................................................................
Tempat dan Waktu ......................................................................................
Alat dan Bahan ............................................................................................
Metode Penelitian .......................................................................................
Pelaksanan Penelitian .................................................................................
Pengamatan ................................................................................................

11
11
11
11
13
14

HASIL DAN PEMBAHANSAN ...........................................................................
Keadaan Umum Penelitian .........................................................................
Pertumbuhan Tanaman ...............................................................................
Produksi Tanaman ......................................................................................
Bobot Gulma Total .....................................................................................
Korelasi antara Komponen Pertumbuhan dan Produksi ............................

18
18
20
48
52
54

SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................

57

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 58
LAMPIRAN ...........................................................................................................

63

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Stadia vegetatif tanaman kedelai ......................................................................

6

2 Stadia reproduktif tanaman kedelai ..................................................................

6

3 Komposisi unsur hara pupuk kandang ayam yang digunakan dalam
penelitian ...........................................................................................................

19

4 Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang secara alur terhadap rata-rata
tinggi tanaman pada berbagai umur pengamatan .............................................

20

5 Pengaruh kombinasi varietas dan dosis pupuk kandang secara alur
terhadap rata-rata tinggi tanamana pada umur 8 MST ...................................

22

6 Pengaruh varietas, dosis pupuk kandang ayam secara alur
dan tata letak tanaman terhadap rata-rata jumlah daun
pada berbagai umur pengamatan ......................................................................

24

7 Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam
secara alur terhadap rata-rata jumlah cabang ....................................................

25

8 Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur
terhadap rata-rata bobot kering daun pada berbagai umur pengamatan ...........

27

9 Pengaruh varietas, dosis pupuk kandang aya m secara alur dan
tata letak tanaman terhadap rata-rata bobot kering batang pada berbagai
umur pengamatan ..............................................................................................

29

10 Pengaruh kombinasi varietas dan tata letak tanaman terhadap
rata-rata bobot kering batang pada umur 9 MST .............................................

30

11 Pengaruh kombinasi dosis pupuk kandang ayam secara alur
dan tata letak tanaman terhadap rata-rata bobot kering batang pada
pada umur 9 MST ............................................................................................

31

12 Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur
terhadap bobot kering akar pada berbagai umur pengamatan .........................

32

13 Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap
rata-rata bobot kering kulit polong ..................................................................

33

14 Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap
rata-rata bobot kering biji ................................................................................

34

15 Pengaruh dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap
rata-rata bobot bintil akar segar .......................................................................

39

16 Pengaruh kombinasi dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata
letak tanaman terhadap laju asimilasi bersih (LAB) pada umur 2-4 MST .......

40

17 Pengaruh dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata letak tanaman
terhadap rata-rata laju asimilasi bersih (LAB) pada umur 6-8 MST ..............

41

18 Pengaruh dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata letak
tanaman terhadap rata-rata laju tumbuh relatif (LTR)
pada umur 2-4 MST dan 6-8 MST ..................................................................

43

19 Pengaruh kombinasi varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur
terhadap rata-rata kandungan N daun ..............................................................

45

20 Pengaruh kombinasi varietas, dosis pupuk kandang ayam secara
alur dan tata letak tanaman terhadap rata-rata kandungan P daun ..................

46

21 Pengaruh kombinasi varietas, dosis pupuk kandang ayam secara
alur dan tata letak tanaman terhadap rata-rata kandungan K daun ...................

47

22 Pengaruh dosis pupuk kandang ayam secara alur
terhadap rata-rata kandungan Ca daun ...........................................................

48

23 Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur
terhadap rata-rata jumlah polong isi, bobot kering biji pertanaman,
bobot kering biji perpetak dan bobot 100 biji kering .....................................

49

24 Nisbah dominasi total beberapa spesies gulma pada umur 3 MST ...............

52

25 Nisbah dominasi total beberapa spesies gulma pada umur 6 MST ...............

53

26 Pengaruh dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap
rata-rata bobot kering gulma total pada umur 3 dan 6 MST .........................

54

27 Matrik korelasi antara komponen pertumbuhan dan produksi pada
varietas, dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata letak tanaman .......

56

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Pengaruh kombinasi varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur
terhadap tinggi tanaman kedelai pada umur 8 MST .....................................

23

2 Pengaruh dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap
jumlah cabang kedelai ..................................................................................

26

3 Partisi bahan kering ke organ varietas Slamet ..............................................

36

4 Partisi bahan kering ke organ varietas Wilis ................................................

36

5 Partisi bahan kering ke organ dengan tanpa pupuk kandang .......................

37

6 Partisi bahan kering ke organ dengan pupuk kandang ayam 2 ton/ha ........

37

7 Partisi bahan kering ke organ dengan pupuk kandang ayam 4 ton/ha ........

38

8 Partisi bahan kering ke organ dengan pupuk kandang ayam 6 ton/ha ........

38

9 Pengaruh kombinasi dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata letak
tanaman terhadap laju asimilasi bersih (LAB) pada umur 2-4 MST ...........

42

10 Pengaruh dosis pupuk kandang secara alur terhadap
laju tumbuh relatif (LTR) pada umur 2-4 MST ........................................

44

11 Pengaruh dosis pupuk kandang secara alur terhadap
bobot kering biji per tanaman .....................................................................

51

12 Pengaruh dosis pupuk kandang secara alur terhadap
bobot kering biji per petak ..........................................................................

51

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Denah petak percobaan ................................................................................

63

2 Deskripsi varietas slamet .............................................................................

64

3 Deskripsi varietas wilis ................................................................................

65

4 Jenis contoh tanah di lokasi penelitian Desa Singabraja Kec. Tenjo
Kab. Bogor ...................................................................................................

66

5

Rekapitulasi sidik ragam komponen pertumbuhan tanaman
pada berbagai umur pengamatan ................................................................

67

Rekapitulasi sidik ragam bobot kering tanaman (daun, batang, akar,
kulit polong dan biji) pada berbagai umur pengamatan ..............................

68

Rekapitulasi hasil sidik ragam bobot basah dan kering bintil
akar tanaman kedelai ...................................................................................

69

Rekapitulasi hasil sidik ragam laju asimilasi bersih (LAB) dan
laju tumbuh relatif (LTR) pada umur 2-4 MST dan 6-8 MST ....................

69

Rekapitulasi hasil sidik ragam kandungan
N, P, K dan Ca daun tanaman kedelai .........................................................

69

10 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen produksi tanaman kedelai .........

70

11 Rekapitulasi hasil sidik ragam bobot kering gulma total pada umur
3 MST dan 6 MST .......................................................................................

70

12 Partisi bahan kering ke organ varietas Slamet .............................................

71

13 Partisi bahan kering ke organ varietas Wilis ...............................................

71

14 Partisi bahan kering ke organ varietas Slamet dengan
tanpa pupuk kandang ...................................................................................

71

15 Partisi bahan kering ke organ varietas Slamet dengan pupuk kandang
2 ton/ha ........................................................................................................

71

16 Partisi bahan kering ke organ varietas Slamet dengan pupuk kandang
4 ton/ha .......................................................................................................

72

17 Partisi ba han kering ke organ varietas Slamet dengan pupuk kandang
6 ton/ha .......................................................................................................

72

18 Partisi bahan kering ke organ varietas Wilis dengan
tanpa pupuk kandang ...................................................................................

73

6
7
8
9

19 Partisi bahan kering ke organ varietas Wilis dengan pupuk kandang
2 ton/ha ........................................................................................................

73

20 Partisi bahan kering ke organ varietas Wilis dengan pupuk kandang
4 ton/ha .......................................................................................................

73

21 Partisi ba han kering ke organ varietas Wilis dengan pupuk kandang
6 ton/ha .......................................................................................................

73

22 Jumlah curah hujan pada periode 10 harian dan temperatur
di lokasi penelitian pada tahun 2006 ...........................................................

74

23 Temperatur rata-rata harian pada bulan April, Mei, Juni dan Juli 2006 ......

75

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai (Glycine max (L) Merr) merupakan salah satu komoditas pertanian yang
penting dalam penyedian bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri (Silitonga et al.
1996). Sebagai bahan pangan yang penting, kedelai merupakan salah satu tanaman
sumber protein dan lemak yang memadai. Dalam 100 g kedelai kering terkandung 35 g
protein, 18 g lemak, 32 g karbohidrat, 4 g serat serta air. Minyak kedelai kaya akan
vitamin E (Westphal dan Jansen 1993).
Peningkatan produksi kedelai di Indonesia belum dapat mengimbangi
peningkatan kebutuhan masyarakat dan industri

laju

sehingga jumlah impor kedelai dari

tahun ke tahun terus meningkat. Permintaan kedelai untuk konsumsi dalam negeri
meningkat, pada tahun 2001 mencapai 1.962.163 ton, namun produksi di dalam negeri
terus menurun yaitu sebesar 1.36 juta ton pada tahun 1997 dan menurun menjadi
826.932 ton pada tahun 2001. Produk tivitas kedelai Nasional 3 tahun terakhir terjadi
peningkatan sebesar 3.75% atau 1.3 ton/ha dengan total produksi 0.8 juta ton/tahun
sedangkan potensi hasilnya dapat mencapai 2.5 sampai 3.0 ton/ha. Namun kenaikan ini
tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri yang mencapai 2 juta ton/tahun
sehingga untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri Indonesia harus melakukan
impor pada tahun 2005 sebesar 1.2 juta ton (Departemen Pertanian 2006).
Untuk mengurangi ketergantungan kepada impor, usaha menuju peningkatan
produksi kedelai perlu terus diupayakan. Peningkatan produksi dapat ditempuh melalui
usaha intensifikasi dan ekstensifikasi. Faktor luar seperti iklim, tanah, pengelolaan,
serta hama dan penyakit tanaman merupakan faktor yang turut berperan dalam
pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai selain faktor dalam yaitu varietas tanaman.
Perluasan areal tanam sangat dimungkinkan untuk lahan di luar Pulau Jawa.
Namun, perluasan areal tanam di luar Pulau Jawa ini menghadapi kendala tanah yang
bereaksi masam. Sebagian besar tanah masam ini tergolong Podsolik Merah Kuning
(Ultisol) yang luasnya me ncapai 38.437.000 ha. Podsolik Merah Kuning merupakan

2

salah satu tanah marginal untuk tanaman pangan (Pusat Penelitian Tanah 1981, dalam
Nyakpa et al. 1988).
Menurut Mookherji dan Floyd (1991) hambatan pada tanah masam antara lain
keracunan Al, kekurangan unsur P, dan terhambatnya bakteri yang bersimbiosis dengan
tanaman. Hambatan atau kendala tersebut dapat diatasi antara lain dengan pengapuran,
pemupukan, penambahan bahan organik , dan penggunaan varietas-varietas yang toleran
tanah masam.
Penggunan varietas Slamet yang to leran dan Wilis yang agak toleran pada tanah
masah merupakan salah satu strategi dalam peningkatan produksi kedelai sehingga
diharapkan

dapat mengurangi input penggunan kapur dan pupuk kandang yang

digunakan untuk menetralisir tingkat kemasaman tanah. Me nurut penelitian Muhidin
(2000) kedelai varietas slamet yang toleran tidak mengalami penurunan produksi pada
bobot 100 butir biji dan bobot biji per tanaman sedangkan pada kedelai pembanding
varietas wilis tidak mengalami penurunan produksi secara nyata pada kondisi cekaman
Al rendah (setera pemberian kapur 1.0 Al

dd).

Pemberian kapur dan pupuk kandang dilaporkan sangat diperlukan untuk
memperbaiki pertumbuhan dan dapat meningkatkan hasil kedelai pada lahan marginal
masam, karena dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pemberian
pupuk TSP dan KCl dosis sedang (75 kg/ha dan 100 kg/ha) yang dikombinasikan
dengan kapur (500 kg/ha) serta pupuk kandang 10 ton ha akan memberikan hasil
tertinggi pada musim kemarau, dan pada musim penghujan peningkatan takaran pupuk
TSP dan KC l cenderung menurunkan hasil (Jalid dan Kari 1994 ). Pemberian pupuk
kandang dapat meningkatkan hasil dan ukuran biji kedelai sebagai akibat pertumbuhan
tanaman yang lebih baik (Melati

1990). Pertumbuhan serta peningkatan produksi

tanaman kedelai akan lebih baik bila diimbangi dengan pemupukan dengan pupuk
organik dan anorganik pada pH tanah sekitar 6.0 dan 6.8 (Scott dan Aldrich 1970).
Penempatan pupuk di sekitar tanaman budidaya bertujuan untuk meningkatkan
ketersediaan nutrisi bagi tanaman tersebut. Pupuk yang diletakkan kurang tepat, terlalu
jauh, atau te rlalu dekat dengan tanaman budidaya dapat berakibat negatif. Pupuk yang
diletakan terlalu dekat dengan tanaman budidaya dapat mengakibatkan plasmolisis.

3

Sebaliknya, apabila terlalu jauh dari tanaman budidaya, maka pupuk menjadi tidak
efektif. Karena itu, penempatan pupuk membutuhkan ketelitian dan kesungguhan untuk
mencapai hasil yang maksimal dengan jumlah pupuk yang efisien (Moenandir 2004).
Usaha lain dalam peningkatan produksi tanaman kedelai dapat dilakukan dengan
cara pengaturan jarak tanam dan ruang tumbuh sehingga diperoleh populasi tanaman
yang optimum. Hal ini erat hubungannya dengan kebutuhan cahaya, sehingga perbedaan
jarak tanam antar dan dalam barisan akan mempengaruhi pertumbuhan kedelai.
Pengaturan jarak tanam adalah salah satu teknik budidaya yang berpengaruh
terhadap tingkat hasil yang dicapai karena pengaturan jarak tanam akan mempengaruhi
lingkungan fisik baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk daerah kering
penggunaan jarak tanam lebar akan menyebabkan timbulnya udara panas dan kering di
sekitar pertanaman sehingga terjadi kenaikan transpirasi. Pada jarak tanam sempit
persediaan air banyak digunakan untuk transpirasi pada awal musim tanam, yang
mengakibatkan tanaman mengalami cekaman air pada masa pertumbuhan selanjutnya
(Fukai dan Foale 1988).
Kondisi pertumbuhan yang baik dan populasi optimum, memungkinkan
perkembangan cabang pada batang bagian bawah. Pada populasi tinggi, batang utama
cenderung memanjang, percabangan kurang dan jumlah polong juga berkurang (Tagaki
dan Sumadi 1984).
Taylor (1980) mengemukakan bahwa hasil kedelai cenderung meningkat dengan
populasi tinggi untuk tanah yang ketersediaan airnya kurang. Selanjutnya kedelai lebih
responsif terhadap populasi tinggi pada tanah dengan tingkat kesuburan rendah.

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh varietas, dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata
letak tanaman terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
2. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara varietas, dosis pupuk kandang secara alur
dan tata letak tanaman yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman kedelai.

4

Hipotesis
1. Terdapat varietas, dosis pupuk kandang ayam secara alur, dan atau tata letak tanaman
tertentu yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai yang lebih
baik.
2. Terdapat interaksi antara varietas, dosis pupuk kandang ayam secara alur, dan tata
letak tanaman yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai yang
lebih baik.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kedelai
Kedelai merupakan tanaman kacang-kacangan yang penting karena kedelai
banyak mengandung protein, lemak, dan vitamin. Di Indonesia protein kedelai
digunakan sebaga i sumber protein nabati.
Kedelai mempunyai hasil rata-rata lebih rendah dibandingkan dengan jagung dan
padi, tetapi jumlah protein yang dihasilkan tiap hektar lebih tinggi. Dengan hasil ratarata 0.8 ton biji kering tiap hektar, kedelai menghasilkan 320 kg protein, sedangkan padi
dengan hasil 3.0 ton tiap hektar hanya menghasilkan 210 kg protein dan jagung dengan
hasil 2.5 ton tiap ha menghasilkan 225 kg protein (Sumarno dan Hartono 1983).
Tanaman kedelai termasuk berbatang semak yang dapat mencapai ketinggian 4050 cm. Tipe pertumbuhan dibedakan atas 3 tipe yaitu determinat, semi determinat, dan
indeterminat. Jumlah cabang tergantung jenis kultivar dan lingkungan tumbuhnya.
Percabangan kedelai dipengaruhi oleh sifat genetik dan lingkungan seperti panjang hari,
jarak tanam, dan kesuburan tanah (Hidayat 1985).
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan drainase
tanah cukup baik dan air cukup tersedia selama pertumbuhan. Pada tanah jenis Alluvial,
Regosol, dan Grumosol atau Latosol kedelai dapat tumbuh dengan baik. Kedelai masih
dapat tumbuh di tanah yang agak masam, akan tetapi pada pH yang terlalu rendah dapat
terjadi keracunan Al dan Fe. Nilai pH yang cocok berkisar 5.8-7.0

(Sumarno dan

Hartono 1983).
Kedelai merupakan tanaman daerah iklim sedang, tetapi dapat tumbuh di daerah
tropis. Kedelai dapat tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl. Kisaran
suhu minimum untuk pertumbuhan adalah 10 °C dan suhu maksimum 27-30 °C. Curah
hujan yang cocok bagi pertumbuhan kedelai berkisar antara 100-200 mm/bulan.
Pertumbuhan tanaman kedelai dapat dibagi menjadi 2 stadia yaitu stadia
vegetatif dan reproduktif. Uraian stadia vegetatif dan reproduktif dapat dilihat pada
Tabel 1 dan 2.

6

Tabel 1. Stadia vegetatif tanaman kedelai
Stadium Tingkatan Stadium

Uraian

VE

Stadium pemunculan

Kotiledon muncul dari dalam tanah

VC

Stadium kotiledon

Daun unifoliat berkembang

V1

Stadium buku pertama

Daun terurai pada buku unifoliat

V2

Stadium buku ke dua

Daun bertiga yang terurai penuh pada buku diatas buku
unifoliate

V3

Stadium buku ke ketiga

Tiga buah buku pada batang utama dengan daun terurai penuh

Vn

Stadium buku ke -n

n buku pada batang utama dengan daun terurai penuh

Sumber Hidayat (1985)

Tabel 2. Stadia reproduktif tanaman kedelai
Stadium

Tingkatan Stadium

Uraian

R1

Mulai berbunga

Bungan terbuka pertama pada buku manapun di buku utama

R2

Berbunga penuh

Bunga terbuka pada salah satu dari dua buku teratas pada
batang utama dengan daun terbuka penuh

R3

Mulai berpolong

Polong sepanjang 5 mm pada salah satu dari 4 buku teratas
pada batang utama dengan daun terbuka penuh

R4

Berpolong penuh

Polong sepanjang 2 cm pada salah satu dari 4 buku teratas
pada batang utama dengan daun terbuka penuh

R5

Mulai berbiji

Biji sebesar 3 mm dalam polong di salah satu dari 4 buku
teratas pada batang utama dengan daun terbuka

R6

Berbiji penuh

Polong berisi satu biji hijau di salah satu dari 4 buku teratas
pada batang utama dengan daun terbuka penuh

R7

Mulai matang

Satu polong pada batang utama telah mencapai warna
polong matang

R8

Matang penuh

Sumber Hidayat (1985)

95% polong telah mencapai warna polong matang

7

Varietas Tanaman
Tingkat hasil tanaman ditentukan oleh interaksi antara faktor genetik dan
lingkungan tumbuhnya seperti kesuburan tanah, ketersediaan air dan pengelolaan
tanaman. Tingkat hasil yang diperoleh biasanya bervariasi tergantung kepada faktor
lingkungan tumbuh (Kasim dan Djunainah 1993).
Penggunaan jenis varietas yang berbeda akan menyebabkan pertumbuhan dan
produksi hasil yang juga berbeda. Berdasarkan umurnya, varietas unggul yang ada
dibedakan menjadi varietas genjah yang berumur kurang dari 80 hari, varietas sedang
berumur 81-89 hari dan varietas dalam berumur lebih dari 90 hari (Adisarwanto dan
Wudianto 1998).
Kedelai varietas Slamet adalah kedelai yang berdaya hasil tinggi yang
merupakan hasil persilangan dempo x wilis dengan nomor galur T33. Tipe pertumbuhan
determinate. Umur panen kedelai varietas slame t adalah 87 hari, umur berbunga 37 hari,
dengan produksi 2.26 ton/ha (Sunarto 1996).
Kedelai varietas Wilis merupakan kedelai hasil persilangan antara kedelai
varietas orba dan varietas No.1682. Umur panen kedelai varietas wilis adalah 88 hari
dengan umur berbunga 36 hari. Tipe pertumbuhan determinat, batang kokoh dan tahan
rebah. Tinggi kedelai varietas ini adalah 40-50 cm dengan hasil rata-rata 1.6 ton/ha biji
kering (Rukmana dan Yunarsih 1996).

Manfaat Bahan Organik
Untuk pertumbuhan tanaman yang baik diperlukan ketersediaan hara dalam
keadaan cukup dan seimbang dalam tanah. Pemupukan bertujuan untuk menambahkan
unsur hara pada tanah agar diperoleh pertumbuhan dan produksi yang lebih baik serta
untuk mengganti unsur hara yang ada dalam tanah yang terangkut bersama hasil dan
limbah tanaman (Murni dan Faodji 1990).
Ketersediaan hara sangat dipengaruhi oleh reaksi-reaksi kimia tanah terutama
oleh pH tanah. Efesiensi dari pemupukan tergantung dari beberapa faktor, di antaranya,
jenis tanah (sebagai media tempat tumbuh yang paling dominan pengaruhnya) dan jenis
pupuk dalam zona perakaran (Waard 1975).

8

Sisa tanaman, kompos, dan pupuk kandang merupakan sumber bahan organik
yang cukup dikenal. Menurut Suwarjo dalam Erfandi et al. (2001) bahan organik yang
berupa pupuk kandang apabila terdekomposisi dengan baik akan memperbaiki kondisi
tanah, mengurangi erosi, serta meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah. Pupuk
kandang yang dibenamkan ke dalam tanah dapat memperbaiki lingkungan sifat fisik
tanah dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air dan bahkan dilaporkan
dapat memperbaiki produktivitas tanah selama dua musim tanam.
Pupuk kandang merupakan salah satu bentuk dari sekian banyak jenis pupuk
organik yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
(Thorne 1979). Respon tanaman terhadap pemberian pupuk kandang berbeda satu sama
lain. Hal ini sangat berkaitan dengan berbagai faktor seperti takaran pupuk, jenis pupuk,
tingkat kematangan pupuk, cara pemberian pupuk di samping kesuburan tanahnya. Jenis
pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam mengandung N, P, K dan unsur hara
penting lainnya yang tinggi dibanding dengan pupuk kandang lain untuk pertumbuhan
tanaman. Pupuk kandang ayam mengandung 65.8 kg N/ton, 13.7 kg P/ton, dan 12.8 kg
K/ton serta memiliki kelembaban nisbih C/N yang rendah. Kelembaban yang rendah
serta nisbah C/N yang kecil mempercepat mineralisasi dan mempersempit depresi nitrat
dalam tanah, sehingga ketersediaan unsur hara yang didapat dari kotoran ayam lebih
cepat dari pada pupuk kandang lainnya (Manan 1992).
Peranan pupuk kandang terhadap tanah adalah : (1) memperbaiki kemampuan
tanah menyimpan air, (2) memperbaiki struktur tanah, (3) memperbaiki nilai tukar
kation (4) mempengaruhi kemantapan agregat tanah (5) menyediakan unsur-unsur hara
yang dibutuhkan tanaman, (6) menghasilkan banyak CO2 dan asam-asam organik yang
membantu mineralisasi, dan menaikkan suhu tanah (Mc Calla 1975).
Tingkat kesuburan tanah sangat ditentukan oleh sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah. Dari ketiga parameter kesuburan tanah tersebut, sifat fisik tanah sangat
menentukan kesuburan kimia dan biologi tanah. Oleh karena itu, upaya perbaikan sifatsifat

fisik tanah sekaligus mengupayakan perbaikan sifat-sifat kimia tanah dengan

pemberian bahan organik (Olk et al. 2000).

9

Dari segi fisik bahan organik dapat memperbaiki agregat tanah, aerasi dan
perkolasi, serta merangsang pembentukan struktur tanah lebih remah dan mudah diolah.
Perombakan bahan organik oleh jasad renik akan mempercepat terbentuknya humus.
Humus yang berinteraksi dengan partikel tanah akan membentuk granulasi dan menjadi
pengikat antar partikel tanah (Erfandi et al. 2001). Selanjutnya menurut Abdurrahman
et al. 2000) dari segi kesuburan tanah, pemberian bahan organik mempunyai manfaat
ganda, yaitu selain memperbaiki sifat fisik tanah, hasil pelapukan bahan organik juga
merupakan sumber hara yang cukup potensial walaupun kadarnya relatif kecil. Bahan
organik sebagai komponen massa padat tanah mempengaruhi sifat fisik maupun kimia
tanah.
Secara kimia, bahan organik meningkatkan kapasitas tukar kation, kapasitas
menahan air, sehingga mampu mendetoksifikasi elemen-elemen dan dan senyawa
beracun seperti pestisida. Bahan organik juga berpengaruh terhadap kesuburan tanah
dengan meningkatkan kandungan hara tanah terutama kandungan N dan S. Selain itu
berpengaruh langsung pada pertumbuhan dan akar tanaman. Secara biologi, bahan
organik merupakan sumber makanan dan energi utama bagi organisme tanah. Populasi
mikroorganisme tanah akan menurun seiring dengan penurunan kandungan bahan
organik tanah. Tanpa kehadiran mikroorganisme tanah reaksi-reaksi biokimia akan
terhenti (Tan 2000).

Tata Letak Tanaman
Dengan makin sempitnya lahan pertanian, maka arti produksi tiap satuan luas
menjadi sangat penting. Produksi tiap satuan luas atau daya hasil maksimum suatu
tanaman ditentukan oleh sifat genetik tanaman dan interaksi antara tanaman dengan
faktor lingkungan seperti cahaya, suhu, kelembaban, keadaan tanah, ketersediaan CO2 ,
serta bio tik seperti interaksi antar tanaman sejenis (intraspesifik). Daya hasil maksimum
didapat pada populasi tanaman yang optimum.
Tata letak tanaman menentukan populasi tanaman dan ruang tumbuh dalam satu
areal. Oleh sebab itu, penentuan tata letak tanaman atau jarak tanam

merupakan

tindakan agronomi yang penting dalam rangka meningkatkan produksi persatuan luas.

10

Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan koefisien penggunaan cahaya, juga
mempengaruhi kompetisi antar tanaman dalam menggunakan air dan zat hara, sehingga
dapat mempengaruhi hasil (Suprapto 1985).
Hasil maksimum suatu tanaman akan tercapai bila tanaman tersebut diatur secara
berjaraksama, karena dengan cara demikian maka akan didapat keseragaman dalam
persaingan. Menurut Donavan et al. (1963) kedelai yang ditanam dengan jarak antarbaris yang lebih lebar memberikan hasil dengan kandungan minyak yang lebih tinggi
daripada kedelai yang ditanam dengan jarak antar-baris yang lebih sempit.
Jarak tanam yang rapat dapat menekan pertumbuhan gulma, akibat permukaan
tanah segera tertutup oleh tajuk tanaman (Sumarno dan Hartono 1983). Selanjutnya
menurut (Sumarlin dan Rachman 1990) jumlah tanaman akan mempengaruhi produksi
per satuan luas, karena jumlah tanaman mempengaruhi dalam hal persaingan air, unsur
hara, CO2 dan cahaya. Persaingan ini relatif kecil pada keadaan jumlah tanaman
optimum, sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal
Populasi tinggi dan jarak antara baris sempit mengakibatkan tanaman kedelai
mudah rebah karena bertambah tingginya tanaman yang disebabkan oleh perpanjangan
ruas (Beaver dan Johnson 1981)
Taylor (1980) mengemukakan bahwa keuntungan potensial jarak yang lebih
rapat tergantung ketersediaan air tanah selama pertumbuhan. Hasil kedelai cenderung
meningkat dengan populasi tinggi untuk tanah yang ketersediaan airnya kurang.
Selanjutnya kedelai lebih responsif terhadap populasi tinggi pada tanah dengan tingkat
kesuburan rendah.

11

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Februari 2006 sampai Juli 2006 yang
bertempat di UPTD Pertanian Pengembangan Lahan Kering, Desa Singabraja,
Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Analisis tanah, tanaman, pupuk

kandang, dan kapur dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan, Fakultas Pertanian, IPB.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain traktor Branson, meteran,
sprinkle, timbangan analitik, couter dan oven. Bahan percobaan yang digunakan adalah :
benih kedelai varietas Slamet dan Wilis (deskripsi pada Lampiran 2 dan 3), kapur
dolomit, pupuk kandang ayam pedaging, pupuk KCl, SP-36, insektisida Decis 2.5 EC
dengan bahan aktif

Deltametrin 25 g/l,

dan Marsha ll 25 ST dengan bahan aktif

karbosulfan 25.53%.

Metode Penelitian
Percobaan disusun dengan menggunakan Faktorial 3 faktor dengan rancangan
lingkungan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Faktor varietas tanaman kedelai
terdiri dari dua jenis varietas yaitu : V1 (Varietas Slamet) dan V2 (Varietas Wilis).
Faktor dosis pupuk kandang ayam terdiri dari 4 taraf yaitu : P1 (tanpa dosis pupuk
kandang ayam), P2 (2 ton ha?¹ pupuk kandang ayam), P3 (4 ton ha?¹ pupuk kandang
ayam) dan P4 (6 ton ha?¹ pupuk kandang ayam). Sedangkan faktor tata letak tanaman
yang terdiri 2 taraf yaitu : T1 (Baris tunggal) dan T2 (Baris ganda).
Dengan demikian perlakuan yang dicobakan terdiri dari

16 kombinasi

perlakuan. Setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali, sehingga diperoleh 48 satuan
percobaan. Luas petak satuan percobaan adalah 5 m x 3 m.
Model linier aditif sesuai rancangan yang digunakan menurut Gaspersz (1991)
adalah sebagai berikut :

12

Yijkl = u + K 1 + Vi + Pj + T k + (VP)ij + (VT)ik + (PT)jk + (VPT)ijk + e ijk
Yijkl

= nilai pengamatan dari kelompok ke- l, yang memperoleh taraf ke- i dari faktor
V (Varietas), taraf ke-j dari faktor P (Pupuk kandang aya m), dan taraf ke-k
dari faktor T (Tata letak tanaman).

u

= nilai rata-rata ya ng sesungguhnya

K1

= pengaruh aditif dari kelompok ke-1 (1 = 1, 2, 3)

Vi

= pengaruh aditif dari taraf ke-i faktor V (i = 1, 2)

Pj

= pengaruh aditif dari taraf ke-j faktor P (j = 1, 2, 3, 4)

Tk

= pengaruh aditif dari taraf ke-k faktor T (k = 1, 2)

(VP)ij

= pengaruh interaksi taraf ke- i faktor V dan taraf ke-j faktor P

(VT)ik

= pengaruh interaksi antara taraf ke-i dari faktor Varietas dan taraf ke-k dari
faktor T

(PT)jk

= pengaruh interaksi antara taraf ke-j dari faktor P dan taraf ke-k dari faktor T

(VPT)ijk = pengaruh interaksi antara taraf ke-i dari faktor V, taraf ke-j dari faktor P, dan
taraf ke-k faktor
?ijkl

= pengaruh galat yang timbul pada kelompok ke-l yang memperoleh taraf ke-i
faktor V, taraf ke-j dari faktor P, dan taraf ke-k faktor T.

Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam dan bila terdapat perbedaan
yang nyata akan dilanjutkan dengan uji Duncan (DMRT) pada taraf 0.05. Untuk melihat
hubungan dari masing- masing peuba h yang diamati dilakukan uji korelasi. Uji regresi
digunakan untuk melihat model hubungan antara perlakuan varietas, pupuk kandang
ayam dengan pemb erian cara alur dan tata letak tanaman terhadap peubah yang diamati.

13

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan lahan
Sebelum pengolahan tanah dilakukan pengambilan contoh tanah untuk analisis
kondisi tanah awal untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Kemudian
dilanjutkan dengan pengolahan tanah dengan menggunakan traktor Branson dan
selanjutnya dibuat petakan dengan ukuran 5 m x 3 m dengan menggunakan cangkul.
Setiap petak terdapat saluran drainase dengan kedalaman 20 cm dan lebar 30 cm (antara
petak dalam kelompok) dan dengan kedalaman 20 cm dan lebar 50 cm (antara
kelompok). Pada akhir penelitian dilakukan pengambilan contoh tanah untuk analisis pH
tanah.

Pemupukan
Pupuk kandang ayam sebelum digunakan dianalisis untuk mengetahui
kandungan haranya dan kapur dianalisis untuk mengetahui daya netralisasi. Pupuk
kandang dan kapur diberikan ke bedengan bersaman dua mingggu sebelum penanaman
dengan mengikuti alur benih dengan lebar alur 20 cm dan panjang alur 5 m, sehingga
terdapat efesiensi pemupukan sebesar 60% dari dosis pupuk yang ditetapkan. Pupuk
dasar yang digunakan adalah pupuk P sebanyak 150 kg SP-36/ha dan pupuk K sebanyak
75 kg KCl/ha. Pupuk dasar diberikan 1 hari sebelum penanaman dengan cara larikan
dengan jarak 10 cm dari lubang tanam.

Penanaman
Untuk mempermudah penanaman dan teraturnya jarak antar baris maka
dilakukan pengajiran sebelum tanam. Jarak tanam yang digunakan pada baris tunggal
adalah 50 cm x 10 cm dengan populasi 400 000 tanaman/ha dan pada baris ganda 30 cm
x 10 cm x 70 cm dengan populasi 400 000 tanaman/ha, kedalaman tanam ± 3 cm dan per
lubang ditanam 2 benih. Setiap petak terdapat 6 baris dengan 50 lubang tanam dalam
setiap baris. Untuk pencegahan serangan lalat bibit, sebelum penanaman benih kedelai
dicampur dengan insektisida Marshall dengan dosis 15 g/kg benih.

14

Pemeliharaan
Tindakan pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman, pembumbunan,
pengendalian gulma dan hama-penyakit. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi
tanah dan tingkat curah hujan. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan dua kali, yakni
pada saat tanaman berumur 3 MST dan pada umur 6 MST. Pengendalian hama dan
penyakit dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2.5 EC , dengan konsentrasi
1 ml/l air yang diberikan tiga kali selama penelitian.

Panen
Pemanenan dilakukan saat tanaman 90% polongnya sudah berubah warna
menjadi kecoklatan (stadium R8). Cara panen adalah dengan mencabut tanaman lalu
dipotong akarnya dan dikumpulkan sesuai dengan perlakuan. Setelah panen benih
dijemur dengan panas sinar matahari sampai mencapai kadar air benih ± 12%.

Pengamatan
Pengamatan meliputi variabel pertumbuhan tanaman kedelai, variabel produksi
tanaman kedelai dan variabel pertumbuhan gulma.

Variabel pertumbuhan tanaman
1. Tinggi tanaman (cm). Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu
setelah tanam (MST) dengan interval 2 MST, sampai pada umur 8 MST pada 10
tanaman contoh.
2. Jumlah daun dihitung mulai tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST), sampai
pada umur 8 MST pada 10 tanaman contoh.
3. Jumlah cabang dihitung pada akhir penelitian pada 10 tanaman contoh.
4. Bobot kering tanaman (daun, batang, akar, kulit polong, biji). Diukur pada saat
muncul lapang (SML) dan tanaman berumur 2 mingggu setelah tanam dengan interval
pengamatan tiap 2 minggu sampai panen. Tiap petak percobaan diambil 1 sampel
tanaman yang mewakili dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 °C selama 24
jam.

15

5. Bobot basah dan kering bintil akar, pengamatan dilakukan pada waktu tanaman
berumur 42 hari pada 4 tanaman sampel yang mewakili.
6. Analisis jaringan tanaman (N, P, K, dan Ca) . Pengamatan dilakukan pada akhir fase
vegetatif pada 25 helaian daun tanaman sampel yang mewakili.
Analisis tumbuh dilakukan berdasarkan formula-formula yang dikemukakan oleh
Radford (1967) yang meliputi Laju asimilasi bersih (LAB), dan Laju tumbuh relatif
(LTR)
a. Laju asimilasi bersih (LAB) adalah laju peningkatan bobot kering bahan tanaman tiap
satuan luas daun tiap satuan waktu, dinyatakan secara matematik dengan persamaan :

LAB = (W 2 –W 1 )
(A 2 – A 1)

x

(lnA2 – lnA1) (g/cm²/hari)
(t 2 – t 1)

dengan W1 dan W2 = masing-masing bobot kering tanaman pada waktu t1 dan t2, dan
A1 dan A2 = masing- masing luas daun total pada waktu t1 dan t2 yang diamati secara
periodik.
Data luas daun diperoleh dengan mengukur daun dari bahan tanaman yang sama
dengan yang dipergunakan untuk pengukuran bobot kering tanaman. Caranya helaian
daun kedelai dibuat lingkaran dengan pelubang daun yang berdiameter 0.9 cm atau 1.8
cm. Seluruh daun sampel bentuk lingkaran dihitung jumlahnya (N) kemudian dimasukan
ke dalam kantong, dan sisanya dimasukan ke kantong lain. Setelah dikeringkan di dalam
oven dengan suhu 105 °C selama 24 jam, kemudian ditimbang sehingga diperoleh bobot
daun sampel (Ws) dan bobot daun total (Wt). Perhitungan luas daun secara gravimetrik
dilakukan dengan formula menurut Sitompul dan Guritno (1995) sebagai berikut :

A=

Wt N p R²
Ws

dengan :
A

= luas daun (cm²/tanaman)

Ws

= bobot sampel daun (g)

Wt

= bobot total daun (g/tanaman)

16

N

= jumlah daun sampel

p

= 3.14

R

= jari-jari lingkaran daun sampel kedelai (cm).

b. Laju tumbuh relatif (LTR) adalah laju peningkatan bobot kering bahan tanaman tiap
satuan bahan tanaman tiap satuan waktu, dinyatakan secara matematik dengan
persamaan
LTR = lnW 2 – LnW 1
t2 - t 1

(g/g/hari)

dengan W1 dan W 2 = masing-masing bobot kering tanaman pada waktu t1 dan t2 yang
diamati secara periodik .

Variabel produksi tanaman
1. Jumlah polong isi per tanaman sampel dihitung pada saat panen
2. Jumlah polong hampa per tanaman sampel dihitung pada saat panen
3. Bobot biji kering per tanaman (g) ditimbang setelah biji dikeringkan dengan kadar
air biji ± 12 %.
4 Bobot biji kering per petak (g), ditimbang setelah biji dikeringkan dengan kadar air
biji ± 12 %.
4. Bobot 100 butir biji kering (g) yang diambil dari hasil tiap petak panen. Penimbangan
dilakukan sebanyak 3 kali atau 300 butir biji untuk setiap perlakuan.

Variabel pertumbuhan gulma
Pengamatan terhadap vegetasi gulma dilakukan pada umur 3 dan 6 minggu
setelah tanam, pengamatan terhadap gulma pada setiap petak percobaan dilakukan untuk
mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan gulma. Analisis dilakukan pada
petak contoh dengan menggunakan kuadran yang berukuran 0.5 m x 0.5 m. Data bobot
kering gulma diperoleh setelah gulma dikeringkan dalam oven pada suhu 105 °C selama
24 jam. Data vegetasi gulma dianalisis dengan rumus-rumus yang dikembangkan oleh
Numata (1982), yaitu sebagai berikut :

17

a. Kerapatan mutlak (KM) dan kerapatan nisbi (KN)
KM = Jumlah individu spesies gulma tertentu dalam petak sampel
KN = Jumlah individu spesies gulma tertentu x 100 %
Jumlah individu semua spesies gulma
b. Frekuensi mutlak (FM) dan frekuensi nisbi (FN)
FM = jumlah petak sampel yang memuat spesies gulma tertentu
FN = Jumlah petak sampel yang memuat spesies gulma tertentu x 100 %
Jumlah semua petak sampel
c. Bobot kering gulma mutlak (BKM) dan bobot kering gulma nisbi (BKN)
BKM = Bobot kering semua individu spesies gulma
BKN = Bobot kering semua individu spesies gulma tertentu x 100 %
Bobot kering semua individu semua spesies gulma
Berdasarkan hasil analisis vegetasi dapat dit