Struktur Komunitas Plankton Di Perairan Cekungan Karst Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN
CEKUNGAN KARST CILEUNGSI, KABUPATEN BOGOR,
JAWA BARAT

MUHAMAD RADIFA

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Struktur Komunitas
Plankton di Perairan Cekungan Karst Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2015
Muhamad Radifa
NIM C24110076

ABSTRAK
MUHAMAD RADIFA. Struktur Komunitas Plankton di Perairan Cekungan
Karst Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh NIKEN
TUNJUNG MURTI PRATIWI dan INNA PUSPA AYU.
Perairan karst adalah perairan yang mengandung mineral yang bermanfaat
bagi kehidupan plankton. Cekungan perairan karst Cileungsi dijadikan objek
studi untuk melihat keterkaitan antara komunitas plankton dengan kualitas air.
Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2015. Pengambilan
contoh plankton dan air dilakukan tiga kali pada kedua stasiun dengan interval
dua minggu. Komunitas fitoplankton di perairan cekungan karst Cileungsi terdiri
atas kelas Chlorophyceae (13 genera), Bacillariophyceae (11 genera),
Cyanophyceae (9 genera), Euglenophyceae (3 genera), dan kelas Dinophyceae (1
genus). Komunitas zooplankton terdiri atas kelompok Rotifera (8 genera),
Crustacea (7 genera), larva (2 genera), dan Protozoa (1 genus). Komponen
nestedness ( rich) yang tinggi menunjukkan bahwa komposisi jenis plankton pada
lokalitas dengan diversitas rendah (Stasiun 2) tersusun atas jenis dari lokalitas

dengan diversitas yang lebih tinggi (Stasiun 1). Kelimpahan fitoplankton di
Stasiun 1 berkorelasi signifikan dengan alkalinitas, sedangkan pada Stasiun 2
tidak terdapat parameter kualitas air yang berkorelasi signifikan. Kelimpahan
zooplankton pada Stasiun 1 tidak memiliki korelasi signifikan terhadap parameter
kualitas air, sedangkan pada Stasiun 2 berkorelasi signifikan dengan kesadahan,
DO, dan pH.
Kata kunci: diversitas, fitoplankton, karst Cileungsi, kualitas air, zooplankton

ABSTRACT
MUHAMAD RADIFA. Plankton Community Structure of Cileungsi Karst
Sinkhole, Bogor, West Java. Supervised by NIKEN TUNJUNG MURTI
PRATIWI and INNA PUSPA AYU.
The karst waters contain minerals that are beneficial to plankton. Karst
sinkhole was studied for plankton community relation toward water quality.
Research was conducted from February to April 2015. Sampling of plankton and
water were conducted three times in two stations biweekly. Phytoplankton
community in Cileungsi karst sinkhole consists of Chlorophyceae (12 genera),
Bacillariophyceae (10 genera), Cyanophyceae (9 genera), Euglenophyceae (3
genera), and Dinophyceae (1 genus). Zooplankton community consist of Rotifers
(8 genera), Crustacean (8 genera), larvae (2 genera), and Protozoan (1 genus).

High value of nestedness component ( rich) showed that the species composition in
poorer locality (Station 2) was subset of the richer locality (Station 1)
Phytoplankton’s abundance in Station 1 was significantly correlated to alkalinity.
However, none of water quality parameters was significantly correlated to
phytoplankton in Station 2, as zooplankton in Station 1. Zooplankton’s
abundance in Station 2 was significantly correlated to total hardness, DO, and pH.
Keywords: diversity, phytoplankton, Cileungsi karst, water quality, zooplankton

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN
CEKUNGAN KARST CILEUNGSI, KABUPATEN BOGOR,
JAWA BARAT

MUHAMAD RADIFA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan


DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah yang berjudul Struktur Komunitas Plankton di
Perairan Cekungan Karst Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dapat
diselesaikan.
Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan.
Pelaksanaan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, Penulis menyatakan
terima kasih kepada:
1. Institut Pertanian Bogor (IPB) yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis menjadi mahasiswa S1 di MSP-IPB.
2. Direktorat jenderal pendidikan tinggi atas bantuan dana penelitian

BOPTN skim Penelitian Unggulan dengan judul penelitian “Potensi
Ekologis Serta Pemanfaatan Air Karst Sebagai Media Tumbuh Kaya
Mineral bagi Mikrobiota Akuatik”.
3. Dr Ir Luky Adrianto, MSc selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan saran dan masukan selama kegiatan perkuliahan di MSPIPB.
4. Dr Ir Niken TM Pratiwi, MSi dan Inna Puspa Ayu, SPi, MSi selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, saran, dan
bimbingan yang bermanfaat kepada penulis.
5. Dr Ir Enan Mulyana Adiwilaga selaku penguji luar komisi yang telah
memberikan bimbingan dalam menyelesaikan studi dan saran dalam
penyempurnaan tulisan ini.
6. Keluarga (Bapak Puji Raharjo, Ibu Nina Kurniati, Rifki Fadilla) atas
seluruh dukungan yang diberikan dalam penyelesaian studi di MSP-IPB.
7. Tim penelitian Karst Cileungsi (Agung, Ridho, Pedryn, Ida, Ka Dudi,
Ka Ais, Amir, Risma, dan Yunus) atas bantuannya selama penelitian.
8. Seluruh staf departemen MSP dan staf laboratorium biologi mikro (Ibu
Siti Nursiyamah), yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan
perkuliahan dan penelitian.
9. Mba Dede, Ka Azizi, Mba Aliati, Ka Apri, dan Ka Reza atas saran dan
masukan yang diberikan.

10. Aisya Intan Widya Satria yang telah mendukung dan memberikan
motivasi dalam pelaksanaan kegiatan perkuliahan dan penelitian.
11. Teman-teman MSP 48 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, Terima
Kasih.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, September 2015
Muhamad Radifa

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
METODE
Lokasi dan Waktu
Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh
Metode Pengumpulan Data

Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
KESIMPULAN
LAMPIRAN

vi
vi
vii
1
1
1
2
2
2
3
3
5
8

8
18
23
25

DAFTAR TABEL
1 Parameter kualitas air yang diukur (APHA, AWWA, WEF 2005)
2 Karakteristik perairan cekungan karst Cileungsi pada kedua stasiun
pengamatan
3 Karakteristik fisika-kimia perairan cekungan karst Cileungsi pada
kedua stasiun pengamatan selama penelitian
4 Nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E), dan
indeks dominansi (C) fitoplankton pada kedua stasiun di perairan
cekungan karst Cileungsi selama penelitian
5 Nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E), dan
indeks dominansi (C) zooplankton pada kedua stasiun di perairan
cekungan karst Cileungsi selama penelitian
6 Diversitas
fitoplankton di perairan cekungan karst Cileungsi
antarlokalitas (substasiun)

7 Diversitas
zooplankton di perairan cekungan karst Cileungsi
antarlokalitas (substasiun)

4
8
9

13

13
17
18

DAFTAR GAMBAR
1

Diagram alir perumusan masalah struktur komunitas plankton di
perairan cekungan karst Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
2 Peta lokasi penelitian di perairan cekungan karst Cileungsi, Jawa

Barat
3 Persentase komposisi jumlah jenis fitoplankton pada kedua stasiun
pengamatan di perairan cekungan karst Cileungsi selama penelitian
4 Persentase komposisi kelimpahan fitoplankton pada kedua stasiun
pengamatan di perairan cekungan karst Cileungsi selama penelitian
5 Kelimpahan total fitoplankton pada kedua stasiun pengamatan di
perairan cekungan karst Cileungsi selama penelitian
6 Persentase komposisi jumlah jenis zooplankton pada kedua stasiun
pengamatan di perairan cekungan karst Cileungsi selama penelitian
7 Persentase komposisi kelimpahan zooplankton pada kedua stasiun
pengamatan di cekungan perairan karst Cileungsi selama penelitian
8 Kelimpahan total zooplankton pada kedua stasiun pengamatan di
cekungan perairan karst Cileungsi selama penelitian
9 Dendrogram pengelompokan stasiun berdasarkan kelimpahan
fitoplankton di perairan cekungan karst Cileungsi selama penelitian
10 Dendrogram pengelompokan stasiun berdasarkan kelimpahan
zooplankton di perairan cekungan karst Cileungsi selama penelitian
11 Dendrogram pengelompokan stasiun berdasarkan parameter kualitas
air di cekungan karst Cileungsi selama penelitian
12 Kecenderungan parameter kualitas air dan kelimpahan plankton pada

kedua stasiun pengamatan di perairan cekungan karst Cileungsi

2
3
10
10
11
11
12
12
14
14
15
16

13 Diversitas alfa (α) dan gamma ( ) fitoplankton di perairan cekungan
karst Cileungsi
14 Diversitas alfa (α) dan gamma ( ) zooplankton di perairan cekungan
karst Cileungsi

16
17

DAFTAR LAMPIRAN
1 Dokumentasi lokasi penelitian (Stasiun 1 dan Stasiun 2)
2 Akar ciri dan korelasi parsial pada analisis komponen utama
3 Total kelimpahan fitoplankton (sel/m3) di perairan cekungan karst
Cileungsi pada kedua stasiun selama penelitian
4 Total kelimpahan zooplankton (ind/m3) di perairan cekungan karst
Cileungsi pada kedua stasiun selama penelitian
5 Perhitungan diversitas beta ( ) zooplankton di perairan cekungan
karst Cileungsi pada setiap lokalitas
6 Perhitungan diversitas beta ( ) fitoplankton di perairan cekungan
karst Cileungsi pada setiap lokalitas
7 Regresi berganda parameter kualitas air (X) terhadap kelimpahan
fitoplankton (Y) di Stasiun 1
8 Regresi berganda parameter kualitas air (X) terhadap kelimpahan
fitoplankton (Y) di Stasiun 2
9 Regresi berganda parameter kualitas air (X) terhadap kelimpahan
zooplankton (Y) di Stasiun 1
10 Regresi berganda parameter kualitas air (X) terhadap kelimpahan
zooplankton (Y) di Stasiun 2
11 Dokumentasi genus fitoplankton di perairan cekungan karst Cileungsi
yang diamati menggunakan mikroskop trinokuler Zeiss Primo Star
dilengkapi perangkat lunak Axio Vision Rel 4.8
12 Dokumentasi genus zooplankton di perairan cekungan karst Cileungsi
yang diamati menggunakan mikroskop trinokuler Zeiss Primo Star
dilengkapi perangkat lunak Axio Vision Rel 4.8

25
25
26
27
28
28
28
29
29
30

31

32

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kawasan karst adalah sebuah bentuk permukaan bumi yang pada umumnya
dicirikan dengan adanya bukit atau lembah yang tersusun atas batuan karbonat,
contohnya adalah kalsit, dolomit, basal dan granit. Ford dan William (1989)
mendefinisikan karst sebagai medan dengan kondisi hidrologi yang khas sebagai
akibat dari batuan yang mudah larut. Luas kawasan karst di Indonesia sekitar 15,4
juta hektar dan tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, salah satunya
terletak di Jawa Barat (Maulana 2011). Terdapat beberapa kawasan karst yang
terletak di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Bogor, yaitu karst Ciampea,
Cibinong, Ciseeng, dan Cileungsi.
Karst Cileungsi merupakan salah satu kawasan karst yang dimanfaatkan
untuk kegiatan penambangan bahan baku industri. Proses penambangan di karst
Cileungsi menyebabkan terbentuknya cekungan. Cekungan tersebut lambat laun
terisi air oleh proses hidrologi yang terdapat di kawasan ini. Cekungan karst yang
terisi air ini dapat menjadi habitat bagi berbagai macam mikroorganisme,
contohnya plankton.
Plankton berpotensi hidup di kawasan karst, karena perairan karst
mengandung berbagai mineral yang menunjang kelangsungan hidup organisme
tersebut. Menurut Surono (2006), unsur kimia utama sedimen karst adalah
kalsium, magnesium, dan karbon. Kation yang dikandung dalam jumlah sedikit
adalah Fe, Mn, Zn. Anion utama adalah bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO32-)
dengan anion lain berupa SO42-, OH, F-, dan Cl dalam jumlah yang relatif sedikit.
Karakteristik fisika-kimia perairan karst yang khas dapat berpotensi
memunculkan komunitas plankton tertentu, karena kehidupan plankton sangat
ditentukan oleh kondisi ekologisnya, terutama kualitas air. Potensi ekologis karst
sebagai habitat bagi berbagai jenis biota, khususnya plankton masih belum banyak
diketahui. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai struktur
komunitas plankton dan kualitas fisika-kimia perairan cekungan karst Cileungsi
yang mempengaruhinya.

Perumusan Masalah
Aktivitas penambangan kapur di kawasan karst Cileungsi, Jawa Barat
menyebabkan terbentuknya beberapa cekungan. Hidrologi karst menyebabkan
cekungan tersebut terisi air yang berasal dari air dalam tanah dan resapan dari air
hujan. Ford dan William (1989) mengemukakan bahwa kawasan karst memiliki
kondisi hidrologi yang khas sebagai akibat dari batuan yang mudah larut.
Larutnya mineral yang terkandung pada batuan di kawasan karst juga akan
mempengaruhi kualitas fisika-kimia perairan tersebut.
Karakteristik fisika-kima perairan karst dapat mempengaruhi keberadaan
plankton, karena plankton merupakan organisme yang dapat secara cepat
merespon pengaruh dari lingkungannya (Thakur et al. 2013). Perairan karst yang
banyak mengandung kation dan anion hasil pelarutan batuan akan menjadi sumber

2
mineral yang dapat mempengaruhi kehidupan plankton. Keterkaitan fisika-kimia
perairan karst dengan komunitas plankton berpotensi memunculkan karakteristik
yang khas pada komunitas plankton perairan karst Cileungsi. Perumusan masalah
dalam penelitian ini disajikan dalam diagram alir pada Gambar 1.
Cekungan karst
Cileungsi

-

-

Hidrologi
Batuan karst
Kimia dan fisika
perairan
Plankton

-Kelimpahan dan
komposisi plankton
-Karakteristik Fisika
dan kimia perairan
cekungan karst

Keterkaitan fisikakimia perairan karst
dengan komunitas
plankton perairan
karst Cileungsi

Karakteristik khas
struktur komunitas
plankton perairan
karst Cileungsi

Gambar 1

Diagram alir perumusan masalah struktur komunitas plankton di perairan
cekungan karst Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur komunitas plankton
dan keterkaitannya dengan fisika-kimia perairan di cekungan karst Cileungsi.

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian terdiri atas penelitian lapang dan penelitian laboratorium.
Penelitian lapang bertempat di Kecamatan Klapanunggal, Cileungsi, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Bulan Februari sampai April 2015.
Penelitian laboratorium dilakukan di Laboratorium Biologi Mikro 1 serta
Laboratorium Fisika dan Kimia, Divisi Produktivitas dan Lingkungan Perairan,
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Peta lokasi penelitian di daerah Cileungsi,
Jawa Barat disajikan dalam Gambar 2.

3
Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh di perairan karst Cileungsi dilakukan pada dua stasiun
yang masing-masing memiliki kondisi berbeda. Stasiun 1 merupakan perairan
yang banyak terdapat tumbuhan air, sedangkan pada Stasiun 2 tidak terdapat
tumbuhan air.
Masing-masing stasiun terdiri atas dua Substasiun, yang
dilambangkan dengan huruf a dan b. Lokasi pengambilan contoh disajikan dalam
Gambar 2 dan Lampiran 1.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian di perairan cekungan karst Cileungsi, Jawa Barat
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh melalui hasil
pengamatan dan pengukuran di lapang, serta hasil analisis di laboratorium.
Pengambilan contoh plankton dan air dilakukan sebanyak tiga kali pada kedua
stasiun pada tanggal 1 Februari hingga 1 Maret 2015, dengan interval dua minggu.
Pengamatan dan pengukuran kualitas air dilakukan secara in situ dan di
laboratorium terhadap berbagai parameter kualitas air (Tabel 1). Pengambilan
contoh plankton dilakukan menggunakan plankton net dengan ukuran mata jaring
30 µm dan ember volume 10 L. Sebanyak 100 L air disaring untuk pengambilan

4
contoh plankton. Contoh plankton disimpan dalam botol polietilen 100 mL,
kemudian diawetkan dengan larutan Lugol 1% hingga menunjukkan warna teh
gelap (APHA, AWWA, WEF 2005). Pengambilan contoh air dilakukan di
permukaan perairan kemudian dimasukkan ke dalam botol polietilen 1 L dan
disimpan didalam cool box.
Contoh plankton diamati dengan menggunakan mikroskop majemuk model
Olympus CH-2 dengan perbesaran 10x10. Kelimpahan plankton dihitung
menggunakan Sedgwick-Rafter Counting Cell (SRC) ukuran 50×20×1 mm3
(volume 1 mL). Acuan yang digunakan dalam identifikasi jenis plankton adalah
Davis (1955), Prescott (1970), Belcher dan Erika (1978) Mizuno (1979), Pennak
(1979).
Kelimpahan plankton
Kelimpahan plankton didefinisikan sebagai jumlah individu atau sel per
satuan volume (m3). Jumlah individu atau sel dihitung dengan rumus yang
mengacu pada APHA, AWWA, WEF (2005) sebagai berikut.

keterangan : N
n
Vd
Vt
Vsrc
Asrc
Aa

N=n

V
V

×

A
1
×
Aa
V

: Kelimpahan plankton (sel/m3)
: Organisme yang teramati (sel)
: Volume air yang disaring (m3)
: Volume air tersaring (mL)
: Volume satu SRC (1mL)
: Luas penampang SRC
: Luas amatan

Tabel 1 Parameter kualitas air yang diukur (APHA, AWWA, WEF 2005)
Parameter
Unit
Alat/metode
Analisis
Fisika
Kedalaman
m
Tali berskala
In situ
o
C
Suhu
Termometer
In situ
Kecerahan
cm
Secchi disk
In situ
Kekeruhan
NTU
Turbidimeter
Laboratorium
DHL
µmhos/cm
SCT meter
Laboratorium
TDS
mg/L
SCT meter
Laboratorium
TSS
g/L
Gravimetrik
Laboratorium
Kimia
pH
pH meter
In situ
DO
mg/L
Titrasi
In situ
Nitrat
mg/L
Spektrofotometer
Laboratorium
Nitrit
mg/L
Spektrofotometer
Laboratorium
Ortofosfat
mg/L
Spektrofotometer
Laboratorium
Kesadahan
mg/L CaCO3
Titrasi
Laboratorium
Kesadahan Ca
mg/L CaCO3
Titrasi
Laboratorium
Alkalinitas
mg/L CaCO3
Titrasi
Laboratorium
Silika
mg/L
Spektrofotometer
Laboratorium

5
Analisis Data
Berdasarkan nilai kelimpahan dan jenis plankton dilakukan penghitungan
indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi dari komunitas plankton.
Indeks yang diperoleh dapat menggambarkan biodiversitas dari komunitas
plankton yang terdapat pada perairan cekungan karst Cileungsi. Tingkat
similaritas antarstasiun pengamatan diperoleh dengan melakukan pengelompokan
stasiun berdasarkan kelimpahan plankton (indeks Bray-Curtis) dan parameter
kualitas air (indeks Canberra).
Analisis komponen utama dilakukan untuk mengetahui kecenderungan
plankton dan kualitas air yang mencirikan stasiun tertentu. Regresi linear
berganda dilakukan untuk melihat karakteristik fisika-kimia perairan yang
memiliki pengaruh signifikan terhadap kelimpahan plankton. Berdasarkan
kekayaan jenis plankton (richness) dari masing-masing stasiun pengamatan,
dilakukan penentuan diversitas alfa (α), beta ( ), dan gamma ( ). Hal tersebut
dilakukan untuk menggambarkan diversitas tiap Substasiun atau lokalitas (α),
perbedaan antara lokalitas yang diperbandingkan ( ), dan diversitas total plankton
yang terdapat di perairan karst Cileungsi ( ).
Indeks keanekaragaman (H’)
Indeks keanekaragaman biota dapat ditentukan dengan teori dari Shannon
Wiener (H’) (Krebs 1999). Teori ini digunakan untuk melihat diversitas,
khususnya keanekaragaman pada suatu komunitas. Persamaan indeks tersebut
adalah sebagai berikut.




H = − ∑ p ln p
keterangan:
H’
pi
s

�=

: Indeks keanekaragaman
: Proporsi individu dari jenis ke-i terhadap keseluruhan populasi
: Jumlah jenis

Indeks keseragaman (E)
Keseragaman adalah komposisi individu dari setiap jenis yang terdapat
dalam suatu komunitas (Krebs 1999).
Hal ini dapat diperoleh dengan
membandingkan Indeks Keanekaragaman dengan nilai maksimumnya, yang
dinyatakan dengan persamaan berikut.

keterangan:
E
H’
H’max
s

E=

H′
H′
=
H′ ax
ln s

: Indeks keseragaman
: Indeks keanekaragaman
: Keanekaragaman maksimum
: Jumlah jenis yang ditemukan

6
Indeks keseragaman (E) memiliki kisaran 0 sampai 1. Nilai E yang tinggi
menunjukkan keseragaman suatu populasi yang tinggi, artinya jumlah individu
pada setiap jenis tidak jauh berbeda (Krebs 1999).
Indeks dominansi (C)
Nilai indeks dominansi (Odum 1971) digunakan untuk melihat ada atau
tidaknya dominansi suatu genus tertentu dari suatu komunitas plankton. Nilai
indeks dominansi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.


C= ∑
keterangan: C
ni
N

�=

n
N

: Indeks dominansi
: Jumlah individu dari jenis ke-i
: Jumlah total individu

Kisaran nilai indeks dominansi adalah 0-1. Nilai yang mendekati nol
menunjukkan bahwa tidak ada genus yang mendominasi dalam komunitas
plankton. Sebaliknya, nilai yang mendekati 1 menujukkan adanya genus yang
mendominasi (Krebs 1999).
Indeks similaritas Bray-Curtis
Indeks similaritas Bray-Curtis digunakan untuk melihat similaritas
antarstasiun pengamatan melalui data kelimpahan plankton. Indeks tersebut dapat
diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Krebs 1999).

keterangan:
B
Xij,Yik
n

B =

∑ = |X − X |
∑ X + X

: Indeks similaritas Bray-Curtis
: Nilai kelimpahan jenis-i pada tiap stasiun (j,k)
: Jumlah jenis yang dibandingkan

Indeks similaritas Canberra
Indeks similaritas Canberra dapat digunakan untuk melihat similaritas
antarstasiun pengamatan melalui nilai fisika-kimia perairan. Pengelompokan
berdasarkan karakteristik fisika-kimia perairan menggunakan indeks similaritas
Canberra memiliki persamaan sebagai berikut (Krebs 1999).

keterangan:
C
Xij,Yik
n

C=

|X − X |
1
]
[∑
X + X
n
=

: Indeks similaritas Canberra
: Nilai fisika-kimia perairan pada tiap stasiun
: Jumlah parameter kualitas air yang dibandingkan

7
Pengelompokan dilakukan dengan melihat similaritas antarstasiun.
Setelah semua data diplotkan, akan terbentuk kelompok besar yang terdiri atas
kelompok kecil dengan tingkat similaritas yang berbeda. Pengelompokan stasiun
berdasarkan nilai kelimpahan plankton dan kualitas air dari kedua indeks tersebut
disajikan dalam bentuk dendrogram.
Analisis komponen utama
Analisis komponen utama merupakan suatu analisis statistik untuk
mengubah sebagian besar variabel asli yang saling berkorelasi satu dengan yang
lainnya menjadi satu set variabel yang lebih sederhana dan saling bebas (Legendre
dan Legendre 1998). Dalam penelitian ini, analisis komponen utama dilakukan
untuk melihat kecenderungan plankton dan kualitas air yang mencirikan stasiun
tertentu (Stasiun 1 dan 2), serta melihat korelasi antara parameter yang diamati.
Analisis komponen utama dilakukan menggunakan software dengan analisis
cluster multivariat . Hasil analisis tersebut disajikan dalam bentuk grafik biplot.
Analisis keterkaitan antara kelimpahan plankton dan kualitas air
Persamaan regresi berganda adalah persamaan regresi dengan satu peubah
tak bebas (Y) dengan lebih dari satu peubah bebas (X1, X2, X3, …, Xp). Peubah
tak bebas dalam penelitian ini adalah kelimpahan plankton, sedangkan peubah tak
bebas adalah kualitas air. Nilai kelimpahan plankton dan kualitas air yang
digunakan dalam regresi berganda ditransformasi terlebih dahulu kedalam bentuk
logaritma natural (Krebs 1999). Hubungan antara peubah-peubah tersebut dapat
dirumuskan dalam bentuk persamaan (Mattjik dan Sumertajaya 2006) sebagai
berikut.
Yi =

0+

1 X1i +

2 X2i

+

3 X3i +….

+

p Xpi + εi

Bentuk hipotetis yang diuji adalah:
H0 : 1 = 2 = 3 =…= p = 0
H1 : minimal terdapat satu p yang tidak sama dengan 0
Hipotesis nol ditolak jika nilai F-hitung > Fα(p,(n-p-1)) atau jika nilai peluang
nyata (p) kurang dari nilai taraf nyata (α). Jika hipotesis nol ditolak dapat
diartikan bahwa setidaknya terdapat satu peubah bebas yang berpengaruh terhadap
peubah tak bebas.
Diversitas lokal (α), diversitas regional ( ), dan perbedaan diversitas antar
lokalitas ( )
Diversitas yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kekayaan jenis
(richness) dari plankton. Diversitas α adalah jumlah jenis yang terdapat pada
suatu lokalitas (substasiun), diversitas merupakan perbedaan diversitas antara
lokalitas yang diamati, dan diversitas merupakan diversitas total jenis yang
terdapat pada ruang lingkup yang lebih luas (regional) (Anderson et al. 2011).
Penentuan diversitas alfa, beta, dan gamma dalam penelitian ini dilakukan
untuk mendeskripsikan diversitas setiap substasiun atau lokalitas (α), perbedaan
diversitas antarlokalitas ( ), dan diversitas total jenis plankton yang terdapat di
perairan cekungan karst Cileungsi ( ). Dengan demikian, diversitas lokal (αi)

8
berupa nilai richness dari plankton pada setiap substasiun, sedangkan diversitas
total ( ) berupa nilai richness dari keseluruhan stasiun yang diamati. Sementara,
perbedaan diversitas total antarlokalitas ( ) diperoleh berdasarkan hasil
penghitungan tertentu. Penentuan perbedaan diversitas total antarlokalitas dapat
dilakukan dengan rumus penghitungan Jaccard yang memiliki dua komponen,
yaitu -3 dan rich.
Komponen -3 adalah perbedaan proporsi diversitas
antarlokalitas (nestedness), sedangkan rich adalah pergantian jenis antarlokalitas
yang diperbandingkan (turnover) (Carvalho et al. 2012). Berikut adalah rumus
penghitungan Jaccard beserta komponennya.
cc =

[(b+c)/(a+b+c)], atau
cc=

-3=

-3+

rich

2×[(min(b,c)/(a+b+c)]
rich=

[(b-c)/(a+b+c)]

keterangan:
cc
-3
rich

a
b
c

: Perbedaan diversitas total antarlokalitas
: Pergantian jenis antarlokalitas (turnover)
: Perbedaan proporsi diversitas antarlokalitas (nestedness)
: Jumlah jenis yang dapat ditemukan pada kedua lokalitas
: Jumlah jenis yang hanya ditemukan pada lokalitas 1
: Jumlah jenis yang hanya ditemukan pada lokalitas 2

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Karakteristik perairan cekungan karst Cileungsi
Karakteristik perairan cekungan karst Cileungsi pada kedua stasiun
pengamatan selama penelitian disajikan dalam Tabel 2. Terlihat bahwa kondisi
Stasiun 1 yang jauh lebih lama terbentuk memiliki kondisi yang lebih kompleks
dibandingkan Stasiun 2, dilihat dari biota penyusun komunitas di dalamnya.
Tabel 2 Karakteristik perairan cekungan karst Cileungsi pada kedua stasiun pengamatan
Stasiun 1
Karakteristik
Tumbuhan air

√/−


Ikan



Bentos
Substrat
Umur perairan
Hidrologi (Keberadaan air)




Keterangan
Dua tipe (mencuat dan tenggelam)
Beberapa jenis (ikan mas, lele, nila,
mujair)
Udang dan beberapa jenis gastropoda
Lumpur halus
> 5 tahun
Permanen

Stasiun 2
√/−


Keterangan





Batu
1 tahun
Temporer

Sumber: Hasil wawancara dan observasi lapang di perairan cekungan karst Cileungsi Februari-Maret 2015

9
Karakteristik fisika-kimia perairan cekungan karst Cileungsi
Beberapa parameter fisika-kimia perairan pada Stasiun 1 memiliki
perbedaan dengan Stasiun 2 (Tabel 3). Nilai DHL, TDS, kesadahan total,
kesadahan Ca, nitrat, dan ortofosfat pada Stasiun 1 cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan Stasiun 2. Parameter alkalinitas, kesadahan total, kesadahan
Ca, TDS, dan DHL merupakan parameter penciri dari perairan karst. Nilai dari
parameter tersebut tergolong lebih tinggi dibandingkan perairan tawar alami
lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh proses pelarutan senyawa dalam batuan
karbonat oleh air dan karbondioksida.
Tabel 3

Karakteristik fisika-kimia perairan cekungan karst Cileungsi pada
kedua stasiun pengamatan selama penelitian
Stasiun
Parameter

1a

1b

2a

2b

0,53 ± 0,04
53,33 ± 5,5
26,63 ± 0,39
255,83 ± 42
0,007 ± 0,005
127,83 ± 20,95
7,69 ± 5,47

2 ± 0,09
76,75 ± 16,1
26,37 ± 0,45
253,5 ± 46
0,006 ± 0,004
126,65 ± 22,9
10,13± 9,43

0,58 ± 0,06
58,50 ± 6,45
25,32 ± 0,24
425,5± 19,8
0,005± 0,004
212,75± 9,6
3,41 ± 1,3

2,4 ± 0,35
112,25 ± 2,63
25,65 ± 0,24
427 ± 19,2
0,004± 0,003
213,25± 9,57
3,65 ± 1,43

pH

8,47 ± 0,06

8,33 ± 0,06

6,82 ± 0,15

6,93 ± 0,09

DO (mg/L)

5,73 ± 0,94

6,17 ± 0,73

7,66 ± 2,18

8,61 ± 0,72

Alkalinitas (mg/L CaCO3)

89,33 ± 69,04

84 ± 62,5

104 ± 20,7

106 ± 11,5

Kesadahan (mg/L CaCO3)

160,84 ± 48,56

159,67 ± 55

268,19± 43,5

267,03± 52,3

Kesadahan Ca (mg/LCaCO3)

138,98 ± 27,42

131,17 ± 33,3

258,83± 40

259 ± 51,4

Nitrat (mg/L)

0,029 ± 0,01

0,034 ± 0,02

0,38 ± 0,14

0,50 ± 0,23

Nitrit (mg/L)

0,001 ± 0,001

0,006 ± 0,001

0,003± 0,001

0,003± 0,001

Ortofosfat (mg/L)
Silika (mg/L)

0,008 ± 0,004
0,155 ± 0,025

0,01 ± 0,007
0,167 ± 0,01

0,011± 0,009
0,150 ± 0,03

0,016 ± 0,01
0,146 ± 0,02

Fisika
Kedalaman (m)
Kecerahan (cm)
Suhu (oC)
DHL (µmhos/cm)
TSS (g/L)
TDS (mg/L)
Kekeruhan (NTU)

Kimia

Fitoplankton di perairan cekungan karst Cileungsi
Gambar 3 menunjukkan komposisi jumlah jenis fitoplankton (%) berdasarkan
kelas. Kelas Chlorophyceae memiliki komposisi tertinggi pada Stasiun 1 (34-35,29%),
diikuti oleh kelas Bacillariophyceae (28,57-29,41) dan Cyanophyceae (25,71-26,47).
Kelas fitoplankton yang memiliki komposisi tertinggi pada Stasiun 2 adalah kelas
Chlorophyceae (34,29-36,36 %), dan Cyanophyceae (36,36%).

Komposisi jumlah jenis (%)

10
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1a

1b

Dinophyceae

Stasiun
Euglenophyceae

Bacillariophyceae

Chlorophyceae

2a

2b
Cyanophyceae

Gambar 3 Persentase komposisi jumlah jenis fitoplankton pada kedua stasiun
pengamatan di perairan cekungan karst Cileungsi selama penelitian
Gambar 4 menunjukkan komposisi kelimpahan fitoplankton (%)
berdasarkan kelas. Cyanophyceae memiliki kelimpahan tertinggi di Stasiun
1(41,59-43,10 %), sedangkan Dinophyceae memiliki kelimpahan tertinggi pada
Stasiun 2 (47,18-61,59%).
100%
Komposisi kelimpahan (%)

90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1a

1b

Euglenophyceae

Stasiun
Chlorophyceae

Dinophyceae

Cyanophyceae

2a

2b
Bacillariophyceae

Gambar 4 Persentase komposisi kelimpahan fitoplankton pada kedua stasiun
pengamatan di perairan cekungan karst Cileungsi selama penelitian
Kelimpahan total fitoplankton pada kedua stasiun pengamatan selama
penelitian disajikan dalam Gambar 5. Kelimpahan total selama penelitian berkisar
antara 120×105-250×105 sel/m3.
Substasiun yang memiliki kelimpahan
fitoplankton tertinggi adalah subtasiun 1b (250×105 sel/m3), sedangkan substasiun
yang memiliki kelimpahan fitoplankton terendah adalah Substasiun 2a (120×105
sel/m3).

11

Kelimpahan fitoplankton (selx105/m3)

300
250
200
150
100
50
0
1a

1b

2a

2b

Stasiun

Gambar 5 Kelimpahan total fitoplankton pada kedua stasiun pengamatan di
perairan cekungan karst Cileungsi selama penelitian
Zooplankton di perairan cekungan karst Cileungsi
Berdasarkan komposisi jumlah jenis zooplankton (Gambar 6), diketahui
bahwa zooplankton dari kelompok Rotifera merupakan kelompok yang memiliki
jumlah jenis tertinggi pada kedua stasiun pengamatan (44,44-62,50%).

Komposisi jumlah jenis (%)

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1a
Larva

1b
Protozoa

2a
Stasiun
Crustacea

2b
Rotifera

Gambar 6 Persentase komposisi jumlah jenis zooplankton pada kedua stasiun
pengamatan di perairan cekungan karst Cileungsi selama penelitian
Berdasarkan komposisi kelimpahan zooplankton (Gambar 7), terlihat
bahwa kelompok Rotifera memiliki kelimpahan tertinggi pada kedua stasiun
pengamatan (54,95-66,62%).

12
100%
Komposisi kellimpahan (%)

90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1a
Larva

Gambar 7

1b

2a
Stasiun
Protozoa
Crustacea

2b
Rotifera

Persentase komposisi kelimpahan zooplankton pada kedua stasiun
pengamatan di cekungan perairan karst Cileungsi selama penelitian

Kelimpahan zooplankton (indx103 /m3)

Kelimpahan total zooplankton pada kedua stasiun pengamatan selama
penelitian disajikan pada Gambar 8. Kelimpahan total selama penelitian berkisar
antara 35×103-310×103 ind/m3.
Substasiun yang memiliki kelimpahan
zooplankton tertinggi adalah Substasiun 1a (310×103 ind/m3), sedangkan stasiun
yang memiliki kelimpahan zooplankton terendah adalah Substasiun 2b
(35×103ind/m3).
400
350
300
250
200
150
100
50
0
1a

1b

2a

2b

Stasiun

Gambar 8

Kelimpahan total zooplankton pada kedua stasiun pengamatan di
cekungan perairan karst Cileungsi selama penelitian

13
Struktur komunitas fitoplankton di perairan cekungan karst Cileungsi
Indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E), dan indeks dominansi (C)
fitoplankton di perairan Cekungan karst Cileungsi disajikan dalam Tabel 4, yang
masing-masing berkisar antara 0,93-2,38; 0,42-0,68; dan 0,17-0,56. Stasiun 2
memiliki indeks dominansi (C) yang relatif lebih tinggi dibandingkan Stasiun 1.
Indeks keanekaragaman (H’) pada Stasiun 1 relatif lebih tinggi dibandingkan
Stasiun 2.
Tabel 4 Nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E), dan indeks
dominansi (C) fitoplankton pada kedua stasiun di perairan cekungan karst
Cileungsi selama penelitian
Indeks

Stasiun
1a

1b

2a

2b

Indeks Keanekaragaman (H’)

1,67-2,28

1,91-2,38

1,27-1,54

0,93-1,37

Indeks Keseragaman (E)

0,51-0,66

0,56-0,68

0,6-0,65

0,42-0,57

Indeks Dominansi (C)

0,17-0,33

0,16-0,26

0,23-0,41

0,4-0,56

Struktur komunitas zooplankton di perairan cekungan karst Cileungsi
Indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E), dan indeks dominansi (C)
zooplankton di perairan Cekungan karst Cileungsi disajikan dalam Tabel 5, yang
masing-masing berkisar antara 0,83-1,62; 0,43-0,70; dan 0,11-0,48. Indeks
keanekaragaman (H’) pada Stasiun 1 relatif lebih tinggi dibandingkan Stasiun 2.
Tabel 5 Nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E), dan indeks
dominansi (C) zooplankton pada kedua stasiun di perairan cekungan karst
Cileungsi selama penelitian
Indeks

Stasiun
1a

1b

2a

2b

Indeks Keanekaragaman (H’)

1,46-1,62

1,45-1,59

0,83-1,28

0,86-1,02

Indeks Keseragaman (E)

0,55-0,68

0,56-0,7

0,43-0,79

0,48-0,69

Indeks Dominansi (C)

0,23-0,28

0,26-0,31

0,11-0,36

0,11-0,48

Pengelompokan stasiun berdasarkan kelimpahan fitoplankton
Dendrogram pengelompokan stasiun berdasarkan kelimpahan fitoplankton
di perairan cekungan karst Cileungsi disajikan dalam Gambar 9. Analisis
similaritas dilakukan menggunakan software dengan analisis cluster multivariat.
Berdasarkan taraf similaritas 75%, pengelompokan stasiun berdasarkan nilai
kelimpahan fitoplankton terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok I terdiri atas
Substasiun 1a dan 1b (90%), sedangkan kelompok II terdiri atas Substasiun 2a
dan 2b (96%).

14

Gambar 9

Dendrogram pengelompokan stasiun berdasarkan kelimpahan
fitoplankton di perairan cekungan karst Cileungsi selama penelitian

Pengelompokan stasiun berdasarkan kelimpahan zooplankton
Dendrogram pengelompokan stasiun berdasarkan kelimpahan zooplankton
di perairan cekungan karst Cileungsi disajikan dalam Gambar 10. Analisis
similaritas dilakukan menggunakan software dengan analisis cluster multivariat.
Berdasarkan taraf kesamaan 75%, pengelompokan stasiun berdasarkan nilai
kelimpahan zooplankton terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok I terdiri atas
Substasiun 1a dan 1b (85%), sedangkan kelompok II terdiri atas Substasiun 2a
dan 2b (96%).

Gambar 10 Dendrogram pengelompokan stasiun berdasarkan kelimpahan
zooplankton di perairan cekungan karst Cileungsi selama penelitian

15

Pengelompokan stasiun berdasarkan nilai fisika-kimia perairan
Dendrogram pengelompokan stasiun berdasarkan karakteristik fisikakimia perairan cekungan karst Cileungsi disajikan dalam Gambar 11. Analisis
similaritas dilakukan menggunakan software dengan analisis cluster multivariat.
Berdasarkan taraf similaritas 75%, pengelompokan stasiun berdasarkan nilai
fisika-kimia perairan terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok I terdiri atas
Substasiun 1a dan 1b (91%), sedangkan kelompok II terdiri atas Substasiun 2a
dan 2b (86%).

Gambar 11 Dendrogram pengelompokan stasiun berdasarkan parameter kualitas
air di cekungan karst Cileungsi selama penelitian
Parameter penciri stasiun pengamatan di cekungan karst Cileungsi
Parameter kualitas air yang digunakan dalam analisis komponen utama
adalah kekeruhan, suhu, nitrit, alkalinitas, TSS, DHL, ortofosfat, nitrat, dan
kesadahan Ca. Parameter biologi yang digunakan adalah fitoplankton dan
zooplankton. Keberadaan fitoplankton diklasifikasikan menurut kelas, yaitu
Bacillariophyceae,
Chlorophyceae,
Cyanophyceae,
Dinophyceae,
dan
Euglenophyceae. Terhadap zooplankton, tidak dilakukan klasifikasi menurut
kelompok, dikarenakan seluruh kelompok pada komunitas zooplankton lebih
mencirikan Stasiun 1.
Analisis komponen utama menunjukkan bahwa akar ciri komponen
pertama dan komponen kedua mampu menjelaskan 48,4% dan 22,5% dari
keragaman data total (Lampiran 2). Hasil tersebut menunjukkan bahwa Stasiun 1
lebih dicirikan oleh keberadaan zooplankton dan seluruh kelas fitoplankton,
kecuali kelas Dinophyceae yang terlihat lebih mencirikan Stasiun 2. Parameter
kualitas air yang mencirikan Stasiun 1, adalah kekeruhan, suhu, nitrit, dan TSS.
Parameter kualitas air yang mencirikan Stasiun 2, adalah ortofosfat, nitrat, DHL,
dan kesadahan Ca. Hasil analisis komponen utama disajikan dalam Gambar 12.

16

Gambar 12 Kecenderungan parameter kualitas air dan kelimpahan plankton pada
kedua stasiun pengamatan di perairan cekungan karst Cileungsi
Diversitas lokal (α), diversitas regional ( ), dan perbedaan diversitas antar
lokalitas ( ) pada komunitas fitoplankton
Diversitas alfa (α) dan gamma ( ) fitoplankton di perairan cekungan karst
Cileungsi (Gambar 13) menunjukkan bahwa diversitas yang paling tinggi terdapat
pada α1 (35 genera). Diversitas pada αγ dan α4 lebih rendah dibandingkan
dengan α1 dan αβ. Diversitas total fitoplankton ( ) pada perairan cekungan karst
Cileungsi adalah sebanyak 37 genera.
40

Diversitas (jumlah jenis)

35
30
25
20
15
10
5
0

α1

αβ

αγ
Notasi diversitas

α4

Gambar 13 Diversitas alfa (α) dan gamma ( ) fitoplankton di perairan cekungan
karst Cileungsi

17

Tabel 6 menunjukkan diversitas fitoplankton di perairan cekungan karst
Cileungsi antar lokalitas (Substasiun). Terlihat bahwa perbedaan diversitas total
( cc) yang tertinggi terdapat pada α1 dan αγ serta α1 dan α4. Nilai -3 atau
turnover relatif rendah pada seluruh lokalitas yang diperbandingkan. Nilai rich
yang paling tinggi terdapat pada α1 dan αγ, serta α1 dan α4.
Tabel 6

Diversitas
fitoplankton di perairan cekungan karst Cileungsi
antarlokalitas (substasiun)
Diversitas
Diversitas α
α1 dan αβ α1 dan αγ α1 dan α4 αβ dan αγ αβ dan α4 αγ dan α4
cc

0,135

0,687

0,687

0,677

0,677

0,018

-3

0,108

0,006

0,006

0,006

0,006

0,018

rich

0,027

0,681

0,681

0,672

0,672

0,000

Diversitas lokal (α), diversitas regional ( ), dan perbedaan diversitas antar
lokalitas ( ) pada komunitas zooplankton
Diversitas alfa (α), beta ( ), dan gamma ( ) zooplankton di perairan
cekungan karst Cileungsi ditunjukkan pada Gambar 14. Tampak bahwa diversitas
yang paling tinggi terdapat pada α1 (18 genera). Diversitas pada αγ dan α4 lebih
rendah dibandingkan dengan α1 dan αβ. Diversitas total zooplankton ( ) pada
perairan cekungan karst Cileungsi adalah sebanyak 19 genera.
20

19
18
17

Diversitas (jumlah jenis)

18
16
14

11

12
9

10
8
6
4
2
0

α1

αβ

αγ
Notasi diversitas

α4

Gambar 14 Diversitas alfa (α) dan gamma ( ) zooplankton di perairan cekungan
karst Cileungsi
Tabel 7 menunjukkan diversitas zooplankton di perairan cekungan karst
Cileungsi antar lokalitas (Substasiun). Berdasarkan Tabel 6, diketahui perbedaan
diversitas total ( cc) yang tertinggi terdapat pada αβ dan α4. Nilai -3 atau turnover
relatif rendah pada seluruh lokalitas yang dibandingkan. Nilai rich yang paling
tinggi terdapat pada αβ dan α4.

18
Tabel 7 Diversitas
zooplankton di perairan cekungan karst Cileungsi
antarlokalitas (substasiun)
Diversitas

Substasiun

α1 dan αβ

α1 dan αγ

α1 dan α4

αβ dan αγ

αβ dan α4

αγ dan α4

-3

0,158
0,105

0,503
0,011

0,558
0,011

0,474
0,012

0,611
0,111

0,300
0,200

rich

0,053

0,492

0,547

0,462

0,500

0,100

cc

Pembahasan
Karst adalah suatu bentang alam yang tersusun atas batuan karbonat
(limestone, dolomite, marble) atau batuan evaporit (gypsum, anhydrite, rock salt)
dan memiliki sistem drainase yang baik. Kawasan karst memiliki akifer bawah
tanah yang mengandung sumber daya air yang melimpah. Kawasan karst juga
dianggap konservatif dikarenakan pengaruh dari runoff yang minim (Taminskas et
al. 2006).
Perairan karst Cileungsi termasuk kategori cekungan, karena memiliki area
yang tidak terlalu luas. Cekungan dan danau pada kawasan karst memiliki peran
yang besar dalam pergantian air. Beberapa cekungan di karst dapat kering atau
dipenuhi oleh air, tergantung pada musim. Cekungan tersebut dapat dipenuhi oleh
air ketika musim hujan. Cekungan di kawasan karst dapat menjadi permanen
ketika dasar cekungan mencapai aliran air di bawah tanah, tetapi cekungan
permanen tersebut dapat rusak oleh sedimentasi yang disebabkan erosi, sehingga
cekungan menjadi kering atau jarang terisi oleh air (Taminskas et al. 2006).
Terdapat dua cekungan perairan di kawasan karst Cileungsi yang dijadikan
sebagai stasiun pengamatan dalam penelitian. Visualisasi lokasi penelitian
disajikan dalam Lampiran 1. Hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa
kedua cekungan tersebut memiliki karakteristik perairan yang berbeda (Tabel 2).
Kedua stasiun tersebut dikelompokkan berdasarkan kelimpahan plankton dan nilai
fisika-kimia perairan dengan menggunakan analisis indeks similaritas Bray-Curtis
dan Canberra.
Pengelompokan stasiun berdasarkan kelimpahan fitoplankton, zooplankton,
dan parameter kualitas air di perairan cekungan karst Cileungsi menunjukkan pola
yang seragam (Gambar 9, 10, dan 11). Dendrogram tersebut terbentuk
berdasarkan taraf kesamaan 75%, baik pada pengelompokan stasiun berdasarkan
kelimpahan fitoplankton, zooplankton, dan parameter kualitas air. Substasiun 1a
dan 1b mengelompok pada Stasiun 1, sedangkan Substasiun 2a dan 2b
mengelompok pada Stasiun 2. Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan
antara kedua stasiun pengamatan dilihat dari kelimpahan plankton dan kualitas air.
Berdasarkan komposisi kelimpahan fitoplankton pada Stasiun 1, kelas yang
memiliki kelimpahan tertinggi adalah Cyanophyceae. Oscillatoria sp. merupakan
genus dari kelas Cyanophyceae yang memiliki kelimpahan cukup tinggi, yaitu
sebesar 8 236 434 sel/m3 (Lampiran 3). Kelimpahan dari kelas Cyanophyceae
yang tinggi pada perairan tawar, pada umumnya dapat disebabkan oleh tingginya
nilai kesadahan atau hardness. Cyanophyceae dapat mengalami pertumbuhan

19
yang pesat pada perairan yang sadah (Davis 1955). Berdasarkan Tabel 3,
diketahui bahwa nilai kesadahan perairan cekungan karst Cileungsi lebih dari 159
mg/L CaCO3. Perairan dengan nilai kesadahan lebih dari 150 mg/L CaCO3
digolongkan ke dalam perairan sadah (hardwater) (Peavy et al. 1985).
Cyanophyceae juga umum ditemukan melimpah di beberapa perairan karst yang
pernah diteliti (Taminskas et al. 2006).
Komposisi jenis fitoplankton yang tertinggi di perairan cekungan karst
Cileungsi berasal dari kelas Chlorophyceae. Hal ini sejalan dengan penelitian
Zulfia dan Puspasari (2013) serta Wijaya dan Hariyati (2009) yang menyatakan
bahwa fitoplankton yang umumnya memiliki kekayaan jenis tinggi di perairan
tawar berasal dari kelas Chlorophyceae. Perairan karst juga dapat dicirikan oleh
kekayaan jenis fitoplankton yang tinggi dari kelas Chlorophyceae (Taminskas et
al. 2006).
Kelas Bacillariophyceae juga memiliki kelimpahan dan jumlah jenis yang
cukup tinggi pada kedua stasiun pengamatan, meskipun silika yang terdapat di
kedua stasiun tidak terlalu besar nilainya. Nilai silika yang diperoleh pada kedua
stasiun pengamatan cukup rendah karena kelas Bacillariophyceae dapat
memanfaatkan silika sebagai nutrien untuk proses pembentukan dinding sel
(frustule). Sejumlah nilai silika dibutuhkan oleh fitoplankton, terutama kelas
Bacillariophyceae dalam sintesis protein dan pembentukan dinding sel.
Pemanfaatan silika terlarut oleh plankton perairan tawar menyebabkan nilai silika
mengalami penurunan menjadi sangat rendah, bahkan di bawah deteksi limit (Pal
dan Choudhury 2014).
Komposisi kelimpahan fitoplankton yang tertinggi pada Stasiun 2 berasal
dari kelas Dinophyceae, yaitu genus Peridinium sp. Wu and Chou (1998)
menyatakan bahwa Dinophyceae adalah fitoplankton yang seringkali memiliki
kelimpahan yang sangat tinggi di perairan tawar. Penelitian Zulfia dan Puspasari
(2013) juga menunjukkan bahwa kelas Dinophyceae memiliki kelimpahan yang
tinggi dibandingkan kelas lainnya walaupun hanya terdiri atas satu genus, yaitu
Peridinium sp. Penyebab melimpahnya Peridinium sp. diduga juga disebabkan
oleh tingginya nilai nitrat pada stasiun tersebut (>0,3 mg/L). Konsentrasi yang
lebih dari 0,2 mg/L dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi atau pengayaan
perairan, yang selanjutnya berpotensi memicu pertumbuhan alga secara pesat
(Davis dan Cornwell 1991).
Kelimpahan total Peridinium sp. pada Stasiun 2 lebih tinggi dibandingkan
dengan Stasiun 1, tetapi kelimpahan kelas lain seperti Cyanophyceae dan
Chlorophyceae cenderung rendah pada Stasiun 2. Berman dan Dubinsky (1985)
mengemukakan bahwa Dinophyceae dapat berkompetisi dengan plankton lain dari
kelas Cyanophyceae dan Chlorophyceae, dalam memanfaatkan nutrien di
perairan. Pertumbuhan yang pesat dari Peridinium sp. juga erat kaitanya dengan
konsentrasi Ca (Wu and Chou 1998).
Kesadahan kalsium (Ca) merupakan penyusun utama kesadahan total di
perairan tawar. Nilai kesadahan di perairan cekungan karst Cileungsi cukup
tinggi pada kedua stasiun, sehingga dikategorikan sebagai perairan sadah
(hardwater).
Stasiun 2 memiliki nilai kesadahan Ca yang lebih tinggi
dibandingkan Stasiun 1. Hal tersebut diikuti dengan kelimpahan Peridinium sp.
yang tinggi pada Stasiun 2. Tingginya kelimpahan Peridinium sp. dikarenakan
kebutuhan organisme tersebut terhadap Ca sebagai sumber mineral dapat

20
terpenuhi. Organisme tersebut dapat memanfaatkan sumber mineral berupa
kalsium dalam pembentukan dinding sel (theca).
Indeks keanekaragaman (H’) fitoplankton di Stasiun 2 cenderung lebih
rendah dibandingkan Stasiun 1. Indeks dominansi (C) pada Stasiun 2 lebih tinggi
dibandingkan Stasiun 1. Hal tersebut disebabkan oleh kekayaan jenis fitoplankton
yang rendah dan penyebaran yang kurang merata pada Stasiun 2. Selain itu,
terdapat genus Peridinium sp. yang cukup dominan pada Stasiun 2. Didukung
juga dengan analisis komponen utama yang menunjukkan bahwa sebagian besar
kelas fitoplankton lebih cenderung mencirikan Stasiun 1, hanya kelas
Dinophyceae yang terlihat lebih mencirikan Stasiun 2. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh faktor fisika-kimia perairan, seperti nilai kesadahan Ca, nitrat,
dan kesadahan total yang menyebabkan kelas Dinophyceae memiliki kelimpahan
yang tinggi.
Indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi komunitas
zooplankton di perairan cekungan karst Cileungsi (Tabel 5) menunjukkan kisaran
dengan nilai yang tidak terlalu bervariasi.
Indeks dominansi komunitas
zooplankton perairan cekungan karst Cileungsi pada kedua stasiun cenderung
rendah (