Fungsi Rambut

C. Fungsi Rambut

Sepanjang sejarah peradaban manusia, rambut selalu menempati kedudukan penting. Kedudukan penting tersebut berkaitan langsung dengan berbagai fungsi rambut. Adapun fungsi utama rambut adalah sebagai berikut:

1. Pelindung Ketika nenek moyang manusia masih hidup dihutan belukar dan tinggal di dalam gua-gua, satu-satunya pelindung utama bagi kepala adalah rambutnya. Akibat berbagai benturan dan gesekan dengan kekejaman alam sekitar diperkecil oleh rambut subur yang tumbuh dikepala.

Kandung rambut di dalam kulit berhubungan langsung dengan ujung- ujung saraf perasa, dengan cepat mampu mengantar denyut-denyut Kandung rambut di dalam kulit berhubungan langsung dengan ujung- ujung saraf perasa, dengan cepat mampu mengantar denyut-denyut

2. Penghangat Selain sebagai penyangga benturan dan alat sensorik, rambut akan memberi kehangatan kepada tubuh manusia. Manusia purba yang hidup dialam terbuka dengan segala kekerasannya. Rambut kepala yang paling dominan pertumbuhan dan ketebalannya, membentuk semacam insulator alami yang menjaga stabilitas suhu kulit kepala dari pengaruh suhu udara disekitarnya. Dinginnya udara sekitar tidak dapat langsung mengenai kulit kepala berhubung adanya insulator udara yang memperoleh pemanasan tetap dari suhu badan kita. Sebaliknya, panasnya udara sekitar akan meningkatkan suhu insulator yang segera merangsang terjadinya perkeringatan. Kulit kepala akan terbasahi oleh keringat. Keringat akan menguap dan untuk menguap membutuhkan panas yang akan diambil dari suhu kulit kepala. Dengan demikian tidak akan terjadi peningkatan suhu kulit kepala.

3. Penambah Kecantikan

Namun apabila ditinjau dari sisi estetika, rambut juga memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Pertanda status sosial Berkembangnya suatu peradaban membawa serta terbentuknya

strata sosial. Rambut yang dapat ditata dalam berbagai bentuknya, kemudian dijadikan salah satu tanda status sosial pemiliknya.

Manusia primitif menghias rambutnya dengan tulang, manik-manik dari kerang dan bulu burung besar dengan maksud menakut-nakuti musuhnya, sekaligus menunjukkan status kepimpinan atas kaumnya. Dikalangan bangsa Gaul yang dulu berwilayah dari Sungai Rhein dan Pegunungan Alpenia di Timur, Laut Tengah dan Pegunungan Pyrenis di Selatan hingga Samudera Atlantik di Barat Laut, yang sebagian besar bekas wilayahnya kini menjadi negara Prancis, peringkat sosial seseorang diwujudkan dalam kepanjangan rambutnya. Para bangsawan dan jenderal Gaul memiliki rambut sangat panjang. Ketika dalam suatu pertempuran Julius Cesar (100-44 SM) berhasil menaklukan mereka, kaisar Romawi ini pun segera memerintahkan agar mereka memotong rambutnya. Tindakan ini bukannya hanya sekadar suatu penghinaan, melainkan sebagai pertanda penghambaan diri mereka kepada kekaisaran Romawi. Para budak dilingkungan kekaisaran Romawi juga harus mencukur rambutnya.

Pada umumnya kaum wanita Mesir Purba, juga mencukur rambutnya, berhubung dengan iklim panas dan alasan kebersihan dan kesehatan. Mereka menggunakan wig sebagai pengganti rambut aslinya. Hanya para pendeta dan para budak saja yang harus mencukur rambutnya tanpa diizinkan memakai wig. Dilingkungan bangsa-bangsa Anglo Saxon, rambut panjang terurai menandakan kegadisan dan kebebasan menikah. Sampai pada usia tertentu, meskipun belum juga menikah, para wanita muda tersebut dapat mengepang rambutnya. Tetapi pada hari pernikahannya, kepang harus dilepas dan rambut harus dibiarkan terurai bebas di atas bahu, sebagai perlambang kegadisannya. Setelah upacara pernikahan usai, rambut harus dipangkas pendek sebagai lambang penghambaan diri kepada suaminya. Di daratan tinggi Skotlandia masih dijumpai kebiasaan, wanita bersuami harus mengikat rambutnya dengan kain linen putih, sesuatu yang sering dipandang lebih penting daripada mengenakan cincin kawin. Sedangkan para janda diharuskan menutup rambut dengan topi hitam bertali penahan didagu. Kesemuanya itu bertujuan agar masyarakat dapat mengetahui status sosial mereka, pendeta atau budak, status pernikahan mereka, masih gadis, sudah bersuami, atau sudah menjanda. Perlakuan demikian itu sangat diskriminatif terhadap kaum wanita, tetapi memang begitu kenyataannya.

b. Identitas profesi

Rambut juga lazim digunakan sebagai identitas profesi yang bersangkutan. Di zaman kekaisaran Romawi, ketika para penguasa dan para bangsawan sering membubuhi rambutnya dengan serbuk emas atau perak sebagai pertanda kebangsawaannya, para wanita penjaja seks yang dalam lingkungan kekaisaran Romawi diberi status legal, dilindungi dan dipungut pajak, diharuskan mewarnai kuning rambutnya sebagai identitas profesinya. Pewarnaan dapat menggunakan ramuan pewarna rambut zaman itu, atau menggunakan wig berwarna kuning. Ratu Messalina (circa 48 M) istri kaisar Claudius I (10 SM- 54 M) yang terkenal akan gairah seksualnya, menggunakan wig berwarna kuning agar dapat bebas pergi ke lorong-lorong kota Roma guna mendapatkan kawan berkencan. Tetapi Ratu ini cukup ceroboh dengan sering meninggalkan wig ditempat kencannya. Akibatnya, beberapa hari kemudian selalu ada saja pria berbeda yang mengantarkan wig tersebut ke istana. Ratu yang konon sangat cantik itu kemudian harus mengalami nasib tragis dihukum mati atas perintah suaminya, Kaisar Claudius I. bukan hanya karena penyelewengannya saja, tetapi lebih dikarenakan ketika Kaisar Claudius I berada di luar Roma, Messalina mengumumkan secara terbuka rencana pernikahannya dengan Galius Silius, termasuk niatnya menjadikan pria tersebut sebagai pengganti Kaisar Claudius I.

Hingga di zaman modern ini, tata rambut sebagai identitas profesi masih dapat dilihat dilingkungan kerajaan Inggris. Ketua Parlemen, para pejabat peradilan seperti hakim, jaksa dan penasihat hukum harus menggunakan tata rambut tertentu, yang untuk kepraktisannya kini sudah Hingga di zaman modern ini, tata rambut sebagai identitas profesi masih dapat dilihat dilingkungan kerajaan Inggris. Ketua Parlemen, para pejabat peradilan seperti hakim, jaksa dan penasihat hukum harus menggunakan tata rambut tertentu, yang untuk kepraktisannya kini sudah

Selain itu, dilingkungan kaum pria yang berprofesi seniman, pelukis, pemusik, penulis, penyair dan pemikir, terdapat kebiasaan memelihara panjang rambutnya. Ini bukan berarti ingin tampak eksentrik, melainkan lebih merupakan manifestasi kejiwaan, bahwa mereka adalah kaum penganut azas kebebasan dan kemandirian. Sebab tanpa kebebasan dan kemandirian, karya seni dan temuan ilmiah sulit dilahirkan.

Mengapa harus berambut panjang ? Karena rambut pendek apalagi yang pendek sekali sudah terlanjur menjadi simbol pengekangan, pendisiplinan dan hilangnya kebebasan. Hal ini tercermin dari adanya keharusan berambut pendek dilingkungan narapidana, dilingkungan siswa sekolah, dilingkungan biarawan dan biarawati dan dilingkungan anggota angkatan bersenjata.

c. Menunjang penampilan Terciptanya mode tata rambut diciptakan hanya untuk lingkungan istana dan kaum bangsawan saja. Tujuan semula adalah untuk membedakan penampilan mereka dengan kaum kebanyakan. Para penata rambut istana membuat beberapa desain tata rambut untuk dipilih dan digunakan Ratu. Desain yang terpilih kemudian juga diikuti istri para bangsawan, terutama oleh para kekasih gelap, yang memandang istri resmi sebagai pesaing utama. Berhubung ketika itu teknologi komunikasi belum berkembang, maka mode yang digunakan kaum kelas atas mampu bertahan sangat lama. Tetapi dengan tumbuhnya masyarakat kelas menengah yang mampu membayar penata rambut dan sejalan dengan sifat manusiawi yang menyukai dirinya dipandang sebagai bagian dari kelas yang berkuasa, maka mode dari tata rambut kaum kelas atas, juga mulai ditiru dimana-mana. Keadaan ini memaksa para penata rambut istana untuk membuat desain tata rambut yang baru lagi. Tidak lama kemudian, mode tersebut juga menyebar ke masyarakat luas, sehingga harus dibuat mode yang baru lagi, begitulah seterusnya.

Berkembangnya peradaban dan ketika manusia makin menyadari betapa pentingnya penampilan sebagai penunjang keberhasilan, maka fungsi alami rambut sebagaimana disebut di atas, satu per satu mulai tergeser oleh fungsi utamanya sekarang, yaitu sebagai penunjang penampilan. Untuk itu sangat dibutuhkan pilihan yang jeli, tepat dan sesuai dengan kondisi orang tersebut (status, tujuan, waktu, umur) dan sebagainya.