Distribusi dan Kelimpahan Larva lkan di Estuaria Segara Anakan Cilacap, Jawa Tengah

DlSTRlBUSl DAN KELIMPAHAN LARVA IKAN
Dl ESTUARJA SEGARA ANAKAN, CILACAP
JAWA TENGAH

OLEH :
MUHAMMAD NURSID

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

MUHAMMAD NURSID, NRP. P27500011. Distribusi dan Kelirnpahan Larva lkan
di Estuaria Segara Anakan Cilacap, Jawa Tengah. Dibirnbing oleh RICHARDUS
.. .
F. KASWADJI dan SULISTIONO.

ABSTRAK
Distribusi dan kelirnpahan larva ikan serta hubungannya dengan faktor
bio-fisikokirnia perairan telah diarnati selarna bulan November 2001 sarnpai
dengan April 2002 di Estuari Segara Anakan, Cilacap. Pengarnbilan sarnpel
larva ikan dilakukan setiap bulan dengan rnenggunakan larva net pada sepuluh

stasiun penelitian.
Sebaran parameter lingkungan dideterrninasi dengan Analisis Kornpoen
Utarna dan distribusi larva ikan berdasarkan sebaran parameter lingkungan
dideterrninasi dengan Analisis Faktorial Koresponden. Regresi berganda rnetode
Stepwise dilakukan untuk rnelihat hubungan antara faktor lingkungan dengan
kelirnpahan larva ikan.
Larva ikan cenderung terdistribusi lebih banyak pada bagian dalarn
dibanding bagian luar dari estuaria Segara Anakan (pintu rnasuk estuaria). Hal
ini disebabkan bagian dalarn estuaria Segara Anakan
rnerniliki variasi
lingkungan yang lebih kecil dibanding bagian luar. Besarnya variasi faktor
lingkungan pada bagian luar estuaria ini disebabkan oleh besarnya pengaruh air
laut Sarnudera Hindia serta sungai-sungai yang berrnuara di estuaria Segara
Anakan, Cilacap.
Larva ikan yang diperoleh terbagi dalarn 23 farnilia dan 38 genus. Farnilia
Gobiidae rnerupakan penyurnbang terbesar dari seluruh total tangkapan
(67,33%),diikuti dengan Engraulidae (19,39%),Apogonidae (8,27%) dan
lainnya sebesar 4,96%. Kelirnpahan larva ikan seluruh takson tertinggi terjadi
pada bulan November dan Desernber 2001. Kelirnpahan larva ikan cenderung
rendah pada stasiun-stasiun yang rnerniliki salinitas dan kekeruhan yang tinggi.

Faktor lingkungan yang berkorelasi nyata dengan kelirnpahan larva ikan total
adalah kekeruhan. Beberapa larva ikan rnenunjukkan preferensi yang bervariasi
terhadap kondisi lingkungan rnisalnya Engmulis yang rnenyukai habitat dengan
salinitas yang relatif tinggi dan Stolephorus yang rnenyukai habitat dengan
kandungan zooplankton yang tinggi.

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini Saya rnenyatakan bahwa tesis yang berjudul Distribusi dan
Kelimpahan Larva lkan di Estuaria Segara Anakan Cilacap, Jawa Tengah
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.
Sernua informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya.

Bogor, 31 Desember 2002

DlSTRlBUSl DAN KELIMPAHAN LARVA IKAN
Dl ESTUARIA SEGARA ANAKAN, CILACAP
JAWA TENGAH


MUHAMMAD NURSID
NRP. P27500011

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk rnernperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi llmu Kelautan

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

: Distribusi dan Kelimpahan Larva lkan di Estuaria Segara
Anakan Cilacap, Jawa Tengah
: Muhammad Nursid
Nama
: P27500011
NRP

Program Studi : llmu Kelautan

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sulistiono. M.Sc.
Anggota

Dr. Ir. Richardus F. Kaswadii. M.Sc.
Ketua

Mengetahui,
2. Ketua Program Studi
llmu Kelautan

Dr. Ir. John I. Pariwono

rogram Pascasarjana

...----


Tanggal Lulus : Selasa, 19 November 2002

Penulis dilahirkan di Langkat, Sumatera Utara, pada tanggal 18 Pebruari
1974 pasangan Masrudin dan Siti Rubikum. Penulis merupakan anak terakhir
dari 8 bersaudara.
Tahun 1993 penulis lulus dari SMA Negeri Tanjung Pura, Langkat.
Pendidikan sarjana ditempuh di Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto, lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis diterima
pada Program Studi llmu Kelautan Program Pascasarjana IPB.

Beasiswa

pendidikan pascasarjana diperoleh dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan Nasional.
Selama mengikuti program S2, penulis menjadi sekretaris pada Wahana
lnteraksi Mahasiswa Program Pascasarjana llmu Kelautan IPB (WATERMAS
IPB).

Di samping itu, penulis aktif sebagai Ketua Bidang Penelitian dan


Pengembangan PB HMI MPO periode2001/2003.

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala taufiq serta
hidayah-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalarn
penelitian ini adalah ekologi larva ikan dengan judul Distribusi dan Kelirnpahan
Larva lkan di Estuaria Segara Anakan Cilacap, Jawa Tengah. Penulis tertarik
rnernilih topik ini karena kajian tentang ekologi larva ikan sangat penting artinya
dalarn rnenunjang pengelolaan perikanan yang berkelanjutan, di sarnping rnasih
terbatasnya penelitian dalarn bidang ini.
Penulis rnengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Dr. Ir. Richardus F. Kaswadji, M.Sc dan Bapak Dr. Ir. Sulistiono, M.Sc
selaku kornisi pernbirnbing, serta Drs. Setijanto, M.Sc. ST dan Prof. Ir. Johar
Arifin, MA yang telah banyak rnernbantu penulis selarna rnengikuti pendidikan.
Penulis juga rnengucapkan penghargaan kepada lr. Moh. Hatta, M.Si yang telah
banyak rnernbantu dalarn analisis data.

Ungkapan terirna kasih dan


penghargaan tidak lupa penulis haturkan kepada lbunda Siti Rubikurn, Kanda
Abdul Latif dan Siti Salami sekeluarga serta istri tercinta Mutiarawati, atas segala
doa dan cintanya.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan turut berkontribusi dalam
pengernbangan bidang ichfyoplankfon di Indonesia.

Bogor, 31 Desernber 2002
Muhammad Nursid

DAFTAR IS1

Halaman
DAFTAR TABEL

..........................................

.......

vi


.
.................................................
DAFTAR GAMBAR ............................

vii

.
...... .
.
.......................................
DAFTAR LAMPIRAN .........................

viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................
Pendekatan Masalah ............................................................................
...............................................
Tujuan dan Kegunaan ....................

.
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Larva lkan ...........................
.
..................................................
Ekosistem Estuaria dan Asosiasinya dengan Komunitas lkan ..............
Deskripsi Ekosistem Estuaria Segara Anakan, Cilacap .......................
METODE PENELlTlAN
Lokasi dan Waktu
. . Penelitian .................................................................
Obyek Penel~t~an..................................................................................
Alat dan Bahan Penelitian .....................................................................
Metode Pengambilan Contoh ...............................................................
..................................................................................
Analisis Data
HASlL DAN PEMBAHASAN
Sebaran Parameter Bio-fisikokimia Perairan...........................................
Komposisi dan Kelimpahan Larva Ikan...................................................
Distribusi Larva lkan Hubungannya dengan Parameter
Bio-fisikokimia Perairan ..........................................................................

KESIMPULAN DAN SARAN
....................................................................................
Kesimpulan
Saran
...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................

DAFTAR TABEL

Halaman

I. Metode dan alat pengukuran parameter bio-fisikokimia perairan ..........

15

2. Jenislgenus, kelimpahan, persentase, serta panjang standar (mean
dan kisaran) larva ikan yang tertangkap selarna penelitian di ESAC,
bulan November 2001 sampai dengan April 2002 ................................


25

3.

Larva ikan dorninan penyusun kornunitas ikhtioplankton di berbagai
ternpat ..............................................................................................27

4.

Kehadiran larva ikan dorninan pada (+) setiap bulan pengamatan dan
status ternpat tinggal (residence states, R = residence; M = migratory)
masing-masing larva ikan di ESAC ........................................................ 30

5.

Analisis regresi berganda rnetode Stepwise antara larva ikan dengan
parameter bio-fisikokimia perairan ..................................................... 35

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Alur pendekatan masalah ............................

...................................
.
.

4

2.

Lokasi stasiun penelitian (huruf kapital) di estuaria Segara
Anakan Cilacap...................................................................................... 14

3.

Grafik Principal Component Analysis (PCA) pada surnbu faktorial
1 dan 2 (F1 dan F2). A. Korelasi antar stasiun pengamatan;
B. Korelasi antar parameter bio-fisikokirnia perairan ..............................

21

Grafik Principal Componenf Analysis (PCA) pada sumbu faktorial
1 dan 3 (F1 dan F3), A. Korelasi antar stasiun pengamatan;
B. Korelasi antar parameter bio-fisikokimia perairan ..............................

21

Nilai rataan kekeruhan, salinitas,
dan suhu pada setiap bulan
..
dan stasiun selama penel~tlan...............................................................

22

(A) dan tujuh larva ikan dominan (B) di ESAC
Persentase familia
..
selama penel~t~an
.............................................................................

26

4.

5.

6.

7. Kelimpahan larva ikan setiap genus pada setiap bulan (A) dan
stasiun pengamatan (B) ........................................................................ 29
8.

Grafik Analisis Faktorial Koresponden pada sumbu faktorial 1 dan 2
(A) serta sumbu faktorial 1 dan 3 (B) .................................................... 32

9. Histogram kelimpahan larva Glossogobius, Engraulis, Apogon,
serta Sfolephorus pada setiap stasiun dan bulan pengamatan ............

37

10. Histogram kelimpahan Acanfhogobius, Megalops cyprinoides, serta
Chirocentrus pada setiap stasiun dan bulan pengamatan .....................

38

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Foto Beberapa SpesiestGenus Larva lkan
2. Hasil Analisis Komponen Utama

49

.............

3. Hasil Analisis Faktorial Koresponden

4. Data Fisika dan Kimia Perairan ..............................................................
5. Data Fitoplankton dan Zooplankton

55

....................................................... 58
..............................................

63

7. Larva Net yang Digunakan dalam Penelitian .........................................

65

6. Panjang Standar 7 Larva lkan Dorninan

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ekosistern perairan pantai rnerupakan sebuah ekosistern yang sangat
penting bagi kegiatan perikanan. Besarnya kontribusi ekosistern perairan pantai
terhadap kegiatan perikanan telah banyak rnernbangkitkan rninat peneliti untuk
rnelakukan penelitian di daerah ini.
Ekosistern estuaria rnerupakan salah satu ekosistern yang berasosiasi
erat dengan ekosistern perairan pantai. Ekosistern estuaria sangat dipengaruhi
oleh gerakan pasang surut air laut dan rnasukan air tawar dari daratan yang
sebagian besar dibawa oleh sungai. Pergantian rnassa air dari dua lingkungan
yang berbeda ini sangat rnernpengaruhi pola distribusi dan kelirnpahan
organisrne yang hidup di dalamnya. Walaupun ekosistern ini rnernpunyai variasi
lingkungan yang sangat besar, narnun asosiasi ekosistern estuaria

dengan

vegetasi mangrove ditarnbah dengan beberapa faktor lain seperti proses
pengadukan dan rnasukan hara dari daratan rnenjadikan ekosistern ini sangat
produktif.
Ekosistern Estuaria Segara Anakan-Cilacap (ESAC) rnerupakan salah
satu kawasan perikanan yang sangat penting di pantai selatan Jawa Tengah.
Berbagai jenis ikan, udang, dan kerang-kerangan hidup di daerah ini. Hingga
saat ini, banyak penelitian dalarn bidang perikanan yang telah dilakukan di
daerah ini (rnisalnya Ecology Team IPB, 1984; Kohno dan Sulistiono, 1993 serta
Affandi et a/., 1995), narnun penelitian yang rnenyentuh aspek awal kehidupan
ikan khususnya fase larva masih sangat terbatas.

Sebagai salah satu fase

penting dalarn kehidupan ikan, maka penelitian rnengenai salah satu aspek
ekologi larva ikan rnenjadi sangat penting sebagai base line study dalarn bidang
perikanan di ESAC

Pendekatan Masalah
Telah banyak diketahui bahwa kawasan pantai dan estuaria rnerupakan
daerah asuhan bagi jenis-jenis ikan laut tertentu (Yarnashita dan Aoyarna, 1984;
Neira dan Potter, 1994; Methven et a/., 2001). Kawasan ini dikenal sebagai
kawasan pernbiakan, pernbesaran, dan ternpat rnencari rnakan (Dando, 1984;
Bengen, 2001). Kawasan pantai dan estuaria rnernegang peranan penting untuk
kelangsungan hidup banyak jenis ikan pada fase larva dan juvenil.
Status perairan estuaria Segara Anakan Cilacap sebagai daerah asuhan
berbagai jenis ikan penting perlu rnendapat perhatian rnengingat kawasan ini
sernakin banyak rnendapat tekanan.

Pertarnbahan jurnlah

penduduk

diperkirakan turut mendorong rneningkatnya intensitas penangkapan ikan dan
udang. Hal ini berakibat kepada semakin kuatnya tekanan terhadap produksi
perikanan di daerah ini. Sernentara it11laju sedirnentasi yang tinggi di perairan
Segara Anakan telah mengakibatkan semakin rnenyernpitnya badan perairan di
kawasan ini. Besarnya sedirnen yang diendapkan di estuaria Segara Anakan
rnenurut ECI (1994) sekitar 1 juta m3/tahun.
Mengandalkan hasil perikanan hanya pada upaya penangkapan dari alarn
tentunya rnerniliki keterbatasan karena konsurnsi ikan akan terus rneningkat
seiring dengan

pertarnbahan jurnlah penduduk, sernentara alarn rnerniliki

keterbatasan rnaksirnurn akan surnber daya yang sedang dieksploitasi.
Penangkapan ikan dari alarn bahkan dapat rnernbahayakan kelestarian suatu
spesies ikan apabila penangkapan yang dilakukan rnengabaikan kernarnpuan
alarn untuk pulih kernbali. Penangkapan yang dilakukan dengan rnelarnpaui
kapasitas lestarinya justru akan rnerugikan untuk jangka waktu yang panjang.

Agar pernanfaatan surnberdaya perikanan di kawasan ini bisa terus
berlanjut, rnaka diperlukan sebuah tindakan pengelolaan yang tepat. Masukan
dari banyak peneliti sangat diperlukan agar pengelolaan perikanan di kawasan
ini bisa berjalan dengan optimal tanpa mengurangi kesernpatan generasi
rnendatang untuk rnenikrnati surnber daya ini.
Kajian dalarn penelitian ini difokuskan pada interaksi antara kornunitas
larva ikan dengan ekosistem estuaria.

Sebagairnana diketahui ekosistern

estuaria rnerupakan sebuah ekosistern dengan variasi lingkungan yang ekstrirn.
Struktur ekosistem estuaria dikontrol oleh variabel fisika, kirnia, dan biologi
dirnana variabel-variabel ini rnenentukan karakteristik dari ekosistem ini.
Meskipun ekosistem estuaria memiliki kondisi lingkungar~yang sangat bervariasi,
namun secara ekologis ekosistem ini mempunyai peranan yang sangat penting
yaitu sebagai habitat dan ternpat berlindung, daerah asuhan, reproduksi, rnencari
makan, dan pernbesaran bagi beberapa spesies ikan.
Eksistensi kornunitas larva ikan dapat dipelajari salah satunya dengan
rnendeterrninasi

kornposisi dan kepadatan, diversitas, serta distribusinya.

Struktur kornunitas

ini dihubungkan dengan karakteristik

estuaria Segara

Anakan yang rnerupakan habitat larva ikan yang akan dipelajari. Melalui kajian
ini, rnaka keluaran (out put) yang diperoleh berupa inforrnasi biologi dan ekologi
dari larva ikan yang berguna untuk tindakan pengelolaan perikanan serta dapat
mernbantu rnenggambarkan distribusi stok dan rekruit suatu jenis ikan yang
hidup di kawasan ini.

Selain itu, dapat pula dijadikan sebagai salah satu

inforrnasi dasar bagi tindakan budidaya ikan-ikan bernilai ekonorni penting. Alur
pendekatan rnasa!ah dalarn penelitian ini diringkas dalarn Garnbar 1.

.. -

St;,tos :
- Eksploitasi
- Sedimentasi
- Pertanlliahan penduduk

Estuaria Segara

I Anakan

I

Spmvning ground yang Dinamis
i

.......................................................................................................
i

I

I..

....................................................................................

Informasi :
-Biologi dan Ekologi
-Stok d m Rekruitmen
-Budidaya

.......................................,
I
I = Obyek penelitian
.........................................
;

;

Kajian :

i Komposisi, Kepadatan

j
I

j

Diversitas d m Distribusi
..............................................
.
.
.................
:

i..

Gambar 1. Alur ~endekatanmasalah
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat

komposisi, kepadatan, dan

distribusi larva ikan dalam kaitannya dengan karakteristik estuaria Segara
Anakan, Cilacap. Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna sebagai data
dasar dalarn bidang ekologi larva ikan yang diperlukan
perikanan khususnya

dalam

bidang distribusi stok

untuk mengelola
dan

rekruit serta

pembudidayaan ikan-ikan bernilai ekonorni penting di perairan Segara Anakan,
Cilacap.

TINJAUAN PUSTAKA
..

Biologi Larva lkan
Larva ikan rnerupakan bentuk atau tingkatan ikan setelah telur rnenetas.
Russell (1976) rnenggunakan istilah "larva" yang rnerujuk kepada larva stadia
kantung kuning telur dan "postlarva" untuk ikan rnuda antara stadia larva dan
juvenil.

Stadia larva ini diakhiri ketika kuning telur telah habis diserap.

Rornornihtarto dan Juwana (1998) rnenyatakan bahwa ada yang rnernbagi-bagi
fase larva ikan rnenjadi preflexion, larva, flexion larva, dan post-flexion larva.
Perkernbangan larva, dalarn garis besarnya dibagi rnenjadi 2 tahap yaitu
prolarva dan postlarva. Untuk rnernbedakannya, prolarva rnasih rnernpunyai
kantung kuning telur, tubuhnya transparan dengan beberapa butir pigrnen yang
fungsinya belurn diketahui.

Sirip dada dan ekor sudah ada tetapi

belurn

sernpurna bentuknya dan kebanyakan prolarva yang baru keluar dari cangkang
telur ini tidak rnernpunyai sirip perut yang nyata rnelainkan hanya bentuk tonjolan
saja.

Sistern pernafasan dan peredaran darah tidak sernpurna.

Mulut dan

rahang belurn berkernbang dan ususnya rnasih rnerupakan tabung yang lurus.
Makanannya didapatkan dari sisa kuning telur yang belurn habis dihisap. Masa
postlarva ialah rnasa larva rnulai dari hilangnya kantung kuning telur sarnpai
terbentuknya organ-organ baru atau selesainya taraf penyernpurnaan organorgan yang telah ada sehingga pada rnasa akhir dari postlarva tersebut secara
rnorfologi sudah rnernpunyai bentuk harnpir seperti induknya (Effendie, 1997).
Kuning telur terletak pada bagian anterior ventral tubuh pada larva ikan
yang baru rnenetas, bentuknya rnenonjol dan seringkali rnenutupi harnpir
separuh panjang tubuh total. Mata belurn berpigrnen, rnulut belurn berfungsi dan
anus belurn terbuka.

Selarna perkernbangan larva, rnata rnenjadi berpigrnen,

dan rnulut serta anus rnulai terbuka. Posisi anus dapat digunakan sebagai salah
satu karakter untuk identifikasi. Selarna perkernbangan, isi kuning telur dan
kelenjar rninyak digunakan secara bertahap. Ketika kuning telur habis, organorgan yang dibutuhkan untuk rnencari dan rnengunyah makanan sudah
berfungsi. Pada rnasa ini larva rnenghadap rnasa yang kritis (Russell, 1976).
Pada larva ikan, ada beberapa kelornpok sifat taksonornik yang digunakan
untuk rnengenal larva yaitu :
a. Berbagai struktur atau bentuk tubuh seperti mata, kepala, badan, larnbung,
dan sirip khususnya sirip dada.
b. Urutan rnunculnya sirip-sirip dan kedudukannya, fotofora, dan unsur tulang
c. Pigrnentasi (letak, jurnlah, dan bentuk rnelanophora)

d. Tanda-tanda yang sangat khas seperti lipatan sirip yang rnernbengkak, sirip
yang rnernanjang dan berubah, jenggot (sungut) pada dagu, duri pada preoperculum dan lain-lain (Rornornihtarto dan Juwana, 1998)
Karakter rnelanophora rnerupakan ciri diagnostik utarna dalarn
rnengidentifikasi spesies pada stadia postlarva. Perbedaan bentuk dan pola
rnelanophora dan distribusinya dapat dibagi dengan jelas.

Kesarnaan antar

spesies dapat dilihat dari ada atau tidak rnelanophora atau posisi di rnana
rnelanophora berada.

Lokasi rnelanophora bisa terletak di bagian eksternal

dari epidermis atau dermis, bagian internal peritoneum, di atas atau dibawah
kolorn vertebral, dan di daerah ofocysfic (Russell, 1976).
Ekosistem Estuaria dan Asosiasinya dengan Komunitas lkan
Estuaria rnerupakan wilayah pesisir semi tertutup

yang rnernpunyai

hubungan bebas dengan laut terbuka dan rnenerirna rnasukan air tawar dari
daratan.

Sebagian besar estuaria didorninasi oleh substrat berlurnpur yang

rnerupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut (Bengen, 2001).
Wilayah estuaria dapat berupa

rnuara sungai dan delta-delta besar, hutan

mangrove dekat estuaria, teluk dan rawa pasang surut (Koesoebiono, 1995;
Supriadi, 2001)
Ekosistern estuaria sering sekali berasosiasi dengan hutan mangrove
sehingga sering disebut dengan ekosistem mangrove.

Rornornihtarto dan

Juwana (1999) menyatakan bahwa ekosistem ini sangat produktif, rapuh dan
sekaligus penuh dengan sumber daya.

Ekosistern ini diartikan

sebagai

ekosistem yang mendapat subsidi energi, karena arus pasang-surut banyak
rnembantu dalarn rnenyebarkan zat-zat hara.
Spesies ikan laut banyak rnenggunakan estuaria untuk berlindung dan
rnencari rnakan karena estuaria kaya akan nutrien (Dando, 1984). Bengen ef a/.,
(2001) dalam penelitiannya di ekosistem mangrove di pantai utara Kabupaten
Subang, Jawa Barat rnenyirnpulkan bahwa ekosistem mangrove di daerah ini
terutarna berperan pada fungsi dasar sebagai daerah asuhan ikan dan daerah
yang bebas dari ikan predator.

Ikan-ikan dari daerah laut banyak yang

menggunakan daerah estuaria sebagai daerah asuhan (nurseryground). Hal ini
telah banyak diteliti rnisalnya oleh Neira dan Potter (1994) di estuaria NornalupWalpole, dan Tomigama etal., (2000) di Teluk Ishikari, dan Merta etal., (1999) di
Teluk Bengkalis.
McHugh

(1967)

dalam

Dando

(1984)

dan

Kennish

(1990)

rnengelompokkan ikan-ikan estuaria menjadi 6 kelornpok yang rnenggunakan
daerah estuaria sebagai ternpat perkawinan, migrasi, dan kriteria ekologi yaitu :

1. Passage Migrants yaitu spesies anadromus dan katadromus rnisalnya
..
Salrnoidae, Petrornyzonidae, dan Anguilla spp.

2.

Spesies ikan air tawar yang sering secara rnusirnan rnasuk ke daerah yang
bersalinitas rendah untuk rnencari rnakan. Ikan-ikan ini rnerupakan ikan dari
daerah air tawar yang

terangkut ke dalarn estuaria karena banjir,

contohnya adalah Carrasius carrasius, Leuciscus
thymallus.

leuciscus, Thymallus

Beberapa di antara spesies ini rnisalnya Leuciscus leuciscus

rnernbentuk populasi yang perrnanen di daerah pasang surut air tawar di
sepanjang estuaria.
3. Spesies ikan air laut yang rnasuk

feeders.

ke rnulut estuaria sebagai opportunist

Ikan-ikan ini sering rnasuk dan rneninggalkan daerah pasang

surut. Misalnya ikan dari Estuaria Tarnar di S.W. England yakni Squatina
squatina, Conger conger, dan Scomber scombrus.
4.

lkan estuaria, ikan-ikan ini menghabiskan sebagian besar atau seluruh
hidupnya hidup di daerah euryhalin. lkan estuaria yang sesungguhnya,
rnenghabiskan seluruh siklus hidupnya di daerah estuaria.
adalah

ikan-ikan

confluentus,
rneninggalkan

dan

gobid seperti Pamatoschisfus microps,
Hypsoblennius henzti.

Ikan-ikan

Contohnya
Fundulus

estuaria

lain

estuaria dalam periode yang singkat, biasanya untuk

melakukan pernijahan rnisalnya

ikan flounder, Platichthys flesus, ikan

rnanhaden Brevooorfia fyrannus, dan ikan perch putih, Morone americana.
5.

lkan laut yang rnenggunakan estuaria sebagai daerah asuhan (nursey
ground). Ikan-ikan ini rnerupakan kelornpok dominan di dae:ah estuaria
Atlantik. Mereka termasuk dalarn kelompok Clupeidae, antara lain Clupea
harengus, C. Spraftus, Serranidae, Pogonias cromis, Dicentranchus labrax,
dan Heterosornata, Solea solea dan Paralichthys denfafus.

6. lkan air tawar dan air laut yang masuk ke daerah estuaria
.. .. dalam bentuk
dewasa untuk melakukan pemijahan, sebagai contoh Galaxias spp dan
Pseudopleuronectes americanus.
Ekosistem estuaria merupakan jalan masuk dan jalan keluar bagi ikanikan diadromus (anadromus dan kafadromus). lkan anadromus menggunakan
estuaria sebagai jalan masuk dari taut rnenuju sungai atau estuaria, sebaliknya
ikan kafadromus menggunakan estuaria sebagai jalan keluar dari sungai atau
danau untuk bermigrasi ke taut (Sulistiono ef a/., 2000).
Beberapa penelitian mengenai kehidupan ikan di perairan estuaria
Indonesia misalnya dilakukan oleh Tim Ekologi IPB (1989) dan Kohno dan
Sulistiono (1993) yang melakukan penelitian di perairan estuaria Segara Anakan
Cilacap, serta Merta et a/., (1999) di perairan estuaria Bengkalis. Tim Ekologi
IPB (1984) menemukan lebih dari 45 jenis ikan di perairan estuaria Segara
Anakan Cilacap.

Diantara 45 jenis ini, 17 jenis rnerupakan jenis peruaya

(migratoly), 12 jenis rnenetap (resident species), dan 16 jenis merupakan jenis
pendatang (occasional visitor).

Kohno dan Sulistiono (1993) dari hasil

penelitiannya rnenyimpulkan bahwa perairan estuaria Segara Anakan Cilacap
merupakan habitat yang penting untuk ikan-ikan dari jenis penetap sekaligus
sebagai daerah asuhan penting untuk ikan-ikan peruaya. Contoh ikan-ikan jenis
peruaya di daerah ini adalah dari farnilia Lutjanidae, Lufjanus argentimaculatus,
L. fulfiflamma, dan L. john;;.

Contoh jenis penetap misalnya dari familia Gobiidae,

Acenfrogobius caninus, A. vitu'ipunctatus, ~lossogobiusbiocellatus, G. aereus,
Glossogobius sp., dan Boleophthalmus boddarti Sementara itu Merta et a/.,
(1999) mengemukakan bahwa perairan estuaria Bengkalis, merupakan habitat
utarna dari sebagian siklus hidup ikan terubuk (Tenualosa macrum).

lkan

terubuk di daerah ini rnelak~kanpernijahan dan turnbuh sarnpai dengan ukuran
pias. Pias akan berrnigrasi ke perairan laut dalarn di sekitar estuaria Bengkalis
hingga rnencapai ukuran rnatang kelarnin. lkan terubuk akan kernbali ke daerah
asal kelahirannya (estuaria) setelah rnatang kelarnin.
lkan juga rnenunjukkan pola rnigrasi secara rnusirn (temporal) dan ruang
(spasial).

Di daerah estuaria pola rnigrasi ini terlihat dengan jelas. lkan yang

berrnigrasi dari laut ke air tawar untuk bertelur (spesies anadromus) rnisalnya
dari farnilia Serranidae, Petrornyzontidae, Clupeidae, Osrneridae, Salrnolidae,
dan Acipenseridae, sedangkan ikan yang rnelakukan rnigrasi dari air tawar ke air
laut untuk bertelur (spesies katadromus) diwakili oleh jurnlah yang lebih sedikit
rnisalnya Anguilla sp. (Kenninsh, 1990). Migrasi dalarn rangka bertelur, rnencari
rnakan, kawin, dan rnencari perlindungan rnerupakan ha1 yang urnurn diketahui
pada ikan. Tim Ekologi IPB dan Sujastani (1989) rnenyebutkan bahwa spesies
yang rnelakukan rnigrasi di perairan Segara Anakan terdiri dari ikan air tawar dan
air laut.

Kecuali pada ikan sidat (Anguilla sp.), ikan lidah (Cynoglossus lingua)

dan ikan sebelah (Crossorhambus azureus), sebagian besar ikan rnigran yang
masuk ke estuaria untuk rnencari rnakan. Kehadiran spesies rnigran di perairan
Segara Anakan rnasuk rnelalui ceruk (creeks) pasang dan terutarna rnelalui
saluran yang rnenghubungkan antara laut dan sungai di daerah laguna ini.
Dando (1984) rnenyatakan bahwa banyak spesies ikan laut rnasuk atau naik ke
perairan tawar untuk bertelur tetapi pada rnasa larva dan post larvanya
rnenggunakan daerah estuaria sebagai ternpat asuhannya.
Pola distribusi larva sangat dipengaruhi oleh faktor yang luas terrnasuk
perubahan rnusirn, suhu, salinitas, turbiditas, proses hidrodinarnika, terrnasuk
faktor biotik seperti predasi dan kornpetisi.

Dalarn ha1 ini distribusi spesies

merupakan hasil integrasi yang kompleks dari faktor-faktor tersebut (Harris eta/.,
1999; Mariani, 2001). Pola distribusi spesies larva ikan juga dapat digunakan
untuk mengetahui tingkat pengaruh lingkungan laut terhadap ekosistem pantai
dan laguna (Mariani, 2001).
Deskripsi Ekosistem Estuaria Segara Anakan, Cilacap.
Perairan Segara Anakan merupakan sebuah ekosistem unik yang terletak
di pantai selatan Pulau Jawa. Perairan ini terlindung dari Samudera Hindia oleh
Pulau Nusa Kambangan. Air laut dari Samudera Hindia masuk melalui Selat
Majingklak di bagian barat dan Selat Motean yang relatif sempit di bagian timur
(Ecology Team et a/., 1989). PKSPL IPB (1999) menyatakan bahwa perairan
Segara Anakan merupakan sebuah ekosistem hasil interaksi antara ekosistem
perairan laguna, hutan mangrove, daratan (termasuk Pulau Nusakambangan),
dan ekosistem laut.
Segara Anakan merupakan

laguna tempat bermuaranya

beberapa

sungai, yakni Sungai Citanduy, Cikonde, Cibeureum, Ujung Alang, Kembang
Kuning, dan Donan. Meskipun demikian, air tawar yang mengalir ke perairan
Segara Anakan menurut ASEANlUS CRMP (1992) bersumber dari tiga sungai
utama yaitu Sungai Citanduy, Cibeureum, dan Cikonde dengan jumlah rata-rata
tahunan 20,5 juta m3 dan sebesar 95 % berasal dari Sungai Citanduy.
Pergerakan air di laguna Segara Anakan dipengaruhi oleh aliran pasang
dan gaya pasang surut dari Samudera Hindia. Tipe pasang surut di perairan ini
adalah campuran yang didominasi oleh tipe semidiurnal. Kisaran fluktuasi
pasang surut adalah antara 0,4 - 1,9 meter. Fase pasang pada muara sebelah
barat sekitar 1 - 2 jam.

Pergantian air tawar di muara sebelah barat Sungai

Citanduy dan di sebelah tirnur rnelewati muara bagian tirnur yang bersatu dengan
Sungai Donan (Uktolseya, 1984 dalam Ecology Team etal., 1989).
ASEANIUS CRMP (1992) menyatakan bahwa pada rnusim kernarau
perairan Segara Anakan rnemiliki kisaran salinitas 25

- 33 Y,,

dan 13 - 19 "I,,

pada rnusirn hujan. Percampuran air tawar dan air laut rnenyebabkan perairan
ini mengalami fluktuasi salinitas dari asin sarnpai payau, bahkan jika rnusim
hujan tiba perairan Segara Anakan bisa rnerniliki salinitas yang mendekati tawar.
Berikut ini deskripsi singkat kondisi fisik perairan Segara Anakan rnenurut
PKSPL IPB (1999) :
1. Geografis

: 7"35' - 7'50' lintang selatan dan 108"45' - 109"3' bujur tirnur

2. Geomorfologi

: Perbukitan berbatuan breksi, perbukitan berbatuan gamping,
kaki

lereng perbukitan gamping, dataran alivial, pulau

lumpur, dan tubuh perairan Segara Anakan
3. Geologi

: Batu gamping, batu breksi, batu aluvial, lempung dan lanau

4. Tanah

: Residu ineised (terbentuk dari bahan vulkanis), alluvial,

latosol dan rensina seria endapan
5. Perairan

: Laguna Segara Anakan, sungai

Citanduy, Cibeureum,

Kalidonan, Cikujang, Cihaur, dan Sarnudera Hindia
6. Vegetasi

: Mangrove, kayu putih, pinus, darnar, mahoni, sengon,
jati, semak belukar, padi, palawija, sayur mayur, pisang dan
lain-lain

7. Satwa liar

: Beberapa jenis burung, mamalia, reptil, dan ikan

8. Musirn

: Musim hujan (November - April) dan musirn kernarau
(Juli-September)

9. lklirn

: Curah hujan rata-rata 0,6 - 12 mmlbulan, ternperatur ratarata 26,7"C dan kecepatan angin 4 - 8 knot.

MEl'ODE PENELlTlAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di perairan estuaria Segara Anakan, Kabupaten
Cilacap, Jawa Tengah.

Penelitian berlangsung selama 8 bulan

September 2001 sampai April 2002.

mulai bulan

Waktu 8 bulan ini mencakup penelitian

pendahuluan, penelitian pokok, dan pengumpulan data sekunder.
Pemilihan stasiun (berjumlah 10 buah) didasarkan pada pengaruh masukan
air tawar ke Segara Anakan serta masukan air laut pada pintu sebelah barat
(Plawangan). Stasiun-stasiun penelitian tersebut disajikan pada Gambar 2.
Obyek Penelitian
Obyek utama penelitian ini adalah larva ikan dan obyek pendukungnya
adalah contoh air untuk analisis bio-fisikokimia perairan .
Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva net, plankton
net, pH meter, termometer, refraktometer, peralatan titrasi oksigen metode Winkler,
kertas label,

1-01meter,

jangka sorong, spektrofotometer, dan mikroskop stereo,.

Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari bahan pengawet larva, bahan titrasi
oksigen, dan bahan pengawet contoh air.

I
Gambar 2. Lokasi stasiun peneliiian (hurul kapital) di esluaria Segara Anakan Cilacap. Jawa Tengah

I

Metode Pengambilan Contoh

..

Pengarnbilan contoh dilakukan setiap bulan dengan 2 kali ulangan pada
setiap stasiun. Larva ikan ditangkap dengan rnenggunakan larva net dengan
ukuran mata jaring 0,5 rnrn, diameter rnulut 35 crn, dan panjang 2 meter. Larva net
dipasang di bagian belakang perahu motor, kernudian ditarik secara horizontal
(kedalaman lebih kurang 1 meter) dengan kecepatan kapal2 knot selarna 5 rnenit.
Larva ikan yang diperoleh diawetkan dengan larutan forrnalin 4 %
Pengarnbilan plankton dan contoh air untuk pengukuran parameter biofisikokirnia perairan

dilakukan di masing-masing stasiun bersarnaan dengan

pengarnbilan contoh larva ikan. Metode dan alat pengukuran setiap parameter
tersebut disajikan pada Tabel 1
Tabel 1. Metode dan alat pengukuran paramater bio-fisikokirnia perairan

Analisis Data
ldentifikasi
Larva ikan yang diperoleh diidentifikasi sarnpai ke takson yang paling
rnernungkinkan.

ldentifikasi rnengacu pada buku Leis dan Carson-Ewart (2000),

Jayaseelan (1998), Okiyarna (1988), serta Delsman (1926, 1932). Setiap spesimen
larva diukur panjang totalnya (dalarn rnrn) dengan rnenggunakan jangka sorong
(ketelitian 0,01 rnrn)
Komunitas Larva lkan
Kornposisi larva ikan rnenggarnbarkan kekayaan jenis larva ikan yang
terdapat di lokasi penelitian pada setiap stasiun. Kornposisi spesies tiap stasiun
secara relatif dijabarkan dalarn persentase sebagai proporsi jenis larva ikan yang
diperoleh pada setiap stasiun.
Keanekaragarnan larva ikan diperlukan untuk rnenjelaskan kehadiran
jurnlah

individu

yang

tidak

Keanekaragarnan larva ikan

sarna

antar jenis

dalarn

suatu

kornunitas.

dihitung dengan rnenggunakan indeks Shannon-

Wiener yang didasarkan pada logaritrna dasar 10 (Maguran, 1988) dengan rurnus
sebagai berikut :
S

=-

Cpi log10 pi
i =I

Di rnana :
H' = indeks keragarnan Shannon-Wiener
pi = ni/N, ni adalah jurnlah individu spesies ke-i, dan N adalah jurnlah total
individu
s = jurnlah spesies

Karakteristik Habitat Larva lkan Berdasarkan Parameter Bio-fisikokimia
Analisis

Kornponen Utarna (Principal Component Analysis,

PCA)

digunakan untuk rnendeterrninasi sebaran parameter bio-fisikokirnia perairan
(Legendre dan Legendre, 1998; Bengen, 2000). Analisis Kornponen Utarna adalah
suatu teknik ordinasi yang rnernproyeksikan dispersi rnatriks data rnultidirnensi
dalarn suatu ruang datar. Dengan cara rnereduksi ruang rnaka diperoleh surnbusurnbu baru yang rnerepresentasikan secara optimal

dari sebagian besar

variabilitas data rnatriks rnultidirnensi sehingga dapat diternukan hubungan antar
variabel dan hubungannya antar obyek (Legendre dan Legendre, 1998). Analisis
ini rnernbagi rnatriks korelasi parameter rnenjadi beberapa kornponen, kernudian
menyusun keragarnan kornponen bersangkutan dari yang terbesar pada surnbu
kornponen utarna sehingga didapatkan distribusi spasial parameter fisik, kirnia, dan
biologi pada suatu lokasi.
Data karakteristik habitat yang berupa parameter lingkungan tersebut tidak
rnernpunyai unit pengukuran dan ragarn yang sarna, oleh karena itu sebelurn
analisis dilakukan data perlu dinorrnalisasikan terlebih dahulu rnelalui pernusatan
dan pereduksian. Dengan dernikian didapatkan indeks sintetik dari kornbinasi linier
nilai-nilai karakteristik habitat asal (Legendre dan Legendre, 1998).
Korelasi linier antar dua parameter yang dihitung dari indeks sintetiknya
rnerupakan peragam dari kedua parameter tersebut yang telah dinorrnalisasikan.
Analisis Kornponen Utarna rnencari terlebih dahulu indeks yang rnenunjukkan
ragarn stasiun maksimum.

lndeks ini disebut kornponen utarna pertarna yang

rnerupakan surnbu utarna 1 (FI). Suatu proporsi tertentu dari ragarn total stasiun
direpresentasikan oleh F1. Selanjutnya dicari kornponen utarna kedua (F2) yang

rnerniliki korelasi no1 dengan F1. Kornponen F2 ini rnernberikan inforrnasi terbesar
sebagai pelengkap F2. Proses ini berlanjut terus hingga rnernperoleh kornponen
utarna ke-p, dirnana bagian inforrnasi dapat duelaskan sernakin kecil.
Analisis Kornponen Utarna rnenggunakan indeks jarak Euklidien pada
data. Jarak Euklidien didasarkan pada rurnus

,=I

Dirnana : i,i' = stasiun (baris)
j = parameter lingkungan (kolorn)
Sernakin kecil jarak Euklidien antar 2 stasiun, rnaka karakteristik biofisikokirnia

antar 2 stasiun tersebut sernakin rnirip, dernikian pula sebaliknya.

Perhitungan PCA dilakukan dengan bantuan paket program statistik XLSTAT versi

Distribusi Larva lkan
Untuk rnendeterrninasi asosiasi larva ikan dengan karakteristik stasiun
digunakan Analisis Faktorial Koresponden (Correspondence Analysis, CA) rnenurut
Legendre dan Legendre (1998) serta Bengen (1998).

Analisis Faktorial

Koresponden rnerupakan salah satu bentuk analisis statistik rnultidirnensi. Analisis
ini didasarkan pada rnatriks data I (stasiun) dan J kolorn (larva ikan), di rnana
diternukan pada baris ke i dan kolorn ke j kelirnpahan larva ikan dari stasiun
pengarnatan atau rnodalitas karakteristik habitat ke j untuk larva ikan ke i. Dengan
dernikian diperoleh suatu rnatriks data berupa tabel kontingensi larva ikan x stasiun
pengarnatan
Dalarn tabel kontingensi ini, I dan J rnernpunyai peranan yang sirnetrik
yaitu rnernbandingkan unsur-unsur I (untuk tiap J) sarna dengan rnernbandingkan
hukurn probabilitas bersyarat yang diduga dari nii/n.i (untuk masing-masing nij/nj)

dimana ni, = Enij jawaban karakter j. Selanjutnya pengukuran kemiripan antara 2
stasiun I, dan l2 dari I dilakukan melalui pengukuran jarak khi-kuadrat dengan

Dimana : Xi. = jumlah baris i untuk semua kolom J
XJ = jumlah kolom j untuk semua baris I
Perhitungan CA dilakukan dengan bantuan paket program statistik
XLSTAT versi 5.0.
Hubungan Parameter Bio-fisikokimia Perairan dengan Larva lkan
Hubungan parameter bio-fisikokimia perairan dengan kepadatan larva ikan
dianalisis dengan regresi berganda metode Stepwise dengan mengikuti prosedur
perhitungan Chatterje dan Price (1991).

Metode Stepwise adalah salah satu

metode dalam analisis regresi yang dimulai dengan memasukkan variabel-variabel
bebas (parameter bio-fisikokimia) yang mempunyai korelasi paling kuat dengan
variabel tergantung (larva ikan ). Kemudian setiap kali dimasukkan variabel bebas
yang lain, dilakukan pengujian dengan tetap memasukkan atau mengeluarkannya
variabel bebas yang sebelumnya (Santoso, 2000).

Sebelum analisis dilakukan,

data kelimpahan larva dan parameter bio-fisikokimia perairan ditransformasi dengan
transformasi log (x+l).

Teknik perhitungan dilakukan dengan bantuan

program statistik SPSS versi 10.0.

paket

HASlL DAN PEMBAHASAN

Sebaran Parameter Bio-fisikokimia Perairan
Analisis Kornponen Utarna (Principal Component Analysis, PCA)
dilakukan untuk rnelihat sebaran parameter bio-fisikokirnia perairan selarna
penelitian berlangsung.

Hasil PCA mernperlihatkan bahwa sebagian besar

informasi terpusat pada surnbu 1, 2 dan 3 (FI, F2, dan F3), dirnana rnasingrnasing surnbu rnenjelaskan 43,3 %, 15'16 % dan 12,9 % (Garnbar 3 dan 4).
Total ragarn yang terjelaskan dari ketiga kornponen utarna tersebut sebesar

72.01%.
Pengelompokan stasiun hasil PCA memperlihatkan adanya tiga kelornpok
stasiun.

Kelompok pertama terdiri dari stasiun Plawangan dan Jongorasu

(stasiun A dan B). Kelornpok kedua terdiri dari stasiun Muara Citanduy dan
Karanganyar (stasiun C dan D), serta kelornpok ketiga yang terdiri dari stasiun
Cibeureum 1, Cibeureum 2, Muara Dua 1, Muara Dua 2, Klaces 1, dan Klaces 2

(E, F, G, H, I dan J).

Kelompok pertama dicirikan oleh pH, salinitas (bersama

dengan stasiun I), kandungan fosfat, dan fitoplankton yang tinggi.

Kelornpok

kedua dicirikan oleh kekeruhan, nitrit, nitrat, dan arus yang tinggi dan kelompok
ketiga dicirikan oleh suhu, arnonia, dan oksigen terlarut yang tinggi. Khusus
untuk stasiun G, parameter zooplankton juga rnenjadi penciri dari stasiun ini.
Nilai kekeruhan dan salinitas mempunyai fluktuasi yang besar selarna penelitian.
Rataan nilai kekeruhan, salinitas dan suhu pada setiap stasiun dan bulan
penelitian disajikan pada Garnbar 5.

..
.
.
.

~

Variables (axis F1 and F2: 62.0 %)

O b ~ e ~ a t i (axis
o n ~ F1 and F2: 62.0 %)
4

1

3

g

e

Salinilas

axis F1 (46.3 %)

0,s
B

2

2

=I
N

u.

.-LO

.-LO

i4

0

-0,2
-0,4
-0,6

-1

-0,8

-2
-6

-4

-2

2

0

-1

4

axis F1 (46.3 %) A

-0.5

0

1

-

Gambar 3. Grafik Principal Component Analysis (PCA) pada sumbu faktorial 1 dan 2 (F1 dan F2).
A. Korelasi antar stasiun pengamatan, B. Korelasi antar parameter bio-fisikokimia
perairan

7

Observations (axis F1 and F3: 59.2 %)

s

z
tl
.-0X
m

Variables (axis F1 and F3: 59.2 %)

3

1

23

0,s

2

0,6

1.5

s

2

1

0.4
0.2

.-m., 0

0.5

u

.-roX -0,z

0

m

-0,5

-0,4

-1

-0,6

-1,5

-0,s

I

-2
-6

-4

-2
0
axis F1 (46.3 %)

A

-

1

I

I

-'

-1

-0.5

0

0.5

1

axis F1 (46.3 %)
B
I
L
.

!

I

Gambar 4. Grafik Principal Component Analysis (PCA) pada sumbu faktorial 1 dan 3 (F1 dan F3).
A. Korelasi antar stasiun pengamatan, B. Korelasi antar parameter bio-fisikokimia
perairan

.-

.

01
Nov

Des

L

0

Jan

Peb

Mar

A

Apr

B

C

D

E

F

G

H

I

J

I

Stasiun

Bulan
-O4 I

01

I
Nov

Des

Jan

Peb

Mar

Apr

1

31.5,

0

I-

0

3
3

.c

B

C

D

E

F

G

H

I

1

0)

293.

f~

28.5.

Nov

Des

Jan

Peb

Bulan

Gambar 5. Nilai rataan
penelitian

J

Stasiun

Bulan

30,s.

A

Mar

Apr
Stasiun

kekeruhan, salinitas, dan suhu setiap bulan dan stasiun selama

Stasiun A rnerupakan

stasiun yang langsung berhubungan dengan

Sarnudera Hindia yang berperan sebagai pintu rnasuk air laut (rnulut estuaria),
sedangkan stasiun B terletak lebih ke arah hulu dari pintu rnasuk. Karena kedua
stasiun ini terletak lebih dekat dengan Sarnudera Hindia, rnaka pada daerah ini,
pengaruh rnassa air laut lebih dorninan dibanding rnassa air tawar.
rnisalnya terlihat dari

salinitas yang lebih tinggi

pada

Hal ini

kedua stasiun ini

dibanding dengan stasiun lainnya. Kisaran nilai parameter bio-fisikokirnia juga
sangat besar, terutarna parameter salinitas. Selarna penelitian berlangsung,
salinitas bervariasi rnulai dari 0 %, sarnpai 33 %.

Salinitas 0 "/,

terjadi pada

saat air laut surut dan rnasuknya air tawar dalarn jurnlah yang besar dari sungaisungai yang berrnuara di ESAC, sebaliknya pada saat pasang, air laut yang
bersalinitas lebih tinggi rnendorong rnassa air tawar ke arah hulu sehingga
salinitas perairan rnenjadi tinggi.
Stasiun kelornpok kedua (C dan D) sangat dipengaruhi oleh gerakan
rnassa air tawar dari Sungai Citanduy. Pada saat terjadi hujan yang biasanya
diikuti oleh banjir besar, rnassa air tawar ini banyak rnernbawa partikel lurnpur
sehingga keadaan di sekitar rnuara rnenjadi sangat keruh. Hasil pengamatan
visual rnenunjukkan bahwa pada saat banjir, rnassa air ini berwarna kuning
kecoklatan. Tingginya kandungan nitrit dan nitrat pada stasiun ini kernungkinan
besar disebabkan oleh kegiatan

pertanian di bagian hulu yang banyak

menggunakan pupuk urea, sehingga pada saat terjadi hujan dan banjir, sisa-sisa
pupuk ini hanyut terbawa oleh rnassa air (run off) dari bagian hulu sungai.
Kelornpok ini juga sangat dipengaruhi oleh aksi pasang Sarnudera Hindia yang
jaraknya tidak terlalu jauh dari Plawangan Tirnur yang beriungsi sebagai pintu

rnasuk dan kaluar rnassa air laut dan tawar. Berdasarkan uraian di atas, dapat
disirnpulkan bahwa stasiun kelornpok kedua bersarna dengan kelompok pertarna
sangat dicirikan oleh kondisi lingkungan yang lebih berfluktuatif.
Stasiun kelornpok ketiga, karcna jaraknya lebih jauh dari sungai Citanduy
dan pintu estuaria, kondisinya relatif lebih tenang. Dapat dinyatakan bahwa
rnassa air laut dan rnassa air tawar rnernpunyai pengaruh yang seirnbang dalam
rnenentukan karakteristik perairan di daerah ini. Narnun dernikian, terdapat satu
ciri rnenonjol dari stasiun kelompok kedua ini yakni berfluktuasinya suhu,
rnisalnya pada stasiun H, suhu perrnukaan pernah mencapai 33.0 OC pada
pengarnatan bulan Pebruari ketika sedang surut (siang hari), jauh dari nilai
rataan suhu sebesar 29,7 OC.
Komposisi dan Kelirnpahan Lama lkan
Total larva yang tertangkap selarna penelitian berjurnlah 13459 ekor yang
terbagi dalarn 23 farnilia dan 38 genus (Tabel 2). Farnilia Gobiidae rnerupakan
penyurnbang terbesar dari seluruh total tangkapan (67,33 %), diikuti oleh
Engraulidae (19,39 %), Apogonidae (8,27 %), dan lainnya sebesar 4,96 %.
Tujuh larva dominan yang rnenyusun kornunitas larva ikan dalam penelitian ini
adalah Glossogobius

(63,07 %), Engraulis (12,47 %), Apogon

(8,28 %),

Stolephorus (5.92 %), Acanthogobius (1,92 %), Megalops cyprinoides (139 %)
dan Chirocentrus ( 1,38%).

Kelirnpahan masing-masing larva ikan tersebut

berturut-turut sebesar 8489, 1678, 1114, 797, 214, dan 185 ekor per 100 rn3.
Persentase familia dan jenislgenus dorninan selarna penelitian disajikan pada
Garnbar 6.

Tabel 2. Jenislgenus, kelimpahan, persentase, serta panjang standar (mean dan
kisaran) larva ikan yang tertangkap selama penelitian di ESAC,
bulan November 2001sampai dengan April 2002
Farnilia
Jenislgenus
Gobiidae
Acanthogobius
Glossogobius
Chaenogobius
Pterogobius
Boleopthalmus
Rhinogobius
Ctenotrypauchen
Acentrogobius
Priolepsis
Leucpsarion
Engraulidae
Stolephorus
Engraulis
Setipinna
Chirocentridae
Chirocentrus
Apogonidae
Apogon
ElopsidaelMegalopidae
Megalops cyprinoides
Scatophagidae
Scatophagus
Clupeidae
Sardinella
Anguillidae
Anguilla
Lutjanidae
Lufjanus
Caesio
Platychephalidae
Platycephalus
Sillaginidae
Sillago
Serranidae
Calanthias

Panjang Standar (rnrn)
Mean
Kisaran

I

Tabel 2 (lanjutan)
JenislGenus
Gerreidae
Gerres
Mullidae
Upenus
Mullidae TI
Diodontidae
Legocephalus
Paralichthydae
Pseudorhambus
Polynemidae
Polydactilus
Uranoscopidae
Urocampus nanus
Mugillidae
Mugil
Mugillidae TI
Hemiramphidae
Hyporhamphus
Labridae TI
Scorpaenidae TI
Keterangan : TI = tidak teridentifikasi

Gotiidae

67,3%

Garnbar 6. Persentase familia (A) dan tujuh larva dorninan (B) di ESAC selarna
penelitian

Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh dengan hasil yang diperoleh Neira
dan Potter (1994) di Nornalup-Walpole Estuary yang menemukan Engraulidae
dari jenis Engraulis australis sebagai penyurnbang terbesar (56,7%) dari seluruh
total tangkapan diikuti oleh farnilia Gobiidae dari jenis Pseudogobius olorum
(24,4%) dan Favonigobius lateralis (15,0%).

Sanchez-Velasco et a/., (1996)

dalarn penelitiannya di daerah pantai Terrninos Lagoon, Carnpeche, sebelah
selatan Teluk Mexico, rnenernukan Engraulidae sebanyak 36,7 % dan Gobiidae
sebayak 27,6 %. Kelirnpahan yang tinggi dari farnilia Gobiidae dan Engraulidae
juga diternukan oleh Jenkins (1986) di Port Phillip Bay, Victoria, serta Yarnashita
dan Aoyarna (1984) di Teluk Otsuchi, sebelah tirnur laut Honshu-Jepang,
sedangkan di Canal de Santa Cruz Estuary, Brazil, larva Gobiidae dan
Engraulidae

berkontribusi sebesar 76%

dalarn

menyusun kornunitas

ikhtioplankton di estuaria tersebut (Ekau et a/., 2001).

Tabel 3 rnenyajikan

persentase farnilia larva ikan dorninan yang rnenyusun kornunitas ikhtioplankton
di beberapa ternpat,
Tabel 3. Larva ikan dorninan penyusun kornunitas ikhtioplankton di berbagai
ternpat
Larva ikan dominan
Gobiidae ( genusTridentiger)
(32,8%)
Gobiidae (34,Z0h) dan Clupeidael
Engraulidae
(Clupeiformes)
(29,8%)
Engraulidae (Engraulis australis)
(56,7%) dan Gobiidae (39,4%)
Engraulidae (36,7%%), Clupeidae
(11,5%), dan Gobiidae(27,6%)
Myctophidae (21,3%) dan TripteryGidae (15,7%)
Carangidae (24,3%) dan Clupeidae
(17%)
Gobiidae dan Engraulidae (76%)

Lokasi
Onsuchi Bay, Japan
Port Philip Bay,
Victoria
Nornalup-Walpole
Estuary, Australia
Terrninos Lagoon,
Southern Gulf of
Mexico
St Lucia Estuary,
South Africa
South-east Australian
Coastal
Waters
(inshore)
Canal de Santa Cruz
Nnrthenst Rrn7il

Sumber
Yarnashita dan
Aoyarna (1984)
Jenkins (1986)
Neira dan Potter
(1994)
Sanchez-Velasco
et a/.. (1996)
Harris eta/., (1999)
Gray dan
Miskiewicz (1999)
Ekau e i a/., (2001)

.. Kelirnpahan larva ikan yang tinggi terjadi pada bulan November dan

Desernber 2001, kernudian rnenurun dengan tajarn pada bulan Januari 2002.
Pada bulan Pebruari 2002, kelirnpahan larva ikan rneningkat lagi, tetapi tidak
setinggi bulan November dan Desernber2001, selanjutnya kelirnpahan larva ikan
terus rnenurun sarnpai bulan April 2002.
Beberapa larva seperti Glossogobius, Engraulis, Stolephorus
Apogon

dan

hadir dengan kelirnpahan yang tinggi pada bulan Desernber 2001,

sedangkan Megalops cyprinoides hadir dalarn jurnlah yang tinggi pada bulan
November dan Desernber 2001 serta Januari 2002.

Kernungkinan besar,

setelah rnenetas di sekitar pantai antara bulan Oktober dan November, larva dan
post larva jenis-jenis ini berrnigrasi rnenuju ESAC.
Setiawan dan Siswanto (1996) rnenyatakan bahwa tingginya kelirnpahan
larva ikan pada bulan November berhubungan dengan tingginya pasang air laut
yang terjadi pada rnusirn barat. Arus pasang ini rnendorong larva ikan rnasuk
ke perairan estuaria.

Sernentara itu, Merta et a/., (2000) rnenghubungkan

fenornena ini dengan faktor lingkungan yang rnendukung, rnisalnya rendahnya
salinitas dan tingginya kandungan oksigen terlarut pada saat rnusirn hujan.
Newton (1996) dalam Merta etal., (2000) rnenyatakan bahwa telur yang dorrnan,
setelah terjadi banjir akan rnenetas sehingga rneyebabkan kelirnpahan larva ikan
rnenjadi tinggi.

Tingginya kelirnpahan larva ikan pada rnusirn barat ini

(November, Desernber, dan Januari) juga berhubungan dengan rnasa pernijahan
ikan yang salah satunya dipengaruhi oleh datangnya rnassa air baru yang
berasal dari banjir pada saat terjadi hujan (Effendie, 1997).

Kelirnpahan larva

ikan seluruh takson setiap bulan dan stasiun disajikan pada Garnbar 7 A dan 7 B.

Nov

Peb

Jan

Des

Mar

Apr

B u la n
I

A

B

C

D

E

F
Stasiun

G

H

I

Garnbar 7. Kelimpahan larva ikan setiap genus pada setiap bulan (A) dan stasiun
pengamatan (B)

1

Tidak sernua larva rnerniliki kelirnpahan yang tinggi pada musirn barat,
rnisalnya kelirnpahan tertinggi Chirocentrus terjadi pada bulan April 2002 dan
Acanthogobius

pada bulan Maret 2002. Sal