SELF DISCLOSURE PADA REMAJA PENGGUNA FACEBOOK

(1)

i

SELF DISCLOSURE PADA REMAJA PENGGUNA FACEBOOK

SKRIPSI

Oleh: Citra Agsha Pita

05810179

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011


(2)

SELF DISCLOSURE PADA REMAJA PENGGUNA FACEBOOK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh: Citra Agsha Pita

05810179

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011


(3)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Self Disclosure Pada Remaja Pengguna Facebook Nama Peneliti : Citra Agsha Pita

No. Induk Mahasiswa : 05810179 Fakultas : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Waktu Penelitian : 13 April 2011

Malang, 31 Mei 2011 Pembimbing I Pembimbing II


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi telah diuji oleh Dewan Penguji Tanggal : 07 Mei 2011

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Yudi Suharsono, M.Si, Psi. ( ) Anggota Penguji : 1. Hudaniah, S.Psi, M.Si ( ) 2. Ari Firmanto, S.Psi ( )

Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Drs. Tulus Winarsunu, M. Si


(5)

v

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Citra Agsha Pita NIM : 05810179 Fakultas / Jurusan : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi / karya ilmiah:

Self Disclosure Pada Remaja Pengguna Facebook

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang telah digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah / skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak bebas royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan undang- undang yang berlaku.

Mengetahui Malang, 31 Mei 2011 Ketua Program Studi Yang menyatakan


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr, Wb.

Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya yang berupa kekuatan, kesabaran, kesadaran dan memberikan jalan bagi penulis sehingga pada penulisan skripsi yang berjudul Self Disclosure Pada Remaja Pengguna Facebookini dapat terwujud.

Adapun maksud penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi tingkat Strata I (S-1) di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis sadar bahwa betapa sulitnya bagi seorang mahasiswa untuk menyusun karya ilmiah secara sempurna. Seperti halnya dalam penulisan skripsi ini, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dosen pembimbing ataupun instansi- instansi yang terkait. Oleh karena itu dengan terselesainya penulisan skripsi ini, penulis ingin menyampaikan ucpan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Bapak Yudi Suhasono, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, masukan, pengarahan, serta motivasi kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Bapak M. Salis Yuniardi, S.Psi, M.Psi selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, petunjuk serta memberikan dorongan motivasi baik dengan teguran-teguran dengan penuh kesungguhan kesabaran dan ketelatenan kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu tersayang yang begitu tulus dan ikhlas mendidik, merawat

memberikan bantuan dengan penuh kasih sayang senantiasa berdo’a untuk kesuksesan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dan dapat menyelesaikan studi S1 psikologi.

5. Terimakasih buat Yudo Nugroho S.Psi yang selalu mendampingi, mendo’akan, serta mencurahkan perhatian, kasih dan sayang kepada penulis.


(7)

vii

6. Sahabatku Risty, Ella, Tyas, Fian, Dian, Viki, Ubitz, Cuwi, Bejo, Fitri, Rahmah, Ima, mba Nyunyun, dan adik-adik tingkatku Ida, Nora, Erma, Widarti, Riris yang selalu siap sedia mendengarkan keluhan kesah, membantu penulis setiap saat dan mendoakan penulis.

7. Seluruh teman-temanku Psikologi’ 05, para rombongan bimbingan dipasca dan teman-teman kosan Baiduri Pandan terutama Yubang dan Angel terima kasih atas dukungan dan semangat buat penulis.

8. Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT senantiasa membalasnya dengan limpahan berkah dan nikmat atas kebaikan yang diberikan kepada penulis. Akhir kata menyadari adanya kekurangan dalam penulisan skripsi ini, dengan kerendahan hati penulis berharap saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Malang, 31 Mei 2011 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Surat Pernyataan ... iv

Kata Pengantar ... v

Intisari ... vii

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ber-facebook ... 7

1. Pengertian Facebook ... 7

2. Sejarah Facebook... 8

3. Beberapa Fiture Facebook... 9

4. Kelebihan Facebook ... 12

5. Dampak Ber-facebook... 14

6. Ciri-ciri Kecanduan Facebook ... 16

B. Self Disclosure ... 17

1. Pengertian Self Disclosure ... 17

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Self Disclosure ... 19

3. ManfaatSelf Disclosure ... 20

4. Ciri-ciri Self Disclosure... 22

5. Tahap-tahap Self Disclosure ... 24

6. Aspek Self Disclosure ... 25

C. Remaja ... 27

1. Pengertian Remaja ... 27

2. Batasan Usia Remaja ... 28

3. Ciri-ciri Remaja... 28

4. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja... 30

5. Kebutuhan Khas Remaja... 31

6. Remaja Pengguna Facebook ... 32

D. Self Disclosure Pada Reamaja Pengguna Facebook ... 33

BAB III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 37

B. Batasan Istilah ... 37


(9)

i x

1. Populasi ... 38

2. Sampel ... 38

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 38

1. Jenis Data ... 38

2. Metode Pengumpulan Data ... 39

3. Validitas dan Realiabilitas ... 42

a. Validitas... 42

b. Reliabilitas... 44

E. Prosedur Penelitian ... 45

1. Persiapan Penelitian ... 45

2. Pelaksanaan Penelitian ... 45

F. Teknik Analisis Data... 46

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 48

B. Analisa Data ... 50

C. Pembahasan ... 51

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Kriteria Penyekoran Skala Likert ... 40

Tabel 2 : Blue Print Skala Self Disclosure ... 41

Tabel 3 : Uji Validitas Skala Self Disclosure ... 43

Tabel 4 : Blue Print Skala Self Disclosure Setelah Tryout ... 43

Tabel 5 : Uji Reliabilitas Skala Self Disclosure ... 45

Tabel 6 : Sebaran T-skor Self Disclosure ... 48

Tabel 7 : Sebaran T-skor Peanggunaan Facebook ... 49


(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

I. Skala Self Disclosure Try Out II. Skala Self Disclosure Penelitian III. Data Kasar Try Out

IV. Uji Validitas indikator 1 V. Uji Validitas Indikator 2 VI. Uji validitas Indikator 3 VII. Uji Validitas Indikator 4 VIII. Reliabitity

IX. Data Kasar Self Disclosure X. Data Kasar Penggunaan Facebook XI. Data Hasil Kedua Variabel XII. Hasil Uji T-Score


(12)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta

Asandi, Q.R & Rosyidi, H. (2010). Self Disclosure Pada Remaja Pengguna Facebook. Surabaya : Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel.

Azwar, S. (2000). Reabilitas Dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Budyatna, M. (2004). Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta : Universitas Terbuka Dayakisni, T & Hudaniah. (2001). Psikologi Sosial. Malang : UMM Press.

DeVito, Joseph. A. (1997). Komunikasi Antar Manusia. Jakarta : Professional Book.

Hurlock, E. (1993). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Johnson, David. W. (1993). Reaching Out. Interpersonal Effectiveness and

self-actualization. Englewood Cliffs : Prentice-Hall

Kerlinger, F. (2008). Asas-Asas Penelitian Bihavioral. Yogyakarta : Gajah Mada

University Press.

Poerwanti, E. (1998). Dimensi-Dimensi Riset Ilmiah. Malang : Universitas

Muhammadiyah

Rahmat, J. (1993). Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Santrock, J. (2002). Live-Span Development Perkembangan Masa Hidup jilid II. Jakarta: Erlangga.

Shelley E. Taylor, Letitia Anne Peplau, David O. Sears, Dialihnahasakan Oleh Tri Wibowo, B.S, (2009). Psikologi Sosial, Edisi Kedua Belas, Penerbit Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Supratiknya, A. (1995). Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta : PT. Kanisius. Walgito, B (1987). Psikologi Sosial. Yogyakarta : Andi Offset.


(13)

http://jomblos.blogspot.com/2008/08/tentang-pengertian- facebook.html (Oleh Ruben Nurdiasmanto pukul 07.28 . Selasa, 26 Agustus 2008)

http://kuspito.wordpress.com/2009/03/22/tentang-facebook-apa-sih- facebook- itu-kenapa-kita-harus-bergabung/ (Dipostkan pada 22 maret 2009)

http://nasrullah15.wordpress.com/2010/09/06/20-ciri-orang-kecanduan-facebook/ (Oleh Nasrullah pada tanggal 06 September 2010)

http://najwafahrini.blogdetik.com/2010/04/23/facebook-dan-globalisasi-cinta-aktivis-dakwah/ (Oleh Najwafahrini pada 23 April 2010)

http://id.wikipedia.org/wiki/Facebook

http://www.Glikbarg.com/internet/chat.html (Glikbarg, S. 1995) http://eserver.org/65/18newitz.html (Newitz, A. 1995)


(14)

1 A. Latar Belakang

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi akhir-akhir ini begitu pesat. Akses internet menjadi semakin mudah sehingga siapa saja didunia ini yang sudah bisa mengoperasikan komputer pasti bisa menggunakan internet. Salah satu sumber informasi dimedia internet yang akhir-akhir ini sedang booming adalah situs jejaring sosial facebook. Dan akhirnya facebook merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita, maupun kehidupan remaja khususnya (Masjeha, 2009).

Facebook (disingkat FB) merupakan situs web jaringan sosial yang diluncurkan pada 4 Februari 2004 dan didirikan oleh Mark Zuckerberg yang berusia 21 tahun, seorang lulusan Harvard dan mantan murid Ardsley High School. Keanggotaannya pada awalnya dibatasi untuk siswa dari Harvard College. Dalam dua bulan selanjutnya, keanggotaannya diperluas ke sekolah lain. Akhirnya, orang-orang yang memiliki alamat email dari seluruh dunia dapat juga bergabung dengan situs ini. Sejak 11 September 2006, masyarakat di Indonesia dengan alamat surat e-mail apa pun dapat mendaftar di facebook (Arisani, 2009). Situs jejaring sosial yang telah dikenal oleh masyarakat luas dan sangat populer di seluruh dunia ini ditujukan untuk setiap individu yang memiliki account facebook agar dapat terus menjalin silahturahmi dengan individu lain dibelahan dunia manupun. Selain tempat bertemunya para user, facebook dapat menjadi tempat untuk menumpahkan keluh kesah kita melalui salah satu fiture didalamnya yaitu dengan update status yang nantinya akan berlanjut dengan bertukar komentar kepada sesama teman pengguna facebook. Chatting melalui facebook adalah percakapan yang didasarkan pada teks kita mengetik pesan di layar komputer, sementara orang lain melihatnya dari tempat mereka dengan segera, kemudian orang tersebut memberikan respon dan pada saat itulah percakapan dimulai (Glikbarg, 1995).

Newitz (dalam Kurniawati, 2002) menuturkan, bahwa pada saat berkomunikasi melalui online sering kali orang bertingkah laku sangat berbeda dari yang biasa mereka lakukan di kehidupan yang sebenarnya. Hal ini tidak terlepas dari


(15)

karakteristik dunia maya yang berbeda dengan dunia sehari-hari. Prinsip anonimitas menyebabkan tingginya ketidakpastian yang kita peroleh dalam ber- facebook, namun facebook pun tetap memiliki peminat yang sangat banyak di seluruh belahan dunia.

Di kalangan remaja pun facebook sangat diminati, terlihat dari antusias mereka yang sangat sering menggunakan jaringan sosial ini untuk berkomunikasi dengan teman-teman mereka. Dikarenakan didalam facebook ada beberapa fiture yang sangat diminati oleh para penggunanya seperti upload foto yang bisa dikirimkan kepada teman facebook lainnya dan bisa saling bertukar komentar, ruang ber-chatting pada saat kita online serta update status dimana setiap penggunanya dapat menumpahkan segala keluh kesahnya dan aktifitas yang sedang mereka lakukan. Facebook memang mampu menarik perhatian jutaan orang, terutama para remaja sekarang. Berdasarkan hasil riset Yahoo di Indonesia yang bekerja sama dengan Taylor Nelson Sofres pada tahun 2009 (Ridhotha, 2009), pengguna terbesar internet adalah usia 15-19 tahun, sebesar 64 persen. Riset itu dilakukan melalui survei terhadap 2.000 responden. Sebanyak 53 persen dari kalangan remaja itu mengakses internet melalui warung internet (warnet), sementara sebanyak 19 persen mengakses via telepon seluler. Sebagai gambaran, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia pada 2009 menyebutkan, pengguna internet di Indonesia diperkirakan mencapai 25 juta. Pertumbuhannya setiap tahun rata-rata 25 persen.Hal ini menunjukkan bahwa memang benar adanya pengguna situs jejaring sosial adalah dari kalangan remaja usia sekolah.

Namun tanpa mereka sadari, dewasa ini facebook sudah menjadi salah satu candu dalam kehidupan mereka. facebook merupakan media bagi para remaja untuk membuka diri, menemukan hal-hal yang belum mereka ketahui sebelumnya, atau sekedar mendapatkan pengalaman baru dan kenalan baru. Hal ini tidak terlepas dari ciri utama pada masa remaja dimana terjadi perubahan sosial. Menurut Gunarsa (dalam Susanto, 2005), kelompok remaja bersifat positif dalam hal memberikan kesempatan yang luas bagi remaja untuk melatih cara mereka bersikap, bertingkahlaku, dan melakukan hubungan sosial.

Situs facebook memang mampu menjadikan diri seseorang menjadi pribadi yang lebih terbuka dengan fasilitas status yang terdapat di situs micro blogging


(16)

tersebut. Terutama bagi para remaja yang merupakan salah satu pengguna facebook yang cukup aktif. Dan dari paparan sebelumnya bahwa pengguna terbesar internet adalah pada usia 15-19 tahun, hal ini sesuai berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di lapangan, tujuh dari sepuluh remaja SMA di Malang mengaku jauh lebih terbuka ketika membagi informasi tentang dirinya melaui facebook. Hal ini berbeda ketika ditanyakan pada siswa SMP yang justru cenderung tertutup. Keadaan ini dapat dipahami karena pada umumnya remaja SMP memang cenderung pemalu bila dibandingkan dengan remaja SMA. Selain itu kebutuhan dalam mengembangkan hubungan pertemanan memang jauh lebih besar pada usia remaja SMA daripada usia remaja SMP di Malang. Sehingga pada remaja SMA, mereka dapat lebih leluasa menceritakan informasi baik itu yang bersifat umum maupun yang bersifat pribadi pada akun mereka. Hal tersebut mereka lakukan sebab cukup mudah dan sangat membantu dalam bertukar pikiran tanpa harus bertatap muka langsung dengan yang bersangkutan. Mereka juga merasa lebih banyak nasehat dan support yang diberikan oleh teman facebook-nya terhadap keadaannya itu. Bagi mereka, cara tersebut menjadi lebih efektif untuk mengungkapkan dirinya daripada bercerita secara langsung kepada orang-orang tertentu. Hal ini cukup penting bagi remaja, dimana dalam pencarian identitas diri akan membentuk konsep diri agar dapat melihat gambaran diri mengenai kekurangan dan kelebihan diri sendiri, sehingga mereka mampu mengevaluasi dirinya. Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui gambaran tentang dirinya seorang remaja perlu melakukan self-disclosure (pengungkapan diri) sebagai salah satu bentuk keterampilan sosial yang harus dimiliki oleh para remaja agar mereka dapat diterima dalam lingkungan sosialnya. Pengungkapan diri dikenal dengan istilah self disclosure. (dalam Permatasari, 2002). Dimana dengan adanya pengungkapan diri akan tercipta rasa saling percaya yang menjadi faktor penting dalam menjalani hubungan sosial. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya

bahwa self disclosure menjadi hal penting dalam membangun hubungan

interpersonal.

Menurut Johnson, (1981) dalam (Supratiknya, 1995), self disclosure atau pengungkapan diri adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita dimasa kini. Dengan


(17)

membuka diri kita dapat membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukannya, atau perasaan terhadap kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan. Dengan adanya pengungkapan diri remaja dapat mengungkapkan pendapatnya, perasaannya, cita-citanya dan sebagainya, sehingga memunculkan atau menumbuhkan hubungan saling keterbukaan. Hubungan saling keterbukaan ini akan memunculkan hubungan timbal balik positif yang menghasilkan rasa aman, adanya penerimaan diri, dan secara lebih mendalam dapat melihat diri sendiri serta mampu menyelesaikan berbagai masalah hidup. Hal ini sesui dengan teori Johnson (1981), dalam Supratiknya (1995) menyatakan bahwa pembukaan diri memiliki dua sisi, yaitu (1) Bersikap terbuka kepada yang lain, dimana membagi gagasan dan perasaan pada orang lain, dan membiarkan orang lain tahu pada kita atau tidak menyembunyikan tentang sifat, kelemahan yang ada pada kita, (2) Bersikap terbuka bagi yang lain, dimana perhatian pada gagasan dan perasaan orang lain dan bersikap terbuka terhadap sifat orang lain dan menerima keadaan orang lain apa adanya. Dengan kata lain , selain membuka diri kepada orang lain, kita pun harus membuka diri bagi orang lain agar menjalin hubungan yang baik dengannya.

Namun sebaliknya bila remaja tersebut tidak mampu menjalin sebuah hubungan timbal balik yang baik terhadap individu lainnya, maka sering kali ia merasa tidak percaya diri, tidak berani menyampaikan berbagai gejolak emosi dan tidak dapat berbagi dengan orang lain, yang pada akhirnya mengakibatkan remaja tersebut akan memendam berbagai persoalan hidup yang ditanggung sendiri, sehingga akan memunculkan masalah-masalah psikologis maupun fisiologis (Kurniawati, 2005). Atas dasar tersebut, maka secara langsung maupun tidak langsung seorang remaja akan cenderung berusaha untuk membuat diri mereka terlihat lebih baik saat berinteraksi dengan manusia lainnya agar diterima dalam lingkungannya tersebut. Hal ini sesuai dengan paparan menurut Dayakisni dkk (2001) menerangkan bahwa dalam suatu interaksi antara individu dengan orang lain, apakah orang lain akan menerima atau menolak kita, bagaimana kita ingin orang lain mengetahui tentang kita akan ditentukan oleh bagaimana individu itu dapat mengungkapkan dirinya.


(18)

Oleh karena alasan ini, remaja menggunakan facebook sebagai pengungkapan diri, dimana alasan pertama mereka dapa mengeksperikan dirinya tanpa bertatap muka langsung, dapat membagi segala persoalan dan beban dalam pikirannya, maka mereka mencurahkannya lewat facebook, untuk berbagi pengalaman kepada orang lain dan menambah wawasan yang lebih luas sebagai klarifikasi diri mereka, kemudian dalam mengungkapkan tentang diri mereka sebagai kontrol sosial. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang mampu mengungkapkan diri secara tepat terbukti lebih mampu menyesuaikan diri (adaptif), lebih percaya diri, lebih kompeten, ekstrovert, dapat diandalkan, lebih mampu bersikap positif dan percaya pada orang lain, lebih obyektif dan terbuka (Johnson, 2001). Perlu diperhatikan yaitu kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, serta teman yang dapat merasakan suka dukanya, menyebabkan seorang remaja menjadi lebih terbuka terhadap orang lain. Keterbukaan itu mereka lakukan untuk mengurangi kesulitan yang sering kali terjadi pada saat remaja, mengingat pada masa ini terjadi konflik di dalam dirinya (Harlock,2003). Dengan bercerita melalui facebook, mereka dapat mengurangi konflik dalam dirinya dan mengembangkan diri. Oleh karena itu facebook merupakan wadah bagi para remaja untuk memenuhi kebutuhan sosialisasi mereka. Dalam membina suatu hubungan sosial para remaja harus memiliki keterampilan dalam berkomunikasi seperti pengungkapan diri (self disclosure) yang nantinya akan membantu mereka dalam mengatasi perubahan sosial pada masa perkembangan remaja.

Berdasarkan pemikiran dan permasalahan yang telah diuraikan diatas tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang “bagaimana self-disclosure pada remaja pengguna facebook ”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang penelitian ini maka didapatkan permasalahan “Bagaimana self-disclosure pada remaja pengguna facebook?.”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui self-disclosure pada remaja pengguna facebook.


(19)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan teori-teori dalam psikologi, khususnya psikologi sosial, perkembangan dan pendidikan, juga memberi pemahaman pada pembaca tentang pentingnya self-disclosure (pengungkapan diri).

2. Manfaat praktis

Secara umum dapat memberikan informasi-informasi untuk remaja mengenai self disclosure (penggungkapan diri) melalui facebook, agar nantinya dapat dijadikan acuan dalam mengguanakan facebook yang baik dan benar.


(1)

1 A. Latar Belakang

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi akhir-akhir ini begitu pesat. Akses internet menjadi semakin mudah sehingga siapa saja didunia ini yang sudah bisa mengoperasikan komputer pasti bisa menggunakan internet. Salah satu sumber informasi dimedia internet yang akhir-akhir ini sedang booming adalah situs jejaring sosial facebook. Dan akhirnya facebook merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita, maupun kehidupan remaja khususnya (Masjeha, 2009).

Facebook (disingkat FB) merupakan situs web jaringan sosial yang diluncurkan pada 4 Februari 2004 dan didirikan oleh Mark Zuckerberg yang berusia 21 tahun, seorang lulusan Harvard dan mantan murid Ardsley High School. Keanggotaannya pada awalnya dibatasi untuk siswa dari Harvard College. Dalam dua bulan selanjutnya, keanggotaannya diperluas ke sekolah lain. Akhirnya, orang-orang yang memiliki alamat email dari seluruh dunia dapat juga bergabung dengan situs ini. Sejak 11 September 2006, masyarakat di Indonesia dengan alamat surat e-mail apa pun dapat mendaftar di facebook (Arisani, 2009). Situs jejaring sosial yang telah dikenal oleh masyarakat luas dan sangat populer di seluruh dunia ini ditujukan untuk setiap individu yang memiliki account facebook agar dapat terus menjalin silahturahmi dengan individu lain dibelahan dunia manupun. Selain tempat bertemunya para user, facebook dapat menjadi tempat untuk menumpahkan keluh kesah kita melalui salah satu fiture didalamnya yaitu dengan update status yang nantinya akan berlanjut dengan bertukar komentar kepada sesama teman pengguna facebook. Chatting melalui facebook adalah percakapan yang didasarkan pada teks kita mengetik pesan di layar komputer, sementara orang lain melihatnya dari tempat mereka dengan segera, kemudian orang tersebut memberikan respon dan pada saat itulah percakapan dimulai (Glikbarg, 1995).

Newitz (dalam Kurniawati, 2002) menuturkan, bahwa pada saat berkomunikasi melalui online sering kali orang bertingkah laku sangat berbeda dari yang biasa mereka lakukan di kehidupan yang sebenarnya. Hal ini tidak terlepas dari


(2)

karakteristik dunia maya yang berbeda dengan dunia sehari-hari. Prinsip anonimitas menyebabkan tingginya ketidakpastian yang kita peroleh dalam ber- facebook, namun facebook pun tetap memiliki peminat yang sangat banyak di seluruh belahan dunia.

Di kalangan remaja pun facebook sangat diminati, terlihat dari antusias mereka yang sangat sering menggunakan jaringan sosial ini untuk berkomunikasi dengan teman-teman mereka. Dikarenakan didalam facebook ada beberapa fiture yang sangat diminati oleh para penggunanya seperti upload foto yang bisa dikirimkan kepada teman facebook lainnya dan bisa saling bertukar komentar, ruang ber-chatting pada saat kita online serta update status dimana setiap penggunanya dapat menumpahkan segala keluh kesahnya dan aktifitas yang sedang mereka lakukan. Facebook memang mampu menarik perhatian jutaan orang, terutama para remaja sekarang. Berdasarkan hasil riset Yahoo di Indonesia yang bekerja sama dengan Taylor Nelson Sofres pada tahun 2009 (Ridhotha, 2009), pengguna terbesar internet adalah usia 15-19 tahun, sebesar 64 persen. Riset itu dilakukan melalui survei terhadap 2.000 responden. Sebanyak 53 persen dari kalangan remaja itu mengakses internet melalui warung internet (warnet), sementara sebanyak 19 persen mengakses via telepon seluler. Sebagai gambaran, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia pada 2009 menyebutkan, pengguna internet di Indonesia diperkirakan mencapai 25 juta. Pertumbuhannya setiap tahun rata-rata 25 persen. Hal ini menunjukkan bahwa memang benar adanya pengguna situs jejaring sosial adalah dari kalangan remaja usia sekolah.

Namun tanpa mereka sadari, dewasa ini facebook sudah menjadi salah satu candu dalam kehidupan mereka. facebook merupakan media bagi para remaja untuk membuka diri, menemukan hal-hal yang belum mereka ketahui sebelumnya, atau sekedar mendapatkan pengalaman baru dan kenalan baru. Hal ini tidak terlepas dari ciri utama pada masa remaja dimana terjadi perubahan sosial. Menurut Gunarsa (dalam Susanto, 2005), kelompok remaja bersifat positif dalam hal memberikan kesempatan yang luas bagi remaja untuk melatih cara mereka bersikap, bertingkahlaku, dan melakukan hubungan sosial.

Situs facebook memang mampu menjadikan diri seseorang menjadi pribadi yang lebih terbuka dengan fasilitas status yang terdapat di situs micro blogging


(3)

tersebut. Terutama bagi para remaja yang merupakan salah satu pengguna facebook yang cukup aktif. Dan dari paparan sebelumnya bahwa pengguna terbesar internet adalah pada usia 15-19 tahun, hal ini sesuai berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di lapangan, tujuh dari sepuluh remaja SMA di Malang mengaku jauh lebih terbuka ketika membagi informasi tentang dirinya melaui facebook. Hal ini berbeda ketika ditanyakan pada siswa SMP yang justru cenderung tertutup. Keadaan ini dapat dipahami karena pada umumnya remaja SMP memang cenderung pemalu bila dibandingkan dengan remaja SMA. Selain itu kebutuhan dalam mengembangkan hubungan pertemanan memang jauh lebih besar pada usia remaja SMA daripada usia remaja SMP di Malang. Sehingga pada remaja SMA, mereka dapat lebih leluasa menceritakan informasi baik itu yang bersifat umum maupun yang bersifat pribadi pada akun mereka. Hal tersebut mereka lakukan sebab cukup mudah dan sangat membantu dalam bertukar pikiran tanpa harus bertatap muka langsung dengan yang bersangkutan. Mereka juga merasa lebih banyak nasehat dan support yang diberikan oleh teman facebook-nya terhadap keadaannya itu. Bagi mereka, cara tersebut menjadi lebih efektif untuk mengungkapkan dirinya daripada bercerita secara langsung kepada orang-orang tertentu. Hal ini cukup penting bagi remaja, dimana dalam pencarian identitas diri akan membentuk konsep diri agar dapat melihat gambaran diri mengenai kekurangan dan kelebihan diri sendiri, sehingga mereka mampu mengevaluasi dirinya. Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui gambaran tentang dirinya seorang remaja perlu melakukan self-disclosure (pengungkapan diri) sebagai salah satu bentuk keterampilan sosial yang harus dimiliki oleh para remaja agar mereka dapat diterima dalam lingkungan sosialnya. Pengungkapan diri dikenal dengan istilah self disclosure. (dalam Permatasari, 2002). Dimana dengan adanya pengungkapan diri akan tercipta rasa saling percaya yang menjadi faktor penting dalam menjalani hubungan sosial. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa self disclosure menjadi hal penting dalam membangun hubungan interpersonal.

Menurut Johnson, (1981) dalam (Supratiknya, 1995), self disclosure atau pengungkapan diri adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita dimasa kini. Dengan


(4)

membuka diri kita dapat membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukannya, atau perasaan terhadap kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan. Dengan adanya pengungkapan diri remaja dapat mengungkapkan pendapatnya, perasaannya, cita-citanya dan sebagainya, sehingga memunculkan atau menumbuhkan hubungan saling keterbukaan. Hubungan saling keterbukaan ini akan memunculkan hubungan timbal balik positif yang menghasilkan rasa aman, adanya penerimaan diri, dan secara lebih mendalam dapat melihat diri sendiri serta mampu menyelesaikan berbagai masalah hidup. Hal ini sesui dengan teori Johnson (1981), dalam Supratiknya (1995) menyatakan bahwa pembukaan diri memiliki dua sisi, yaitu (1) Bersikap terbuka kepada yang lain, dimana membagi gagasan dan perasaan pada orang lain, dan membiarkan orang lain tahu pada kita atau tidak menyembunyikan tentang sifat, kelemahan yang ada pada kita, (2) Bersikap terbuka bagi yang lain, dimana perhatian pada gagasan dan perasaan orang lain dan bersikap terbuka terhadap sifat orang lain dan menerima keadaan orang lain apa adanya. Dengan kata lain , selain membuka diri kepada orang lain, kita pun harus membuka diri bagi orang lain agar menjalin hubungan yang baik dengannya.

Namun sebaliknya bila remaja tersebut tidak mampu menjalin sebuah hubungan timbal balik yang baik terhadap individu lainnya, maka sering kali ia merasa tidak percaya diri, tidak berani menyampaikan berbagai gejolak emosi dan tidak dapat berbagi dengan orang lain, yang pada akhirnya mengakibatkan remaja tersebut akan memendam berbagai persoalan hidup yang ditanggung sendiri, sehingga akan memunculkan masalah-masalah psikologis maupun fisiologis (Kurniawati, 2005). Atas dasar tersebut, maka secara langsung maupun tidak langsung seorang remaja akan cenderung berusaha untuk membuat diri mereka terlihat lebih baik saat berinteraksi dengan manusia lainnya agar diterima dalam lingkungannya tersebut. Hal ini sesuai dengan paparan menurut Dayakisni dkk (2001) menerangkan bahwa dalam suatu interaksi antara individu dengan orang lain, apakah orang lain akan menerima atau menolak kita, bagaimana kita ingin orang lain mengetahui tentang kita akan ditentukan oleh bagaimana individu itu dapat mengungkapkan dirinya.


(5)

Oleh karena alasan ini, remaja menggunakan facebook sebagai pengungkapan diri, dimana alasan pertama mereka dapa mengeksperikan dirinya tanpa bertatap muka langsung, dapat membagi segala persoalan dan beban dalam pikirannya, maka mereka mencurahkannya lewat facebook, untuk berbagi pengalaman kepada orang lain dan menambah wawasan yang lebih luas sebagai klarifikasi diri mereka, kemudian dalam mengungkapkan tentang diri mereka sebagai kontrol sosial. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang mampu mengungkapkan diri secara tepat terbukti lebih mampu menyesuaikan diri (adaptif), lebih percaya diri, lebih kompeten, ekstrovert, dapat diandalkan, lebih mampu bersikap positif dan percaya pada orang lain, lebih obyektif dan terbuka (Johnson, 2001). Perlu diperhatikan yaitu kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, serta teman yang dapat merasakan suka dukanya, menyebabkan seorang remaja menjadi lebih terbuka terhadap orang lain. Keterbukaan itu mereka lakukan untuk mengurangi kesulitan yang sering kali terjadi pada saat remaja, mengingat pada masa ini terjadi konflik di dalam dirinya (Harlock,2003). Dengan bercerita melalui facebook, mereka dapat mengurangi konflik dalam dirinya dan mengembangkan diri. Oleh karena itu facebook merupakan wadah bagi para remaja untuk memenuhi kebutuhan sosialisasi mereka. Dalam membina suatu hubungan sosial para remaja harus memiliki keterampilan dalam berkomunikasi seperti pengungkapan diri (self disclosure) yang nantinya akan membantu mereka dalam mengatasi perubahan sosial pada masa perkembangan remaja.

Berdasarkan pemikiran dan permasalahan yang telah diuraikan diatas tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang “bagaimana self-disclosure pada remaja pengguna facebook ”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang penelitian ini maka didapatkan permasalahan “Bagaimana self-disclosure pada remaja pengguna facebook?.”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui self-disclosure pada remaja pengguna facebook.


(6)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan teori-teori dalam psikologi, khususnya psikologi sosial, perkembangan dan pendidikan, juga memberi pemahaman pada pembaca tentang pentingnya self-disclosure (pengungkapan diri).

2. Manfaat praktis

Secara umum dapat memberikan informasi-informasi untuk remaja mengenai self disclosure (penggungkapan diri) melalui facebook, agar nantinya dapat dijadikan acuan dalam mengguanakan facebook yang baik dan benar.