STUDI KONSEP AKHLAK IBN AL-QAYYIM AL-JAUZIYYAH DAN RELEVANSINYA DENGAN PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM
STUDI KONSEP AKHLAKIBN ALQAYYIM ALJAUZIYYAHDAN
RELEVANSINYA DENGAN PARADIGMAPENDIDIKAN ISLAM
Oleh: GALUH RETNO SARI (02110005)
TARBIYAH
Dibuat: 20070206 , dengan 2 file(s).
Keywords: Paradigma pendidikan Islam
Akhlak merupakan salah satu bahasan yang menjadi perhatian Ibn Qayyim. Beliau terkenal
sebagai ahli sufi dan ahli ushul fiqh, tetapi beliau juga seorang pendidik, dan pernah menjabat
sebagai pemimpin di madrasah alJauziyyah. Perhatiannya kepada generasi Islam membuat
beliau merumuskan konsep akhlak yang kontekstual. Berdasarkan pada kedalaman ilmu beliau
dalam bidang syariat Islam membuat beliau menginternalisasi teori keadilan dalam konsep
akhlak. Pada zaman Ibn alQayyim banyak bermunculan ilmuan dan ulama besar di bawah
didikan dan asuhannya.
Pendidikan Islam saat ini belum menetapkan paradigma yang dirasa sempurna. Paradigma
formism dan mechanism pernah dipakai atau masih juga dipakai sebagai paradigma pendidikan
Islam. Oleh karena itu, sampai saat ini selalu ada perubahan maupun pengembangan dalam
bidang pendidikan Islam dalam berbagai aspek untuk memenuhi tuntutan zaman dalam
menyiapkan anak didik yang siap iptek maupun tsaqofah Islamiyah dan meleburkannya dalam
kepribadian Islam.
Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin
mengkaji konsep akhlak Ibn alQayyim alJauziyyah, yang selanjutnya direlevansikan dengan
paradigma pendidikan Islam. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada konsep akhlak Ibn al
Qayyim yang digali melalui gagasan Ibn alQayyim dan relevansinya dengan paradigma
pendidikan Islam. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini yaitu: pertama,
mengetahui konsep akhlak Ibn alQayyim alJauziyyah; dan kedua, menarik relevansi konsep
akhlak Ibn alQayyim dengan paradigma Pendidikan Islam.
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan atau library research, yaitu dengan
melakukan pembacaan kritis dan mendalam terhadap literatur, bukubuku, hasil penelitian dari
peneliti terdahulu sepanjang semua bahan pustaka itu relevan dengan masalah yang diangkat.
Sumber data yang bersifat primer penulis dapat dari buku terjemahan dari karya asli Ibn al
Qayyim alJauziyyah yang sesuai dengan pokok bahasan. Sedangkan sumber skunder, yaitu
bukubuku yang sifatnya mensyarahkan buku karya Ibn alQayyim, bukubuku dan pendapat
para ahli yang sesuai dengan pokok bahasan. Teknik analisa data yang digunakan yaitu content
analysis, yaitu analisis yang mendalam terhadap isi literatur, sehingga dapat sesuai dan mencapai
tujuan analisis yang dimaksud.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa konsep akhlak Ibn alQayyim berpijak dari kearifan
beliau sebagai ahli ushul fiqh yang mengetengahkan keadilan dalam setiap aspek kehidupan.
Internalisasi nilainilai Islam dalam kehidupan seharihari, merubah nilai subjektifnormatif
menuju objektifempiris, maupun nilai simbolik menuju nilai subtansial. Memuliakan akal
manusia, dan kemampuan berakhlak adalah hasil dari ilmu yang dimiliki oleh manusia tersebut.
Implementasi akhlak individu akan membawa kebahagiaan untuk individu itu khususnya dan
untuk masyarakatnya secara umum. Akhlak manusia kepada Allah SWT membutuhkan rasa
cinta kepadaNya dan menunjukkan ketaqwaan manusia sebagai khalifah di bumi. Sedangkan
akhlak manusia kepada sesama menunjukkan kemuliaannya, karena mengoptimalkan potensi
yang dibekalkan kepadanya sebagai khalifah.
Konsep akhlak Ibn alQayyim ini bila direlevansikan dengan paradigma Islam, pada dasarnya
pendidikan Islam selalu berbenah untuk mendapatkan paradigma ideal untuk menyelenggarakan
kegiatan pendidikan generasi Islam. Paradigma organism menginginkan seluruh aspek
pendidikan bahumembahu dalam membentuk pribadi insan kamil dengan pemenuhan aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik anak didik secara seimbang. Faktor lingkungan pendidikan
juga berdampak besar pada proses pendidikan ini, maka Ibn alQayyim juga memperhatikan hal
ini dan mewantiwanti para pendidik untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi peserta
didik. Begitu juga pada diri pendidik haruslah sudah tertanam akhlak mulia karena pendidiklah
yang akan menjadi qudwah bagi anak didiknya.
RELEVANSINYA DENGAN PARADIGMAPENDIDIKAN ISLAM
Oleh: GALUH RETNO SARI (02110005)
TARBIYAH
Dibuat: 20070206 , dengan 2 file(s).
Keywords: Paradigma pendidikan Islam
Akhlak merupakan salah satu bahasan yang menjadi perhatian Ibn Qayyim. Beliau terkenal
sebagai ahli sufi dan ahli ushul fiqh, tetapi beliau juga seorang pendidik, dan pernah menjabat
sebagai pemimpin di madrasah alJauziyyah. Perhatiannya kepada generasi Islam membuat
beliau merumuskan konsep akhlak yang kontekstual. Berdasarkan pada kedalaman ilmu beliau
dalam bidang syariat Islam membuat beliau menginternalisasi teori keadilan dalam konsep
akhlak. Pada zaman Ibn alQayyim banyak bermunculan ilmuan dan ulama besar di bawah
didikan dan asuhannya.
Pendidikan Islam saat ini belum menetapkan paradigma yang dirasa sempurna. Paradigma
formism dan mechanism pernah dipakai atau masih juga dipakai sebagai paradigma pendidikan
Islam. Oleh karena itu, sampai saat ini selalu ada perubahan maupun pengembangan dalam
bidang pendidikan Islam dalam berbagai aspek untuk memenuhi tuntutan zaman dalam
menyiapkan anak didik yang siap iptek maupun tsaqofah Islamiyah dan meleburkannya dalam
kepribadian Islam.
Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin
mengkaji konsep akhlak Ibn alQayyim alJauziyyah, yang selanjutnya direlevansikan dengan
paradigma pendidikan Islam. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada konsep akhlak Ibn al
Qayyim yang digali melalui gagasan Ibn alQayyim dan relevansinya dengan paradigma
pendidikan Islam. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini yaitu: pertama,
mengetahui konsep akhlak Ibn alQayyim alJauziyyah; dan kedua, menarik relevansi konsep
akhlak Ibn alQayyim dengan paradigma Pendidikan Islam.
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan atau library research, yaitu dengan
melakukan pembacaan kritis dan mendalam terhadap literatur, bukubuku, hasil penelitian dari
peneliti terdahulu sepanjang semua bahan pustaka itu relevan dengan masalah yang diangkat.
Sumber data yang bersifat primer penulis dapat dari buku terjemahan dari karya asli Ibn al
Qayyim alJauziyyah yang sesuai dengan pokok bahasan. Sedangkan sumber skunder, yaitu
bukubuku yang sifatnya mensyarahkan buku karya Ibn alQayyim, bukubuku dan pendapat
para ahli yang sesuai dengan pokok bahasan. Teknik analisa data yang digunakan yaitu content
analysis, yaitu analisis yang mendalam terhadap isi literatur, sehingga dapat sesuai dan mencapai
tujuan analisis yang dimaksud.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa konsep akhlak Ibn alQayyim berpijak dari kearifan
beliau sebagai ahli ushul fiqh yang mengetengahkan keadilan dalam setiap aspek kehidupan.
Internalisasi nilainilai Islam dalam kehidupan seharihari, merubah nilai subjektifnormatif
menuju objektifempiris, maupun nilai simbolik menuju nilai subtansial. Memuliakan akal
manusia, dan kemampuan berakhlak adalah hasil dari ilmu yang dimiliki oleh manusia tersebut.
Implementasi akhlak individu akan membawa kebahagiaan untuk individu itu khususnya dan
untuk masyarakatnya secara umum. Akhlak manusia kepada Allah SWT membutuhkan rasa
cinta kepadaNya dan menunjukkan ketaqwaan manusia sebagai khalifah di bumi. Sedangkan
akhlak manusia kepada sesama menunjukkan kemuliaannya, karena mengoptimalkan potensi
yang dibekalkan kepadanya sebagai khalifah.
Konsep akhlak Ibn alQayyim ini bila direlevansikan dengan paradigma Islam, pada dasarnya
pendidikan Islam selalu berbenah untuk mendapatkan paradigma ideal untuk menyelenggarakan
kegiatan pendidikan generasi Islam. Paradigma organism menginginkan seluruh aspek
pendidikan bahumembahu dalam membentuk pribadi insan kamil dengan pemenuhan aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik anak didik secara seimbang. Faktor lingkungan pendidikan
juga berdampak besar pada proses pendidikan ini, maka Ibn alQayyim juga memperhatikan hal
ini dan mewantiwanti para pendidik untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi peserta
didik. Begitu juga pada diri pendidik haruslah sudah tertanam akhlak mulia karena pendidiklah
yang akan menjadi qudwah bagi anak didiknya.