Konsep Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
KONSEP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
MENURUT IBNU QAYYIM AL-JAUZIYYAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK) Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
SYUKUR YAKUB NIM: 108011000109
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2013
(2)
QAYYIM AL.JAUZIYYAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (Fitk) Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperolbh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (s.pd.D
Oleh: Syukur Yakub
NIM: 108011000109
Yang Mengesahkan Pembimbing
@n^--'
Drs. Achmad Gholib. MA1954101s197902
I
001JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF' HIDAYATULLAH
JAKARTA 20t3
l
(3)
KEiIIENTERIAN AGAIT'IA UIN JAKARTA
FITK
Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 ldo@ria
FORi'r (FR)
No. Dokumen
:
FITK-FR-AKD-089 Tgl.Terbit :
1 Maret 2010 No.Revisi: :
01Hal 1t1
SURAT PERNYATAAN KARYA
SENDIRI
Saya yang bertanda tangan
Nama
Tempat/Tgl.Lahir NIM
Jurusan / Prodi Judul Skripsi
di bawah ini, SyukurYakub
Bogor,0l Janumi 1989
10801 1000109
Pendidikan Agama Islam / Sl
Konsep Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
Drs. H. Achmad Gholib, M.A. Dosen Pembimbing
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pemyataan ini dibuat sebagai salah satu
syarat
Ujian MunaqasahJakart& 11 April 2013 Mahasiswa Ybs.
(4)
Ketua/Sekretaris Jurusan/Program Studi Pedidikan Agama Islam menyatakan bahwa,
Nama
NIM
Jurusan / Prodi Semester
Mengetahui,
Penasehat Akademik,
SYUKUR YAKUB
r0801 1000109
Pendidikan Agama Islam X (Sepuluh)
Benar telah menyelesaikan semua program akademik sesuai ketentuan yang berlaku dan berhak untuk menempuh Ujian Skripsi (Munaqasah).
Jakarta, 9 April2013
Ketua/Sekretaris JurusanlProdi
/
Nn.reoto
(5)
LEMBAR
PENGESAHAN
Skripsi berjudul
: "Pendidikan
Anak UsiaDini
Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyat'diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN SyarifHidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 14 Mei 2013, dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S. Pd. D dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 17 Mei20l3
Panitia Ujian Munaqosah
Ketua Panitia
Bahrissalim. M. Ag
NIP: 19680307 199803 1 002
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/ Program Studi)
Drs. Sapiudin Shidiq. M. Ae
NIP : 19670328 200003 1 001 Penguji I
Dra. Djunaidatul Munawaroh. M. Ag NrP. 19580918 198701 2 001
Penguji 2
Tanggal
Siti Kh0dijah. M.A
NIP : 19700727 199703 2 004
. Rifat Svauoi
8t/;)or)
"r"""""''
Tanda Tangan
&
IT
l4l
r-D
""t"""""'
(6)
i
Jakarta, April 2013.
Dalam lingkungan keluarga dewasa ini, pendidikan anak usia dini masih sering dianggap hanya sebagai bentuk tradisi yang turun temurun, namun hal itu sangat tidak boleh disepelekan perhatiaanya bagi kedua orang tua. Karena perlu diketahui seorang anak yang akan dewasa nanti perilakunya, sikap dan tutur katanya, itu semua dipengaruhi pada awal perkembangannya yaitu usia dini (saat awal perkembangan anak). Dimana usia tersebut membutuhkan perhatian penuh dari orang tua serta bimbingan yang kondusif untuk menunjang kreativitasnya dalam segala bidang dan aspek-aspek yang ada pada potensi anak usia dini tersebut.
Penelitian dalam skripsi ini, mengacu pada konsep yang dipaparkan oleh
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitab “Tuhfatul Maudud Bi Ahkamil Maulud”.
Dengan mengambil judul Konsep Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui karakteristik pendidikan anak usia dini menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, 2) untuk mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi pendidikan anak usia dini menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, 3) untuk mengetahui relevansi pendidikan anak usia dini dengan pendidikan Islam. Jenis Penelitian ini, Penelitian
Pustaka (library research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.
Yaitu penelitian yang menggambarkan sifat-sifat atau karakteristik individu,
keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Dengan metode deskriptif kontent analysis
yaitu metode dengan menganalisis isi dan mendeskripsikannya dari objek yang diteliti melalui sumber-sumber yang terkait dalam penelitian ini.
Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah: 1) Karakteristik Pendidikan Anak Usia Dini meliputi 2 masa: a) Masa menyusui pada usia 0-2 tahun yang memiliki tahapan perhatian yaitu: Memberikan perhatian pada anak dengan stimulus atau rangsangan individu, baik itu nama, suasana agamis dan pengasuhan seperti mentahnik, mengakikah dan mengkhitan. b) Masa Batuta pada usia 3-6 tahun adalah perhatian orang tua dalam mendidik anaknya meliputi 5 aspek tanggung jawab yaitu: tanggung jawab pendidikan iman, akhlak, sosial, fisik dan intelektual. 2). Aspek-aspek yang mempengaruhi pendidikan anak usia dini meliputi dua hal: a) aspek hereditas, dan b) aspek lingkungan. 3) Relevansi konsep pendidikan anak usia dini dengan pendidikan Islam yaitu pentingnya orang tua dalam mendidik dan menumbuh-kembangkan potensi-potensi anak agar menjadi generasi yang unggul dan kreatif. Karena orang tua merupakan faktor utama dan pertama yang berpengaruh bagi pendidikan keislaman anak. selain itu lingkungan juga sangat berperan penting dalam membentuk kepribadian anak.
(7)
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim.
Assalamu’aliakum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirobil ‘alamiin, Segala puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat-Nya dan nikmat-Nya kepada seluruh hamba-Nya. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, junjungan dan pemberi tauladan yang telah membawa cahaya kehidupan bagi ummatnya beserta kepada keluarganya, para sahabat dan
para tabi’ tabi’in.
Skripsi ini bertemakan “PENDIDIKAN ANAK USIA DINI MENURUT
IBNU QAYYIM AL-JAUZIYYAH”. Penulis menyadari bahwa muatan skripsi ini
masih jauh dari sempurna, baik penyusunan, penulisan maupun isinya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik untuk menuju perbaikan sangat penulis harapkan.
Dalam proses pembuatan skripsi ini, berbagai hambatan dan kesulitan penulis hadapi, namun berkat rahmat, taufik, dan hidayah Allah SWT. Serta berbagai dorongan, saran dan bimbingan dari semua pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, diantaranya :
1. Kedua orang tua penulis yang tercinta, yang tulus memberikan segalanya,
baik cinta, kasih, sayang, perhatian, pikiran, do’a, motivasi, kritik dan saran,
arahan, senyum dan usaha untuk mencukupi segala kebutuhan penulis. 2. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bahrissalim, MA. selaku Ketua Jurusan dan Drs. H. Syapiuddin Shiddiq,
MA. selaku Wakil Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah.
4. Dosen Penasehat Akademik penulis, Ibu Siti Khodijah, MA atas masukan
(8)
iii
membekali dengan Ilmu pengetahuan serta membantu proses perkuliyahan penulis.
7. Seluruh Staf Perpustakaan Umum dan Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Serta perpustakaan yang diluar kampus UIN Syarif Hidayatullah atas semua bantuan untuk penulis dalam melengkapi referensi.
8. Siti Khanifah, Ulfa Adillah, M.H. Nur Ramadhan, M. Ilwan, Fitri, Abdul
Hafizh, Rahamat Hidayat, Fackrul Roji, M. Samudin, Hardiansyah, Hasan Fatoni, Resdhia Maula Pracahya, Mudzakir Faozi terimakasih atas dukungan moral yang kalian berikan dalam penyususnan skripsi ini.
9. Rekan-rekan seperjuangan di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya di
Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2008-2009 (PAI C), dan teman-teman PMII yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk semangat persaudaraan, kekeluargaannya semoga tetap eksis dan talisilaturrahmi kita tetap terjalin.
Tidak ada yang dapat membalas kebaikan kalian semua, hanya seuntai do’a
dari lubuk hati yang dapat penulis sampaikan “Jazakumullah Khairon Kastiroo wa barokallah fi hayatikum wa salamatu fihayatikum”, semoga Allah Ta’ala membalas
kebaikan kalian semua dengan kebaikan yang lebih baik di dunia ini dan kelak di akhirat nanti. Amiin
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, 8 April 2013 Penulis
(9)
iv
MOTTO
" ْبَصْناَف َتْغَرَ ف اَذِإَف"
“
Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-
sungguh (urusan) yang lain”
(QS. Al-Insyiroh: 7)
“
Jangan Tunda-tunda Urusan (Pekerjaan) Mu Sampai Besok
(10)
v
skripsi mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, karena banyak istilah Arab, nama orang, nama tempat, judul buku, nama lembaga, dan lain sebagainya, yang aslinya ditulis dengan huruf Arab dan harus disalin ke dalam huruf latin. Pedoman Transliterasi yang digunakan untuk huruf-huruf yang tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia adalah:
1. Konsonan
Huruf Arab Huruf Latin
ا Tidak dilambangkan
ث s’
ح h
خ kh
ذ ż
ش sy
ص ş
ض đ
ط ţ
ظ ť
ع ،
غ ġ
ة h
2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Rangkap
Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin
ﹷ a ﹷ a
ﹻ I ﹻ I
ﹹ U ﹹ u
(11)
vi
3. Mâdd (Panjang)
Harakat dan Huruf Huruf dan Tanda
اــَــ ـــ â
يـ ـــ Î
و ُــ Û
Contoh: ا ع د= da’â, ليق = qÎla لوق ي = yaqûlu
4. Tâ’ Marbûtah
a. Tâ’ Marbûtah hidup transliterasinya adalah /t/. b. Tâ’ Marbûtahmati transliterasinya adalah /h/.
c. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya adalah Tâ’ Marbûtah
diikuti olah kata yang menggunakan kata sandang al, serta bacaan
kedua kata itu terpisah maka Tâ’ Marbûtah itu ditransliterasikan
dengan /h/.
Contoh: اناويحلا قيدح = hadĭqat al-hayawănăt atau hadĭqatul hayawănăt
يئادتباا سرد لا = al-madrasat al-ibtidă’iyyah
ةز ح = Hamzah
5. Syaddah (Tasydĭd)
Syaddah/tasydĭd ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan
huruf yang diberi tanda Syaddah(digandakan).
Contoh: مـّ ع= ‘allama ِرك = kurrima
6. Kata Sandang
a. Kata sandang diikuti oleh huruf syamsiyah ditranliterasikan dengan
huruf yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung/hubung.
Contoh: ةاصلا = as-salătu
b. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qomariyah ditransliterasikan
sesuai dengan bunyinya.
(12)
vii
contoh: و كأ ت = ta’kulûna ٌءيش= syai’un
8. Huruf Kapital
Huruf kapital dimulai pada awal nama dari, nama tempat, bukan pada kata sandangnya.
(13)
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI LEMBAR PERNYATAAN JURUSAN
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
MOTTO ... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ... v
DAFTAR ISI ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Perumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II LANDASAN TEORI A.Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini ... 10
B. Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini ... 13
C. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini ... 13
D.Landasan Pendidikan Anak Usia Dini ... 14
1. Landasan Yuridis ... 14
2. Landasan Filosofis ... 15
3. Landasan Relegius ... 16
E. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini ... 18
(14)
ix
5. Pendidikan Intelektual ... 23
G.Metode Pendidikan Anak Usia Dini ... 23
1. Metode Mutual Education ... 24
2. Metode Bercerita ... 24
3. Metode Bimbingan dan Penyuluhan ... 25
4. Metode Pemberian Contoh dan Teladan ... 26
5. Metode Sambil Bermain ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Objek dan Waktu Penelitian... 30
B. Metode Penulisan ... 30
C.Fokus Penelitian ... 31
D.Prosedur Penelitian... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 33
1. Biografi Ibnu Qayyim Al-Jauziyah a. Riwayat Hidup Ibnu Qayyim Al-Jauziyah ... 33
b. Masa Studi ... 34
c. Guru dan Murid-Muridnya ... 35
d. Karya-karyanya ... 36
B. Pembahasan... ... . 37
1. Pemikiran Ibnu Qayyim Al-Jauziyah Tentang Pendidikan Anak Usia Dini... ... 37
2. Pendapat Ibnu Qayyim Al-Jauziyah terhadap tahapan yang harus dilakukan orang tua dalam mendidik anak usia 0-2 tahun ... 39
(15)
x
b. Mentahnik Bayi ... 41
c. Memberi Nama Yang Baik Pada Anak ... 43
d. Menyusui Hingga Dua Tahun ... 44
e. Aqikah dan Mencukur Rambut Anak ... .... 46
f. Mengkhitan Anak ... 47
3. Pendapat Ibnu Qayyim Al-Jauziyah terhadap tahapan yang harus dilakukan orang tua dalam mendidik anak usia 3-6 tahun ... 48
a. Tanggung Jawab Pendidikan Keimanan ... 48
b. Tanggung Jawab Pendidikan Moral ... 51
c. Tanggung Jawab Pendidikan Fisik ... 53
d. Tanggung Jawab Pendidikan Sosial ... 55
e. Tanggung Jawab Pendidikan Intelektual ... 56
4. Aspek-Aspek Yang Mempengaruhi Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah a. Faktor Hereditas (keturunan) ... 58
b. Faktor Lingkungan ... 59
5. Relevansi Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Dengan Pendidikan Islam ... 60
BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 62
B. Implikasi ... 63
C. Saran ... ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... ... 65 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(16)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sebab, disamping pendidikan merupakan salah satu usaha tindakan untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak dengan tujuan agar anak tersebut mencapai taraf kedewasaan menuju manusia yang memiliki kesadaran moral dan sikap mental yang kuat. Ia juga merupakan aspek dalam menunjang pengetahuan bangsa dimasa depan. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikanlah suatu bangsa menjadi maju dan berkembang.
Pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju akil baligh (kedewasaan), baik secara fisik, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diembannya
sebagai seorang hamba dihadapan tuhannya dan sebagai pemelihara (khalifah)
pada alam semesta. Dengan demikian, fungsi utama pendidikan adalah
mempersiapkan anak didik dengan kemampuan dan keahlian (skill) yang
diperlukan agar memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke tangah masyarakat (lingkungan), sebagai tujuan akhir pendidikan.
Tujuan akhir pendidikan agama Islam adalah pencapaian tujuan yang
diisyaratkan oleh Al-Qur’an, yaitu serangkaian upaya yang dilakukan oleh
seorang pendidik dalam membantu (membina) anak didik menjalankan fungsinya di muka bumi, baik pembinaan pada aspek materil maupun spiritual. Dengan pencapaian tujuan tersebut, diharapkan anak didik akan mampu menjadi makhluk
(17)
2
dwi dimensi yang integral dan utuh.1 Dengan perkembangan dua dimensi tersebut
diharapkan anak didik dapat bermanfaat bagi agamanya dan bagi orang-orang disekitarnya. Bila hal tersebut tercapai, akan berimplikasi pada kebahagiaannya di dunia dan akhirat. Agar tujuan akhir pendidikan tersebut dapat terwujud, maka orang tua harus extra aktif dan kerja keras dalam membina dan mendidik anak. Kerena permulaan pendidikan seorang anak itu bermula dari lingkungan keluarga. Maka keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, tempat anak didik pertama kali menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya maupun anggota keluarga lainnya. Di dalam keluarga inilah tempat meletakan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia yang masih dini, karena pada usia tersebut anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidiknya (orang tua dan anggota keluarga lainnya).
Rasulullah bersabda:
َىلَع ُدَلْوُ ي دْوُلْوَم لُك
ِهِناَرّصَُ ي ْوَا ِهِناَدّوَهُ يْوَا ِهِناَسّجََُ ُاَوَ بَا اَََِاَو ِةَرْطِفْلا
)ملسم اور(
“setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka sesungguhnya kedua orangtuanya lah yang menjadikan ia Majusi, Yahudi, atau Nasrani”. (H.R. Muslim).
Berdasarkan hadits tersebut, orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak didik. Anak merupakan amanah di tangan kedua orang tuanya. Hatinya yang bersih merupakan permata yang berharga, lugu dan bebas dari segala macam ukiran dan gambaran. Ukiran berupa didikan yang baik akan tumbuh subur pada diri anak, sehingga ia akan berkembang dengan baik dan sesuai ajaran Islam, dan pada akhirnya akan meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Jika anak sejak dini dibiasakan dan dididik dengan hal-hal yang baik dan diajarkan kebaikan kepadanya, ia akan tumbuh dan berkembang dengan baik dan akan memperoleh kebahagiaan serta terhindar dari kesengsaraan/siksa baik dalam hidupnya di dunia maupun di akhirat kelak. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
1 Samsul Nizar, “
Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam”, (Jakarta: Gaya
(18)
ةَكِئآَم اَهْ يَلَع ُةَراَجِْْاَو ُساَلا اَهُدوُقَو اًراَن ْمُكيِلْهَأَو ْمُكَسُفنَأ اوُق اوَُماَء َنيِذَلا اَه يَأاَي
داَدِش ظَاِغ
وُصْعَ يَا
َنوُرَمْؤُ ياَم َنوُلَعْفَ يَو ْمُهَرَمَأآَم َها َن
"
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamudari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(At Tahrim [66]: 6)
Terhadap ayat ini Ibnu Kasir dalam tafsirnya menjelaskan, bahwa ayat ini menganjurkan kepada setiap individu muslim bertakwa kepada Allah dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk bertakwa kepada Allah. Ibnu Kasir menjelaskan bahwa Qatada mengatakan bahwa engkau perintahkan mereka untuk taat kepada Allah dan engkau cegah mereka dari perbuatan durhaka terhadap-Nya, dan hendaklah engkau tegakkan terhadap mereka perintah Allah dan engkau anjurkan mereka untuk mengerjakannya serta engkau bantu mereka untuk mengamalkannya. Jika engkau melihat di kalangan keluargamu suatu perbuatan maksiat kepada Allah, maka engkau harus cegah mereka darinya dan engkau larang mereka melakukannya. Hal yang sama juga dikemukakan Ad-Dahlak dan Muqatil, bahwa sudah merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim mengajarkan kepada keluarganya, baik dari kalangan kerabatnya ataupun budak-budaknya, hal-hal yang difardukan oleh Allah dan mengajarkan kepada mereka hal-hal yang dilarang oleh Allah yang harus mereka
jauhi.2
Ayat diatas menggambarkan bahwa disinilah tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-anaknya, karena anak adalah amanah Allah yang diberikan kepada orang tua yang kelak akan diminta pertanggung-jawaban atas pendidikannya.
2Al Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Al Qur’an al
-‘Ażīm,
terjemahan Bahrum Abu Bakar, Tafsir Ibnu Kaśīr juz 28, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,2003), h. 751
(19)
4
Dalam hal mendidik anak Rasulpun pernah bersabda:
)نليزلا اور( َةَياَمّرلاَو َةَحاَبّسلا ُمُكَدَاْوَا اْوُمّلَع
“Ajarilah anak-anakmu berenang dan memanah. (H.R. Zaelani)
Dari ayat dan hadits diatas jelaslah bahwa kewajiaban orang tua untuk mendidik anak-anaknya dalam hal pendidikan agama dan pendidikan umum termasuk di dalamnya pendidikan keterampilan. Hal ini dimaksudkan agar kelak
anak-anak itu dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 3
Untuk itu Islam telah menjelaskan hukum yang berkenaan dengan anak yang dilahirkan dan dasar-dasar pegadogis yang berkaitan dengannya. Dengan demikian orang tua dapat melaksanakan kewajiban terhadap anaknya yang dilahirkan secara benar. Alangkah patutnya bagi setiap orang yang bertanggung jawab terhadap masalah pendidikan untuk melaksanakan kewajibannya secara sempurna sesuai dengan dasar-dasar yang telah diletakkan oleh Islam dan yang
diajarkan oleh Rasulullah saw.4
Diantara tanggung jawab yang diperlihatkan oleh Islam adalah tanggung jawab para pendidik terhadap individu-individu yang berhak menerima pengarahan, pengajaran dan pendidikan dari mereka. Ketika anak diajarkan tentang pendidikan agama seperti tauhid, akhlak, dan sebagainya yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan otak serta kejiwaannya, maka seharusnya sudah tumbuh di dalam diri seorang anak dasar-dasar agama yang pada akhirnya nanti akan menjadi acuan baginya untuk beribadah kepada tuhannya, dan bertingkah laku yang sopan dan santun terhadap orang tua, guru, teman maupun masyarakat disekelilingnya. Akan tetapi, apabila diamati keadaan anak di usia dini sekarang ini cukup memperihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa realitas,
seperti perilaku anak usia dini yang sudah lupa akan asma’-asma’ Allah,
nama-nama Nabi dan Rasul yang wajib diketahui dan dikenal kini sudah jarang sekali anak yang mengetahuinya dan jarang sekali orang tua yang mengajarkannya,
3 Zuhairini,“Filsafat Pendidikan Islam” (Jakarta: Bumi Aksara. 2008) cet. 4, h. 177. 4 Ibnu Qayyim Al-Jauziyah,“Tuntunan Rasulullah dalam mengasuh anak”
, Terj.
Tuhfatul Maudud Bi Ahkamil Maulud oleh Nabhani Idris (Jakarta: studia press. 2009) cet. I, h. 3.
(20)
belum lagi rukun Iman, dan rukun Islam yang yang seharusnya sudah diajarkan kini tidak banyak anak yang mengetahuinya, dan anak pun begitu cepat untuk melupakannya, berbeda dengan apa yang ia lihat di TV, ia lebih mengenal artis dibandingkan nabinya, dan ia lebih senang menyanyikan lagu-lagu yang kurang mendidik yang ia sering lihat dan dengar di TV maupun yang lainnya. Yang semua itu disebabkan oleh kuarangnya perhatian orang tua dalam mendidik anak serta perilaku orang tua yang kurang mendidik yang dicontoh dan ditiru oleh anak. Selain itu juga anak suka berbicara memakai bahasa yang kasar, kotor, yang ia dapati dari perkataan orang tua, teman serta orang-orang yang berada dilingkungannya sehari-hari. Setiap saat anak mencontoh sesuatu yang kurang baik dari orang tua maupun orang-orang yang berada di lingkungannya. Padahal orang tua harus menjadi figur dan suri tauladan yang baik bagi anak karena orang tua bertanggung jawab untuk mendidik anaknya sejak sedini mungkin. ini adalah tanggung jawab yang besar dan sangat penting. Sebab tanggung jawab itu dimulai dari masa kelahiran sampai berangsur-angsur anak mencapai masa analisa, puberitas dan sampai anak menjadi dewasa yang wajib memikul segala kewajiban. Untuk itu orang tua sebagai pendidik harus melaksanakan tanggung jawab secara sempurna dengan penuh amanat dan kemauan sesuai dengan tuntunan Islam.
Sehingga anak dapat tumbuh besar dengan landasan Al-Qur’an dan Sunnah serta
adab sosial yang tinggi. Sebagaimana Rasulullah bersabda:
ْمُهْوُ بّدَأ َو َرْ يَْْا ُمُكْيِلْهَأ َو ْمُكَدَاْوَأ اْوُمّلَع
“Ajarkanlah kebaikan kepada anak-anak kamu dan keluarga kamu dan didiklah mereka. (H.R Abdurrazaq dan Said bin Manshur).
ُجَرلا
ِعَر ْنَع ةَلُؤْسَمَو اَهِجْوَز ِتْيَ ب ِِْ ةَيِعاَر ُةَأْرَمْلاَو ,ِهِ ت َ يِعَر ْنَع لُؤْسَم َو ِهِلْهَأ ِِْ عاَر ُل
اَهِ ت َ ي
Seorang laki-laki adalah pemimpin di dalam keluarganya dan ia bertanggung jawab terhadap keluarganya itu, dan seorang wanita adalah pemimpin di dalam rumah suaminya dan ia bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. (H.R. Bukhari dan Muslim) 5
5Abdullah Nasih Ulwan, “
Pendidikan Anak Dalam Islam”. Tarbiyatul Awlad fii Al-Islam
(21)
6
Dari pemaparan di atas dapat difahami bahwa amanah yang diberikan Allah kepada orang tua yang berupa anak, adalah amanah yang sangat besar tanggung jawabnya. Karena sekali orang tua salah mendidik, maka anaknya pun kelak setelah dewasa juga akan menjadi orang tua yang salah mendidik anak-anaknya dan generasi berikutnya.
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah adalah ulama sunni yang sangat memperhatikan pentingnya pendidikan yang diberikan kepada anak usia dini, sejak ia lahir sampai ia meranjak dewasa. Beliau menjelaskan bahwa Abdullah bin
Umar RA pernah memberikan taushiyahnya yang berbunyi, “Didiklah anak-mu,
karena engkau bertanggung-jawab atasnya. Engkau akan ditanya, apa yang engkau ajarkan kepadanya, ia akan ditanya tentang baktinya kepadamu”.6
Imam Ibnu Qayyim menegaskan tanggung jawab ini dalam ucapannya,
“Pada hari kiamat, Allah Swt. Bertanya kepada orang tua perihal anaknya
sebelum sang anak bertanya perihal orang tuanya. Karena, selain orang tua mempunyai hak yang harus ditunaikan anaknya, anak juga mempunyai hak yang harus ditunaikan orang tua. Barangsiapa tidak mengajari anaknya dengan sesuatu yang bermanfaat, atau bahkan membiarkannya tanpa pendidikan, berarti ia telah benar-benar merusak anaknya. Kebanyakan anak rusak karena ulah orang tua yang mengabaikan pendidikannya dan tidak mengajarkan kepadanya masalah-masalah fardu dan sunnah. Orang tua menyia-nyiakan anaknya di masa kecil mereka, sehingga mereka tidak mendapatkan manfaat apa-apa darinya. Akibatnya, ketika anak-anak telah dewasa, mereka tidak memberikan manfaat apa-apa kepada orang tuanya. Sebagian anak memberikan alasan mengapa mereka durhaka kepada orang
tua mereka, “ayah, engkau telah durhaka kepada aku tatkala aku kecil, kini
setelah aku dewasa, aku pun durhaka kepada mu. Engkau telah menyia-yiakan ku pada saat aku masih anak-anak. Kini aku pun menyia-menyia-yiakan mu
pada saat engkau menjadi tua-renta.”7
Dari pernyataan Ibnu Qayyim di atas dapat disimpulkan bahwa ketika orang tua acuh terhadap pendidikan anaknya khususnya yang berkenaan dengan masalah-masalah yang fardu maupun yang sunnah, maka anak pun ketika ia dewasa nanti akan acuh terhadap orang tuanya, dan anak juga akan mewarisi sifat acuhnya kepada anak-anaknya kelak.
6 Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Op.cit. h. 162. 7 Syaikh Muhammad Said Mursi
, Seni Mendidik Anak 2, Terj, Fan Tarbiyah Al-Aulad fii Al-Islam, Oleh Muhammad Muchson Anasy,(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006) ed. Khusus, h.5
(22)
Kesibukan orang tua dalam bekerja yang mengakibatkan kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan anaknya menjadikan anak cenderung nakal dan susah untuk diatur. Belum lagi lingkungan yang merusak dan pergaulan yang tidak baik akan menodai kefitrahan anak dan dapat mengakibatkan berbagai penyimpangan dan pada gilirannya akan menghambat perkembangan akal pikirannya. Sehingga tujuan akhir dari pendidikan anak prasekolah tidak dapat terwujud dengan baik.
Padahal semestinya tujuan akhir dari pendidikan anak prasekolah adalah memberikan landasan iman dan mental yang kokoh serta kuat pada anak, sehingga ia akan hidup bahagia bukan saja pada saat ia dewasa dalam menjalankan kehidupannya di dunia akan tetapi juga bahagia di akhirat, dan bahkan diharapkan dapat mengikutsertakan kebahagiaan itu untuk orang tuanya, guru dan
orang-orang yang berada disekelilingnya.8
Dari pernyataan dan keterangan diatas Ibnu Qayyim Al-Jauziyah sangat memperhatikan tentang pentingnya pendidikan anak sehingga berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka penulis tertarik untuk
membahas masalah ini dalam sebuah skripsi dengan judul “KONSEP
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI MENURUT IBNU QAYYIM
AL-JAUZIYYAH”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut:
1. Pendidikan yang diberikan orang tua untuk anak usia dini hanya sebatas
tradisi dan kurang maksimal.
2. Tidak banyak orang tua yang mengetahui konsep pendidikan anak usia dini
menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah.
3. Kurangnya pengetahuan dan perhatian orang tua terhadap pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan anak usia dini.
8 Al-Jauziyah, Muhammad Abu Bakar,
Hanya Untuk mu Anakmu : Panduan Lengkap
Pendidikan Anak Sejak Dalam Kandungan Hingga Dewasa, Terj. Hariyanto, Lc. (Pustaka Imam Asy-Syafi’i , 2010) cet. 1, h. 1
(23)
8
4. Kurangnya dasar pendidikan agama yang diberikan orang tua kepada anak
usia dini .
5. Kurangnya suritauladan yang baik, yang dapat dicontoh dan ditiru oleh anak
baik dari orang tua maupun lingkungannya.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah diatas maka penelitian ini dibatasi pada Pendidikan Anak Usia Dini yang dikonsepkan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dengan rentang usia 0-2 tahun (masa menyusui) dan 3-6 tahun (masa masa batuta).
D. Perumusan Masalah
Dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik pendidikan anak usia dini menurut Ibnu Qayyim
Al-Jauziyyah?
2. Apa aspek-aspek yang mempengaruhi pendidikan anak usia dini menurut
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah?
3. Bagaimana relevansi pendidikan anak usia dini menurut Ibnu Qayyim
Al-Jauziyyah dengan pendidikan Islam?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui karakteristik pendidikan anak usia dini menurut Ibnu
Qayyim Al-Jauziyyah.
2. Untuk mengetahui aspek-aspek pendidikan anak usia dini menurut Ibnu
Qayyim Al-Jauziyyah.
3. Untuk mengetahui relevansi pendidikan anak usia dini menurut Ibnu Qayyim
(24)
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
Sebagai Ilmu pengetahuan yang sangat berharga yang menjadi acuan penulis dalam mendidik anak.
2. Bagi anak
Anak akan merasa terbimbing dan terdidik dengan rasa kasih sayang dan penuh perhatian.
3. Bagi orang tua
Sebagai ilmu dan masukan dalam mendidik anak agar tidak salah dalam mendidik. Juga sebagai bahan pembelajaran dan perbandingan dalam mendidik anak dengan penuh kasih sayang dan suri tauladan yang baik.
4. Bagi peneliti
Sebagai salah satu bentuk karya ilmiah yang dapat dijadikan bahan referensi oleh para akademisi dalam mengerjakan tugas karya ilmiahnya.
(25)
10
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
Kata pendidikan dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan education
yang berarti bimbingan, sedangkan dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan
al-tarbiyyah yang berarti pendidikan.
Kata tarbiyah sering digunakan ahli pendidikan Islam untuk
menerjemahkan kata pendidikan dalam bahasa Indonesia. Dalam Al-Qur’an
pengertian kata al-tarbiyyah berasal dari tiga kata, yaitu: pertama, kata
raba-yarbu yang berarti bertambah, bertumbuh, seperti yang terdapat pada surat
al-Rum ayat 39;
ِها َد ِع اوُبْرَ ي َاَف ِساَلا ِلاَوْمَأ ِِ اوُبْرَ يِل اًبّر نّم مُتْيَ تاَءآَمَو
. . .
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah...(Q.S ar-Rum [30:39])
Kedua, rabiya-yarba yang berarti menjadi besar; ketiga, dari kata
rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga,
memelihara. Dalam arti lain tarbiyah diartikan sebagai pendidikan yang dilakukan secara berkesinambungan yang tahapan-tahapannya sejalan dengan kehidupan,
tidak berhenti pada batas tertentu, terhitung dari buaian sampai liang lahat.1
Sedangkan kata ta’lim menurut Abdul Fatah Jalal lebih luas dibandingkan dengan
1Najib Khalid Al ‘Amir,
Tarbiyah Rasulullah. Terj, Min Asaalibir-Rasul Saw oleh Ibnu
(26)
kata al-tarbiyyah, menurutnya ta’lim tidak berhenti pada pengetahuan lahiriyah
semata, namun mencakup pula aspek-aspek pengetahuan lainnya serta
keterampilan yang dibutuhkan dan pedoman berperilaku. adapun kata al-ta’dib.
Mengacu kepada pengertian ilmu, pengajaran, dan pengasuhan yang baik.2
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal I Ayat I dijelaskan: “Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara”.3
Selanjutnya definisi anak usia dini. Menurut John Lucke “anak adalah
pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Sedangkan Haditono berpendapat bahwa anak merupakan makhluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang, dan tempat bagi perkembangannya. Selain itu anak merupakan bagian dari keluarga, dan keluarga memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tingkah laku yang penting untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan bersama. Adapun Kasiram berpendapat bahwa anak adalah makhluk yang sedang dalam taraf perkembangan yang mempunyai perasaan, pikiran, kehendak sendiri, yang semua itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat dan struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase
perkembangannya.4
Pada pasal 28 Undang-Undang Simtem Pendidikan Nasional No. 20/2003 ayat 1, yang termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun. Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), intelegensi
2 Abdul Aziz Dahlan,
Kajian Islam Ilmu-ilmu Keislaman, diterbitkan oleh Tim
Pengembangan Jurnal Ilmiah IAIN Imam Bonjol Padang, (Padang: Kajian Islam. 2001), Vol. XI. h. 17.
3
Ibid., h. 4.
4 Diah Ayu Ningsih
Psikologi Perkembangan Anak. (Yogyakarta: Pustaka Larasati. 2000)
(27)
12
(daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan prilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Sementara itu menurut kajian rumpunan ilmu PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa
negara, PAUD dilaksanakan pada usia 0-8 tahun.5
Berdasarkan keunikan dalam pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia dini terbagi dalam empat tahapan, yaitu: (a) masa bayi lahir sampai 12 bulan, (b) masa balita usia 1-3 tahun, (c) masa prasekolah usia 3-6 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini perlu diarahkan pada peletakan dasar-dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya, yaitu pertumbuhan dan perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, sosial emosional, bahasa dan komunikasi yang seimbang sebagai dasar pembentukan pribadi yang
utuh.6
Dengan demikian dari dafinisi pendidikan dan anak usia dini diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan ruhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, non formal, dan
informal.7
Hakekat pendidikan anak usia dini adalah periode pendidikan yang sangat menentukan perkembangan dan arah masa depan seorang anak, sebab pendidikan yang dimulai dari usia dini akan membekas dengan baik jika pada masa perkembangannya dilalui dengan suasana yang baik, harmonis, serasi dan menyenangkan. Pendidikan anak usia dini merupakan dasar dari pendidikan anak selanjutnya yang penuh dengan tantangan dan berbagai permasalahan yang
5Maimunah Hasan,
PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), (Jogjakarta: DIVA Press. 2011)
cet. V, h. 17.
6Diah Ayu Ningsih
, Op.cit. h. 100-102. 7Maimunah Hasan,
(28)
dihadapi anak. Dengan demikian, maka pendidikan anak usia dini adalah jendela
pembuka dunia bagi anak.8
B. Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
Ruang lingkup pendidikan Anak Usia dini adalah sebagai berikut:
1. Masa usia 0-2 tahun (masa menyusui) dengan memberikan pendidikan:
a. Mengadzan dan mengiqomahkan ketika lahir
b. Mentahnik
c. Memberi nama yang baik
d. Meyusui hingga dua tahun
e. Mengakikahkannya
f. Mengkhitannya
2. Masa usia 3-6 tahun (masa batuta) dengan memberikan pendidikan:
a. Pendidikan keimanan
b. Pendidikan akhlak
c. Pendidikan fisik
d. Pendidikan sosial
e. Pendidikan intelektual
C. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini
1. Infant (masa bayi) usia 0-1 tahun
Dengan beberapa karakteristik sebagai berikut:
a. Mempelajari keterampilan motorik melalui dari berguling, merangkak
duduk, berdiri dan berjalan.
b. Mempelajari keterampilan menggunakan panca indra seperti melihat,
meraba, mendengar, mencium, dan mengecap dengan memasukan setiap benda ke mulut.
c. Mempelajari komunikasi sosial.
8
Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, Panduan Pendidikan Anak Usia Dini,
(29)
14
2. Toddler (anak kecil yang baru belajar berjalan) usia 2-3 tahun
Dengan beberapa karakteristik antara lain yaitu:
a. Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada disekitarnya.
b. Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa.
c. Anak mulai mengembangkan emosi.
3. Preschool (anak yang belum masuk sekolah) usia 4-6 tahun
Anak usia 4-6 tahun memiliki karakteristik antara lain:
a. Berkaiatan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan
berbagai kegiatan.
b. Perkembangan berbahasa semakin membaik.
c. Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukan dengan
rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar.
d. Bentuk permainan anak masih bersifat individu bukan permainan
sosial.9
Adapun satuan pendidikan penyelanggara antara lain ialah:
a) Keluarga
b) Lingkungan
c) Taman Kanak-kanak (TK)
d) Raudatul Athfal (RA)
e) Bustanul Athfal (BA)
f) Kelompok Bermain (KB)
g) Bina Keluarga Balita10
D. Landasan Pendidikan Anak Usia Dini
1. Landasan Yuridis
a. Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor: 20 tahun 2003, tentang
Sistem Pendidikan Nasional:
9
Diah Ayu Ningsih, Psikologi Perkembangan Anak. (Yogyakarta: Pustaka Larasati.
2000) h. 94-95.
10Maimunah Hasan,
(30)
1) Bab I, Pasal 1, butir (14), menetapkan pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
2) Pasal 28 butir (2) menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini
dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pasal 28 butir (3) menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada jaur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak
(TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.
2. Landasan Filosofis
Pendidikan anak usia dini pada dasarnya berdasarkan kepada nilai-nilai filosofis yang dianut oleh lingkungan yang berada disekitar anak. Dasar-dasar pendidikan sosial yang diletakan dalam mendidik anak adalah membiasakan anak berperilaku yang sesuai dengan etika dan tatanan yang ada dalam masyarakat. Dalam meletakan dasar pondasi pada pertumbuhan dan perkembangan anak dibutuhkan situasi dan kondisi yang kondusif pada saat anak memberikan stimulasi dan upaya-upaya pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak yang
tentu berbeda antara yang satu dan yang lainnya. 11
Dalam keterangan lain dijelaskan bahwa filosofis atau dasar pemikiran penyelenggaraan anak usia dini yaitu:
a. Setiap anak memiliki multi kemampuan yang bisa berkembang.
b. Setiap anak berhak memperoleh layanan pendidikan sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan perkembangannya.
c. Setiap anak belajar melalui gerak (move), bermain (play), melakukan (do)
untuk memperoleh pengalaman (hands on learning).
11Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan,
(31)
16
d. Setting lingkungan yang kondusif bagi perkembangan anak akan
menumbuhkembangkan semua potensi yang dimilikinya.12
3. Landasan Religius
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh
malaikat Jiblil kepada Nabi Muhammad SAW. di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad, yang ajaran berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang
disebut syari’ah.13
Nabi muhammad sebagai pendidik pertama pada masa awal pertumbuhan
Islam telah menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber pokok dan landasan
pendidikan Islam. Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber pokok dan
landasan pendidikan Islam dapat difahami dari surat Al-‘Alaq ayat 1-5
yang berbunyi:
َقَلَخ يِذَلا َكّبَر ِمْساِب ْأَرْ قا
قَلَع ْنِم َناَسنِإا َقَلَخ
ُمَرْكَلْا َك بَرَو ْأَرْ قا
َمَلَع يِذَلا
ِمَلَقْلاِبا
ْمَلْعَ ي َْلاَم َناَسنِإْا َمَلَع
Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah yang paling Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-‘Alaq: 1-5)14
Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa diantara masalah-masalah yang sudah
menjadi ketetapan dalam syariat Islam adalah anak itu diciptakan dengan fitrah tauhid yang murni, agama yang benar, iman kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
12Anita Yus
, Model Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana. 2011), cet. 1. h.65.
13
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta Bumi Aksara, 1996), cet. III, h. 21.
14
Abdurrahman An Nahlawi, Buku Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat. Terj, Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa Asalabiha fil Baiti wal Madrasati wal
(32)
ِقْلَِْ َليِدْبَ تَا اَهْ يَلَع َساَلا َرَطَف ِتَلا ِها َتَرْطِف
ِساَلا َرَ ثْكَأ َنِكَلَو ُمّيَقْلا ُنيّدلا َكِلَذ ِها
َنوُمَلْعَ يَا
“...fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Ar-Ruum ayat : 30).
Yang dimaksud fitrah Allah adalah manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama, yaitu agama tauhid. Jika ada manusia tidak memiliki agama tauhid, maka hal itu tidak wajar. Mereka tidak beragama tauhid karena pengaruh lingkungannya baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan disekitarnya.
Lingkungan yang baik mempunyai pengaruh yang besar terhadap pendidikan anak dalam kebaikan dan ketaqwaan, dengan membuntuknya
atas dasar iman, aqidah dan akhlak yang mulia.15
Lingkungan yang pertama kali dijumpai oleh anak adalah lingkungan keluarga. Untuk itu keluarga (orang tua) harus mampu mendidik anak-anaknya dengan baik, agar mereka terhindar dari kerugian, keburukan, dan api neraka yang senantiasa menantikan manusia-manusia yang jauh dari Allah.
Sebagaimana Allah berfirman:
ُكِسُفْ نَاآْوُ ق اْوُ َمآ َنْيِذ َلااَه يَاآي
اًراَن ْمُكْيِلْهَأ َو ْم
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...” (Q.S. At-Tahrim [66:6]).16
Itulah beberapa dalil Al-Qur’an yang merupakan landasan untuk mendidik
anak sejak sedini mungkin.
b. Hadits
Dalam hal mendidik anak terdapat juga beberapa hadist yang bisa dijadikan landasan dalam mendidik. Diantaranya yaitu:
15
Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam. Terj, Jamaludin Miri (Jakarta:
Pustaka Amani. 1994), Juz 2, h. 43.
16Abdurrahman An Nahlawi,
(33)
18
َسّجََُ ُاَوَ بَا اَََِاَو ِةَرْطِفْلا َىلَع ُدَلْوُ ي دْوُلْوَم لُك
ِهِناَرّصَُ ي ْوَا ِهِناَدّوَهُ يْوَا ِهِنا
اور(
يراب
)
“setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Majusi, Yahudi, atau Nasrani”. (H.R. Bukhari).
َْا ُمُكْيِلْهَأَو ْمُكَدَاْوَأ اْوُمّلَع
ْمُهْوُ بّدَأ َو َرْ ي
“Ajarilah Anak-anak dan keluargamu kebaikan, dan didiklah mereka”. (H.R. Abdur Razaq dan Sa’id bin Manshur)
ْنََا
عاَصِب َقَدَصَتَ ي ْنَأ ْنِم رْ يَخ َُدَل َو ُلُجَرلا َبّدَؤُ ي
“Seseorang yang mendidik anaknya adalah lebih baik dari pada ia bersedekah satu sha”. (H.R. Tirmidzi)
ْنِم َلَضْفَأ اًدَلَو دِلاَو َلَََ اَم
نَسَح بَدَأ
“Tidaklah ada pemberian yang lebih baik dari seorang ayah kepada anaknya dari pada akhlak yang baik”. (H.R. Tirmidzi)
ْمُكَدَاْوَأ اْوُ بّدَأ
ِنآْرُقْلا ِةَوَاِتَو ِهِتْيَ ب ِلآ ّبُح َو ْمُكّيِبَن ّبُح : لاَصِخ ِثَاَث ىَلَع
“Didiklah anak-anakmu kepada tiga hal: cinta kepada Nabi mu, dan cinta kepada keluarganya, dan gemar membaca Al-Qur’an”. (H.R. Tabrani).17 E. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
Adapun tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah agar kelak anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut nantinya, yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Selain itu juga membantu anak agar berkualitas yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal dalam memasuki pendidikan dasar dan mengarungi kehidupan di masa dewasa, serta membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di
sekolah.18
F. Materi Pendidikan Anak Usia Dini
Materi pendidikan anak usia dini sangat banyak jumlahnya, tetapi kalau diklasifikasikan ada beberapa materi yang sangat penting untuk diberikan kepada anak usia dini yaitu:
1. Pendidikan Iman
17
Abdullah Nasih Ulwan, Op.cit. h. 44. 18Maimunah Hasan,
(34)
Yang dimaksud dengan pendidikan iman adalah menanamkan kepada anak dasar-dasar keimanan, rukun Islam dan dasar-dasar syariat sejak sedini mungkin. Ketika anak baru dilahirkan hendaknya menyerukan adzan di telinga kanan dan iqomah di telinga kirinya, agar kalimat yang pertama ia dengar adalah kalimat tauhid yang nantinya akan mempunyai pengaruh terhadap penanaman dasar-dasar aqidah di dalam jiwanya. Selain itu anak juga harus diajarkan dan diperkenalkan kepada perkara yang halal dan haram, agar ketika ia memasuki masa baligh ia sudah memahami tentang hukum-hukum halal dan haram. Serta mengajarkan kepada anak akan hakekat tuhan yang selalu mengawasinya disetiap saat.
2. Pendidikan Akhlak
Dalam hal ini anak harus diajarkan pada dasar-dasar akhlak yang baik agar menjadi tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak kecil. Ada beberapa hal yang dapat dianggap positif untuk dibiasakan terhadap anak usia dini, di antaranya adalah:
a. Anak harus dibiasakan menjaga kebersihan, sebab Islam sangat
mementingkan kebersihan, sebagaimana Allah firman:
َنيِرّهَطُمْلا بُِي ُهاَو
…“… Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih”. (Q.S. At-Taubah [9:108])
Ayat di atas menjelaskan tentang kecintaan Allah terhadap orang yang bersih, yaitu orang menyucikan dirinya dari segala macam najis dan
kotoran sekaligus membersihan jiwanya dari segala macam dosa.19
Dalam rangka membiasakan hidup bersih dan hidup sehat, pada anak usia
dini, hendaklah anak dibiasakan untuk berdo’a sebelum tidur dan ketika
bangun, mandi secara teratur, menggosok gigi setiap bangun dan menjelang tidur, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, serta membuang sampah pada tempatnya.
19Al Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi,
Tafsir Al Qur’an al-‘Ażīm,
terjemahan Bahrum Abu Bakar, Tafsir Ibnu Kaśīr Juz 11, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,2003),
(35)
20
b. Anak dilatih dan dibiasakan hidup teratur, misalnya dengan membiasakan
anak makan secara teratur dan tidak berlebihan, sebagaimana firman Allah:
َيِفِرْسُمْلا بُِيَا ُهَنِإ اوُفِرْسُتَاَو اوُبَرْشاَو اوُلُكَو دِجْسَم ّلُك َد ِع ْمُكَتَيِز اوُذُخ َمَداَء ََِباَي
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.(Q.S. Al-A’raaf [7: 31])
Makna yang terdapat pada ayat ini adalah makanlah sesukamu dan berpakaianlah sesukamu selagi engkau hindari dua pekerti, yaitu berlebih-lebihan dan sombong. Allah menghalalkan makan dan minum selagi
dilakukan dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak untuk kesombongan20.
Untuk itu anak harus dilatih untuk tidak berlebihan dan sombong dalam segala hal.
Dalam hadis lain Rasulullah bersabda tentang aturan makan dan minum, seperti:
َمِشِب ُلُكْأَي َناَطْيَشلا َنِإَف ِهِيِمَيِب ْبَرْشَيْلَ ف َبِرَش اَذِإَو ِهِيِمَيِب ْلُكْأَيْلَ ف ْمُكُدَحَأ َلَكَأ اَذِإ
ِهِلا
ِب ُبَرْشَيَو
ِهِلاَمِش
.
“Jika makan salah seorang diantara kamu, maka makanlah dengan tangan kanan, dan jika minum, maka minumlah dengan tangan kanan, karena sesungguhnya syaitan makan dan minum dengan tangan kiri” (HR.
at-Tirmiżi)21
c. Biasakan anak untuk tidak berbohong
Kebiasaan suka berbohong merupakan kebiasaan yang sangat buruk dalam Islam. Oleh karena itu, para pendidik baik orang tua maupun guru harus mencurahkan perhatiannya dalam membiasakan anak untuk selalu berkata jujur. Dalam hal ini Rasul telah memperingatkan kepada pendidik orang tua maupun guru agar tidak berbuat kebohongan dihadapan anak-anaknya, meskipun hanya bujukan ataupun permainan. Karena anak akan meniru sehinga akan terbiasa dalam kehidupannya.
20
Ibid,. Juz 8, h. 353.
(36)
Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah Ra, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda:
ةَبْذَك َيِهَف ْهِطْعُ ي َْل َُُ ،َكاَه ِبَصِل َلاَق ْنَم
“Barang siapa berkata kepada seorang anak kecil, “kemarilah dan ambillah sesuatu”, lalu ia tidak memberinya, maka perbuatan itu adalah suatu kedustaan”.
d. Ajarilah anak untuk tidak mencela dan mencemooh orang lain.
Kebiasaan mencela dan mencemooh merupakan gejala terburuk yang tersebar luas ditengah-tengah anak-anak dan lingkungan masyarakat yang
jauh dari petunjuk Al-Qur’an dan pendidikan Islam.
Ada dua faktor utama yang menimbulkan kebiasaan mencela dan mencemooh, yaitu:
Pertama, karena teladan yang buruk. Apabila anak selalu mendengar
kalimat-kalimat buruk, celaan, dan kata-kata yang mungkar, maka sudah barang tentu anak akan meniru kalimat-kalimat tersebut dan membiasakan diri dengan kata-kata kotor dan senantiasa mengeluarkan kata-kata keji dan mungkar.
Kedua, karena pergaulan yang tidak baik. Apabila anak dibiarkan bermain
di jalanan dan bergaul dengan teman-teman yang buruk akhlaknya, maka secara alami anak akan mempelajari bahasa kutukan, celaan dan penghinaan dari teman-temannya. Ia akan mengambil perkataan, kebiasaan, dan akhlak yang buruk, serta tumbuh dewasa pada dasar pendidikan dan moralitas yang sangat buruk. Karena Rasulullah pernah bersabda:
ِءْيِذَبْلا َاَو ِشِحاَفْلاَاَو َناَعَللا َاَو ِناَعَطلاِب ُنِمْؤُمْلا َسْيَل
“Orang mu’min itu bukanlah orang yang suka mencela, bukan pula orang yang suka melaknat, dan bukan pula orang yang berkata keji, dan bukan pula orang yang suka berkata kotor”. (H.R. Tirmidzi)22
22
Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam. Terj, Jamaludin Miri (Jakarta:
(37)
22
3. Pendidikan Fisik
Untuk membimbing anak agar terikat dan tertarik dengan ajaran-ajaran kesehatan dan sasaran pencegahan penyakit, maka dalam rangka memelihara kesehatan anak dan menumbuhkan kekuatan jasmaninya, di samping mereka pun harus berkonsultasi dengan para spesialis mengenai hal-hal yang harus diperhatikan untuk menjaga jasmani dari berbagai penyakit, orang tua maupun guru juga harus membimbing dan mengajari anak untuk selalu menjaga kesehatannya.
Jika memakan buah-buahan mentah itu dapat menimbulkan penyakit, hendaklah para pendidik membimbing anak-anak supaya membiasakan diri memakan buah-buahan yang sudah matang, dan jika memakan sayur-sayuran atau buah-buahan yang belum dicuci itu bisa menimbulkan berbagai penyakit, hendaklah para pendidik membimbing anak-anak supaya membiasakan diri memakan sayuran dan buah-buahan itu setelah dicuci.
Jika mencampurkan satu makanan dengan makanan lainnya dalam satu waktu dapat menyebabkan penyakit di dalam perut, alat pernafasan dan alat pencernaan, maka para pendidik hendaknya membimbing anak-anak agar membiasakan diri mengatur waktu makan. Begitu juga jika mengambil makanan dengan tangan yang kotor itu dapat menimbulkan penyakit, maka para pendidik hendaknya membimbing anak-anak untuk menerapkan petunjuk Islam dalam mencuci tangan sebelum makan dan sesudahnya. Selain itu juga pendidik harus membimbing anak agar selalu membiasakan diri untuk berolah raga karena akal
yang sehat terdapat dalam jiwa sehat.23
4. Pendidikan Sosial
Dalam menumbuhkan jiwa sosial anak, maka terlebih dahulu anak harus
ditanamkan jiwa Ukhuwah Islamiyah yaitu ikatan kejiwaan yang mewarisi
perasaan mendalam tentang kasih sayang, kecintaan dan penghormatan serta pengorbanan kepada setiap orang yang diikat oleh perjanjian aqidah Islamiyah,
23
Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Buku Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam,Terj. Ruh Al-Islam, Muthaba’ah Lajnah Al-Bayan Al-‘Arabi oleh Syamsudin Asyrofi, Achmad Warid
(38)
yaitu keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Dengan menanamkan jiwa
ukhuwah Islamiyah kepada anak, akan membentuk sikap-sikap positif baginya.
Seperti saling tolong menolong, mengutamakan orang lain, saling berkasih sayang dan selalu memberikan maaf serta dapat menjauhi sikap-sikap negatif, seperti menjauhi setiap hal yang dapat membahayakan manusia di dalam diri, harta dan
kehormatan mereka.24
Dengan demikian ia akan menjadi orang yang selalu kasih mengasihi, saling mengutamakan kepentingan orang lain, saling tolong menolong dan saling berkorban untuk saudaranya yang lebih membutuhkan.
5. Pendidikan Intelektual
Pendidikan intelektual adalah pembentukan dan pembinaan berpikir anak dengan segala sesuatu yang bermanfaat, tentang ilmu pengetahuan agama maupun umum, tentang hukum, peradaban ilmiah dan modernisme, serta kesadaran berpikir dan berbudaya. Dengan demikian rasio dan peradaban anak benar-benar terbina.
Untuk merangsang kecerdasan berbahasa verbal ajaklah bercakap-cakap, bacakan cerita berulang-ulang, rangsangan untuk berbicara dan bercerita, menyanyikan lagu anak-anak, dan lain-lain.
Adapun untuk melatih kecerdasan logika matematik dengan mengelompokan, menyusun, merangkai, menghitung mainan, bermain angka,
halma, congklak, sempoa, puzzle, monopoli dan yang lainnya.25
G. Metode Pendidikan Anak Usia Dini
Metode menurut bahasa berasal dari dua kata yaitu meta yang berarti
melalui dan hodos yang artinya jalan atau cara. Jadi secara istilah dapat
disimpulkan bahwa metode adalah suatu jalan atau cara yang dilalui untuk
mencapai suatu tujuan.26
24Abdullah Nasih Ulwan,
Op.cit., Juz 1, h. 395. 25
Diah Ayu Ningsih, Op.cit.h. 89. 26
Nur Uhbiyati Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Insani, 1999), cet. II, h.
(39)
24
Dalam dunia pendidikan terdapat berbagai macam jenis metode dalam mengajar dan mendidik, disebabkan karena metode ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti:
a. Tujuan dan fungsinya yang berbagai jenis.
b. Kemampuan anak didik yang berbagai macam.
c. Situasi yang beragam keadaannya.
d. Fasilitas yang beragam jenisnya.
e. Peribadi guru serta kemampuan profesi yang berbeda-beda.27
Dalam hal ini ada beberapa metode untuk mendidik anak usia dini seperti:
1) Metode Mutual Education
Yaitu suatu metode mendidik secara kelompok yang pernah dicontohkan oleh Nabi Saw. seperti dicontohkan nabi sendiri dalam mengajarkan sholat dengan mendemonstrasikan cara-cara sholat yang baik dan benar. Sebagaimana sabdanya:
ِْنْوُمُتْ يَأَر اَمَك اْو لَص
)يراخبلا اور( ىّلَصُأ
“Sholatlah kamu sekalian sebagaimana kalian melihat aku sholat”
2) Metode bercerita
Yaitu metode dengan mengisahkan peristiwa sejarah hidup manusia masa
lampau yang menyangkut keta’atannya atau kemungkarannya kepada perintah
Allah yang dibawa oleh Rasulullah Saw kepada mereka. seperti beberapa ayat
Al-Qur’an yang mengandung nilai pedagogis dalam sejarah digambarkan Allah
sebagai berikut:
ُهُظِعَي َوُهَو ِهِْبا ُناَمْقُل َلاَقْذِإَو
ِهاِب ْكِرْشُتَا َََُ باَي
ميِظَع مْلُظَل َكْرّشلا َنِإ
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya:"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. 31:13)28
27
Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995), cet. 5, h. 38
28Abdullah Nasih Ulwan,
(40)
Dalam mengisahkan para Nabi hendaknya pendidik memperbandingkan antara orang-orang Mukmin yang mengikuti Rasul dengan orang-orang kafir yang selalu membangkang kepada Rasul dan bagaimana akibat kedua golongan tersebut, sehingga merasa dan meresap dalam hati anak, bahwa orang-orang mukmin itu mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan dunia akhirat, sedangkan orang-orang kafir merugi dan celaka. Dengan hal seperti itu akan mengajak anak untuk selalu patuh dan mengikuti Rasul serta mengamalkan apa yang
diperintahkannya.29
3) Metode Bimbingan dan Penyuluhan
Bimbingan adalah suatu proses memberi bantuan, dalam mengembangkan dan menyalurkan potensi-potensi yang dimiliki anak didik, membantu dan menyalurkan dorongan atau motivasi-motivasinya yang positif, membantu dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dan membantu dalam mencapai
cita-citanya.30
Dalam Al-Qur’an terdapat firman-firman Allah yang mengandung metode
bimbingan dan penyuluhan, karena Al-Qur’an sendiri diturunkan untuk
membimbing dan menasehati manusia agar memperoleh kehidupan batin yang tenang, sehat, serta bebas dari segala konflik kejiwaan.
Pendekatan yang diperlukan dalam melaksanakan metode ini adalah melalui sikap yang lemah lembut dan lunak hati dengan gaya menuntun atau membimbing kearah kebenaran.
Hal ini didasarkan atas firman Allah sebagai berikut:
ِْل ِها َنّم ةَْحَر اَمِبَف
ُْك ْوَلَو ْمََُ َت
ْيِلَغ اًظَف َت
ْ نَا ِبْلَقْلا َظ
َكِلْوَح ْنِم او ضَف
...
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. . . (QS. Al-Maidah[5: 159]).
29
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama. (Padang: Hidakarya Agung.
1983), h. 73.
30Paimun,
(41)
26
Dalam hal ini anak harus dididik dengan perhatian dan penuh kasih sayang, lemah lembut tanpa adanya ancaman dan cercaan yang dapat mengakibatkan jiwa anak menjadi terganggu.
4) Metode Pemberian Contoh dan Teladan
Metode yang sangat besar pengaruhnya dalam mendidik anak adalah medote pemberian contoh dan teladan. Karena sifat anak pada usia dini adalah suka meniru dan mengikuti apa yang ia lihat dan dengar. Untuk itu pendidik dalam hal ini adalah figur terbaik dalam pandangan anak, yang tindak-tanduk dan sopan santunya, disadari atau tidak, akan ditiru oleh anak. Sebagai pendidik harus bisa mencontohkan yang terbaik untuk anak. Dalam hal ini Allah telah menunjukan bahwa contoh keteladanan yang terbaik adalah dari kehidupan Nabi Muhammad. Ia merupakan teladan bagi umat muslim sepanjang sejarah, dan bagi umat manusia di setiap saat dan tempat, sebagai pelita yang menerangi dan purnama yang memberi petunjuk. Semuanya itu mengandung nilai pedagogis bagi kehidupan seluruh manusia. Sebagaimana firman-Nya.
ِثَك َها َرَكَذَو َرِخَلْا َمْوَ يْلاَو َها اوُجْرَ ي َناَك نَمّل ةََسَح ةَوْسُأ ِها ِلوُسَر ِِ ْمُكَل َناَك ْدَقَل
اًي
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab [33:21]).31
Masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam menentukan baik-buruknya anak. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani dan menjauhkan diri perbuatan-perbutan yang dilarang agama. Maka anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu pula sebaliknya, jika pendidik berbohong, khianat, kikir, penakut dan hina. Maka anak akan tumbuh dalam kebohongan, khianat, durhaka, kikir, penakut dan hina. karena bagaimanapun besarnya usaha anak dalam mempersiapkan kebaikannya, dan bagaimanapun kesucian fitrahnya, tidak akan mampu memenuhi prinsip-prinsip kebaikan dan pokok-pokok utama pendidikan, selama ia tidak melihat sang pendidik sebagai teladan dari nilai-nilai moral yang tinggi. Padahal sangat mudah
31Nur Uhbiyati,
(42)
bagi pendidik untuk mengajari anak dengan berbagai materi pendidikan, tetapi teramat sulit bagi anak untuk melaksanakannya ketika ia melihat orang yang memberikan pengarahan tidak mengamalkannya. Untuk itu tidak ada cara lain bagi para pendidik selain harus bersikap kasih sayang dan menerapkannya dalam setiap aktivitas kehidupan sehari-hari dan dalam menjalankan kewajiban dakwah dan mendidik, agar anak tumbuh dan berkembang dengan akhlak yang baik, dan
terdidik dalam kemuliaan.32
5) Metode belajar sambil bermain
Dalam dunia anak usia dini, bermain dan belajar tidak dapat dipisahkan. Karena alat mainan bagi anak-anak adalah penting dalam pertumbuhan anak itu sendiri, baik perkembangan pikirannya maupun jasmaninya dan yang utama adalah pembentukan tabiatnya. Tabiat yang terbentuk dalam jiwa anak, tidaklah terjadi dengan mendadak, tetapi karena mengulang-ulangi suatu perbuatan maka jadilah kebiasaan dan kemudian kebiasaan itu apabila terus dilakukan maka akan terbentukalah tabiat.
Pada umumnya pembentukan tabiat terjadi pada masa kanak-kanak. Anak-anak mempunyai kegemaran masing-masing untuk memilih alat mainan apa yang akan digunakannya, dan jenis permainan apa yang disukainya. Akan tetapi anak-anak sebelum sekolah, biasanya mempunyai kecenderungan ingin tahu dan ingin meniru cara anak lain atau gerak-gerik orang dewasa. Pikiran mereka memerlukan
tuntunan dan tidak boleh dibiarkan menurut kehendak sendiri.33
Untuk itu pendidik dalam hal ini orangtua harus bijaksana dalam memberikan mainan kepada anak-anaknya. Karena pada anak usia dini cenderung tertarik pada objek yang dapat ia manipulasi seperti mainan yang dimainkannya.
Dengan cara demikian, anak belajar mengenai sifat objek yang dimainkannya.34
Dalam hal ini terdapat beberapa mainan yang dapat diberikan kepada anak-anak sesuai dengan perkembangan jiwanya.
32Abdullah Nasih Ulwan,
Op.cit.Juz 2, h. 33. 33
M. H. Wauran, Pendidikan Anak Sebelum Sekolah. (Bandung: Indonesia Publishing House. 1982), cet. 6. h.84.
34
Shoba Dewey Chugani, Anak yang cerdas, Anak yang bermain. (Jakarta: PT Gramedia
(43)
28
a. Umur 3 bulan. Benda-benda yang berwarna terang seperti gelang-gelangan
dari plastik, dapat diberikan dengan cara menggantungkannya di atas tempat tidurnya, sejauh kemampuan anak untuk meraih.
b. Umur 4-5 bulan. Benda-benda yang berwarna dan berbunyi seperti
“rammelear” (kerincing) dapat diberikan dengan menggantungkan pula di
atas tempat tidurnya.
c. Umur 6-7 bulan. Benda-benda dari karet yang berwarna, berbunyi dan
diberikan sedemikian rupa agar bisa diraih.
d. Umur 8-11 bulan. Umumnya anak-anak senang diberi kotak atau
genderengan yang dapat dipukul, bola untuk dilemparkan, dan binatang-binatangan yang dari plastik atau kain yang dapat dipermainkan.
e. Umur 1 tahun. Anak-anak umumnya senang dengan balok-balokan kayu yang
berwarna atau kotak-kotak kecil yang dapat dikeluar masukkan seperti korek api.
f. Umur 1 setengah tahun. Anak mulai senang memanjat-manjat, menggeser
kursi atau meja, boneka, beruang-beruangan, bola serta kotak dari plastik. Ember kecil berisikan air atau pasir, balok-balokan kayu yang disusun secara vertikal.
g. Umur 2 tahun. Anak mulai meniru apa yang dilihatnya, misalnya memberi
makan bonekanya, disamping ia suka bermain pasir, air dan mobil-mobilan. Balok-balokan kayu sudah mulai diajarkan seperti kereta api. Dengan diberi pensil dan kertas, maka anak mulai senang membuat coret-coretan.
h. Umur 2 setengah tahun. Boneka dan binatang-binatangan masih tetap
disenanginya, ia juga senang membuat kue-kuean dari pasir atau tanah, bermain dengan air, dengan busa sabun membuat balon-balon, dan ditiupnya. Pada masa ini mulai menggambar dengan coret-coretan, balok-balokan mulai disusunnya menjadi bangunan yang vertilan dan horizantal.
i. Umur 3 tahun. Boneka dan binatang-binatangan masih berharga baginya.
Pada masa ini mereka mulai sepeda roda tiga, main rumah-rumahan, toko-tokoan, dan berbicara sendiri, selain itu suka membuat terowongan dengan pasir dan suka mengangkut pasir dengan mobil-mobilannya.
(44)
j. Umur 4 tahun. Anak masih senang dengan sepeda roda tiga. Mulai senang bermain dengan teman sebayanya untuk bermain rumah-rumahan, kereta api-kereta apian, loncat-loncatan. Disini anak mulai membuat gambar-gambar dengan pensil warna.
k. Umur 5 tahun. Anak senang main rumah-rumahan dengan meja atau kursi,
dan boneka dianggapnya sebagai anaknya, dimandikannya dan diberi makan, selain itu ia senang dengan alat masak-masakan, berlari-lari, loncat-loncat, naik-naik, menari-menari dan menyanyi sering tampak pada anak-anak masa ini. Anak mulai belajar sepeda roda dua, dan dalam menggambar anak mulai sering mencontoh huruf ataupun angka yang sederhana.
l. Umur 6 tahun. Pada masa ini anak senang bermain loncat-loncat dengan tali,
main kucing-kucingan dengan teman-temannya, berlomba naik sepeda roda
tiga atau berlari, lempar-lemparan bola dan main sekolah-sekolahan.35
35
Suahartin Citrobroto, Serba-Serbi Pendidikan. (Jakarta: Bhratara Karya. 1983),
(45)
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah pendidikan yang dikonsepkan oleh Ibnu
Qayyim Al-Jauziyyah yang terdapat dalam kitab Tuhfatul Maûdud Bi Ahkamil
Maulud. Adapun waktu penelitian, dimulai bulan Januari sampai Maret 2013. B. Metode Penulisan
Penelitian ini mengunakan metode deskriptif kontent analysis yaitu metode
dengan menganalisis isi dari objek yang diteliti melalui sumber-sumber yang terkait dalam penelitian ini.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data primer adalah literatur-literatur yang membahas secara langsung objek permasalahan pada penelitian ini, yaitu berupa karya dari Ibnu
Qayyim Al-Jauziyyah yang berjudul Tuhfatul Maudud Bi Ahkamil
Maulud.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder berupa data-data tertulis baik itu buku-buku maupun sumber lain yang mengulas tentang karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah yang mengulas tentang pendidikan anak usia dini.
(46)
Adapun jenis penelitian ini adalah Penelitian Pustaka (library research)
dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Yaitu penelitian yang
menggambarkan sifat-sifat atau karakteristik individu, keadaan, gejala, atau
kelompok tertentu.1 Jadi penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji
hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau suatu keadaan.
C. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada konsep pendidikan anak usia dini menurut
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah yang terdapat dalam kitab Tuhfatul Maudud Bi
Ahkamil Maulud. Pada rentang usia anak 0-2 tahun (masa menyusui) dan 3-6
tahun (masa batuta) dengan memberikan pendidikan Iman, Akhlak, Fisik, Sosial dan Intelektual.
D. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan menggunakan beberapa prosedur diantaranya yaitu:
1. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri literatur, baik primer maupun sekunder yang membahas tentang pendidikan anak usia dini, data-data dikumpulkan kemudian membuat ringkasan untuk menentukan batasan yang lebih khusus tentang objek kajian dari buku-buku, terutama yang berhubungan dengan tema pokok yang dibahas.
2. Pengolahan Data
Untuk mendapat data penelitian yang valid. Maka data dari literatur-literatur baik primer maupun sekunder dikelolah secara sistematis dalam bentuk dokumentasi yang setidaknya dapat memberikan informasi penting tentang pendidikan anak usia dini menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Setelah data-data itu diperoleh, peneliti mengolah data-data tersebut dengan cara dibaca dan dianalisis kemudian disimpulkan.
1
Mudji Santoso, Hakekat, Peranan, dan Jenis-jenis Penelitian Pada Pembangunan Lima Tahun Ke VI, Penelitian Kulitatif Dalam Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keagamaan (Malang: Kalimasahada, 1996), h.13
(47)
32
3. Bentuk Pelaporan Data
Bentuk laporan penelitian yang disampaikan dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis, yakni mendeskripsikan semua data-data yang sudah diperoleh dan dianalisis, sehingga menjadi satu bentuk kesatuan yang utuh dan menyeluruh serta sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya
Analisis data pada penelitian kualitatif adalah “upaya yang dilakukan
dengan jalan berbagai data, mengorganisasikan data, memilah-milah data menjadi satu kesatuan data yang diperoleh, mensintesiskannya, mencari dan menentukan
pola, menentukan apa yang diceritakan kepada orang lain”.2 Proses analisis data
dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber yang diperoleh dari kegiatan observasi, wawancara, dokumentasi. Kemudian data yang telah terkumpul, dianalisis ditafsirkan dan disimpulkan kedalam bahasa yang mudah difahami dan logis sesuai dengan penelitian yang dibahas.
2 Lexy J. Moeleong,
Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
(1)
dipengaruhi oleh gen dari orang tuanya tersebut. b) Faktor Lingkungan, lingkungan yang baik, ramah, dan agamis akan menjadikan anak baik, ramah, dan agamis. Tetapi sebaliknya, lingkungan yang buruk, kotor, dan kriminal akan membuat anak menjadi berutal, jorok, dan susah diatur. 3. Relevanasi konsep pendidikan anak usia dini dengan pendidikan Islam yaitu
bahwa hubungan antara anak usia dini terhadap pendidikan Islam sangatlah dipengaruhi oleh keturunan dan lingkungan, yang dalam prosesnya sangatlah ditentukan oleh faktor orang tua dalam mengasuh dan mendidiknya dari segi tanggung jawab pendidikan yang meliputi: pendidikan iman, akhlak, fisik, sosial, dan intelektual. Sehingga ke depannya anak akan tumbuh dengan berlandaskan agama sebagai pedoman hidupnya.
B.Implikasi
Dari kesimpulan di atas, maka dapat berimplikasi sebagai berikut:
1. Anak usia di bawah tujuh tahun akan lebih terarah dan terbimbing dengan baik, jika dibimbing sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw yang dikonsepkan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah.
2. Jika konsep Ibnu Qayyim tentang pendidikan anak usia dini belum sepenuhnya terimplemantasi dengan baik maka akan berimplikasi bagi anak, anak akan kurang siap dan lemah dalam mengembangkan bakat dan potensinya.
3. Selain itu anak tidak mendapat bekal pendidikan yang maksimal untuk siap belajar di sekolah dasar.
4. Anak akan mencontoh segala aktivitas yang ia lihat dan dengar yang dilakukan orang tuanya maupun masyarakat (lingkungannya) baik itu perkataan maupun perbuatan, baik ataupun buruk.
(2)
64
C.Saran
1. Para orang tua hendaknya segera mengambil langkah untuk secara cermat melakukan peran dan tugasnya sebagai guru yang pertama dan utama. 2. Pemerintahan baik pusat maupun daerah dari tingkat tinggi sampai tingkat
rendah dihimbau untuk turut mendukung dalam upaya menanamkan pendidikan agama pada anak usia dini dengan menyediakan perangkat, sarana maupun pra sarana yang memadai.
3. Semua pihak yang memiliki pengaruh dalam menanamkan pendidikan agama pada anak usia dini hendaknya bersinergi dan berkerja sama dalam membimbing dan mengarahkan serta mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam diri anak.
4. Pemerhati pendidikan khususnya pendidikan agama Islam dapat melakukan penelitian lanjutan, karena penelitian yang dilakukan saat ini masih jauh dari kesempurnaan.
(3)
65
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah. Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam, Yogyakarta: Titian Ilahi Press. 1996
‘Ali Quthb, Muhammad. Sang Anak Dalam Naungan Pendidikan Islam, Terj. Auladuna Fii Dhau-it Tarbiyyatil Islamiyyah. oleh Bahrun Abu Bakar Ihsan, Bandung: CV. Diponegoro. 1993
An Nahlawi, Abdurrahman.Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press. 1995
Ayu, Ningsih Diah.Psikologi Perkembangan Anak, Yogyakarta: Pustaka Larasati. 2000
Chugani, Shoba Dewey. Anak yang cerdas, Anak yang bermain, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2009
Citrobroto, Suahartin. Serba-Serbi Pendidikan, Jakarta: Bhratara Karya. 1983
Dahlan, Abdul Aziz. Kajian Islam Ilmu-ilmu Keislaman”, diterbitkan oleh Tim Pengembangan Jurnal Ilmiah IAIN Imam Bonjol Padang, Padang: Kajian Islam. 2001
Darajat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta Bumi Aksara, 1996
Farid, Ahmad. 60 Biografi Ulama Salaf, Terj. Min A’lam As-Salam oleh Masturi Irham dan Asmu’i Taman, Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2006
Ghozali, Imam. Adab Dalam Agama. Terj, Adabu Fii Din Oleh A. M. Basalamah, Jakarta: Gema Insani Press. 1992
Hasan,Maimunah.PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Jogjakarta: DIVA Press. 2011
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
(4)
66
Ibnu Kasir, al Imam.Tafsir Al-Qur’an al-‘Azim, Terj Tafsir Ibnu Kasir juz 28 oleh Bahrum Abu Bakar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003.
________________, Tafsir Al-Qur’an al-‘Azim, Terj Tafsir Ibnu Kasir juz 11 oleh Bahrum Abu Bakar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003.
________________, Tafsir Al-Qur’an al-‘Azim, Terj Tafsir Ibnu Kasir juz 8 oleh Bahrum Abu Bakar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003.
Ibrahim, Abdul Mun’im. Pendidikan Anak Perempuan, Jakarta: Gema Insani Press. 2005
Al-Jamal, M. Hasan. Biografi 10 Imam Besar, Terj. Hayat al-immah oleh M. Khaled Muslih dan Imam Awaludin, Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2005
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. Tuntunan Rasulullah dalam Mengasuh Anak, Terj.Tuhfatul Maulud bi Ahkâmil Maulûd. oleh Nabhani Idris, Jakarta: studia press, 2009
Al-Jauziyah, Abu Bakar, dkk.Hanya Untuk mu Anakmu : Panduan Lengkap Pendidikan Anak Sejak Dalam Kandungan Hingga Dewasa, Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2010
Hafizh, Muhammad Nur Abdul. Mendidik Anak Bersama Rasulullah. Terj.
Manhaj Al-Tarbiyyah Al-Nabawiyyah Li Al-Thifl, oleh Kuswandani, Sugiri, dan Son Haji, Bandung: Al-Bayan [Kelompok Penerbit Mizan], 1997
Khalid, Najib Al ‘Amir. Tarbiyah Rasulullah, Terj, Min Asaalibir-Rasul Saw Oleh Ibnu Muhammad Fakhrudin Syam, Jakarta: Gema Insani Press. 1994
Mahmud Yunus.Metodik Khusus Pendidikan Agama, Padang: Hidakarya Agung. 1983
Al-Maghribi,Begini Seharusnya Mendidik Anak; Panduan mendidik anak sejak masa kandungan hingga dewasa, Terj. Kaifa Turabbi Waladan Shahihan, oleh Zaenal Abidin, Murajaah, Ahmad Amin Sjihab,Jakarta: Darul Haq, 2004
(5)
Mursi, Syaikh Muhammad Said. Seni Mendidik Anak 2, Terj, Fan Tarbiyah Al-Aulad fii Al-Islam, Oleh Muhammad Muchson Anasy, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006
Mursi, Muhammad Sa’id. Melahirkan Anak Masya Allah. Terj, Fan Tarbiyah al-Awlad fi al-Islam, Oleh Ali Yahya, Jakarta: Cendekia Sentra Muslim. 2001
M. H. Wauran.Pendidikan Anak Sebelum Sekolah, Bandung: Indonesia Publishing House. 1982
Moeleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004
Najati, Muhammad Utsman.Jiwa Dalam Pandangan Para Filosof
Muslim,Terj Ad-Dirasat an-Nafsaniyyah ‘inda al-‘Ulama al-Muslimin, oleh Gazi
Saloom Bandung: Pustaka Hidayah, 2002
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi.Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2004
Nizar, Syamsul. Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Antara, 1978
Paimun.Bimbingan Konseling, Ciputat: UIN Syarif Hidayatullah. 2008 Santoso,Mudji Hakekat. Peranan, dan Jenis-jenis Penelitian Pada Pembangunan Lima Tahun Ke VI, Penelitian Kulitatif Dalam Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keagamaan, Malang: Kalimasahada, 1996
Subagyo, P. Jokon. Metode Penelitian; Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2004
Sudjana,Nana.Evaluasi Nilai Belajar, Jakarta: Media Pratama Grup, 2009 Susanto.Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2009
(6)
68
Suwaid, Muhammad Ibnu Abdul Hafidh. Cara Nabi Mendidik Anak, Terj.
Manhaj Tarbiyah Nabawiyah Lith Thifli. oleh Hamim ThobariJakarta: Al-I’stihom
Cahaya Umat-, 2004
Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya.Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994
Tim Redaksi Fokusmedia.UUD SISDIKNAS, Bandung: Fokusmedia, 2003 Yamin, Martinis dan Jamilah Sanan.Panduan Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Gaung Persada Press. 2010
Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Insani, 1999 Ulwan, Abdullah Nashih.Tarbiyatul Awlad fii Al-Islam. Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Semarang: Asy-Syifa. 1981
Yus, Anita.Model Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Kencana. 2011 Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam Jakarta: Bumi Aksara, 2008