D. Akadkontrak
Karim mengelompokkan akad menjadi dua yaitu sebagai berikut:
1. Akat tabarru’ grotuitus contract,
yaitu segala macam perjanjian yang menyangjut transaksi nibala not for profit transaction. Akad tabarru’ dilakukan dengan tujuan tolong menolong dalam rangka berbuat
kebaikan
2. Akat tijarahmuawalah compensantional contract
adalah segala macam perjanjian yang menyangkut transaksi untuk laba for profit transaction. Berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diperoleh, akat tijarah dapat dibagi
menjadi dua kelompok yaitu:
a. Natural uncertainty contract, adalah satu jenis kontrak transaksi yang secara alamiah
mengandung ketidakpastian dalam memperoleh keuntungan. Contoh akad dalam kelompok ini adalah musyarakah, mudharabah, muzara’ah, musaqamah, dan mukhabarah.
b. Natural certainty contract, adalah satu jenis kontrak transaksi dalam bisnis yang
memiliki kepastian keuntungan dan pendapatnya, baik dari segi jumlah dan waktu penyerahannya. Contohnya adalah murabahah, salam, istishna’, dan ijarah.9
Dalam akad harus memenuhi ketentuan rukun dan syarat sahnya suatu akad ada tiga yaitu:
1. Pelaku yaitu para pihak yang melakukan akad. Pihak yang melakukan akad harus
memenuhi syarat yaitu orang yang merdeka, mukalaf dan orang yang sehat akalnya.
2. Objek akad merupakan sebuah konsekuensi yang harus ada dengan dilakukannya suatu
transaksi tertentu. Objek jual beli adalah barang dagangan, objek mudharabah dan musyarakah adalah mudal dan kejasama, objek sewa menyewa adalah manfaat atas barang
yang disewakan dan seterusnya.
3. Ijab kabul merupakan kesepakatan dari para pelaku dan menunjukkan mereka saling
rida.10
E. Transaksi yang dilarang
Transaksi yang dilarang adalah sebagai berikut:
1. Semua aktivitas bisnis terkait dengan barang dan jasa yang diharamkan Allah
Aktivitas investasi dan perdagangan atau semua transaksi yang melibatkan barang dan jasa yang diharamkan Allah seperti babi, khamar atau minuman yang memabukkan, narkoba, dan
sebagainya. ”Sesungguhnya Allah mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan
hewan yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah, tetapi barang siapa terpaksa memakannya bukan karena menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka Allah
sungguh Maha Pengampun, dan Maha Penyayang.” QS 16: 15 ”Sesungguhnya Allah apabila mengharamkan sesuatu juga mengharamkan harganya.” HR.
Ahmad dan Abu Dawud11
2. Riba
Dalam Al Qur’an secara bertahap namun jelas dan tegas memperingatkan kita tentang riba. Hal ini dapat dilihat dari turunnya ayat-ayat Al Qur’an secara berturut-turut dari QS 30:39,
QS 4:160-161, QS 3:130 dan QS 2:278-280.12 Larangan riba sebenarnya tidak hanya berlaku untuk agama Islam, melainkan juga
diharamkan oleh seluruh agama samawi selain Islam. Yahudi melarang pengambilan bunga riba. Baik dalam Old Testament Perjanjian Lama maupun undand-undang Talmud. Dan
dalam kalangan Kristiani dalam Kitab Perjanjian Baru dalam ayat Lukas 6:34-35 merupakan ayat yang mengecam praktik pengambilan bunga riba.13