Analisis Data TINJAUAN MODULUS ELASTISITAS REPAIR MORTAR DENGAN BAHAN TAMBAH SERAT BAN (Observation of Elastic Modulus of Repair Mortar Containing Tire Fiber)

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Data

4.1.1. Kuat Desak

Pengujian kuat desak dilakukan untuk mengetahui besarnya beban yang akan diberikan pada saat pengujian modulus elastisitas. Pengujian kuat desak dilakukan pada saat repair mortar berumur satu hari. Data kuat desak rata-rata repair mortar umur satu hari dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Data Kuat Desak Rata-Rata RepairMortar Umur Satu Hari Benda uji Kuat Desak Umur 1 hari MPa Mortar serat ban 0 13,73 Mortar serat ban 4 10,51 Mortar serat ban 8 7,12 Mortar serat ban 12 5,33 Pengujian kuat desak beton normal dilakukan saat beton berumur 28 hari, dari pengujian tersebut diketahui bahwa kuat desak beton normal umur 28 hari adalah 27,78 MPa. Beban yang diberikan pada saat pengujian modulus elastisitas dihitung ketika tegangan mencapai minimal 30 kuat desaknya yaitu pada saat dalam kondisi elastis. Beban pada pengujian modulus elastisitas dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Beban pada Pengujian Modulus Elastisitas Benda uji Beban kg Beton normal 14800 Mortar serat ban 0 7600 Mortar serat ban 4 5600 Mortar serat ban 8 4000 Mortar serat ban 12 3200 Pembebanan pada pengujian benda uji yang berupa komposit antara beton normal dan repair mortar berbahan tambah serat ban diambil dari data kuat desak material yang lebih kecil. Kuat desak repair mortar lebih kecil daripada kuat desak beton normal maka pembebanan pada benda uji komposit diberikan ketika tegangan mencapai 30 dari kuat desak repair mortar.

4.1.2. Modulus elastisitas

Pengujian modulus elastisitas dilakukan dengan loading frame sebagai alat uji desak yang digunakan untuk memberikan beban pada benda uji secara berangsur- angsur dengan interval pembebanan 400 kg sampai mencapai 30 dari kuat desak. Sedangkan untuk mengetahui perubahan panjang yang terjadi digunakan dial gauge dengan skala 0,001 mm. Data yang diperoleh langsung dari pengujian adalah data perubahan panjang ΔL yang terjadi pada masing-masing benda uji di setiap kenaikan beban yang diberikan, kemudian dari data tersebut dapat dianalis menjadi nilai modulus elastisitas masing-masing benda uji. Perhitungan nilai modulus elastisitas: 1. Regangan ε yang terjadi dihitung dengan persamaan 2.1 2. Perhitungan tegangan dapat dihitung dengan persamaan 2.2 3. Membuat grafik hubungan tegangan-regangan 4. Menghitung nilai modulus elastisitas Sebagai contoh perhitungan diambil salah satu sampel benda uji mortar berserat ban 0 MS 0-1 1  = 6 1 10 524 , 9 001 , 210 2 001 ,        L L 2  = 5 1 10 905 , 1 001 , 210 4 001 ,        L L Rata rata regangan = 5 5 6 2 1 10 428 , 1 2 10 905 , 1 10 524 , 9 2             Sedangkan tegangan yang terjadi  = MPa A F 226469 , 5 , 17662 4000   Data selengkapnya terdapat pada lampiran C. Grafik hubungan tegangan-regangan dapat diperoleh dengan memplotkan data tegangan setiap kenaikan beban aksial 400 kg dengan regangan yang terjadi pada setiap benda uji. Grafik selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D. Grafik hubungan tegangan-regangan kemudian danalisis dengan regresi linier untuk memperoleh persamaan regresi yang menunjukkan nilai modulus elastisitas. Gambar 4.1. Grafik Hubungan Tegangan-Regangan Mortar Serat Ban 0-1 Persamaan regresi yang terjadi adalah y = 14735x Nilai modulus elastisitas benda uji MS 0 -1 adalah 14735 Nilai modulus elastisitas beton normal dan mortar dengan bahan tambah serat pada benda uji silinder utuh dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3. Nilai Modulus Elastisitas Beton Normal dan RepairMortar Dengan Bahan Tambah Serat Ban pada Benda Uji Silinder Utuh Kode benda uji Persamaan regresi Modulus elastisitas MPa Modulus elastisitas rata-rata MPa BN-1 BN-2 BN-3 y = 23585x y = 24453x y = 25754x 23585 24453 25754 24597,33 MS 0-1 MS 0-2 MS 0-3 y = 14735x y = 14964x y = 17146x 14735 14964 17146 15615 MS 4-1 MS 4-2 MS 4-3 y = 13879x y = 16812x y = 9705,4x 13879 16812 9705,4 13465,47 MS 8-1 MS 8-2 MS 8-3 y = 9588,7x y = 9267,7x y = 9364,8x 9588,7 9297,7 9364,8 9407,067 MS 12-1 MS 12-2 MS 12-3 y = 6756,3x y = 8595,7x y = 8577x 6756,3 8595,7 8577 7976,333 Hubungan antara serat ban dengan modulus elastisitas dapat dilihat pada grafik 4.2. Gambar 4.2. Grafik Hubungan Serat Ban dengan Modulus Elastisitas Repair mortar Gambar 4.2. menunjukkan bahwa semakin besar kadar serat ban maka nilai modulus repai rmortar semakin kecil. Penurunan yang terjadi pada setiap penambahan serat ban sebesar 4 adalah sebesar 17,145 . Syarat yang harus dipenuhi oleh material repair diantaranya harus memiliki modulus elastisitas yang setara dengan beton induknya, namun hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai modulus elastisitas repair mortar pada umur satu hari jauh lebih rendah dari nilai modulus elastisitas beton normal pada umur 28 hari. Ketidak setaraan ini ditunjukkan pada diagram 4.3. Gambar 4.3. Diagram Perbandingan Modulus Elastisitas RepairMortar dengan Beton normal Gambar 4.3 menunjukkan bahwa jika modulus elastisitas beton normal pada umur 28 hari dianggap 100 maka modulus elastisitas repair mortar pada umur satu hari belum dapat mencapai 100 . Berdasarkan analisis diperoleh bahwa penambahan serat ke dalam repair mortar menyebabkan nilai modulus elastisitas semakin menurun terhadap nilai modulus elastisitas beton normal, penurunannya sekitar 10, 964 pada setiap penambahan serat ban sebanyak 4 . Ketidak setaraan modulus elastisitas beton dan repair mortar ini menunjukkan perbedaan kemampuan menahan tegangan dan regangan antara beton dan repair mortar. Perbedaan nilai regangan dapat terlihat pada saat pengujian benda uji komposit. Nilai regangan ketika benda uji komposit menerima beban 32000 N dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Nilai Regangan ketika Benda Uji Komposit Menerima Beban 32000 N Kode benda uji Regangan pada sisi mortar Regangan pada sisi beton MSB 0-1 MSB 0-2 0.000138 0.000129 0.000057 0.000062 MSB 4-1 MSB 4-2 MSB 4-3 0.000143 0.000124 0.000152 0.000052 0.000067 0.000071 MSB 8-1 MSB 8-2 MSB 8-3 0.000257 0.000181 0.000252 0.000052 0.000095 0.000086 MSB 12-1 MSB 12-2 MSB 12-3 0.000233 0.000248 0.000257 0.000076 0.000081 0.000071 Perbedaan regangan pada sisi beton dan mortar menunjukkan bahwa tegangan yang terjadi pada sisi beton dan mortar tidak seragam. Perhitungan komposit yang ada pada literatur selama ini selalu diasumsikan bahwa regangan yang terjadi pada kedua material adalah sama atau isostrain, padahal kondisi yang terjadi dalam penelitian ini adalah regangan yang terjadi pada beton normal dan repair mortar tidak sama atau non isostrain, maka akan dilakukan analisis mengenai distribusi tegangan yang terjadi baik pada kondisi isostrain maupun non isotrain.

4.1.3. Distribusi Tegangan Pada Komposit

a. Kondisi Isostrain Pada kodisi isostrain regangan pada beton dan mortar diasumsikan sama dengan regangan yang terjadi pada komposit, seperti pada persamaan 2.7. b m c      .....................................................................................................2.7 Nilai modulus elastisitas komposit dapat dilihat pada persamaan 2.9. Vb b E Vm m E c E . .   .........................................................................................2.9 Analisis data dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari pengujian di laboratorium sehingga akan diketahui bagaimana distribusi tegangan beton dan mortar sebagai sistem komposit jika disumsikan dalam kondisi isostrain. Sebagai contoh perhitungannya, diambil salah satu sampel komposit antara beton normal dengan mortar berbahan tambah serat ban 0 1. Modulus elastisitas beton = 24597,33 MPa 2. Modulus elastisitas mortar = 15615 MPa Untuk perhitungan distribusi tegangan diambil pada salah satu beban yang diberikan yaitu pada beban 32000 N. c  = MPa A F 8117 , 1 5 , 17662 32000   c E = 165 , 20106 5 , . 33 , 24597 5 , . 15615 . . . .     m m m m V E V E c  = 0000901 , 165 , 20106 8117 , 1   c c E  b m c      = 0,0000901 MPa E m m m 4069 , 1 0000901 , 15615        MPa E b b b 2162 , 2 0000901 , 33 , 24597        b. Kondisi Non Isostrain Untuk mengetahui distribusi tegangan pada kondisi non isostrain diasumsikan bahwa regangan pada komposit tidak sama dengan regangan pada beton maupun mortar. Regangan yang terjadi diasumsikan seperti diagram berikut: Gambar 4.4. Diagram Regangan pada Komposit 2 mu t m      ................................................................................................2.10 2 bu t b      ..................................................................................................2.11 Langkah perhitungan berikutnya adalah mensubstitusikan nilai m  dan b  dengan persamaan 2.10 dan 2.11 maka diperoleh persamaan 2.12. .Am 2 εmu t ε Em .Ab 2 εbu t ε Eb Fk                 .......................................................2.12 Perhitungan distribusi tegangan dalam kondisi non isostrain berdasarkan data yang diperoleh pada benda uji yang utuh. Sebagai contoh perhitungan, diambil salah satu sampel komposit beton normal dengan mortar serat ban 0 MSB 0- 1 pada beban 32000 N. c  = MPa A F 8117 , 1 5 , 17662 32000   mu  = 0,000151 ε mu ε m ε t ε b ε bu bu  = 0,000078 Nilai t  diperoleh dari persamaan 2.12, yaitu sebesar 0,000074 sehingga: 000112 , 2 000151 , 000074 , 2      mu t m    000078 , 2 000078 , 000074 , 2      bu t b    MPa E m m m 7537 , 1 000112 , 15615        MPa E b b b 8698 , 1 000078 , 33 , 24597        Data mengenai distribusi tegangan komposit yang terjadi saat menerima beban sebesar 32000 N dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5. Distribusi Tegangan Komposit pada Pembebanan sebesar 32000 N Komposit Kondisi isostrain Kondisi non isostrain σ m MPa σ b MPa σ m MPa σ b MPa Beton normal dan mortar serat 0 1,407 2,216 1.715 1.909 Beton normal dan mortar serat 4 1,282 2,342 1.662 1.962 Beton normal dan mortar serat 8 1,002 2,621 1.463 2.160 Beton normal dan mortar serat 12 0,887 2,736 1.408 2.216 Perbandingan antara modulus elastisitas pada komposit pada beton normal dengan repair mortar dan tegangan komposit yang terdistribusi pada sisi beton dan mortar dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6. Persentase Tegangan yang Terdistribusi pada Sisi Beton dan Mortar pada Pembebanan 32000 N serat ban Modulus Elastisitas RepairMortar Terhadap Modulus Elastisitas Beton Tegangan Terdistribusi pada Mortar dalam Kondisi Isostrain Tegangan Terdistribusi pada Mortar dalam Kondisi Non Isostrain Mortar Beton Mortar Beton 63,48 38.830 61.156 47.321 52.679 4 54,74 35.380 64.634 45.864 54.136 8 38,24 27.653 72.333 40.388 59.612 12 32,43 24.479 75.507 38.852 61.148 Gambar 4.5. Grafik Hubungan Modulus Elastisitas Mortar terhadap Beton dengan Tegangan Mortar Gambar 4.5 menunjukkan semakin kecil modulus elastisitas mortar terhadap modulus elastisitas beton semakin kecil tegangan komposit yang tersalurkan ke mortar. Penambahan serat ban pada mortar menyebabkan modulus elastisitas mortar menurun terhadap beton, maka pengaruh serat ban terhadap distribusi tegangan adalah memperkecil tegangan yang akan tersalurkan pada sisi mortar. Setiap penurunan modulus elastisitas mortar sebesar 10 terhadap modulus elastisitas beton maka tegangan komposit yang tersalurkan ke sisi mortar pada kondisi isostrain menurun sekitar 4,62 sedangkan pada kondisi non isostrain akan menurun sekitar 2,84 .

4.2. Pembahasan