Tinjauan susut repair mortar dengan bahan tambah polymer (observation of shrink age repair mortar con taining polymer)

TINJAUAN SUSUT REPAIR MORTAR DENGAN BAHAN TAMBAH POLYMER

(Ob serva tion of Shrink age Repa ir Mortar Con ta ining Polymer)

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Ole h : RIKA RINAYANTI PRAHESTININGRUM NIM. I 0106119 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

HALA MAN PERSETUJ UAN TINJAUAN SUSUT REPAIR MORTAR DENGAN BAHAN TAMBAH POLYMER

(Ob serva tion of Shrink age Repa ir Mortar Con ta ining Polymer)

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh :

RIKA RINAYANTI PRAHESTININGRUM NIM. I 0106119

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim P enguji Pendadaran Fakultas

Teknik Universitas Sebelas Maret

P ersetujuan:

Dosen Pembimbing I Dosen P embimbing II

S A Kristiawan, ST, MSc, P h.D Ir. Sunarmasto, MT NIP . 19690501.199512.1.001

NIP . 19560717.198703.1.003

HALAMAN PEN GESAHAN TINJAUAN SUSUT REPAIR MORTAR DENGAN BAHAN TAMBAH POLYMER

(Ob serva tion of Shrink age Repa ir Mortar Con ta ining Polymer)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

RIKA RINAYANTI PRAHESTININGRUM NIM. I 0106119

Telah dipertahankan di hadapan Tim P enguji Pendadaran Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret pada hari : Se lasa, 2 9 J uni 20 10

1. S A Kristiawan, ST, MSc, Ph.D ___ __ __ __ ___ __ __ __ NIP . 19690501 199512 1 001

2. Ir. Sunarmasto, MT ___ __ __ __ ___ __ __ __ NIP . 19560717 198703 1 003

3. Achmad Basuki, ST, MT ___ __ __ __ ___ __ __ __ NIP . 19710901 199702 1 001

4. Edy P urwanto, ST, MT ___ __ __ __ ___ __ __ __ NIP . 19680912 199702 1 001

Mengetahui, Disahkan, a.n. Dekan Fakultas Teknik UNS

Ketua Jurusan Teknik Sipil Pembantu Dekan I

Fakultas Teknik UNS

Ir. Noegroho Djarwanti, MT Ir. Bambang Santosa, MT NIP. 19561112 198403 2 007

NIP. 19590823 198601 1 001

M OT T O

O r ang yang mend aki t angga, h ar us mu lai d engan langkah per t ama ( Walt er Sc ot t ) T olak u ku r keber hasilan adalah su at u per u bahan

( penyu su n )

PERSEM BA HA N A L L A H SWT

A yahand a d an ibun da t er c int a at as d o’a, pet uah dan kasih sayang yang kalian ber ikan selama ini

A dik 2 ku t er sayang d an selur uh k eluar gaku

M y L o vely A gung Bu diyant o, at as supp or t , k esabaran d an pengert iannya selama ini

T eman-t eman sk ripsi: “k elompo k bahagia du n ia ak h ir at ” Sap t adhi, Wir a, H asan, Samur i, Pr ima, Rat na, M et t y, P anju l, J o ni

T eman-t eman sat u angk at an: T r isn o, Ridh o, Set yo, Pamuk o ,

A nshor i, Rizk y, Win ny, J u pr i, Yun i, Win da, A r yu dan t emen -t emen yang lain yang t idak saya seb ut k an

Spec ial t h anks t o PA K IWA N & PA K M A ST O seb agai d osen p emb imbing PA K A C H M A D BA SU K I & PA K ED Y sebagai d osen penguji

A lmamat er, U niversit as Sebelas M ar et Sur ak ar t a

ABSTRAK RIKA RINAYANTI PRAHESTININGRUM, 20 10 . TINJAUA N SUSUT REPAIR

MORTAR DENGAN BAHAN TAMB AH POLYMER. Skripsi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penggunaan p olymer sebagai bahan tambah pada repair mortar diharapkan dapat menjadi bahan tambah yang berfungsi sebagai bahan pengikat butiran agregat dengan semen, sehingga campuran lebih liat, tidak getas dan lebih elastis sehingga dapat mengimbangi susut (sh rinka ge) yang terjadi pada repa ir material yang dapat

mengakibatkan terlepasnya ikatan repair material dengan bagian yang diperbaiki (d elamina si). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh proporsi campuran p olymer terhadap besarnya susut (shrink age) pada repa ir mo rta r bila dibandingkan dengan mortar tanpa p olymer dan produk repa ir mo rta r Emacco Nanocrete, nilai prediksi sh rink ag e jangka panjang yang dievaluasi menggunakan rumus ACI 209R-92, serta memodifikasi rumus ACI 209R-92 hingga menghasilkan

nilai erro r prediksi shrink a ge jangka panjang yang tidak melebihi batas kewajaran (30%).

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan mengadakan suatu percobaan di laboratorium secara langsung. Variasi kadar po lymer yang digunakan adalah 0%, 2% , 4%, dan 6% dari berat semen, dan dari percobaan akan diperoleh data atau hasil yang menghubungkan variabel-variabel yang diamati. Dalam percobaan ini akan dicatat perubahan panjang sampel sehingga didapat nilai shrink ag e. Dengan nilai sh rink ag e tersebut dapat dicari nilai prediksi sh rinka ge jangka panjang menggunakan rumus ACI 209R-92. Untuk mengetahui besarnya nilai penyimpangan atau tingkat kesalahan penggunaan rumus ACI 209R-92 perlu dilakukan evaluasi ataupun modivikasi rumus tersebut sehingga didapatkan nilai shrin ka ge ultimit dengan nilai erro r yang wajar.

Dari hasil analisis diketahui bahwa setelah mortar p olymer mencapai umur pengeringan lebih dari 30 hari, mortar po lymer 2% berpengaruh dalam menurunkan nilai susut bila

dibandingkan dengan mortar po lymer 0%, sedangkan yang berpengaruh dalam menurunkan susut bila dibandingkan dengan mortar Emaco Nanocrete adalah mortar

po lymer 2% dan 4%. Nilai susut tergantung dari kadar p olymer yang digunakan, dimana semakin tinggi kadar po lymer yang digunakan maka semakin besar nilai susut yang terjadi. Prediksi shrin ka ge jangka panjang dengan metode ACI 209R-92 tidak dapat diaplikasikan pada benda uji karena menghasilkan nilai erro r yang terlalu besar dan melebihi batas kewajaran (30%). Dapat diketahui pula modifikasi rumus ACI 209R-92 yaitu dengan mengganti perkiraan waktu paruh tercapainya ultimate sh rink ag e menghasilkan bahwa pada benda uji berbahan tambah p olymer memiliki nilai erro r op timu m pada 5 hari, sedangkan pada benda uji non p olymer mempunyai nilai erro r op timu m pada 14 hari.

Kata kunci: po lymer, prediksi, repair mortar, shrink age.

ABSTRACT

Rika Rinayanti Prahe stiningrum, 2 010 . OBSERVATION OF SHRINK AGE

REPAIR MOR TAR CONTAINING POLYMER. Thesis of Civil Engineering Department of Engineering Faculty of Surakarta Sebelas Maret University.

The use of polymer as supplement material in repair mortar is expected to be supplement material functioning as the aggregate grain adhesive with cement, so that the mixture is more tough, not brittle and more elastic so that can compensate the shrinkage occurring in the repair material that can result in the detachment of repair material binding and the delaminated part. The objective of research is to find out the effect of polymer mixture proportion on the shrinkage size in repair mortar compared with the mortar without polymer and repair mortar product Emacco Nanocrete, the prediction value of long term shrinkage is evaluated using ACI 209R-92, as well as modifying the ACI 209R-92 formula so that the error value of long term shrinkage prediction not exceeding the fairness limit (30% ) is obtained.

The method employed in this study was direct experiment in laboratory. The variations of polymer level used were 0%, 2%, 4%, and 6% of cement weight, and from the

experiment the data or result was obtained connecting the variables observed. In this experiment, the sample length change will be recorded so that the shrinkage value will

be obtained. With such shrinkage value, the long term shrinkage prediction value can be estimated using ACI 209R-92. In order to find out the deviation value or standard error of the use ACI 209R-92 formula, an evaluation or formula modification needs to be done so that the ultimate shrinkage value is obtained with the fair error value.

From the result of analysis, it can be found that polymer mortar reaches the drying time length more than 30 days, polymer mortar 2% affects the declining shrinkage value compared with the polymer mortar 0%, meanwhile the one affecting the declining shrinkage compared with Emaco Nanocrete is mortar polymer 2% and 4%. The shrinkage value depends on the polymer level used, in which the higher the polymer level used, the higher is the shrinkage value occurring. The long term shrinkage prediction with ACI 209R-92 cannot be applied in the tested object because it results in too high error value and exceeding the fairness limit (30%). It can also be found that the modification of ACI 209R-92, that is, by replacing the half time estimation of ultimate shrinkage achievement shows that in the tested object with polymer supplement material has optimum error value of 5 days, while the non polymer tested object has optimum error value of 14 days.

Keywords: polymer, prediction, repair mortar, shrinkage.

PENGANTAR

Puji Syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar kesarjanaan S-1 di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta. P enyusun mengambil judul skripsi “Tinjauan Susut Rep air Mortar dengan

Bahan Tambah Polymer”.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak maka banyak kendala yang sulit untuk penyusun pecahkan hingga terselesaikannya

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. P impinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta Staf.

2. P impinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta Staf.

3. Bapak S A Kristiawan, ST, MSc, Ph.D selaku Dosen Pembimbing I.

4. Bapak Ir. Sunarmasto, MT selaku Dosen Pembimbing II.

5. Tim Dosen Penguji P endadaran.

6. Bapak Agus Setiya Budi, ST, MT selaku Dosen Pembimbing Akademik.

7. Staf pengelola/laboran Laboratorium Bahan Bangunan dan Struktur Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.

8. Teman-teman angkatan 2006, kakak-kakak senior dan semua pihak yang telah membantu penyusun dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, karena itu saran dan kritik yang membangun akan penyusun terima dengan senang hati demi kesempurnaan penelitian selanjutnya. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya.

Surakarta, Juni 2010

Penyusun

DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

ε sh = Nilai susut (micro stra in )

ε Sh(t)

= Nilai susut saat umur t diukur saat t 0 (micr o stra in )

ε Sh(u) = Nilai Ultima te sh rin k a g e (micr o stra in )

= Perubahan panjang setelah t waktu (mm).

= Panjang mula-mula (mm). (t-t 0 )

= Waktu Pengeringan M

= Nilai error prediksi

ε’ sh(t) = Sh rinka ge prediksi umur t (micro strain)

= Nilai rata-rata S hrin ka ge observasi (microstrain) n = Jumlah nilai Sh rinkag e

T USh = Modifikas i waktu paruh u ltima te sh rin k a g e

G 0 = Berat pasir sebelum dicuci (gr)

G 1 = Berat pasir setelah dicuci (gr)

D = Pasir kondisi SSD (gr)

A = Pasir kering oven (gr)

B = Berat volumetric + Air (gr)

C = Berat volumetric + P asir + Air (gr)

d = Diameter (cm) t

= Panjang (cm)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Beton merupakan bahan struktur yang sering digunakan dalam sebuah konstruksi. Hal ini disebabkan beton mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan bahan-bahan lain. Dari segi ekonomis harga beton relatif murah dikarenakan material dasar beton dari bahan-bahan lokal. Selain itu beton memiliki kuat desak yang tinggi, kemampuanya untuk dicetak menjadi bentuk yang sangat beragam, serta ketahanannya yang baik terhadap cuaca dan lingkungan sekitar. Namun kelemahan dari beton itu sendiri antara lain mempunyai kuat tarik yang sangat rendah sehingga mudah retak apabila menerima beban tarik yang cukup besar, terjadinya deformasi yang dapat berupa rangkak (creep) dan susut (sh rink ag e).

Suatu konstruksi bangunan sering terjadi kegagalan-kegagalan akibat kerusakan yang terjadi pada struktur baik pada tahap pelaksanaan maupun setelah selesai dikerjakan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya perencanaan yang kurang tepat, pengaruh mekanis, pengaruh kimia serta pengalaman pekerja.

Kerusakan-kerusakan yang timbul diantaranya terjadi retak-retak, d elamin asi, sp allin g (terlepasnya bagian beton atau rontok), scalling (pengelupasan), void

(berlubang). Oleh karena itu perlu adanya metode yang tepat dalam memperbaiki beton yang telah rusak agar beton dapat berfungsi kembali seperti sebelum mengalami kerusakan.

Perbaikan atau retrofit adalah salah satu usaha untuk mengembalikan kemampuan dan penampilan suatu bangunan yang telah rusak ke kondisi normal atau mendekati normal, sehingga bangunan tersebut akan mampu mendukung beban yang bekerja sesuai rencana awal dengan tingkat keamanan dan kenyamanan yang Perbaikan atau retrofit adalah salah satu usaha untuk mengembalikan kemampuan dan penampilan suatu bangunan yang telah rusak ke kondisi normal atau mendekati normal, sehingga bangunan tersebut akan mampu mendukung beban yang bekerja sesuai rencana awal dengan tingkat keamanan dan kenyamanan yang

Mortar merupakan bahan dasar dari repair material yang terbuat dari campuran agregat halus dan semen yang bereaksi dengan air sebagai pengikat. Sebagai bahan yang terbuat dari cemen t b ased (pengikat), mortar mempunyai sifat mengembang dan menyusut. P enyusutan yang terjadi pada mortar harus diperhitungkan karena dapat menyebabkan retak. Susut itu sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya faktor air semen, kualitas material, jenis semen, kondisi kelembapan disekitar, dan proses perawatan (curing).

Mortar diharapkan harus memenuhi syarat-syarat agar dapat digunakan sebagai repa ir material yaitu diantaranya mampu menyatu atau melekat erat dengan beton yang akan di pa tch repair, dapat menyesuaikan bentuk beton yang akan di pa tch repa ir , tidak mengurangi kekuatan beton setelah dilakukan p atch repair, dan tidak mengalami susut. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya susut yang terjadi pada repair mo rtar diantaranya adalah modulus elastisitas agregat, faktor air semen, kehalusan semen, kondisi kelembaban sekitar serta bahan tambah yang digunakan.

Polymer merupakan salah satu bahan yang dapat diaplikasikan sebagai bahan tambah pada campuran repair mo rtar karena po lymer mempunyai sifat elastis dan liat, oleh karena itu po lymer biasa dipakai sebagai bahan pengikat dan pemberi bentuk pada struktur komposit. Polymer diharapkan dapat menjadi bahan tambahan pada material retro fit beton yang berfungsi sebagai bahan pengikat butiran agregat dengan semen, sehingga campuran lebih liat, tidak getas dan lebih elastis sehingga dapat mengimbangi susut (sh rin ka ge) yang terjadi pada repair material yang dapat mengakibatkan terlepasnya ikatan repair ma terial dengan bagian yang diperbaiki (delamina si).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana pengaruh proporsi campuran polymer terhadap besarnya susut (sh rink ag e) pada campuran mortar berbahan p olymer bila dibandingkan dengan mortar tanpa polymer dan produk repair mortar Emacco Nanocrete ?

b. Apakah rumus ACI 209R-92 dapat menghasilkan nilai yang tepat untuk digunakan dalam memprediksi nilai shrin ka ge jangka panjang pada repair

ma teria l yang digunakan dalam penelitian ini ?

c. Bagaimanakah modifikasi rumus ACI 209R-92 apabila rumus ACI 209R-92 tidak dapat digunakan, karena menghasilkan nilai error prediksi sh rinkag e jangka panjang yang melebihi batas kewajaran (30%) ?

1.3. Batasan Masalah

Untuk membatasi ruang lingkup penelitian ini, maka diperlukan batasan-batasan masalah sebagai berikut :

a. Lamanya pengujian susut adalah 84 hari dimulai dari hari ke-1 setelah benda uji selesai dibuat.

b. Tidak dilakukan penelitian tentang sifat kimia dari material penyusun mortar.

c. Tidak dilakukan kontrol terhadap kondisi lingkungan, seperti suhu ruangan dan kelembapan udara.

d. Tidak dilakukan P erawatan (cu ring ) pada benda uji.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk:

a. Mengetahui pengaruh proporsi campuran p olymer terhadap besarnya susut (sh rink ag e) pada campuran mortar berbahan p olymer bila dibandingkan dengan mortar tanpa polymer dan produk repair mortar Emacco Nanocrete.

b. Mengevaluasi rumus ACI 209R-92 yang digunakan dalam memprediksi nilai shrin k a ge jangka panjang pada repair material.

c. Memodifikasi rumus ACI 209R-92 hingga menghasilkan nilai error prediksi shrin k a ge jangka panjang yang tidak melebihi batas kewajaran (30% ).

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

a. Manfaat Teoritis

1) Memberi informasi tentang pengaruh proporsi campuran po lymer terhadap besarnya susut (shrin ka ge) pada campuran mortar berbahan po lymer bila dibandingkan dengan mortar tanpa p olymer dan produk repa ir mo rtar Emacco Nanocrete.

2) Menarik kesimpulan atas ketepatan atau ketidaktepatan penggunaan rumus ACI 209R-92 untuk memprediksi nilai shrink age jangka panjang pada repair ma teria l.

3) Mendapatkan modifikasi rumus ACI 209R-92 yang lebih tepat sehingga dihasilkan nilai error prediksi sh rink ag e jangka panjang yang tidak melebihi batas kewajaran (30%).

b. Manfaat P raktis Hasil penelitian ini dapat menjadi petunjuk praktis di lapangan mengenai penggunaan po lymer sebagai bahan tambah repair mo rtar yang digunakan sebagai repa ir ma teria l.

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Beton merupakan bahan gabungan yang terdiri partikel-pertikel agregat halus (pasir) dan agregat kasar (Kerikil) yang dilekatkan oleh pasta yang terbuat dari semen Portland dan air. Pasta tersebut mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel agregat dan setelah beton segar (fresh) dicorkan, pasta mengeras sebagai akibat dari reaksi-reaksi kimia eksotermis antara semen dan air dan membentuk suatu bahan struktur yang padat dan dapat tahan lama.(Ferguson, 1991).

Beton kuat terhadap tekan, tetapi lemah terhadap tarik. Oleh karena itu perlu tulangan untuk menahan gaya tarik dan untuk memikul beban-beban yang bekerja pada beton.

(Nawy, 1998).

Beton adalah material yang tahan lama namun terkadang masih ada beton yang perlu diperbaiki, masalahnya adalah defisiensi secara structural, estetika atau keduanya. Secara umum defisiensi dapat disebabkan oleh desain yang salah, kualitas kerja yang jelek, lingkungan agresif yang tidak normal, beban struktural yang berlebihan, kecelakaan, dan kombinasinya. Perbaikan dan restorasi menjadi perlu untuk mengembalikan beton kepada kondisi yang memuaskan dari kemampuan struktural, ketahanan, maupun penampilan. (Paul Nugraha & Antoni, 2007:226).

Keretakan pada selimut beton bisa diatasi dengan menambal keretakan (patching) menggunakan bahan material perbaikan struktur berbahan dasar polymer. Atau bisa juga menggunakan campuran semen dan air. Bila ternyata keretakan ada pada

“daging” betonnya, maka metode perbaikannya bisa menggunakan metode grouting atau injection. (Sondra Gosali, Sales dan Marketing Manager PT Sika

Indonesia).

2.2. Beton

2.2.1. Kerusakan beton

Macam-macam kerusakan beton :

a. Retak ( Crack ) Retak (crack) terjadi pada permukaan beton karena mengalami penyusutan, lendutan akibat beban hidup (live load)/ beban mati (dead load), akibat gempa bumi maupun perbedaan temperatur yang tinggi pada waktu proses pengeringan.

b. Pengelupasan beton ( Spalling ) Pengelupasan (spalling) pada struktur yaitu terkelupasnya selimut beton besar atau kecil sehingga tulangan pada beton tersebut terlihat, hal ini apabila dibiarkan dengan bertambahnya waktu, tulangan akan berkarat / korosi akhirnya patah.

c. Disintegrasi Bagian yang terlemah dari beton akan mengalami disintegrasi, permukaan beton menjadi kasar, karena umur akan terjadi proses alami yang mengalami pelapukan pada bidang-bidang terluar beton, proses pelapukan beton akibat lingkungan agresif antara lain air laut, karbonasi dan lain-lain. Beton yang berhubungan dengan lingkungan yang berkadar asam akan lebih cepat mengalami disintegrasi.

d. Patah Patah yang terjadi pada beton biasanya dikarenakan struktur beton yang tidak mampu untuk menahan beban. Kerusakan ini bisa terjadi karena pada saat pembuatan campuran beton (mix design) kurang diperhatikan proporsi yang digunakan. Sebelum pembuatan campuran beton harus menghitung beban-beban yang akan menimpa struktur beton tersebut agar patah pada beton tidak terjadi.

e. Keropos Keropos merupakan jenis kerusakan yang disebabkan salah satunya karena umur beton yang terlalu lama. Jenis kerusakan ini juga bisa timbul karena pengerjaan beton yang kurang baik, agregat terlalu kasar, kurangnya butiran halus yang termasuk semen, faktor air semen tidak tepat, pemadatan yang tidak sempurna karena rapatnya tulangan, pasta semen keluar dari cetakan yang tidak rapat.

f. Delaminasi Beton mengelupas sampai kelihatan tulangannya disebut delaminasi. Kerusakan ini bisa terjadi pada konstruksi bangunan dikarenakan, kegagalan pada pembuatan campuran, reaksi kimia, kelebihan beban dan sebagainya, sehingga perlu diperhitungkan agar kerusakan ini tidak terjadi pada konstruksi bangunan.

Penyebab kerusakan beton :

a. Pengaruh Mekanis Beton dapat mengalami kerusakan karena adanya pengaruh mekanis, seperti : pengikisan permukaan oleh air, ledakan, gempa bumi dan pembebanan yang berlebihan. Kerusakan beton akibat pengaruh mekanis ini dapat bervariasi dari kerusakan permukaan sampai hancur berkeping-keping.

b. Pengaruh fisik Pengaruh fisik yang dapat menyebabkan kerusakan pada beton antara lain pengaruh temperatur (panas hidrasi, kebakaran), susut dan rayap, pelesakan yang tidak sama dari pondasi atau perletakan.

c. Pengaruh kimia Pengaruh kimia yang bisa merusak beton antara lain serangan asam karena semen portland dan semen campuran mempunyai ketahanan yang rendah terhadap asam. Pengaruh lain adalah serangan sulfat yang mana hampir semua sulfat dapat merusak pasta semen. Terjadinya korosi juga dapat menjadi penyebab kerusakan pada beton.

d. Kerusakan akibat pengaruh pekerja Pekerja yang berpengalaman sangat penting dalam proses pelaksanaan beton. Banyak kerusakan akibat dari ketidaktelitian pelaksanaan seperti kurangnya kekokohan dari bekisting, tidak tepatnya pemilihan jenis semen, penggunaan bahan kimia tambahan yang mengandung sulfat.

2.2.2. Metode Perbaikan Beton

Pemilihan metode perbaikan beton umumnya tergantung pada jenis kerusakannya, luas kerusakan, lokasi kerusakan, lingkungan, kemampuan tenaga kerja, serta batasan – batasan lainnya seperti waktu pelaksanaan maupun biaya perbaikan.

Macam – macan metode perbaikan beton :

a. Patching Patching adalah metode perbaikan manual dengan melakukan penempelan mortar secara manual pada area yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu dalam (kurang a. Patching Patching adalah metode perbaikan manual dengan melakukan penempelan mortar secara manual pada area yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu dalam (kurang

b. Grouting Grouting adalah metode perbaikan manual (gravitasi) atau menggunakan pompa pada daerah perbaikan yang sulit (melebihi selimut beton). Pada saat pelaksanaan yang perlu diperhatikan adalah bekisting yang terpasang harus benar-benar kedap, agar tidak ada kebocoran spesi yang mengakibatkan terjadinya keropos dan harus kuat agar mampu menahan tekanan dari bahan grouting. Material yang dipakai adalah berbahan dasar semen dan epoxy.

c. Shot-crete (Beton Tembak) Beton Tembak (Shot-crete) adalah metode perbaikan yang tidak memerlukan bekisting seperti pengecoran pada umumnya yang digunakan untuk memperbaiki kerusakan pada area yang sangat luas. Metode shotcrete terdiri dari dry-mix dan wet-mix . Perbedaan kedua sistem ini adalah pada cara dan tempat di mana air dimasukkan ke dalam campuran. Metode dry-mix adalah campuran semen dan bahan tambahan dengan tekanan udara dihembuskan ke kepala semprot air yang bertekanan rendah ditekankan ke dalam campuran. Metode wet-mix adalah campuran semen dan bahan tambahan dialirkan melalui pompa ke kepala semprot air yang bertekanan tinggi disemprotkan ke lapisan dasar.

d. Grout Preplaced Aggregat (Beton Prepack) Grout Preplaced Aggregat (Beton Prepack) adalah metode perbaikan beton dengan cara menempatkan sejumlah agregat (umumnya 40% dari volume kerusakan) ke dalam bekisting, setelah itu melakukan pemompaan bahan grout ke dalam bekisting. Pada umumnya digunakan untuk memperbaiki kerusakan pada area yang cukup dalam. Material yang digunakan adalah polymer grout dengan flow cukup tinggi dan tidak susut.

e. Coating Coating adalah metode perbaikan beton dengan cara melapisi permukaan beton (mengoleskan atau menyemprotkan) menggunakan bahan yang bersifat plastik dan cair. Lapisan ini digunakan untuk menyelimuti beton terhadap lingkungan yang merusak beton.

f. Injeksi (injection) Injeksi (injection) adalah metode perbaikan beton dengan memasukkan bahan yang bersifat encer ke dalam celah atau retakan pada beton, kemudian menyuntikkannya dengan tekanan, sampai lubang atau celah lain telah terisi atau mengalir ke luar. Metode injeksi ini merupakan metode yang digunakan untuk perbaikan beton yang terjadi retak-retak ringan. Material yang digunakan adalah polymer mortar atau polyurethane sealant dan epoxy.

g. Overlay Overlay adalah metode perbaikan kerusakan beton pada seluruh permukaan, oleh karena itu sebelum dilakukannya metode ini perlu persiapan-persiapan permukaan yang akan diperbaiki.

h. Jacketting Jacketing adalah perlindungan beton terhadap kerusakan dengan menggunakan bahan selubung yang berupa baja, karet dan beton komposit. Pekerjaan jacketing bisa dilaksanakan untuk permukaan beton yang mengalami pelapukan atau disintegrasi.

2.2.3. Metode Patch Repair

Metode patch repair adalah metode perbaikan manual dengan melakukan penempelan mortar secara manual dan harus memperhatikan penekanan pada saat mortar ditempelkan, sehingga benar-benar didapatkan hasil yang padat.

Permukaan beton yang akan diperbaiki atau diperkuat perlu dipersiapkan dengan tujuan agar terjadi ikatan yang baik, sehingga material perbaikan atau perkuatan dengan beton lama menjadi satu kesatuan. Permukaan tersebut harus merupakan permukaan yang kuat, padat, tidak keropos ataupun bagian lemah lainnya serta harus bersih dari debu dan kotoran lainnya.

Persiapan-persiapan permukaan beton yang akan diperbaiki antara lain:

a. Erosion (pengikisan) Erosion dilakukan untuk meratakan atau pengasaran permukaan beton. Pengikisan dilakukan dengan menggunakan gerinda atau sejenisnya.

b. Impact (kejut) Impact pada permukaan beton yang akan diperbaiki dilakukan untuk mendapatkan nilai kuat tarik dan kuat tekan beton yang lebih baik.

c. Pulverization (menghancurkan permukaan beton) Penghancuran ini dilakukan dengan cara menabrakan partikel kecil dengan kecepatan yang tinggi ke permukaan beton.

d. Expansive pressure Persiapan ini bisa dilakukan dengan dua cara yaitu steam dan water. Steam dilakukan dengan temperatur sumber panas yang tinggi, sedangkan cara water dilakukan menggunakan water jetting yang bekerja dengan tekanan yang tinggi sama dengan cara steam.

Permukaan yang sudah dipersiapkan sangat tergantung pada material yang digunakan. Untuk material berbahan dasar semen atau polymer, permukaan beton harus dijenuhkan terlebih dahulu, tetapi bila material yang digunakan berbahan dasar epoxy , maka permukaan beton harus dalam keadaan kering.

Adapun syarat-syarat material patch repair, yaitu :

a. Daya lekat yang kuat. Kelekatan antara material repair dengan beton yang akan diperbaiki harus menyatu dengan baik sehingga menjadi satu kesatuan beton yang utuh.

b. Deformable pada beton. Material repair harus menyesuaikan bentuk beton yang akan diperbaiki.

c. Tidak mengurangi kekuatan beton. Material repair yang akan digunakan untuk memperbaiki beton mampu menahan beban yang sama pada beton yang akan diperbaiki.

d. Tidak susut. Material repair tidak terjadi susut agar beton yang akan diperbaiki tidak kehilangan kekuatan sebagian.

Ada beberapa material patch repair yang dapat digunakan, antara lain :

1. Portland Cement Mortar.

2. Portland Cement Concrete.

3. Microsilica-Modified Portland Cement Concrete.

4. Polymer-Modified Portland Cement Concrete.

5. Polymer-Modified Portland Cement Mortar.

6. Magnesium Phosphate Cement Concrete.

7. Preplaced aggregate Concrete.

8. Epoxy Mortar.

9. Methyl Methacrylate (MMA) Concrete.

10. Shotcrete.

2.3. Mortar

Mortar merupakan campuran antara semen portland atau semen hidrolis yang lain, agregat halus, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat. Campuran mortar dengan penambahan bahan tambahan akan diperoleh perubahan sifat sifat tertentu dari mortar tersebut.

2.3.1. Material Penyusun Mortar

a. Agregat Halus Atau Pasir Agregat halus dalam beton adalah pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh pemecah batu. Agregat

halus berperan penting sebagai pembentuk beton dalam pengendalian workability, kekuatan dan keawetan beton, oleh karena itu pemakaian pasir sebagai pembentuk beton harus dilakukan secara selektif. Syarat – syarat agregat halus (pasir) sebagai bahan material pembuatan beton sesuai dengan ASTM C 33 adalah:

1) Material dari bahan alami dengan kekasaran permukaan yang optimal sehingga kuat tekan beton besar.

2) Butiran tajam, keras, kekal (durable) dan tidak bereaksi dengan material beton lainnya.

3) Berat jenis agregat tinggi yang berarti agregat padat sehingga beton yang dihasilkan padat dan awet.

4) Gradasi sesuai spesifikasi dan hindari gap graded aggregate karena akan membutuhkan semen lebih banyak untuk mengisi rongga.

5) Bentuk yang baik adalah bulat, karena akan saling mengisi rongga dan jika ada bentuk yang pipih dan lonjong dibatasi maksimal 15% berat total agregat.

6) Kadar lumpur agregat tidak lebih dari 5 % terhadap berat kering karena akan berpengaruh pada kuat tekan beton.

a. Air Air merupakan bahan dasar penyusun mortar yang paling penting. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen dan menyebabkan terjadinya pengikatan antara pasta semen dengan agregat, sedangkan fungsi lain sebagai bahan pelumas antara butir-butir agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Proporsi air yang sedikit akan memberikan kekuatan pada beton, tetapi kelemasan atau daya kerjanya akan berkurang. Sedang proporsi yang besar akan memberikan kemudahan pengerjaan, tetapi kekuatan hancur mortar menjadi rendah.

c. Semen Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif dan kohesif yang memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi satu massa yang padat. Meskipun definisi ini dapat diterapkan untuk banyak jenis bahan, semen yang dimaksudkan untuk konstruksi beton adalah bahan jadi dan mengeras dengan adanya air yang dinamakan semen hidraulis. Salah satu jenis semen yang biasa dipakai dalam pembuatan beton adalah semen Portland ( Portland cement).

Bahan baku semen yaitu kapur (CaO), Silika (S 1 O 2 ), dan Alumina (Al 2 O 3 ) dan bahan tambahan lain pada suhu tertentu dipertahankan hingga terjadi butiran semen.

d. Bahan Tambah (Admixture) Bahan tambah (admixture) ialah bahan selain unsur pokok (air, semen, dan agregat) yang ditambahkan pada adukan mortar maupun beton, sebelum, segera atau selama pengadukan beton. Tujuannya adalah untuk mengubah satu atau lebih sifat-sifat mortar sewaktu masih dalam keadaan segar atau setelah mengeras. Dengan penggunaan bahan tambah diharapkan dapat membuat campuran mortar menjadi lebih liat dan lengket, selain itu diharapkan pula tercapai workabilitas yang tinggi umtuk mempermudah proses perbaikan beton. Dalam penelitian ini digunakan superplasticizer yaitu Sikament NN dan accelerator jenis Sikaset.

Menurut ASTM C-194, superplasticizer adalah campuran atau bahan aditif pengurang air yang sangat efektif. Superplasticizer mempunyai tingkat dosis yang dapat meningkatkan workability, kuat desak, daya kedap air, nilai slump, serta kepadatan dan kerapatan beton dan sebagainya. Sikament NN adalah bahan tambah untuk campuran beton maupun mortar yang berbentuk cairan, sehingga bahan tambah ini akan lebih dapat bercampur dan bereaksi dengan campuran mortar yang lain di dalam adukan mortar. Maka diharapkan dapat menghasilkan mortar yang cair sehingga memiliki tingkat pengerjaan yang tinggi dan memiliki mutu yang tinggi dengan faktor air semen seminimal mungkin.

Accelerator adalah bahan tambah yang berfungsi untuk untuk mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton maupun mortar, bahan ini digunakan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan dan mempercepat pencapaian kekuatan pada beton maupun mortar. Bahan ini digunakan jika penuangan adukan dilakukan dibawah air, atau pada struktur beton yang memerlukan pengerasan segera.

2.4. Polymer

Retak pada beton dapat mempengaruhi ketahanan beton itu sendiri. Semakin kecil dan sedikit retakan pada beton maka ketahanan beton akan meningkat. Penambahan polymer pada repair material ini bertujuan untuk memperkuat dan sekaligus mengikat repair mortar dengan beton pada lapisan overlay. Polymer memberikan sifat yang flexible pada mortar sehingga material yang dihasilkan setelah kering memiliki flexibilitas yang lebih baik dibandingkan dengan material yang terbentuk dari campuran semen biasa. Bahan polymer yang terkandung di dalam campuran repair material diharapkan mampu memodifikasi kelemahan komposit beton normal dengan repair mortar. Diharapkan polymer tersebut mampu mengisi porositas, sehingga total porositas yang terbentuk dapat berkurang. Dengan adanya penambahan polymer pada repair material, diharapkan retakan yang mungkin timbul akan berkurang, sehingga selain kekuatan meningkat, ketahanan komposit beton normal dengan repair material akan meningkat pula (Andayani, 2007).

Dalam penelitian ini, modifier polymer yang digunakan adalah resin bening produk dari PT. Brataco. Resin bila dicampurkan dengan hardener akan membentuk epoxy resin. Epoxy resin merupakan komponen yang mempunyai daya rekat yang sangat tinggi antara beton normal dengan repair material serta memiliki sifat permeabilitas yang rendah. Namun sering kali epoxy tidak kompatibel dengan beton normal, sehingga menghasilkan kegagalan di awal perbaikan. Penggunaan agregat yang lebih besar dapat meningkatkan kompatibilitas termal dengan beton dan mengurangi resiko debond. Pemilihan campuran epoxy tertentu harus didasarkan pada kondisi lingkungan.

Epoxy secara substansial meningkatkan kualitas mortar semen, seperti :

1) Lapisan tahan abrasi

2) Memiliki kekuatan awal tinggi

3) Kuat tekan, tarik dan lentur tinggi

4) Memiliki ketahanan kimia yang cukup baik

5) Tahan air

6) Dapat mengurangi terjadinya penyusutan

Modifikasi polymer dalam campuran repair material dapat meningkatkan kekuatan tarik dan lentur pada komposit beton normal dengan mortar serta dapat mengurangi sifat rapuh. Penambahan polymer pada repair material akan memperkuat ikatan antara repair material dengan beton pada saat proses pelapisan atau penambalan.

2.5. Susut (shrinkage)

2.5.1. Definisi Susut (shrinkage)

Proses susut secara umum didefinisikan sebagai perubahan volume yang tidak berhubungan dengan beban. Pada umumnya faktor-faktor yang mempengaruhi rangkak

juga mempengaruhi susut, khususnya faktor-faktor yang berhubungan dengan hilangnya kelembaban. (Istimawan Dipohusodo, 1994).

Apabila beton mulai mengeras, berarti beton tersebut akan mengalami susut. Shrinkage atau susut pada beton dapat disebabkan air karena proses evaporasi, serta disebabkan oleh karbonasi (reaksi antara CO2 yang ada di atmosfer dan yang ada di pasta semen). Satuan shrinkage dinyatakan dalam mm per mm (in per in), tetapi biasanya dinyatakan dalam microstrain.

Proses kehilangan air dari dalam mortar sehingga menyebabkan penyusutan merupakan sesuatu yang menarik untuk diketahui. Berikut ini adalah mekanisme penyusutan dalam mortar:

1. Pasta semen terdiri dari pori-pori kapiler besar dan kecil. Seiring bertambahnya umur mortar, pori-pori yang terisi air tersebut akan menguap. Air yang pertama menguap adalah air yang terdapat pada pori yang besar, berlangsung pada pori yang besar habis. Berkurangnya air dari pori yang besar ini belum menyebabkan timbulnya tegangan kapiler yang cukup untuk menimbulkan shrinkage, ketika sudah tidak ada lagi sumber air dalam pori yang besar, air dari kapiler mortar yang lebih kecil dan lebih halus secara berangsur angsur akan mulai menguap. Kehilangan air dari kapiler kecil inilah yang menimbulkan tegangan signifikan sehingga menyebabkan penyusutan.

2. Luas permukaan dari sistem koloid pasta semen cukup luas, karena itu air yang terserap di permukaan akan mempengarungi keseluruhan sifat koloidal tersebut. Ketika air menguap maka terjadi perubahan energi di dalam sistem koloid silikat hidrat. Perubahan energi ini akan menyebabkan penyusutan.

2.5.2. Macam-Macam Susut (shrinkage)

Macam-macam susut yang terjadi pada beton adalah :

a. Susut plastic (plastic shrinkage) Adalah perubahan volume akibat berkurangnya air dalam beton segar (fresh concrete) pada proses hidrasi. Berkurangnya air tersebut diakibatkan adanya penguapan air dari permukaan beton (evaporasi) dan penyerapan air (absorbsi) oleh cetakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi susut plastik antara lain suhu udara, kelembaban relatif, dan kecepatan angin. Susut plastik terjadi beberapa jam setelah beton di cor ke dalam cetakan. (Nawy, 2001) a. Susut plastic (plastic shrinkage) Adalah perubahan volume akibat berkurangnya air dalam beton segar (fresh concrete) pada proses hidrasi. Berkurangnya air tersebut diakibatkan adanya penguapan air dari permukaan beton (evaporasi) dan penyerapan air (absorbsi) oleh cetakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi susut plastik antara lain suhu udara, kelembaban relatif, dan kecepatan angin. Susut plastik terjadi beberapa jam setelah beton di cor ke dalam cetakan. (Nawy, 2001)

Drying shrinkage dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis kehalusan semen, jumlah dan modulus elastisitas agregat, kelembaban udara, faktor air semen, ukuran dan bentuk beton dan campuran kimia.

c. Susut Karbonasi (carbonation shrinkage) Karbonasi adalah reaksi kimia antara CO 2 dengan hasil hidrasi semen, dimana gas CO 2 berasal dari udara sekitar. Pada daerah lembab gas CO 2 membentuk asam karbonat yang akan bereaksi dengan Ca(OH) 2 dan membentuk CaCO 3 , sedangkan komponen semen yang lain akan terurai. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya susut dari proses karbonasi tersebut.

d. Autogenous Shrinkage Adalah penyusutan yang disebabkan oleh berkurangnya air pori karena di konsumsi semen untuk proses hidrasi sehingga menyebabkan naiknya tegangan pori. Autogenous shrinkage dimulai beberapa jam setelah beton di cor kedalam cetakan. Pada awal proses hidrasi rongga-rongga dipenuhi oleh partikel semen secara bertahap diganti oleh rongga yang di isi oleh produk-produk hasil hidrasi. Pada awal pengerasan, sebagian besar pori-pori kapiler dan partikel agregat dalam keadaan jenuh, ketika proses hidrasi berlanjut air yang dibutuhkan untuk proses hidrasi ini tersedia cukup dengan adanya external curing, namun bila beton tertutup rapat dan tidak mendapatkan external curing , maka semen mengkonsumsi air pori yang ada dalam beton untuk proses hidrasi tersebut (self d. Autogenous Shrinkage Adalah penyusutan yang disebabkan oleh berkurangnya air pori karena di konsumsi semen untuk proses hidrasi sehingga menyebabkan naiknya tegangan pori. Autogenous shrinkage dimulai beberapa jam setelah beton di cor kedalam cetakan. Pada awal proses hidrasi rongga-rongga dipenuhi oleh partikel semen secara bertahap diganti oleh rongga yang di isi oleh produk-produk hasil hidrasi. Pada awal pengerasan, sebagian besar pori-pori kapiler dan partikel agregat dalam keadaan jenuh, ketika proses hidrasi berlanjut air yang dibutuhkan untuk proses hidrasi ini tersedia cukup dengan adanya external curing, namun bila beton tertutup rapat dan tidak mendapatkan external curing , maka semen mengkonsumsi air pori yang ada dalam beton untuk proses hidrasi tersebut (self

2.5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Susut (Shrinkage)

Menurut (Edward G. Nawy, 2001) faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya susut adalah :

1. Agregat Agregat bereaksi menahan susut pasta semen, jadi beton dengan kandungan lebih banyak agregat akan lebih sedikit mengalami susut. Selain itu, derajat pengekangan suatu beton ditentukan oleh besaran agregat. Beton dengan modulus elastisitas tinggi atau dengan permukaan kasar akan lebih dapat menahan proses susut.

2. Rasio air semen Semakin tinggi rasio air semen, semakin tinggi pula susut.

3. Banyaknya penulangan Beton bertulang menyusut lebih sedikit dari pada beton polos, perbedaan relatifnya merupakan fungsi dari persentase penulangan.

4. Ukuran elemen beton Baik laju maupun besar total susut berkurang apabila volume elemen beton semakin besar. Namun durasi susut akan lebih lama untuk komponen struktur yang lebih besar karena lebih banyak waktu yang dibutuhkan dalam pengeringan untuk mencapai pengeringan daerah dalam. Mungkin saja satu tahun dibutuhkan 4. Ukuran elemen beton Baik laju maupun besar total susut berkurang apabila volume elemen beton semakin besar. Namun durasi susut akan lebih lama untuk komponen struktur yang lebih besar karena lebih banyak waktu yang dibutuhkan dalam pengeringan untuk mencapai pengeringan daerah dalam. Mungkin saja satu tahun dibutuhkan

5. Bahan tambahan Efek ini bervariasi bergantung pada jenis bahan tambahan, accelerator seperti kalsium klorida yang digunakan untuk mempercepat pengerasan beton, ternyata memperbesar susut. Pozzolan juga dapat memperbesar susut pengeringan, sedangkan bahan-bahan pemerangkap udara hanya sedikit mempunyai pengaruh.

6. Kondisi kelembaban sekitar Kondisi relatif pada lingkungan sekitar sangat mempengaruhi besarnya susut. Laju penyusutan lebih kecil pada kelembaban relatif yang lebih tinggi. Temperatur lingkungan juga merupakan faktor. Itu sebabnya susut menjadi stabil pada temperatur rendah.

7. Jenis semen Semen yang cepat mengering akan susut lebih banyak dibandingkan jenis-jenis lainnya. Sedangkan semen pengkompensasi susut akan mengurangi atau mengeliminasi retak susut apabila digunakan bersama tulangan pengekang.

8. Karbonasi Banyaknya susut gabungan bergantung pada urutan proses karbonasi dan

pengeringan, susut karbonasi disebabkan oleh reaksi antar karbon dioksida (CO) 2 yang ada di atmosfer dan yang ada di pasta semen. Apabila kedua fenomena tersebut terjadi secara simultan, maka susut yang terjadi akan lebih sedikit. Proses karbonasi dapat sangat tereduksi pada kelembaban relatif di bawah 50 persen.

2.5.4. Efek Susut (Shrinkage)

Gejala susut terjadi karena beton kehilangan kelembabannya yang disebabkan oleh penguapan ataupun digunakan untuk hidrasi semen. Adanya susut yang berlebihan pada struktur akan menyebabkan deformasi seiring bertambahnya umur beton. Pada beton bertulang susut yang terjadi dapat menimbulkan tegangan tekan pada baja dan tegangan tarik pada beton. Efek yang paling terlihat pada struktur yaitu timbulnya retak-retak pada struktur dalam jangka waktu yang relatif lama. Pada struktur beton prategang susut dapat menyebabkan kehilangan prategang, dimana kehilangan prategangnya harus dibatasi.

2.5.5. Prediksi Shrinkage Jangka Panjang

Shrinkage yang terjadi pada beton tidak hanya terjadi sesaat setelah beton selesai dicor atau dicetak, namun akan terjadi sepanjang waktu seiring dengan bertambahnya umur beton tersebut. Besarnya nilai shrinkage yang akan terjadi sepanjang waktu harus diperhitungkan dengan memprediksikan nilai shrinkage jangka panjang. Salah satu cara memprediksikan penyusutan beton jangka panjang menurut ACI 209R-92. Didalam memprediksikan shrinkage jangka panjang, diperlukan data atau nilai shrinkage yang telah diteliti dari pengujian jangka pendek (28) hari.

Pengukuran shrinkage pada beton dilakukan dengan membandingkan antara selisih panjang awal dan panjang akhir dengan panjang mula-mula benda uji tanpa pembebanan.

Shrinkage

t 0 t 1 t 2 Waktu

Gambar 2.1. Hubungan Susut (shrinkage) dengan waktu

Tabel 2.1. Cara Perhitungan Nilai Shrinkage Time

Length Perubahan Panjang Dari L 0 Shrinkage t 0 L 0 0 0

t 1 L 1 L 0 –L 1 (L 0 –L 1 )/L 0

t 2 L 2 L 0 –L 2 (L 0 –L 2 )/L 0

Dari gambar diatas dapat diambil rumus sebagai berikut :

Dengan : ε sh

= Besar nilai shrinkage

ΔL = Perubahan Panjang setelah t waktu (mm) L 0 = Panjang mula-mula (mm)

ACI 209R-92 merekomendasikan untuk memprediksi penyusutan beton jangka panjang dari data-data jangka pendek dengan rumus sebagai berikut :

Dengan :

t = Umur pengujian ε sh(t) = Shrinkage umur t (selama pengujian) ε sh(u) = Ultimate Shrinkage

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Umum