Esterifikasi Rekristalisasi Pengambilan Bahan Baku Pengubahan Kalium Diklofenak

9

2.1.6 Efek samping

Diklofenak menimbulkan efek samping pada sekitar 20 pasien, akibatnya sekitar 2 pasien menghentikan terapi. Efek saluran cerna merupakan yang paling umum, perdarahan dan pembentukan ulser atau perforasi dinding usus. Respon lain yang tidak diinginkan terhadap diklofenak antara lain efek SSP, ruam kulit, reaksi alergi, retensi cairan, edema dan yang jarang, gangguan fungsi ginjal. Obat ini tidak dianjurkan untuk anak-anak, ibu menyusui, atau wanita hamil Roberts dan Morrow, 2001.

2.2 Esterifikasi

Kondensasi alkohol dan asam karboksilat yang dikatalis asam membentuk sebuah ester dan air yang disebut sebagai esterifikasi Fischer. Esterifikasi Fischer bersifat reversibel, dan posisi kesetimbangan biasanya bergeser sedikit ke arah produk. Untuk preparasi ester posisi kesetimbangan dapat dibuat lebih menguntungkan dengan menggunakan baik alkohol maupun asam karboksilat yang berlebih. Komponen yang penggunaannya berlebih tergantung pada ketersediaan dan biaya. Salah satu cara untuk menggeser posisi kesetimbangan ke arah ester adalah dengan menghilangkan air dari campuran reaksi Carey, 2008. 10 Gambar 2.1 Mekanisme reaksi esterifikasi suasana asam Riswiyanto, 2009 Reaksi esterifikasi dikatalis oleh asam. Reaksi ini berlangsung lambat tanpa adanya asam kuat, tetapi mencapai kesetimbangan dalam waktu yang singkat ketika suatu asam dan alkohol direfluks bersama dengan asam sulfat atau asam klorida dalam konsentrasi yang kecil Solomons, 1988.

2.3 Rekristalisasi

Pengkristalan kembali rekristalisasi melibatkan pemurnian suatu zat padat dengan jalan melarutkan zat padat tersebut, mengurangi volume larutannya dengan pemanasan, dan kemudian mendinginkan larutan. Dengan memanaskan larutan, pelarut akan menguap hingga larutan mencapai titik lewat jenuh. Saat larutan mendingin, kelarutan akan berkurang secara cepat dan senyawa mulai mengendap Bresnick, 2004. Agar rekristalisasi berjalan baik, kotoran setidak-tidaknya harus dapat larut dalam pelarut untuk rekristalisasi atau mempunyai kelarutan lebih besar daripada 11 senyawa yang diinginkan. Jika hal ini tidak terpenuhi, kotoran akan ikut mengkristal bersama senyawa yang diinginkan Bresnick, 2004.

2.4 Spektrofotometri Inframerah

Hampir beberapa senyawa mempunyai ikatan kovalen, baik senyawa organik maupun anorganik akan mengabsorbsi berbagai frekuensi radiasi elektromagnetik pada wilayah spektrum inframerah. Wilayah inframerah dari spektrum elektromagnetik berada pada panjang gelombang yang lebih panjang daripada sinar tampak yang berada pada rentang panjang gelombang 400-800 nm 1 nm = 10 -9 m, tetapi berada pada panjang gelombang gelombang yang lebih pendek daripada sinar gelombang mikro yang mempunyai panjang gelombang lebih panjang dari 1 nm. Radiasi inframerah terdapat pada panjang gelombang λ antara 2.5μ dan 15μ 1μ = 1 mikron = 1μm =10 -6 m Pavia, et al., 1979. Molekul dengan struktur yang berbeda tidak akan ada yang mempunyai pola absorbsi dan spektrum inframerah yang sama karena setiap ikatan yang berbeda mempunyai frekuensi getaran yang berbeda, dan juga karena setiap jenis ikatan kimia yang sama pada dua senyawa yang berbeda berada pada lingkungan yang sedikit berbeda Pavia, et al., 1979. Dalam proses absorbsi, frekuensi-frekuensi radiasi inframerah yang bersesuaian dengan frekuensi vibrasi molekul akan diserap dan akan meningkatkan amplitudo gerakan-gerakan vibrasional ikatan dalam molekul. Supaya molekul menyerap radiasi inframerah, maka molekul tersebut harus mempunyai gambaran sspesifik, yakni momen dipol molekul harus berubah selama vibrasi Gandjar dan Rohman, 2012. 12 Tabel 2.1 Frekuensi regangan IR Sumber: Pavia, et al., 1979 Gugus fungsi Frekuensi cm -1 Intensitas C-H Alkana 3000 - 2850 Kuat -CH 3 1450 dan 1375 Medium -CH 2 1465 Medium Alkena 3100 - 3000 Medium Aromatis 3150 - 3050 Kuat Alkuna 3300 Kuat C=C Alkena 1680 - 1600 Medium - Lemah Aromatis 1600 dan 1475 Medium - Lemah C C Alkuna 2250 - 2100 Medium - Lemah C=O Aldehid 1740 - 1720 Kuat Keton 1725 - 1705 Kuat Asam karboksilat 1725 - 1700 Kuat Ester 1750 - 1730 Kuat Amida 1670 - 1640 Kuat Anhidrida 1810 dan 1760 Kuat Asam klorida 1800 Kuat C-O Alkohol, Eter, Ester, Asam karboksilat, Anhidrida 1300 - 1000 Kuat O-H Alkohol, Fenol Bebas 3650 - 3600 Medium Terikat 3500 - 3200 Medium Asam karboksilat 3400 - 2400 Medium N-H Primer, Sekunder dan Amida 3500 - 3100 Medium C-N Amina 1350 - 1000 Medium - Kuat C=N Imin dan Oxim 1690 - 1640 Lemah - Kuat C N Nitril 2260 - 2240 Medium N=O Nitro 1550 dan 1350 Kuat C-X Fluorida 1400 - 1000 Kuat Klorida 800 - 600 Kuat Bromida, Iodida 667 Kuat Menurut Meislich, et al., 1980, pada bilangan gelombang antara 1400 dan 800 cm -1 ada banyak puncak yang sulit untuk dianalisa. Namun rentang ini disebut dengan daerah sidik jari, yang digunakan untuk menentukan apakah suatu senyawa sama. 13

2.4.1 Prinsip

Radiasi inframerah dari frekuensi yang kurang dari 100 cm -1 diabsorbsi dan dikonversi oleh molekul organik menjadi energi rotasi molekul. Absorbsi terukur, maka spektrum rotasi molekul terdiri dari bercirikan garis. Radiasi inframerah pada rentang 10000-100 cm -1 diabsorbsi dan dikonversi oleh molekul organik menjadi energi vibrasi molekul. Absorbsi ini terukur, tapi spektra vibrasi lebih tampak sebagai pita daripada garis karena perubahan energi vibrasi tunggal diikuti oleh perubahan sejumlah energi rotasi Silverstein, et al., 2005.

2.4.2 Spektrofotometer FT-IR

Spektrofotometer FT-IR didasarkan pada ide adanya interferensi radiasi antara 2 berkas sinar untuk menghasilkan suatu interferogram. Interferogram merupakan sinyal yang dihasilkan sebagai fungsi perubahan celah optik antara 2 berkas sinar. Radiasi yang berasal dari sumber sinar dilewatkan melalui interferometer ke sampel sebelum mencapai detektor. Selama penguatan amplifikasi sinyal, yang mana kontribusi-kontribusi frekuensi tinggi telah dihilangkan dengan filter, maka data diubah ke bentuk digital dengan analog-to- digital converter dan dipindahkan ke komputer untuk menjalani transformasi Fourier Gandjar dan Rohman, 2012. Gambar 2.2 Komponen utama dalam FT-IR Sumber: Gandjar dan Rohman, 2012 Sumber sinar Interferometer Sampel Detektor Penguat Amplifier Pengubah analog ke digital Komputer 14

2.5 Kromatografi Gas Gas Chromatography

Kromatografi gas KG merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan deteksi senyawa–senyawa orgnik yang mudah menguap dan senyawa- senyawa gas anorganik dalam suatu campuran. Kegunaan umum KG adalah untuk melakukan pemisahan dinamis dan identifikasi semua jenis senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan juga untuk melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa dalam suatu campuran Gandjar dan Rohman, 2012. Karena pemisahan campuran senyawa dalam kolom terjadi ketika senyawa dalam keadaan gas, maka sampel-sampel padat ataupun cairan harus pertama kali diuapkan. Hal inilah yang membatasi penggunaan KG yang mana KG digunakan untuk analisis senyawa yang stabil terhadap panas dan mudah diuapkan. Untuk sampel gas, sampel dapat langsung diambil dengan penyuntik syringe yang ketat terhadap gas Gandjar dan Rohman, 2012.

2.5.1 Prinsip kromatografi gas

Prinsip kromatografi gas merupakan teknik pemisahan yang mana solut- solut yang mudah menguap dan stabil terhadap panas bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio distribusinya. Pada umumnya solut akan terelusi berdasarkan pada peningkatan titik didihnya. Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara solut dengan fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solut dari ujung kolom lalu menghantarkannya ke detektor. Penggunaan suhu yang meningkat biasanya pada kisaran 50 – 350 C bertujuan untuk menjamin bahwa solut akan menguap dan karenanya akan cepat terelusi Gandjar dan Rohman, 2012. 15

2.5.2 Sistem peralatan kromatografi gas

Suatu kromatograf gas tersusun dari berbagai komponen dalam suatu bingkai khusus. Komponen-komponen ini mencakup injektor, kolom, dan detektor, yang dihubungkan dengan suatu oven yang dikontrol secara termostatik yang membuat kolom mampu mencapai suhu tinggi. Fase gerak yang membawa analit menuju kolom merupakan suatu gas dan dirujuk sebagai gas pembawa. Aliran gas pembawa, yang dikontrol secara teliti, akan mampu memberikan waktu retensi yang reprodusibel. Selain itu, kromatograf juga dilengkapi dengan komputer yang dilengkapi dengan perangkat pengolah data Gandjar dan Rohman, 2012. Gambar 2.3 Diagram skematik kromatograf gas McNair dan Miller, 2009

2.5.2.1 Fase gerak

Fase gerak pada kromatografi gas juga disebut dengan gas pembwa karena tujuan awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom, oleh karena itu gas pembawa tidak berpengaruh pada selektivitas. Syarat gas pembawa adalah: tidak reaktif, murnikering karena kalau tidak murni akan berpengaruh pada detektor, dan dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi Gandjar dan Rohman, 2012. 16

2.5.2.2 Tempat pemasukan sampel injektor

Injektor merupakan suatu jalan masuk sampel ke kromatograf, mempunyai fungsi yang berbeda. Disamping peranannya sebagai jalan masuk sampel, injektor harus mampu menguapkan sampel, mencampurkannya dengan gas pembawa, dan membawa sampel ke ujung depan kolom Gandjar dan Rohman, 2012.

2.5.2.3 Kolom dan fase diam

Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena didalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen utama pada kromatografi gas. Ada 2 jenis kolom yang berbeda dalam hal kinerjanya, yaitu kolom kemas atau packing column dan kolom kapiler atau capillary column. Pada kolom kemas, fase diam terdeposit atau terikat dengan reaksi kimia pada pendukung porus. Pada kolom kapiler, suatu lapisan tipis fase diam terdeposit pada permukaan kolom atau terikat pada permukaan bagian dalam kolom Gandjar dan Rohman, 2012. Fase diam yang digunakan pada kolom kapiler dapat bersifat non polar, polar, atau semi polar. Fase diam non polar yang paling banyak digunakan adalah metil polisiloksan HP-1; DB-1; SE-30; CPSIL-5 dan fenil 5-metilpolisiloksan 95 HP-5; DB-5; SE-52; CPSIL-8. Fase diam semi polar adalah seperti fenil 50-metilpolisiloksan 50 HP-17; DB-17; CPSIL-19, sementara itu fase diam yang polar adalah seperti polietilen glikol HP-20M; DB-WAX; CP-WAX; Carbowax-20M Gandjar dan Rohman, 2012.

2.5.2.4 Detektor

Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase gerak gas pembawa yang membawa komponen hasil pemisahan. 17 Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik. Sinyal elektronik detektor sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah antara fase diam dan fase gerak Gandjar dan Rohman, 2012.

2.5.2.5 Komputer

Kromatografi gas modern menggunakan komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunaknya software untuk digitalisasi signal detektor yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: memfasilitasi setting parameter-parameter instrumen seperti aliran fase gas, suhu oven dan pemrograman suhu, serta penyuntikan sampel secara otomatis; menampilkan kromatogram dan informasi-informasi lain dengan menggunakan grafik berwarna; merekam data kalibrasi, retensi serta perhitungan-perhitungan dengan statistik; menyimpan data parameter analisis untuk analisis senyawa tertentu Gandjar dan Rohman, 2012.

2.6 Spektrometri Massa Mass Spectrometry

Konsep spektrometri massa relatif sederhana yaitu senyawa terionisasi, ion dipisahkan berdasarkan perbandingan massa per muatan dan jumlah ion yang mewakili masing-masing satuan massa per muatan dicatat sebagai spektrum. Spektrometer massa memborbardir molekul dalam fase uap dengan berkas elektron yang tinggi dan mencatat hasil sebagai spektrum dari ion postif yang dipisahkan berdasarkan massa per muatan mz. Puncak ion positif pada mz merupakan molekul utuh M yang kehilangan satu elektron, ion tersebut ditunjukkan sebagai M .+ . Energi ion molekul tersebut menghasikan serangkaian fragmen Silverstein, et al., 2005. 18 Teknik ini digunakan sangat luas karena mampu menawarkan batas deteksi yang lebih kecil lebih sensitif. Spektrometer massa jika digunakan sebagai detektor, maka akan mampu memberikan informasi data struktur kimia senyawa yang tidak diketahui. Dengan menggunakan spektrometer massa untuk memonitor ion tunggal atau beberapa ion yang karakteristik dalam analit, maka batas deteksi ion-in ini akan ditingkatkan Gandjar dan Rohman, 2012.

2.6.1 Prinsip

Menurut Pavia, et al., 1979, spektrometer massa memainkan tiga peranan penting yaitu: 1. Molekul mengalami bombardir oleh aliran elektron berenergi tinggi, mengubah beberapa molekul menjadi ion. 2. Ion dipisahkan berdasarkan perbandingan muatan massa pada sebuah bidang listrik dan magnetik. 3. Pada akhirnya ion dengan perbandingan muatan massa tertentu dideteksi oleh suatu alat yang mampu menghitung jumlah ion yang diserang. Keluaran detektor direkam oleh sebuah recorder. Jejak dari recorder adalah sebuah spektrum massa, suatu grafik dari jumlah partikel yang dideteksi sebagai fungsi perbandingan muatan massa. Gambar 2.4 Diagram blok spektrometri massa Sumber: Silverstein, et al., 2005 19

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini akan dilakukan secara eksperimental. Penelitian meliputi sintesis butil diklofenak dengan metode esterifikasi, uji kemurnian dengan uji titik lebur hasil sintesis dan elusidasi struktur senyawa hasil sintesis dengan menggunakan FT-IR dan GC-MS. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Sintesa Obat Fakultas Farmasi USU. Elusidasi struktur senyawa dengan FT-IR dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU dan elusidasi struktur dengan GC-MS dilakukan di Laboratorium Kimia Instrumen Universitas Pendidikan Indonesia.

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium beaker glass, corong pisah, dropping funnel equalizing, erlenmeyer, gelas ukur, labu alas bulat leher tiga, pendingin bola, pendingin liebig, pipa bengkok, pipa cabang tiga, tabung reaksi, cawan porselin, GC-MS-QP2010 Ultra Shimadzu, hot plate Thermo Scientific- Cimarec, magnetic bar, melting point block apparatus Gallenkamp, neraca analatik, Spektrofotometer IR IR Prestige-21 Fourier Transform Infra Red Spectrophotometer Serial No. A210046- Shimadzu, oven, statif dan klem, tanur Phillip Harris, dan termometer. 20

3.1.2 Bahan-bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalium diklofenak, akuades, akua bidestilata, CaO, gas Nitrogen Ultra High Purity UHP dan es batu. Bahan kimia yang digunakan berkualitas pro analisis produksi E-merck : etanol, butanol, eter, H 2 SO 4 pekat, HCl pekat, AgNO 3 , Na 2 SO4 anhidrat, n-heksan, Na 2 CO 3, tetrahidrofuran THF, KBr.

3.2 Pengambilan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalium diklofenak yang diperoleh dari PT. Dexa Medica. Bahan baku disertai dengan Seritifikat analisis yang terdapat di Lampiran 1, halaman 40. 3.3 Pembuatan Pereaksi 3.3.1 Pembuatan larutan AgNO 3 5 Sebanyak 5 gram AgNO 3 dilarutkan dengan akua bidestilata sampai 100 ml.

3.3.2 Pembuatan larutan Na

2 CO 3 5 Sebanyak 5 gram Na 2 CO 3 digerus di dalam lumpang dengan sejumlah volume air suling, dienaptuangkan. Dilakukan berulang-ulang hingga volume air suling yang digunakan 100 ml.

3.3.3 Pembuatan larutan HCl 2N

Sebanyak 17 ml asam klorida pekat diencerkan dengan air suling sampai 100 ml. 21

3.3.4 Pembuatan dry ethanol

CaO diaktifkan dengan cara dipanaskan di dalam tanur suhu 450 - 500 o C selama 2-3 jam. Etanol dimasukkan ke dalam wadah yang sudah berisi CaO yang sudah diaktifkan dan didiamkan selama 24 jam, campuran disaring dan didestilasi pada titik didih etanol. Rangkaian alat destilasi dapat dilihat pada Lampiran 19, halaman 61 Armarego dan Chai, 2003.

3.3.5 Pembuatan dry buthanol

Na 2 SO 4 anhidrat diaktifkan dengan cara dipanaskan di dalam oven suhu 100 o C selama 2-3 jam. Butanol dimasukkan ke dalam wadah yang sudah berisi Na 2 SO 4 anhidrat yang sudah diaktifkan dan didiamkan selama 24 jam, kemudian campuran disaring dan didestilasi pada titik didih butanol Armarego dan Chai, 2003.

3.4 Pengubahan Kalium Diklofenak

Sebanyak 15 gram kalium diklofenak dalam labu alas bulat dilarutkan dalam 362 ml campuran etanol 99 : THF 3:1 yang ditetesi melalui dropping funnel equalizing yang dihubungkan dengan tabung gas nitrogen. Larutan didinginkan 18 o C sambil diaduk selama 10 menit, kemudian HCl 2N ditambahkan, diikuti dengan penambahan air dingin sebanyak 750 ml, dan didinginkan di lemari es hingga asam diklofenak mengendap. Asam diklofenak kemudian disaring dan dikeringkan. Rangkaian alat dapat dilihat pada Lampiran 18 , halaman 60 Hasan dan Elias, 2014. 22

3.5 Pencucian Asam Diklofenak

Dokumen yang terkait

Sintesis Propil Diklofenak Dan Elusidasi Struktur Menggunakan Fourier Transform Infra Red (Ft-Ir) Dan Gas Chromatography Mass Spectrometry (Gc-Ms)

0 71 80

Penentuan Komponen Propolis Dengan Metode Gas Chromatography-Mass Spectrometry(Gc-Ms)

11 105 122

Karakterisasi Jamu Oplosan Dengan Menggunakan Alatspektrofotometer Fourier Transform - Infra Red (Ft-Ir) Di Balai Pengujian Dan Identifikasi Barang Medan

10 83 42

Sintesis Propil Diklofenak Dan Elusidasi Struktur Menggunakan Fourier Transform Infra Red (Ft-Ir) Dan Gas Chromatography Mass Spectrometry (Gc-Ms)

0 51 80

PENDAHULUAN Analisis Chromatographic Fingerprint Ekstrak Dan Produk Temulawak (Curcuma Xantorrhiza Roxb) Menggunakan GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry).

1 3 8

DAFTAR PUSTAKA Analisis Chromatographic Fingerprint Ekstrak Dan Produk Temulawak (Curcuma Xantorrhiza Roxb) Menggunakan GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry).

0 1 4

Aplikasi Teknologi Ekstraksi Fasa Padat-gc/Ms (Gas Chromatography-mass Spectrometry) Pada Preparasi Analisis Senyawa Atsiri Dalam Darah Mencit.

0 1 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kalium Diklofenak - Sintesis Propil Diklofenak Dan Elusidasi Struktur Menggunakan Fourier Transform Infra Red (Ft-Ir) Dan Gas Chromatography Mass Spectrometry (Gc-Ms)

0 0 15

Sintesis Propil Diklofenak Dan Elusidasi Struktur Menggunakan Fourier Transform Infra Red (Ft-Ir) Dan Gas Chromatography Mass Spectrometry (Gc-Ms)

0 0 14

SINTESIS BUTIL DIKLOFENAK DAN ELUSIDASI STRUKTUR MENGGUNAKAN FOURIER TRANSFORM INFRA RED (FT-IR) DAN GAS CHROMATOGRAPHY MASS SPECTROMETRY (GC-MS) SKRIPSI Diajukan untuk mUnivers itas Sumatera Uta

0 1 15