Pewarna Alami Batik KAJIAN PUSTAKA

yang proses produksinya menyebabkan pencemaran sungai di Indonesia karena menggunakan lilinwax, pewarna sintetiskimia dan bahan bahan kimia lainnya secara berlebihan Rini, dkk 2011. Limbah tersebut terutama berasal dari proses pewarnaan batik yang masih menggunakan pewarna sintesis naptol, remasol, indigosol, dan sejenisnya. Pewarna-pewarna berbahan kimia itu tergolong tidak ramah lingkungan. Apabila mengalir ke dalam tanah, bahan-bahan itu bisa merusak ekosistem tanah. Pasalnya, bakteri tanah tidak mampu mendegradasi bahan-bahan kimia tersebut. Bukan hanya itu, jika masuk ke tubuh, bahan-bahan yang bersifat karsinogenik itu akan membahayakan kesehatan manusia. Agar hasil pembuatan batik tidak terlalu mencemari lingkungan dan membahayakan manusia, bahan pewarna sintetis itu harus diganti dengan pewarna dari alam Brono 2010.

2.2 Pewarna Alami Batik

Pewarna dapat dipilih atas dasar sumber serta pembuatannya, yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis. Pewarna alami ada yang berasal dari mineral dan ada yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pewarna alami tumbuh- tumbuhan didapat dari ekstrak pigmen tumbuh-tumbuhan. Sementara, pewarna sintetis diperoleh melalui proses kimia Pitojo dan Zumiati 2009. Tabel 2.1 Perbedaan Zat Pewarna Sintetis dan Alami Spesifikasi Zat Pewarna Sintetis Zat Pewarna Alami Warna yang dihasilkan Lebih cerah Lebih homogen Lebih pudar Tidak homogen Variasi warna Banyak Sedikit Harga Lebih murah Lebih mahal Ketersediaan Tidak terbatas Terbatas Kestabilan Stabil Kurang stabil Lee 2005 Dalam kenyataannya, penggunaan pewarna nabati dihadapkan pada beberapa kelemahan sebagai berikut Pitojo dan Zumiati 2009: a. Bahan baku pewarna berjumlah banyak Untuk memperoleh zat warna nabati dalam jumlah relatif banyak, biasanya diperlukan bahan baku yang banyak. b. Hasil biasanya tidak eksak Hasil yang diperoleh akan bervariasi dan beragam atau tidak konsisten. c. Peka terhadap pemanasan Perlakuan panas pada pemasakan bahan makanan, misalnya pengeringan atau perebusan bahan pangan akan mengubah sifat fisika dan kimia bahan pangan. d. Peka terhadap keasaman larutan Beberapa jenis zat warna nabati juga dapat terpengaruh oleh kondisi keasaman larutan. e. Kurang ekonomis Secara teoritis, jika dinilai dengan satuan harga, pewarna nabati lebih mahal dibandingkan dengan pewarna sintetis. Zat warna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji ataupun bunga. Pengrajin-pengrajin batik telah banyak mengenal tumbuhan-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa diantaranya adalah daun pohon nila indigofera, kulit pohon soga tingi Ceriops candolleana arn, kayu tegeran Cudraina javanensis, kunyit Curcuma, teh The, akar mengkudu Morinda citrifelia, kulit soga jambal Pelthophorum ferruginum, kesumba Bixa orelana, daun jambu biji Psidium guajava Susanto 1973.

2.3 Tanaman Nila indigofera