Analisis Kualitas Air Sungai Pelawi di Desa Pelawi Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Sumatera Utara

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI PELAWI DI DESA PELAWI KECAMATAN BABALAN KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA
ENDAIYANA LIBERTYTA 100302066
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Kualitas Air Sungai Pelawi di Desa Pelawi Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Sumatera Utara

Nama

: Endaiyana Libertyta

NIM

: 100302066

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing :


Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Ketua

Mengetahui,

Ani Suryanti, S.Pi, M.Si Anggota

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Tanggal lulus :

Universitas Sumatera Utara

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI PELAWI DI DESA PELAWI KECAMATAN BABALAN KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA SKRIPSI ENDAIYANA LIBERTYTA 100302066
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI PELAWI DI DESA PELAWI KECAMATAN BABALAN KABUPATEN LANGKAT SUMATERA
UTARA SKRIPSI ENDAIYANA LIBERTYTA 100302066

Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Endaiyana Libertyta Nim : 100302066 Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Kualitas Air Sungai Pelawi di Desa Pelawi Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Sumatera Utara” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Medan, September 2014
Endaiyana Libertyta NIM. 100302066
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
ENDAIYANA LIBERTYTA. Analisis Kualitas Air Sungai Pelawi di Desa Pelawi Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Di bawah bimbingan YUNASFI DJAYUS dan ANI SURYANTI.
Sungai Pelawi merupakan salah satu sungai kecil di Kabupaten Langkat yang telah mengalami pencemaran. Adanya pencemaran di Sungai Pelawi dikhawatirkan dapat mengganggu keseimbangan ekologi dari organisme perairan. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air Sungai Pelawi berdasarkan parameter fisika, kimia dan biologi. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Juni 2014 di perairan Sungai Pelawi Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Parameter fisika dan kimia air dianalisis dengan metode Storet berdasarkan baku mutu kualitas air menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, sedangkan parameter biologi (makrozoobenthos) dianalisis dengan kurva Abudance and Biomass Comparison (ABC). Penentuan lokasi pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive Random Sampling dalam tiga stasiun yaitu stasiun 1 aktivitas pertanian, stasiun 2 aktivitas domestik dan stasiun 3 aktivitas industri. Hasil penelitian berdasarkan parameter fisika, kimia dan biologi kualitas air di Sungai Pelawi menunjukkan perairan tercemar ringan hingga tercemar sedang. Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, kriteria baku mutu air di Sungai Pelawi adalah Kelas II. Kata Kunci : Kualitas Air, Makroozoobenthos, Sungai Pelawi
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

ENDAIYANA LIBERTYTA. The Pelawi River Water Quality in Pelawi Village Langkat Regency of North Sumatera. Under academic supervision of YUNASFI DJAYUS and ANI SURYANTI


Pelawi River is one of the minor rivers in the area of Langkat Regency which is

influenced pollution. The contamination may disrupt the ecological balance of aquatic

organisms. Therefore, the aims of this research studies to determine the water quality of

Pelawi River in Pelawi Village based on physics, chemical and biology parameters. The

research was conducted in April to June 2014 in the waters of Pelawi River in Langkat

Regency of North Sumatera. Physics and chemical parameters were analyzed by the

Storet method based

on water quality standard required by Government Act

No.82/2001, while biological parameters (macrozoobenthos) were analyzed by

Abudance and Biomass Comparison (ABC) curve. The location of sampling sites was


done by Purposive Random Sampling method in three core areas are station 1

(agriculture activity), station 2 (domestic activity) and station 3 (industry activity). The

results shows based on physical, chemical and Biology parameters of water, the water

quality of Pelawi River were classified slightly polluted until moderatelly polluted

water. Relate of Government Act No.82/2001 that the water quality standard of Pelawi

River is Class II.

Keywords : Pelawi River, Macrozoobenthos, Water Quality

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 22 April 1992. Anak ketiga dari tiga bersaudara dari Bapak Drs. M. Purba dan Ibu A. br. Sembiring, Amd.Kep. Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah pada tahun 2001 lulus dari SD Negeri 068008 Medan, pada tahun 2007 lulus dari SLTP Negeri 10 Medan dan pada tahun 2010 lulus dari SMA Negeri 17 Medan. Pada tahun 2010 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri (UMB-PTN) pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Penulis pernah magang di Balai Budidaya Ikan Kerasaan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus pada tahun 2012. Penulis mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2013 di Balai Budidaya Laut Batam, Kepulauan Riau. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten praktikum mata kuliah Pencemaran Perairan dan Pengolahan Limbah pada tahun ajaran 2013 – 2014. Penulis juga aktif menjadi anggota IMASPERA (Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan) periode 2012 – 2013. Penulis juga aktif sebagai pengurus bidang sosial IMKA (Ikatan Mahasiswa Karo) periode 2012 – 2014 Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada

waktunya.

Skripsi ini berjudul Analisis Kualitas Air Sungai Pelawi di Desa Pelawi

Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Sumatera Utara disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Manajemen Sumberdaya

Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Ir.

Yunasfi, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Ibu


Ani Suryanti,

S.Pi, M.Si selaku anggota komisi pembimbing atas bimbingan dan pengajaran yang

telah diberikan kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini. Ucapan terimakasih

juga penulis sampaikan kepada kedua orangtua penulis, Bapak Drs. M. Purba dan Ibu

A. br. Sembiring, Amd.Kep serta kepada saudara-saudara saya; Kakak Astrid Herrera

Purba, S.Kom dan Abang Chornelius Putra Purba SP yang telah memberikan doa, kasih

sayang, nasihat dan semangat kepada penulis.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis juga menyadari bahwa begitu banyak

bantuan yang telah diberikan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan ucapan

terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Dharma Bakti, M.S selaku Dekan Fakultas


Pertanian. Kepada Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku ketua Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan dan Bapak Pindi Patana, S.Hut, M.Sc selaku sekretaris Program

Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.

Universitas Sumatera Utara

Kepada seluruh dosen pengajar di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara terkhusus kepada terkhusus kepada Ibu Riri Ezraneti, S.Pi, M.Si, Ibu Desrita Tobeh, S.Pi, M.Si selaku Kepala Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan dan juga kepada Kakak Nur Asiah, Amd selaku staf tata usaha di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Kepala Lurah Desa Pelawi Kabupaten Langkat Sumatera Utara yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Sungai Pelawi, kepada Bapak uda R. Pasaribu, S.Pd dan Bibi G. Sembiring, S.Pd yang telah memberikan tempat bersinggah serta kepada Uwak Udin yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian.
Terimaksih juga disampaikan kepada sahabat penulis Joel Elpinta Pranata Tarigan yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis serta kepada seluruh teman-teman MSP stambuk 2010 khususnya Theresia Jilfiola Sitinjak, Irma Silaban, Latifah Sari Dalimunthe, Rizky Amalia Putri, Cherin Monalisa, Ruth Melisa, Ester Nelya Tindaon, Rebeka Siahaan, Mariany Siagian, Riki Surbakti dan Ricky Suranta Barus atas dukungannya.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan untuk kepentingan penelitian selanjutnya.
Medan, September 2014
Endaiyana Libertyta
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman


ABSTRAK ..................................................................................................
ABSTRACT ...............................................................................................
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
DAFTAR TABEL .....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
PENDAHULUAN Latar Belakang .................................................................................. Rumusan Masalah ............................................................................. Kerangka Pemikiran .......................................................................... Tujuan Penelitian .............................................................................. Manfaat Penelitian ............................................................................

i
ii iii iv
vi viii
ix x
1 2 3 4 5

TINJAUAN PUSTAKA Perairan Sungai .................................................................................. Pencemaran Sungai ............................................................................ Limbah .................................................................................. Faktor Fisika, Kimia dan Biologi Perairan Sungai ....................... .... Parameter Fisika..................................................................... Parameter Kimia..................................................................... Parameter Biologi .......................................... ....................... Kriteria Baku Mutu Air ..................................................................... Metode Storet (Storage and Retrieval) .......................................... .. Kurva ABC (Abudance and Biomass Comparison)..........................

6 7 9 10 11 13 18 20 22 22


METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................ Alat dan Bahan ................................................................................. Prosedur Penelitian ............................................................................ Deskripsi Stasiun Penelitian ................................................... Pengambilan Sampel Air dan Substrat .............................................. Pengambilan Sampel Makrozoobenthos ........................................... Analisis Data ..................................................................................... Metode Storet (Storage and Retrieval) .................................

23 24 25 25 26 27 27 27

Universitas Sumatera Utara

Kurva ABC (Abudance and Biomass Comparison) .............. Analisis Substrat ....................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil .................................................................................................. Parameter Fisika dan Kimia Perairan ..................................... Kelimpahan dan Biomassa Makrozoobenthos ....................... Kondisi Perairan berdasarkan Parameter Fisika dan Kimia Perairan (Metode Storet) ............................................. Kondisi Perairan berdasarkan Parameter Biologi (Kurva ABC) ...................................................................................... Pembahasan ....................................................................................... .. Parameter Fisika dan Kimia Perairan ..................................... .. Parameter Biologi (Makrozoobenthos) .................................. Kondisi Perairan berdasarkan Parameter Fisika dan Kimia Perairan (Metode Storet) ............................................. Kondisi Perairan berdasarkan Parameter Biologi (Kurva ABC) ...................................................................................... Rekomendasi Pengelolaan Sungai Pelawi .............................
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ....................................................................................... Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

28 31
32 32 33
34
35 37 37 45
46
47 48
50 50
51


Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No.

Teks

Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ......................................................

3

2. Lokasi Penelitian di Sungai Pelawi ................................................

24

3. Stasiun 1 (Aktivitas Pertanian) ........................................................


26

4. Stasiun 2 (Aktivitas Domestik)........................................................

26

5. Stasiun 3 (Aktivitas Industri)...........................................................

27

6. Kurva ABC, Posisi Kurva Biomassa dan Kurva Kepadatan untuk Penentuan Kualitas Benthos ................................................

30

7. Tipe Substrat berdasarkan Segitiga Millar ......................................

30

8. Makrozoobenthos yang ditemukan di Sungai Pelawi .....................

30

9. Kurva ABC di Stasiun 1 Sungai Pelawi.........................................

30

10. Kurva ABC di Stasiun 2 Sungai Pelawi ........................................

30

11. Kurva ABC di Stasiun 3 Sungai Pelawi ........................................

30

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No.

Teks

Halaman

1. Pengaruh pH terhadap Komunitas Biologi Perairan.......................

14

2. Pengukuran Parameter Fisika, Kimia, Biologi Perairan dan Metode ....................................................................................

27

3. Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air.........

28

4. Penentuan Status Mutu Air Berdasarkan Metode Storet ................

29

5. Komponen Kurva ABC ..........................................................

33

6. Nilai Parameter Fisika dan Kimia Perairan di Sungai Pelawi ........
7. Nilai Kepadatan (ind/m2) dan Biomassa (g/m2) Makrozoobenthos di Sungai Pelawi .............................................................................
8. Kualitas Air di Sungai Pelawi Kabupaten Langkat ........................

33
34 36

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Teks

Halaman

1. Nilai Parameter Fisika dan Kimia Sungai Pelawi ..........................

56

2. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai Pelawi menurut Metode Storet .................................................................................
3. Nilai Kepadatan Populasi (ind/m2), kepadatan relatif (%), Biomassa (g/m2), Biomassa Relatif (%), Ranking Spesies dan Persentase Kumulatif Makrozoobenthos di Sungai Pelawi ...........

59 63

4. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ..................................................

64

5. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur DO ......................... 67

6. Bagan Kerja MetodeWinkler untuk Mengukur BOD5................... 7. Baku Mutu Air Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 .............

68 69

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
ENDAIYANA LIBERTYTA. Analisis Kualitas Air Sungai Pelawi di Desa Pelawi Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Di bawah bimbingan YUNASFI DJAYUS dan ANI SURYANTI.
Sungai Pelawi merupakan salah satu sungai kecil di Kabupaten Langkat yang telah mengalami pencemaran. Adanya pencemaran di Sungai Pelawi dikhawatirkan dapat mengganggu keseimbangan ekologi dari organisme perairan. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air Sungai Pelawi berdasarkan parameter fisika, kimia dan biologi. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Juni 2014 di perairan Sungai Pelawi Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Parameter fisika dan kimia air dianalisis dengan metode Storet berdasarkan baku mutu kualitas air menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, sedangkan parameter biologi (makrozoobenthos) dianalisis dengan kurva Abudance and Biomass Comparison (ABC). Penentuan lokasi pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive Random Sampling dalam tiga stasiun yaitu stasiun 1 aktivitas pertanian, stasiun 2 aktivitas domestik dan stasiun 3 aktivitas industri. Hasil penelitian berdasarkan parameter fisika, kimia dan biologi kualitas air di Sungai Pelawi menunjukkan perairan tercemar ringan hingga tercemar sedang. Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, kriteria baku mutu air di Sungai Pelawi adalah Kelas II. Kata Kunci : Kualitas Air, Makroozoobenthos, Sungai Pelawi
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

ENDAIYANA LIBERTYTA. The Pelawi River Water Quality in Pelawi Village Langkat Regency of North Sumatera. Under academic supervision of YUNASFI DJAYUS and ANI SURYANTI

Pelawi River is one of the minor rivers in the area of Langkat Regency which is

influenced pollution. The contamination may disrupt the ecological balance of aquatic

organisms. Therefore, the aims of this research studies to determine the water quality of

Pelawi River in Pelawi Village based on physics, chemical and biology parameters. The

research was conducted in April to June 2014 in the waters of Pelawi River in Langkat

Regency of North Sumatera. Physics and chemical parameters were analyzed by the

Storet method based

on water quality standard required by Government Act

No.82/2001, while biological parameters (macrozoobenthos) were analyzed by

Abudance and Biomass Comparison (ABC) curve. The location of sampling sites was

done by Purposive Random Sampling method in three core areas are station 1

(agriculture activity), station 2 (domestic activity) and station 3 (industry activity). The

results shows based on physical, chemical and Biology parameters of water, the water

quality of Pelawi River were classified slightly polluted until moderatelly polluted

water. Relate of Government Act No.82/2001 that the water quality standard of Pelawi

River is Class II.

Keywords : Pelawi River, Macrozoobenthos, Water Quality

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang mempunyai manfaat sangat penting bagi
kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Pemanfaatan air untuk memenuhi seluruh kehidupan manusia jika tidak diimbangi dengan tindakan bijaksana dalam pengelolaannya, akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya air. Menurut Effendi (2003), bahwa kegiatan industri, domestik dan kegiatan lain akan berdampak negatif terhadap sumberdaya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumberdaya air.
Sungai merupakan salah satu sumberdaya air alami yang harus dijaga, karena sangat rentan terhadap pengaruh masukan limbah akibat dari peningkatan aktivitas antropogenik. Peningkatan aktivitas antropogenik di sungai telah sering dilaporkan memberikan dampak negatif terhadap penurunan kualitas air dan bagi kehidupan organisme perairan yang hidup di dalamnya (Sudarso dkk., 2009).
Ada beberapa sungai yang terdapat di Kabupaten Langkat, satu diantaranya yaitu Sungai Pelawi. Sungai Pelawi terletak di Desa Pelawi, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Jumlah penduduk yang berada di Desa Pelawi kurang lebih sebanyak 12.399 orang. Sebanyak 1200 kepala keluarga memanfaatkan air Sungai Pelawi melalui jasa PDAM milik daerah sebagai Badan Pengelola Penyaluran Air dan jumlah penduduk yang memanfaatkan air sungai tersebut secara langsung sebanyak 100 kepala keluarga. Sungai Pelawi merupakan sungai yang membelah kota Pangkalan Berandan dengan panjang sungai sekitar 6 km dan lebar sekitar 5 m, yang
Universitas Sumatera Utara

akhirnya akan mengalir ke Selat Malaka. Sungai ini merupakan cabang dari Sungai Lepan yang berasal dari mata air Gunung Leuser (Kelurahan Pelawi, 2014).
Aktivitas antropogenik yang diperkirakan memberikan dampak penurunan kualitas air di Sungai Pelawi berupa aktivitas pertanian, domestik dan industri. Beragamnya aktivitas antropogenik yang terdapat di daerah aliran sungai tersebut diperkirakan akan mengubah faktor fisika, kimia dan biologi perairan sehingga secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak negatif bagi makhluk hidup yang memanfaatkannya.
Perubahan faktor fisika, kimia dan biologi pada akhirnya akan menurunkan fungsi dan nilai ekosistem sungai bagi organisme yang hidup di dalamnya. Pengukuran secara kualitatif maupun kuantitatif atas parameter fisika, kimia dan biologi suatu perairan dapat menjelaskan kondisi kualitas suatu perairan. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian tentang Analisis Kualitas Air Sungai Pelawi di Desa Pelawi Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Sumatera Utara.
Rumusan Masalah Berbagai akivitas yang terdapat di Sungai Pelawi baik aktivitas domestik
maupun non domestik dapat mempengaruhi kualitas perairan tersebut. Limbah yang dihasilkan dan masuk ke dalam perairan dapat menimbulakan pencemaran yang akan berdampak pada kehidupan organisme perairan. Sampai saat ini kondisi fisika, kimia dan biologi Sungai Pelawi belum diketahui. Padahal kondisi tersebut penting dipelajari untuk mengetahui kualitas air suatu perairan. Perairan yang kualitasnya diketahui berguna untuk menentukan cara pengelolaan dan pemanfaatan perairan tersebut. Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, maka penelitian ini perlu untuk dilakukan.
Universitas Sumatera Utara

1. Apakah nilai kualitas air (parameter fisika dan kimia) Sungai Pelawi di Desa Pelawi memenuhi baku mutu dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001?
2. Berdasarkan parameter fisika, kimia dan biologi (makrozoobenthos), bagaimana kualitas air Sungai Pelawi di Desa Pelawi?
Kerangka Pemikiran Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, yang diikuti dengan
meningkatnya aktivitas manusia di segala bidang, kondisi ini berpotensi menyebabkan besarnya volume limbah yang masuk ke badan perairan dan akan menimbulkan perubahan terhadap ekosistem di perairan. Limbah yang dihasilkan oleh aktivitas pertanian, domestik dan aktivitas industri yang masuk ke dalam badan sungai berpotensi mempengaruhi kondisi fisika dan kimia air sungai dan menyebabkan gangguan terhadap kehidupan biota akuatik yang pada akhirnya dapat menimbulkan pencemaran. Menurut Agustiningsih dkk., (2013), bahwa perubahan tata guna lahan yang ditandai dengan meningkatnya aktivitas domestik, pertanian dan industri akan mempengaruhi dan memberikan dampak terhadap kondisi kualitas air sungai. Dalam hal ini, dibutuhkan data beberapa parameter fisika, kimia dan biologi air sehingga diketahui nilai kualitas air Sungai Pelawi di Desa Pelawi. Berikut kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian (Gambar 1).
Universitas Sumatera Utara

Aktivitas Pertanian (Perkebunan Kelapa Sawit)

Aktivitas Domestik (Pemukiman)

Limbah Sungai Pelawi Pencemaran Sungai

Aktivitas Industri (Pabrik Latex)

Penurunan Kualitas Perairan

Dampak terhadap Biota

Analisis Data
Strategi Pengelolaan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Tujuan Penelitian 1. Menganalisis nilai kualitas air dalam bentuk parameter fisika, kimia dan biologi di
Sungai Pelawi, Desa Pelawi, Kabupaten Langkat. 2. Membandingkan nilai kualitas air (parameter fisika dan Kimia) tersebut dengan baku
mutu menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 sehingga diketahui kategori peruntukan dan strategi pengelolaannya.

Universitas Sumatera Utara

Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kualitas air
(parameter fisika, kimia dan biologi) Sungai Pelawi di Desa Pelawi bagi pihak yang membutuhkan baik dalam bidang pendidikan, masyarakat dan instansi tertentu yang memanfaatkan dan mengelola sungai tersebut.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Perairan Sungai Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang
bersifat dinamis (bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun statis (tergenang) seperti danau. Perairan ini dapat dibedakan atas perairan tawar, payau, maupun asin (laut). Perairan darat meliputi sungai, rawa, danau, payau atau muara sungai. Sungai merupakan salah satu perairan lotik (berarus cepat) yang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti aktivitas alam dan aktivitas manusia di Daerah Aliran Sungai (DAS). Menurut Undang-undang Nomor 07 Tahun 2004 tentang sumberdaya air, bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
Sungai merupakan air permukaan yang bersifat mengalir. Air permukaan yang ada seperti sungai dan danau banyak dimanfaatkan untuk keperluan manusia seperti tempat penampungan air, alat transportasi, mengairi sawah dan keperluan peternakan, keperluan industri, perumahan, sebagai daerah tangkapan air, pengendali banjir, ketersediaan air, irigasi, tempat memelihara ikan dan juga sebagai tempat rekreasi. Dilihat dari fungsinya sebagai tempat penampungan air maka sungai mempunyai kapasitas tertentu dan dapat berubah karena kondisi alami maupun antropogenik (Hendrawan, 2005).
Universitas Sumatera Utara

Pencemaran Sungai Berbagai macam aktivitas pemanfaatan sungai seperti kegiatan perikanan,
pertanian, keperluan rumah tangga, industri dan transportasi pada akhirnya akan memberikan dampak terhadap sungai antara lain penurunan kualitas air, hal ini dikarenakan limbah yang dihasilkan dari berbagai macam kegiatan tersebut kebanyakan dibuang ke sungai atau tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Sungai mempunyai kemampuan untuk membersihkan diri (self purification) dari berbagai sumber masukan limbah, akan tetapi jika melebihi kemampuan daya dukung sungai (carrying capacity) akan menimbulkan masalah yang serius bagi perairan (Setiawan, 2009).
Pencemaran adalah perubahan yang terjadi terhadap sifat-sifat fisika, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup, zat atau komponen lain yang tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan perubahan tatanan air dan menyebabkan penurunan kualitas air sehingga dapat merugikan bagi kehidupan organisme air. Bahan pencemar umumnya berupa limbah, seperti limbah industri, limbah pertanian dan limbah rumah tangga.
Bahan pencemar adalah bahan-bahan yang bersifat asing bagi alam atau bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem sehingga mengganggu peruntukan ekosistem tersebut. Berdasarkan cara masuknya ke dalam lingkungan, pencemaran dikelompokkan menjadi dua yaitu polutan alamiah dan polutan antropogenik (Effendi, 2003).
Universitas Sumatera Utara

Sumber-sumber pencemaran secara umum dapat dikategorikan menjadi point

source dan nonpoint source. Sumber pencemaran yang termasuk dalam point source

adalah berasal dari kegiatan industri, namun jenis dan jumlah bahan pencemar yang

dibuang ditentukan oleh jenis kegiatan industri tersebut. Sedangkan sumber pencemar

nonpoint source berasal dari berbagai sumber, seperti limbah yang mengalir dari

pemukiman serta kegiatan pertanian dan dalam prakteknya lebih sulit untuk ditampung

atau diolah terlebih dahulu

(Setiana, 1996).

Sumber pencemar air berdasarkan karakteristik limbah yang dihasilkan dapat

dibedakan menjadi sumber limbah domestik dan sumber limbah

non domestik.

Sumber limbah domestik umumnya berasal dari daerah pemukiman penduduk dan

sumber limbah non domestik berasal dari kegiatan seperti industri, pertanian, perikanan,

pertambakan atau kegiatan yang bukan berasal dari daerah pemukiman (Yuliastuti,

2011).

Limbah Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Limbah yang dihasilkan berupa sampah, air kakus (black water) dan air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water). Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan limbah didefinisikan sebagai sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
Menurut Effendi (2003), mengelompokkan bahan pencemar di perairan menjadi beberapa kelompok yaitu, (1) limbah yang mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut (2) limbah yang mengakibatkan munculnya penyakit (disease causing agents),

Universitas Sumatera Utara

(3) senyawa organik sintetis, (4) nutrien tumbuhan, (5) senyawa anorganik dan mineral, (6) sedimen, (7) radioaktif, (8) panas dan (9) minyak.
Bila ditinjau secara kimiawi, limbah terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah (Agusnar, 2008).
Menurut Mudarisin (2004), berdasarkan sumbernya jenis limbah cair yang dapat mencemari perairan dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan yaitu: 1. Limbah cair domestik, yaitu limbah yang berasal dari pemukiman, tempat-tempat
komersial (perdagangan, perkantoran dan institusi) dan tempat-tempat rekreasi. Air limbah domestik yang dihasilkan dari pemukiman umumnya berupa buangan limbah cair dari kamar mandi, mencuci dan kakus. Limbah tersebut mengandung zat padat yang terbagi atas 70 % zat organik (protein, karbohidrat dan lemak) dan sisanya berupa zat anorganik sebanyak 30 % berupa garam-garam, pasir dan logam. 2. Limbah cair industri, yaitu limbah cair yang dikeluarkan oleh industri sebagai akibat dari proses produksi. Limbah cair ini dapat berasal dari air bekas pencuci, bahan pelarut ataupun air pendingin dari industri-industri tersebut. Pada umumnya limbah cair industri lebih sulit dalam pengelolaanya, hal ini disebabkan karena zat-zat yang terkandung di dalamnya yang berupa bahan atau zat pelarut, mineral, logam berat, zat-zat organik, lemak, garam-garam, zat warna, nitrogen, amoniak dan lain-lain yang bersifat toksik.
Universitas Sumatera Utara

3. Limbah pertanian, yaitu limbah yang berasal dari kegiatan pertanian seperti penggunaan pestisida, herbisida dan pupuk kimia yang berlebihan.
4. Infiltrasi, yaitu limbah yang berasal dari perembesan air yang masuk ke dalam dan luapan dari sistem pembuangan air kotor.
Faktor Fisika, Kimia dan Biologi Perairan Sungai Faktor fisika dan kimia air merupakan parameter untuk menentukan kualitas
suatu perairan. Parameter fisika berupa suhu, kecerahan, kecepatan arus, kekeruhan, tekstur substrat dan parameter kimia berupa DO, BOD, pH, NO3, NH3, PO4, Kalium (K+) dan bahan organik (C) substrat. Secara alami keberadaan dan distribusi biota di perairan sungai dipengaruhi oleh aktivitas manusia, terutama yang menyebabkan perubahan faktor fisika dan kimia air, polusi dan pemasukan spesies baru ke dalam badan air sungai. Suatu ekosistem dikatakan baik jika faktor biotik dan abiotiknya saling mendukung.
Parameter Fisika Suhu
Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi perairan. Suhu juga berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu untuk pertumbuhannya (Effendi, 2003). Menurut Fardiaz (1992), perubahan suhu akan menimbulkan beberapa dampak diataranya adalah (1) jumlah oksigen terlarut dalam air menurun, (2) kecepatan reaksi kimia meningkat, (3) kehidupan ikan dan organisme air lainnya akan terganggu, (4) menyebabkan kepunahan biota akuatik yang sensitif terhadap suhu yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara

Peningkatan suhu perairan sebesar 10 oC menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2 – 3 kali lipat yang diikuti dengan penurunan kadar oksigen terlarut (Barus, 2004). Menurut Setiana (1996), suhu akan mempengaruhi tingkat ketersediaan oksigen dan nutrien dalam air. Perubahan suhu akan berpengaruh pula terhadap pola kehidupan dan aktivitas biologi dalam air, termasuk pengaruhnya terhadap penyebaran biota menurut batas kisaran toleransinya. Kecerahan
Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan yang diamati secara visual dengan menggunakan keping Secchi. Kecerahan perairan dipengaruhi oleh kandungan bahan-bahan halus yang terdapat dalam air baik berupa bahan organik seperti plankton, jasad renik, detritus maupun bahan anorganik seperti partikel pasir dan lumpur. Prinsip penentuan kecerahan air dengan keping Secchi adalah berdasarkan batas pandangan kedalam air untuk melihat warna putih yang berada didalam air. Semakin keruh suatu badan air akan semakin dekat batas pandangan, sebaliknya apabila semakin jernih suatu badan air maka batas pandangan akan semakin jauh (Effendi, 2003). Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut, maupun bahan organik dan anorganik berupa plankton dan mikroorganisme lain. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya proses respirasi dan daya lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air (Effendi, 2003). Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Universitas Sumatera Utara

Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, kekeruhan dalam ekosistem perairan berkisar 50 – 1000 mg/l. Kecepatan Arus
Kecepatan arus suatu badan air sangat berpengaruh terhadap kemapuan badan air untuk mengasimilasi dan mengangkut bahan pencemar. Kecepatan arus digunakan untuk memperkirakan waktu suatu bahan pencemar akan mencapai suatu lokasi tertentu (Effendi, 2003). Kecepatan arus air dari suatu badan air ikut menentukan penyebaran organisme dan sumber makanan yang terdapat di perairan. Substrat
Substrat dasar perairan merupakan salah satu faktor ekologis utama yang akan mempengaruhi struktur komunitas makrozoobenthos. Menurut Yunitawati dkk., (2012), substrat dasar merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan organisme. Karakteristik substrat dapat mempengaruhi struktur komunitas makrozoobenthos.
Keadaan substrat di perairan penting untuk diketahui. Kehidupan organisme air juga bergantung pada bahan dan ukuran partikel dasar badan air. Organisme yang hidup pada substrat dasar suatu ekosistem air sangat tergantung pada tipe substrat dan kandungan bahan organik yang terdapat dalam substrat tersebut. Oleh karena itu analisis terhadap substrat baik berupa tipe maupun terhadap kandungan bahan organik penting untuk dilakukan (Suin, 2002 diacu oleh Silalahi, 2009).
Universitas Sumatera Utara

Parameter Kimia

pH

Sebagian besar organisme akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai

pH sekitar 6,5 sampai 8. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan,

misalnya proses nitrifikasi yang akan berakhir pada pH yang rendah (Effendi, 2003).

Menurut Effendi (2003), pengaruh pH terhadap komunitas biologi perairan yang

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tebel 1. Pengaruh pH terhadap Komunitas Biologi Perairan

Nilai pH 6,0 - 6,5 5,5 - 6,0
5,0 - 5,5
4,5 - 5,0

Pengaruh Umum − Keanekaragaman plankton dan benthos sedikit menurun. − Kelimpahan total, biomass, dan produktivitas tidak
mengalami perubahan. − Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan benthos
semakin tampak. − Kelimpahan total, biomass, dan produktivitas masih belum
mengalami perubahan yang berarti. − Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral. − Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton,
perifiton, dan benthos semakin besar. − Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomass zooplankton
dan benthos. − Algae hijau berfilamen semakin banyak. − Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton,
perifiton, dan benthos semakin besar. − Penurunan kelimpahan total dan biomass zooplankton dan
benthos. − Algae hijau berfilamen semakin banyak. − Proses nitrifikasi terhambat.

Organisme akuatik dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH

netral, dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH yang

ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 – 8,5. Kondisi

perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan

kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan

Universitas Sumatera Utara

metabolisme dan respirasi. Kenaikan pH di atas netral akan meningkatkan konsentrasi amoniak yang bersifat sangat toksik bagi organisme (Barus, 2004). DO (Disolved Oxygen)
Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam ekosistem air, yaitu untuk respirasi sebagian besar organisme air. Kelarutan oksigen di dalam air sangat dipengaruhi temperatur, dimana kelarutan maksimum oksigen di dalam air pada temperatur 0 oC sebesar 14,16 mg/l O , kelarutan ini akan menurun jika temperatur air
2
meningkat. Nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar antara 6 sampai 8 mg/l (Barus, 2004).
Menurut Effendi (2003), kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian, musiman, pencampuran masa air, pergerakan masa air, aktifitas fotosintesis, respirasi dan limbah yang masuk ke badan air. Oksigen diperlukan dalam proses oksidasi berbagai senyawa kimia dan respirasi berbagai organisme akuatik. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand) menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerob dalam proses penguraian senyawa organik yang diukur pada suhu 20 oC (Barus, 2004). Menurut Yuliastuti (2011), semakin tinggi kandungan BOD dalam perairan mengindikasikan bahwa perairan tersebut telah tercemar. Kandungan BOD dikatakan masih rendah dan dapat dikategorikan sebagai perairan yang baik apabila berkisar antara 0 – 10 mg/l. Nitrat (NO3)
Nitrat merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Keberadaan nitrat di perairan sangat dipengaruhi oleh buangan yang berasal dari industri dan pemupukan dari daerah pertanian. Secara alamiah, kadar nitrat biasanya rendah namun kadar nitrat
Universitas Sumatera Utara

dalam air dapat menjadi tinggi di daerah yang terdapat aktivitas pemupukan yang mengandung nitrogen (Alaerts, 1987 diacu oleh Silalahi, 2009).
Menurut Effendi (2003), nitrat dapat digunakan untuk mengklasifikasikan tingkat kesuburan perairan. Kadar nitrat pada perairan oligotrofik berkisar 0 – 1 mg/l, perairan mesotrofik berkisar 1 – 5 mg/l, dan perairan eutrofik berkisar 5 – 50 mg/l. Amoniak (NH3)
Adanya amoniak merupakan indikator masuknya buangan permukiman. Amoniak dalam air permukaan berasal dari air seni, tinja dan oksidasi zat organik secara mikrobiologis yang berasal dari buangan pemukiman penduduk (Sastrawijaya, 2000). Menurut Effendi (2003), keberadaan amoniak sangat tergantung pada kondisi pH dan suhu perairan. Pada pH < 7 sebagian besar amoniak akan mengalami ionisasi sedangkan pada pH > 7 amoniak tidak terionisasi sehingga bersifat toksik. Fosfat (PO4)
Kandungan fosfat dalam perairan umumnya tidak lebih dari 0,1 mg/l, kecuali pada perairan yang menerima limbah dari aktivitas rumah tangga dan industri tertentu serta dari daerah pertanian yang mendapat pemupukan fosfat. Oleh karena itu, perairan yang mengandung kadar fosfat yang tinggi akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi (Perkins, 1974 diacu oleh Silalahi, 2009).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, bahwa kadar fosfat yang diperkenankan sebagai bahan baku air minum adalah 0,2 mg/l. Kadar fosfat dalam perairan alami umumnya berkisar antara 0,005 – 0,02 mg/l. Kadar fosfat melebihi 0,1 mg/l tergolong perairan yang eutrof.
Universitas Sumatera Utara

Kalium (K+) Kalium termasuk unsur yang esensial bagi pertumbuhan tanaman dan hewan. Di
perairan, kalium terdapat dalam bentuk ion atau berikatan dengan ion lain membentuk garam yang mudah larut. Kadar kalium pada perairan tawar alami biasanya kurang dari 10 mg/l. Rasio kadar kalium dan natrium yang terdapat di perairan alami adalah 1 : 2 hingga 1 : 3. Kadar kalium yang terlalu tinggi melebihi 2000 mg/l akan berbahaya bagi makhluk hidup (Effendi, 2003).
Menurut Boyd (2001), ion kalium yang tidak diserap oleh tumbuhan akan tetap dalam larutan atau berperan dalam reaksi pertukaran ion dengan sedimen. Konsentrasi kalium di perairan alami biasanya berkisar antara 0,5 sampai 10 mg/l. Bahan Organik (C) Substrat
Bahan organik utama yang terdapat di dalam air adalah asam amino, protein, karbohidrat dan lemak. Komponen lain seperti asam organik, hidrokarbon, vitamin dan hormon juga ditemukan di perairan, tetapi hanya 10 % dari material organik tersebut yang mengendap sebagai substrat ke dasar perairan. Kadar bahan organik adalah satu hal yang sangat berpengaruh pada kehidupan makrozoobenthos, dimana kadar bahan organik ini adalah sebagai nutrisi bagi makrozoobenthos tersebut. Tingginya kadar bahan organik pada suatu perairan umumnya akan mengakibatkan meningkatnya jumlah populasi hewan benthos. Sebagai organisme dasar, benthos menyukai substrat yang kaya akan bahan organik. Maka pada perairan yang kaya bahan organik, umumnya terjadi peningkatan populasi hewan benthos (Lusianingsih, 2011).
Parameter Biologi Salah satu komponen biotik perairan yang sering dikaji dampaknya dari adanya
aktivitas antropogenik pada sungai adalah makroinvertebrata bentik seperti benthos.
Universitas Sumatera Utara

Fauna tersebut merupakan komponen penting dalam uji biologis (bioassessment) guna evaluasi keseluruhan kualitas dari sumber daya air, fungsi ekologis, ketersediaan pakan untuk perikanan, maupun pengaruh spesifik dari aktivitas antropogenik. Pengaruh aktivitas antropogenik terhadap ekosistem sungai telah mendorong berkembangnya konsep indikator biologi guna mengetahui status kesehatan dari sebuah ekosistem perairan (Sudarso, 2009).
Pola penyebaran beberapa jenis benthos umumnya dipengaruhi oleh kecepatan arus, kondisi fisika-kimia perairan dan kondisi substrat dasar perairan. Selain itu, keberadaan dan kepadatan benthos juga dipengaruhi oleh makanan maupun tingkat predasi pemangsanya. Sifat kimia perairan yang mempengaruhi keberadaan hewan benthos adalah kandungan gas terlarut, kandungan bahan organik, pH dan kandungan hara (Setyobudiandi dkk., 2009).
Makrozoobenthos sebagai Indikator Kualitas Air Benthos dapat dijadikan bioindikator dalam penentuan kualitas suatu perairan.
Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang keberadaannya dan perilakunya di alam berhubungan dengan kondisi lingkungan, apabila terjadi perubahan kualitas air maka akan berpengaruh terhadap keberadaan dan perilaku organisme tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai penunjuk kualitas lingkungan (Triadmodjo, 2008).
Benthos digunakan sebagai bioindikator karena memiliki beberapa kelebihan, (1) pergerakanya sangat terbatas sehingga memudahkan dalam pengambilan sampel, (2) spesiesnya kaya, memiliki beragam respon terhadap tekanan lingkungan, (3) sifatnya menetap dan hidup di dasar perairan sehingga secara terus menerus terdedah oleh
Universitas Sumatera Utara

kondisi air disekitarnya, (4) siklus hidupnya panjang dan (5) perubahan faktor-faktor lingkungan akan mempengaruhi keanekaragaman komunitas benthos (Barus, 2004).
Makrozoobenthos merupakan organisme air yang sebagian besar atau seluruh hidupnya berada di dasar perairan. Makrozoobenthos sering digunakan untuk menduga ketidakseimbangan lingkungan fisik, kimia dan biologi suatu badan perairan. Perairan yang tercemar akan mempengaruhi kelangsungan hidup makrozoobenthos karena makrozoobenthos merupakan organisme air yang mudah terpengaruh oleh adanya bahan pencemar, baik bahan pencemar fisik maupun kimia. Suatu perairan yang sehat atau belum tercemar akan menunjukkan jumlah individu yang seimbang dari hampir semua spesies yang ada. Sebaliknya suatu perairan tercemar, penyebaran jumlah individu tidak merata dan cenderung ada spesies yang mendominasi (Odum, 1994 diacu oleh Lusianingsih, 2011).
Menurut Odum (2005) diacu oleh Iswanti dkk., (2012), distribusi dan keanekaragaman makrozoobentos dapat menunjukkan kualitas perairan sungai. Dalam suatu perairan yang belum tercemar, jumlah individu relatif merata dari semua spesies yang ada. Sebaliknya suatu perairan tercemar, penyebaran jumlah individu tidak merata dan cenderung ada spesies yang mendominasi. Makrozoobenthos salah satu penyusun komponen biotik yang dapat menentukan kelangsungan ekosistem sungai di masa yang akan datang.
Kriteria Baku Mutu Air Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, bahwa baku mutu lingkungan hidup didefinisikan sebagai ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat
Universitas Sumatera Utara

energi atau komponen yang ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup, sedangkan baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat energi atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu: a. Kelas Satu (I), air yang peruntukannya digunakan sebagai bahan baku air minum
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. b. Kelas Dua (II), air yang peruntukannya dapat digunakan untuk sarana/ prasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan, peternakan, pertanian dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. c. Kelas Tiga (III), air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan, peternakan, pertanian dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut. d. Kelas Empat (IV), air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pertanian dan atau perutukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Secara umum, tingkatan mutu air Kelas Satu (I) lebih baik dari Kelas Dua (II) dan selanjutnya. Tingkatan mutu air dari setiap kelas disusun berdasarkan peruntukannya. Air yang peruntukannya sebagai bahan baku air minum dapat diolah menjadi air yang layak untuk dikonsumsi dengan pengolahan secara sederhana yaitu
Universitas Sumatera Utara

dengan cara difiltrasi, disinfeksi dan di masak hingga mendidih. Klasifikasi mutu air merupakan pendekatan untuk menetapkan kriteria mutu air dari tiap kelas, yang akan menjadi dasar untuk penetapan baku mutu air. Setiap kelas air mempersyaratkan mutu air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu (Silalahi, 2009).
Banyak cara untuk melakukan penilaian status mutu air pada suatu sumber air, yaitu diantaranya yang disajikan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air menggunakan metode Storet.
Metode Storet (Storage and Retrieval) Penentuan status mutu air dengan sistem Storet dimaksudkan sebagai acuan
dalam melakukan pemantauan kualitas air dengan tujuan untuk mengetahui mutu (kualitas) suatu sistem akuatik. Penentuan status mutu air didasarkan pada analisis parameter fisika, kimia dan biologi (Matahelumual, 2007).
Menurut Priyono dkk., (2013), berdasarkan permasalahan yang terjadi di Sungai Surabaya perlu adanya penelitian pengaruh pencemaran limbah industri pabrik yang terdapat di s