Penguatan guncangan tanah Amplifikasi

Hal ini dikarenakan periode dominan berbanding lurus dengan nilai penguatan goncanganamplifikasi Arfin dkk, 2014. Nilai periode dominan juga mengindikasikan karakter lapisan batuan yang ada di suatu wilayah Tabel 3. Tabel 3. Klasifikasi tanah menurut Kanai Arifin dkk, 2014 Klasifikasi Tanah Kanai Periode T detik Keterangan Deskripsi Jenis I 0,25 Batuan tersier atau lebih tua. Terdiri dari batuan Hard sandy, gravel. Batuan Keras Jenis II 0,25 – 0,5 Batuan alluvial, dengan ketebalan 5m. Terdiri dari dari sandy-gravel, sandy hard clay, loam. Dilluvial Jenis III 0,5 – 0,75 Batuan alluvial, hampir sama dengan jenis II, hanya dibedakan oleh adanya formasi bluff. Alluvial Jenis IV Lebih dari 0,75 Batuan alluvial, yang terbentuk dari sedimentasi delta, top soil, lumpur, dll. Dengan kedalaman 30m atau lebih. Alluvial lunak Nilai periode dominan didapatkan berdasarkan perhitungan berikut, T = 1 f 38 Dimana, T adalah periode dominan, f adalah frekuensi dominan dan ketebalan lapisan sedimen dapat dihitung berdasarkan nilai frekuensi dominan tersebut.

5. Kecepatan gelombang geser V

s30 Pada umumnya daerah rawan kerusakan bangunan akibat gempa bumi terjadi pada daerah sedimen lunak misal: pasir, pasir lanauan, gambut yang tebal atau sedimen lapuk yang terdapat di atas batuan yang keras. Prinsip dasar dari hubungan antara respon lokasi frekuensi resonansi dan ketebalan sedimen dapat dijelaskan melalui sebuah model dua lapisan yang sederhana. Prinsipnya dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16 . Prinsip dasar respon lokasi mikrotremor Syahruddin dkk, 2014 Vs30 merupakan kecepatan gelombang geser hingga pada kedalaman 30 meter dari permukaan. Menurut Roser dan Gosar 2010 nilai V s30 ini dapat dipergunakan dalam penentuan standar bangunan tahan gempa. Nilai V s30 digunakan untuk menentukan klasifikasi batuan berdasarkan kekuatan getaran gempabumi akibat efek lokal. Menurut Wangsadinata 2006, bahwa hanya lapisan-lapisan batuan sampai kedalaman 30 meter saja yang menentukan pembesaran gelombang gempa. Nilai V s30 dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 39. Vs30 = 39 Dengan i adalah indeks pelapisan, m merupakan jumlah lapisan hingga kedalaman 30 meter, t i adalah ketebalan lapisan ke-i dan V s30 adalah kecepatan gelombang geser hingga kedalaman 30 meter .

Dokumen yang terkait

PROFILLING KECEPATAN GELOMBANG GESER (Vs) DAN MIKROZONASI KOTA SURABAYA MENGGUNAKAN INVERSI HORIZONTAL TO VERTICAL SPECTRAL RATIO (HVSR)

16 141 70

ANALISIS LITOLOGI LAPISAN SEDIMEN BERDASARKAN METODE HORIZONTAL TO VERTICAL SPECTRAL RATIO HVSR DAN DATA BOR DI KAWASAN JALUR SESAR OPAK.

5 26 190

Karakteristik Mikrotremor di Permukaan Sungai Bawah Tanah Bribin, Kawasan Karst Gunung Sewu, Berdasarkan Analisis Spektrum, Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR), dan Time Frequency Analysis(TFA).

0 0 2

Analisis Mikrotremor Kawasan Palu Barat Berdasarkan Metode Horizontal To Vertical Spectral Ratio (HVSR) | Toiba | Gravitasi 7887 25888 1 PB

0 0 7

Estimasi Kecepatan Gelombang Geser (Vs) Berdasarkan Inversi Mikrotremor Spectrum Horizontal to Vertikal Spectral Ratio (HVSR) Studi Kasus : Tanah Longsor Desa Olak-Alen, Blitar

0 1 5

PEMETAAN TINGKAT RESIKO GEMPABUMI BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR DI KOTAMADYA DENPASAR, BALI

0 0 5

Identifikasi Indeks Kerentanan Seismik di Bendungan Bili-bili Kabupaten Gowa dengan Metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 129

ANALISIS DAMPAK GANGGUAN FREKUENSI TERHADAP KETAHANAN GEDUNG REKTORAT UIN ALAUDDIN MAKASSAR BERDASARKAN MIKROTREMOR DENGAN METODE HORIZONTAL TO VERTICAL SPECTRAL RATIO (HVSR)

0 0 170

Estimasi Kecepatan Gelombang Geser (Vs)Berdasarkan Inversi Mikrotremor Spectrum Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR)Studi Kasus: Tanah Longsor Desa Olak Alen, Blitar - ITS Repository

0 0 107

TUGAS AKHIR – SF 141501 ANALISIS MIKROTREMOR DENGAN METODE HVSR UNTUK MIKROZONASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

0 0 95