Hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB dilingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia Kota Medan Tahun 2015

(1)

KEIKUTSERTAAN WANITA USIA SUBUR

RESIKO TINGGI PADA PROGRAM KB

DI LINGKUNGAN V KELURAHAN

DWIKORA KECAMATAN

HELVETIA KOTA

MEDAN

DAMAYANTI

145102001

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS

KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

(5)

Kecamatan Helvetia Tahun 2015 Damayanti

Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Abstrak

Latar Belakang: Pelayanan KB diarahkan untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, dengan sasaranya adalah meningkatkan partisipasi keluarga dimana prioritas utama diutamakan pada PUS yang istrinya mempunyai keadaan “4 terlalu”, untuk mengatasi masalah program KB yang ada seperti rendahnya jumlah peserta KB baru 61,9 % dari 71,08 juta pasangan usia subur dan Contraceptive Prevalence Rate yang hanya meningkat 0,5% selama lima tahun diperlukan salah satu unsure yaitu dukungan.

Tujuan penelitian: Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan

keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB.

Metodologi: Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan selama bulan Februari sampai Juni 2015. Subjek penelitian adalah wanita usia subur resiko tinggi yang terdapat di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia yang memenuhi kriteria sampel. Total sampel sebanyak 49 orang. Analisis data dilakukan dengan teknik pearson chis quare

Hasil: Dari hasil penelitian didapatkan mayoritas responden mendapat dukungan keluarga yaitu 28 orang (57,1%) dan mayoritas responden ikut serta program KB yaitu 31 orang (63,3%). Hasil uji pearson chis squaremenunjukan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB (p=0,001).

Kesimpulan: Penelitian membuktikan bahwa dukungan keluarga sangat penting diberikan pada wanita usia subur terutama yang memiliki keadaan resiko tinggi agar mau ikut serta pada program KB

Kata kunci: Dukungan Keluarga, Keikutsertaan, Wanita Usia Subur Resiko Tinggi, Program KB.


(6)

Damayanti

D-IV Studies Program Faculty of Nursing Midwife Educator University of Northern Sumatra

Abstract

Background: Family planning services are geared to support the achievement of the health of mothers and babies, the targets are increasing the participation of families in which the highest priority is placed on EFA that his wife has a state of "4 too", to overcome the problems existing family planning programs such as the low number of new acceptors 61, 9% of the 71.08 million couples of childbearing age and Contraceptive Prevalence Rate is only increased by 0.5% over the five years required one of the elements that support.

Objective: To determine the relationship of family support with the participation of high-risk women of childbearing age in the family planning program.

Methodology: The study was cross sectional analytic approach. This research was conducted during the months of February to June 2015. Subjects were women of childbearing age who are at high risk of Environmental V Dwikora Village District of Helvetia that meet the criteria of the sample. The total sample of 49 people. Data analysis was performed using pearson chi square.

Results: From the results, the majority of respondents support a family of 28 people (57.1%) and the majority of respondents participating family planning programs which 31 (63.3%). Pearson chi square test results showed that statistically there is a relationship between family support with the participation of high-risk women of childbearing age in the family planning program (p = 0.001). Conclusion: Research shows that family support is essential given to women of childbearing age who have a particularly high risk states to want to participate in family planning programs

Keywords: Family Support, Participation, High-Risk Women of Childbearing Age, Family Planning Programs.


(7)

Alhamdulillahirabbila’lamiin, puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat, terutama nikmat kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikankarya tulis ilmiah (KTI) dengan judul “Hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB dilingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia Kota Medan Tahun 2015”, sebagai tahapan akhir pembelajaran dalam program studi D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih banyak kepada orang tua penulis, Ibunda Darmi Manurung, Ayahanda Misran, dan adik-adik penulis Rini Anggriyani dan Rizki Pratama atas dukungannya baik berupa dukungan moril, materil, kasih sayang, dan do’a, sehingga penulis dapat memperoleh pendidikan di F.Kep USU dan bisa menyelesaikan karya tulis ilmiah sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains Terapan.

Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tinggi kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan memberikan bantuan, antara lain:

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara .

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep. selaku Ketua Program D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(8)

3. Dosen Pembimbing Diah Lestari Nasution,SST.M.Keb yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga, serta memberikan arahan dan dukungan moral dalam proses bimbingan karya tulis ilmiah.

4. Dosen Penguji, Bapak Dr. dr. Juliandi Harahap, MA dan Ibu Idau Ginting,

S.ST, M.Kes yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Seluruh staf dan dosen Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak dan Ibunda yang penulis sayangi, dengan segenap kasih dan sayangnya

telah memberikan dukungan dan motivasi yang besar bagi penulis baik moril maupun materil serta doa restu yang selalu menguatkan penulis selama mengikuti pendidikan dan penyusunan karya tulis ilmiah ini.

7. Teman-temanyang telah bersama-sama berjuang dan saling memberikan

semangat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Akhirnya, penulis mengharapkan masukan dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan penelitian ini dan juga untuk menambah ilmu dan pengetahuan penulis untuk masa yang akan datang.

Januari 2015 Penulis

(Damayanti) 145102001


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR SKEMA ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii\

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang ... 1

B. PerumusanMasalah ... 5

C. TujuanPenelitian 1. TujuanUmum ... 5

2. TujuanKhusus ... 5

D. ManfaatPenelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana (KB) 1. Pengertian ... 7

2. Sejarah Lahirnya Keluarga Berencana ... 7

3. Program KB di Indonesia ... 9

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan KB ... 9

5. Metode Keluarga Berencana ... 12

B. Dukungan Keluarga 1. Pengertian ... 17


(10)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga ... 19

C. Keikutsertaan 1. Pengertian ... 20

D. Keluarga 1. Pengetian ... 22

2. Ciri-Ciri Keluarga ... 22

3. Struktur Keluarga ... 23

4. Fungsi Pokok Keluarga ... 24

5. Keluarga Sejahtera ... 28

E. Wanita Usia Subur Resiko Tinggi... 29

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL A. KerangkaKonsep ... 32

B. Hipotesis ... 32

C. Defenisi Operasional ... 33

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 34

B. Populasi dan Sampel ... 34

C. Tempat Penelitian ... 36

D. Waktu Penelitian ... 37

E. Etika Penelitian ... 37

F. Alat Pengumpulan Data ... 39

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 42


(11)

J. Pengolahan Data ... 45

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47

B. Pembahasan ... 55

C. Keterbatasan Penelitian ... 61

D. Implementasi Terhadap Pelayanan dan Penelitian ... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi operasional ... 34

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan karakteristik ... 47

Tabel 5.2 Distribusi jawaban responden variabel dukungan ... 48

Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan dukungan keluarga ... 50

Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan keikutsertaan pada program KB ... 50

Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan jenis alat kontrasepsi KB ... 51

Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan alasan tidak ikut serta program KB . 51 Tabel 5.7 Distribusi responden berdasarkan hubungan dukungan keluarga dengankeikutsertaan wanita resiko tinggi pada program KB ... 52


(13)

DAFTAR SKEMA


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Responden Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan Lampiran 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 5 : Master Tabel Penelitian

Lampiran 6 : Hasil Output Penelitian Lampiran 7 : Jadwal Penelitian

Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 9 : Balasan Surat Izin Penelitian

Lampiran 10 : Balasan Surat Selesai Penelitian Lampiran 11 : Daftar Riwayat Hidup Penelitian


(15)

Kecamatan Helvetia Tahun 2015 Damayanti

Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Abstrak

Latar Belakang: Pelayanan KB diarahkan untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, dengan sasaranya adalah meningkatkan partisipasi keluarga dimana prioritas utama diutamakan pada PUS yang istrinya mempunyai keadaan “4 terlalu”, untuk mengatasi masalah program KB yang ada seperti rendahnya jumlah peserta KB baru 61,9 % dari 71,08 juta pasangan usia subur dan Contraceptive Prevalence Rate yang hanya meningkat 0,5% selama lima tahun diperlukan salah satu unsure yaitu dukungan.

Tujuan penelitian: Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan

keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB.

Metodologi: Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan selama bulan Februari sampai Juni 2015. Subjek penelitian adalah wanita usia subur resiko tinggi yang terdapat di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia yang memenuhi kriteria sampel. Total sampel sebanyak 49 orang. Analisis data dilakukan dengan teknik pearson chis quare

Hasil: Dari hasil penelitian didapatkan mayoritas responden mendapat dukungan keluarga yaitu 28 orang (57,1%) dan mayoritas responden ikut serta program KB yaitu 31 orang (63,3%). Hasil uji pearson chis squaremenunjukan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB (p=0,001).

Kesimpulan: Penelitian membuktikan bahwa dukungan keluarga sangat penting diberikan pada wanita usia subur terutama yang memiliki keadaan resiko tinggi agar mau ikut serta pada program KB

Kata kunci: Dukungan Keluarga, Keikutsertaan, Wanita Usia Subur Resiko Tinggi, Program KB.


(16)

Damayanti

D-IV Studies Program Faculty of Nursing Midwife Educator University of Northern Sumatra

Abstract

Background: Family planning services are geared to support the achievement of the health of mothers and babies, the targets are increasing the participation of families in which the highest priority is placed on EFA that his wife has a state of "4 too", to overcome the problems existing family planning programs such as the low number of new acceptors 61, 9% of the 71.08 million couples of childbearing age and Contraceptive Prevalence Rate is only increased by 0.5% over the five years required one of the elements that support.

Objective: To determine the relationship of family support with the participation of high-risk women of childbearing age in the family planning program.

Methodology: The study was cross sectional analytic approach. This research was conducted during the months of February to June 2015. Subjects were women of childbearing age who are at high risk of Environmental V Dwikora Village District of Helvetia that meet the criteria of the sample. The total sample of 49 people. Data analysis was performed using pearson chi square.

Results: From the results, the majority of respondents support a family of 28 people (57.1%) and the majority of respondents participating family planning programs which 31 (63.3%). Pearson chi square test results showed that statistically there is a relationship between family support with the participation of high-risk women of childbearing age in the family planning program (p = 0.001). Conclusion: Research shows that family support is essential given to women of childbearing age who have a particularly high risk states to want to participate in family planning programs

Keywords: Family Support, Participation, High-Risk Women of Childbearing Age, Family Planning Programs.


(17)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dasar pemikiran lahirnya KB di Indonesia adalah adanya permasalahan kependudukan. Aspek –aspek yang penting dalam kependudukan yaitu: jumlah besarnya penduduk, jumlah pertumbuhan penduduk, jumlah kematian penduduk, jumlah kelahiran penduduk, dan jumlah perpindahan penduduk (Anggraini dan Martini, 2011).

Survei terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2010 menyebut, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta orang dan diperkirakan melonjak menjadi 247,5 juta jiwa pada tahun 2015. Tahun 2025 angkanya dapat menembus 273 juta orang dan meningkat menjadi 308 juta tahun 2050. Sementara berdasarkan data penduduk dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diperkirakan penduduk dunia pada tahun 2050 berjumlah 9,6 miliar jiwa atau meningkat 3,5 miliar jiwa dari 6,1 miliar jiwa pada tahun 2000. Sedangkan penduduk Indonesia bertambah sebesar 98 juta jiwa dari 206,2 juta jiwa tahun 2000 menjadi 303,8 juta jiwa pada tahun 2050.

Sementara itu jumlah penduduk miskin berdasarkan data BPS pada 2012 menyebutkan sebanyak 29,13 juta. Dengan jumlah pengangguran mencapai 7,2 juta orang, lulusan SMA dan SMK paling banyak menyumbang angka pengangguran. Ledakan penduduk tersebut menyumbang pada peningkatan angka kemiskinan, pengangguran bahkan kematian.Diantaranya AKI dan AKB lantaran dipicu faktor tak lansung seperti kemiskinan dan minimnya pendidikan ibu hamil untuk mengandung dan melahirkan bayi yang


(18)

sehat.Kesehatan ibu dan bayi baru lahir di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan karena masih besarnya jumlah ibu dan bayi yang mati.Angka kematian ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan ibu, dewasa ini masih tinggi di Indonesia bila dibandingkan dengan AKI di negara ASEAN lainnya (Kumalasari dan Andhyyantoro, 2012).

Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 mencatat, Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR) di Indonesia masih di angka 2,6 atau rata-rata Wanita Usia Subur (WUS) memiliki tiga anak. Angka itu tidak bergeser sejak 2003 hingga 2012. Padahal, puluhan tahun silam program KB di Indonesia menjadi model atau contoh bagi negara lain.

Adapun tingginya TFR di antaranya dipicu tingginya perkawinan usia muda. Penurunan angka kelahiran menurut umur (Age Specific Fertility Rate / ASFR), khususnya pada usia remaja (15-19 tahun) tidak signifikan, yaitu 48 kelahiran di 2007, sedangkan target BKKBN turun hingga 30 kelahiran di 2014. Angka kelahiran juga meningkat di usia 20-24 tahun juga meningkat dari 135 menjadi 138 kelahiran. Padahal kelahiran di usia muda turut memicu bertambahnya AKI dan AKB. Tinggimya TFR juga dipengaruhi pemakaian alat KB (Contraceptive Prevalence Rate / CPR) yang rendah. Selama lima tahun ini CPR hanya meningkat 0,5 atau naik dari 57,4 menjadi 57,9. Hal ini terjadi karena banyak peserta KB yang mengalami ketidakberlangsungan (drop out), kegagalan dan efek samping alat kontrasepsi.

TFR selain dipengaruhi oleh CPR juga di pengaruhi oleh Unmet need, sebesar 12,3% perempuan usia 15-49 tahun tidak ingin menakut efgunakan alokon karena tek samping, 10,1% karena masalah kesehatan dan 3,1%


(19)

karena dilarang oleh suami. Unmet need dapat menyebabkan terjadinya kehamilan tidak diinginkan (KTD), yang kejadiannya di Indonesia termasuk tinggi. Diperkirakan sekitar 6%-16% kematian ibu disebabkan oleh praktik aborsi yang tidak aman yang dilakukan dalam menanggulangi masalah KTD, yang pada akhirnya akan mempengaruhi AKI (RAN Pelayanan Keluarga Berencana 2014-2015, 2013).

Tak hanya terkait pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, peran KB sedianya lebih dari itu. Program ini turut mencegah bertambahnya jumlah AKI dan AKB. Karena seperti diketahui, dekatnya jarak kelahiran antara anak yang satu dengan yang lainnya, serta jumlah anak yang terlalu banyak sedikit banyak menjadi faktor meningkatnya AKB dan AKI.Di sinilah peran KB begitu penting.

Namun faktanya, jumlah peserta KB di Indonesia baru 44 juta pasangan usia subur. Jumlah peserta KB baru 61,9 persen dari 71,08 juta pasangan usia subur (PUS) pada 2012. Padahal, targetnya 65 persen.

Sebagai istri harus minta izin suami untuk memakai alat kotrasepsi. Jika suami tak mengizinkan, mereka tak akan memakai alat kontrasepsi. Sebagian pemuka agama mengharamkan penggunaan kontrasepsi kecuali dengan pertimbangan kesehatan.Rendahnya kepesertaan KB bisa memicu berbagai persoalan kesehatan dan sosial.Angka kematian ibu dan bayi lebih tinggi (Suryani dan Rosmauli, 2014).

Tujuan program KB adalah untuk membentuk keluarga kecil bahagia sejahtera, dengan salah satu sasarannya meningkatkan partisipasi keluarga (Anggraini dan Martini, 2011).


(20)

Keluarga mempunyai fungsi dalam bidang kesehatan, yaitu fungsi reproduksi. Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara 2 anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga dan mengembangkan kehidupan reproduksi yang sehat sebagai modal yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera (Setiadi, 2008).

Untuk mengatasi masalah program KB ini maka petugas keluarga berencana (PKB) melakukan komunikasi informasi dan edukasi (KIE-PEDULI) dengan tujuan membentuk keluarga PEDULI : keluarga peduli KB dan kesehatan reproduksi, keluarga peduli ketahanan keluarga. Salah satu unsurnya yaitu, “dukungan”, setiap keluarga sesuai dengan potensi dan kemampuannya berusaha mendukung secara aktif untuk menjadikan keluarga kecil bahagia sejahtera (Karwati, dkk, 2011).

Pelayanan KB diarahkan untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi karena kehamilan yang diinginkan dan berlangsung pada keadaan dan saat yang tepat, akan menjamin keselamatan ibu dan bayi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelayanan KB yaitu, prioritas KB diberikan terutama pada PUS yang istrinya mempunyai keadaan “4 terlalu”, tanggung jawab dalam keikutsertaan ber-KB merupakan tanggung jawab bersama suami dan istri dan member nasihat tentang metode yang cocok, sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan pada klien (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).

Dengan masalah yang muncul di atas, yaitu: AKI dan AKB yang semakin meningkat, TFR dan pengguna KB yang belum sesuai target, maka


(21)

diperlukan dukungan keluarga dalam mendorong keikutsertaan WUS, PUS, dan terutama wanita risiko tinggi dalam program KB untuk meningkatkan status kesehatan serta menciptakan keluarga kecil bahagia sejahtera. Maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimanakah hubungan antara dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti adakah hubungan antara dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita terutama wanita usia subur beresiko tinggi pada program KB di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kec. Helvetia Kota Medan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kec. Helvetia Kota Medan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi dukungan keluarga terhadap program KB di

Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kec. Helvetia Kota Medan.

b. Untuk melihat keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada

program KB di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kec. Helvetia Kota Medan.


(22)

D. Manfaat Penelitian

1. Pelayanan kebidanan

Diharapkan dengan penelitian ini maka pelayanan kebidanan terhadap program KB tidak hanya sekitar wanita saja untuk dipromosikan, tetapi juga pada keluarga. Sehingga dengan bertambahnya keaktifan keluarga dapat mendukung keberhasilan program KB.

2. Perkembangan ilmu kebidanan khususnya asuhan kebidanan

Dengan adanya penelitian ini semoga dapat menambah perkembangan ilmu kebidanan sehingga dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul yang berhubungan dengan asuhan kebidanan.Dan semoga program KB dapat dilaksanakan di program ANC sehingga membantu si ibu untuk segera memilih program KB sebelum melahirkan, dan hal tersebut dapat meningkatkan kualitas pelayanan ANC.


(23)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga Berencana (KB)

1. Pengertian KB

a. Upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga

kecil yang bahagia sejahtera (Undang-undang No.10/1992).

b. Keluarga Berencana (Family Planning, Planned Parenthood): suatu usaha

untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.

c. WHO (Expert Comimitte, 1970), tindakan yang membantu

individu/pasutri untuk: mendapatkan objektif-objektif tertentu,

menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.

2. Sejarah Lahirnya Keluarga Berencana

Dasar pemikiran lahirnya KB di Indonesia adalah adanya permasalahan kependudukan. Aspek-aspek yang penting dalam kependudukan adalah:

a. Jumlah besarnya penduduk

b. Jumlah pertumbuhan penduduk

c. Jumlah kematian penduduk

d. Jumlah kelahiran penduduk

e. Jumlah perpindahan penduduk

KB di Indonesia dimulai pada awal abad XX. Di Inggris, Maria Stopes, upaya yang di tempuh untuk perbaikan ekonomi keluarga buruh dengan


(24)

a. Tujuan Program KB

Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan social ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

Kesimpulan dari tujuan KB program KB adalah: memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga, dan bangsa; mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB yang berkualitas, termasuk upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penaggulangan masalah kesehatan reproduksi.

Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi: 1) Keluarga dengan anak ideal

2) Keluarga sehat

3) Keluarga berpendidikan

4) Keluarga sejahtera

5) Keluarga berketahanan

6) Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya

7) Penduduk tumbuh seimbang (PTS)

b. Sasaran Program KB

Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi: 1) Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14


(25)

2) Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan

3) Menurunya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin

menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 %.

4) Menigkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5% .

5) Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi rasional, efektif, efisien.

6) Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi

21 tahun.

7) Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang

anak.

8) Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1

yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.

9) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan KB Nasional.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan KB

a. Sosial ekonomi

Tinggi rendahnya status social dan keadaan ekonomi penduduk di Indonesia akanmempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB di Indonesia. Kemajuan program KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan. Contoh: keluarga dengan penghasilan cukup akan lebih mampu mengikuti program KB dari pada keluarga yang tidak mampu.


(26)

b. Budaya

Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode kontrasepsi.Faktor-faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakatmengenai berbagai metode, kepercayaan religious, serta budaya, tingkat pendidikan persepsi mengenai resiko kehamilan dan status wanita.

c. Pendidikan

Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan keluarga berencana tetapi juga pemilihan suatu metode.Beberapa studi telah memperlihatkan bahwa metode kalender lebih banyak digunakan oleh pasangan yang lebih berpendidikan.

d. Agama

Di berbagai daerah kepercayaan religious dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode.Sebagai contoh penganut katolik yang taat membatasi pemilihan kontrasepsi mereka pada KB alami. Sebagian pemimpin islam mengklaim bahwa sterilisasi dilarang sedangkan sebagian lainnya mengijinkan. Di sebagian masyaraka, wanita hindu dilarang mempersiapkan makananselama haid sehingga pola haid yang tidak teratur menjadi masalah.

e. Status wanita

Status wanita dalam masyarakat mempengaruhi kemampuan mereka memperoleh dan menggunakan berbagai metode kontrasepsi.Di daerah-daerah yang status wanitanya meningkat, sebagian wanita memiliki pemasukan yang lebih besar untuk membayar metode-metode yang lebih mahal serta memiliki lebih banyak suara dalam mengambil keputusan.


(27)

Sebagai komponen kesehatan reproduksi, pelayanan KB diarahkan untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi karena kehamilan yang diinginkan dan berlangsung pada keadaan dan saat yang tepat, akan menjamin keselamatan ibu dan bayi. Pelayanan KB sangat berguna dalam pengaturan kehamilan dan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak tepat waktu, karena pelayanan KB bertujuan menunda, menjarangkan, atau membatasi kehamilan bila anak sudah cukup.

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pelayanan KB yaitu sebagai berikut.

a. Prioritas pelayanan KB diberikan terutama pada pasangan usia subur

yang istrinya mempunyai keadaan “ 4 Terlalu”(terlalu tua >35 tahun, terlalu muda <19 tahun, terlalu banyak >5 anak, terlalu dekat jarak anak <2 tahun).

b. Tanggung jawab dalam keikutsertaan ber-KB merupakan tanggung

jawab bersama suami dan istri.

c. Memberi informasi yang lengkap dan adil tentang keuntungan dan

kelemahan masing-masing metode kontrasepsi.

d. Memberi nasihat tentang metode yang paling cocok, sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan pada klien.

Memberi informasi tentang kontraindikasi pemakaian berbagai metode kontrasepsi. Dalam program kesehatan reproduksi, wanita usia reproduksi pra-nikah mendapat perhatian melaui upaya penanganan program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), sedangkan untuk ibu usia reproduksi yang sudah berkeluarga dan belum ingin hamil atau menunda kehamilannya telah tersedia program keluarga berencana dengan strategi


(28)

Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera/NKKBS dengan dua anak cukup.

4. Metode keluarga berencana

Bagi pasangan yang berencana membatasi kehamilan dapat menggunakan metode KB yang meliputi metode sederhana (kondom, spermisida, koitus intruptus, pantang berkala) dan metode efektif dengan hormonal (pil KB progesterone only pil; suntikan KB: depoprovera setiap 3 bulan, norigest setiap 10 minggu, cyclofem setiap bulan; susuk KB setiap 5 tahun), mekanis dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) (copper T, medusa, seven copper), atau metode KB darurat.Pengguna program KB adalah yang menggunakan kontrasepsi modern.

a. KB metode efektif

1) Kontrasepsi hormonal

a) Kontrasepsi hormonal pil

Keuntungan dan kerugian memakai KB pil Keuntungan:

(1) Bila minum pil sesuai dengan aturan dijamin berhasil 100% (2) Dapat dipakai pengobatan terhadap beberapa masalah:

• Ketegangan menjelang menstruasi

• Perdarahan menstruasi yang tidak teratur • Nyeri saat menstruasi

• Pengobatan pasangan mandul

(3) Pengobatan penyakit endometriosis (4) Dapat meningkatkan libido


(29)

Kerugian:

(1) Harus minum pil secara teratur

(2) Dalam waktu panjang dapat menekan fungsi ovarium

(3) Penyulit ringan (berat badan bertambah, rambut rontok, mual sampai muntah).

(4) Memengaruhi fungsi hati dan ginjal. Petunjuk pemakaian KB pil

(1) Minumlah pil KB dengan teratur

(2) Bila lupa, pil KB yang harus diminum menjadi dua buah.

(3) Bila perdarahan, tidak memerlukan perhatian karena belum

beradaptasi.

(4) Gangguan ringan dalam bentuk mual dan muntah, sebaiknya

diatasi.

b) Kontrasepsi hormonal suntikan

Keuntungan dan kerugian KB suntikan Keuntungan:

(1) Pemberiannya sederhana setiap 8-12 minggu

(2) Tingkat efektifitasnya tinggi

(3) Hubungan seks dengan suntikan KB bebas

(4) Pengawasan medis yang ringan

(5) Dapat diberikan pascapersalinan, pasca-keguguran atau

pascamenstruasi Kerugian:

(1) Perdarahan yang tidak menentu (2) Terjadi amenorea


(30)

(3) Masih terjadi kemungkinan hamil

(4) Kerugian atau penyulit inilah yang menyebabkan peserta KB

menghentikan suntikan KB

c) Kontrasepsi hormonal susuk (norplant atau implant

Setiap kapsul susuk KB mengandung 36 mg levonorgestrel yang akan dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80mcg. Konsep mekanisme kerjanya sebagai progesteron yang dapat menghalangi pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi, mengentalkan lender serviks dan menghalangi migrasi spermatozoa, dan menyebabkan situasi endometrium tidak siap menjadi tempat nidasi.

Keuntungan:

(1) Dipasang selama lima tahun

(2) kontrol medis ringan

(3) dapat dilayani di daerah pedesaan (4) penyulit medis tidak terlalu tinggi

(5) biaya murah

Kerugian:

(1) Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat

menstruasi dan terjadi perdarahan yang tidak teratur (2) Berat badab bertambah

(3) Menimbulkan akne, ketegangan payudara


(31)

b. Kontrasepsi mekanis

Mekanisme kerja lokal AKDR:

1) AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan

reaksi benda asing dengan timbunan leukosit, makrofag, dan limfosit.

2) AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin,

yang menghalangi kapasitasi spermatozoa. Keuntungan AKDR:

1) AKDR dapat diterima masyarakat dunia.

2) Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit 3) Kontrol medis yang ringan

4) Penyulit tidak terlalu berat

5) Pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik Kerugian:

1) Masih terjadi kehamilan dengan AKDR in situ 2) Terdapat perdarahan

3) Leukorea, sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama

terasa lebih basah 4) Dapat terjadi infeksi

5) Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau

sekunder dan kehamilan ektopik

6) Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan


(32)

c. Menghentikan kehamilan 1) Vasektomi

Vasektomi adalah tindakan memotong dan menutup saluran mani (vas deferens) yang menyalurkan sel mani (sperma) keluar dari pusat

produksinya di testis. Keuntungan:

a) Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas. b) Sederhana

c) Cepat, hanya memerlukan anastesi local Kerugian

a) Diperlukan suatu tindakan operatif

b) Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti pendarahan atau

infeksi

c) Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual. 2) Tubektomi

Kontrasepsi ini juga disebut kontrasepsi mantap pada wanita, yaitu tindakan memotong tuba fallopi / tuba uterine.

Tubektomi merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba uterina dengan maksud tertentu untuk tidak mendapatkan keturunan dalam jangka panjang sampai seumur hidup (Anggraini dan Martini, 2011)


(33)

B. Dukungan Keluarga

1. Pengertian

Dukungan keluarga adalah semua bantuan yang diberikan oleh anggota keluarga sehingga akan memberikan rasa nyaman secara fisik dan psikologis pada individu yang sedang merasa tertekan atau stress (Taylor, 2006 dalam fadilah, 2013).

Dukungan keluarga adalah suatu prose hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya yang dapat diakses oleh keluarga yang dapat bersifat mendukung dan memberikan pertolongan kepada anggota keluarga (Friedman, 2010 dalam Fadilah, 2013).

Dukungan keluarga dapat berasal dari sumber internal yang meliputi dukungan dari suami, istri, atau dukungan dari saudara kandung dan keluarga besar (Widyastuti, 2009 dalam Fadilah, 2013).

2. Jenis Dukungan Keluarga

Jenis dukungan keluarga menurut Friedman (1998) ada empat, yaitu:

a. Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan

praktis dan konkrit.

b. Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah

kolektor dan desiminator (penyebar informasi).

c. Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah

umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga.

d. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman

dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.


(34)

Menurut Housen (Smet, 1994:136) setiap bentuk dukungan sosial mempunyai ciri-ciri antara lain:

a. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sma atau hampir sama

b. Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati, dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan maslah yang dihadapinya.

c. Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah

seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi, misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan lain-lain.

d. Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan

seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga


(35)

maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian positif (Setiadi, 2008).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

a. Faktor internal

1) Tahap perkembangan

Dukungan keluarga yang diberikan ditentukan oleh usia sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan individu. Setiap rentang usia akan memiliki respon yang berbeda pula terhadap kesehatan.

2) Pendidikan atau tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi persepsi individu terhadap dukungan. Kemampuan berpikir individu akan mempengaruhi dalam memahami factor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan kesehatan.

3) Faktor emosi

Faktor emosional sangat berpengaruh terhadap keyakinannya terhadap dukungan. Individu yang tidak mampu melakukan koping adaptif terhadap adanya ancaman penyakit akan menyangkal adanya gejala penyakit dan tidak mau menjalani pengobatan.

4) Spiritual

Aspek spiritual tampak pada individu saat menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan dan bagaimana hubungannya dengan keluarga atau teman.


(36)

b. Faktor eksternal 1) Praktik di keluarga

Cara dan bentuk dukungan yang diberikan keluarga akan mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.

2) Faktor sosioekonomi

Faktor sosioekonomi dapat memungkinkan risiko terjadinay penyakit dan sangat berpengaruh terhadap individu dalam melaksanakan kesehatannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi biasanya akan lebih tanggap terhadap kesehatan.

3) Latar belakang budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk dalam melaksanakan kesehatan.

C. Keikutsertaan

1. Pengertian

Keikutsertaan atau partisipasi secara harfiah, berarti “turut berperan serta dalam suatu kegiatan”, dan keluarga menurut Depkes RI (1988) adalah sebagai unit terkecil dalam masyarakat.

Partisipasi adalah peran serta aktif anggota masyarakat dalam berbagai jenjang kegiatan.Partisipasi adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam pengambilan keputusan, implementasi program, evaluasi serta memperoleh manfaat dari keterlibatannya dalam pengembangan program. Partisipasi adalah suatu proses sosial di mana anggota suatu kelompok masyarakat yang tinggal pada wilayah geografis tertentu


(37)

mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhannya, mengambil keputusan dan memantapkan mekanisme untuk memenuhi kebutuhannya.

Partisipasi dapat terwujud apabila syarat-syarat berikut terpenuhi:

1. Adanya rasa saling percaya antar anggota masyarakat.

Ketidakpercayaandan saling curiga dapat merusak semangat untuk partisipasi yang mulai tumbuh. Rasa saling percaya diciptakan melalui suatu niat baik untuk melakukan sesuatu demi kesejahteraan masyarakat.

2. Adanya ajakan dan kesempatan bagi anggota masyarakat untuk

berperan serta dalam kegiatan atau program.

3. Adanya manfaat yang dapat dan segera dapat dirasakan oleh

masyarakat.

4. Adanya contoh dan keteladanan dari para tokoh dan pemimpin

masyarakat.

Cary (1970) mengatakan, bahwa partisipasi dapat tumbuh jika tiga kondisi berikut terpenuhi:

1. Merdeka untuk berpartisipasi, berarti adanya kondisi yang

memungkinkan anggota-anggota masyarakat untuk berpartisipasi.

2. Mampu untuk berpartisipasi, adanya kapasitas dan kompetensi anggota

masyarakat sehingga mampu untuk memberikan sumbang saran yang konstruktif untuk program.

3. Mau berpartisipasi, kemauan atau kesediaan anggota masyarakat untuk

berpartisipasi dalam program.

Ketiga kondisi itu harus hadir secara bersama-sama. Apabila orang mau dan mampu tetapi tidak merdeka untuk berpartisipasi, maka orang tidak


(38)

akanberpartisipasi. Demikian juga untuk dua kondisi yang lain (Notoatmodjo, dkk, 2010).

Pada penelitian ini keikutsertaan pada program KB dimaksudkan adalah pada wanita usia subur pemakai KB modern, berupa KB pil, suntik, implan, AKDR, dan kontap atau yang disebut dengan pemakai KB aktif.

D. Keluarga

1. Pengertian

a. Menurut Duvall, keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan

oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota.

b. Menurut WHO (1969), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling

berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.

c. Menurut departemen kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

d. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

2. Ciri-Ciri Keluarga

a. Menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton


(39)

2) Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.

3) Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Nomen Clatur) temasuk

perhitungan garis keturunan.

4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh

anggota-anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

5) Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga. 3. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah:

a. Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. b. Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. c. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri. d. Patrilokal


(40)

e. Keluarga Kawin

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

4. Fungsi Pokok Keluarga

a. Friedman (1998)

Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut:

1) Fungsi efektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

2) Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.

3) Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan

menjaga kelangsungan keluarga

4) Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan

keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, yaitu fugsi untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

b. UU No. 10 tahun 1992 jo PP No. 21 tahun 1994


(41)

1) Fungsi keagamaan

a) Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup

seluruh anggota keluarga.

b) Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari-hari

kepada seluruh anggota keluarga.

c) Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam

pengamalan dari ajaran agama.

d) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang

keagamaan yang kurang diperolehnya disekolah atau masyarakat.

e) Membina rasa, sikap dan praktek kehidupan keluarga beragama

sebagai fondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera. 2) Fungsi budaya

a) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan

norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan.

b) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring

norma dan budaya asing yang tidak sesuai

c) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya

mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia.

d) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya

dapat berprilaku yang baik sesuai dengan norma bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi


(42)

e) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera.

3) Fungsi cinta kasih

a) Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar

anggota keluarga kedalam simbol-simbol nyata secara optimal dan terus menerus.

b) Membina tigkah laku saling menyayangi baik antar keluarga secara

kuantitatif dan kaulitatif

c) Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan

ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras, dan seimbang.

d) Membina rasa, sikap, dan praktikhidup keluarga yang mampu

memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

4) Fungsi perlindungan

a) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa

tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.

b) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai

bentuk ancaman dan tantangan yang dating dari luar.

c) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamana keluarga sebagai

modal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera. 5) Fugsi reproduksi

a) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi


(43)

b) Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah pembentukan keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental

c) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan

dengan waktu melahirkan, jarak antar 2 anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga.

d) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang

kondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera. 6) Fugsi sosialisasi

a) Menayadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga

sebagai wahana pendidikan dan sosialissasi anak pertama dan utama.

b) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga

sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan permaslahan yang dijumpainya baik dilingkungan sekolah maupun masyarakat.

c) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal

yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan mental), yang tidak, kurang diberikan oleh ligkungan sekolah maupun masyarakat.

d) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam

keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga orang tua dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.


(44)

7) Fungsi ekonomi

a) Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun didalam ligkungan

keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidapan keluarga.

b) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian,

keselarasan, dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga.

c) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan

perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras dan seimbang.

d) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk

mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. 8) Fungsi pelestarian lingkungan

a) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan intern keluarga.

b) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan

ekstern keluarga.

c) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan yang serasi, selaras, dan seimbang antara lingkingan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat sekitarnya.

d) Membina kaseadaran, sikap. Dan praktik pelestarian lingkungan

hidup sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.


(45)

5. Keluarga sejahtera

Menurut A.Mungit (1996) keluarga yang dibentuk atas dasar perkawian yang syah mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak.Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa memiliki hubungan serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

Berdasarkan kemampuan kelurga untuk pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya, dan aktualisasinya dimasyarakat, serta memperhatikan perkembangan negara Indonesia menuju negara industri, maka negara Indonesia menginginkan terwujudnya keluarga sejahtera (Setiadi, 2008).

E. Wanita Usia Subur Risiko Tinggi

Wanita usia subur adalah wanita yang berumur 15-49 tahun yang berstatus kawin maupun yang belum kawin atau janda (BKKBN, 2011). Sedangkan menurut Depkes RI (2009), wanita usia subur adalah semua wanita yang telah memasuki usia antara 15-49 tahun tanpa memperhitungkan status perkawinannya.

Dalam obstetri modern terdapat pengertian potensi risiko, dimana suatu kehamilan dan persalinan selalu mempunyai risiko, dengan kemungkinan bahaya/risiko terjadinya komplikasi dalam persalinan.Komplikasi dapat ringan atau berat yang menyebabkan terjadinya kematian, kesakitan, kecacatan pada ibu dan atau bayi.


(46)

Faktor risiko adalah kondisi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan kemungkinan risiko/bahaya terjadinya komplikasi pada persalian yang dapat menyebabkan kematian atau kesakitan pada ibu dan/bayinya.

Salah satu ciri faktor risiko/masalah dalah faktor risiko/masalah mempunyai hubungan dengan kemungkinan terjadinya komplikasi tertentu pada persalinan.

Ida Bagus Manuaba menyederhanakan faktor risiko sebagai berikut: 1. Berdasarkan anamnesis.

a. Usia ibu (<19 tahun, >35 tahun)

b. Riwayat operasi (operasi plastik pada vagina-fistel atau tumor vagina, operasi persalinan atau operasi pada rahim)

c. Riwayat kehamilan (keguguran berulang, kematian intrauterine, sering mengalami perdarahan saat hamil, terjadi infeksi saat hamil, anak terkecil berusia lebih dari 5 tahun tanpa KB, riwayat mola hidatidosa atau korio karsinoma)

d. Riwayat persalinan (persalinan prematur, persalinan dengan berat bayi lahir rendah, persalinan lahir mati, persalinan dengan induksi, persalinan dengan plasenta manual, persalinan dengan perdarahan postpastum, persalinan dengan tindakan (ekstraksi forceps, ekstraksi vakum, letak sungsang, ekstraksi versi, operasi sesar).

2. Hasil pemeriksaan fisik.

a. Hasil pemeriksaan fisik umum (tinggi badan kurang dari 145cm,

deformitas pada tulang panggul, kehamilan disertai: anemia, penyakit jantung, diabetes mellitus, paru-paru, hati, atau ginjal).


(47)

b. Hasil pemeriksaan kehamilan (kehamilan trimester satu: hiperemesis gravidarum berat, perdarahan, infeksi intrauterin, nyeri abdomen, serviks inkompeten, kista ovarium, atau mioma uteri.

Hebert Hutabarat. Membagi faktor kehamilan dengan risiko tinggi berdasarkan:

1. Komplikasi obstetrik (usia kurang dari 19 tahun atau lebih dari 35

tahun), paritas (primigravida tua primer atau sekunder, grande multipara), riwayat persalinan (abortus lebih dari 2 kali, partus premature 2 kali atau lebih, riwayat kematian janin dalam rahim, perdarahan pasca-persalinan, riwayat pre-eklamsia-eklamsia, riwayat kehamilan mola hidatidosa, riwayat persalinan dengan tindakan operasi, terdapat disproporsi sefalopelvik, perdarahan antepartum, kehamila ganda atau hidramnion, hamil dengan kelainan letak, dugaan dismaturitas, serviks inkompeten, hamil disertai mioma uteri atau kista ovarium.

2. Komplikasi medis, kehamilan yang disertai dengan anemia, hipertensi,

penyakit jantung, hamil dengan diabetes mellitus, hamil dengan obesitas, hamil dengan penyakit hati, hamil disertai panyakit paru, hamil disertai penyakit lainnya (Manuaba, A.C., dkk, 2010).

Jadi wanita usia subur resiko tinggi adalah wanita yang berusia 15-49 tahun yang memiliki keadaan resiko tinggi seperti yang telah dijelskan diatas baik melalui pemeriksaan anamnesa maupun pemeriksaan fisik.


(48)

KERANGKA KONSEP

Bagian ini akan menguraikan kerangka konsep penelitian yang akan menjelaskan lebih singkat mengenai variabel-variabel yang akan diteliti. Selain itu, pada bab ini akan menguraikan hipotesis penelitian.

A.Kerangka Konsep Penelitian

Independen Dependen

Keterangan:

: diteliti

: berhubungan

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari maslah penelitian.Hipotesis penelitian (Ha) merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang menunjukan adanya hubungan antara variabel bebas dan terikat. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha : Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia Kota Medan.

DUKUNGAN KELUARGA PADA

PROGRAM KB

KEIKUTSERTAAN WANITA USIA SUBUR YANG BERESIKO TINGGI UNTUK HAMIL PADA PROGRAM KB


(49)

C. Definisi Operasional

Variabel Penelitian

Definisi Operasional

Alat ukur Cara

ukur Hasil ukur

Skala ukur Independen Dukungan keluarga Semua bantuan yang diberikan oleh anggota keluarga yang dirasakan oleh ibu resiko tinggi. 1. Instrumental:

a. Bantuan fasilitas b. Ekonomi 2.Informasional: a. Nasehat b. Penyebar informasi. 3. Penilaian: a. Positif b.Penghargaan 4. Emosional: a. Empati b. Perhatian c. Cinta d.Kepercayaan

kuesioner angket Mendukung

jika

menjawab ≥ mean Tidak mendukung jika menjawab <mean Nominal Dependen Keikutsertaan Partisipasi ibu resiko tinggi pada program KB dengan memakai salah satu metode KB modern

kuesioner angket Ikut serta = 1

Tidak ikut serta = 0


(50)

METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan desain penelitian, populasi dan sampel, tempat penelitian, waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpul data, prosedur pengumpul data dan analisa data

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi korelasi dengan jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif analitik. Pengukuran pada variabel-variabel tersebut hanya dilakukan satu kali pada satu saat, ketika waktu penelitian ini berlangsung saja, sehingga pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan cross sectional, yaitu

suatu pengukuran atau pengumpulan data variabel bebas dan variabel terikat dilakukan pada satu saat.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik tertentu (Siswanto, Susila dan Suyanto, 2013). Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh wanita usia subur resiko tinggi yang bertempat tinggal di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia Kota Medan tahun 2015, yang berjumlah 49 orang yang di dapat dari observasi data kependudukan yang dimiliki oleh kelurahan Dwikora.


(51)

2. Sampel

Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Siswanto, Susila dan Suyanto, 2013). Sampel penelitian adalah sebagian wanitausia subur resiko tinggi yang bertempat tinggal di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia Kota Medan.

a. Kriteria Subjek Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian wanita usia subur yang mempunyai kriteria-kriteria yang telah ditetapkan sebagai sampel oleh peneliti. Adapun kriteria sampel sebagai berikut:

1) Kriteria Inklusi

a) Wanita usia subur yang memiliki salah satu kriteria resiko

tinggi.

(1) Usia ibu (<19 tahun, >35 tahun)

(2) Memiliki anak > 4 dan jarak antara anak < 2 tahun. (3) Memiliki riwayat operasi pada organ reproduksi

(4) Riwayat kehamilan (keguguran berulang, kematian

intrauterin, sering mengalami perdarahan saat hamil, terjadi infeksi saat hamil, anak terkecil berusia lebih dari 5 tahun tanpa KB, riwayat mola hidatidosa atau korio karsinoma.

(5) Riwayat Persalinan (persalian premature, persalinan

dengan berat bayi lahir rendah, persalian lahir mati, persalinan dengan: induksi, plasenta manual, perdarahan postpartum, persalinan dengan tindakan (ekstraksi forceps,


(52)

ekstraksi vakum, letak sungsang, ekstraksi versi,operasi sesar).

(6) Memiliki riwayat penyakit saat hamil sebelumnya

b) Bertempat tinggal di Lingkungan V Kelurahan Dwikora

Kecamatan Helvetia Kota Medan

c) Bersedia menjadi responden

d) Telah menikah

2) Kriteria eksklusi

a) Subyek menolak sebagai responden

b) Subyek tinggal sendiri

c) Subyek sedang hamil

b. Besar Sampel

Menurut Polit dan Hungler (1993, dalam buku Nursalam, 2008), menyatakan bahwa semakin besar sampel yang dipergunakan semakin baik dan representatife hasil yang diperoleh atau dengan kata lain semakin besar sampel, semakin mengurangi angka kesalahan.

Berdasarkan data populasi maka untuk pengambilan sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi yang telah dipilih berdasarkan kriteria yang ditetapkan sebesar 49 orang.

c. Teknik sampling

Teknik dalam mengambil sampel penelitian ini digunakan cara atau teknik-teknik tertentu, sehingga sampel tersebut dapat mewakili

populasinya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan total

sampling dengankriteriayaitu peneliti meneliti seluruh responden yang


(53)

Proses pengambilan sampel dalam penelitian ini dilaksanakan sebagai berikut:

a) Tahap I: memilih sampel menggunakan tekniktotal sampling

dariwanita resiko tinggi yang bertempat tinggal di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia Kota Medan b) Tahap II: memilih sampel secara proporsional.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia Kota Medan, kerena wilayah tersebut dapat mudah terjangkau untuk penelitian dan belum pernah dilakukan penelitian dengan judul yang sama sebelumnya.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan melakukan persiapan yaitu penyusunan proposal penelitian yang dimulai dari bulan Oktober 2014 sampai dengan Juni 2015, untuk penyusunan proposal dilakukan dari bulan November-Februari 2015, penelitian dan pengolahan hasil penelitian dilakukan dari bulan Februari-Juni 2015.

E. Etika Penelitian

Prinsip etika dalam penelitian yang menjadi pertimbangan peneliti adalah sebagai berikut:


(54)

1. Prinsip Manfaat

Penelitian ini merupakan penelitian dekskriptif, tanpa intervensi dan perlakuan, kemanfaatan yang didapat dalam batas perkembangan teoritis dan keilmuan, tetapi memerlukan informasi tepat dari responden. Peneliti akan memberikan penjelasan dan meyakinkan responden bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan mengenai dukungan keluarga dan keikutsertaan wanita resiko tinggi pada program KB, tidak akan digunakan dalam hal-hal yang bisa merugikan responden dalam bentuk apapun, selain itu peneliti sangat berhati-hati mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang akan berakibat kepada responden.

2. Prinsip Menghargai Hak Azasi Manusia

Penelitian memperlakukan responden secara manusiawi dan hanya diminta untuk memberikan informasi mengenai dukungan keluarga dan keikutsertaan pada program KB. Responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah mereka bersedia menjadi responden atau tidak, tanpa sanksi apapun.Peneliti memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada responden.

Memahami dan menerapkan informed consent, yaitu menjelaskan kepada

responden tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, memberikan kebebasan responden untuk berpatisipasi atau menolak menjadi responden.peneliti juga meminta tanda tangan responden sebagai bukti bahwa responden bersedia untuk berpatisipasi pada penelitian ini.


(55)

3. Prinsip Keadilan

Kewajiban dalam melakukan penelitian, peneliti memperlakukan responden secara adil sebelum, selama dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi terhadap mereka yang tidak bersedia sebagai responden.Keadilan dalam penelitian ini didapatkan oleh responden juga dengan tidak hanya memberikan data secara bermakna tetapi mendapatkan pengetahuan juga melalui pendidikan kesehatan dan berkonsultasi mengenai program KB setelah responden mengisi dan mengumpulkan kuesioner.

4. Prinsip Kerahasiaan

Peneliti tidak akan menampilkan identitas responden serta menjaga kerahasiaan data yang diperoleh dengan cara menggunakan kode responden. Identitas klien hanya ditulis dalam lembar persetujuan sebagai bukti tanggung jawab kesediaan menjadi responden.

F. Alat Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Sumber pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini untuk memperoleh data pada kedua variabel adalah data primer.Data primer merupakan sumber pertama yang diperoleh dari individu atau perorangan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan angket. Peneliti memberikan kuesioner yang akan diisi oleh responden.

3. Alat Pengumpulan Data


(56)

Instrumen Penelitian yang digunakan yaitu:

a. Instrumen A: merupakan instrument yang digunakan untuk

mendapatkan gambaran karakteristik responden meliputi usia, pendidikan, suku, pekerjaan, paritas, jarak antara usia anak < 2 tahun, memiliki riwayat obstetrik yang tidak baik sebelumya dan pernah operasi sesar.

b. Instrumen B: merupakan instrumen untuk mengetahui dukungan

keluarga. Instrumen yang dipakai berupa pertanyaan-pertanyaan yang dibuat sendiri oleh peneliti. Kuesioner disusun dalam bentuk pertanyaan tertutup dengan menggunakan skala nominal. Nilai masing-masing jawaban pada variabel dukungan keluarga akan dibagi menjadi jawaban ya bernilai 1 dan tidak bernilai 0. Masing-masing item pertanyaan terdiri dari: pertanyaan dukungan instrumental (1-3), dukungan informasional (4-6), dukungan penilaian (7,8), dukungan emosional (9-16), sehingga total nilai tertinggi adalah 16.Pengukuran atau penilaian dukungan responden dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan perhitungan nilai rata-rata atau mean (�̅) dari hasil jawaban responden. Dengan kategori mendukung : skor ≥ nilai mean ( �̅), dan tidak mendukung: skor <nilai mean (�̅) dengan kwesioner berjumlah 13 buah.

c. InstrumenC : merupakan instrumen untuk mengetahui keikutsertaan

wanita resiko tinggi pada program KB, jika respoden memakai alat KB maka responden dikatakan ikutserta = 1, dan jika responden tidak memakai alat KB maka dikatakan tidak ikutserta = 0.


(57)

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skors (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skors total kuesioner tersebut. Bila semua pertanyaan mempunyai

korelasi yang bermakna (construct validity), berarti semua item

(pertanyaan) yang ada di dalam kuesioner itu mengukur konsep yang kita ukur.Pertanyaan-pertanyaan diberikan kepada sekelompok responden sebagai sasaran uji coba.Kemudian pertanyaan-pertanyaan (kuesioner) tersebut diberi skor atau nilai jawaban masing-masing sesuai dengan sistem penilaian yang telah ditetapkan. Setelah diperoleh skor dari masing-masing pertanyaan selanjutnya menghitung korelasi antara skors masing-masing pertanyaan dengan skors total. Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi product moment sehingga diperoleh nilai r

dari masing-masing item (pertanyaan). Untuk melihat apakah nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan itu signifikan, maka perlu dilihat pada tabel nilai product moment, yang biasanya ada di buku-buku statistik. Jika nilai

r lebih besar dari nilai tabel maka dapat dikatakan item (pertanyaan) tersebut memenuhi taraf signifikan. Apabila ditemukan item (pertanyaan) yang tidak signifikan maka item (pertanyaan) tersebut harus diganti atau direvisi untuk memperoleh alat ukur yang valid.

Uji validitas dilakukan di Desa Aras Panjang dan Desa Martebing Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Februari 2015 kepada 20


(58)

responden, hasil uji validitas terhadap instrument B untuk pernyataan dukungan keluarga dari 16 pernyataan mempunyai r hasil 0.414 sampai dengan 0.850, terdapat 3 pernyataan yang tidak valid yaitu pernyataan 3, 9, dan 13. 13 pernyataan lainnya memiliki r hasil lebih besar dari r table 0.444, sehingga pernyataan tersebut dikatakan valid

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana instrument suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Perhitungan uji reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan-pertanyaan yang sudah memiliki validitas.Cara menghitung reliabilitas alat ukur pada penelitian ini menggunakan teknik sekali ukur dengan melihat nilai

Alpha Cronbach.

Hasil uji reliabilitas instrument B untuk dukungan keluarga dilakukan pada 13 pernyataan yang dinyatakan valid, dengan nilai r alpha (0.936) lebih besar dibandingkan nilai r table (0.361), maka 13 pernyataan yang telah valid tersebut dinyatakan reliable

H. Prosedur Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya.Data primer ini disebut juga data asli atau data baru.


(59)

Sebelum dilakukan pengambilan data, peneliti mengurus surat perijinan untuk melakukan studi pendahuluan dan penelitian di bagian Pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Alur birokrasi perijinan peneliti yaitu mulai surat ijin dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara kemudian di berikan kepada Kepala Kelurahan Dwikora. Pihak terkait akanmemberikan surat balasan yang memberikan pernyataan ijin untuk melakukan studi pendahuluan dan penelitian. Surat tersebut digunakan oleh peneliti untuk mengambil data penelitian.

Pada penelitian ini data primer diperoleh peneliti melalui tahapan pengumpulan data dukungan keluarga dan pengumpulan data keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB. Peneliti mendatangi respondesi dan meminta kesediaan untuk menjadi responden, menjelaskan tujuan, maksud serta cara pengisian kuesioner, kemudian membagi kuesioner kepada responden dan meminta responden mengisi kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti.

Kuesioner yang telah diisi oleh responden dikembalikan dan dicek kelengkapannya.Kuesioner yang digunakan terdiri dari :.

1. Karakteristik responden

Berisikan umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, tinggi badan, riwayat kesehatan, riwayat persalinan dan agama.

2. Dukungan keluarga pada wanita usia subur resiko tinggi pada program

KB


(60)

I. Analisis Data

Semua data terkumpul maka data akan diolah dengan software pengolah data dengan tahap-tahap berikut :

1. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah :

a. Lengkap : semua pertanyaan sudah terisi jawabannya

b. Jelas : jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terbaca c. Relevan : jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaan

d.Konsisten : apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi

jawaannya konsisten.

2. Coding

Pada tahap ini dilakukan pengkualifikasian data dan pemberian kode dari setiap jawaban dalam bentuk angka agar pada saat proses data dapat mempermudah analisa data.

3. Processing

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang sudah di-entry dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke paket program komputer. Ada bermacam-macam paket program yang dapat digunakan untuk pemprosesan data dengan masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.


(61)

4. Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak.Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita meng-entry ke computer.

J. Pengolahan Data

Data yang telah diolah kemudian dianalisa sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan.Analisa data bertujuan untuk menyusun data secara bermakna sehingga mudah dipahami.Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis univariat dan bivariat.

1. Analisa univariat

Penelitian ini menggunakan analisis univariat untuk mendeskripsikan karateristik setiap variabel yang diukur. Karakteristik responden yang meliputi usia, paritas, jarak antara usia anak < 2 tahun,, memiliki riwayat obstetrik yang tidak baik sebelumya, pendidikan, suku, dan pekerjaan, jenis KB yang digunakan, alasan tidak menggunakan alat KB.

Analisa univariat untuk variabel dukungan keluarga dan keikutsertaan yang dianalisis untuk menghitung frekuensi dan persentase variabel.Penyajian data variabel dalam bentuk tabel dan diinterprestasikan berdasarkan hasil yang diperoleh.

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap 2 variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi.Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel yaitu mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita resiko tinggi.


(62)

Pada analisa bivariat digunakan analisis chi squareuntuk melihat

hubungan antara variabel dependen dengan independen pada penelititian ini.


(63)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Keikutsertaan Wanita Usia Subur Subur Resiko Tinggi pada Program KB di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia”. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai Februari 2015 sampai dengan selesai dengan jumlah responden sebanyak 49 orang. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan keikurtsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB, peneliti menggunakan kuesioner yang berisikan beberapa pernyataan tentang dukungan yang diberikan oleh keluarga dan keikutsertaan ber-KB. Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB di lingkungan V kelurahan Dwikora kecamatan Helvetia.

1. Analisa univariat

Bagian ini menyajikan distribusi responden berdasarkan karakteristik responden yang terdiri dari pendidikan, suku, pekerjaan, penyebab resiko tinggi, jenis KB yang digunakan, dan alasan tidak menggunakan KB, dukungan keluarga, dan keikutsertaan KB yang seluruhnya memiliki skala kategorik.


(64)

a. Karakteristik Responden

Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data tentang karakteristik responden, yaitu berdasarkan usia, pendidikan, suku, dan pekerjaan yang dapat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.1

Distribusi responden berdasarkan karakteristik di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan HelvetiaKota Medan (n = 49)

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Usia <19 19-35 >35 4 20 25 8,2 40,8 51 Pendidikan SD SMP SMA PT 9 15 18 7 18,4 30,6 36,7 14,3 Suku Jawa Batak Melayu 35 11 3 71,4 22,4 6,1 Pekerjaan IRT Buruh lepas Pedagang PNS Karyawan swasta 28 7 7 4 3 57,1 14,3 14,3 8,2 6,1 Paritas ≤4 >5 45 4 91,8 8,2

Jarak anak

<2 tahun ≥2 tahun

4 45

8,2 91,8

Riwayat persalinan

Normal Tidak normal 37 12 75,5 24,5


(65)

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Riwayat operasi

organ reproduksi

Pernah Tidak pernah

6 43

12,2 87,8

Riwayat penyakit pada kehamilan terdahulu

Ada Tidak ada

3 46

6,1 93,9

Berdasarkan tabel 5.1 dari 49responden, mayoritas respoden berusia lebih dari 35 tahun (>35) yaitu 25 orang (51%), mayoritas berpendidikan SMA yaitu 18 orang (36,7%), mayoritas respoden bersuku Jawa yaitu 35 orang (71,4%), mayoritas responden sebagai IRT yaitu 28 orang (57,1%), mayoritas responden memiliki anak <5 sebanyak 45 orang (91,8%), mayoritas responden yang memiliki riwayat persalinan dengan normal yaitu sebanyak 37 orang (75,5%), mayoritas responden tidak memiliki riwayat operasi organ reproduksi yaitu 43 orang (87,8%), dan mayoritas responden tidak memiliki riwayat penyakit kehamilan terdahulu yaitu 46 orang (93,9%).

b. Kriteria Resiko Tinggi

Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data responden berdasarkan penyebab resiko tinggi yang dapat pada tabel berikut ini.


(66)

Tabel 5.2

Distribusi responden berdasarkan kriteria resiko tinggi di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia

Kota Medan(n = 49)

Kriteria resiko tinggi Beresiko (%) Tidak

beresiko (%)

Usia Paritas Jarak anak

Riwayat persalinan Riwayat operasi organ reproduksi Riwayat penyakit 29 4 4 12 6 3 59,2 8,2 8,2 24,5 12,2 6,1 20 45 45 37 43 46 40,8 91,8 91,8 75,5 87,8 93,9 Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 49responden, mayoritas respoden memiliki keadaan resiko tinggi dikarenakan usia yaitu 29 orang (59,2%).

c. Dukungan Keluarga

Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data tentang dukungan keluarga yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada variabel dukungan keluarga di Lingkungan V Kelurahan Dwikora

Kecamatan Helvetia Kota Medan (n=49)

No Pernyataan

Jawaban Responden

Ya Tidak

F % f %

1 Pemberian biaya untuk membeli

atau menggunakan alat kontrasepsi 35 71,4 14 28,6

2 Penyediaan fasilitas untuk membeli

atau menggunakan alat kontrasepsi 33 67,3 16 32,7

3

Keluarga memberikan informasi tentang alat kontrasepsi yang menurutnya baik digunakan

24 49 25 51

4 Pemberian selebaran atau poster

tentang informasi alat kontrasepsi 14 28,6 35 71,4

5 Pemberian nasehati pentingnya

menggunakan alat kontrasepsi. 30 61,2 19 38,8

6 Pemberian pujian atas tindakan


(67)

menggunakan alat kontrasepsi

7 Keluarga mengatakan menggunakan

alat kontrasepsi sangat bermanfaat 32 65,3 17 34,7

8 Keluarga bertanya sudakah

menggunakan alat kontrasepsi 32 65,3 17 34,7

9 Bersedia mendengarkan keluhan

untuk menggunakan alat kontrasepsi 31 63,3 18 36,7

10

Menenangakan dan menyemangati ketika takut atau ragu untuk menggunakan alat kontrasepsi

26 53 23 47

11 Keluarga marah saat tidak

menggunakan alat kontrasepsi 26 53 23 47

12

Memiliki rasa tanggung jawab ketika ada masalah dengan kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi

38 77,6 11 22,4

13 Ikut serta memutuskan alat

kontrasepsi apa yang digunakan 18 36,7 31 63,3

Berdasarkan tabel 5.3 distribusi frekuensi jawaban responden pada variable dukungan pernyataan yang dijawab ya paling banyak adalah pertanyaan pada nomor 12 sebanyak 38 orang (77,6%), sedangkan pernyataan yang dijawab paling sedikit adalah pada nomor 4 sebanyak 14 orang (28,6%).

Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 5.3diketahui jumlah responden yang mendapatkan dukungan keluarga yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.4

Distribusi responden berdasarkan dukungan keluarga di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia

Kota Medan (n = 49) Dukungan

Keluarga Frekuensi (%)

Mendukung Tidak mendukung 28 21 57,1 42,9

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari 49responden, mayoritas respoden yang memiliki keadaan resiko


(68)

tinggi didukung oleh keluarga untuk berKB yaitu 28 orang (57,1%) dan responden yang tidak mendapat dukungan dari keluarga sebanyak 21 orang (42,9%)

d. Keikutsertaan Wanita Resiko Tinggi pada Program KB

Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data tentang keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.5

Distribusi responden berdasarkan keikutsertaan pada program KB di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia

Kota Medan (n = 49) Keikutsertaan pada

program KB Frekuensi (%)

Ikut serta Tidak ikut serta

31 18

63,3 36,7

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat dari 49 responden mayoritas ikut serta menggunakan alat kontrasepsi KB yaitu sebanyak 31 orang (63,3%) dan yang tidak ikutserta menggunakan alat kontrasepsi KB yaitu sebanyak 18 orang (36,7%).

e. Jenis alat kontrasepsi KB yang digunakan

Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data tentang keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(69)

Tabel 5.6

Distribusi responden berdasarkan jenis alat kontrasepsi KB yang digunakan di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan

HelvetiaKota Medan (n = 31)

Jenis alat kontasepsi Frekuensi (%)

Pil Suntik Implan AKDR Kontap 7 16 4 2 2 14,3 32,7 8,2 4,1 4,1

Berdasarkan tabel 5.6 dari 31 orang responden yang memakai alat kontrasepsi KB, mayoritas yang digunakan yaitu jenis alat kontrasepsi suntik yaitu sebanyak 16 orang (32,7%), dan yang paling sedikit digunakan yaitu berjenis AKDR 2 orang (4,1%) dan kontrasepsi mantap 2 orang (4,1%).

e. Alasan tidak ikutserta program KB

Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data tentang keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.7

Distribusi responden berdasarkan alasan tidak ikut serta program KB di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia

Kota Medan (n = 18) Alasan tidak ikut

serta program KB Frekuensi (%)

Medis Non medis 3 15 6,1 30,6

Berdasarkan tabel 5.7 dari 18 orang responden yang tidak ikutserta program KB atau tidak memakai alat kontrasepsi KB, mayoritas memiliki alasan non medis yaitu sebanyak 15 orang (30,6%), dan memiliki alasan medis sebanyak 3 orang (6,1%).


(70)

2. Analisis bivariat

Analisa hubungan antara dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB di lingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia menggunakan uji statistik kai kuadrat (chi square) karena kedua variable merupakan

data katagori. Hasil uji statistik kai kuadrat dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8

Distribusi responden berdasarkan Hubungan Dukungan Keluarga dengan Keikutsertaan Wanita Usia Subur Resiko Tinggi pada

Program KB

Dukungan Keluarga

Keikutsertaan wanita usia subur resiko

tinggi Total

Nilai p

Ikut serta Tidakikut serta

F % F % F %

Mendukung 22 44,9 6 12,2 28 57,1

0,01 Tidak

mendukung 9 18,4 12 24,5 21 42,9

Total 31 63,3 18 36,7 49 100

Berdasarkan tabel 5.8 diatas menyatakan bahwa dari 28 responden (57,1%) yang mendapat dukungan keluarga, terdapat 22 orang (44,9%) ikut serta sebagai pengguna alat kontrasepsi KB dan yang tidak ikut serta menggunakan alat kontrasepsi KB yaitu 6 orang (12,2%). Dari 21 orang (42,9%) yang tidak mendapat dukungan keluarga terdapat 12 orang (24,5%) yang tidak ikut serta sebagai pengguna KB dan 9 orang (18,4%) ikut serta menggunakan alat kontrasepsi KB. Hasil uji statistik chisquare memperoleh nilai

p=0,01, dapat disimpulkan bahwa ada hubungansignifikan antara


(71)

tinggi pada program KB di Lingkungan V kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia Kota Medan.

B. Pembahasan

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang didapat dan dibandingkan dengan literatur serta hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini. Hal-hal yang dijelaskan adalah hasil penelitian pada hubungan variabel independen yaitu dukungan keluarga, terhadap variabel dependen yaitu keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia Kota Medan.

1. Dukungan Keluarga Wanita Usia Subur Resiko Tinggi pada Program KB di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia

Berdasarkan Tabel dukungan keluarga diatas menyatakan bahwa mayoritas responden mendapatkan dukungan keluarga yaitu sebesar 28 orang (57,1%) dan responden yang tidak mendapatkan dukungan yaitu 21 orang (42,9%) merupakan selisih yang cukup kecil dimana menunjukan bahwa responden masih banyak yang tidak mendapatkan dukungan keluarga.

Pada kuesioner, mayoritas responden sebanyak 38 orang (77,6%) menjawab bahwa keluarga merasa bertanggung jawab jika terdapat masalah dalam pemakaian alat kontrasepsi KB, ini memperlihatkan bahwa keluarga memperlihatkan kepeduliannya saat ada masalah yang dialami oleh responden. Minoritas responden yaitu


(72)

sebanyak 14 orang (28,6%) menyatakan bahwa keluarga tidak memberikan informasi berupa selebaran tentang alat kontrasepsi KB, ini menunjukan bahwa keluarga kurang peduli tentang informasi alat kontrasepsi KB yang mendukung bagi responden untuk menggunakan alat kontrasepsi KB.

Dukungan keluarga merupakan proses yang terjadi selama masa hidup dengan sifat dan tipe dukungan yang bervariasi. Menurut Friedman (1998) terdapat empat jenis dukungan, yaitu dukungan instrumental, informasional, penilaian, dan emosional.Dukungan tersebut membentuk satu kesatuan dukungan keluarga terutama bagi anggota yang mempunyai suatu masalah. Dukungan keluarga dipengaruhi oleh faktor internal meliputi tahap perkembangan dimana dukungan tersebut ditentukan oleh usia dengan tahap perkembangan individu, pendidikan juga mempengaruhi persepsi individu terhadap dukungan karena kemampuan berpikir mempengaruhi dalam memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan kesehatan, emosi sangat mempengaruhi keyakinannya pada dukungan, dan spiritual yang mempengaruhi bagaimana setiap individu mengambil keputusan yang berhubungan dengan kesehatannya. Faktor eksternal juga mempengaruhi dukungan keluarga, praktik keluarga , sosioekonomi dan latar belakang budaya, dimana sebagai contoh jika seseorang memiliki sosioekonomi yang tinggi biasanya akan lebih tanggap terhadap kesehatan.


(73)

Keluarga merupakan orang yang paling dekat dan tempat yang paling nyaman bagi setiap orang. Keluarga dapat meningkatkan semangat dan motivasi untuk berperilaku sehat yaitu dengan mencegah keadaan bahaya yang dikarenakan kehamilan berikutnya pada wanita usia subur resiko tinggi. Dukungan keluarga adalah sikap dan tindakan keluarga dalam mendukung keputusan wanita usia subur resiko tinggi untuk memiliki keadaan reproduksi sehat.

2. Keikutsertaan Wanita Usia Subur pada Program KB di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia

Berdasarkan tabel keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB menyatakan bahwa, mayoritas responden ikut serta menggunakan alat kontrasepsi KB yaitu sebesar 31 orang (63,3%), dan yang tidak ikut serta pada program KB dengan tidak menggunakan alat kontrasepsi KB sebesar 18 orang (36,7%). Berarti masih terdapat wanita usia subur resiko tinggi yang tidak memakai alat kontrasepsi KB, padahal program KB mengutamakan kelompok resiko tinggi sebagai sasaran pengguna KB. Karena kelompok tersebut berpotensi besar untuk meningkatkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Mayoritas responden yang tidak memakai alat kontrasepsi KB memiliki alasan non medis yaitu 15 orang (30,6%).

Menurut Depkes RI (1988) keikutsertaan berarti turut berperan serta, yang dapat terwujud jika adanya rasa saling percaya, adanya ajakan, kesempatan, manfaat, dan contoh dari orang lain. Semua hal


(74)

itu mempengaruhi seseorang untuk berpartisipasi atau tidak dalam suatu hal.

Partisipasi atau keikutsertaan dapat tumbuh jika terdapat kondisi merdeka, mampu, dan mau berpartisipasi.Ketiga kondisi tersebut harus hadir secara bersama-sama (Notoatmodjo, dkk, 2010). Maka jika satu kondisi saja tidak ada maka orang tersebut tidak akan dapat berpartisipasi. Apabila orang mau dan mampu tetapi tidak merdeka untuk berpartisipasi maka orang tersebut tidak akan bisa berpartisipasi.

Jika seorang wanita usia subur resiko tinggi mampu dan merdeka berpartisipasi menggunakan alat kontrasepsi KB tetapi tetapi tidak memiliki keinginan ikut serta menggunakan alat kontrasepsi KB maka wanita tersebut tetap tidak akan menggunakan alat kontrasepsi KB. Program KB sendiri dibentuk untuk memciptakan keluarga kecil bahagia sejahtera, dimana sasaran utamanya adalah wanita resiko tinggi yang memiliki peluang untuk meningkatkan angka kematian ibu dan bayi.

3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Keikutsertaan Wanita Usia Subur Resiko Tinggi di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia

Berdasarkan hasil uji statistik chisquare diperoleh nilai

p=0,01<α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa adahubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita usia


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Pelaksanaan KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan

1 62 79

Hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB dilingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia Kota Medan Tahun 2015

0 3 96

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, dan Dukungan Keluarga dengan Keikutsertaan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Ber-KB di Wilayah Kerja Puskesmas Purwosari

0 3 12

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, dan Dukungan Keluarga dengan Keikutsertaan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Ber-KB di Wilayah Kerja Puskesmas Purwosari

0 3 16

Cover Hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB dilingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia Kota Medan Tahun 2015

0 0 14

Abstract Hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB dilingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia Kota Medan Tahun 2015

0 0 2

Chapter I Hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB dilingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia Kota Medan Tahun 2015

0 0 6

Chapter II Hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB dilingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia Kota Medan Tahun 2015

0 2 25

Reference Hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB dilingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia Kota Medan Tahun 2015

0 0 1

Appendix Hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB dilingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia Kota Medan Tahun 2015

0 1 15