Pengertian dan Macam Tindak Pidana Penganiayaan.

Dalam hal penggunaan wewenang perpanjangan penahanan tersebut KUHP memberi batas-batas sebagai berikut : a. Tersangka atau terdakwa dapat mengajukan keberatan dalam tingkat penyidikan dan penuntutan kepada ketua pengadilan tinggi, pemeriksaan pengadilan negeri dan pemeriksaan banding kepada ketua Mahkamah Agung Pasal 29 Butir 7 KUHAP. b. Tersangka atau terdakwa berhak minta ganti kerugian sesuai dengan ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96, apabila tenggang waktu penahanan sebagaimana tersebut dalam Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27 dan Pasal 28 atau perpanjangan penahanan sebagaimana tersebut dalam Pasal 29 ternyata tidak sah Pasal 30 KUHAP tersebut : “apabila tenggang waktu penahanan”….”ternyata tidak sah”, kurang tepat, karena bukan tenggang waktunya yang tidak sah, tetapi dasar hukumnya atau cara melakukannya. Andi Hamzah, 1996 : 139 7

F. Pengertian dan Macam Tindak Pidana Penganiayaan.

Penganiayaan adalah merupakan suatu perbuatan tertentu yang dengan sengaja dapat menimbulkan rasa sakit atau luka sebagai tujuan atau kehendak dari pelaku. Apabila perbuatan yang menimbulkan rasa sakit pada orang lain dengan tujuan seperti, orang tua memukul anaknya untuk menjamin ketertiban lingkungan keluarga, seorang ahli bedah melakukan pembedahan pada orang lain berdasarkan pada undang-Undang, tidak dapat dikategorikan sebagai tindak pidana. Moch. Anwar, 1982 : 103 8 7 Andi hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hal. 139 8 Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus, Alumni, Bandung, 1982, hal. 103 Disebutkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP maka kita dapat menggolongkan dalam beberapa jenis yaitu : 1 Penganiayaan Biasa Mengenai penganiayaan biasa dapat dilihat dalam pasal 351 KUHP yang menerangkan : a. Penganiayaan diancam dengan pidana pinjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah. b. Jika perbuatan mengakibatkan luka berat tersangka dikenakan pidana penjara paling lama lima tahun. c. Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun. d. Dengan penganiayaan disamakan dengan merusak kesehatan. e. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana. Penganiayaan pasal 351 ini sering dinamakan sebagai “Penganiayaan Biasa” diancam hukuman lebih berat jika penganiayaan ini mengakibatkan luka berat ayat 2, atau mati ayat 4, luka berat atau mati disini harus merupakan akibat yang tidak diinginkan pelaku, apabila luka berat tersebut adalah hal yang dimaksud pelaku, maka terhadapnya dapat dikenakan pasal 354 KUHP, sedangkan jika kematian yang tidak dimaksud oleh pelaku, maka terhadapnya dapat dikenakan pasal 338 KUHP tentang pembunuhan. 2. Penganiayaan Ringan Mengenai penganiayaan ringan ini diatur pasal 352 KUHP yang berbunyi : a. Kecuali yang tersebut dalam pasal 352 dan pasal 356 KUHP, maka penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk melakukan pekerjaan jabatan diancam sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan ini terhadap orang yang bekerja padanya atau menjadi bawahannya. b. Percobaan untuk melakukan tindak pidana ini tidak dipidana. 3. Penganiayaan Berencana. Penganiayaan berencana ini diatur dalam pasal 353 KUHP yang isinya meneragkan : a. Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana paling lama empat tahun. b. Jika perbuatan mengalami luka berat, tersangka dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun. c. Jika perbuatan mengakibatkan mati, tersangka akan dikenakan pidana penjara paling lama sembilan tahun Moch. Anwar, 1982 : 105. 9 Apabila penganiayaan seperti disebutkan dalam pasal 351 KUHP itu dilakukan dengan “direncanakan lebih dahulu” maka terhadap pelaku dapat dikenakan pasal 353 yang diancam dengan hukuman lebih berat dari pasal 351KUHP, jika berakibat “luka berat” atau “mati” namun dengan catatan “luka berat” atau “mati” tersebut bukan yang dimaksud pelaku dan dilakukan dengan “direncanakan lebih dahulu” akan dipidana lebih berat, tetapi jika “luka berat” tersebut merupakan tujuan yang dikehendaki pelaku dan dilakukan dengan “direncanakan lebih dahulu” maka terhadap pelakunya daoat dikenakan pasal 355 ayat 1 KUHP sedangkan jika matinya korban sebagai akibat dari perbuatan yang “direncanakan lebih dahulu” sebagai 9 Moch. Anwar, ✔ u ✕ u ✖ ✗ ✘ ✙ ✚ ✛ ✚ Bagian Khusus, Alumni, Bandung, 1982, hal. 105 maksudnya maka terhadap pelakunya dapat dikenakan pasal 430 KUHP tentang pembunuhan berencana. 4. Penganiayaan Berat Tentang penganiayaan berat diatur dalam pasal 354 KUHP yang menerangkan : a. Barang siapa melukai berat orang lain diancam karena melakukan penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun. b. Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah akan dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun. Pelaku tindak pidana dapat dikenakan pasal ini jika pelaku bermaksud “melukai berat” korbannya, tetapi jika luka berat tersebut hanya merupakan akibat Hukum sebagai maksudnya, maka hanya dikenakan pasal 351 ayat 2 KUHP.

III. METODE PENELITIAN

Untuk memecahkan masalah guna memberikan petunjuk pada permasalahan yang akan dibahas dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka dalam penelitian ini dperlukan metode tertentu. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam kerangka penulisan tersebut adalah :

A. Pendekatan Masalah

Penelitian terhadap akibat hukum perpanjangan penahanan yang diajukan oleh penyidik POLRI kepada Kejaksaan, maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan dengan dua cara, antara lain :

1. Pendekatan secara Normatif

Dengan cara melakukan studi kepustakaan dengan cara melihat, mempelajari dan mencatat ketentuan perundang-undangan yang ada hubungannya dengan pelaksanaan penahanan oleh penyidik POLRI dalam tindak pidana pasal penganiayaan, seperti Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

2. Pendekatan secara Empiris

Dimaksudkan untuk melihat kenyataan yang terjadi dalam praktek dilapangan, dimana pendekatan ini dilakukan dengan mengadakan wawancara dengan para pihak yang diangga ada hubungannya dengan permasalahan yang akan dibahas dengan menyebutkan tempat wawancara dengan menyiapkan daftar pertanyaan.