19 yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan dalam suatu
penyelidikan sains, atau prosedur yang diperlukan untuk memperoleh bukti itu.
c. Menarik dan mengevaluasi kesimpulan. Proses ini melibatkan
kemampuan menghubungkan kesimpulan dengan bukti yang mendasari atau seharusnya mendasari kesimpulan itu.
d. Mengkomunikasikan kesimpulan yang valid, yakni
mengungkapkan secara tepat kesimpulan yang dapat ditarik dari bukti yang tersedia.
e. Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains,
yakni kemampuan menggunakan konsep-konsep dalam situasi yang berbeda dari apa yang telah dipelajarinya.
Apabila siswa mampu melewati kelima komponen proses sains dengan baik, maka dapat dikatakan bahwa siswa tersebut memiliki karakter literasi
sains dalam dirinya. Sebagaimana Poedjiaji dalam Hendrawati 2012: 1 menyatakan bahwa,
Seseorang yang memiliki literasi sains dan teknologi adalah yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah menggunakan
konsep-konsep sains yang diperoleh dalam pendidikan sesuai jenjangnya, mengenal produk teknologi yang ada di sekitarnya
beserta dampaknya, mampu menggunakan produk teknologi dan memeliharanya, kreatif membuat hasil teknologi yang
disederhanakan dan mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai dan budaya masyarakat.
Selanjutnya, Rubba dalam Hendrawati 2012: 1 mengemukakan bahwa,
Karakteristik individu yang memiliki literasi sains adalah sebagai berikut: a bersikap positif terhadap sains; b mampu menggunakan
proses sains; c berpengetahuan luas tentang hasil-hasil riset; d memiliki pengetahuan tentang konsep dan prinsip sains, serta mampu
menerapkannya dalam teknologi dan masyarakat; e memiliki pengertian hubungan antara sains, teknologi, masyarakat, dan nilai-
nilai manusia; f berkemampuan membuat keputusan dan terampil menganalisis nilai untuk pemecahan masalah-masalah masyarakat
yang berhubungan dengan sains tersebut.
20 Untuk dapat mengukur literasi sains siswa, PISA tahun 2003 dalam
Hermawan 2011: 15 menetapkan bahwa, Ada 3 komponen proses sains dalam penilaian literasi sains sebagai
berikut; 1 mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksi gejala sains. 2 memahami penyelidikan sains. 3 menginterpretasikan bukti dan
kesimpulan sains.
B. Kerangka Pemikiran
Untuk dapat berargumen, siswa harus mampu memberikan penjelasan kritis dan perlu berpikir kreatif. Hal tersebut bisa didapatkan dengan melakukan
pengamatan, bereksperimen, dan mengevaluasi bukti. Namun, perlu diingat bahwa siswa tak akan mampu merancang proses belajarnya sendiri. Guru
harus membimbing dan mendampingi siswa dalam setiap aktivitas belajarnya untuk dapat membantu siswa dalam membangun sebuah konsep sains.
Oleh karena itu, pembelajaran Problem Based Learning PBL dapat digunakan guru dalam membimbing aktivitas belajar siswa untuk mengamati,
bereksperimen, dan mengevaluasi bukti yang didapatnya. Dalam pembelajaran sains, pengetahuan sains bukanlah sebuah informasi. Siswa harus mulai
dibiasakan untuk membangun konsepnya sendiri tentunya dengan bimbingan guru. Dengan model pembelajaran ini, dirancanglah sebuah pembelajaran
yang mengharuskan siswa untuk memberikan argumen terhadap permasalahan yang dimunculkan saat proses belajar berlangsung. Berangkat dari sebuah
permasalahan, menganalisis permasalahan, dan mengungkapkan pendapat atau argumennya tentang masalah tersebut dengan baik. Pembelajaran seperti ini
diharapkan dapat meningkatkan literasi sains siswa. Menumbuhkan benih-
21 benih masyarakat yang peduli dan kritis terhadap berbagai fenomena sains
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Adapun diagram pemikirannya adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan satu kelas. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh skill
argumentasi terhadap literasi sains siswa SMP. Pada penelitian terdapat tiga bentuk variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah skill argumentasi X, sedangkan variabel terikatnya adalah literasi sains siswa Y, dan pembelajaran berbasis
masalah PBL adalah variabel moderatornya Z. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
dan pengaruh variabel moderator terhadap variabel bebas dan variabel terikat, maka dapat dijelaskan dengan paradigma pemikiran seperti berikut ini :
Pembelajaran Materi Getaran dan
Gelombang
Skill Argumentasi
Literasi Sains
menerapkan
memunculkan Proses
pembelajaran Problem Based
Learning
22
Gambar 2.3. Bagan Paradigma Pemikiran
Keterangan : X = skill argumentasi
Y = literasi sains siswa Z
= pembelajaran berbasis masalah PBL r
= pengaruh skill argumentasi terhadap literasi sains siswa SMP
C. Hipotesis
Hipotesis penelitian yang akan diuji adalah sebagai berikut : 1.
Hipotesis pertama: Ada pengaruh skill argumentasi terhadap literasi sains siswa.
2. Hipotesis kedua: Ada peningkatan literasi sains siswa dengan
menggunakan skill argumentasi.
x
Z Y
r
23
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bangunrejo Lampung Tengah pada semester genap tahun pelajaran 20122013
yang terdiri dari lima kelas yaitu VIII
A
sampai VIII
F
dan berjumlah 192 siswa.
B. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu penentuan sampel dari anggota populasi dengan
pertimbangan tertentu Sugiono, 2008: 124 pertimbangan tertentu yang dilakukan dalam memilih satu kelas sebagai sampel adalah dengan melihat
keaktifan dan prestasi belajar fisika siswa semester ganjil tahun pelajaran 20122013. Berdasarkan keaktifan dan rata-rata prestasi siswa, siswa kelas
VIII
B
memiliki keaktifan dan prestasi yang lebih baik sehingga kelas VIII
B
ditetapkan sebagai sampel.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas X yaitu skill argumentasi yang diukur dengan menggunakan lembar penilaian skill
argumentasi dan soal pilihan beralasan. Satu variabel terikat Y yaitu literasi