KONSEP PERANCANGAN LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KLINIK BERSALIN DI BANTUL.
BAB VI
KONSEP PERANCANGAN
6.1. Konsep Perancangan
Konsep dari wujud perancangan bangunan Klinik Bersalin yang memberikan pengalaman ruang yang menenagkan melalui penataan ruang dalam dan luar dengan pendekatan psikologi Ibu Hamil adalah adalah melalui pemenuhan kebutuhan psikologi ibu hamil yang sesuai dengan perasaan yang sedang dihadapi pada periode kehamilan.
Dari psikologi yang dihadapi pada periode kehamilan psikologi yang perlu dipenuhi adalah dari perasaan cemas, gembira, dan tertekan. Dari tiga perasaan yang muncul pada periode kehamilan tersebut dapat diwujutkan dalam melalui teori Teritory perancangan.
Skema 6.1 Penzoningan pada site
6.2. Bentuk Tatanan Lingkungan Makro (Masa Pada Site)
Berdasarkan Analisis Masa Bangunan Pada Klinik bersalin dengan Pendekatan Psikologi Ibu Hamil Tabel 5.6 Organisasi massa yang akan diterapkan
(2)
adalah Cluster dengan alur masa Linear yang paling mungkin diterapkan dengan
pendekatan Psikologi Ibu Hamil
Skema 6.2 Peletakan Masa pada Site
6.3. Konsep Kontrol , Teritori 6.3.1. Penzoningan Unit Ruang
Tabel 6.1 Penzoningan Unit Ruang
Unit Ruang Zoning Rawat Jalan Publik Emergency Publik Laboratorium Semi Publik Bagian
Kebugaran
Semi Privat
Bagian Persalinan
Privat
Rawat Inap Privat Pengelola Semi Publik
(3)
6.3.3. Konsep Tata Ruang Dalam
Bentuk Tatanan Mikro (Ruangan Pada Yunit Klinik Bersalin)
1. Bentuk ruang tunggal dalam ruang diterapkan pada unit ruang Bersalin waterbirth
Gambar 6.1. Bentuk ruang unit Bersalin Sumber Data Pribadi
2. Bentuk ruang kelompok dalam ruang dapat diterapkan pada unit Pengelola, laboratorium, dan Farmasi
Gambar 6.2. Bentuk ruang unit Pengelola Sumber Data Pribadi
3. Bentuk ruang yang bersebelahan diterapkan rawat jalan, rawat inap
Gambar 6.3.bentuk ruang pada unit rawat jalan& rawat inap Sumber Data Pribadi
Space
Space
(4)
Skema 6.4 Tatanan Ruang dengan perabot
Skema 6.4 Tatanan Ruang Dalam dengan Ruang Luar (Taman) Tempat
Tidur
Bukaan yang memungkinkan
Tempat Duduk
Pemberian sekat Bukaan yang
(5)
6.3.4. Konsep Kualitas Pengamatan Ruang
A. Warna dan Pencahayaan
Pada Perencanaan Perancangan dimaksimalkan menggunakan pencahayaan alami pada siang hari. Tingakt pencahayaan yang berbeda diterapkan pada pengelompokan fungsi ruang yang berbeda.
- Fungsi utama, kebidanan dan rawat Jalan : menenangkan, lembut, ramah, privasi, intim
Cahaya dengan intensitas yang cukup, agar ruang mendapat penyinaran secara tidak berlebihan, yang akan membuat sang ibu merasa cepat lelah dan tegang. Namun tidak kurang agar tidak menimbulkan kecemasan.
- Kelompok ruang pegelola : Formal, mengkordinir, membangkitkan semangat Cocok digunakan pencahayaan dengan general lighting
- Kelompok ruang perawatan : Menenangkan, optimis, hangat, akrab. Pencahayaan dengan system general lighthing
- Kelompok ruang service, Laboratorium : Bersih, simple, akrab dan hangat Pencahayaan dengan system geral lighting
Warna yang digunakan adalah warna yang hangat dan akrab, namun menenangkan pada kelompok ruang dengan fungsi Pengelola, yaitu warna coklat bata maupun coklat tanah liat. Warna ini juga mampu membangun suasan kerja sama yang baik.
Penggunaan warna berbeda pada kelompok ruang dengan fungsi yaitu Rawat Jalan serta bagian Persalinan, yaitu warna biru ataupun hijau yang membawa dampak Psikologi yang menenangkan dengan kombinasi warna hangat yang akan memberikan rasa menyenangkan yaitu warna merah, orange.
Warna orange muda/ pucat baik digunakan pada ruang rawat inap untuk membantu memulihkan semangat.
(6)
B. Bahan
Penggunaan Bahan dengan yang sesuai dengan Psikologi Ibu Hamil :
Tabel 6.2 Bahan Material Bangunan
Unit Ruang Alternatif Penggunaan Bahan
Rawat Jalan Menggunakan dinding plester, serta beton. Bahan bingkai jendela menggunakan bahan kayu yang dicat.
Emergenc Dinding bata Plester, Bingkai Jendela Alumunium, kayu yg dicat warna hangat
Laboratorium Dinding Bata plesteran, bisa dilapisi kramik,Bingkai penggunaan Alumunium,atau kayu yang dicat warna putih Bagian
Kebugaran
Dinding Plesteran bata, Penggunaan batu alam, bata ekspose, kaca miror.
Bagian Persalinan
Dinding bata Plester, Jendela Almunium ekspose maupun diberi warna.
Rawat Inap Dinding bata Plester, bata ekspose, aksen kayu pada bingkai jendela.
Pengelola Dinding plester dengan , dengan bahan bukaan jendela kayu.
Servis Menggunakan dinding beton ekspose.
(7)
C. Tekstur
Tekstur halus digunakan untuk memberi kesan formal bersih pada bangunan pengelola, unit rawat jalan, serta persalinan. sedangkan pada bangunan rawat inap diberi tekstur sedikit kasar.
D. Bentuk Ruang
Tabel 6.3 Bentuk Ruang
Bentuk Penerapan pada bangunan
Persegi Persegi, persegi panjang pada dinding, plafon, lantai pada banguanan unit trimester 1,2,3.dan Nifas.
Segitiga Raut segitiga Diterapkan pada atap bangunan.
Lingkaran Bentuk lingkaran dapat digunakan pada denah ruang persalinan (Trimester 3), pada pola jenela/pintu. Pola lantai pada ruang terbuka.
E. Skala
Skala akrab dan intim diwujudkan dalam besaran ruang yang dapat dijangkau dan sesuai dengan skala besaran fisik penghuni. Intim juga berkesan melindungi, menjaga, namun tidak menekan dan tidak mengekang. Berlawanan dengan skala yang megah dan mengundang diwujudkan dalam ruang yang besar dibandingkan penghuninya, menimbulkan rasa terasing, sendiri, cemas, karena kurangnya kendali.
(8)
Tabel 6.4 Skala Dinding dengan elemen bukaan
Unit Ruang Alternatif Bentuk bukaan
Rawat Jalan Porposi antara jendela (dinding massif lebih besar) dari dinding pasif. Peletakan bukaan (jendela) dapat ditengah serta bentuk cenderung
Emergency Proporsi bukaan untuk pencapaian visual maupun suara diminimalkan mungkin. Bukaan diletakan pada tepian sisi bidang dan posisinya tidak tegak lurus dengan posisi pandang pasien pada saat ditangani (berbaring,duduk pada matras)
Laboratorium Proporsi bukaan jendela dan dinding massif sama. Bentuk Geometri sendiri dapat meninggalkan kesan kaku persegi, menjadi lebih lembut (lingkaran, lengkung)
Bagian Kebugaran
Proporsi bukaan lebih besar 3:1 dengan mempertahankan skala manusia, adanya interaksi yang natural antar ruang dalam dengan ruang luar. Batasan tinggi bukaan adalah posisi ibu hamil yang melakukan senam lantai.
Bagian Persalinan
Proporsi bukaan lebih kecil dibandingkan dinding massif, untuk menghindari masuk – keluarnya gangguan
(kebisingan dan aktivitas).
Rawat Inap Proporsi bukaan simbang dengan dinding massif. Pencapain visual yang mendoronng pasien untuk keluar dari dunianya (kamar inap) dilakukan dengan variasi bentuk pembingkai jendela.
Pengelola Proporsi bukaan 1/8 dari dari dinding massif sisiyang membatasi dengan ruang lain, pada sisi dinding yang menghadap lingkungan alam, dimaksimalkan
perbandingan 1/3
Servis Bukaan untuk ventilasi pada ruang peralatan dan bahan diletakan pada sisi atas dinding dan menghindari
(9)
F. Akustika Ruang
Untuk menangkal kebisingan beberapa hal yang perlu dilakukan adalah :
- Menggunakan Elemen kehijauan pohon – pohon pada sekitar tapak.
- Tapak disusun dalam beberapa zona yaitu pemisahan daerah Publik, semi publik, semi privat dan privat (pengaturan berdasarkan penzoningan) sesuai dengan aktivitas
- Penggunaan bahan bangunan yang tidak merambatkan suara.
- Ruang Istirahat ( ruang inap dijauhkan dari are yang menghasilkan polusi suara yang tinggi.
- Peletkan area parker yang jauh dari bangunan Klinik bersalin. Penggunaan barier berupa dinding penahan suara.
- Pada penataan ruang dengan ruang yang saling berhadapan, dihindari posisi pintu yang saling tegak lurus satu sama lain.
- Dalam mereduksi kebisingan digunakan pintupengisolasi bunyi.
6.4. Konsep Progamatik Ruang
6.4.1. Organisasi Ruang berdasar Unit Kegiatan
(10)
6.4.2. Konsep besaran ruang
Tabel 6.5 Ruang – ruang yag digunakan pada Priode I Kehamilan
Macam Ruang
Perhitungan atau asumsi
Besaran Ruang Standar
satuan ruang
Kapasitas Dimensi
Lobby 1,2 m2/ org 10 org 4x3 12
Receptionis 3 m2/ org 3 org 3x2,5 7,5
R.Konsultasi -KB
-Kandungan -Kehamilan -Gizi Ibu
3 m2/ org
3 org 3 org 3 org 3 org 2,5x2,5 3x2,5 3x2,5 2,5x2,5 6,25 7,5 7,5 6,25 R.Periksa R.USG R.Gelap R.Baca Film
5,04 m2/ rg 12 m2/ rg 9 m2/ rg 4 m2/ rg
3 org 3 org 2 org 3 org 3x2 3x3 3x3 2x2 6 9 9 4 UGD operasi Laboratorium
18 m2/ rg 2 org
250 300 100
R. Administrasi 3 m2/ org 2 org 3x2 6
R. Tunggu 1,08m2/ org 8 org 3x3 9
R.informasi 3m2/ org 3 org 3x3 9
Bag. Farmasi R.Obat R.Tunggu R.Racik obat R.Administrasi
12 m2/ rg 1,08 m2/ org
3 m2/ rg
1 rg 6 org 1 org 2x3 2x3 3x5 2x3 56 6 6 15 6
Toilet pengunjung 2 m2/ org 2 rg 1,8x2 3,6
(11)
Tabel 6.6 Ruang – ruang yag digunakan pada Priode II Kehamilan
Macam Ruang
Perhitungan atau asumsi
Besaran Ruang (m2) Standar
satuan ruang
Kapasitas Dimensi (mxm)
R.Konsultasi 3,6 m2 3 org 2,6x3 7,8
R.Seminar 20 org 7x8 56
R.Pelatihan kebugaran (2) 6 org 6x5 60
R.Pend. hypnobirth 4 org 3x4 12
R.Waterbirth 4 org 3,5x4 14
149,8
Tabel 6.7 Ruang – ruang yag digunakan pada Priode III Kehamilan
Macam Ruang
Perhitungan atau asumsi
Besaran Ruang Standar
satuan ruang
Kapasitas Dimensi
R.Konsultasi 3,6 m2/rg 3 org 2,6x3 7,8
R.Persiapan kelahiran (2)
1,2 m2/org 5 org 3x4 24
R.Kelahiran normal R.Hypnobirth (1) R.Waterbirth (1)
1,2 m2/org 5 org 5 org 5 org 4x5 4x5 4x5 20 20 20
R.Nifas (3) 1,2 m2/org 6 org 4x4 48
R. keperawatan 2 R.Perawatan bayi R.Fisioterapi R.pijat bayi
1,2 m2/org 10 box 4 org 4 org 8x5 3,5x4 6x7 3x4 80 14 7,5 7,5 268,8
(12)
Bagian Pengelola
Tabel 6.8 Besaran Ruang Pengelola
Macam Ruang
Perhitungan atau asumsi
Besaran Ruang Standar
satuan ruang Kapasitas Dimensi
R.Kepala 1,2 m2/org 3 org 3x3,5 10,5
R.Sekretaris 1,2 m2/org 2 org 2,7x3 8,1
R.Tamu (2) 1,2 m2/org 5 org 5x4,7 47
R. Rapat medis 1,2 m2/org 10 org 5x4 20
R. Rapat NonMedis 1,2 m2/org 10 org 5x4 20
R. Arsip 3 m2/ rg 2 org 4x4 16
R. Utilitas 9x8 72
193,6
Bagian Rawat Inap
Tabel 6.9 Besaran Ruang Rawat Inap
Macam Ruang
Perhitungan atau asumsi
Besaran Ruang Standar
satuan ruang Kapasitas Dimensi
Kamar kelas I (10) 1,2 m2/org 4 org 3x3,75 45
Kamar kelas II (10) 1,2 m2/org 6 org 3,75x5 112,5
Kamar Mandi/ Wc 10 rg 1,7x2 34
Dapur Guang bahan Persiapan
3 org 4x7
3x3 2,5x2,5
28 9 6,25
T,Ibadah 1,2 m2
/org 20 org 4x5 20
R. Laundry 1,2 m2/org 2 org 3,75x5 18,75
R.Clening service 1,2 m2/org 3 org 2,8x3 8,4
Kapel 1,2 m2
/org 10 org 4x5 20
R.Doa 1,2 m2
/org 10 org 4x5 20
(13)
Total Unit Klinik Bersalin =2120,6 m2 Sirkulasi 40% = 848,24 m2 2968,84 m2
Parkir motor 2x1 = 2 m2 (40 buah) = 80 Parkir mobil 3x3,5 = 10,5 m2(22 buah) = 231 Sirkulasi Parkir 60 % = 311x0,6 = 186,6
497,6 m2
Total Kebutuhan ruang Klinik Bersalin = 3466,4 m2
6.5. Konsep Sistem Penunjang bangunan 6.5.1. Keamanan Bangunan
Sistem yang direncanakan pada Klinik Bersalin di Bantul meliputi keamanan terhadap :
a. Pencegahan Kebakaran
Faktor bahaya kebakaran merupakan hal penting yang perlu dihindari dan dicegah terutama untuk melindungi :
- Manusia yang ada di dalamnya - Peralatan dan perlengkapan - Bangunan itu sendiri
Untuk itu perlu adanya sarana pencegahan kebakaran yang memadai dan berfungsi dengan baik serta kesiagaan terhadap kemungkinan kebakaran. Alat penanggulangan kebakaran itu antara lain:
- Sprinkler (pemancar air)
Ini otomatis pada suhu 57 0 - 710 C
Area jangkauan mencapai 25 m2, dipakai untuk pemahaman tahap awal.
Ruang jarak sprinkler head 6 m untuk ruangan dan 9 m untuk koridor. - Fire Hydrant
(14)
Jarak antar hydrant 25 – 30 m Mudah dilihat dan dijangkau
b. Penangkal Petir
Sistem penangkal petir digunakan pada bangunan dengan pertimbangan bahaya dengan petir. Pemakaian sistem penangkal petir juga dipertimbangkan terhadap penampilan bngunan. Sistem penangkal petir yang dapat digunakan yaitu:
- Sistem Faraday, keuntungan jarak jangkauannya luas tetapi biaya mahal - Sistem Franklin, biayanya murah tapi jarak jangkauannya terbatas dan
antananya cukup tinggi
- Sistem Radio aktif, jarak jangkauannya luas tetapi membahayakan lingkungan, karena mengandung zat kimia dan biayanya cukup mahal 6.5.2. Jaringan Air Bersih
Air bersih yang digunakan berasal dari dua sumber, yaitu : - PAM sebagai sumber utama
- Damp Well Pump
6.5.3. Jaringan Pembuangan Air Kotor dan Air Bekas
Kotoran atau tinja dibuang dengan sistem pembuangan melalui sptictank, dinetralisir dalam sebuah bak kemudian disalurkan ke sumur peresapan setempat yang dibuat dengan jarak minimal 10 m dari sumur air bersih. Air kotoran atau limbah dari kamar mandi disalurkan terlebih dahulu ke dalam bak untuk diolah selanjutnya disalurkan atau dibuang ke sumur peresapan, sumur peresapan ini diberi saluran ke riool kota sehingga nantinya tidak mencemari lingkungan sekitar. Sedangkan air limbah yang mengandung lemak disalurkan dahulu melalui bak penampungan lemak kemudian disalurkan ke sumur peresapan. Air hujan ditampung di bak penampungan air hujan kemudian disalurkan ke riool kota atau sumur peresapan.
Pengolahan Limbah
(15)
Yang termasuk dalam kategori sampah padat, yaitu :
- Sampah umum, yaitu sampah rumah tangga (domestic waste), misalnya : kertas, sisa makanan, dan lain-lain.
- Sampah B3 (Bahan Bahaya Beracun), mencakup :
Sampah Infeksius, misalnya : muntahan, jarum suntik disposable, dan perban.
Sampah toksik, misalnya : sisa bahan farmasi, bahan kimia yang tidak terpakai, bahn-bahan dari ruang jenasah.
Sampah radioaktif, misalnya : film, gips, jarum suntik, obat-obatan.
b. Limbah cair
Adalah semua air buangan dan tinja yang berasal dari klinik yang kemungkinan mengandung mikroorganisme pathogen, parasit, bahan kimia, dan bahan radioaktif. Pengolahan limbah klinik dibedakan antara limbah padat dan limbah cair, yaitu sebgai berikut:
6.5.4. Jaringan Air Hujan
Air yang jatuh di dalam site dibuatkan saluran drainase sehingga tidak ada genangan pada waktu musim penghujan, kemudian dibuatkan saluran ke sumur peresapan, agar kandungan air tanah di lingkungan tersebut tetap terjaga.
6.5.5. Tempat Penampungan Sampah
Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan perlu penyediaan tempat untuk menampung sampah sementaransebelum dibuang ke pembuangan akhir.
6.5.6. Jaringan Listrik
Sistem daya listrik yang utama dalam bangunan berasal dari :
- PLN terutama untuk melayani kebutuhan penerangan dan menjalankan perawatan seluruh kegiatan yang ada dalam bangunan.
- Generator/Genset digunakan sebagai cadangan yang bekerja secara otomatis apabila aliran listrik dari PLN terputus, ini digunakan dalam
(16)
keadaan darurat, Perletakannya harus dibuatkan ruangan kedap cuaca dan tahan getaran sehingga tidak mengganggu lingkungan.
-6.5.7. Parkir
Sistem Parkir yang digunakan dalam Klinik bersalin adalah pola Herringbone, dengan tujuan agar mudahnya kendaraan masuk dan keluar. Selain itu dipisahkan parkir antara pengunjung, pengelola serta ambulance.
(17)
DAFTAR PUSTAKA
Ching, Francis D.K.
Architecture : Form, Space & Order. 2ndEd. Neufert, Ernst
Data Arsitek Jilid 2; alih bahasa, Sunarto Tjahjadi; Ferryanto Chaidir, editor, Wibi Hardani –cet. 1. -- Jakarta : Erlangga, 2002.
Poedio Boedojo, Bambang Djati Kumoro, Tonno Supranoto, Asa Sasmita, Doni Prianto Johanes T. Sielie, Tata H. Kusnadi.
Arsitektur Manusia dan Pengamatan: Anggota IKAPI Copyright pada Djambatan. Percetakan Hastama – Jakarta 1986
-Handler, A. Benjamin.
Pendekatan Sistem Kepada Arsitektur. Penerbit Intermatra. Bandung. 1986
Departmen Kesehatan RI, Direktorat Instalasi Medik Direktorat Jendral Pelayanan Medik
Pokok – Pokok Pedoman Arsitektur Medik Rumah Sakit Umum Kelas C. Jakarta. 1991
Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI
Pokok – pokok Pedoman Rumah Sakit Umum Kelas A, B, C, D.
Internet :
www.Google.com
www.depkes.go.id/
www.scribd.com/.../PERUBAHAN-PSIKOLOGIS-PADA-MASA-... female.kompas.com/read/.../Kenali.Perubahan.Psikologis.Ibu.Hamil
www.ayahbunda.co.id/.../Kehamilan
(1)
Bagian Pengelola
Tabel 6.8 Besaran Ruang Pengelola
Macam Ruang
Perhitungan atau asumsi
Besaran Ruang Standar
satuan ruang Kapasitas Dimensi
R.Kepala 1,2 m2/org 3 org 3x3,5 10,5
R.Sekretaris 1,2 m2/org 2 org 2,7x3 8,1
R.Tamu (2) 1,2 m2/org 5 org 5x4,7 47
R. Rapat medis 1,2 m2/org 10 org 5x4 20
R. Rapat NonMedis 1,2 m2/org 10 org 5x4 20
R. Arsip 3 m2/ rg 2 org 4x4 16
R. Utilitas 9x8 72
193,6
Bagian Rawat Inap
Tabel 6.9 Besaran Ruang Rawat Inap
Macam Ruang
Perhitungan atau asumsi
Besaran Ruang Standar
satuan ruang Kapasitas Dimensi
Kamar kelas I (10) 1,2 m2/org 4 org 3x3,75 45
Kamar kelas II (10) 1,2 m2/org 6 org 3,75x5 112,5
Kamar Mandi/ Wc 10 rg 1,7x2 34
Dapur Guang bahan Persiapan
3 org 4x7
3x3 2,5x2,5
28 9 6,25
T,Ibadah 1,2 m2
/org 20 org 4x5 20
R. Laundry 1,2 m2/org 2 org 3,75x5 18,75
R.Clening service 1,2 m2/org 3 org 2,8x3 8,4
Kapel 1,2 m2
/org 10 org 4x5 20
R.Doa 1,2 m2
/org 10 org 4x5 20
(2)
Total Unit Klinik Bersalin =2120,6 m2 Sirkulasi 40% = 848,24 m2 2968,84 m2
Parkir motor 2x1 = 2 m2 (40 buah) = 80 Parkir mobil 3x3,5 = 10,5 m2(22 buah) = 231 Sirkulasi Parkir 60 % = 311x0,6 = 186,6
497,6 m2
Total Kebutuhan ruang Klinik Bersalin = 3466,4 m2
6.5. Konsep Sistem Penunjang bangunan 6.5.1. Keamanan Bangunan
Sistem yang direncanakan pada Klinik Bersalin di Bantul meliputi keamanan terhadap :
a. Pencegahan Kebakaran
Faktor bahaya kebakaran merupakan hal penting yang perlu dihindari dan dicegah terutama untuk melindungi :
- Manusia yang ada di dalamnya - Peralatan dan perlengkapan - Bangunan itu sendiri
Untuk itu perlu adanya sarana pencegahan kebakaran yang memadai dan berfungsi dengan baik serta kesiagaan terhadap kemungkinan kebakaran. Alat penanggulangan kebakaran itu antara lain:
- Sprinkler (pemancar air)
Ini otomatis pada suhu 57 0 - 710 C
Area jangkauan mencapai 25 m2, dipakai untuk pemahaman tahap awal.
Ruang jarak sprinkler head 6 m untuk ruangan dan 9 m untuk koridor. - Fire Hydrant
(3)
Jarak antar hydrant 25 – 30 m Mudah dilihat dan dijangkau
b. Penangkal Petir
Sistem penangkal petir digunakan pada bangunan dengan pertimbangan bahaya dengan petir. Pemakaian sistem penangkal petir juga dipertimbangkan terhadap penampilan bngunan. Sistem penangkal petir yang dapat digunakan yaitu:
- Sistem Faraday, keuntungan jarak jangkauannya luas tetapi biaya mahal - Sistem Franklin, biayanya murah tapi jarak jangkauannya terbatas dan
antananya cukup tinggi
- Sistem Radio aktif, jarak jangkauannya luas tetapi membahayakan lingkungan, karena mengandung zat kimia dan biayanya cukup mahal 6.5.2. Jaringan Air Bersih
Air bersih yang digunakan berasal dari dua sumber, yaitu : - PAM sebagai sumber utama
- Damp Well Pump
6.5.3. Jaringan Pembuangan Air Kotor dan Air Bekas
Kotoran atau tinja dibuang dengan sistem pembuangan melalui sptictank, dinetralisir dalam sebuah bak kemudian disalurkan ke sumur peresapan setempat yang dibuat dengan jarak minimal 10 m dari sumur air bersih. Air kotoran atau limbah dari kamar mandi disalurkan terlebih dahulu ke dalam bak untuk diolah selanjutnya disalurkan atau dibuang ke sumur peresapan, sumur peresapan ini diberi saluran ke riool kota sehingga nantinya tidak mencemari lingkungan sekitar. Sedangkan air limbah yang mengandung lemak disalurkan dahulu melalui bak penampungan lemak kemudian disalurkan ke sumur peresapan. Air hujan ditampung di bak penampungan air hujan kemudian disalurkan ke riool kota atau sumur peresapan.
Pengolahan Limbah
Limbah klinik pada umumnya dibedakan dalam dua jenis, yaitu: a. Limbah padat/sampah
(4)
Yang termasuk dalam kategori sampah padat, yaitu :
- Sampah umum, yaitu sampah rumah tangga (domestic waste), misalnya : kertas, sisa makanan, dan lain-lain.
- Sampah B3 (Bahan Bahaya Beracun), mencakup :
Sampah Infeksius, misalnya : muntahan, jarum suntik disposable, dan perban.
Sampah toksik, misalnya : sisa bahan farmasi, bahan kimia yang tidak terpakai, bahn-bahan dari ruang jenasah.
Sampah radioaktif, misalnya : film, gips, jarum suntik, obat-obatan.
b. Limbah cair
Adalah semua air buangan dan tinja yang berasal dari klinik yang kemungkinan mengandung mikroorganisme pathogen, parasit, bahan kimia, dan bahan radioaktif. Pengolahan limbah klinik dibedakan antara limbah padat dan limbah cair, yaitu sebgai berikut:
6.5.4. Jaringan Air Hujan
Air yang jatuh di dalam site dibuatkan saluran drainase sehingga tidak ada genangan pada waktu musim penghujan, kemudian dibuatkan saluran ke sumur peresapan, agar kandungan air tanah di lingkungan tersebut tetap terjaga.
6.5.5. Tempat Penampungan Sampah
Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan perlu penyediaan tempat untuk menampung sampah sementaransebelum dibuang ke pembuangan akhir.
6.5.6. Jaringan Listrik
Sistem daya listrik yang utama dalam bangunan berasal dari :
- PLN terutama untuk melayani kebutuhan penerangan dan menjalankan perawatan seluruh kegiatan yang ada dalam bangunan.
- Generator/Genset digunakan sebagai cadangan yang bekerja secara otomatis apabila aliran listrik dari PLN terputus, ini digunakan dalam
(5)
keadaan darurat, Perletakannya harus dibuatkan ruangan kedap cuaca dan tahan getaran sehingga tidak mengganggu lingkungan.
-6.5.7. Parkir
Sistem Parkir yang digunakan dalam Klinik bersalin adalah pola Herringbone, dengan tujuan agar mudahnya kendaraan masuk dan keluar. Selain itu dipisahkan parkir antara pengunjung, pengelola serta ambulance.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Ching, Francis D.K.
Architecture : Form, Space & Order. 2ndEd. Neufert, Ernst
Data Arsitek Jilid 2; alih bahasa, Sunarto Tjahjadi; Ferryanto Chaidir, editor, Wibi Hardani –cet. 1. -- Jakarta : Erlangga, 2002.
Poedio Boedojo, Bambang Djati Kumoro, Tonno Supranoto, Asa Sasmita, Doni Prianto Johanes T. Sielie, Tata H. Kusnadi.
Arsitektur Manusia dan Pengamatan: Anggota IKAPI Copyright pada Djambatan. Percetakan Hastama – Jakarta 1986
-Handler, A. Benjamin.
Pendekatan Sistem Kepada Arsitektur. Penerbit Intermatra. Bandung. 1986
Departmen Kesehatan RI, Direktorat Instalasi Medik Direktorat Jendral Pelayanan Medik
Pokok – Pokok Pedoman Arsitektur Medik Rumah Sakit Umum Kelas C. Jakarta. 1991
Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI
Pokok – pokok Pedoman Rumah Sakit Umum Kelas A, B, C, D.
Internet :
www.Google.com
www.depkes.go.id/
www.scribd.com/.../PERUBAHAN-PSIKOLOGIS-PADA-MASA-... female.kompas.com/read/.../Kenali.Perubahan.Psikologis.Ibu.Hamil www.ayahbunda.co.id/.../Kehamilan