Metode Peneliian ART 8 JRV 5.3 WATERMARK

423 Restoraif Jusice dalam Pemidanaan Korporasi Pelaku Korupsi Demi Opimalisasi ... Budi Suhariyanto Volume 5, Nomor 3, Desember 2016 Jurnal R ech tsVinding BPHN internasionalpemberantasan korupsi yaitu United Naions Covenion Against Corrupion UNCAC tahun 2003 sudah mencantumkan secara implisit dalam aricle 26 Liability of Legal Persons yang membuka kemungkinan pertanggungjawaban korporasi idak berupa sanksi pidana tetapi juga dapat diterapkan sanksi di luar pidana yang efekif dan proporsional. Dinyatakan bahwa negara Pihak wajib mengusahakan agar korporasi yang bertanggungjawab tersebut dikenakan sanksi pidana atau non-pidana yang efekif, proporsional dan bersifat larangan, termasuk sanksi keuangan. Kata sambung “atau” menjadi penanda bahwa pilihan penggunaan kebijakan penegakan hukum pidana jadi bersifat ulimum remedium keika sanksi non pidana dianggap idak dapat diandalkan. Dalam konteks ini dapat diarikan UNCAC mengarahkan negara pihak untuk mendahulukan upaya penyelesaian denganpendekatan restoraif jusice dari pada retribuif jusice dalam menangani perkara korporasi yang terlibat indak pidana korupsi. Bagi Indonesia, sesungguhnya pendekatan restoraif jusice dalam perkara pidana sudah mulai diakomodasi. Secara paradigmaik telah terjadi pergeseran dari penegakan hukum pidana yang berlandaskan retribuif jusice menuju kepada restoraif jusice. Akan tetapi pergeseran paradigmaik dari retribuif jusice menuju kepada restoraif jusice ini idak mengenai dan berlaku pada semuajenis perkara pidana. Baru perkara pidana anak, sistem peradilannya sudah menganut dan mengedepankan pendekatan restoraif jusice. Terhadap perkara korupsi masih mengacu pada ketentuan bahwa pengembalian kerugian negara akibat korupsi idak dapat menghapuskan pemidanaan. Bukan idak mungkin pendekatan restoraif jusice dapat diperimbangkan keberlakuannya untuk perkara korupsi di kemudian hari. Mengingat persoalan penegakan hukum pemberantasan korupsi terhadap korporasi selalu mengalami kendala dan kesulitan sehingga alternaif solusi penerapan restoraif jusice demi opimalisasi pengembalian kerugian keuangan negara dapat diakomodasi. Olehnya menarik untuk dikaji dengan mengetengahkan beberapa permasalahan yaitu:Bagaimanakah eksistensi sistem pemidanaan terhadap korporasi pelaku indak pidana korupsidi Indonesia? Apa saja kendala dalam prakik pemidanaan korporasi Pelaku indak pidana korupsi di Indonesia? dan Bagaimana landasan perimbangan penerapan restoraif jusice dalam pemidanaan korporasi Pelaku korupsi sebagai upaya opimalisasi pengembalian kerugian keuangan negara Indonesia?

B. Metode Peneliian

Metode yuridis normaif digunakan dalam melakukan pengkajian tentang menimbang restoraif jusice dalam pemidanaan korporasi korupsi demi opimalisasi pengembalian kerugian negara. Terdapat 3 iga pendekatan untuk mengkaji permasalahan yaitu pendekatan perundang-undangan, pendekatan kasus serta pendekatan konseptual. Pendekatan perundang-undangan digunakan untuk mengkaji masalah secara normaif baik dari perspekif ius consitutum maupun ius consituendum. Pendekatan kasus digunakan untuk mengkaji ini terselenggara dalam kerangka kerja yang melibatkan Pelaku tindak pidana, korban dan masyarakat dalam upaya untuk menciptakan keseimbangan, yakni keseimbangan hak dan kepentingan pelaku tidnak pidana dan korban. 424 Restoraif Jusice dalam Pemidanaan Korporasi Pelaku Korupsi Demi Opimalisasi ... Budi Suhariyanto Volume 5, Nomor 3, Desember 2016 Jurnal RechtsVinding, Vol. 5 No. 3, Desember 2016, hlm. 421–438 Jurnal R ech tsVinding BPHN masalah dari segi praktek penegakan hukum dan peradilan yang berkembang dalam merespon dan mengaktualisasikan hukum secara in concreto. Pendekatan konseptual digunakan untuk mengkaji masalah pemidanaan korporasi dalam perimbangan hukum yang tercantum pada putusan pengadilan dihubungkan dengan pandangan dan doktrin-doktrin ahli hukum. Adapun sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri atas bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan, konvensi hukum internasional dan putusan pengadilan serta bahan hukum sekunder berupa literatur dan hasil peneliian. Peraturan perundang-undangan yang digunakan antara lain yang berkaitan dengan pengaturan tentang korporasi sebagai subjek hukum pidana dan indak pidana korupsi yaitu Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan konvensi internasional terkait pemberantasan korupsi. Adapun putusan pengadilan yang dikaji terkait dengan perkara korporasi Pelaku indak pidana korupsi yaitu putusan No.812Pid .Sus 2010 PN.Bjm dan putusan No. 04PID.SUS201 1 PT.BJM. Adapun literatur yang digunakan dalam kajian agar terhindar dari kekeliruan pandangan adalah yang berkaitan dengan pemidanaan, korporasi, indak pidana korupsi, dan teori restoraif jusice. Bahan-bahan hukum dan literatur tersebut dikumpulkan melalui metode sistemais dan dicatat dalam kartu antara lain permasalahannya, asas-asas, argumentasi, implementasi yang ditempuh, alternaif pemecahannya dan lain sebagainya. Data yang telah dikumpulkan kemudian dideskripsikan dan diinterpretasikan sesuai pokok permasalahan selanjutnya disistemaisasi, dieksplanasi, dan diberikan argumentasi. Metode analisis yang diterapkan untuk mendapatkan kesimpulan atas permasalahan yang dibahas adalah melalui analisis yuridis kualitaif.

C. Pembahasan