Tinjauan atas penilaian dan pencatatan persediaan barang dagang pada PD.Karya Mandiri Putra

(1)

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa;

Karya tulis (Tugas Akhir) saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan

untuk mendapatkan gelar akademik

(Ahli

Madya), baik

di Universitas

Komputer Indonesia maupun di perguruan tinggi lain.

Y-aryatulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri

tanpa bantuan pihak lairq kecuali arahan dari pembimbing.

Dalarn karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang

lain, kecuali

secara tertulis dengan jelas

dicantumkan sebagai aqran dalam naskah dengan disebutkan narna pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Peryanyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian

hari

terdapat

dan ketidakbeftmEm dalam pernyataan ini,

maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yeng berlaku.

Bandung, Juli 2013

Yang membuatpemyataan

l.

2.

3.

4.


(3)

35

Nama : Sri Mardiyati

TTL : Bandung, 25 Maret 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Kebon Kopi Gg. Pamaja No. 139 Cimahi 40535

Hp : 085624907907

Pendidikan Formal

 2010 – 2013 Akuntansi D3 Fakultas Ekonomi Universitas Komputer

Indonesia

 2007 – 2010 SMK Negeri 11 Bandung

 2004 – 2007 SMP Angkasa Lanud Husein Sastra Negara


(4)

THE OBSERVATION OF THE ASSESSMENT AND

RECORDING OF MERCHANDISE INVENTORY

AT PD. KARYA MANDIRI PUTRA

DRAFT TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya

Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh : SRI MARDIYATI

21310036

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(5)

iii

berkat, rahmat dan anugrah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga

penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Tinjauan Atas

Penilaian dan Pencatatan Persediaan Barang Dagang Pada PD. Karya Mandiri Putra”.

Adapun tujuan dari Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat ujian sidang guna memperoleh gelar ahli madya program studi akuntansi.

Penulis menyadari dalam penulisan Tugas Akhir banyak terdapat kekurangan baik dari isi maupun pembahasannya. Hal ini tidak lain karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak.

Selain itu penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, dorongan, nasehat, serta doa dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah membantu penulis. Sehingga Tugas Akhir dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia Bandung.

2. Dr.Surtikanti, SE.,M.Si.,Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi


(6)

iv

4. Lilis Puspitawati, SE., M.Si., Ak selaku Dosen Wali AK-7. Angkatan 2010

Program Studi Akuntansi Jenjang Pendidikan DiplomaD-III Universitas Komputer Indonesia Bandung.

5. Semua Bapak dan Ibu Dosen Universitas Komputer Indonesia Fakultas

Ekonomi Program Studi Akuntansi.

6. H. Encang Saepudin selaku pemilik dari PD. Karya Mandiri Putra dan

Ferawati selaku sekretaris PD. Karya Mandiri Putra telah meluangkan waktunya kepada penulis dan dengan sabar serta tekun membimbing penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.

7. Papa dan Mama serta Kakak yang sangat aku cintai yang telah dengan tulus

dan ikhlas memberikan do’a restu dan pengorbanan yang tidak terhingga yang telah diberikan kepada penulis atas doa, dukungan baik moral maupun materil, dan kasih sayang. Semoga kalian diberi kesehatan dan rejeki yang berlimpah serta dalam lindungan Allah SWT.

8. Kepada Liqa Shadiqah,Lisa Oktorina, Ririn Karina, Safitri Nadya, Tomy

Setiawan, Wahyu, Friska Sari Dewi, Mulki Maolah Sidik dan semua teman-teman penulis yang memberikan penulis banyak dorongan untuk menyelesaikan tugas akhir ini, penulis ucapkan banyak terimakasih atas bantuan, dorongan dan kebersamaan kita selama ini, kalian luar biasa.


(7)

v

Bandung, Juli 2013 Penulis

Sri Mardiyati NIM. 21310036


(8)

vi

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL……… ix

DAFTAR GAMBAR……… x

DAFTAR LAMPIRAN……… xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah... 6

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Maksud Penelitian ... 6

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 9

2.1.1 Pengertian Penilaian ... 9

2.1.2 Pengertian Pencatatan ... 9

2.1.3 Persediaan ... 10

2.1.3.1 Pengertian Persediaan ... 10

2.1.3.2 Fungsi Persediaan ... 13

2.1.3.3 Tujuan Persediaan ... 14

2.1.3.4 Macam-macam Persediaan ... 15

2.1.3.5 Keuntungan Memiliki Persediaan ... 18

2.1.3.6 Laporan Persediaan ... 19

2.1.3.7 Pengelolaan Persediaan ... 20

2.1.3.8 Biaya Persediaan ... 25


(9)

vii

2.1.3.14 Faktor-faktor Yang Menentukan Persediaan ... 30

2.1.4 Persediaan Barang Dagang ... 31

2.1.4.1 Jenis-jenis Persediaan Barang Dagang ... 33

2.1.4.2 Investasi Dalam Persediaan Barang Dagang ... 35

2.1.4.3 Tingkat Perputaran Persediaan Barang Dagang ... 35

2.1.5 Penilaian Persediaan Barang Dagang ... 36

2.1.6 Pencatatan Persediaan Barang Dagang ... 40

2.1.6.1 Sistem Fisik ... 40

2.1.6.2 Sistem Perpetual ... 41

2.1.6.3Transaksi-transaksi keuangan yang melibatkan persediaan barang dagangan ... 42

2.1.6.4Pencatatan persediaan barang dagangan dengan metode fisik ... 43

2.1.6.5Pencatatan persediaan barang dagangan dengan metode perpetual ... 45

2.1.7 Penilaian dan Pencatatan Persediaan Barang Dagang ... 49

2.1.7.1 Penilaian persediaan dengan sistem pencatatan fisik FIFO... ... 49

2.1.7.2 Penilaian persediaan dengan sistem pencatatan fisik LIFO... ... 49

2.1.7.3 Penilaian persediaan dengan sistem pencatatan fisik Rata-rata tertimbang (Weight Average)... 49

2.1.7.4 Penilaian persediaan dengan sistem perpetual fisik FIFO... ... 50

2.1.7.5 Penilaian persediaan dengan sistem pencatatan fisik LIFO... ... 50


(10)

viii

3.2.2 Sumber Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 58

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 58

4.1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 58

4.1.1.2 Struktur Organisasi ... 58

4.1.1.3 Uraian Tugas ... 60

4.1.1.4 Aktivitas Perusahaan ... 62

4.1.2 Hasil Analisis Deskriptif ... 63

4.1.2.1 Tinjauan atas penilaian dan pencatatan persediaan barang dagang pada PD. Karya Mandiri Putra ... 63

4.1.2.2 Laporan Laba Rugi PD. Karya Mandiri Putra ... 65

4.2 Pembahasan ... 67

4.2.1 Tinjauan atas penilaian dan pencatatan persediaan barang dagang pada PD. Karya Mandiri Putra ... 67

4.2.2 Laporan Keuangan Laba Rugi PD. Karya Mandiri Putra .... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(11)

73

Agus Ristono.(2009). Manajemen persediaan edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu

Ely Suhayati,Sri Dewi Anggadini. (2009). Akuntansi Keuangan. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

John J.Wild, K.R. Subramanyam, Robert F.Halsley. (2010). Analisis Laporan

Keuangan 1 Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat

Jusup, Al- Haryono. (2011). “Dasar-dasar Akuntansi”, Edisi Ke VII. Yogyakarta:

STIE YKPN.

Kasmir.(2010). Analisis Laporan Keuangan.Jakarta : Rajawali Pers.

Moh.Nazir.(2008).Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia

Mulyadi. (2008). Sistem Akuntansi. Cetakan Keempat. Jakarta : Salemba Empat.

Peraturan Pemerintah. 19/2005. Standar Nasional Pendidikan. Bab 1 Pasal 1 Ayat 17

Riyanto, Bambang.(2011). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:

BPFE

Soemarso, S.R.(2008). Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Ke Lima, Buku Ke Satu.

Jakarta : Salemba Empat.

StandarAkuntansiKeuangan,Dewan Standar Akuntansi Keuangan, IAI : 2010

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Suharsimi Arikunto.(2009).Dasar-dasar evaluasi pendidikan.Jakarta.PT. Bumi

Aksara.

Sujoko,Stevanus, Yuliawati.(2008). Metode Penelitian Untuk Akuntansi. Jakarta:

Salemba Empat

Umi, Narimawati., Sri Dewi, Anggadini., Linna, Ismawati. (2011), Penulisan Karya


(12)

74

Kumpulan Ilmu. “Pengertian Manajemen Menurut Para Ahli”

(http://kumpulanilmu2.blogspot.com/2013/01/pengertian-manajemen-menurut-para-ahli.html, diakses 01 Mei 2013)

Akuntansi Pendidik. 2013. Membahas Konsep dan Informasi Akuntansi Secara

Tepat, (Online),

(http://akuntansipendidik.blogspot.com/2013/01/pencatatan-persediaan-barang-dagang-secara-tepat.html,

http://akuntansipendidik.blogspot.com/2013/01/penilaian-persediaan-barang-dagang-dalam-akuntansi.html#sthash.uHqymNtu.dpuf diakses 16 juni 2013) http://bkpemula.wordpress.com/2012/12/23/pengukuran-penilaian-asesment/


(13)

9 2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah proses yang dilakukan penulis dalam upaya untuk menemukan teori. Tinjauan pustaka menyediakan kerangka konsepsi atau kerangka teori untuk penelitian yang direncanakan

2.1.1 Pengertian Penilaian

Dalam PP.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I pasal 1 ayat 17 dikemukakan bahwa :

“Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar ”.

Menurut Suharsimi Arikunto (2009:23) menyatakan bahwa :

“Penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.”

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah pengambilan suatu keputusan atas pengukuran yang telah dilaksanakan dan bersifat kualitatif.

2.1.2 Pengertian Pencatatan


(14)

“Pencatatan adalah kegiatan yang dibuat untuk menjamin

penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang”

Pengertian pencatatan menurut Gunadi (2008 : 9)

“Pencatatan adalah proses data perusahaan dengan teknik tertentu dan mengolahnya sehingga dapat disusun menjadi laporan”.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pencatatn adalah kegiatan yang dibuat perusahaan yang terjadi berulang-ulang dengan teknik tertentu dan mengolahnya sehingga dapat disusun menjadi laporan.

2.1.3 Persediaan

Persediaan merupakan salah satu asset termahal bagi perusahaan, tanpa ada persediaan bahan baku maka akan menghambat proses produksi, sedangkan tanpa persediaan barang jadi permintaan dari pelanggan akan sulit untuk dipenuhi. Setiap perusahaan industri atau perusahaan dagang yang melakukan kegiatan usaha umumnya memiliki persediaan, sedangkan perusahaan jasa tidak memilki persediaan.

2.1.3.1 Pengertian Persediaan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan dari IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)PSAK No. 14 tahun 2010menyatakan :


(15)

“(a)Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, (b) Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan , (c) Atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan / supplies untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa ”

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa persediaan adalah barang-barang berwujud yang dimilki oleh perusahaan dalam siklus usaha normal perusahaan, dengan tujuan untuk dijual kembali serta barang-barang yang digunakan di luar keperluan produksi, maka tidak digolongkan dalam persediaan.Persediaan diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih mana

yang lebih rendah (the lower of the cost and net realizable value)

Ikatan Akuntan Indonesialebih jauh menjelaskan persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya barang dagang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanahdan property lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi barang jadi yang telah diproduksi. Atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan dan termasuk bahan serta perlengkapan-perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Bagi perusahaan jasa persediaan meliputi biaya jasa, dimana pendapatan yang bersangkutan belum diakui perusahaan. Biaya persediaan perusahaan jasa meliputi upah dan biaya personalia lainnya secara langsung

menangani pemberian jasa, termasuk tenaga personalia dan overhead yang di

atribusikan. Upah dan biaya lainnyayang menyangkut personalia penjualan serta administrasi umum tidak termasuk biaya persediaan, tapi diakui beban pada periode terjadi.


(16)

“Barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada

masa atau periode yang akan datang.”

Perusahaan yang melakukan kegiatan produksi (industry manufaktur) memiliki tiga jenis persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi dan persediaan barang jadi. Persediaan bahan baku dan bahan setengah jadi disimpan sebelum digunakan atau dimasukan kedalam proses produksi, sedangkan persediaan barang jadi atau barang dagangan di simpan sebelum dijual atau dipasarkan. Sedangkan perusahaan perdagangan minimal memilki satu jenis persediaan, yaitu persediaan barang dagangan.

Berdasarkan pada jenis organisasi yang terdapat di negara kita, perlakuan terhadap persediaan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

1. Pengecer, dimana bentuk persediaannya mudah dijual dan digunakan tanpa melakukan proses transpormasi atau konversi terlebih dahulu. Sistem penyediaannya maupun pemenuhan kebutuhan secara fisik langsung diperoleh dari pedagang besar atau langsung dari pabrik.

2. Pedagang besar (distributor / agen), biasanya persediaan yang dimiliki oleh organisasi jenis ini dalam bentuk alat-alat kantor maupun barang jadi. 3. Pabrik, di mana persediaan dibeli untuk kemudian memprosesnya menjadi barang jadi siap jual. Persediaan pada pabrik / perusahaan manufaktur terdiri dari persediaan barang baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Biasanya untuk mempermudah


(17)

kelancaran proses produksi, persediaan – persediaan tersebut disimpan dalam tempat yang terpisah.

2.1.3.2 Fungsi Persediaan

Persediaan merupakan sumber dari pendapatan yang akan digunakan untuk

membiayai semua aktivitas perusahaan. Kekurangan persediaan akan

menghambat lancaranya proses produksi dan ujungnya tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan. Sedangkan, jika persediaan terlalu banyak ini juga akan mengakibatkan biaya penyimpanan meningkat, resiko kerusakan dan keusangan

barang meningkat dan juga oppurtunity cost yang hilang.

Persediaan dapat melayani beberapa fungsi yang akan menambahkan fleksibilitas operasi perusahaan. Fungsi persediaan adalah :

1. Untuk men-“decouple” atau memisahkan beragam proses produksi.

Sebagai contoh, jika pasokan sebuah perusahaan berfluktuasi, maka

mungkin diperlukan persediaan untuk mendecouple proses produksi

dari para pemasok.

2. Untuk men-“decouple”perusahaan dari fluktuasi permintaan dan

menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan. Persediaan semacam ini umumnya terjadi pada perdagangan eceran.


(18)

3. Untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas, sebab pembelian dalam jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau pengiriman barang.

4. Untuk menjaga pengaruh inflasi dan naiknya harga.

2.1.3.3 Tujuan Persediaan

Seringkali dikemukakan bahwa manajemen yang baik ialah kemampuan mengorganisasikan dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia dalam tugas untuk mencapai dan memelihara suatu tingkat operasi yang efektif. Kata kunci pengertian ini ialah kata efektif karena pada akhirnya keberhasilan kepemimpinan dan organisasi diukur dengan konsep efektifitas itu. Walaupun banyak orang setuju bahwa manajemen memegang peranan utama dalam mencapai efektifitas organisasi, tapi sulit sekali memperinci apa yang dimaksud konsep efektifitas itu sendiri. Pengertian efektifitas sebaiknya dipandang sebagai suatu proses yang berkesinambungan dan bukan sebagai keadaan akhir sehingga keadaan pada umumnya efektifitas sering dipandang sebagai suatu tingkatan didalam pencapaian tujuan dari suatu operasional perusahaan.

Adapun tujuan persediaan secara umum adalah sebagai berikut :

a. Membantu bagian produksi dalam penyimpanan

b. Membantu bagian penjualan didalam proses distribusi

c. Bersama-sama dengan bagian lain didalam peningkatan pendapatan


(19)

Dengan kata lain tujuan persediaan secara umum adalah membantu mengamankan dan melaksanakan kegiatan arus barang dari bagian produksi sampai ke bagian penjualan atau sebaliknya.

d. Bagian penerimaan, tujuan melakukan penerimaan dan pencatatan barang

barang yang diterima dengan tepat waktu.

e. Bagian penyimpanan, bertujuan melakukan penyusunan barang-barang

sesuai dengan kode, bentuk dan jenisnya dengan tepat waktu.

f. Bagian pengiriman, bertujuan melakukan proses pendistribusian

barang-barang ke bagian penjualan dengan cepat dan dilakukan tepat waktu.

2.1.3.4 Macam – Macam Persediaan

Everett Adam, Jr dan Ronald Ebert menjelaskan seperti berikut :

“Inventory : Stores of goods and stocks, including raw materials, work in process, finished product or supplies.”

Dari definisi diatas , maka persediaan dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Persediaan Bahan Mentah (raw materials) adalah bahan baku utama

untuk pelaksanaan produksi.

2. Persediaan Bahan penolong (supplies) adalah bahan yang diperlukan

dalam produksi tetapi tidak merupakan barang jadi.

3. Barang Dalam Proses (work in proses) adalah barang hasil produksi


(20)

4. Barang jadi (finish goods) adalah barang yang sudah selesai diproduksi dan siap dijual.

5. Barang dagangan adalah persediaan pada perusahaan dagang yang diperoleh dari membeli untuk dijual kembali kepada konsumen tanpa merubah bentuk.

Alasan utama untuk pengadaan adalah ketidakmungkinan secara fisik dan ketidak praktisan secara ekonomis untuk mendatangkan setiap item barang secara tepat ke tempat dan waktu dimana barang tersebut dibutuhkan. Bahkan kalaupun mungkin secara fisik untuk mendatangkan bahan mentah dari supplier setiap sekian jam misalnya, tetap saja hal ini menyebabkan terjadinya biaya yang mahal. Perusahaan oleh karenanya tetap harus menyimpan persediaan untuk digunakan pada waktu yang dibutuhkan.

Berikut adalah mengapa harus adanya persediaan sebagai berikut :

1) Alasan-alasan primer yaitu :

a. Ketidak mungkinan secara fisik untuk memperoleh barang dalam

jumlah yang eksak dan dalam waktu yang tepat pula.

b. Ketidakpraktisan secara ekonomis untuk memperoleh barang dalam

jumlah dan waktu yang tepat.

2) Alasan-alasan sekunder yaitu :

a. Untuk mencapai favarable return on investment persediaan harus


(21)

b. Untuk mencapai penyangga guna mengurangi ketidakpastian (buffer to reduse uncentanty). Ketika permintaan pasar berfluktuasi, proteksi

dibutuhkan guna menangkal kemungkinan terjadinya stock out cost

yang tinggi. Persediaan dapat digunakan untuk menyangga

ketidakpastian seperti itu. Selain itu Lead Time yaitu selang waktu

antara pemesanan dan penerimaan barang, tidak selalu konstan. Butter

stock dapat digunakan untuk melindungi perusahaan dari stock out

yang terjadi dari ketidakpastian permintaan selama lead time.

c. Untuk menciptakan de couple operation de coupling adalah

penggunaan persediaan untuk memisahkan operasi (to break a part

operation) sehingga supply dari satu operasi independent dengan supply operasi independent dengan supply operasi lainnya.

d. Untuk menciptakan level or smooth production. Produk dapat dibuat

pada saat permintaan pasar rendah dan digunakan saat permintaan pasar mencapai puncaknya jadi, biaya produksi yang tinggi dan perubahan tingkat tenaga kerja dapat dihindari.

e. Untuk mengurangi biaya penanganan material (material handling cost)

untuk beberapa operasi , biaya penanganan material dapat dikurangi

dengan pengakumulasian parts antar operasi. Hal ini terutama

dilakukan pada intermitten systems karena sistem ini melibatkan lebih

sedikit otomatisasi. Penanganan material dari pada continous systems

parts dapat diakumulasikan dan disimpan didalam keranjang lalu


(22)

diangkut dengan menggunakan tangan. Dalam penanganan continous manufacturing sistem penanganan material secara otomatis dirancang untuk mengurangi biaya penanganan keseluruhan yang menghasilkan lebih sedikit barang dalam proses.

f. Untuk menciptakan bulk purchases. Dengan bulk purchases,quantity

discount dapat dilakukan, supplier yang telah mencapai economis of scale dengan memproduksi atau mentraspormasikan barang dalam

jumlah besar, sering kali menawarkan quantity discount.

2.1.3.5 Keuntungan Memiliki Persediaan

Dengan memiliki persediaan memadai, perusahaan akan menyadari keuntungan-keuntungan sebagai berikut :

1. Menghindari kehilangan penjualan, jika perusahaan tidak memiliki barang

yang tersedia untuk dijual, ia akan kehilangan penjualan, langganan yang menginginkan barang yang dibutuhkan tersedia, jika tidak ia akan membeli dari tempat lain dan memutuskan tidak lagi memerlukan barang tersebut jika harus menunggu lama.

2. Kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan yang cepat dan

menyediakan secara tepat waktu sangat bergantung pada pengelolaan persediaan.

3. Mendapat potongan harga

4. Pemasok seringkali menawarkan harga yang lebih rendah jika kuantitas


(23)

barang-barang lebih rendah dari pesanan dapat meningkatkan keuntungan selama biaya pemeliharaan persediaan tersebut lebih kecil.

5. Mengurangi biaya pemesanan. Setiap kali perusahaan melakukan

pemesanan akan melibatkan sejumlah biaya seperti biaya formulir yang dibuat atau digunakan, pengecekkan, persetujuan dan pengiriman, saat barang-barang tersebut tiba harus diterima untuk kemudian dikirim ke bagian akuntansi sehingga dapat dilakukan pembayaran kepada pemasok.

2.1.3.6Laporan Persediaan

Keberhasilan setiap sistem pengelolaan persediaan tergantung dari bagaimana informasi dan data dikomunikasikan dan dipergunakan. Informasi yang disajikan harus akurat, relevan dan lengkap sehingga dapat dipergunakan oleh pihak manajemen untuk pengambilan keputusan.

Laporan persediaan yang dibuat harus menunjukan perbandingan suatu analisa mengenai varians yang terjadi dan menjelaskan hasil yang sebenarnya dicapai dengan yang direncanakan. Bidang yang menarik perhatian atau yang perlu disederhanakan harus dikemukakan untuk tujuan pembahasan. Dibawah ini penulis sajikan contoh-contoh dari berbagai macam laporan persediaan :

a. Ikhtisar persediaan menurut kategori bahan/barang

b. Perbandingan persediaan yang direncanakan atau yang dianggarkan

dengan persediaan yang sebenarnya menurut tanggung jawab dan menurut klasifikasi.


(24)

d. Ikhtisar perputaran persediaan, kebutuhan pemakaian, saldo menurut bagian, kategori dan klasifikasi.

e. Arus persediaan penggolongan menurut umur persediaan, yang tidak

menunjukan perputaran persediaan yang lambat dan mengalami kekurangan yang berlebihan dan lain-lain.

f. Laporan tentang kelebihan atau kekurangan persediaan.

g. Laporan analisa nilai.

h. Persediaan yang ada ditangan VS anggaran atas komitmen.

i. Ikhtisar hasil opname fisik dan koreksi/penyesuaian yang dilakukan.

j. Laporan khusus tentang bahan/barang yang tinggi nilai perunitnya.

Dengan sepuluh macam jenis laporan persediaan ini, seseorang pembuat laporan persediaan harus dapat menetapkan jenis informasi apakah yang paling

berguna untuk masing-masing anggota team manajemen perusahaan.

Sebagaimana dengan sebagian besar laporan lainnya disini juga diusulkan agar informasi persediaan diikhtisarkan menurut tangung jawab dan diukur terhadap sasaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

2.1.3.7 Pengelolaan Persediaan

Pengelolaan merupakan suatu proses yang digunakan untuk menyesuaikan strategi pengelolaan supaya mereka dapat mengatasi perubahan dalam interaksi antar manusia.

Pengelolaan persediaan menurut Agus Ristono (2009:04) adalah :

“Kegiatan dalam memperkirakan jumlah persediaan (bahan baku/penolong) yang tepat, dengan jumlah yang tidak terlalu besar


(25)

dan tidak pula kurang atau sedikit dibandingkan dengan kebutuhan atau permintaan”

Menurut Soemita R. Adikoesoema, yang dimaksud dengan pengelolaan persediaan adalah sebagai berikut :

“Pengelolaan persediaan meliputi bermacam-macam aktivitas dalam suatu perusahaan, yaitu mulai dari perencanaan untuk membeli bahan-bahan baku dan barang-barang, penetapan waktu dan pengendalian pada semua tingkat produksi bagi suatu perusahaan sampai pada penyerahan barang-barang hasil produksi kepada

konsumen.”

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan persediaan adalah kegiatan dalam memperkirakan jumlah persediaan tepat sesuai dengan permintaan sampai pada penyerahan kepada konsumen.

Pengelolaan persediaan meliputi dua hal yang saling bekaitan satu sama lainnya, yaitu masalah perencanaan dan pengendalian. Penentuan anggaran dari jumlah yang harus tersedia akan ditentukan oleh tingkat persediaan yang diinginkan dan program penjualan yang akan dilaksanakan. Jadi dalam dua hal ini berhubungan dengan dua faktor mendasar, yaitu penentuan kualitas pembelian/ pemesanan dan penentuan waktu pemesanan persediaan. Untuk kedua hal

tersebut, dapat digunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) atau

menggunakan metode Re-Order point.

Tujuan pengelolaan persediaan adalah sebagai berikut :

1. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan


(26)

2. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses produksi.

3. Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan

laba perusahaan.

4. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena dapat

mengakibatkan ongkos pesan menjadi besar.

5. Menjaga supaya penyimpanan persediaan tidak dalam jumlah yang

besar-besaran, karena akan mengakibatkan biaya menjadi besar.

Tujuan pengelolaan persediaan menurut Agus Ristono (2009:4) adalah :

1) Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan

cepat (memuaskan konsumen).

2) Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak

mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses produksi, hal ini dikarenakan :

a. Kemungkinan barang (bahan baku dan penolong) menjadi langka

sehingga sulit diperoleh

b. Kemungkinan supplier terlambat mengirimkan barang yang

dipesan.

3) Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan


(27)

4) Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena dapat mengakibatkan ongkos pesan menjadi besar.

5) Menjaga supaya penyimpanan dalam emplacement tidak besar-besaran,

karena akan mengakibatkan biaya menjadi besar.

Dalam menyelenggarakan persediaan yang mendukung kebutuhan penjualan, maka suatu perusahaan yang baik perlu melaksanakan perencanaan pengadaan barang. Hal umum bagi perusahaan yang menyelenggarakan perdagangan adalah dengan mendasarkan perencanaan persediaan yang dimiliki kepada rencana penjualannya. Penyusunan anggaran dari jumlah yang harus tersedia akan ditentukan oleh tingkat persediaan yang diinginkan dan program penjualan yang akan dilaksanakan. Jadi dalam hal ini berhubungan dengan dua faktor mendasar, yaitu penentuan kuantitas pembelian/ pemesanan dan penentuan waktu (penjadwalan) pemesanan persediaan.

Selain perencanaan, hal penting lainnya dari pengelolaan persediaan yaitu mengenai pengendalian persediaan. Pengendalian terhadap persediaan ditujukan untuk menjamin adanya ketepatan data dari biaya-biaya yang harus dibebankan terhadap persediaan dan untuk memperoleh kecermatan dalam pelaporan jumlah fisik persediaan. Lebih lanjut, pengendalian persediaan terutama ditekankan untukpemanfaatan investasi yang seefesien mungkin serta mencegah dan mendeteksi kemungkinan terjadinya kecurangan-kecurangan.

Dengan demikian, maksud dan tujuan pengendalian persediaan dapat dirumuskan sebagai berikut :


(28)

1. Untuk memperoleh data biaya yang akurat yang dibebankan terhadap persediaan dan biaya penjualan.

2. Untuk memperoleh laporan yang akurat yang dibebankan terhadap

persediaan secara fisik.

3. Untuk pemanfaatan secara maksimum atas dana yang diinvestasikan

dalam persediaan.

4. Untuk menjaga tingkat persediaan pada tingkat yang paling optimal.

5. Untuk meningkatkan efisiensi.

Agar maksud dan tujuan pengendallian persediaan dapat tercapai, maka biasanya dilakukan dua cara pengendalian yaitu :

1. Accounting Control

Pengendalian ini merupakan pengendalian terhadap catatan persediaan. Agar pengendalian ini dapat berjalan dengan baik maka diperlukan adanya anggaran persediaan dan laporan posisi persediaan.

2. Phsycal Control

Pengendalian ini merupakan pengendalian atas fisik persediaan yang meliputi :

a. Fungsi Pengadaan, fungsi ini harus dilaksanakan oleh mereka yang

telah diberi wewenang untuk melakukan pembelian atau pengadaan.

b. Fungi penerimaan, fungsi ini memeriksa secara seksama atas


(29)

c. Fungsi penyimpanan, fungsi ini bertujuan untuk memeriksa dan menghitung barang yang masuk dalam gudang.

d. Fungsi pengeluaran, pengeluaran atas barang yang ada di gudang

harus disertakan dengan surat perintah pengeluaran atas barang tersebut dari pejabat berwenang.

e. Fungsi pengiriman, dalam fungsi ini ditekankan bahwa setiap

perintah pengeluaran barang harus disertai dengan bukti yang kuat.

2.1.3.8 Biaya Persediaan

Menurut PSAK No. 14 tahun 2010 Biaya persediaan meliputi :

1. Biaya pembelian meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak

lainnya kecuali yang dapat ditagih kembali kepada kantor pajak.

2. Biaya konversi meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan

unit yang diproduksi dan biaya overhead produksi tetap dan variabel yang dialokasikan secara sistematis.

3. Biaya lain yang dikeluarkan dari persediaan :

a. Jumlah pemborosan yang tidak normal

b. Biaya penyimpanan kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses

produksi sebelum tahap produksi berikutnya

c. Biaya administrasi dan umum


(30)

2.1.3.9Faktor Biaya Persediaan

Persediaan merupakan salah satu faktor yang menentukan kelancaran produksi dan penjualan, maka persediaan harus dikelola secara tepat. Perusahaan harus dapat menentukan jumlah persediaan optimal, sehingga disatu sisi kontinuitas produksi dapat terjaga dan pada sisi lain perusahaan dapat memperoleh keuntungan. Persediaan yang kurang akan sama tidak baiknya dengan persediaan yang berlebihan, sebab kondisi keduanya memiliki beban dan akibat masing-masing.

Menurut Agus Ristono (2009:4)faktor biaya persediaan meliputi :

a. Biaya penyimpanan digudang, semakin banyak barang yang disimpan

maka akan semakin besar biaya penyimpanannya.

b. Risiko kerusakan barang, semakin lama barang tersimpan digudang maka

risiko kerusakan barang semakin tinggi.

c. Risiko keusangan barang, barang-barang yang tersimpan lama akan “out

of date” atau ketinggalan jaman. 2.1.3.10 Metode Persediaan Retail

Cocok untuk pertimbangan retail:

1. Dengan volume penjualan tinggi dan

2. Jenis barang yang berbeda-beda.

Metode ini berasumsi adanya pola yang dapat diobservasi antara biaya dan harga. Langkah-langkahnya adalah:


(31)

1. Tentukan persediaan akhir pada harga retail

2. Konversikan jumlah tersebut ke basis biaya dengan menggunakan

rasio cost-to-retail

2.1.3.11Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Tinggi rendahnya tingkat perputaran persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam persediaan. Makin tinggi tingkat perputaran persediaannya, berarti makin cepat perputarannya. Hal ini berarti makin pendek waktu terikatnya modal dalam persediaan, sehingga untuk memenuhi volume penjualan atau harga pokok penjualan tertentu dengan naiknya tingkat perputaran persediaannya dibutuhkan modal yang lebih kecil.

Menurut Riyanto (2011:334) inventory turnover adalah :

Kemampuan dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya overstock

Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan.

Berdasarkan definis tersebut rumus Inventory Turnover dapat dilihat


(32)

Inventory Turnover =

Dimana dalam dalam mencari Average Inventory;

Average Inventory =

Keterangan:

Cost of Goods Sold : Harga pokok penjualan

Average Inventory : Persediaan rata-rata

Beginning Inventory : Persediaan awal

Ending Inventory : Persediaan Akhir

Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

berapa kali dana yang diinvestasikan dalam persediaan (inventory) ini berputar

dalam satu periode.

Dari pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa rasio perputaran persediaan merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang persediaan diganti dalam satu tahun.

Rumus untuk mencari inventory turn over dapat digunakan dengan dua

cara yang dikutip oleh Kasmir (2010:180) sebagai berikut: Inventory Average

Sold Goods of

Cost

2

) (Beginning InventoryEndingInventory


(33)

1) Menurut James Van Horne:

� � �� � �� =Harga pokok barang yang dijualPersediaan

2) Menurut J Fred Weston:

� � �� � �� =PersediaanPenjualan

2.1.3.12Ukuran Perputaran Persediaan

Persediaan sering kali merupakan bagian aktiva lancar yang cukup besar. Alasan terjadinya hal tersebut sering kali tidak berhubungan dengan kebutuhan perusahaan untuk mempertahankan kecukupan dana yang likuid. Persediaan merupakan investasi yang dibuat untuk tujuan memperoleh pengembalian melalui penjualan kepada pelanggan. Sebagaian besar perusahaan mempertahankan tingkat persediaan tertentu. Jika persediaan tidak cukup, volume penjualan akan menurun di bawah tingkat yang dapat dicapai. Sebaliknya, persediaan yang terlalu banyak menghadapkan perusahaan pada biaya penyimpanan, asuransi, pajak, keusangan, dan kerusakan fisik.

Menurut Mahmud M. Hanafi dan Abdul Halim (2008:80), menerangkan bahwa :

“Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan perputaran dalam satu tahun dan ini menandakan efektivitas manajemen persediaan. Sebaliknya, Perputaran persediaan yang rendah menandakan tanda – tanda mis – manajemen


(34)

2.1.3.13Interpretasi Perputaran Persediaan

Rasio lancar menganggap komponen aktiva lancar sebagai potensi sumber daya untuk melunasi kewajiban lancarnya. Dengan pandangan serupa, rasio perputaran persediaan memberikan ukuran baik kualitas maupun likuiditas komponen persediaan pada aktiva lancar.

Menurut K R. Subramanyam (2010:202), menerangkan bahwa :

1. Kualitas persediaan mengacu pada kemampuan perusahaan untuk

menggunakan dan melepasnya persediaannya.

2. Likuiditas persediaan

a. Manajemen persediaan yang ditujukan untuk mempertahankan tingkat

persediaan yang rendah. Manajemen persediaan yang efektif akan meningkatkan perputaran persediaan.

b. Periode konversi atau siklus operasi (conversion period or operating

cycle). Ukuran ini menggabungkan periode penagihan piutang dengan hari untuk menjual persediaan untuk memperoleh jarak waktu konversi persediaan menjadi kas.

2.1.3.14Faktor-faktor Yang Menentukan Persediaan

Yang menjadi masalah bagi perusahaan adalah bagaimana menentukan persediaan yang optimal, oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan.


(35)

Menurut Agus Ristono (2009:6) faktor-faktor yang menentukan persediaan adalah sebagai berikut :

a. Volume atau jumlah yang dibutuhkan, yaitu yang dimaksudkan untuk

menjaga kelangsungan (kontinuitas) proses produksi. Semakin banyak jumlah bahan baku yang dibutuhkan, maka akan semakin besar tingkat persediaan bahan baku.

b. Kontinuitas produksi tidak terhenti, diperlukan tingkat persediaan bahan

baku yang tinggi dan sebaliknya.

c. Sifat bahan baku/penolong, apakah cepat rusak (durable good) atau tahan

lama (udurable good).

2.1.4 Persediaan Barang Dagang

Persediaan yang dimiliki perusahaan pada awal periode akuntansi, disebut persediaan awal. Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan pada akhir periode akuntansi disebut dengan persediaan akhir dan akan dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva lancar yaitu pada rekening persediaan dan dipihak lain dicantumkan dalam laporan rugi-laba sebagai salah satu elemen yang akan berpengaruh pada penentuan laba bersih perusahaan.

Barang dagangan dalam perusahaan dagang disebut dengan persediaan barang dagangan atau kadang-kadang disingkat persediaan.

Adapun definisi persediaan barang dagang menurut Jusup Al- Haryono (2011:333) adalah :


(36)

“Persediaan yang terdiri atas barang-barang yang disediakan untuk dijual kepada para konsumen selama periode normal kegiatan

perusahaan.”

Sedangkan definisi persediaan barang dagangan (Merchandise Inventory)

menurut Soemarso (2008:208) adalah :

“Persediaan barang dagangan (merchandise inventory) adalah akun yang digunakan untuk mencatat harga pokok barang dagangan pada

awal dan akhir periode akuntansi”.

Dari definisi diatas dapat disimpulakan bahwa persediaan barang dagangan merupakan barang-barang yang dijual kepada konsumen dan dicatat pada awal dan akhir periode akuntansi.

Merchandise merupakan produk-produk yang akan dijual peritel dalam

gerainya, menchandise yang akan dijual penting dipilih benar karena merchandise

adalah “mesin sukses” bagi pengecer. Sedangkan merchandising adalah kegiatan pengadaan barang-barang yang sesuai dengan bisnis yang dijalani toko (produk berbasis makanan. Pakaian, barang kebutuhan rumah. Produk umum dan lain-lain atau kombinasi) untuk disediakan dalam toko pada jumlah, waktu dan harga yang

sesuai untuk mencapai sasaran toko atau perusahaan ritel.

Para pelanggan selalu berharap untuk memenuhi apa yang dibutuhkan dan diinginkannya disetiap toko, kebutuhan dan keinginan pelanggan sangat beragam dan toko diharapkan dapat memenuhinya. Fungsi pengelolaan barang

dagangan (merchandising) merupakan fungsi yang harus diberi prioritas,


(37)

salah, maka hampir dapat dipastikan sukses akan sulit diraih. Perencanaan barang yang baik dapat memberikan keakuratan dalam menentukan apa yang sebaiknya dijual, bagaimana variasi produknya. Keragaman mereknya, berapa jumlahnya atau bagaimana mengatur persediaannya. Barang dagangan dengan ukuran yang lengkap dan jumlah unit yang dapat sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen sasarannya. Persediaan yang sedikit menyebabkan pelanggan lari ke toko lain (pesaing), sehingga berakibat turunnya laju penjualan dan pendapatan sebaliknya juga apabila persediaan yang terlalu banyak akan menyebabkan kelebihan stok sehingga semakin tinggi biaya penyimpanan dan menurunnya margin keuntungan. Semakin lengkap persediaan barang dagangan maka akan semakin baik pandangan konsumen terhadap pengecernya. Dalam usaha eceran kualitas barang dagangan yang dijual memegang peranan penting di dalam keberhailan sebuah perusahaan eceran. Apabila kualitas barang dagangan yang di beli konsumen tidak baik oleh karena hak-hal tertentu, maka hal ini akan memberikan citra yang buruk terhadap produk itu sendiri dan perusahaan yang menjual.

2.1.4.1Jenis-jenis Persediaan Barang Dagang

Dalam sebuah perusahaan dagang, pada umumnya jenis persediaan barang yang tersangkut di dalamnya meliputi jumlah yang cukup banyak dan merupakan bagian yang cukup berarti dari seluruh aktiva perusahaan. Disamping itu, transaksi yang berhubungan dengan persediaan juga merupakan aktivitas yang paling sering terjadi.


(38)

Jenis-jenis persediaan barang dagangan yang digunakan kedalam empat kategori yaitu :

a. Barang konsumsi untuk masyarakat banyak, terdiri dari barang-barang

yang biasa dipakai oleh masyarakat banyak, seperti makanan, minuman, pakaian, barang-barang mainan, sepatu, obat-obatan, barang-barang kecantikan dan masih banyak lagi yang lain. Biasanya barang-barang ini diperlukan untuk pemakaian yang segera dan pada umumnya tidak tahan lama.

b. Barang konsumsi yang tahan lama seperti sepeda, mesin tik, lemari,

radio, kalkulator, mobil, jam tangan, dan sebagainya. Barang-barang yang demikian masanya lebih tahan lama, jika barang yang demikian ini sudah rusak atau ketinggalan model baru akan diganti.

c. Barang modal adalah barang-barang yang dibeli dipergunakan untuk

memproduksi bahan-bahan baku menjadi berbagai macam jenis barang jadi yang nantinya dapat dijual. Misalnya saja membuat rokok,

mesin tenun, mesin cetak offset, mesin penggiling padi, mesin babat

dan lain-lain.

d. Barang jasa, sesungguhnya pengertian dari barang jasa bersifat

abstrak. Sebab dalam arti fisiknya, apa yang disebut sebagai barang jasa tidak dapat dinilai dengan kongkrit, tapi cukup dimengerti saja. Misalnya seperti : rumah sakit, biro-biro konsultasi, biro perjalanan, asuransi, biro iklan, bank, kesemua itu adalah perusahaan yang menjual barang jasa.


(39)

2.1.4.2 Investasi Dalam Persediaan Barang Dagang

Persediaan barang dagang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu berputar dan selalu mengalami perubahan secara terus menerus. Masalah penentuan besarnya investasi atau pengalokasian modal dalam persediaan akan berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan. Kesalahan dalam menetapkan besarnya investasi dalam persediaan akan menekan keuntungan. Investasi dalam persediaan terlalu besar dibandingkan kebutuhan perusahaan akan memperbesar antara lain beban bunga, biaya penyimpanan dan pemeliharaan digudang, kerugian karena kerusakan dan juga menurunkan tingkat kualitas barang sehingga selanjutnya akan menyebabkan rendahnya tingkat laba yang akan dicapai. Sebaliknya, investasi terlalu kecil akan menyebabkan

perusahaan tidak dapat bekerja dengan luas produksi yang optimal atau full

capacity karena kurangnya material.

2.1.4.3 Tingkat Perputaran Persediaan Barang Dagangan

Perputaran persediaan merupakan interpretasi kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode tertentu atau likuiditas dan inventory dan tendensi untuk adanya overstock.

Tinggi rendahnya tingkat perputaran persediaan akan berpengaruh secara langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan, yang berarti semakin pendek waktu yang terikatnya modal dalam persediaan, maka untuk mempertahankan volume


(40)

Apabila modal yang digunakan untuk membelanjakan persediaan berasal dari modal asing maka kenaikan perputaran persediaan akan memperkecil beban bunga yang harus ditanggung perusahaan sedangkan apabila yang digunakan itu modal sendiri maka kelebihan modal tersebut dapat diinvestasikan pada komponen aktiva lainnya yang lebih efisien.

2.1.5 Penilaian Persediaan Barang Dagang

Menurut Ely Suhayati dan Sri Dewi Anggadini (2009 : 226) penilaian

persediaan barang dagang adalah cara menilai harga pokok penjualan atau cost of

good sold pada persediaan. Penilaian persediaan tersebut dapat digunakan dengan beberapa metode :

1) First In First Out (FIFO)

Adalah barang yang mulanya dibeli akan digunakan terlebih dahulu, baik dalam proses produksi atau akan dijual kembali.

2) Last In First Out (LIFO)

Adalah metode ini menggunakan barang yang paling akhir dibeli untuk dijual atau digunakan dalam proses produksi.

3) Weight Average (WA)

Adalah metode rata – rata yang digunakan dalam menghitung persediaan


(41)

4) Moving Average (MA)

Metode moving average dan disebut weight average juga metode rata –

rata. Perbedaannya hanya pada penggunaan sistem pencatatan inventory.

Nilai persediaan barang dagangan ditentukan oleh gabungan dua faktor yaitu, kuantitas dan harga pokok. Kuantitas persediaan dapat dengan cepat diperoleh melalui perhitungan secara fisik. Harga pokok persediaan merupakan harga untuk memperoleh persediaan tersebut. Disamping harga beli, termasuk harga pokok persediaan adalah semua biaya yang terjadi untuk memperoleh persediaan.

Kesulitan dalam menentukan harga pokok persediaan adalah apabila selama suatu periode, barang yang sama diperoleh dengan beberapa harga yang berbeda. Apabila demikian halnya, maka perlu ditentukan harga mana yang akan dipergunakan untuk menetapkan harga pokok persediaan yang ada, penetapan penilaian persediaan dapat dipergunakan beberapa alternatif.

1. Alternatif pertama adalah dengan menganggap bahwa barang yang

mula-mula akan dibeli akan dijual lebih dahulu (FIFO). Alternatif ini merupakan anggapan bahwa arus biaya yang harus dibebankan ke perhitungan rugi-laba harus berjalan sejajar dengan arus pengeluaran yang pernah dilakukan.

2. Alternatif kedua menyebutkan bahwa barang yang pertama dijual (LIFO).


(42)

perhitungan rugi-laba harus berlawanan dengan arus pengeluaran yang pernah dilakukan.

3. Alternatif ketiga berpendapat bahwa biaya yang dibebankan ke

perhitungan rugi-laba haruslah harga pokok rata-rata dari seluruh pembelian yang dilakukan selama periode yang bersangkutan. Disamping ketiga alternatif di atas, ada metode lain yang sering disebut dengan

Metode Identifkasi Khusus (Spesific Indentification) dan Metode Taksiran.

4. Identifikasi Khusus

Dalam metode ini, harga pokok dibebankan ke barang-barang yang dijual dan yang masih ada dalam persediaan didasarkan atas harga pokok yang dikeluarkan khusus untuk barang-barang yang bersangkutan. Metode ini dalam praktek hanya cocok untuk barang-barang yang jumlahnya tidak banyak dan nilai persatuannya tinggi, misalnya mobil.

5. Metode Taksiran

Kesulitan mengadakan perhitungan fisik di satu pihak serta keinginan untuk menghasilkan laporan keuangan secara berkala dipihak lain mengakibatkan diperlukannya cara baru untuk menetapkan harga pokok persediaan yaitu dengan metode taksiran. Ada dua metode taksiran yang dapat dipergunakan untuk menetapkan harga pokok persediaan yaitu :

a. Metode eceran

Metode ini didasarkan atas konsep adanya hubungan yang dekat dan konstan antara harga pokok dan harga jualnya. Oleh karena itu


(43)

hubungan antara harga pokok dan harga jualnya, yang biasanya dinyatakan dalam suatu presentase, perlu ditetapkan terlebih dahulu.

b. Metode Laba Bruto

Metode ini pada dasarnya menggunakan konsep yang sama dengan metode eceran, yaitu konsep yang sama dengan metode eceran, yaitu konsep hubungan antara harga pokok dan harga jual. Perbedaan dengan metode eceran terletak dalam cara penentuan presentase. Kalau dalam metode eceran, presentase harga terhadap harga jual didasarkan atas harga pokok dan harga jual aktual selama satu periode, dalam metode laba bruto presentase bruto terhadap penjualan didasarkan atas laporan keuangan tahun lalu. Perbedaan lainnya adalah : kalau metode eceran menggunakan presentase harga pokok terhadap harga jual, metode laba bruto menggunakan presentase laba bruto terhadap penjualan. Mengenai metode mana yang dipakai, tergantung dari pertimbangan pimpinan perusahaan yaitu :

1. Dalam harga konstan, tidak ada perbedaan dalam pemilihan salah

satu metode tersebut diatas.

2. Dalam keadaan ekonomi dimana terdapat kenaikan harga terus

menerus, metode LIFO memberikan gambaran yang lebih realistis pada perhitungan income dan memberi gambaran yang menyimpang dari keadaan sebenarnya pada neraca bila perhitungan income yang diutamakan, maka dalam keadaan demikian LIFO yang paling sesuai.


(44)

3. Dalam keadaan ekonomi dimana terdapat pengaruh harga terus-menerus, maka FIFO memberi gambaran mengenai persediaan pada neraca yang mencerminkan keadaan sebenarnya pada waktu itu. Tetapi karena pengeluaran untuk kelebihan itu sudah benar-benar dilakukan, maka sebaiknya dibebankan pada perhitungan rugi-laba, hingga demikian FIFO yang sesuai.

Dalam metode manapun yang dipilih, yang penting metode tersebut hendaknya yang paling jelas mencerminkan pendapatan periode perusahaan serta pemakaian metode tersebut harus konstan.

2.1.6 Pencatatan Persediaan Barang Dagang

Persediaan barang dagang merupakan salah satu aktiva lancar. Persediaan barang dagang dalam suatu perusahaan dapat dicatat dengan dua metode yaitu metode fisik dan metode perfektual. Apabila perusahaan menggunakan metode fisik dalam pencatatan persediaan barang dagang, maka perhitungan persediaan barang dagangan akan dilakukan pada akhir periode berjalan, sedangkan apabila perusahaan menggunakan metode perfektual dalam pencatatan persediaan barang dagangan, maka perhitungan persediaan barang dagangan dilakukan setiap saat terjadi perubahan persediaan barang dagangan.

2.1.6.1 Sistem Fisik

Sistem fisik (periodic) menurut Ely Suhayati dan Sri Dewi Anggadini


(45)

1. Mutasi persediaan tidak menggunakan buku besar inventory melainkan

memakai perkiraan purchases, purchases return, sales, sales return

dan sebagainya.

2. Tidak memakai kartu persediaan

3. Kalkulasi biaya persediaan dengan menetapkan persediaan akhi

terlebih dahulu melalui perhitungan secara fisik selanjutnya dihitung cost of good sold dengan rumus :

Purchase xxx

Less : Purchase return & allowance xxx-

Net purchase xxx

Add : freight in xxx+

Cost of good purchase xxx

Beginning inventory xxx

Cost of good sold xxx +

Cost of good avalaible for sale xxx

Less ending inventory xxx-

Cost of good sold xxx

2.1.6.2 Sistem Perpectual

Menurut Ely Suhayati & Sri Dewi Anggadini (2009:226) Sistem

PerpectualAdalah suatu metode penilaian persediaan yang pencatatan

persediaannya dilakukan secara terus-menerus dalam kartu persediaan.

HPP dicatat berdasarkan harga pokok pertama kali masuk. Jumlah yang masih tersisa merupakan nilai persediaan akhir. Dalam periode inflasi metode LIFO akan menghasilkan kemungkinan laba bersih terendah. Alasannya karena


(46)

harga pokok barang yang diperoleh terakhir akan mendekati nilai ganti barang yang dijual.

Keuntungan lain adalah penghematan pajak karena laba yang dihasilkan adalah yang paling rendah sehingga akan menghasilkan pajak penghasilan yang lebih rendah.Bila dibandingkan dengan metode FIFO ataupun metode rata-rata dalam periode deflasi, pengaruh yang terjadi adalah kebalikannya.Berikut bentuk kartu persediaan dengan sistem pencatatan perpetual :

Tabel 2.1 Kartu Persediaan Pencatatan Perpectual

Tgl Item Purchase COGS Inventory

Q P T Q P T Q P T

Keterangan :

Q : Quantity/jumlah unit P : Price/Harga

T : Total

COGS : Cost Of Good Sold

2.1.6.3Transaksi-transaksi keuangan yang melibatkan persediaan barang dagangan

Transaksi-transaksi yang melibatkan persediaan barang dagangan antara lain sebagai berikut :


(47)

1. Transaksi pembelian barang dagangan

2. Transaksi pembayaran biaya angkut pembelian

3. Transaksi retur pembelian

4. Transaksi potongan pembelian

5. Transaksi penjualan barang dagangan

6. Transaksi retur penjualan

7. Transaksi potongan penjualan

8. Transaksi pembayaran biaya angkut penjualan

2.1.6.4Pencatatan Persediaan Barang Dagang Dengan Metode Fisik

1. Apabila terjadi transaksi pembelian barang dagang maka pencatatan

yang dilakukan dengan metode fisik adalah sebagai berikut :

a. Pembelian secara tunai

Pembelian Rp xxx

Kas Rp xxx

b. Pembelian secara kredit

Pembelian Rp xxx

Utang Dagang Rp xxx

2. Apabila terjadi transaksi pembayaran biaya angkut pembelian maka

pencatatan yang dilakukan dengan metode fisik adalah sebagai berikut :

Beban angkut pembelian Rp xxx


(48)

3. Apabila terjadi transaski retur pembelian maka pencatatan yang dilakukan dengan metode fisik adalah sebagai berikut :

a. Jika saat pembelian dilakukan secara tunai

Kas Rp xxx

Retur pembelian Rp xxx

b. Jika saat pembelian dilakukan secara kredit

Utang dagang Rp xxx

Retur pembelian Rp xxx

4. Apabila terjadi transaksi pelunasan utang dagang dengan disertai

potongan pembelian maka pencatatan yang dilakukan dengan metode fisik adalah sebagai berikut :

Utang dagang Rp xxx

Kas Rp xxx

Potongan pembelian Rp xxx

5. Apabila terjadi transaksi penjualan barang dagang maka pencatatan

yang dilakukan dengan metode fisik adalah sebagai berikut :

a. Penjualan secara tunai

Kas Rp xxx

Penjualan Rp xxx

b. Penjualan secara kredit

Piutang dagang Rp xxx


(49)

6. Apabila terjadi retur penjualan maka pencatatan yang dilakukan dengan metode fisik adalah sebagai berikut :

a. Jika saat penjualan dilakukan secara tunai

Retur penjualan Rp xxx

Kas Rp xxx

b. Jika saat penjualan dilakukan secara kredit

Retur Penjualan Rp xxx

Piutang dagang Rp xxx

7. Apabila terjadi transaksi penerimaan pelunasan piutang dagang

dengan disertai potongan penjualan maka pencatatan yang dilakukan dengan metode fisik adalah sebagai berikut :

Kas Rp xxx

Potongan penjualan Rp xxx

Piutang dagang Rp xxx

8. Apabila terjadi transaksi pembayaran biaya angkut penjualan maka

pencatatan yang dilakukan dengan metode fisik adalah sebagai berikut :

Biaya angkut penjualan Rp xxx

Kas Rp xxx

2.1.6.5Pencatatan Persediaan Barang Dagang Dengan Metode Perfektual

1. Apabila terjadi transaksi pembelian barang dagang maka pencatatan


(50)

a. Pembelian secara tunai

Persediaan barang dagang Rp xxx

Kas Rp xxx

b. Pembelian secara kredit

Persediaan barang dagang Rp xxx

Utang Dagang Rp xxx

2. Apabila terjadi transaksi pembayaran biaya angkut pembelian maka

pencatatan yang dilakukan dengan metode perpectual adalah sebagai berikut :

Persediaan barang dagang Rp xxx

Kas Rp xxx

3. Apabila terjadi transaski retur pembelian maka pencatatan yang

dilakukan dengan metode perpectual adalah sebagai berikut :

a. Jika saat pembelian dilakukan secara tunai

Kas Rp xxx

Persediaan barang dagang Rp xxx

b. Jika saat pembelian dilakukan secara kredit

Utang dagang Rp xxx

Persediaan barang dagang Rp xxx

4. Apabila terjadi transaksi pelunasan utang dagang dengan disertai

potongan pembelian maka pencatatan yang dilakukan dengan metode perpectual adalah sebagai berikut :


(51)

Kas Rp xxx

Persediaan barang dagang Rp xxx

5. Apabila terjadi transaksi penjualan barang dagang maka pencatatan

yang dilakukan dengan metode perpectual adalah sebagai berikut :

a. Penjualan secara tunai

Kas Rp xxx

Penjualan Rp xxx

(nilai dalam penjualan sebesar harga jual)

Harga Pokok Penjualan Rp xxx

Persediaan barang dagang Rp xxx

(nilai dalam persediaan barang dagang sebesar harga pokok barang)

b. Penjualan secara kredit

Piutang dagang Rp xxx

Penjualan Rp xxx

Harga Pokok Penjualan Rp xxx

Persediaan barang dagang Rp xxx

(nilai dalam HPP sebesar harga pokok barang)

6. Apabila terjadi retur penjualan maka pencatatan yang dilakukan

dengan metode perpectual adalah sebagai berikut :

a. Jika saat penjualan dilakukan secara tunai

Retur penjualan Rp xxx


(52)

Persediaan barang dagang Rp xxx

Harga pokok penjualan Rp xxx

(nilai dalam persediaan barang dagang sebesar harga pokok barang yang dikembalikan)

b. Jika saat penjualan dilakukan secara kredit

Retur Penjualan Rp xxx

Piutang dagang Rp xxx

Persediaan barang dagang Rp xxx

Harga pokok penjualan Rp xxx

(nilai dalam persediaan barang dagang sebesar harga pokok barang yang dikembalikan)

7. Apabila terjadi transaksi penerimaan pelunasan piutang dagang dengan

disertai potongan penjualan maka pencatatan yang dilakukan dengan metode perpectual adalah sebagai berikut :

Kas Rp xxx

Potongan penjualan Rp xxx

Piutang dagang Rp xxx

8. Apabila terjadi transaksi pembayaran biaya angkut penjualan maka

pencatatan yang dilakukan dengan metode perpectual adalah sebagai berikut :

Biaya angkut penjualan Rp xxx


(53)

2.1.7 Penilaian dan Pencatatan Persediaan Barang Dagang

2.1.7.1 Penilaian Persediaan Dengan Sistem Pecatatan Fisik FIFO

Dalam metode fisik FIFO (Fisrt In First Out):

1. Ditetapkan terlebih dahulu persediaan akhir secara kuantitas

2. Penetapan harga satuan untuk nilai persediaan akhir : diambil dari

harga yang terakhir dibeli, jika tidak mencukupi di ambil dari pembelian kedua yang terakhir dan seterusnya.

2.1.7.2Penilaian Persediaan Dengan Sistem Pecatatan Fisik LIFO

Dalam metde fisik LIFO (Last in First Out) :

1. Ditetapkan terlebih dahulu persediaan akhir secara kuantitas

2. Penetapan harga satuan untuk nilai persediaan akhir di ambil dari

persediaan awal, jika tidak mencukupi di ambil dai pembelian pertama dan seterusnya

2.1.7.3Penilaian Persediaan Dengan Sistem Pecatatan Fisik Rata-Rata Tertimbang (Weight Average)

Dalam metode ini :

1. Ditetapkan telebih dahulu persediaan akhir secara kuantitas

2. Harga rata-rata per unit dicari sebagai berikut:

Barang siap dijual(Rp) Barang siap dijual (kuantitas)


(54)

3. Nilai persediaan akhir : kuantitas persediaan akhir x harga rata-rata per unit

2.1.7.4 Penilaian Persediaan Dengan Sistem Perpetual Fisik FIFO

Metode FIFO merupakan metode yang beranggapan bahwa barang yang

pertama masuk merupakan barang pertama keluar. Cost of good sold didasarkan

pada nilai barang yang pertama masuknya.

Hal ini dilakukan karena metode identiikasi khusus tidak memugkinkan dilakukan, terutama untuk barang yang jumlahnya cukup banyak dan sulit untuk diidentifikasi arus biayanya pada saat barang tersebut dijual.

2.1.7.5Penilaian Persediaan Dengan Sistem Perpetual Fisik LIFO

Metode LIFO merupakan metode yang beranggapan bahwa barang yang

terakhir masuk merupakan barang yang pertama keluar. Cost of good sold

didasarkan pada nilai barang yang akhir masuknya

2.1.7.6Penilaian Persediaan Dengan Sistem Pecatatan PerpetualRata-Rata Bergerak (Moving Average)

Metode ini didasarkan bahwa setiap terjadi pembelian maka harga unit persediaan

akan bertambah sesuai dengan penambahan persediaan. Cost of good sold barang

yang terjual didasarkan harga rata-rata tersebut. Rumus harga per unit persediaan sebagai berikut :

Barang siap dijual setiap tanggal (Rp) Barang siap dijual setiap tanggal (Kuantitas)


(55)

Sedangkan harga pokok penjualan atas setiap barang yang dijual dicari dengan cara : kuantitas barang yang dijual x harga rata-rata pembelian pada tanggal penjualan.

2.1.8 Laporan Laba Rugi

Laporan Keuangan laba rugi menurut Ely Suhayati dan Sri Dewi Anggadini (2009:15) adalah :

“Ikhtisar Pendapatan dan biaya untuk suatu jangka waktu tertentu, misalnya satu bulan atau satu tahun.”

Sedangkan menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty(2010:18) mengemukakan bahwa

“Laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai

kemampuan(potensi) perusahaan dalam menghasilkan laba (kinerja)


(56)

PT. QQ Laporan Laba Rugi

Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2008

Penjualan : xxx

Potongan Penjualan xxx

Retur Penjualan xxx

(xxx) Penjualan Bersih xxx

Persediaan Barang Dagangan ( 1 Januari 200X)

Pembelian xxx

Biaya Angkut Pembelian xxx

xxx Dikurangi :

Pembelian xxx

Retur Pembelian xxx

(xxx) xxx

Harga Pokok Barang yang Siap dijual xxx

Persediaan Barang Dagangan ( 31 Desember 200X) (xxx)

Harga Pokok Penjualan (xxx)

Laba Kotor atas Penjualan xxx

Biaya Usaha :

Biaya Iklan xxx

Biaya Angkut Penjualan xxx

Biaya Telepon dan Listrik xxx

Gaji Karyawan xxx

Biaya Pemeliharaan Gedung xxx

Biaya Bunga xxx

Biaya Suplies Toko xxx

Biaya Asuransi xxx

Biaya lain-lain xxx

(xxx)

LABA USAHA xxx

(Sumber:Ely Suhayati dan Sri Dewi Anggadini 2009:83) Gambar 2.1 Laporan Laba-Rugi


(57)

53 3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan permasalahan yang diteliti. Objek dari penelitian ini adalah penilaian dan pencatatan persediaan barang dagang.

Menurut Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini dan Linna Ismawati (2011:29) mengemukakan bahwa

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang

menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.”

Sedangkan menurut Sugiyono (2009:38) pengertian objek penelitian mengemukakan:

“Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan

yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa objek penelitian adalah suatu sasaran dari penelitian untuk tujuan dan kegunaan tertentu sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bagi si peneliti.

Objek penelitian merupakan suatu proses yang mendasari suatu pemilihan, pengolahan serta penafsiran semua data dan keterangan yang berkaitan dengan


(58)

penilaian dan pencatatan persediaan barang dagang.

3.2 Metode Penelitian

Pengertian metode penelitian menurut Sujoko, Stevanus dan

Yuliawati(2008:7) dalam bukunya menyatakan bahwa:

“Metode penelitian merupakan bagian dari metodelogi yang secara

khusus mendreskripsikan tentang cara mengumpulkan data dan

menganalisis data.”

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah prosedur dan tehnik untuk mendapatkan kebenaran memperoleh jawaban atas suatu masalah.

Metodeyang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui pendekatan studi kasus. Metode deskriptif adalah suatu metode yang meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suat sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran lukisan secara sistematis, faktual dan akurat menegenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Adapun beberapa pengertian metode deskriptif menurut


(59)

kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.”

Sedangkan menurut Umi Narimawati,Sri Dewi Anggadini dan Linna Ismawati(2011:29) mengemukakan bahwa:

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak

digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.”

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang menggunakan satu variabel tanpa menggunakan variabel lain sebagai pembanding.

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam mendapatkan dan mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

1. Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan dilakukan dengan cara:

a. Observasi(Observation)

Dengan menggunakan metode observasi, penulis

melakukan pengamatan secara langsung mengenai kegiatan dan kondisi perusahaan tempat penulis melakukan penelitian.


(60)

secara formal maupun non formal dengan pihak-pihak yang terkait dalam permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan penelitian.

c. Dokumentasi ( Documentation)

Penulis mengumpulkan bahan-bahan yang tertulis berupa data-data yang diperoleh dari bagian keuangan.

2. Studi Kepustakaan (Library Research)

Penulis mencari buku dan literarur yang sesuai dengan masalah yang diangkat, dan informasi yang digunakan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengelolaan persediaan barang dagang. Data yang diperoleh dari studi kepustakaan adalah sumber informasi yang telah ditemukan oleh para ahli yang kompeten dibidangnya masing-masing sehingga relevan dengan pembahasan yang sedang diteliti, dalam melakukan studi kepustakaan ini penulis berusaha mengumpulkan data sebagai berikut:

a. Mempelajari konsep dan teori dari berbagai sumber yang

berhubungan dan mendukung pada masalah yang diteliti.

b. Mempelajari materi kuliah dan bahan tertulis lainnya.

3.2.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah data primer dan sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung meliputi dokumen-dokumen perusahaan berupa sejarah perkembangan perusahaan, struktur


(61)

adalah data yang diperlukan untuk mendukung hasil penelitian berasal dari literatur, artikel dan berbagai sumber lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.


(62)

1 Sri Mardiyati

21310036

ABSTRACT

Inventory is an important part in supporting the effectiveness of the business assets of the company. The company's ability to manage inventory levels will have an impact on the effectiveness and efficiency of the company's operations. Intensive, retail enterprises should pay more attention to the state of inventories. If inventory is managed appropriately will facilitate the company achieving the expected targets, otherwise if merchandise inventory is managed incorrectly it could lead companies away from their intended target. One of merchandise inventory management is to do a merchandise inventory valuation and recording of merchandise inventory. Results of the analysis of research on the assessment and recording of inventory found any excess inventory that was ordered by the company due to a delay in delivery of ordered goods suppliers so that companies with large numbers that the company has inventory available for resale to consumers.

Keywords : Merchandise Inventory, Inventory Assessment, Inventory Recording

I. PENDAHULUAN

Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat dengan pola hidup konsumtif. Pengeluaran untuk barang-barang kebutuhan pokok penduduk Indonesia memiliki trend yang positif dari tahun ke tahun. Fenomena ini merupakan suatu yang normal karena peningkatan ini disebabkan oleh faktor peningkatan jumlah penduduk dan laju kenaikan harga (inflasi).

Bisnis perdagangan kebutuhan pokok terutama pada sektor retail berkembang dengan pesat akhir-akhir ini. Ditandai dengan dibukannya pusat-pusat perbelanjaan dan toko-toko retail modern baru di perkotaan dan bahkan telah memasuki desa-desa di pelosok tanah air.

Namun seiring bertambahnya jumlah toko retail membawa dampak pada kompetisi antar retailer yang semakin ketat, sehingga hanya toko-toko retail yang dikelola dengan baik yang dapat bertahan.

Tujuan utama dalam sebuah perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang diperoleh oleh penjualan produk barang atau jasa. Laba merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam going concern perusahaan. Perusahaan yang tidak mampu menghasilkan laba dari operasi bisnisnya dalam jangka panjang dapat mengalami kebangkrutan dan keluar dari bisnis. Perusahaan yang baik merupakan perusahaan yang mampu memberikan keuntungan pada pemilik atau pemegang sahamnya. Seiring semakin ketatnya persaingan bisnis retail, maka untuk dapat bertahan dan bersaing dalam bisnis ini, diperlukan pengelolaan yang baik dan cermat.


(1)

8

(dalam ribuan rupiah)

Date Purchase Cost of Good Sold Inventory

Q UC TC Q UC TC Q UC TC

01 Maret 2013 10 2.000 20.000

04 Maret 2013 7 2.000 14.000 3 2.000 6.000 07 Maret 2013 2 2.000 4.000 1 2.000 2.000 20 Maret 2013 25

2.100

52.500 1 2.000 2.000

25 2.100 52.500

22 Maret 2013 1 2.000 2.000

3 2.100 6.300 22 2.100 46.200

28 Maret 2013 8 2.100 16.800 14 2.100 29.400 30 Maret 2013 5

2.200

11.000 14 2.100 29.400

5 2.200 11.000

Total Persediaan

Akhir 19 40.400

(Sumber : PD. Karya Mandiri Putra) Keterangan :

Q : Quantity/jumlah dalam roll

UC : Unit Cost / harga cost per roll (dalam ribuan rupiah)

TC : Total Cost/ hasil perkalian dari Q dan UC (dalam ribuan rupiah) Harga jual per roll Rp3.000.000

4.2.2 Laporan Laba Rugi PD. Karya Mandiri Putra

Dalam catatan maupun prosedur akuntansi perusahaan dagang tidak berbeda dengan perusahaan jasa. Sesuai dengan konsep penanding (matching principle)laporan laba rugi suatu perusahaan dagang dihitung dengan cara mengurangkan biaya untuk memperoleh pendapatan dari hasil penjualan pada periode yang bersangkutan.

Adapun data laporan laba rugi PD. Karya Mandiri Putra dengan kain cotton pada bulan Maret 2013 sebagai berikut :

PD. Karya Mandiri Putra Laporan Laba Rugi Kain Cotton

31 Maret 2013

Penjualan kain Cotton Rp63.000.000


(2)

Persediaan 1 Maret 2013 Rp20.000.000

ditambah : Pembelian Rp63.500.000

Harga Pokok Barang Tersedia untuk dijual Rp83.500.000 dikurangi : Persediaan 31 Maret 2013 Rp40.400.000

dikurangi: Harga Pokok Penjualan : Rp43.100.000

Laba Kotor Rp19.900.000

Biaya Operasional :

Biaya Gaji Rp6.050.000

Biaya Plastik Rp500.000

Biaya Listrik, Air dan Telepon Rp2.500.000

Biaya Iklan Rp350.000

Biaya Asuransi Rp2.000.000

Biaya Penyimpanan :

(Biaya Pengamanan, biaya kerusakan barang,

biaya pemeliharaan) 20% dari harga jual Rp600.000

dikurangi : Jumlah biaya Rp12.000.000

Laba Bersih Rp7.900.000

4.3 Pembahasan

4.2.1 4.3.1 Tinjauan Atas Penilaian dan Pencatatan Persediaan Barang Dagang Pada PD. Karya Mandiri Putra

Menurut Soemarso (2008:218) penilaian persediaan barang dagang dengan metode FIFO adalah :

“Harga pokok persediaan akan dibebankan sesuai dengan urutan terjadinya. Apabila ada penjualan atau pemakaian barang-barang maka harga pokok yang dibebankan adalah harga pokok yang paling terdahulu, disusul yang masuk berikutnya. Persediaan akhir dibebani harga pokok terakhir.”

Menurut Jusup Al- Haryono (2011:343), berdasarkan cara pencatatan dan waktu pencatatan, sistem pencatatan persediaan perpectual adalah :

“Sistem yang menggunakan catatan akuntansi yang secara terus menerus mengungkapkan jumlah persediaan yang ada. Dalam sistem ini dilakukan dengan mencatat kuantitas dan harga.”

Penilaian dan pencatatan persediaan menurut Ely Suhayati dan Sri Dewi Anggadini (2009:226) mengemukakan bahwa Penilaian persediaan merupakan metode yang menentukan harga pokok penjualan akan bernilai tinggi atau rendah dan pencatatan persediaan adalah sistem pencatatan untuk membantu pelaporan persediaan yang relevan dan teliti.

Persediaan barang dagangan yang tidak diukur dan dilaporkan atas dasar yang relevan dan teliti cenderung akan menyesatkan para pembuat keputusan/user mengenai pendapatan dan modal perusahaan.


(3)

10

Tabel 4.2

Card Inventory Kain Bahan Cotton PD. Karya Mandiri Putra Periode Bulan Maret 2013

(dalam ribuan rupiah)

Date Purchase Cost of Good Sold Inventory

Q UC TC Q UC TC Q UC TC

01 Maret 2013 10 2.000 20.000

04 Maret 2013 7 2.000 14.000 3 2.000 6.000 07 Maret 2013 2 2.000 4.000 1 2.000 2.000 20 Maret 2013 25

2.100

52.500 1 2.000 2.000

25 2.100 52.500

22 Maret 2013 1 2.000 2.000

3 2.100 6.300 22 2.100 46.200

28 Maret 2013 8 2.100 16.800 14 2.100 29.400 30 Maret 2013 5

2.200

11.000 14 2.100 29.400

5 2.200 11.000

Total Persediaan

Akhir 19 40.400

(Sumber : PD. Karya Mandiri Putra) Keterangan :

Q : Quantity/jumlah dalam roll

UC : Unit Cost / harga cost per roll (dalam ribuan rupiah)

TC : Total Cost/ hasil perkalian dari Q dan UC (dalam ribuan rupiah) Harga jual per roll Rp3.000.000

Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan, dapat dianalisa sebagai berikut:

Pada tanggal 1 Maret 2013 jumlah awal persediaan kain cotton adalah 10 roll dengan harga per roll yaitu Rp2.000.000 sehingga total harga menjadi Rp20.000.000. Perhatikan bahwa setelah 7 roll dijual pada tanggal 4 Maret, masih tersisa persediaan sejumlah 3 roll @ Rp2.000.000. Dan pada tanggal 7 Maret dijual 2 roll @ Rp2.000.000 sehingga tersisa 1 roll kain cotton @ Rp2.000.000. terjadi keterlambatan pengiriman barang sehingga barang masuk tanggal 22 Maret sebanyak 25 roll @ Rp2.100.000 dengan total Rp52.500.000. Maka persediaan bertambah menjadi 26 roll, 1 roll @ Rp2.000.000 dan 25 roll @ Rp2.100.000. Pada tanggal 22 Maret terjual 4 roll 1 roll @ Rp2.000.000 dan 3 roll @ Rp2.100.000. Kain terjual kembali pada tanggal 28 Maret sebanyak 8 roll @ Rp2.100.000. Pada saat ini tersisa 14 roll @ Rp2.100.000. Perusahaan membeli kain pada supplier pada tanggal 30 Maret sebanyak 5 roll @ Rp2.200.000. sehingga persediaan pada akhir bulan menjadi 14 roll @ Rp2.100.000 dan 5 roll @ Rp2.200.000


(4)

4.2.2 4.3.2 Laporan Keuangan Laba Rugi PD. Karya Mandiri Putra

Tujuan diadakannya laporan keuangan laba rugi adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan perusahaan khususnya mengenai keuntungan dan kerugian yang di dapat oleh perusahaan.

Laporan Keuangan laba rugi menurut Ely Suhayati dan Sri Dewi Anggadini (2009:15) adalah :

“Ikhtisar Pendapatan dan biaya untuk suatu jangka waktu tertentu, misalnya satu bulan atau satu tahun.”

Penyajian laporan keuangan laba rugi telah sesuai dengan teori yang ada. Di bawah ini adalah bentuk perbandingan Laporan Laba Rugi kain Cotton bulan Februari dan Maret 2013

Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa PD. Karya Mandiri Putra mengalami penurunan laba di bulan Maret 2013. Hal ini disebabkan oleh adanya tambahan biaya yaitu biaya asuransi dan penyimpanan karena adanya kelebihan persediaan yang disimpan di dalam gudang.

V. Kesimpulan dan saran 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan Analisa dan pembahasan maka peneliti memberikan kesimpulan atau jawaban beberapa perumusan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Penilaiandan pencatatan persediaan barang dagang yang dilakukan oleh PD. Karya Mandiri Putra telah sesuai dengan teori yaitu menggunakan penilaian FIFO (First In First Out) dan sistem pencatatan perpectual dimana barang yang pertama masuk atau dibeli akan pertama juga untuk dikeluarkan atau dijual dan pencatatan untuk persediaan dibantu oleh kartu persediaan yang dibuat oleh PD. Karya Mandiri Putra. Hasil dari analisis peneliti pada penilaian dan pencatatan persediaan ditemukan adanya kelebihan persediaan di gudang karena perusahaan memesan barang pada supplier dengan jumlah yang banyak. Hal ini dilakukan agar perusahaa dapat menjual barang dagangannya kepada konsumen

2. Penyajian laporan laba rugi PD. Karya Mandiri Putra sudah sesuai dengan teori dan hasil analisis peneliti menemukan adanya tambahan biaya pada laporan laba rugi bulan Maret 2013 yang disebabkan adanya penumpukan persediaan sehingga PD. Karya Mandiri Putra mengeluarkan biaya asuransi dan biaya penyimpanan untuk persediaan yang


(5)

12

disimpan digudang. Dengan adanya tambahan biaya maka laba PD. Karya Mandiri Putra mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya.

5.2 Saran

Berdasarkan analisa pembahasan yang telah disimpulkan diatas maka peneliti mencoba mengajukan beberapa hal untuk perbaikan PD. Karya Mandiri Putra, sebagai berikut:

1. PD. Karya Mandiri Putra harus bisa menangani supplieryang mengirimkan barangnya tidak tepat waktu.PD. Karya Mandiri Putra bisa meminta potongan harga pada supplier atas keterlambatan yang mengakibatkan penjualan perusahaan menurun. Dengan adanya potongan harga maka akan dapat menguntungkan perusahaan dan hasil pencatatan kartu persediaan tidak akan menunjukkan adanya kelebihan persediaan barang.

2. PD. Karya Mandiri Putra harus lebih hemat dalam menggunakan biaya yang akan dikeluarkan agar saat penyajian laporan laba rugi tidak ada lagi penurunan laba yang dapat merugikan perusahaan.

VI. Daftar Pustaka Sumber Buku:

Agus Ristono.(2009). Manajemen persediaan edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu

Ely Suhayati,Sri Dewi Anggadini. (2009). Akuntansi Keuangan. Yogyakarta: Graha Ilmu. John J.Wild, K.R. Subramanyam, Robert F.Halsley. (2010). Analisis Laporan Keuangan 1

Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat

Jusup, Al- Haryono. (2011). “Dasar-dasar Akuntansi”, Edisi Ke VII. Yogyakarta: STIE YKPN.

Kasmir.(2010). Analisis Laporan Keuangan.Jakarta : Rajawali Pers. Moh.Nazir.(2008).Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia

Mulyadi. (2008). Sistem Akuntansi. Cetakan Keempat. Jakarta : Salemba Empat. Peraturan Pemerintah. 19/2005. Standar Nasional Pendidikan. Bab 1 Pasal 1 Ayat 17 Riyanto, Bambang.(2011). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE Soemarso, S.R.(2008). Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Ke Lima, Buku Ke Satu.

Jakarta : Salemba Empat.

StandarAkuntansiKeuangan,Dewan Standar Akuntansi Keuangan, IAI : 2010 Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Suharsimi Arikunto.(2009).Dasar-dasar evaluasi pendidikan.Jakarta.PT. Bumi Aksara.

Sujoko,Stevanus, Yuliawati.(2008). Metode Penelitian Untuk Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat

Umi, Narimawati., Sri Dewi, Anggadini., Linna, Ismawati. (2011), Penulisan Karya Ilmiah, Edisi Pertama.Pondok Gede, Bekasi : Genesis.


(6)

1. Sumber Internet :

Achun. 2008. Manajemen Persediaan dan Produksi, (Online), (Http://www.dataon.com/library/files/Persediaan.htm, diakses 01 Mei 2013)

Kumpulan Ilmu. “Pengertian Manajemen Menurut Para Ahli” ( http://kumpulanilmu2.blogspot.com/2013/01/pengertian-manajemen-menurut-para-ahli.html, diakses 01 Mei 2013)

Akuntansi Pendidik. 2013. Membahas Konsep dan Informasi Akuntansi Secara Tepat, (Online), ( http://akuntansipendidik.blogspot.com/2013/01/pencatatan-persediaan-barang-dagang-secara-tepat.html,

http://akuntansipendidik.blogspot.com/2013/01/penilaian-persediaan-barang-dagang-dalam-akuntansi.html#sthash.uHqymNtu.dpuf diakses 16 juni 2013)