Perhitungan Biaya Produksi Mebel Tunggak Jati di Kecamatan Randlubatung - Jawa Tengah

RINGKASAN
Meidiana (E.29.1108). Perhitungan Biaya Produksi Mebel Tunggak Jati
di Kccamatan Randublatung
Jaws Tengah. ( Dibawah bimbiugau
Pr. Bramasto Nugroho, MS dan Pr. M. Chamim Mashar, MM).

-

Sebagai bahan limbah, tunggak jati sebenarnya masih bermanfaat dan
mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, yaitu sebagi bahan baku untuk mebel,
kerajinan tangan seperti jam dinding, vas bunga, patung dan perabotan rumah
tangga. Bahkan saat ini mebel dan kerajinan gembol jati sudah diekspor, sehingga
nilainya menjadi lebih tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memepelajari mekanisme
pengadaan tunggak kayu jati, dan analisa biaya produksi mebel khususnya meja dan
kursi berbahan baku tunggak kayu jati, dalam rangka perhitungan harga pokok dan
keuntungan yang diperoleh.
Penelitian ini dilakukan di daerah KPH Randublatung, Kabupaten Blora, Perum
Perhutani Unit I Jawa Tengah, selama satu bulan. Untuk mengetahui cara pembuatan
dan perhitungan biaya produksi mebel tunggak, dilakukan di 3 usaha pengrajin
tunggak,, yaitu : (1) Prirnkopkar Perhutani KPH Randublatung, (2) CV. Sidodadi

dan (3) Hasta Rupa.
Metoda penelitian yang digunakan ialah pengumpulan data sekunder dan data
primer, yaitu dengan cara : (1) observasi langsung pengambilan tunggak dan
pembuatan mebel tunggak jati, (2) wawancara-dengan pimpinan d m karyawan
perusahaan dan (3) mengutip arsip dari perusahaan dan instansi terkait.
Luas KPH Randublatung adalah 32.464,l ha yang terletak pada 2 tempat, yaitu
yang arealnya berada di Kabupaten Blora sebesar 32.131,2 ha (98,97 %) dan sisanya
seluas 332,9 ha (1,03 %) berada di Kabupaten Grobogan. Adapun sebaran hutan

KPH Randublatung terdiri dari kawasan hutan : (I) luas alur dalam kawasan hutan 538,08 ha
atau 1,65 %, (2) untuk penghasilan kayu jati (tebang habis) 3 1.381,80 ha atau 96,67 %.
(3) untuk penghasilan kayu (tebang pilih 105,90 ha atau 0,33 %, (4) untuk hutan
lindung 96,92 ha atau 0,30 % dan bukan penghasil kayu jati 341,70 ha atau I,05 %.

Jumlah penduduk di kecamatan Randublatung sampai akhir tahun 1997 adalah
sebanyak, 71.381 jiwa, yang terdiri dari 35.807 jiwa pria (50,16 %) dan 35.574 jiwa
perenlpuan (49,84 %). Sebagian besar dari penduduknya menlpunyai ~nata
pencaharian di sektor pertanian, yaitu sebanyak 76,47 %.
Bahan baku


mebel

bempa tunggak jati diperoleh dari

kawasan

KPH

Randublatung sendiri. Tunggak jati yang boleh diambil untuk keperluan penduduk,
hanya sekitar 10 % saja di setiap petak tebang. Selain itu tunggak jati yang berada di
tanah miring atau iereng dan di sekitar pinggiran sungai serta jalan tidak boleh
diambil.
Tunggak jati yang diambil untuk mebel mempunyai ciri-ciri khusus, antara lain
: batangnya berukuran minimal tinggi 30 cm diatas perrnukaan tanah dan diameter

lebih dari 40 cm, agak kering serta bentuknya agak unik. Bagian batang yang
mempunyai gembol, harganya lebih tinggi, mencapai 30 % dari harga tunggak biasa.
Akar, dipilih yang kuat, keras dan tak ada pelapukan, serta bentuknya agak bulat bila
untuk meja.
Pengambilan tunggak dilakukan secara berkeiompok, beranggotakan sekitar 4 - 10

orang dan dipimpin oleh seorang ketua yang merangkap juga sebagai pencari order
serta penyandang dana.

Upah yang diterima pekerja penggali tunggak adalah

berdasarkan sistem borongan, yaitu antara Rp.20.000,- sanlpai Rp.150.000,lkelompoWtunggak.
Selumh biaya yang dikeluarkan untuk penganlbilan tunggak, ditanggung oleh
ketua
-.
kelomp~?k,l.
~.
!?jay2

~

~

~

tersebut .a_da!ah


untu_k..~_engga!iian/~Pem_bbo_n_g_k.ar.anan..t~gg~~~.

Rp. 20.000,- std Rp. 150.000,-/tunggak/kelompok~
biaya bongkar muat darike atas
kendaraan Rp. 50.000,-tritkelompok. dan biaya transportasi dari lokasi sampai ke
tempat pengumpulan Rp.40.000,-hit.
Tunggak jati yang dibeli dari kelompok pencarittunggak, harganya bervariasi
antara Rp. 50.000,- std Rp. 250.000,- ,tergantung dari ukuran penampang, keunikan
dan adanya gembol atau tidak, serta pemntukannyakegunaannya.

Bila tunggak

tersebut mempunyai gembol, harganya akan meningkat sekitar 30 - 50 %.

Setelah diseleksi, kemudian tunggak jati diolah menjadi mebel mang tamu,
yang terdi~idari sebuah meja dan 4 buah kursi, dengan melalui beberapa tahapan,
antara lain : persiapan, pembuatan, dan finishing. Seteldl pekerjaan pembentukan
mebef selesai, tahap selanjutnya adalah finishing, yaitu proses melapis suatu bahan
pada pennukaan suatu benda, sebagai lapisan terakhir.

Finishing yang dilakukan untuk

mebel tunggak di daerah ini, terdiri dari

beberapa tahapan, yaitu : (1) pengamplesan I, (2) perataanlpendempulan, (3) pengampelasan 11, (4) pefapisan (coating), (5) pengampelasan 111 dan (6) pemolesan.
Biaya produksi mebel tunggak yang dikeluarkan selama 6 bulan, dari masingmasing usaha kerajinan Pelkop, ~idodadi, dan Hasta Rupa, adalah Rp.
36.713.918,86,

Rp.

21.295.073,OO dan Rp. 18.858.625,26.

Berarti rata-rata

perbulannya, masing-masing sebesar Rp. 6.1 18.986,48, Rp. 3.549.178,97 dan Rp.
. 3.143.104,2 1. Bila diperhitungkan, maka rata-rata setiap setnya masing-masing

menjadi :Rp. 895.461,43, Rp.1.330.942,ll dan Rp. 1.257.241,68. Ternyata biaya
produksi rata-rata per set mebel tunggak yang


paling rendah, adalah yang

dihasilkan oleh Pelkop.
Usaha p&nbuatan mebel tunggak jati di Randublatung ternyata memberikan
keuntungan yang berbeda-beda selama 6 bulan ini, yaitu berkisar antara Rp.
11.241.374,74 dan Rp. 33.3 12.481,14. Bila diperhitungkan, maka keuntungan
rata-rata perset mebel dari masing-masing pengrajin, adalah : Rp. 812.499,54,
Rp. 806.561,07 dan Rp. 749.424,98. Perbedaan keuntungan antara Pelkop dan
Sidodadi tidaklah

besarhelatif hampir sama, terkecuali Hasta Rupa. Perbedaan

keuntungan ini disebabkan adanya perbedaan : besarnya skala usaha, mebel yang
terjual serta biaya produksi dari masing-masing pengrajin.
Bila dibandingkan dengan biaya produksi, maka keuntungan per set dari masingmasing pengrajin adalah : 90,89 %, 60,60 % dan 59,61 %. Berarti keuntungan
tertinggi adalah dari mebel tunggak yang dihasilkan oleh pengrajin Pelkop dan yang
terendah Hasta Rupa. Hal ini diperkirakan, selain Pelkop skala usahanya lebih besar
sehingga lebih produktif dan efisien, juga adanya bantuan fasilitas dari Perhutani.

Perhitungan Biaya Produksi Mebel Berbahan Baku Tunggak Jati


Di Kecamatan Randublatung - Jawa Tengah

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan
Pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Meidiana
E.29.1108

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT FERTANIAN BOGOR
2000