ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI DAN

ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI DAN LABA YANG DIHARAPKAN
PADA USAHA HARIAN

BAB I
PENDAHULUAN
I.

Latar Belakang
Usaha kecil adalah suatu usaha yang tidak tergantung pada pemilik dan

menajemennya serta tidak menguasai/mendominasi pasar dimana dia berada. Usaha kecil
tidak menjadi bagian dari bisnis lainnya, sehingga sebagai usaha kecil tidak mempunyai
pengaruh signifikan terhadap pasar dimana ia berada

(Amirullah & Imam Hardjanto,

2005:80). Perkembangan dunia usaha sekarang ini sangat pesat. Hal ini ditandai dengan
tajamnya persaingan dalam dunia usaha guna mempertahankan dan meningkatkan usaha itu
sendiri. Dengan tajamnya persaingan tersebut perusahaan dituntut mampu menghadapi
persaingan yang ada. Demikian juga dalam dunia usaha khususnya usaha kecil. usaha kecil
diharapkan mempunyai kebijakan dan strategi untuk dapat mempertahankan dan

meningkatkan usahanya.
Banyak usaha kecil pada saat sekarang ini saling bersaing, terutama pada usaha yang
memproduksi produk sejenis. Hal tersebut bagi usaha kecil merupakan ancaman yang harus
segera ditindak lanjuti karena secara Langsung akan mempengaruhi kelangsungan hidup
usahanya, mengingat penjualan dari produk yang dihasilkan merupakan sumber pendapatan
utama bagi badan usaha atau usaha kecil tersebut. Untuk mengatasi hal itu, badan usaha
dituntut untuk antisipatif terhadap segala kemungkinan yang terjadi dalam persaingan,
yaitunya dengan cara penentuan harga jual.

Penentuan harga jual yang tidak tepat sering berakibat fatal pada masalah keuangan
badan usaha dan akan mempengaruhi kontinuitas usaha tersebut. Ketidaktepatan tersebut
akan menimbulkan resiko pada badan usaha, misalnya kerugian yang terus menerus atau
menimbunnya produk di gudang karena macetnya pemasaran. Untuk itu setiap badan usaha
harus menetapkan harga jualnya secara tepat karena harga merupakan satu-satunya unsur
bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi usaha tersebut. Pada
hakekatnya badan usaha dalam menjual produknya harus dapat mencapai keuntungan (laba)
yang diharapkan, sehingga perusahaan dalam menjual produknya harus

menetapkan harga


jual. Harga jual adalah harga yang diperoleh dari penjumlahan biaya produksi, biaya non
produksi serta laba yang diharapkan (Mulyadi, 2002:79). Sedangkan (warren, 2006: 2)
mendefenisikan laba adalah selisih antara jumlah yang diterima dari pelanggan atas barang
atau jasa yang dihasilkan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya alam
dalam mrnghasilkan barang atau jasa tersebut.
Umumnya dalam menentukan harga jual yang menjadi tolak ukur adalah harga pokok
produk. Harga pokok produksi adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu
produk atau pesanan, yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan seluruh biaya produksi
atau hanya memasukkan unsur biaya produksi variabel saja. Oleh karena itu dalam penelitian
ini penulis menfokuskan pada penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan
variabel costing.
Harga pokok produksi memberikan informasi batas bawah suatu harga penjualan
yang harus ditentukan. Badan usaha akan berusaha untuk menekan biaya produksi mereka,
tetapi harus tetap memperhatikan kualitas dari produk itu sendiri, sehingga kualitas dari hasil
produksi mereka tidak menurun. Hal ini didorong oleh adanya

tuntutan untuk dapat

memenuhi keinginan konsumen yang ingin membeli suatu produk dengan harga jual
terjangkau dan memiliki kualitas yang baik.


Biaya (cost) merupakan pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan
uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya
ini belum habis masa pakainya dan digolongkan sebagai aktiva yang dimasukan kedalam
neraca. Dalam kegiatan produksi biaya-biaya yang perlu diperhitungkan dalam menetapkan
harga adalah biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses
produksi yang terdiri dari bahan baku, tenaga kerja lansung, dan biaya overhead pabrik.
Biaya bahan baku merupakan bisya yang tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat
ditelusuri lansung kepada produk selesai. Biaya tenaga keja lansung adalah biaya tenga kerja
yang digunakan dalam mengubah atau mengonversi bahan baku menjadi produk selesai dan
dapat ditelusuri lansung kepada produk selesai. Sedangkan biaya overhead pabrik merupakan
biaya selain biaya bahan baku dan tenga kerja lansung tetapi membantu dalam mengubah
bahan baku menjadi produk selesai. Biaya ini tidak dapat lansung ditelusuri kepada produk
selesai. (Bastian Bustam, 2010:7&12)
Dalam penentuan harga pokok produksi sangat ditentukan dengan cara produksi
usaha tersebut. Secara garis besar, cara memproduksi produk tersebut dapat dibagi menjadi
dua macam. Yaitu, produksi atas dasar pesanan dan produksi massa. Usaha yang berproduksi
berdasarkan pesanan, mengumpulkan biaya produksinya dengan metode biaya pesanan (job
order cost method). Dalam metode ini biaya-biaya produsi dikumpulkan untuk pesanaan
tertentu dan biaya produksi persatuan produk yang dihasilakan untuk memenuhi pesanan

tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan
jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. Sedangkan usaha yang berproduksi
massa, mengumpulkan biaya produksinya dengan menggunakan metode biaya proses
(procces cost method). Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk priode
tertentu dan biaya produksi per satuan produk yang dihasilakan dalam pride tersebut, dihitung

dengan cara membagi total biaya produksi untuk priode tersebut dengan jumlah satuan
produk yang dihasilkan dalam priode yang bersangkutan (Mulyadi, 2007:17).
Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam biaya produksi terdapat dua
pendekatan yaitu biaya variabel (variable costing) dan biaya tetap (full costing). Biaya
variabel merupakan biaya yang secara total berubah sebanding dengan aktivitas dan atau
volume produksi tetapi perunit bersifat tetap. Bahan lansung, tenaga kerja lansung dan biaya
overhead dapat digolongkan sebagai biaya variabel. Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang
secara total tetap dalam rentang yang relevan (relevant range) tetapi perunit berubah. Dalam
jangka panjang sebenarnya semua biaya bersifat variabel meskipun beberapa jenis biaya
tampak sebagai biaya tetap.( Bastian Bustami dan Nurlela, 2006:48-50)
Usaha Murni adalah usaha rumah tangga (usaha kecil) yang bergerak dalam usaha kue
bawang iris. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan Ibu Murni, SS. pemilik
Usaha Murni kue bawang iris, usaha ini berproduksi secara massa dan dapat penulis
mengambil kesimpulan dari informasi yang diterima bahwa penentuan harga jual melalui

perhitungan harga pokok produksi belum sempurna. Hal ini tampak dari perhitungan biaya
tenaga kerja lansung dan biaya overhead yang belum dihitung secara betul. Misalnya pada
pemakaian tenaga kerja lansung yang dikerjakan oleh keluarga tidak dihitung dan karyawan
yang bekerja pada usaha murni tersebut jumlahnya juga tidak tetap. Perusahaan semestinya
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penentuan harga jual produk untuk
kelangsungan usahanya. Namun yang terjadi pada Usaha Murni kue bawang kurang
memperhatikan faktor-faktor tersebut terutama biaya produksi. Dengan demikian ada ketidak
tepatan atau ketidak sesuaian antara kondisi ideal atau kajian teoritis yang ada dengan
kenyataan yang terjadi pada usaha tersebut, sehingga dalam penentuan harga jual kurang
tepat.

Berdasarkan dari uraian diatas, maka penulis mengambil judul penelitian:
“ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN PERENCANAAN
LABA DIHARAPKAN”.

II.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalahnya adalah:


a.
b.

Bagaimana perhitungan harga pokok produksi pada Usaha Murni kue bawang iris.
Bagaimana hasil analisis perhitungan harga pokok produksi digunakan sebagai alat

c.
d.

pengambilan keputusan.
Bagaimana perencanaan laba dalam Usaha Murni kue bawang iris.
Bagaimana perencanaa laba dengan menggunakan metode ABC Usaha Murni kue bawang

iris.
III.
Batasan Masalah
a.
Bagaimana perhitungan harga pokok produksi pada Usaha Murni kue bawang iris.
b.
Bagaimana perencanaa laba dengan menggunakan metode ABC Usaha Murni kue bawang

iris.
IV.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a.
Untuk mengetahui bagaimana perhitungan harga pokok produksi pada Usaha Murni kue
bawang iris.
b.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh harga pokok produksi terhadap harga jual pada
Usaha Murni kue bawang iris.
V.
Manfaat Penelitian
a.
Bagi penulis, menambah wawasan dan pengetahuan tentang analisis perhitungan biaya
produksi dan pengaruhnya terhadap harga jual.
b.
Bagi pemilik usaha, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan referensi dan informasi
c.


dalam perhitungan biaya produksi dan menentukan harga jual.
Bagi mahasiswa lain, dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam penelitian yang
sejenis.

BAB II
PEMBAHASAN
1.

I.
Konsep dan Pengertian Biaya
Pengertian Biaya
Biaya dalam artian sempit adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh
aktiva, sedangkan dalam artian luasnya yaitu pengorbanan sumber ekonomi yang dapat
diukur dalam satuan uang yang telah terjadi untuk mencapai tujuan tertentu (Sulastriningsih
& Zulkifli 1999 :79).
Akuntansi biaya menyediakan informasi tentang biaya untuk tiga tujuan pokok, yaitu:

a.
b.
c.


Penentuan harga pokok produk dan laba rugi periodik
Perencanaan dan pengendalian kegiatan rutin
Pembuatan keputusan rutin, perumusan kebijakan atau strategi dan perencanaan jangka
panjang.
Sebagai suatu aktivitas, akuntansi biaya menghasilkan informasi biaya yang dibutuhkan
untuk pelaporan kepada manjemen (pihak intern) dan pihak ekstern. Untuk pelaporan kepada
intern misalnya informasi tentang harga pokok perunit, biaya perdepartemen. Sedangkan
pelaporan kepada pihak ekstern misalnya informasi tentang harga poko penjualan dalam
laporan laba-rugi, persediaan produk jadi, produk dalam proses. Akuntansi biaya
menghasilkan informasi biaya yang digunakan sebagai pelaporan dalam akuntansi
manajemen dan akuntansi keuangan.

2.

Fungsi Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya dapat membantu pihak manajemen untuk:

a.


Pelaporan kepada pihak ekstern

Pada setiap akhir tahun buku manajemen diharuskan menyajikan laporan keuangan yang
meliputi laporan harga pokok produksi, neraca, laporan laba-rugi laporan perubahan laba dan
aliran kas.
b. Umtuk perencanaan
Anggaran merupakan bentuk perencanaan kegiatan yang terpenting. Anggaran akan
membantu manajemen dalam pengkordinasian kegiatan produksi, penjualan dan administratif
perusahaan sehingga setiap peluang yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal.
c.

Tanggungjawab penyusunan anggaran biaya terletak pada bagian akuntansi biaya.
Untuk pengendalian
Laporan akuntansi pertanggungjawaban yang dilaporkan oleh manajer yang mengelola
masing-masing unit organisasi merupakan konstribusi dari akuntansi biaya yang sangat besar

artinya bagi manajemen untuk pengendalian biaya operasional.
d. Untuk penilaian prestasi
Peran akuntansi biaya dalam penyusunan anggaran khususnya anggaran biaya yang dipakai
sebagai norma dan sebagi penilaian prestasi, tidak perlu lagi diragukan. Akuntansi biaya

merupakan sumber informasi yang diperlukan manajemen untuk penilaian prestasi melalui
perbandingan dan analisis terhadap penyimpangan biaya yang terjadi anggaran atau
e.

standarnya
Sebagai basis data
Informasi biaya digunakan sebagai dasar pelaporan dalam akuntansi keuangan dan akuntansi
manajemen. Apabila informasi biaya ditujukan pada pihak intern maka akuntansi biaya harus
memeperhatikan karakteristik akuntansi manajemen. Informasi biaya yang ditujukan untuk
pihak ekstern, harus memperhatikan karakteristik akuntansi keuangan. Akuntansi biaya
merupakan basis data biaya untuk akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan

(Sulastriningsih & Zulkifli, 1999 :81).
3. Penggolongan Biaya
Penggolan biaya diprlukan untuk menggembangkan data biaya yang dapat membantu
manajemen dalam pencapaian tujuan perusahaan. Penggolongan biaya ini didasarkan pada
hubungan antara biaya dengan:
a.

Obyek pengeluaran

Prinsip dan pengelolaan biaya ini berkaitan dengan tujuan pengeluaran. pada prisipnya biaya
tersebut dikeluarkan untuk apa, misalnya: biaya untuk membayar gaji karyawan, disebut
biaya gaji.
b. Fungsi pokok perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur biaya dklasifikasikan menjadi:
1.
Biaya produksi yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi bahan
jadi. Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung yang disebut
biaya utama (prime cost) dan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead disebut biaya
konversi (covertion cost).
2.
Biaya pemasaran yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menjual produk atau jasa. Biaya
pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi dalam rangka mendapatkan dan memenuhi
pesanan.
3.
Biaya administrasi dan umum adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengarahkan,
c.

mengendalikan dan untuk mengoperasikan perusahaan.
Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
Atas dasar sesuatu yang dibiayai, biaya ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1.
2.

Biaya lansung yaitu biaya yang terjadi karena ada sesuatu yang dibiayai
Biaya tidak langsung yaitu biaya yang terjadi tidak tergantung kepada ada atau tidaknya
sesuatu yang dibiayai.
Penggolongan biaya langsung dan tidak langsung sangat bermanfaat bagi perusahaan
yang memproduksi lebih dari satu jenis produk(Sulastriningsih & Zulkifli, 1999 :83).

d.

Hubungan biaya dengan volume kegiatan
Klasifikasi biaya menurut hubungannya dengan volume kegiata, yaitu:
1. Biaya variabel
Menurut Charles T. Horngran, dkk (2008) Biaya variabel adalah biaya yang secara total
berubah sebanding dengan aktifitas atau volume produksi dalam rentang relevan tetapi
perunit bersifat tetap. Bahan lansung dan baiya tenaga kerja lansung dapat digolongkan
sebagai biaya variabel.
Dalam perusahaan dagang, semua biaya produksi dan beberapa biaya pemasaran dan
administrasi merupakan biaya variabel, tetapi pada perusahaan manufaktur tidak semua
produksi dan pabrikasi adalah biaya variabel, sebagian dari biaya produksi adalah bersifat

tetap. Sedangkan pada perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa, biaya variabel adalah
tenga kerja , bahan yang digunakan untuk melaksanakan jasa dan beberapa bagian dari biaya
overhead.
2. Biaya tetap
Menurut Bastian Bustami, dkk, (2010: 25) biaya tetap dalah biaya yang secara total tetap
dalam rentang relevan (relevant range) tetapi perunit berubah. Dalam jangka sebenarnya
semua bersifat variabel meskipun beberapa jenis biaya tampak sebagi biaya tetap.
Untuk merencanakan, menganalisis, mengendalikan, atau mengevaluasi biaya pada
tingkat aktivitas yang berbeda, biaya variabel dan biaya tetap harus dipisahkan. Pemisahan
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

biaya variabel dan biaya tetap diperlukan untuk tujuan-tujuan berikut:
Perhitungan tarif biaya overhead predeterminasi dan analisi varians.
Persiapan anggaran fleksibel dan analisis varians.
Perhitungan biaya langsung dan analisis varians.
Analisis titik impas dan analisi biaya biaya-volume-laba
Analisis biaya diferensial dan komparatif.
Analisis maksiminasi laba dan minimasi biaya jangka pendek.
Analisis anggaran modal.
Analisis profitabilitas pemasaran berdasarkan daerah, produk, dan pelanggan.
Klasifikasi dan estimasi biaya yang lebih dapat diperoleh dengan menggunakan salah satu
dari metode perhitungan berikut: pertama metode tinggi rendah, kedua metode scattergraph,
dan ketiga metode kuadrat terkecil. Metode-metode ini digunakan tdak hanya untuk
mengestimasikan komponen tetap dan variabel, tetapi juga untuk menenetukan apakah suatu
biaya seluruhnya tetap atau seluruhnya variabel dalam rentang aktivitas yang relevan.
Meskipun penggunaan metode perhitungan biasanya menghasilkan analisis perilaku biaya
yang lebih dapat diandalkan dibandingkan penggunaan penilaian manajemen, analisis
sebaiknya mengingat bahwa hasil yang diperoleh bergantung pada data historis. Estimasi
biaya tetap dan biaya variabel berdasarkan data historis sebaiknya disesuaikan untuk
merefleksikan apa yang diperkirakan akan terjadi selama periode perkiraan.

3.

Biaya semi variabel
William K. Carter, dkk, (2004: 60) mendefenisikan Biaya semi variabel adalah biaya yang
sebagian tetap dan sebagian lagi berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

e.

Atas dan waktu
Untuk tujuan perhitungan laba-rugi dan penentuan harga pokok produk secara teliti, maka
biaya dklasifikasikan menjadi dua yaitu:

1.

Biaya periode sekarang atau pengeluaran (revenue expenditure) adalah biaya yang telah
dikeluarkan dan menjadi beban pada periode sekarang umtuk mendapatkan periode

2.

penghasilan sekarang.
Biaya periode yang akan datang atau pengeluaran modal (capital expenditure) adalah biaya

yang telah dikeluarkan dan manfaatnya dinikmati selama lebih dari satu periode akuntansi.
f.
Hubungan dengan perencanaan, pengendalian, dan pembuatan keputusan
Biaya diklasifikasikan kedalam delapan golongan:
1. Biaya standar dan biaya dianggarkan
Biaya standar adalah biaya yang ditentukan dimuka yang merupakan jumlah biaya yang
seharusnya dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi. Sedangkan biaya
2.

dianggarkan adalah perkiraan biaya total pada tingkat produksi yang direncanakan.
Biaya terkendali (controllable cost) dan biaya tak terkendali (uncntrollable cost)
Biaya terkendali merupakan biaya yang dapat dipengaruhi secara signifikan oleh menajer
tertentu, sedangkan biaya tidak terkendali adalah biaya yang secara tidak langsung dikelola

oleh otoritas manjer tertentu.
3. Biaya tetap committed dan discretionary
Biaya tetap committed merupakan biaya tetap yang timbul dan jumlah maupun
pengeluarannya dipengaruhi oleh pihak ketiga dan tidak bisa dikendalikan oleh manajemen.
Sedangkan biaya tetap discretionary merupakan biaya tetap yang jumlaahnya dipengaruhi
oleh keputusan manajemen.
4.
Biaya variabel teknis (engineered variable cost) dan biaya kebijakan (discretionary
variable cost)
Biay variabel teknis adalah biaya variabel yang sudah diprogramkan, sedangkan biaya biaya
kebijakan merupakan biaya variabel yang tingkat variabelitasnya dipengaruhi kebijakan
5.

manajer.
Biaya relevan (relevant cost) dan biaya tidak relevan (irrelevant cost)
Biaya relevan adalah biaya yang secara langsung dipengaruhi oleh pemilihan alternatif
tindakan manajemen. Sedangkan biaya tidak relevan adalah biaya yang tidak dipengaruhi
oleh keputusan manajemen.

6.

Biaya terhindarkan (avoidable cost) dan biaya tidak terhindarkan (unavoidable cost)
Biaya terhindar adalah biaya yang dapat dihindarkan dengan mengambil suatu alternatif
keputusan, sedangkan biaya tak terhindarkan meerupakan biaya yang tidak dapat dihindari

7.

pengeluarannya.
Biaya diferensial dan biaya marjinal
Biaya diferensial dan biaya narjinal sebenarnya mempunyai pengertian yang sama, yaitu
tambahan biaya yang disebabkan keputusan untuk menambah unit yang diproduksi. Namun
istilah dan penerapan keduanya berbeda. Biaya diferensial digunakan oleh akuntan sedangkan

biaya marjinal dipakai oleh ekonom.
8. Biaya kesempatan (opportunity cost)
Biaya ini merupakan pendatan atau penghematan biaya yang dikorbankan sebagai akibat
dipilihnya alternatif tertentu (Sulastriningsih & Zulkifli, 1999 :87).
II.
Klasifikasi Biaya
1. Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahn
baku langsung, tenaga kerja lansung, dan biaya overhead pabrik (Bastian Bustami & Nurlela,
2010 :12).
Tiga komponen biaya produksi untuk menentukana harga pokok produksi, yaitu:
a.
Biaya bahan baku
Biaya bahan baku merupakan komponen biaya yang terbesar dalam pembuatan produk
jadi. Dalam perusahaan manufaktur, bahan baku diolah menjadi produk jadi dengan
menggunakan biaya konversi. Bahan yang digunakan untuk produksi dikllasifikasikan
menjadi bahan baku (bahan langsung) dan bahan pembantu (bahan tidak langsung)
(Sulastiningsih & Zulkifli, 1999). Biaya langsung suatu objek biaya terkait dengan suatu
objek biaya dan dapat dilacak kepda objek biaya tertentu dengan cara yang layak secara
ekonomi (biaya efektifitas). Sebagai contoh, biaya kaleng atau botol dapat dengan mudah
dilacak atau diidentifikasi pada minuman tersebut. Istilah mterlacak (cost tracing) digunajkan
untuk menggambarkan pembebanan biaya langsung atas suatu objek biaya. Sedangkan, biaya
tidak langsung suatu objek biaya berkaitan dengan suatu objek biaya namun tidak dapat

dilacak atau diidentifikasi ke objek biaya tertentu dengan cara layak secara ekonomi. Sebagai
contoh, gaji supervisi yang juga mengawasi produksi produk minuman ringan lain yang
pembotolannya dilakukan dipabrik Pepsi.
Akuntansi biaya bahan baku:
a) Akuntansi pembelian biaya bahan baku.
Pembelian bahan baku merupakan tanggungjawab bagian pembelian untuk pengadaan bahan
dengan harga murah, kualitas baik dan tersedia tepat waktu. Sistem pembelian lokal bahan
baku, melibatkan beberapa bagian, yaitu bagian produksi, bagian gudang, bagian pembelian,
bagian penerimaan barang dan bagian akuntansi. Prosedur yang membentuk sistem
pembelian bahan baku adalah prosedur permintaan pembelian, prosedur order pembelian,
prosedur pernerimaan barang, prosedur pencatatan penerimaan barang digudang dan prosedur
pencatatan pembelian (utang). Dalam sistem pembelian diperlukan dokumen-dokumen, baik
dokumen sumber maupun dokumen pendukung. Dokumen tersebut adalah surat permintaan
pembelian, surat order pembelian, laporan penerimaan barang dan faktur dari penjual.
b). Akuntansi pemakaian bahan baku.
Masalah yang timbul dalm penentuan harga poko bahan baku yang dipakai dalam produksi
adalah adanya fluktuasi harga pembelian bahan baku. Harga beli bahan baku antara
pembelian satu dengan pembelian yang lain berbeda, hal ini mengakibatkan harga poko
bahan baku persatuan digudang berbeda-beda, walaupun jenis bahan bakunya sama.
Menurut Ralph S. Polimeni, Frank J. Fabozzi & Kathlenen Villani, (p.28-29) terdapat
lima unsur prosedur pengawasan bahan baku yang dapat digunakan untuk menjamin agar
biaya persediaan bahan baku minimun dan kegiatan produksi tidak terganggu karena
kehabisan bahan baku yaitu:
1.

Order cycling. Prosedur pengendalian bahan baku dilakukan

secara periodik terhadap persediaan bahan dan mengadakan pemesanan jika diperlukan.
2.
Min-max method. Prosedur pengendalian bahan baku
dilakukan dengan menetukan jumlah persediaan minimum dan apabila persediaan telah

mencapai minimum maka harus diadakan pemesanan sehingga bahan mencapai jumlah
maksimum.
3.

Two bin method. Prosedur pengendalian bahan baku

dilakukan dengan membagi persediaan dalam dua tempat dengan jumlah yang sama.
Pemesanan bahan baku dilakukan apabila persediaan dalam salah satu tempat telah habis
dipakai.
4.

Automatic order sistem. Prosedur pengawasan bahan baku

dilakukan dengan menentukan jumlah kuantitas pemesanan kembali. Pemesanan dilakukan
pada saat kuantitas persediaan bahan telah mencapai jumlah yang ditentukan.
5.
ABC Plan. Prosedur pengendalian bahan baku dilakukan
dengan mengklasifikasi bahan kedalam tiga golongan menurut besarnya pemakain dalam
suatu priode. Golongan bahan mengakibatkan biaya pemakaian terbesar (A) akan
dikendalikan dengan teknik-teknik yang memadai (misal automatic order quantity).
Golongan bahan yang mengakibatkan biaya terkecil (C) dikendalikan dengan teknik-teknik
yang sederhana mislnya min-max method, sedangkan karakteristik pemakaian bahan sedang
dikendalikan dengan pengendalian antara gol A dan B (Sulastiningsih & Zulkifli, 1999 :143149).
b. Biaya tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk
mengolah produk. Biaya tenaga kerja merupakan harga yang dibebankan untuk penggunaan
tenaga kerja manusia tersebut. Biaya tenaga kerja pada perusahaa manufaktur dapat
digolongkan menjadi tenaga kerja produksi, biaya tenaga pemasaran dan biaya tenaga kerja
administrasi dan umum. Biaya tenaga kerja produksi dapat dikelompokkan kedalam biaya
tenaga kerja lansung dan biaya tenaga tidak lansung. Biaya tenga kerja lansung merupakan
biaya utama sekaligus sebagai biaya konversi, yaitu gaji dan kesejahteraan karyawan pabrik.
Sedangkan biaya tenaga kerja tidak lansung adalah biaya tenaga kerja yang tidak
berhubungan lansung dengan proses pembuatan produk, misalnya gaji mandor pabrik.

Biaya tenga kerja lansung dapat dikelompokan kedalam tiga kelompok, yaitu gaji dan
upah reguler, premi lembur dan biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja (labor
related cost). Ada tiga kegiatan dalam akuntansi biaya tenaga kerja yaitu pencatatan waktu
kerja, perhitungan jumlah gaji dan upah, dan alokasi biaya tenaga kerja (Sulastiningsih &
c.

Zulkifli, 1999: 167).
Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik (BOP) adalah elemen biaya produksi yang tidak dapat
diklasifikasikan sebgai biaya bahan baku langsung atau biaya tenaga kerja langsung. BOP
merupakan berbagai macam biaya dan semua tidak dapat ditelusuri secara langsung pada
produk atau aktivitas lainnya dalam upaya perusahaan untuk merealisasi pendapatan.
Konsekwensi logis BOP sebagai biaya tak langsung adalah sifatnya sebagai biaya bergabung
(common costs), apabila perusahaan menghasilkan lebih dari satu jenis produk.
Ada dua pendekatan yang dapat dipakai untuk pembebanan biaya overhead pabrik kepada

1.

seluruh produk yang dihasikan secara adil yaitu:
Pendekatan biaya sesungguhnya terjadi
Menurut pendekatan ini, pembebanan BOP dilakukan pada akhir periode agar seluruh biaya
benar-benar sudah diketahui jumlahnya. Sebagai konsekwensinya perhitungan harga pokok
produk tidak dapat dilakukan pada saat produk telah selesai diproses. Pendekatan ini
bermanfaat untuk penilaian persediaan dan penentuan laba periodik karena ketelitiannya
dalam menghasilkan informasi HPP yang dihasilkan. Untuk perencanaan dan pembuatan
keputusan bagi manajemen, pendekatan ini mengabaikan unsur ketepatan waktu
penyajiannya. Tidak adanya jaminan akan tersedianya informasi HPP yang tepat pada

2.

waktunya, merupakan kelemahan utama dari pendekatan ini.
Berdasarkan taksiran atau anggaran BOP
Pendekatan ini dikenal dengan pendekata tarif yang ditentukan dimuka (pre dtermined
cost).menurut pendekatan ini, perhitunga harga pokok produksi tidak perlu dirunda sampai
akhir periode akuntansi. Konsekwensinya tingkat ketelitian harga pokok produk menurut
pendekatan ini kurang akurat dibandingkan dengan pendekatan BOP sesungguhnya. Dua

alternatif yang digunakan perusahaan untuk mengalokasikan atau membebankan BOP kepada
produk berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka yaitu:
a.
Menggunakan tarif tunggal untuk seluruh departemen.
b.
Menggunakan tarif yang berbeda untuk setiap departemen produksi yang dilalui produk
dalam proses produksi.
Kriteria pemakaian tarif tunggal digunakan apabila proses produksi dilakukan melalui
beberapa departement yang relatif sama dalam organisasinya, sedangkan penggunaan tarif
yang berbeda, apabila proses produksinya dilakukan pada departement produksi yang
berbeda. Pembagian pabrik kedalam bagian-bagian yang berbeda disebut departement atau
puasat biaya (cost center) sehingga akan memperjelas tanggung jawab setiap biaya yang
terjadi di departement yang bersangkutan. Tarif biaya overhead pabrik dihitung utuk setiap
departement dengan dasar pembebanan yang mungkin berbeda diantara departementdepartement produksi yang ada disebut juga depatementalisasi BOP (Sulastiningsih &
Zulkifli, 1999: 176). Pencatatan BOP sesungguhnya dan BOP yang dibebankan dapat dicatat
dengan membuat satu rekening, yaitu rekening BOP atau dapat pula dilakukan dengan
memeisahkannya menjadi dua rekening yaitu dengan membuat rekening BOP dibebankan
dan rekening BOP sesungguhnya.
Jumlah biaya overhead pabrik yang dibebankan diperoleh dari perkalian suatu tarif dengan
suatu ukuran aktivitas pabrik. Penentuan besarnya tarif dan dasar ukuran aktivitas dilakukan
dengan analisa yang setepat mungkin. Tarif biaya overhead dapat didasarkan pada estimasi
biaya yang akan terjadi. Tarif yang didasarkan pada estimasi tersebut tarif ditentukaan
dimuka (tarif taksiran atau tarif standar). Sedangkan tarif berdasarkan biaya yang
sesungguhnya atau sudah terjadi disebut tarif sesungguhnya.
Penentuan jumlah biaya overhead pabrik yang dibebankan dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut:
a.
b.

Penyusunan anggaran biaya overhead pabrik per departement
Pendistribusian biaya overhead pabrik ke departemen-departement

c.
d.
2.

Pengalokasian biaya overhead dari deparrtement jasa ke departement produksi
Membagi biaya overhead pabrik ke departement-departementproduksi atau dasar ukuran
aktivitas yang setepat mungkin.
Biaya non Produksi
Pada umumnya biaya non produksi dibagi menjadi dua, yaitu:

a.

Biaya Penjualan dan Pemasaran
Biaya penjualan dan pemasaran adalah biaya yang diperlukan untuk memenuhi pesanan
konsumen dan memperoleh produk atau jasa untuk disampaikan kepada konsumen. Biayabiaya tersebut meliputi pengiklanan, pengiriman, perjalanan dalam rangka penjualan, komisi

penjualan, biaya gudang produk jadi.
b. Biaya Administrasi
Biaya administrasi terkait dengan biaya-biaya manajemen umum organisasi seperti
kompensasi eksekutif, akuntansi umum, sekretariat, public relation, dan biaya sejenis yang
terkait dengan administrasi umum organisasi secara keseluruhan.
III.
Harga Pokok Produksi dan Fungsinya
Istilah harga pokok dalam manajemen biaya atau akuntansi biaya disebut pula sebagai
biaya pokok produksi atas pembuatan suatu produk. Biaya pokok ini terdiri dari bermacammacam unsur biaya. Istilah harga pokok tidak dapat dipisahkan dari persoalan yang
menyangkut biaya. Dengan perkataan lain, biaya adalah unsur yang menentukan harga pokok
suatu produk Dengan demikian harga pokok merupakan biaya yang seharusnya dikeluarkan
untuk memproduksi suatu barang atau jasa. Perlu diketahui bahwa biaya penjualan dan biaya
administrasi umum tidak termasuk harga pokok produksi. Biaya merupakan bagian dari pada
harga pokok produksi yang dikorbankan dalam usaha untuk memperoleh penghasilan,
sedangkan harga pokok dapat pula disebut dengan bagian dari pada harga pokok perolehan
atau harga beli aktiva yang ditunda pembebannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa biaya
produksi adalah biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan proses pengolahan bahan
baku menjadi produk jadi. Biaya produksi dapat dibagi menjadi tiga elemen yaitu bahan
baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.

Harga pokok produk merupakan elemen penting untuk menilai keberhasilan dari
perusahaan dagang dan manufaktur. Harga pokok produk mempunyai kaitan erat dengan
indikator-indikator tentang sukses perusahaan, seperti misalnya laba kotor penjualan dan laba
bersih. Tergantung pada rasio antara harga jual dan harga produknya. Perubahan pada harga
pokok produk yang relatif kecil biasa jadi berdampak signifikan pada indikator
keberhasilannya. Informasi biaya bermanfaat untuk menentukan harga pokok-pokok yang
dihasilkan oleh organisasi (perusahaan). Harga pokok produk merupakan akumulasi dari
biaya-biaya yang dibebankan pada produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dalam
penentuan harga pokok produk, akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan.
Penentuan harga pokok produk digunakan untuk menghitung laba atau rugi perusahaan yang
akan dilaporkan kepada pihak eksternal perusahaan. Informasi mengenai harga pokok produk
menjadi dasar bagi manajemen dalam pengambilan keputusan harga jual produk yang
bersangkutan.
Beberapa ahli mendefenisikan harga pokok produksi sebagai berikut:
a.

Garisson (2008: 54) biaya produksi atau harga pokok produksi adalah semua biaya yang

b.

terkait dengan pemerolehan atau pembuatan suatu produk.
Mowen (2009: 56) adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan
jasa.
Tujuan dilakukannya perhitungan harga pokok prduksi adalah sebagai berikut:
1. Untuk menentukan harga jual.
2. Untuk menetapkan efisien tidaknya suatu perusahaan.
3. Untuk menentukan kebijakan dalam penjualan.
4. Sebagai pedoman dalam pembelian alat-alat perlengkapan baru.
5. Untuk perhitungan neraca.
Penentuan harga pokok produk yang benar sangat penting bagi perusahaan dalam
menjalankan usahanya. Penetapan produk yang tidak benar akan menyebabkan kegagalan
perusahaan dalam bidang usahanya. Penentuan harga pokok produk yang benar sangat
penting bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya. Penetapan produk yang tidak benar

akan menyebabkan kegagalan perusahaan dalam bidang usahanya. Terdapat dua
kemungkinan yang akan ditemui apabila perusahaan tidak teliti dalam melakukan
perhitungan harga pokok yaitu:
1.

Harga yang diperhitungkan terlalu tinggi
Perusahaan yang tidak teliti dalam menghitung harga pokok sehingga harga pokok
menjadi terlalu tinggi akan menimbulkan masalah bagi perusahaan, karena harga pokok yang
tinggi dapat menyebabkan harga jual produk di pasaran menjadi mahal. Dengan harga yang
tinggi tersebut, perusahaan akan sulit dalam memasarkan hasil produksinya dan kalah dalam
persaingan bisnis dengan perusahan lain, sebab konsumen akan lebih memilih produk sama
dengan harga yang lebih rendah dan memiliki kualitas yang sama.

2.

Harga pokok yang diperhitungkan terlalu rendah
Perusahaan yang tidak teliti dalam menghitung harga pokok produksi yang menyebabkan
harga pokok terlalu rendah dapat merugikan perusahaan itu sendiri. Harga pokok yang rendah
akan menyebabkan harga jualnya pun menjadi rendah. Di satu sisi produsen dapat menjual
produknya dengan cepat karena harga jual yang rendah tetapi di sisi lain hal ini dapat
merugikan perusahaan karena pendapatan yang diperoleh tidak dapat menutupi biaya yang
dikeluarkan untuk memproduksi.

IV.

Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Terdapat dua metode dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga poko
produksi (Mulyadi, 2005 :17), yaitu:
1.

Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang mempertimbangkan
semua unsur biaya kedalam biaya produksi. Dengan demikian biaya produksi menurut
metode ini adalah sebagai berikut:

Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja lansung
Biaya overhead pabrik variabel
Biaya overhead pabrik tetap
Biaya produksi

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

Biaya produksi yang dihitung dengan pendekatan Full costing terdiri dari unsur biya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan tetap ditambah
biaya non produksi (biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum)
2.

Variable Costing
Variable costing merupakan penentuan biaya produksi yang hanya memperhitungkan
biaya produksi yang bersifat variabel. Dengan demikian maka biaya produksi menurut
metode ini yaitu:
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja lansung
Biaya overhead pabrik variabel
Biaya produksi

xxx
xxx
xxx
xxx

Biaya produk yang dihitung dengan pendekatan Variable costing terdiri dari unsur biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel ditambah baiay non
produksi (biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum).
Sedangkan menurut proses produksinya, biaya pokok produksi dapat ditentukan dengan
dua metode, yaitu:
1.

Penentuan Harga Pokok Pesanan
Sulastriningsih & zulkifli, (1999 :91) Karakteristik sistem penentuan harga pokok
peasanan yaitu:

a.
b.

Kegiatan produksi dilakukan atas dasar pesanan
Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan sehingga

perhitungan total biaya

produksi dihitung saat pesanan selesai
c.
Pengumpulan biaya produksi dilakukan dengan membuat kartu harga pokok pesanan.
d. Penentuan harga pokok perunit dilakukan setelah harga produk pesanan selesai.
2. Penentuan Harga Pokok Proses

Menurut Garrison, (2006: 205), perbedaan antara kedua sistem ini disebabkan oleh dua
faktor, yaitu aliran unit dalam perhitungan biaya berdasarkan terus menerus dan masingmasing unit tidak bisa dibedakan. Karakteristik sistem penetuan biaya pokok proses ini yaitu:
a.
b.
c.
d.

Seluruh unit produk identik dan diproduksi terus menerus
Biaya dihitung perdepartemen
Laporan departemen produksi merupakandokumen penting yang menunjukan akumulasi
biaya per departemen.
Biaya perunit dihitung perdepartemen
Menurut Horngren (2005), metode harga pokok terdiri dari dua metode yaitu:

1.

Volume Based Costing System
Dalam metode ini pola konsumsi input, jumlah overhead serta overhead per unit produk
dialokasikan pada masing-masing produk berdasarkan volume dan unit. Alokasi ini kurang
mencerminkan

biaya

aktivitas

penanganan

produk

yang

sesungguhnya.

Hal

ini

mengakibatkan produk dalam jumlah besar dialokasikan biaya terlalu besar, dan sebaliknya.
2.

Activity Based Costing System
Activity Based Costing System merupakan metode penentuan harga pokok yang
menelusuri biaya atas dasar aktivitas dan kemudian ke produknya. Alokasi ini berhubungan
dengan konsumsi aktivitas dan penanganan produk sesungguhnya. Konsep seperti ini
mendorong adanya golongan aktivitas penambah nilai dan aktivitas bukan penambah nilai,
sehingga memungkinkan untuk mengurangi aktivitas bukan penambah nilai bahkan
menghilangkannya sama sekali. Metode ini sangat cocok untuk perusahaan yang
menghasilkan macam-macam produk.
Metode harga pokok proses umumnya digunakan oleh perusahaan yang sifat produksinya
terus-menerus atau produk yang dihasilkan berupa produk massa. Proses produksi terusmenerus merupakan proses produksi yang mempunyai pola yang pasti. Urutan proses
produksinya relatif sama dan berlangsung terus-menerus sesuai dengan rencana produksi
yang ditetapkan. Contoh-contoh unit organisasi yang menggunakan metode harga pokok

proses adalah industri semen, industri perminyakan, industri tekstil dan sebagainya.
Pendekatan mendasar dalam metode harga pokok proses adalah mengumpulkan biaya-biaya
dalam kegiatan atau departemen tertentu untuk keseluruhan periode.

A.

V.
Aktivity-Based Costing (ABC)
Pengertian Aktivity-Based Costing
Sulastriningsih & Zulkifli, (1999: 26), Aktivity-Based costing merupakan sebuah sistem
informasi yang mengidentifikasi bermacam-macam aktivitas yang dikerjakan didalam suatu
organisasi dan mengumpulkan biaya berdasarkan sifat dan aktivitas. Garrison, dkk (2006 :
477) Aktivity-Based costing adalah metode perhitungan biaya yang berdasarkan aktivitas
yang didesain untuk memberikan informasi biaya kepada para manejer untuk pembuatan
keputusan lain yang mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap.
Sulastriningsih & Zulkifli, (1999: 26), Perbedaan ABC dengan sistem konvensional dalam
pengalokasian BOP kepada produk adalah:

1.

Dalam pembebanan BOP tahap pertama, ABC lebih teliti dalam menelusuri kosumsi

sumber daya untuk masing-masing pusat biaya.
2.
Dalam tahap kedua, ABC lebih akurat dalam membebankan biaya yang terkumpul dalam
B.

pusat biaya ke produk, karena pembebanan biaya tersebut berdasarkan aktivitas
Manfaat Aktivity-Based Costing (ABC)
Menurut Sulastriningsih & Zulkifli, (1999: 26), manfaat dari ABC yaitu:

1.
2.

Memperbaiki kualitas pembuatan keputusan
Menyediakan informasi biaya berdasarkan aktivitas, sehingga memungkinkan manjemen

melakukan manajemen berbasis aktivitas
3. Perbaikan berkesinambungan terhadap aktivitas untuk mengurangi biaya overhead pabrik
4. Memberikan kemudahan dalam estimasi biaya relevan
Supriyono (1994: 247) menyebutkan beberapa manfaat ABC sebagai berikut:
1.
2.
3.

Penentuan Harga Pokok Produksi yang lebih akurat
Meningkatkan mutu pembuatan keputusan
Penyempurnaan perencanaan strategik

4.

Kemampuan yang lebih baik untuk mengelola (memperbaiki secara kontinyu) aktivitasaktivitas.
Activity-Based Costing dapat meyakinkan pihak manajemen bahwa mereka harus
mengambil langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Pihak manajemen dapat berusaha untuk
meningkatkan mutu dengan fokus pada pengurangan biaya yang memungkinkan. Selain itu,
Activity-Based Costing dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan membuat
atau membeli bahan baku serta bahan lainnya. Dengan penerapan Activity-Based Costing
maka keputusan yang akan diambil oleh pihak manajemen akan lebih baik dan tepat. Hal ini
didasarkan bahwa dengan akurasi perhitungan biaya produk yang menjadi sangat penting
dalam persaingan global.

C.

Kendala Activity-Based Costing
Activity-Based Costing

merupakan pendekatan yang lebih baik daripada Sistem

Tradisional, namun Activity-Based Costing mempunyai banyak kendala. Menurut Abdul
Halim (1999: 470) kendala-kendala Activity-Based Costing meliputi:
1.

Alokasi
Data aktivitas perlu diperoleh tetapi beberapa biaya memerlukan alokasi biaya
berdasarkan volume. Usaha-usaha untuk menelusuri aktivitas-aktivitas penyebab biaya-biaya
ini merupakan tindakan yang sia-sia dan tidak praktis.

2.

Periode-periode akuntansi
Periode-periode waktu yang arbiter masih digunakan dalam menghitung biaya-biaya.
Banyak manajer yang ingin mengetahui apakah produk yang dihasilkan menguntungkan atau
tidak. Tujuannya tidak saja untuk mengukur seberapa banyak biaya yang sudah diserap oleh
produk tersebut, tetapi juga untuk mengukur segi kompetitifnya dengan produk sejenis yang
dihasilkan oleh perusahaan lain. Manajemen dalam hal ini memerlukan pengukuran dan
pelaporan yang interim. Informasi untuk mengevaluasi perilaku biaya tersebut dapat

diberikan pada saat siklus hidup produk itu berakhir sehingga untuk pengukuran produk yang
memiliki siklus hidup yang lebih lama membutuhkan bentuk pengukuran yang interim
(sementara).
3.

Beberapa biaya yang terabaikan
Dalam menganalisa biaya produksi berdasarkan aktivitas, beberapa biaya yang
sebenarnya berhubungan dengan hasil produk diabaikan begitu saja dalam pengukurannya.
Meskipun Activity-Based Costing dapat menelusuri biaya ke produk masing-masing
dengan lebih baik, tetapi Activity-Based Costing juga mempunyai kendala-kendala yang
harus diperhatikan pihak manajemen sebelum menerapkannya untuk menentukan Harga
Pokok Produksi. Apabila data aktivitas telah tersedia namun ada beberapa biaya yang masih
membutuhkan alokasi ke setiap departemen berdasarkan unit karena secara praktis tidak
dapat ditemukan aktivitas yang dapat menyebabkan biaya tersebut.
Kendala lain dari penerapan Activity-Based Costing

adalah beberapa biaya yang

diidentifikasi pada produk tertentu diabaikan dari analisis. Selain itu, Activity-Based Costing
sangat mahal untuk dikembangkan dan diimplementasikan karena biaya-biaya yang
dikeluarkan semakin komplek sehingga biaya administrasi akan menjadi lebih mahal. Di
samping itu juga membutuhkan waktu yang lama untuk mengimplementasikannya secara
total.

A.

VI.
Perencanaan Laba
Pengetian Laba
Laba (prawironegoro, 2005: 160) adalah selisih positif antara pendapatan dikurangi
dengan beban yang merupakan dasar ukuran kinerja bagi kemampuan manjemen dalm
mengoperasikan harta perusahaan. Sedangkan (Warren, 2006: 2) mendefenisikan laba adalah
selisih antara jumlah yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan

dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya alam dalam mrnghasilkan
barang atau jasa tersebut.
B.

Analisis Biaya_Volume_Laba
(Bastian, 2006: 207) Analisis biaya_volume_laba adalah suatu analisis untuk mengetahui
hubungan antara biaya, volume, laba dan tingkat laba yang diinginkan.
Manfaat Analisis biaya_volume_laba dapat digunakan dalam hal-hal sebagai berikut:

1.

Mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak

2.

mengalami kerugian
Mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan

3.

tertentu
Mengetahui seberapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak mengalami

4.
5.
C.
1.

kerugian
Mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan
Menentukan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai jumlah laba yang ditargetkan.
Dasar-Dasar Analisis Biaya_Volume_Laba
Pengertian Dan Perhitungan Titik Impas
Analisis titik impas (break event point) menurut Garrison, (2006: 334) merupakan sebagai
tingkat penjualan dimana laba perusahaan sama dengan nol. Titik impas dapat dihitung
dengan menggunakan menggunakan metode persamaan (equation method) danmargin
konstribusi (constribution margin).

a.

Metode persamaan
Metode persamaan memusatkan pada pendekatan konstribusi hingga laporan laba rugi.

Bentuk dari laporan laba rugi digambarkan dalam persamaan berikut:
Laba = (penjualan-beban variabel) – beban tetap
Mengubah sedikit persamaan ini, maka menghasilkan persamaan berikut:
Penjualan
= beban variabel +beban tetap + laba
b. Metode margin konstribusi
Metode margin konstribusi pada dasarnya hanyalah versi jalan pintas dari metode persamaan.
Metode ini memusatkan pada setiap unit yang terjual memberikan sejmlah margin konstribusi
yang akan menutup biaya tetap, untuk menentukan beberapa banyak unit yang harus terjual
untuk mencapai titik impas. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:

Variasi ari metode ini menggunakan rasio CM bukan margin konstribusi per unit. Hasilnya
adalah titik impas dalam bentuk rupiah penjualan bukan unit yang terjual.
Pendekatan ini berbasis rasio CM, sangat berguna khususnya pada situasi dimana perusahaan
memiliki berbagai lini produk dan ingin menghitung satu titik impas untuk keseluruhan
2.

perusahaan.
Analisis Target Laba
Rumus biaya_volume_laba dapat digunakan untu menentukan volume penjualan yang
dibutuhkan untuk mencapai target laba. Misalkan, perusahaan menginginkan laba $40.000
perbulan. Maka produk yang harus terjual dapat dicari dengan cara:
Penjualan

=

beban variabel + beban tetap + laba

$250Q

=

$150Q + $35.000 + $40.000

$100Q

=

$75.000

Q

=

$75.000:$100

Q

=

750 unit

Dan dapat juga dapat juga dicari dengan cara pendekatan marginkonsttribusi, yaitu:

= ($35.000+$40.000) :$100
= 750 unit
D.

Penerapan Konsep Biaya_Volume_Laba
Menurut Supriyono, (1987: 549) Penerapan konsep biaya_volume_laba dapat dipakai
oleh

menajemen

untuk

menghadapi

berbagai

kemungkinan

kondisi

yang

dapat

mempengaruhi pembuatan keputusan dan perencanaan laba melalui analisis terhadap
perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi laba. Faktor-faktor tersebut meliputi:

1.
2.
3.
4.

Perubahan harga jual per unit barang dagangan, produk, atau jasa yang akan dijual.
Perubahan jumlah total biaya tetap.
Perubahan biaya variabel per unit
Kombinasi perubahan harga jual perunit, total biaya tetap, biaya variabel per unit, dan
volume penjualan
VII.
Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil peninjauan penulis terhadap dari penelitian sebelumnya, khususnya
yang berhubungan denga aspek yang akan penulis teliti. Penelitian mengenai “analisis
perhitungan harga pokok produksi dan perencanaan laba ” telah ada orang menelitinya.
Tetapi, penelitian yang penulis lakukan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Dimana
penelitian sebelumnya diteliti oleh Sri Widiyastuti tahun 2007 dengan judul “analisis
perhitungan harga pokok produksi tas wanita” pada UKM LIFERA HAND BAG
COLECTION BOGOR. Dari penelitian dapat disimpulkan Perhitungan harga pokok produksi
dengan metode perusahaan menghasilkan harga pokok yang lebih rendah bila dibandingkan
dengan perhitungan harga pokok produksi dengan metode ABC. Perbedaan tersebut terjadi
karena dalam perhitungan harga pokok produksi dengan metode perusahaan, biaya overhead
pabrik tidak dibebankan ke produk secara tepat sehingga harga pokok yang dihasilkan tidak
mencerminkan pemakaian biaya overhead yang sesungguhnya. Sedangkan dalam perhitungan
harga pokok produksi dengan metode ABC, biaya overhead pabrik telah dibebankan sesuai
dengan pemakaian biaya yang sesungguhnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Yunita Wulandari tahun 2006, dengan judul “analisis
biaya volume laba sebagai alat perencanaan laba pada Quality Hotel Yogyakarta. Hasil
penelitian yang didapatkan yaitu quality hotel Yogyakarta dalam perancanaan labanya
menggunakan metode biaya relevan untuk mengukur berapa target BEP, volume penjualan,
tingkat margin of safety yang harus dicapai agar tidak mengalami kerugian. Dengan
kaitannya dengan pengambilan keputusan, pihak manajemen sebaiknya menggunakan total

cost untuk memisahkan biaya tetap dengan biaya variabel, karena memperhitungkan seluruh
faktor dan meniadakan unsur subjektif.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
I.

Jenis Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Menurut Nur

Asnawi, dkk (2011: 19) penelitian kuantitatif adalah penelitian yang mementingkan kedalam
data, penelitian kuantitatif tidak terlalu menitikberatkan pada kedalaman data. Pendekatan
penelitian kuantatif adalah penelitian yang identik dengan pendekatan deduktif.
Penelitian ini bertujuan untuk perhitungan biaya pokok produksi dalam menetapkan harga
jual agar tidak terjadi kesalahan dalam penetapan harga, dan perhitungan laba yang
diharapkan dalam Usaha Murni kue bawang iris. Dan penelitian ini membantu Usaha Murni
kue bawang iris dalam menetapkan harga pokok penjualan.
II.
a.

Sumber Data
Data primer, yaitu diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan, bersal dari pihak

peerusahaan yaitu pemilik Usaha Murni kue bawang iris
b.
Data sekunder, merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-sumber yang
telah ada, berupa catatan-catatan dan dokumen-dokumen lainnya yang terkait dengan
aktivitas perusahaan.
III.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan oleh penulis adalah wawancara.
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung
kepada pihak perusahaan, yaitu pemilik perusahaan mengenai data yang terkait dengan
operasi perusahaan, dan jawaban-jawaban yang diberikan oleh pemilik dicatat.
IV.

Operasionalisasi Variabel

Guna menghindari terjadinya kekeliruan dalam memahami judul ini, maka penulis meras
perlu untuk menjelaskan istilah yang digunakan yaitu:
a.

Activity Based Costing System
Activity Based Costing System merupakan metode penentuan harga pokok yang
menelusuri biaya atas dasar aktivitas dan kemudian ke produknya.

b.

Analisis titik impas (break event point)
Analisis titik impas (break event point) merupakan sebagai tingkat penjualan dimana laba
perusahaan sama dengan nol. Titik impas dapat dihitung dengan menggunakan menggunakan
metode persamaan (equation method) danmargin konstribusi (constribution margin).

DAFTAR PUSTAKA
Garrison, dkk,