KETENTUAN UMUM SISTEM PIPA

TUGAS AKHIR KM “KM SONIC SHIP” GC 4990 BRT PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK PERKAPALAN VI - 5 UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG NUR ADI ASMORO BANGUN L0G 006 043 d 1 = Diameter luar pipa Pe = Diameter letak baut flens D = Diameter flens t = Tebal flens H = Diameter Baut J baut = Jumlah Baut Gambar 6.7. Flens

5. KETENTUAN UMUM SISTEM PIPA

Sistem pipa harus dilaksanakan sepraktis mungkin dengan bengkokan dan sambungan las atau brazing sedapat mungkin dengan flens atau sambungan yang dapat dilepas dan dipindahkan jika perlu semua pipa harus dilindungi sedemikian rupa sehingga terhindar dari kerusakan mekanis dan harus ditumpu dijepit sedemikian rupa untuk menghindari getaran. Tabel 6.2. Standart Ukuran Pipa Baja TUGAS AKHIR KM “KM SONIC SHIP” GC 4990 BRT PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK PERKAPALAN VI - 6 UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG NUR ADI ASMORO BANGUN L0G 006 043 Sumber : JIS Th. 2002 a Sistem Bilga  Susunan Pipa Bilga  Pipa – pipa bilga dan penghisapannya harus ditentukan sedemikian rupa sehingga dapat dikeringkan sempurna  Walaupun dalam keadaan miring atau kurang menguntungkan.  Pipa – pipa hisap harus diatur dikedua sisi kapal, pada ruangan – ruangan dikedua ujung kapal, masing – masing cukup dilengkapi dengan satu pipa hisap yang dapat mengeringkan ruangan tersebut.  Ruangan yang terletak dimuka sekat tubrukan dan belakang tabung poros propeller yang tidak dihubungkan dengan sistem pompa bilga umum harus dikeringkan dengan cara yang memadai.  Pipa Bilga yang melalui tangki – tangki.  Pipa bilga tidak boleh dipasang melalui tangki minyak lumas dan air minum.  Jika pipa bilga melalui tangki bahan bakar yang terletak diatas alas Inside Nominal Outside SGP Schedule 40 Schedule 80 Diameter Size Diameter Tebal Min mm mm mm inch mm mm 6 ¼ 10.5 2.0 1.7 2.4 10 38 17.3 2.3 2.3 3.2 15 ½ 21.7 2.8 2.8 3.7 20 ¾ 27.2 3.2 2.9 3.9 25 1 34.0 3.5 3.4 4.5 32 1 ¼ 42.7 3.5 3.6 4.9 40 1 ½ 48.6 3.8 3.7 5.1 50 2 60.5 4.2 3.9 5.5 65 2 ½ 76.3 4.2 5.2 7.0 80 3 89.1 4.5 5.5 7.6 100 4 114.3 4.5 6.0 8.6 125 5 139.8 5.0 6.6 9.5 150 6 165.2 5.8 7.1 11.0 200 8 216.3 6.6 8.2 12.7 250 10 267.4 6.9 9.3 - 300 12 318.5 7.9 10.3 - 350 14 355.6 7.9 11.1 - 400 16 406.4 - 12.7 - 450 18 457.2 - - - 500 20 508.0 - - - TUGAS AKHIR KM “KM SONIC SHIP” GC 4990 BRT PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK PERKAPALAN VI - 7 UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG NUR ADI ASMORO BANGUN L0G 006 043 ganda dan berakhir dalam ruangan yang sulit dicapai selama pelayaran maka harus dilengkapi dengan katup periksa atau check valve tambahan, tepat dimana pipa bilga tersebut dalam tangki bahan bakar.  Pipa Expansi  Dari jenis yang telah disetujui harus digunakan untuk menampung expansi panas dari sistem bilga.  Konsperator expansi karet tidak diijinkan untuk dipergunakan dalam kamar mesin dan tangki – tangki.  Pipa hisap bilga dan saringan – saringan.  Pipa hisap harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak menyulitkan saat membersihkan pipa hisap, dan kotak pengering pipa hisap dilengkapi dengan saringan yang tahan karat.  Aliran pipa hisap bilga darurat tidak boleh terhalang dan pipa hisap tersebut terletak pada jarak yang cukup dari alas dalam.  Katub dan Perlengkapan Pipa Bilga. Katub alih atau perlengkapan pada pipa bilga terletak pada tempat yang mudah dicapai dalam ruangan dimana pompa bilga ditempatkan. b Sistem Ballast  Susunan pipa ballast Pipa hisap dalam tangki ballast harus diatur sedemikian rupa sehingga tangki – tangki tersebut dapat dikeringkan sewaktu kapal dalam keadaan trim atau miring yang kurang menguntungkan.  Pipa ballast yang melewati ruang muat. Jika pipa ballast terpasang dari ruang pompa belakang ke tangki air ballast didepan daerah tangki muatan melalui tangki muatan maka tebal dinding pipa harus diperbesar lengkung pipa untuk mengatasi pemuaian harus ada pada pipa ini. c Sistem Bahan Bakar  Susunan pipa bahan bakar Pipa bahan bakar tidak boleh melalui tangki air minum maupun tangki TUGAS AKHIR KM “KM SONIC SHIP” GC 4990 BRT PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK PERKAPALAN VI - 8 UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG NUR ADI ASMORO BANGUN L0G 006 043 minyak lumas. Pipa bahan bakar tidak boleh terletak disekitar komponen – komponen mesin yang panas.  Pipa pengisi dan pengeluaran. Pengisisan pipa bahan bakar cair harus disalurkan melalui pipa – pipa yang permanen dari geladak terbuka atau tempat – tempat pengisian bahan bakar dibawah geladak. Disarankan meletakkan pipa pengisian pada kedua sisi kapal. Penutupan pipa di atas geladak harus dapat dilakukan, bahan bakar dialirkan menggunakan pipa pengisian. d Sistem Pipa Air Tawar Susunan pipa air tawar :  Pipa – pipa yang berisi air tawar tidak boleh melalui pipa – pipa yang bukan berisi air tawar. Pipa udara dan pipa limbah air tawar boleh dihubungkan dengan pipa lain dan juga tidak boleh melewati tangki – tangki yang berisi air tawar yang dapat diminum.  Ujung – ujung atas dari pipa udara harus dilindungi terhadap kemungkinan masuknya serangga ke dalam pipa tersebut. Pipa duga juga harus cukup tinggi terletak dari geladak dan letaknya tidak boleh melalui tangki yang isinya bahan cair yang dapat diisi air minum. Pipa air tawar tidak boleh dihubungkan dengan pipa air lain yang bukan terisi air minum. e Sistem Saniter, Scupper, dan Sewage  Pipa Saniter dan Scupper berkisar antara 50 sd 100 mm Direncanakan 3” 80 mm tebal direncanakan 4,2 mm.  Lubang Pembuangan Scupper dan Saniter  Lubang pembuangan dalam jumlah dan ukuran yang cukup untuk mengeluarkan air, harus dipasang pada geladak cuaca dan geladak lambung timbul dalam bangunan atas dan rumah geladak yang tertutup.  Pipa pembuangan di bawah garis muat musim panas harus dihubungkan pipa sampai bilga dan harus dilindungi dengan baik.  Lubang pembuangan dan saniter tidak boleh dipasang di atas garis TUGAS AKHIR KM “KM SONIC SHIP” GC 4990 BRT PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK PERKAPALAN VI - 9 UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG NUR ADI ASMORO BANGUN L0G 006 043 muat kosong di daerah peluncuran sekoci penolong.  Pipa Sewage saluran kotoran Diameter pipa sewage paling kecil 100 mm. Direncanakan berdiameter = 4” tebal 4,5 mm f Sistem Pipa Udara  Susunan Pipa Udara  Semua tangki dan ruangan kosong dan lain–lain pada bangunan yang tertinggi harus dilengkapi dengan pipa udara yang dalam keadaan biasa harus berakhir diatas geladak utama atau terbuka.  Pipa–pipa udara dari tangki–tangki pengumpulan atau penampungan minyak yang tidak dipanasi boleh terletak pada tempat yang mudah terlihat dalam ruangan kamar mesin.  Pipa–pipa udara harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak terjadi adanya pengumpulan cairan dalam pipa tersebut.  Pipa–pipa udara dari tangki penyimpanan minyak lumas, boleh berakhir pada kamar mesin jika dinding tangki lumas tersebut adalah dari lambung kapal maka pipa udaranya harus berakhir di selubung kamar mesin di atas geladak lambung timbul.  Pipa udara dari tangki-tangki cofferdam dan ruangan yang merupakan pipa hisap bilga harus dipasang dengan pipa udara yang berakhir di ruangan terbuka.  Pipa–pipa udara dari tangki–tangki cofferdam dan ruangan– ruangan yang merupakan pipa hisap bilga harus dipasang dengan pipa udara yang berakhir dengan di ruang terbuka.  Mengenai syarat pemasangan pipa udara, diterangkan pada buku Perlengkapan Kapal A dan B Hal. 112, yaitu : o Untuk tangki muat dan deck akil fore castle deck, tinggi pipa udara 900 mm. o Untuk bangunan atas, tinggi pipa udara 780 mm. Sumber : Diktat Perlengkapan Kapal, Jilid A dan B TUGAS AKHIR KM “KM SONIC SHIP” GC 4990 BRT PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK PERKAPALAN VI - 10 UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG NUR ADI ASMORO BANGUN L0G 006 043 g Pipa Duga Diameter pipa duga minimal adalah 32 mm dan direncanakan 1 ¼. Tangki–tangki, ruangan, cofferdam dan bilga dalam ruangan yang tidak mudah dicapai setiap waktu, harus dilengkapi pipa duga sedapat mungkin pipa duga tersebut harus memanjang ke bawah sampai dekat alas.  Pipa–pipa duga yang ujungnya terletak di bawah garis lambung timbul harus dilengkapi dengan katub otomatis, pipa duga semacam itu hanya diijinkan dalam ruangan yang dapat diperiksa dengan teliti.  Pipa duga tangki harus dilengkapi dengan pengaturan tekanan yang dibuat sedekat mungkin di bawah geladak tangki.  Setiap pipa duga harus dilengkapi dengan pelapis di bawahnya jika pipa duga tersebut dihubungkan dengan kedudukan samping atas pipa cabang, di bawah pipa duga tersebut harus dipertebal secukupnya.  Bahan Pipa Duga  Pipa baja harus dilindungi terhadap pengkaratan pada bagian dalam dan lainnya.

6. PERHITUNGAN SISTEM PIPA