dengan namanya, Trick Eye Museum. Setiap pengunjung di sini bebas untuk berfoto dengan berbagai tema lukisan tipuan mata tersebut. Pengunjung bisa
berfoto dengan latar belakang seolah-olah sedang berjalan di atas jembatan dengan jurang yang dalam di bawahnya, menerima setangkai bunga dari Sri
Sultan HB X, mewawancarai hingga berjabat tangan dengan para pemain olahraga terkenal atau berada di suatu objek wisata, seperti Candi Prambanan, Taman Sari,
Kraton dan Malioboro. Ruangan Museum Demata ini juga luas, bersih dan dingin sehingga
memberi kenyamanan kepada para pengunjung yang datang ketempat tersebut. Museum Demata juga menampilkan beberapa wahana seperti tempat untuk orang
berfoto juga tempat berkreasi dengan menciptakan foto – foto 3D yang terlihat
benar – benar nyata. Untuk mendapatkan foto 3D fotografer harus menggunakan
teknik dan trick secara benar. Selain itu obyek atau model harus dapat berekspresi untuk mendukung
kenyataanya foto 3D yang terlihat nyata. Tempat seperti ini sekarang sedang diburu oleh para wisatawan dan orang - orang yang memang suka berfoto, karena
museum tersebut menyediakan fasilitas berupa background – background yang
memang sudah di desain secara khusus untuk menciptakan foto 3D, Museum juga memberi foreground berupa elemen pendukung foto 3D.
C. Proses Pembuatan Background
Background yang digunakan di Museum Trick Eye Demata Xt Square Yogyakarta merupakan gambar yang memang sudah di atur dalam suatu sudut
pandang yang sedemikian rupa dan angle yang digunakan sama dengan pandangan mata. Apabila angle yang digunakan tidak tepat maka foto yang
dihasilkan tidak berkesan 3D. Gambar 3D yang ada di Demata sama halnya seperti suatu hasil karya seni
lukisan yang dibuat oleh seorang seniman bernama Eduardo Relero. Dia melukis gambar 3D dengan menggunakan media jalan atau tembok ditempat umum.
Karyanya sungguh luar biasa, gambar-gambarnya yang begitu menakjubkan dan tampak nyata. Gambar yang dilukis dijalanan menjadikannya tampak lebih unik
dengan tema kejadian yang berbeda-beda dan tentunya memberikan suatu pesan tersembunyi dan terkesan lucu.
Gambar 15: Lukisan 3D
Sumber : karya seni lukisan Eduardo Relero Seni lukis tersebut dibuat pada media yang berada di jalanan kota, lukisan
3D tersebut untuk mengecoh mata penikmat karya tersebut, selain itu lukisan 3D hanya dapat dilihat jika ada objek dan sudut pandang penglihatan yang benar.
Gambar 16: Lukisan 3D
Sumber : karya seni lukisan Eduardo Relero Setelah melihat perbandingan ke dua lukisan diatas dapat terlihat
kedalaman ruang. Lukisan pertama tidak ada obyek yang merupakan orang yang sedang berada dalam lukisan, maka lukisan tersebut terlihat flat. Berbeda dengan
foto yang kedua, lukisan tersebut difungsikan menjadi background foto, sehingga akan terlihat kedalaman ruang pada lukisan tersebut.
Museum Trick Eye Demata Xt Square Yogyakarta menerapkan hal itu sebagai background, namun pak petrus sudah tidak melukis karena lukisan yg
dibuat lama prosesnya dan hanya meninggalkan 2 lukisan untuk backgrond foto , sehingga pada background yang digunakan Museum Trick Eye Demata Xt Square
Yogyakarta hanyalah menggunakan gambar-gambar yang dipotong, disusun dan dikreasikan supaya terlihat 3D dari sudut pandang tertentu. Proses pembuatan
background itu dibuat melalui olah digital oleh seniman grafis, atau sering disebut desain grafisnya Museum Trick Eye Demata Xt Square Yogyakarta.
D. Proses perwujudan foto 3D