PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, RISIKO BISNIS, PERPUTARAN MODAL KERJA DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)

ABSTRACT

INFLUENCE OF CORPORATE SIZE, RISK BUSINESS, WORKING
CAPITAL CYCLE OF CAPITAL STRUCTURE AND PROFITABILITY
(At Manufacture Companies That List At BEI)
by

INDRI MERTIALIN

The research purpose is to prove empirically an influence of corporate size,
business risk, working capital turnover and profitability toward capital structure.
This research using manufacture factories which are listing on 2008-2011 of
indonesia stock exchange (IDX). The research is using secondary data that
obtained from www.idx.co.id, indonesian capital market directory (ICMD), and
www.duniainvestasi.co.id. Sampling technique that used on this research is
purposive sampling. Where as the sample quantity on this research is about 23
corporates. Hypothesis testing is done by using multiple linear regression analysis.
The results of analysis showed that the working capital turnover variable are not
influence to the capital structure with level of significance is more than 5%.
Business risk variables is proved positive and significantly toward capital
structure. While corporaate size variable and profitability is proved positive

influence and no significantly toward capital structure. Be shared equally
(corporate size, business risk, working capital turnover and profitability) is
significantly proved toward dividend policy at less 5% level. Prediction ability
from those variables toward dividend policy is about 13,9%. As showed from
adjusted R square is about 13,9% and while the rest 86,1% be affected by another
factors that are not contain on this research.

Keywords: Capital Structure, Corporate Size, Business Risk, Working Capital
Turnover, and Profitability.

ABSTRAK

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, RISIKO BISNIS, PERPUTARAN
MODAL KERJA DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR
MODAL
(Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)
Oleh

INDRI MERTIALIN


Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris pengaruh ukuran
perusahaan, risiko bisnis, perputaran modal kerja dan profitabilitas perusahaan
terhadap struktur modal. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode pengamatan dari tahun
2008-2012. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Situs
Bursa Efek Indonesia (BEI) www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory
(ICMD). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Sedangkan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 23 perusahaan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan
analisis regresi linier berganda.
Dari hasil analisis menunjukan bahwa variabel perputaran modal kerja tidak
berpengaruh terhadap struktur modal pada level of significance lebih dari 5%.
Variabel risiko bisnis terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur
modal. Sedangkan variabel ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap struktur modal. Secara bersama-sama (ukuran
perusahaan, risiko bisnis, perputaran modal kerja dan profitabilitas) terbukti
signifikan berpengaruh terhadap struktur modal pada level kurang dari 5%.
Kemampuan prediksi dari empat variabel tersebut terhadap struktur modal sebesar
13,9%. Sebagaimana ditunjukan dari besarnya adjusted R square sebesar 13,9%
sedangkan sisanya 86,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukan

dalam penelitian ini.

Kata kunci: Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Perputaran Modal
Kerja, Dan Profitabilitas.

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN
RIWAYAT HIDUP
PERSEMBAHAN
MOTO
SANWACANA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................

1

1.2. Rumusan Masalah ..............................................................

7

1.3. Batasan Masalah ................................................................

7

1.4. Tujuan Penelitian.......................................................... .....

8

1.5. Manfaat Penelitian........................................................ .....

8


BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Landasan Teori ..................................................................

10

2.1.1. Trade-off Theory .......................................................

10

2.1.2. Pecking Order Theory ...............................................

11

2.1.3. Struktur Modal .........................................................

12

2.1.3.2. Pengertian Struktur Modal...........................


12

3.1.3.2. Komponen Struktur Modal........................ ..

14

3.1.3.3. Arti Pentingnya Struktur Modal...................

15

3.1.3.4. Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal

16

2.2. Rerangka Penelitian ...........................................................

19

2.3. Penelitian Terdahulu ..........................................................


20

2.4. Hipotesis ............................................................................

22

2.4.1. Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal..........

22

2.4.2. Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal....................

24

2.4.3. Perputaran Modal Kerja terhadap Struktur Modal...

25

2.4.4. Profitabilitas terhadap Struktur Modal................... ..


26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel ..........................................................

28

3.2. Jenis dan Sumber Data .......................................................

29

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .....

30

3.3.1

Variabel Penelitian........................................... ......

30


3.3.2. Definisi Operasional Variabel............................... .

30

3.4. Alat Analisis ......................................................................

34

3.4.1. Analisis Statistik Deskriptif................................. ..

34

3.5. Pengujian Statistik .............................................................

34

3.5.1. Uji Asumsi Klasik............................................... ...

34


3.6. Pengujian Hipotesis........................................................ ...

37

3.6.1. Analisis Regresi Berganda.................................... .

37

3.6.2. Koefisien Determinasi............................................

38

3.6.3. Uji Signifikan....................................................... ..

38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Penelitian ...........................................................


40

4.2. Analisis Statistik Deskriptif ...............................................

40

4.3. Uji Asumsi Klasik ..............................................................

44

4.3.1. Uji Normalitas ........................................................

44

4.3.2. Uji Autokorelasi.................................................. ...

46

4.3.3. Uji Multikolinearitas............................................ ..

46

4.3.4. Uji Heterokedastisitas............................................

47

4.3.5. Uji Kelayakan Model Regresi............................... .

47

Pengujian Hipotesis....................................................... ..

48

4.4.1. Analisis Regresi Berganda...................................

48

4.4.2. Koefisien Determinasi.........................................

50

4.4.3. Uji Signifikan................................................... ...

51

4.4.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Smpulan .............................................................................

54

5.2. Keterbatasan Penelitian......................................................

56

5.3. Saran ..................................................................................

56

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan yang didirikan pasti memiliki tujuan untuk meningkatkan aktivitas
maupun biaya operasional dalam perusahaan yang didirikan. Maka agar tujuan
perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan tersebut dapat tercapai, peranan
modal sangat penting dibutuhkan perusahaan untuk membiayai berbagai macam
kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Menurut Riyanto (2001) untuk
memenuhi kebutuhan dana perusahaan, maka perusahaan dapat memperoleh dana
dari dalam perusahaan (internal financing) atau dari luar perusahaan (external
financing). Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal
dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Jika dalam pendanaan perusahaan
yang berasal dari modal sendiri masih kurang maka perlu dipertimbangkan
pendanaan perusahaan yang berasal dari luar, yaitu berasal dari hutang.

Suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan sumber dari
dalam perusahaan, sehingga akan sangat mengurangi ketergantungannya kepada
pihak luar. Apabila kebutuhan dana dari sumber internal sudah digunakan semua,

2

maka tidak ada pilihan lain selain menggunakan dana yang berasal dari luar
perusahaan baik dari utang (debt financing) maupun dengan mengeluarkan saham
baru (external equity financing) dalam memenuhi kebutuhan dananya. Oleh karena
itu, pada prinsipnya setiap perusahaan membutuhkan dana untuk pengembangan
bisnisnya yang berasal dari sumber internal atau dari sumber eksternal dan para
manajer keuangan tetap memperhatikan biaya modal untuk menentukan struktur
modal dalam upaya menetapkan apakah kebutuhan dana perusahaan dipenuhi dengan
modal sendiri ataukah dipenuhi dengan modal asing menurut Kusumaningrum
(2010).

Husnan (2004) mengungkapkan bahwa penentuan proporsi hutang dan modal dalam
penggunaannya sebagai sumber dana perusahaan berkaitan erat dengan istilah
struktur modal. Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah
hutang jangka panjang dengan modal sendiri.

Menurut Riyanto (2001) struktur modal ditentukan oleh perbandingan antara hutang
jangka panjang dan modal sendiri yang digunakan perusahaan. Dan pengertian dari
struktur modal adalah perbandingan atau perimbangan antara hutang jangka panjang
dengan modal sendiri atau disebut (long – term debt to equity ratio atau leverage.).
Keuangan yang digunakan perusahaan harus berorientasi pada tercapainya stabilitas
finansial dan terjaminnya kelangsungan hidup perusahaan. Ahmad (2010)
mengatakan bahwa struktur modal merupakan pembiayaan permanent yang terdiri
dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Riyanto
(2001) menambahkan bahwa struktur modal merupakan masalah yang penting bagi

3

perusahaan kerena baik buruknya struktur modal akan mempunyai pengaruh langsung
terhadap posisi finansial perusahaan. Kesalahan dalam menentukan struktur modal
akan mempunyai dampak yang luas terutama apabila perusahaan terlalu besar dalam
menggunakan hutang, sehingga akan berpengaruh terhadap labanya.
Menurut Saidi (2004) besar kecilnya ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap
struktur modal dengan didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu
perusahaan maka akan mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi. Risiko bisnis
adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan
bisnisnya, ketidakpastian tersebut membuat risiko bisnis yang ada pada perusahaan
berubah-ubah begitu juga dengan struktur modal yang dihasilkan juga bervariasi
dalam Hapsari (2010). Menurut Riyanto (2001) modal kerja selalu dalam keadaan
operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam
keadaan usaha, semakin pendek periode tersebut berarti semakin cepat perputaran
modal kerja dan efisiensi penggunaan modal kerja perusahaan tinggi dan sebaliknya.
Menurut Weston dan Brigham (1994) stabilitas profitabilitas merupakan salah satu
hal penting yang harus diperhatikan manajer di dalam pemilihan struktur modal.
Semakin stabil profitabilitas berarti semakin kecil pinjaman karena bertambah
besarnya kemungkinan perusahaan untuk memenuhi kewajiban tetapnya.

Dalam penelitian Hadianto (2008) pengaruh ukuran perusahaan (SIZE) terhadap
struktur modal berpengaruh negatif secara signifikan. Teori pecking order
memprediksikan terdapatnya hubungan yang negatif untuk kedua variabel tersebut
dan hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasilnya sesuai dengan teori

4

peacking order. Berbeda dengan Erwati (2011) yang mengungkapan pendapatnya
bahwa variabel ukuran perusahaan (SIZE) tidak berpengaruh signifikan terhadap
struktur modal (DER), artinya semakin besar ukuran perusahaan suatu perusahaan,
maka kecenderungan untuk menggunakan dana eksternal juga akan semakin besar.
Menurut Riyanto (2001) ukuran perusahaan digambarkan dari besar kecilnya suatu
perusahaan yang ditujukan pada total asset, jumlah penjualan, rata-rata penjualan dan
rata-rata total asset.
Dalam penelitian Rachmawardani (2007) untuk sektor perbankan diketahui bahwa
risiko bisnis berpengaruh secara signifikan secara positif terhadap DER. Hal ini tentu
kontradiktif dengan salah satu implikasi Teori Trade-off yang menyatakan bahwa
perusahaan dengan risiko bisnis yang besar harus menggunakan hutang yang lebih
kecil dibanding perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang rendah, karena semakin
besar risiko bisnis, penggunaan hutang yang besar akan mempersulit perusahaan
dalam mengembalikan hutang mereka. Brigham dan Houston (2006) menjelaskan
bahwa risiko didefinisikan sebagai peluang atau kemungkinan terjadinya beberapa
peristiwa yang tidak menguntungkan. Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang
dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Risiko bisnis tersebut
merupakan risiko yang mencakup intrinsic business risk, financial leverage risk, dan
operating leverage risk.

Riyanto (2001) berpendapat bahwa modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau
berputar di dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan
usaha. Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) dimulai

5

pada saat kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai pada
saat kembali lagi menjadi kas. Semakin pendek periode tersebut berarti semakin cepat
perputaran modal kerja dan efisiensi penggunaan modal kerja perusahaan tinggi.
Sebaliknya semakin panjang periode perputaran modal kerja berarti semakin lambat
perputaran modal kerja dan efisiensi penggunaan modal kerja perusahaan rendah.
Lama periode perputaran modal kerja tergantung kepada berapa lama periode
perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut.

Dalam penelitian Erwati (2011) variabel profitabilitas berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap struktur modal, artinya perusahaan lebih menyukai menggunakan
dana internal yang berasal dari laba daripada menggunakan dana eksternal yang
berasal dari hutang. Sulistyowati (2009) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa
profitabilitas berhubungan negatif dengan leverage, namun tidak signifikan.
Perusahaan tersebut cenderung memilih struktur pendanaannya secara internal,
dibanding dengan menggunakan pendanaan eksternal. Oleh karena itu, perusahaan
tidak perlu mengeluarkan biaya atas sumber pendanaan internal. Berbeda dengan
hasil penelitian. Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit atau laba selama satu tahun yang
dinyatakan dalam rasio laba operasi dengan penjualan dari data laporan laba rugi
akhir tahun. Brigham dan Houston (2006) menambahkan bahwa perusahaan dengan
tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif
kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk

6

membiayai sebagian besar kebutuhan dana dengan dana yang dihasilkan secara
internal.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Fadhli pada
tahun 2010 yang menguji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal
pada perudahaan manufaktur go publik di BEI. Penelitian ini menggunakan variabel
independen yaitu ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan assets, dan
profitabilitas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
penelitian ini menambahkan perputaran modal kerja sebagai tambahan dari variabel
independent yang akan di teliti. Menurut Riyanto (2001) modal kerja selalu dalam
keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang
bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja dimulai pada saat
kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai pada saat
kembali lagi menjadi kas.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini akan menjelaskan tentang faktor –
faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur sehingga
judul dari penelitian ini yaitu “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis,
Perputaran Modal Kerja dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada
Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada
tahun 2008-2012).”

7

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka perumusan masalah yang
dapat diangkat dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh antara ukuran
perusahaan, risiko bisnis, perputaran modal kerja dan profitabilitas terhadap struktur
modal pada perusahaan menufaktur.

1.3. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang lingkup
dan arah yang jelas, maka penelitian ini memberikan batasan masalah sebagai
berikut:
1. Faktor struktur modal yang digunakan adalah ukuran perusahan, risiko
bisnis, perputaran modal kerja, dan profitabilitas.
a. Proksi ukuran perusahaan yang digunakan adalah SIZE. Hal ini
dikarenakan SIZE menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan dan
perusahaan yang besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman
dibanding perusahaan kecil.
b. proksi risiko bisnis yang digunakan adalah DOL. Hal ini dikarenakan
DOL menunjukkan semakin tinggi risiko bisnis perusahaan, semakin
rendah utang perusahaan yang optimal.
c. proksi perputaran modal kerja yang digunakan adalah WCT. Hal ini
dikarenakan WCT menunjukkan makin pendek periode perputaran modal

8

kerja berarti semakin cepat perputaran modal kerja dan efisiensi
penggunaan modal kerja perusahaan tinggi.
d. proksi profitabilitas yang digunakan adalah ROA. Hal ini dikarenakan
ROA menunjukkan pengukuran kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah asset yang tersedia di dalam
perusahaan.
2. Perusahaan yang diteliti hanya berdasarkan pada perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh dari firm size,
degree of operating leverage, working capital turnover, dan return on assets terhadap
struktur modal.

1.5. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan sebagai berikut:
1. Kegunaan secara teoretis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti
empiris dalam kontribusi pemikiran bagi para investor dan manajer dalam
mengambil keputusan untuk berinvestasi.

9

2. Kegunaan secara praktis
Kegunaan utama dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari
ukuran perusahaan, risiko bisnis, perputaran modal kerja, dan profitabilitas
terhadap struktur modal, sedangkan kegunaan lain dari penelitian ini adalah:
a. Bagi peneliti, untuk mengetahui pengaruh antara ukuran perusahaan,
risiko bisnis, perputaran modal kerja, dan profitabilitas terhadap struktur
modal perusahaan.
b. Bagi akademik dan pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
sarana sosialisasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
informasi perubahan standar akuntansi khususnya bagi mahasiswa di
kalangan fakultas ekonomi dan bisnis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori
2.1.1 Trade-Off Theory
Dalam kenyataannya ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan
hutang sebanyak banyaknya. Suatu hal yang terpenting adalah dengan semakin
tingginya hutang, akan semakin tinggi kemungkinan kebangkrutan. Biaya
kebangkrutan tersebut bisa cukup signifikan. Biaya tersebut terdiri dari dua hal yaitu
biaya langsung dan biaya tidak langsung menurut Espenti (2009).
Menurut Brigham dan Houston (2001) trade-off theory dalam struktur modal adalah
menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan
hutang. Sejauh manfaat yang didapat lebih besar, tambahan hutang masih
diperkenankan. Apabila pengorbanan karena penggunaan hutang sudah lebih besar,
maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan. Trade-off theory telah
mempertimbangkan berbagai faktor seperti corporate tax, biaya kebangkrutan, dan
personal tax dalam menjelaskan mengapa suatu perusahaan memilih struktur modal
tertentu.

11

Brigham dan Huston (2001) dalam Dewani (2010) mendefinisikan bahwa trade-off
theory adalah membandingkan manfaat penggunaan hutang dengan tingkat bunga
lebih tinggi dan biaya kebangkrutan di dalam suatu perusahaan.

2.1.2 Pecking Order Theory
Myers (1984) dalam Nugraha (2012) mendefinisikan bahwa teori ini disebut pecking
order karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hierarki
sumber dana yang paling disukai. Secara ringkas teori tersebut menyatakan bahwa:
1.

Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi
perusahaan).

2.

Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka perusahaan
akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dulu, yaitu dimulai dengan
penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi
(seperti obligasi konversi), dan akhirnya apabila masih belum mencukupi, maka
saham baru diterbitkan.
Perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yakni
dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Urutan
penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada packing order theory
adalah: internal fund (dana internal), debt (hutang), dan equity (modal sendiri)
menurut Kaaro (2003) dalam Saidi (2004).

12

Dana internal lebih disukai karena memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu
“membuka diri lagi” dari sorotan pemodal luar. Kalau bisa memperoleh sumber
dana yang diperlukan tanpa memperoleh “sorotan dan publisitas publik” sebagai
akibat penerbitan saham baru. Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang
daripada modal sendiri karena dua alasan. Pertama adalah pertimbangan biaya
emisi dan yang kedua adalah manajer khawatir kalau penerbitan saham baru akan
ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh pemodal, dan membuat harga saham akan
turun menurut Husnan (2004).

2.1.3 Struktur Modal

2.1.3.1 Pengertian Struktur Modal
Menurut Riyanto (1995) dalam Nugraha (2012) struktur modal adalah perimbangan
atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Struktur modal yang optimal merupakan perimbangan antara penggunaan modal
sendiri dengan penggunaan pinjaman jangka panjang, maksudnya adalah seberapa
besar modal sendiri dan seberapa besar hutang jangka panjang yang akan digunakan
sehingga bisa optimal.
Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai
pembelanjaan perusahaan. Struktur modal tercermin pada hutang jangka panjang dan
unsur-unsur modal sendiri dan kedua golongan tersebut merupakan dana permanen
atau jangka panjang. Untuk mengukur struktur modal digunakan rasio struktur modal

13

yang disebut dengan leverage ratio. Leverage ratio adalah perbandingan untuk
mengukur seberapa jauh asset perusahaan dibiayai dengan hutang. Dalam
perhitungan leverage ratio yang digunakan adalah long term debt to equity ratio.
Long term debt to equity ratio menunjukkan persentasi modal sendiri yang dijadikan
jaminan untuk hutang jangka panjang yang dihitung dengan membandingkan antara
hutang jangka panjang dengan modal sendiri dalam Prabansari dan Hadri (2005).

Brigham dan Houston (2001) menjelaskan bahwa keputusan struktur modal secara
langsung juga berpengaruh terhadap besarnya risiko yang ditanggung pemegang
saham serta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan.
Menurut Riyanto (2001) struktur modal merupakan masalah yang penting bagi
perusahaan kerena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung
terhadap posisi finansial perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai
perusahaan. Kesalahan dalam menentukan struktur modal akan mempunyai dampak
yang luas terutama apabila perusahaan terlalu besar dalam menggunakan hutang,
maka beban yang harus ditanggung perusahaan semakin besar pula. Hal itu juga
berarti akan meningkatkan risiko finansial, yaitu risiko saat perusahaan tidak dapat
membayar beban bunga atau angsuran-angsuran hutangnya. Struktur modal yang
optimal yaitu struktur modal yang dapat meminimumkan biaya modal rata-rata dan
memaksimumkan nilai perusahaan.

14

2.1.3.2 Komponen Struktur Modal
Menurut Riyanto (2001) ada beberapa komponen dalam struktur modal, antara lain:
1.

Hutang jangka panjang
Hutang jangka panjang memiliki waktu lebih dari sepuluh tahun dalam
peminjamannya. Pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan
perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan karena kebutuhan modal
untuk keperluan tersebut sangat besar. Komponen-komponen dalam hutang
jangka panjang terdiri dari hutang hipotik (mortgage) dan obligasi (bond).
Hutang hipotik (mortgage) adalah bentuk hutang jangka panjang yang dijamin
dengan aset tidak bergerak (tanah dan bangunan). Obligasi (bond) adalah
sertifikat yang menunjukan pengakuan bahwa perusahaan meminjam uang dan
menyetujui untuk membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu.

2.

Modal sendiri

modal ini berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam dalam perusahaan
dalam jangka waktu yang telah ditentukan lamanya. Modal sendiri berasal dari
sumber intern maupun extern, sumber intern didapat dari keuntungan yang
dihasilkan oleh perusahaan, sedangkan sumber extern berasal dari modal yang
berasal dari pemilik perusahaan. Komponen-komponen dalam modal sendiri
terdiri dari modal saham dan laba ditahan, dimana modal saham terdiri dari
saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock).

15

2.1.3.3 Arti Pentingnya Struktur Modal
Arti pentingnya struktur modal merupakan masalah penting bagi setiap perusahaan,
karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai pengaruh yang langsung
terhadap posisi finansial perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai struktur
modal yang kurang baik akan mempunyai hutang yang sangat besar dan memberikan
beban yang berat kepada perusahaan yang bersangkutan, sehingga akan berpengaruh
pada labanya. Struktur modal merupakan cermin dari kebijaksanaan perusahaan
dalam menentukan jenis sekuritas yang akan dikeluarkan.

Menurut Fadhli (2010) arti pentingnya struktur modal terutama disebabkan oleh
perbedaan karakteristik di antara jenis modal tersebut, perbedaan karakteristik
diantara jenis modal tersebut secara umum mempunyai pengaruh pada dua aspek
penting dalam kehidupan perusahaan yaitu:
1.

Terhadap kemampuan untuk menghasilkan laba.

2.

Terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutang jangka
panjang.

Menurut Riyanto (2001) arti pentingnya struktur modal pada umumnya diperlukan
dalam perusahan, antara lain:
1.

Pada waktu mengkoorganisir atau mendirikan perusahaan.

2.

Pada waktu membutuhkan tambahan modal baru untuk perluasan atau ekspansi.

3.

Pada waktu diadakan consolidation baik dalam bentuk merger atau
amalgamation.

16

2.1.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
1.

Ukuran Perusahaan
Menurut Riyanto (2001) ukuran perusahaan digambarkan dari besar kecilnya
suatu perusahaan yang ditujukan pada total asset, jumlah penjualan, rata-rata
penjualan dan rata-rata total asset. Besar kecilnya ukuran suatu perusahaan akan
berpengaruh terhadap struktur modal, semakin besar perusahaan maka akan
semakin besar pula dana yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan investasi
menurut Ariyanto (2002) dalam Kusumaningrum (2010).

Titman dan Wessels (1988) dalam Sulistyowati (2009) menyatakan bahwa biaya
penerbitan hutang dan ekuitas juga berhubungan dengan ukuran perusahaan.
Perusahaan kecil membayar biaya penerbitan ekuitas baru dengan jumlah lebih
banyak dibanding perusahaan besar yang lebih banyak menerbitkan hutang
jangka panjang. Perusahaan kecil lebih banyak mempunyai leverage dibanding
perusahaan besar dan lebih memilih untuk melakukan pinjaman jangka pendek
(melalui pinjaman bank) dibanding dengan menerbitkan hutang jangka panjang
karena biaya tetap yang lebih rendah berhubungan dengan alternatif tersebut.

Jika variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal artinya semakin besar ukuran perusahaan suatu perusahaan, maka
kecenderungan untuk menggunakan dana eksternal juga akan semakin besar
dalam Erwati (2011).

17

2. Risiko Bisnis

Menurut Weston dan Brigham (1994) dalam Rachmawardani (2007) risiko bisnis
adalah ketidakpastian dalam proyeksi perusahaan atas tingkat pengembalian atau
laba di masa mendatang. Seperti telah dijelaskan dalam Trade–off theory bahwa
semakin banyak hutang semakin tinggi beban atau risiko yang ditanggung
perusahaan seperti : agency cost, biaya kebangkrutan, keengganan kreditur untuk
memberi pinjaman dalam jumlah besar.

Brigham dan Houston (2006) menjelaskan bahwa risiko didefinisikan sebagai
peluang atau kemungkinan terjadinya beberapa peristiwa yang tidak
menguntungkan. Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan
dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Risiko bisnis tersebut merupakan risiko
yang mencakup intrinsic business risk, financial leverage risk, dan operating
leverage risk. Dalam perusahaan, risiko bisnis akan meningkat jika
menggunakan hutang yang tinggi. Hal ini juga akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya kebangkrutan dalam perusahaan tersebut.

Risiko Bisnis akan mempersulit perusahaan dalam melaksanakan pendanaan
eksternal, sehingga secara teori akan berpengaruh negative terhadap leverage
perusahaan dalam Espenti (2009).

18

3.

Perputaran Modal
Menurut Riyanto (2001) modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar
dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha.
Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) dimulai pada
saat kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai pada
saat kembali lagi menjadi kas. Semakin pendek periode tersebut berarti semakin
cepat perputaran modal kerja dan efisiensi penggunaan modal kerja perusahaan
tinggi. Sebaliknya semakin panjang periode perputaran modal kerja berarti
semakin lambat perputaran modal kerja dan efisiensi penggunaan modal kerja
perusahaan rendah. Lama periode perputaran modal kerja tergantung kepada
berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja
tersebut.

Riyanto (2001) juga mengungkapkan bahwa modal kerja meningkat disebabkan
karena sumber-sumbernya lebih besar daripada penggunaannya, sehingga
mempunyai efek neto yang positif terhadap modal kerja. Perubahan-perubahan
dari unsur-unsur Non Current accounts yang mempunyai efek memperbesar
modal kerja disebut sebagai sumber-sumber modal kerja (sources of working
capital). Sumber-sumber dari modal kerja atau unsur-unsur yang mempunyai
pengaruh memperbesar modal kerja dapat disebutkan, antara lain sebagai berikut:
a.

Berkurangnya asset tetap,

b.

Bertambahnya utang jangka panjang,

c.

Bertambahnya modal, dan

19

d.

4.

Adanya keuntungan dari operasinya suatu perusahaan.

Profitabilitas
Menurut Weston dan Brigham (1994) dalam Rachmawardani (2007) stabilitas
profitabilitas merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan manajer
di dalam pemilihan struktur modal. Semakin stabil profitabilitas berarti semakin
kecil pinjaman karena bertambah besarnya kemungkinan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban tetapnya.

Sujoko dan Soebiantoro (2007) berpendapat bahwa profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit atau laba selama satu tahun
yang dinyatakan dalam rasio laba operasi dengan penjualan dari data laporan laba
rugi akhir tahun.
Brigham dan Houston (2006) menambahkan bahwa perusahaan dengan tingkat
pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil.
Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai
sebagian besar kebutuhan dana dengan dana yang dihasilkan secara internal.

2.3. Rerangka Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor mana saja yang sangat signifikan
berpengaruh terhadap struktur modal dan faktor-faktor apa saja yang lebih
mendominasi terhadap struktur modal tersebut. Pengaruh faktor-faktor terhadap

20

struktur modal dapat bersifat positif (kinerja keuangan meningkat) maupun negatif
(kinerja keuangan menurun).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Ukuran Perusahaan (X1)

Risiko Bisnis (X2)

Perputaran Modal Kerja (X3)
Profitabilitas (X4)

Ha1
Ha2
Ha3

Struktur Modal (Y)

Ha4

Sumber: Penulis

2.3. Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan struktur modal,
terhadap faktor-faktor yang mepengaruhi. Penelitiannya antara lain:
Nugroho (2006) tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal,
dengan menggunakan sampel perusahaan property yang go publik di BEJ. Penelitian
ini menggunakan variabel operating leverage (degree of leverage), likuiditas (current
rasio), struktur assets (STA), pertumbuhan penjualan (GROW), price earning rasio
(PER), dan profitabilitas (return on assets) . Hasil dari penelitian ini diketahui
variabel independen yang signifikan positif adalah likuiditas, pertumbuhan penjualan,
dan price earning rasio . Sedangkan variabel independen yang signifikan negatif

21

adalah operating leverage dan profitabilitas. Dan variabel yang tidak signifikan
adalah struktur assets.

Rachmawardani (2007) tentang analisis pengaruh aspek likuiditas, risiko bisnis,
profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal. Menggunakan
metode analisis purposive sampling, dengan menggunakan sampel sebanyak 29
perusahaan pada sektor keuangan dan perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun
2000-2005. Penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu likuiditas (LQ),
risiko bisnis (risk), profitabilitas (return on assets), dan pertumbuhan penjualan
(growth of sales). Hasil dari penelitian ini diketahui variabel yang berpengaruh positif
dan signifikan terhadap struktur modal adalah likuiditas dan pertumbuhan penjualan,
sedangkan variabel yang berpengaruh negatif dan signifikan adalah risiko bisnis dan
profitabilitas. Hasil untuk sektor keuangan dan sektor perbankan tidak ada perbedaan
antara pengaruh likuiditas, risiko bisnis, profitabilitas dan pertumbuhan penjualan
terhadap struktur modal.

Fadhli (2010) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada
perudahaan manufaktur go publik di BEI. Menggunakan metode analisis cluster
propotional random sampling atau sampel kelompok. Penelitian ini menggunakan
variabel independen yaitu ukuran perusahaan (SIZE), risiko bisnis (degree of
leverage), pertumbuhan assets (GROW), dan profitabilitas (net profit margin). Hasil
dari penelitian ini diketahui variabel yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap
struktur modal adalah ukuran perusahaan . Sedangkan variabel yang berpengaruh

22

negatif dan signifikan terhadap struktur modal adalah profitabilitas. Dan variabel
yang berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap struktur modal adalah risiko
bisnis, pertumbuhan assets.

Kusumaningrum (2010) tentang analisis pengaruh profitabilitas , pertumbuhan assets,
dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal. Menggunakan metode analisis
purposive sampling, dengan menggunakan sampel perusahaan real estate and
property yang terdaftar di BEI. Penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu
profitabilitas (return on assets), pertumbuhan assets (assets growth), dan ukuran
perusahaan (firm size). Hasil dari penelitian ini diketahui variabel yang berpengaruh
positif dan signifikan terhadap struktur modal adalah pertumbuhan assets. Sedangkan
variabel yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal adalah
profitabilitaas. Dan variabel yang berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap
struktur modal adalah ukuran perusahaan.

2.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, dan rerangka penelitian maka hipotesis dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.4.1 Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal
Menurut Saidi (2004) besar kecilnya ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap
struktur modal dengan didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu
perusahaan akan mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi, sehingga perusahaan

23

tersebut akan lebih berani mengeluarkan saham baru dan cenderung untuk
menggunakan jumlah pinjaman juga semakin besar, menurut penelitian yang
dilakukan para ahli yang menyatakan bahwa ukuran perusahan mempunyai pengaruh
yang positif, yang berarti kenaikan ukuran perusahaan akan diikuti dengan kenaikan
dari struktur modal suatu perusahaan.

Fadhli (2010) mengungkapkan bahwa perusahan dengan ukuran yang lebih besar
memiliki akses untuk mendapatkan sumber pendanaan dari berbagai sumber,
sehingga untuk mendapat pinjaman dari kreditor akan lebih mudah karena perusahaan
dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan
persaingan dalam industri, sehingga ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
struktur modal. Kusumaningrum (2010) mengemukakan bahwa perusahaan besar
membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu
alternatif pemenuhannya adalah dengan modal asing apabila modal sendiri tidak
mencukupi. Dengan demikian ukuran perusahaan akan memiliki pengaruh terhadap
struktur modal.

Rasio ukuran perusahaan digunakan untuk mengetahui apakah kenaikan dari ukuran
perusahaan akan diikuti dengan kenaikan dari struktur modal. Proksi rasio ukuran
perusahaan dalam penelitian ini adalah size. Penerapan ukuran perusahaan diharapkan
dapat meningkatkan laba perusahaan.

Ha1 = Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal

24

2.4.2 Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal
Brigham dan Houston (2006) menyatakan bahwa di dalam sebuah perusahaan risiko
bisnis akan meningkat jika menggunakan hutang yang tinggi. Hal ini juga akan
meningkatkan kemungkinan kabangrutan. Apabila risiko bisnis yang tinggi terjadi
cenderung mempunyai pengaruh yang positif terhadap rasio hutang dalam struktur
modal.

Hapsari (2010) mengungkapkan bahwa risiko bisnis adalah ketidakpastian yang
dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Ketidakpastian tersebut
membuat risiko bisnis (business risk) yang ada pada perusahaan berubah-ubah, begitu
juga dengan struktur modal yang dihasilkan juga bervariasi. Perusahaan yang
memiliki business risk yang besar berarti perusahaan tersebut akan memerlukan dana
yang cukup besar dimana salah satu alternatif pemenuhan dananya adalah dengan
menggunakan dana eksternal. Namun demikian dengan risiko bisnis yang besar maka
pihak eksternal yaitu pemberi dana juga merasakan adanya kekhawatiran terhadap hal
tersebut sehingga memerlukan pertimbangan dalam keputusan pemberian pendanaan
baru.
Perusahaan dengan resiko yang tinggi sebaiknya menggunakan hutang yang lebih
sedikit untuk menghindari kemungkinan terjadinya kebangkrutan. Proksi rasio risiko
bisnis dalam penelitian ini adalah degree of leverage. Penerapan risiko bisnis
diharapkan dapat mengurangi terjadinya tingkat kebangkrutan dalam perusahaan.
Ha2 = Risiko Bisnis berpengaruh positif terhadap struktur modal

25

2.4.3 Perputaran Modal Kerja terhadap Struktur Modal
Putri (2011) mengungkapkan bahwa modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau
berputar dalam perusahaan selama perusahaan masih dalam kegiatan usaha. Periode
perputaran modal kerja dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponenkomponen modal kerja sampai dimana kembali lagi menjadi kas. Makin pendek
periode tersebut berarti makin cepat atau tinggi perputarannya. Berapa lama periode
perputaran modal kerja adalah tergantung kepada berapa lama perputaran dari
masing-masin komponen modal kerja tersebut.
Winahyuningsih (2011) menyatakan bahwa perputaran modal kerja tidak
berpengaruh karena belum optimalnya perusahaan dalam pengelolaan modal
kerjanya. Hal ini berarti sebagian besar perusahaan di Indonesia masih cenderung
untuk menjaga modal kerjanya pada tingkat yang cukup besar demi menjaga
likuiditasnya, sedangkan pada perushaan multinasional perusahaan lebih cenderung
untuk mengurangi tingkat modal kerjanya karena akan dapat mengurangi biaya yang
harus ditanggung perusahaan sehingga laba yang diperoleh akan lebih besar.
Perputan modal kerja menggambarkan apabila perputaran modal kerja semakin tinggi
maka semakin cepat dana atau kas yang diinvestasikan dalam modal kerja kembali
menjadi kas, hal itu berarti keuntungan dapat lebih cepat diterima oleh perusahaan
dan juga akan mempengaruhi struktur modal. Proksi perputaran modal kerja dalam
penelitian ini adalah working capital turnover. Melalui penerapan struktur modal

26

diharapkan perusahaan dapat lebih cepat mendapatkan dana atau kas, sehingga
keuntungan yang didapat akan lebih cepat diterima.
Ha3 = Perputaran Modal Kerja berpengaruh negarif terhadap struktur modal

2.4.4 Profitabiltas terhadap Struktur Modal
Menurut Weston dan Brigham (1997) perusahaan dengan tingkat return on assets
yang tinggi, umumnya menggunakan hutang dalam jumlah yang relatif sedikit. Hal
ini disebabkan dengan return on assets yang tinggi tersebut, memungkinkan bagi
perusahaan melakukan permodalan dengan laba ditahan saja. Akan tetapi tidak itu
saja, asumsi yang lain mengatakan dengan return on assets yang tinggi, berarti bahwa
laba bersih yang dimiliki perusahaan tinggi maka apabila perusahaan menggunakan
hutang yang besar tidak akan berpengaruh terhadap struktur modal, karena
kemampuan perusahaan dalam membayar bunga tetap juga tinggi. Tingkat
pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar
kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal.

Seftianne (2011) mengungkapkan bahwa semakin besar profitabilitas yang diperoleh
perusahaan maka semakin besar struktur modal. Begitupun sebaliknya, semakin kecil
profitabilitas maka semakin kecil struktur modal. Hal ini disebabkan karena
perusahaan dengan kondisi keuangan yang baik akan meminjam uang lebih sedikit,
tetapi akan menimbulkan ketertarikan investor dalam menanamkan modalnya. Ketika

27

perusahaan berada dalam posisi laba maka akan banyak investor yang ingin
menanamkan modal dalam perusahaan.
Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari
berbagai aktivitas. Proksi profitabilitas dalam penelitian ini adalah return on assets.
Melalui struktur modal diharapkan tujuan utama perusahaan yaitu mendapatkan laba
(profit) dapat tercapai.
Ha4

= Profitsbilitas berpengaruh positif terhadap struktur modal

BAB III
METODA PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2008-2012. Pemilihan periode dari tahun 2008-2012 sebagai
sampel karena dapat menggambarkan kondisi yang relatif baru di pasar modal
Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling
yaitu mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu, adalah
sebagai berikut:
1.

Perusahaan manufaktur yang berada di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2.

Perusahaan manufaktur yang tetap listed di BEI selama periode pengamatan,
yaitu dimulai dari tahun 2008-2012.

3.

Perusahaan manufaktur menerbitkan laporan keuangan secara lengkap dan
mempublikasikannya pada tahun 2008-2012.

4.

Perusahaan manufaktur menggunakan mata uang rupiah dalam data laporan
keuangannya selama periode penelitian, dari tahun 2008-2012.

29

Tabel 3.1
Penentuan Sampel Penelitian
Keterangan

Jumlah
Perusahaan

1

Perusahaan manufaktur berada di Bursa Efek
Indonesia (BEI).

138

2

Perusahaan manufaktur yang tetap listed di
BEI selama periode pengamatan, yaitu mulai
dari tahun 2008-2012.

(65)

73

3

Perusahaan manufaktur menerbitkan laporan
keuangan secara lengkap dan
mempublikasikannya pada tahun 2008-2012.

(38)

35

4

Perusahaan manufaktur menggunakan mata
uang rupiah dalam data laporan keuangannya
selama periode penelitian, dari tahun 20082012.

(12)

23

No

Total perusahaan sampel

Akumulasi

23

Sumber: Data olahan

3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh
secara tidak langsung dari sumber informasi.
Sumber data dalam laporan ini berasal dari website resmi Bursa Efek Indonesia
(www.bei.go.id ), ICMD (Indonesian Capital Market Directory), dan sumber-sumber
data pendukung lainnya.

30

3.3.

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.3.1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel
independen. Dalam Jogiyanto (2008), variabel dependen disebut sebagai variabel
terikat. Variabel ini merupakan yang dipengaruhi atau menjadi akibat dari adanya
variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah struktur modal.
Sedangkan variabel independen adalah variabel bebas atau tidak terikat. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah SIZE, DOL, WCT dan ROA.
3.3.2. Definisi Operasional Variabel
Sruktur modal ditentukan oleh perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal
sendiri yang digunakan perusahaan. Dan pengertian dari struktur modal adalah
perbandingan atau perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri
atau disebut (long – term debt to equity ratio atau leverage.) menurut pendapat
Riyanto (2001). Keputusan struktur modal secara langsung juga berpengaruh
terhadap besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat
pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan menurut pendapat Brigham
dan Houston (2001). Struktur modal yang merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam mengembalikan biaya hutang melalui modal sendiri
yang dimilikinya yang diukur melalui hutang dan total modal yang mengacu pada

31

penelitian Nogroho (2006), Rachmawardani (2007), Fadhli (2010), Kusumaningrum
(2010), dan Putri (2011).

Struktur Modal

=

Hutang jangka panjang
Modal Sendiri

Penilaian independen dalam penelitian ini antara lain ukuran perusahaan, risiko
bisnis, modal kerja, dan profitabilitas.

a. Ukuran perusahaan.
ukuran perusahaan digambarkan dari besar kecilnya suatu perusahaan yang
ditujukan pada total asset, jumlah penjualan, rata-rata penjualan dan rata-rata total
asset menurut pendapat Riyanto (2001). Ukuran perusahaan merupakan besarnya
asset yang dimiliki perusahaan dalam penelitian ini pengukuran perusahaan
mengacu pada penelitian Saidi (2004) di mana ukuran perusahaan diproxykan
dengan nilai logaritma natural dari total asset.
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini merupakan cerminan dari besar kecilnya
perusahaan yang nampak dalam nilai total assets perusahaan pada neraca akhir
tahun yang diukur dengan Ln dari total assets yang mengacu pada penelitian
Simbolon (2009), Fadhli (2010), dan Kusumaningrum (2010).

Ukuran Perusahaan

=

Ln Total asset

32

b. Risiko Bisnis.
Resiko bisnis dalam perusahaan akan meningkat jika menggunakan hutang yang
tinggi. Hal ini juga akan meningkatkan kemungkinan kabangrutan. Hasil
penelitian membuktikan bahwa perusahaan dengan resiko yang tinggi seharusnya
menggunakan hutang yang lebih sedikit untuk menghindari kemungkinan
kebangrutan menurut pendapat Titman & Wessels (1988).
Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang melekat dalam proyeksi tingkat
pengembalian asset masa depan. Pengukuran risiko bisnis dalam penelitian ini
menggunakan rumus DOL (Degree Of Operating Leverage) mengacu pada
penelitian Fadhli (2010). Skala variabel yang digunakan pada risiko bisnis adalah
variabel rasio yang merupakan variabel perbandingan yang dapat diukur dengan.
DOL

=

Biaya Bunga
Penjualan Bersih

c. Perputaran Modal Kerja.
Pengelolaan manajemen modal kerja yang baik dapat dilihat dari efisiensi modal
kerja. Pengukuran efissiensi modal kerja umumnya diukur dengan melihat
perputaran modal kerja (working capital turnover), Jika perputaran modal kerja
semakin tinggi maka semakin cepat dana atau kas yang diinvestasikan dalam
modal kerja yang kembali menjadi kas, hal itu berarti keuntungan perusahaan
dapat lebih cepat diterima dalam Nugroho (2011). Perputaran modal kerja
(working capital turnover) adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara modal

33

kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat
diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Untuk menentukan besarnya
angka perputaran modal kerja digunakan rumus (Riyanto, 2001). Rasio ini
menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan yang akan
menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap
rupiah modal kerjanya yang mengacu pada penelitian Rahma (2011) dan
Winahyuningsih (2011).

Perputaran modal kerja

=

Penjualan Bersih
Asset Lancar – Hutang Lancar

d. Profitabilitas.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada
periode tertentu. Laba sering kali menjadi salah satu ukuran kinerja perusahaan.
Dimana ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi berarti kinerjanya baik dan
sebaliknya. Laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen
dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa
yang akan datang dalam Nugroho (2011) . Profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba ukuran profitabilitas mengacu pada Saidi
(2004) yaitu menggunakan Return on Assets. Rasio ini menunjukkan hubhngan
antara tingkat keuntungan yang dihasilkan manjemen atas dana yang ditahan baik

34

oleh pemegang sahan maupun kreditor yang mengacu pada penelitian Mas’ud
(2008).

Profitabilitas (ROA)

=

Laba Bersih
Total Asset

3.4.

Alat Analisis

3.4.1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan dan meringkas data yang
dianalisis. Prosedur statistika

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, RISIKO BISNIS, DAN PERTUMBUHAN AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI.

1 2 33

PENGARUH RISIKO BISNIS , PROFITABILITAS , STRUKTUR AKTIVA DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK Pengaruh Resiko Bisnis, Profitabilitas, Struktur Aktiva, dan Ukuran Perusahaan terhadap Struk

1 4 15

PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan perbankan yang Terdaftar di BEI

1 10 17

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN RISIKO BISNIS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 3 26

Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Risiko Bisnis, Ukuran Perusahaan, dan Pajak Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Rokok yang Terdaftar di BEI.

5 21 54

(ABSTRAK) PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, RISIKO BISNIS DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 0 3

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, RISIKO BISNIS DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 2 107

Pengaruh profitabilitas, struktur aktiva, dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bei - Perbanas Institutional Repository

0 10 12

PENGARUH PROFITABILITAS DAN GROWTH OPPORTUNITY TERHADAP STRUKTUR MODAL DENGAN DIMODERASI UKURAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

0 0 13

PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, RASIO LIKUIDITAS, STRUKTUR MODAL DAN RISIKO BISNIS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2012-2016

0 0 15