Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Risiko Bisnis, Ukuran Perusahaan, dan Pajak Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Rokok yang Terdaftar di BEI.

(1)

PENGARUH LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, RISIKO BISNIS, UKURAN PERUSAHAAN DAN PAJAK TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG TERDAFTAR DI BURSA

EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Oleh :

A.A NGR AG DITYA YUDI PRIMANTARA NIM : 1206205154

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

i

PENGARUH LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, RISIKO BISNIS, UKURAN PERUSAHAAN DAN PAJAK TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG TERDAFTAR DI BURSA

EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Oleh :

A.A NGR AG DITYA YUDI PRIMANTARA NIM : 1206205154

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana Denpasar


(3)

ii

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetuji oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : 13 April 2016

Tim Penguji : Tanda Tangan

1. Ketua : Drs. Kt Wijaya Kusuma, MM. ….………

2. Sekretaris : Dra. M. Rusmala Dewi S., MSi. ……….

3. Anggota : Ni Putu Ayu Darmayanti, SE., MM. ....……….

Mengetahui,

Ketua Jurusan Manajemen Pembimbing

(Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE., MSi) (Dra. Made Rusmala Dewi S., MSi) NIP. 19610601 198503 2 003 NIP. 19521124 198003 2 001


(4)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 5 April 2016 Mahasiswa,

A.A Ngr Ag Ditya Yudi Primantara 1206205154


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ‟ Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Risiko Bisnis, Ukuran Perusahaan, dan Pajak terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 ” tepat pada waktunya.

Penulis menyadari, bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada.

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Ibu Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE., M.Si, dan Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S, masing-masing sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Ibu Dra. Made Rusmala Dewi S., M.Si, sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan petunjuk untuk penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Kt Wijaya Kusuma, MM dan Ibu Ni Putu Ayu Darmayanti, SE., MM, sebagai penguji dalam skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang telah membantu penulis selama proses studi.

7. Keluarga tercinta: bapak, ibu, kakak, adik dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan semangat dan dukungan baik secara material, moral maupun spiritual selama penulis menyusun skripsi.


(6)

v

8. I Gst Putu Adi Palguna, ST., MSi dan I Gusti Ayu Prastiwi Arumsari, SE, yang telah memberikan motivasi dan semangat hingga terselesaikannya skripsi ini.

9. Teman-teman jurusan Manajemen angkatan 2012 yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terimakasih buat kerjasamanya selama menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

10. Goca, Hasbi, Gus Titiksa, Ade, Emma, dan Onik yang telah memberikan semangat dan motivasi hingga terselesaikannya skripsi ini.

11. Tim Futsal Ekionomo yang telah memberikan motivasi hingga terselesaikannya skripsi ini.

12. Teman-teman Batuagung Awesome telah membantu penulis selama proses studi.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat terbatasnya kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian, skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan.

Denpasar, 5 April 2016


(7)

vi

Judul : Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Risiko Bisnis, Ukuran Perusahaan, dan Pajak terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Nama : A.A Ngr Ag Ditya Yudi Primantara

NIM : 1206205154

Abstrak

Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan usahanya. Dana diperoleh dari pemilik perusahaan maupun dari utang. Dana yang diterima perusahaan digunakan untuk membeli aktiva tetap yang nantinya digunakan untuk memproduksi barang atau jasa, membeli bahan-bahan untuk kepentingan produksi dan penjualan, untuk piutang dagang, untuk mengadakan persediaan kas, dan membeli surat berharga yang sering disebut efek atau sekuritas untuk kepentingan transaksi maupun untuk menjaga likuiditas perusahaan. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Risiko Bisnis, Ukuran Perusahaan, dan Pajak terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” bertujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh secara parsial Likuiditas, Profitabilitas, Risiko Bisnis, Ukuran Perusahaan dan Pajak terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 - 2014.

Penelitian ini menggunakan metode asosiatif dan teknik analisis regresi linear berganda dibantu dengan program SPSS, yang meliputi uji asumsi klasik, serta uji parsial (uji t) dengan taraf nyata (α) = 5 persen.

Berdasarkan hasil olah data, diperoleh bahwa likuiditas, ukuran perusahaan dan pajak berpengaruh postif dan signifikan terhadap struktur modal, profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal, risiko bisnis berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Hasil perolehan signifikan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,807. Ini berarti bahwa 80,7 persen variasi struktur modal dipengaruhi oleh likuiditas, profitabilitas, risiko bisnis, ukuran perusahaan, dan pajak sedangkan sisanya sebesar 19,3 persen dipengaruhi oleh variabel lain diluar model.

Kata kunci: struktur modal, likuiditas, profitabilitas, risiko bisnis, ukuran perusahaan, pajak


(8)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 12

1.5 Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka ... 15

2.1.1 Keputusan Pendanaan ... 15

2.1.2 Struktur Modal ... 16

2.1.3 Teori Struktur Modal ... 20

2.1.4 Likuiditas ... 26

2.1.5 Profitabilitas ... 28

2.1.6 Risiko Bisnis ... 30

2.1.7 Ukuran Perusahaan ... 31

2.1.8 Pajak ... 33

2.2 Hipotesis Penelitian ... 35

2.2.1 Pengaruh Likuiditas terhadap Struktur Modal ... 35

2.2.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal… 36

2.2.3 Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal... 37

2.2.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal……… 38

2.2.5 Pengaruh Pajak terhadap Struktur Modal………… 39

2.3 Kerangka Konseptual………... 41

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 42

3.2 Lokasi Penelitian ... 42

3.3 Objek Penelitian ... 43


(9)

viii

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 43

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 46

3.6.1 Jenis data ... 46

3.6.2 Sumber data ... 46

3.7 Metode Penentuan Sampel ... 47

3.8 Metode Pengumpulan Data……….. 48

3.9 Teknik Analisis Data ... 49

3.9.1 Analisis Regresi Linear Berganda ... 49

3.9.2 Uji Asumsi Klasik ... 50

3.9.3 Uji Kelayakan Model ... 53

3.9.4 Uji t (uji parisal) ... 53

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 55

4.1.1 Profil PT Gudang Garam Tbk. ... 55

4.1.2 Profil PT Handjaya Mandala Sampoerna Tbk. ... 57

4.2 Deskripsi Variabel Penelitian ... 60

4.2.1 Struktur Modal ... 60

4.2.2 Likuiditas ... 61

4.2.3 Profitabilitas ... 61

4.2.4 Risiko Bisnis ... 62

4.2.5 Ukuran Perusahaan ... 63

4.2.6 Pajak ... 64

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 65

4.3.1 Uji Normalitas ... 65

4.3.2 Uji Multikolinearitas ... 66

4.3.3 Uji Autokorelasi……….. 67

4.3.4 Uji Heteroskedastisitas……… 68

4.4 Analisis Regresi Linear Berganda ... 69

4.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda………... 69

4.4.2 Uji Kelayakan Model……….. 72

4.4.3 Uji Koefisien Determinasi………... 72

4.5 Uji t (uji parsial) ... 73

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

4.7.1 Pengaruh Likuiditas terhadap Struktur Modal ... 76

4.7.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal…. 77

4.7.3 Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal… 79

4.7.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal……… ... 80

4.7.5 Pengaruh Pajak terhadap Struktur Modal…………. 81

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 83

5.2 Saran ... 84


(10)

ix


(11)

x

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

3.1 Jumlah Populasi Perusahaan Rokok…………... ... 47

3.2 Jumlah Sampel Perusahaan Rokok…………... ... 48

4.6 Hasil Uji Normalitas ... 66

4.7 Hasil Uji Multikolinearitas ... 67

4.8 Hasil Uji Autokorelasi ... 68

4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 69


(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

1.1 Target dan Realisasi Penerimaan Cukai Hasil Tembakau

2005-2015... ... 10 2.1 Kerangka Konseptual ... 41


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Perhitungan Masing-masing Rasio ……… ... 97

2 Debt To Equity Ratio, Current Ratio, Return on Assets, Degree of Operating Leverage, Ukuran Perusahaan, dan Pajak ... 113

3 Hasil Uji Normalitas ... 115

4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 116

5 Hasil Uji Autokorelasi ... 117

6 Hasil Uji Heteroskedastisitas………... 118

7 Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda……… 119


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Globalisasi pasar merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dihindari, tingkat persaingan perusahaan dalam menghasilkan produk yang mampu menembus pasar bebas sangat bervariasi, baik antar negara, regional, maupun multi internasional. Hal tersebut merupakan peluang sekaligus menjadi tantangan atau ancaman bagi negara bila tidak mengantisipasi hal ini sebelumnya. Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan usahanya. Dana diperoleh dari pemilik perusahaan maupun dari utang. Dana yang diterima perusahaan digunakan untuk membeli aktiva tetap yang nantinya digunakan untuk memproduksi barang atau jasa, membeli bahan-bahan untuk kepentingan produksi dan penjualan, untuk piutang dagang, untuk mengadakan persediaan kas, dan membeli surat berharga yang sering disebut efek atau sekuritas untuk kepentingan transakasi maupun untuk menjaga likuiditas perusahaan (Margaretha, 2003). Salah satu masalah kebijakan pendanaan dalam perusahaan adalah masalah struktur modal.

Struktur modal adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri (Martono dan Harjito, 2010:240). Struktur modal mengindikasikan bagaimana perusahaan membiayai kegiatan operasionalnya atau bagaimana perusahaan membiayai aktivanya. Perusahaan memerlukan dana yang


(15)

2

berasal dari modal sendiri dan modal asing. Penerapan struktur modal perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai variabel yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal antara lain : stabilitas penjualan, struktur aset, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, kendali, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman dan lembaga pemeringkat, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, dan fleksibilitas keuangan (Brigham dan Houston, 2011:188).

Tabel 1.1 Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan Rokok yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Triwulan Tahun 2010-2014

No Nama

Perusahaan TW

Debt to Equity Ratio (%)

2010 2011 2012 2013 2014

1 GGRM I 4.73 4.22 4.05 4.23 4.21

II 4.65 4.35 4.2 3.98 4.12

III 4.4 3.97 4.31 4.2 4.26

IV 4.41 4.09 4.14 4.28 3.64

Rata-rata 4,55 4,16 4,17 4,17 4,06

2 HMSP I 4.1 4.73 5.6 6.57 6.71

II 7.44 8.29 8.72 12.38 14.34

III 5.99 6.62 6.71 10.15 10.81

IV 5.2 6.39 7.82 7.95 9.5

Rata-rata 5,68 6,51 6,51 9,26 10,34

Sumber: Lampiran 1

Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa perolehan rata-rata debt to equity ratio (DER) pertriwulan pada perusahaan rokok PT Gudang Garam Tbk. mengalami penurunan dari 4,55 persen pada tahun 2010 hingga 4,06 persen pada tahun 2014. Selain itu DER pertriwulan pada perusahaan rokok PT Hanjaya Mandala Sampoerna


(16)

3

Tbk. mengalami peningkatan dari 5,68 persen pada tahun 2010 hingga 10,34 persen pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa struktur modal pada perusahaan rokok tidak seluruhnya mengalami peningkatan, sehingga perlu diteliti lebih lanjut faktor-faktor apa saja yang menyebabkannya. Faktor-faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal antara lain : likuiditas, profitabilitas, risiko bisnis, ukuran perusahaan, dan pajak.

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar kemampuan finansial jangka pendek tepat pada waktunya, likuiditas perusahaan ditujukan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang dan persediaan (Sartono, 2010:116). Likuiditas berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban atau utang pada saat ditagih atau jatuh tempo (Kasmir, 2011:145). Perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi berarti perusahaan yang memiliki internal financing yang cukup digunakan untuk membayar kewajibannya sehingga struktur modal juga berkurang (Ramlall, 2009). Likuiditas pada penelitian ini diproksikan dengan current ratio (CR). Current ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek (Sawir, 2005:8). Current ratio menunjukkan sejauh mana kewajiban lancar (current liabilities) dijamin pembayarannya oleh aktiva lancar (current asset) (Deitiana, 2009). Hal ini dijelaskan pula pada pecking order theory dimana perusahaan lebih mengandalkan dana internalnya terlebih dulu untuk pembiayaan investasi sehingga apabila kekurangan maka baru dicari pendanaan eksternalnya


(17)

4

(Brigham dan Houston, 2011:183). Menurut penelitian Kusumawati (2004), Setiawan (2006), Rachmawardani (2007), Joni dan Lina (2010), dan Sabir dan Malik (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal dimana semakin tinggi likuiditas maka semakin tinggi struktur modal. Margaretha dan Ramadhan (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap struktur modal. Sebaliknya penelitian Ozkan (2001), Ahmed et al. (2010), Nugrahani dan Sampurno (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Munawir, 2004:33). Perusahaan yang semakin profitable, tentunya memiliki tingkat kemampuan yang tinggi untuk mendanai kebutuhan investasi yang dilakukannya dari laba ditahan (Indrajaya dkk., 2011). Menurut Packing Order Theory menyatakan bahwa perusahaan akan lebih cenderung untuk menggunakan sumber pendanaan internal yaitu dari laba ditahan dan depresiasi terlebih dahulu, dari pada dana eksternal dalam aktivitas pendanaan kecuali saat perusahaan tidak memiliki dana internal yang memadai maka dana eksternal akan dipilih sebagai alternatifnya dan saat dana eksternal dipilih maka akan lebih cenderung menggunakan hutang dari pada ekuitas (Joni dan Lina, 2010). Profitabilitas pada penelitian ini diproksikan dengan return on asset (ROA). Return on asset merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan (Sartono, 2010:123). Menurut (Marrietta dan Sampurno, 2013) Return on


(18)

5

assets merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Menurut Darmawan (2008), Viviani (2008), Shanmugasundaram (2008), Munawar (2009), Chen dan Liu-Ju Chen (2011), Sheikh dan Wang (2011), Santika dan Sudiyatno (2011), Salehi (2011), dan Mohammadzadeh et al. (2013), Alom (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Nugrahani dan Sampurno (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal. Sebaliknya Kusumawati (2004), Gaud et al. (2005), Setiawan (2006), Kartini dan Arianto (2008), Hardianto (2008), Utami (2009), Najjar (2011), Gill et al. (2011), dan Kusumaningtyas (2012), Angelo dan Susanto (2012) dalam penelitianya menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.

Risiko bisnis merupakan salah satu risiko yang dihadapi perusahaan ketika menjalani kegiatan operasi, yaitu kemungkinan ketidakmampuan perusahaan untuk mendanai kegiatan operasionalnya (Gitman, 2003:215). Risiko bisnis perusahaan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan, kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya, dan minat pemodal untuk menanamkan dana pada perusahaan dan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh dana dalam menjalankan kegiatan operasionalnya (Friska, 2011). Makin besar risiko bisnis perusahaan, makin rendah rasio utangnya yang optimal. Secara konseptual, perusahaan yang mempunyai sejumlah risiko tertentu pada operasinya, inilah yang


(19)

6

disebut risiko bisnis. Hal ini dapat dikatakan bahwa jika perusahaan menggunakan hutang, maka risiko ini akan lebih dibebankan pada satu investor atau pemegang saham biasa (Brigham dan Houston, 2011:194).

Risiko bisnis dalam penelitian ini di proksikan dengan degree of operating leverage (DOL). Besar kecilnya degree of operating leverage (DOL) akan berdampak pada tinggi rendahnya risiko bisnis perusahaan (Sartono, 2010:263). Menurut Kaaro (2003), Prabansari dan Kusuma (2005), Tang dan Jang (2005), Ahmed et al. (2010), Indrajaya (2011), Seftianne (2011), Nuswandari (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa risiko bisnis memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal dimana semakin tinggi risiko bisnis maka semakin rendah struktur modalnya. Friska (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa risiko bisnis memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap struktur modal. Sebaliknya Syukriy (2001), Santika dan Ratnawati (2002), Mutaminah (2003), Memon (2012), Wimelda dan Marlinah (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa risiko bisnis berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan pada total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata penjualan (Riyanto, 2011:305). Ukuran perusahaan merupakan gambaran kemampuan finansial perusahaan dalam satu periode tertentu (Joni dan Lina, 2010). Ukuran perusahaan adalah suatu ukuran atau besarnya sebuah perusahaan yang dapat dilihat dengan besarnya aktiva yang dimiliki oleh perusahaan (Wimelda dan Marlinah, 2013). Perusahaan yang relatif besar akan cenderung menggunakan dana eksternal yang


(20)

7

semakin besar pula, hal ini disebabkan dana yang dibutuhkan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan perusahaan (Ba-Abbad, 2012). Menurut Karadeniz et al. (2009), perusahaan besar cenderung lebih terdiversifikasi dan lebih tahan terhadap risiko kebangkrutan dan memiliki kemungkinan lebih rendah mengalami kesulitan keuangan. Ukuran perusahaan yang besar dianggap sebagai suatu indikator yang menggambarkan tingkat risiko bagi investor untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut, karena jika perusahaan memiliki kemampuan finansial yang baik, maka diyakini bahwa perusahaan tersebut juga mampu memenuhi segala kewajiban serta memberikan tingkat pengambilan yang memadai bagi investor (Joni dan Lina, 2010). Ukuran perusahaan dalam penelitian ini di proksikan dengan perbandingan antara total aktiva dengan total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan, yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan (Triani dan Nikmah, 2006).

Menurut Mas’ud (2008) semakin besar ukuran perusahaan yang diindikatori oleh total asset, maka perusahaan akan menggunakan hutang dalam jumlah yang besar pula dan memiliki jumlah aktiva yang semakin tinggi pula. Pecking Order Theory, jika penggunaan dana internal tidak mencukupi maka digunakan alternatif kedua menggunakan hutang. Ketika ukuran perusahaan diproksikan dengan total asset yang dimiliki semakin besar, perusahaan dapat dengan mudah mendapatakan jaminan, dengan asuransi pemberi pinjaman percaya bahwa perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yang cukup. Menururt Huang dan Frank (2002), Prabansari dan Hadri (2005), Hendri dan Sutapa (2006), Kartini dan Tulus (2008), Momami et al.,


(21)

8

(2010), Sheikh dan Wang (2011), Owolabi dan Inyang (2012), Verena dan Mulyo (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal, yang berarti perusahaan yang besar dimana saham perusahaan tersebar sangat luas, dan setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau bergesernya pengendalian perusahaan yang dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan dan begitu pula sebaliknya dengan perusahaan yang kecil.

Sebaliknya Mutaminah (2003), Setiawan (2006), Sienly dan Hadianto (2008), dan Damayanti (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Utami (2009), Friska (2011), Awan (2011), Prahalatan (2011), dan Liem (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal.

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan (Brotodiharjo, 2003:2). Pajak juga merupakan hal yang sangat penting dalam penentuan struktur modal suatu perusahaan. Keuntungan dari digunakannya utang yaitu adanya keringanan pajak atau penghematan pajak. Penghematan pajak merupakan besarnya pajak yang dapat dihemat perusahaan akibat dari digunakannya utang dalam struktur modal.


(22)

9

Brigham dan Houston (2011:180) menyatakan bahwa utang mempunyai keunggulan berupa pembayaran bunga dapat digunakan untuk mengurangi pajak sehingga biaya pajak yang harus dibayar menjadi lebih rendah. Keadaan inilah yang telah mendorong adanya penggunaan utang yang semakin besar di dalam struktur modal perusahaan. Pajak dalam penelitian ini di proksikan dengan membandingkan

current year’s tax dengan ebit pada suatu perusahaan (Tariq et al. 2013). Menurut Tirsono (2008) semakin tinggi tingkat pajak perusahaan, semakin besar keuntungan dari penggunaan pajak, dan semakin besar pula daya tarik penggunaan utang. Menurut Narayan Rao dan Jijo Lukose (2003), Widyana (2003), Terimajaya (2003), Tirsono (2008), Setiawati (2011), Owolabi dan Inyang (2012), Rostami dan Akparpour (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Sebaliknya Sogorb (2003), Chen dan Strange (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pajak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Iriansyah (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pajak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap struktur modal.

Penelitian ini menggunakan perusahaan rokok sebab rokok di satu sisi diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan bagi pemerintah karena cukai rokok diakui mempunyai peranan penting dalam penerimaan negara. Namun di sisi lainnya dikampanyekan untuk dihindari karena alasan kesehatan.


(23)

10

Gambar 1.1 Target dan Realisasi Penerimaan Cukai Hasil Tembakau Indonesia 2005-2015

Sumber : Data BPS

Berdasarkan gambar 1.1 dapat diketahui bahwa target penerimaan cukai rokok pada tahun 2005-2015 meningkat, sehingga penghasilan cukai rokok pada tahun 2005-2014 juga meningkat. Ini berarti bahwa meningkatnya cukai rokok disebut sebagai salah satu penyumbang devisa terbesar. Peranan industri rokok dalam perekonomian Indonesia saat ini terlihat semakin besar, selain sebagai motor penggerak ekonomi juga menyerap banyak tenaga kerja.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Risiko Bisnis, Ukuran Perusahaan, dan Pajak terhadap Struktur Modal pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.


(24)

11 1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

1) Apakah likuiditas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 ?

2) Apakah profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 ?

3) Apakah risiko bisnis berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 ?

4) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 ? 5) Apakah pajak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan rokok

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh likuiditas terhadap struktur modal perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. 2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal

perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. 3) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh risiko bisnis terhadap struktur modal


(25)

12

4) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.

5) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh pajak terhadap struktur modal perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam bentuk empiris pada manajemen keuangan tentang pengaruh likuiditas, profitabilitas, risiko bisnis, ukuran perusahaan, dan pajak terhadap struktur modal. Penelitian ini juga diharapkan memberikan gambaran kepada manajemen keuangan dalam mengambil keputusan.

2) Kegunaan Praktis

Penelitian ini juga bisa memberikan gambaran atau informasi kepada investor sebagai landasan awal mengambil keputusan dalam berinvestasi.


(26)

13 1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yaitu sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini dimuat latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini.

Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Pada bab ini dimuat teori-teori yang berasal dari berbagai literatur yang dianggap relevan dengan permasalahan yang ada agar dapat digunakan sebagai argumentasi yang akurat sesuai dengan pokok permasalahan dan hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini.

Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini menguraikan mengenai desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bab ini disajikan laporan tentang hasil-hasil penelitian yang diperoleh, selanjutnya dilakukan pembahasan atas semua hasil penelitian dan pengujian hipotesis dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan teori yang digunakan sebagai acuan dan hasil penelitian sebelumnya.


(27)

14 Bab V Simpulan dan Saran

Pada bab ini merupakan bagian akhir dari laporan penelitian ini. Bab ini diuraikan simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan dan saran-saran yang diberikan sesuai dengan topik penelitian ini.


(28)

15 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Keputusan Pendanaan

Keputusan pendanaan merupakan penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap, dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya, sehingga keuntungan pemegang saham bertambah (Horne, 2012:295). Menurut Kasmir (2011:129) keputusan pendanaan merupakan keputusan yang berkaitan dengan jumlah dana yang disediakan perusahaan baik yang bersifat utang atau modal sendiri. Subramanyam dan Wild (2010:19) menyatakan bahwa keputusan pendanaan adalah keputusan dimana komposisi aktivitas pendanaan tergantung pada kondisi di pasar keuangan. Keputusan pendanaan suatu perusahaan adalah keputusan yang harus dilakukan oleh manajer keuangan yang berkaitan dengan darimana dana perusahaan dipenuhi, berkaitan dengan analisis biaya dana atau modal yang digunakan perusahaan (Wiagustini, 2010:207).

1) Sumber Dana Menurut Asalnya

Riyanto (2011:227) menyatakan ada dua sumber dana menurut asalnya yaitu sumber intern dan sumber ekstern.

(1) Sumber Intern adalah dana yang berasal dari dalam perusahaan. Sumber intern dapat berupa laba yang ditahan (retained earning) dan penyusutan.


(29)

16

(2) Sumber ekstern adalah sumber dana yang berasal luar perusahaan. Dana tersebut antara lain berasal dari kreditur, bank, pasar modal dan modal dari pemilik perusahaan.

2) Sumber Dana Menurut Jangka Waktunya

Sumber dana menurut jangka waktunya ada tiga yaitu sumber jangka waktu pendek, jangka waktu menengah, dan jangka waktu panjang (Wiagustini, 2010:214).

(1) Sumber dana jangka waktu pendek adalah sumber dana yang ada di dalam perusahaan dan hanya berumur maksimum satu tahun saja. Antara lain adalah accrual account, hutang dagang, hutang bank dll.

(2) Sumber dana jangka waktu menengah adalah sumber dana yang berumur lebih dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun. Dana tersebut antara lain adalah term loan, equipment loan, leasing, dan modal ventura.

(3) Sumber dana jangka waktu panjang adalah sumber dana yang ada dalam perusahaan lebih dari 10 tahun. Ada beberapa jenis sumber pendanaan jangka panjang, yaitu hutang jangka panjang, obligasi, saham preferen, dan saham biasa.

2.1.2 Struktur Modal

Struktur Modal adalah perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen, jangka panjang dengan saham preferen dan saham biasa (Sartono, 2010:225). Menurut Kamaludin (2011:306) menyatakan bahwa struktur modal atau capital structure adalah kombinasi atau bauran sumber pembiayaan jangka panjang.


(30)

17

Martono dan Harjito (2010:240), struktur modal adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Sedangkan menurut Sawir (2005:10), struktur modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Sementara itu struktur keuangan adalah perimbangan antara total utang dengan modal sendiri, jadi dengan kata lain struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan. Terdapat beberapa alat ukur untuk menilai tingkat struktur modal perusahaan yang salah satunya adalah debt to equity ratio. Struktur modal yang diukur dengan debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini diukur dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas (Kasmir, 2011:130). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal menurut Brigham dan Houston (2011:188) antara lain adalah:

1) Stabilitas penjualan

Suatu perusahaan yang penjualannya relatif stabil dapat secara aman mengambil hutang dalam jumlah yang lebih besar dan mengeluarkan beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.

2) Struktur aset

Perusahaan yang asetnya memadai untuk digunakan sebagai jaminan pinjaman cenderung akan cukup banyak menggunakan hutang.


(31)

18 3) Leverage operasi

Perusahaan dengan leverage operasi yang lebih rendah akan lebih mampu menerapkan leverage keuangan karena perusahaan akan memiliki risiko usaha yang lebih rendah.

4) Tingkat pertumbuhan

Perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang lebih cepat harus lebih mengandalkan diri pada modal eksternal.

5) Profitabilitas

Perusahaan dengan tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi ternyata menggunakan hutang dalam jumlah yang relatif sedikit. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan-perusahaan dalam melakukan sebagian besar pendanaannya melalui dana yang dihasilkan secara internal.

6) Pajak

Bunga merupakan suatu beban pengurang pajak dan pengurangan ini lebih bernilai bagi perusahaan dengan tarif pajak yang tinggi. Semakin tinggi tarif pajak suatu perusahaan, maka semakin besar keunggulan dari hutang.

7) Kendali

Pertimbangan kendali dapat mengarah pada penggunaan baik itu hutang maupun ekuitas karena jenis modal yang memberikan perlindungan terbaik kepada manajemen akan bervariasi dari satu situasi ke situasi yang lain.


(32)

19 8) Sikap manajemen

Manajemen dapat melaksanakan pertimbangannya sendiri tentang struktur modal yang tepat. Beberapa manajemen cenderung lebih konservartif dibandingkan yang lain dan menggunakan hutang dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata perusahaan dalam industrinya, sementara manajemen yang agresif menggunakan lebih banyak hutang dalam usaha mereka untuk mendapat laba yang lebih tinggi.

9) Sikap pemberi pinjaman dan lembaga pemeringkat

Perusahaan sering kali membahas struktur modalnya dengan pihak pemberi pinjaman dan lembaga peringkat serta sangat memperhatikan saran mereka, hal ini dapat mempengaruhi keputusan yang diambil oleh perusahaan tersebut. 10) Kondisi pasar

Kondisi pasar saham dan obligasi mengalami perubahan dalam jangka panjang maupun jangka pendek yang dapat memberikan arah penting pada struktur modal optimal suatu perusahaan.

11) Kondisi internal perusahaan

Kondisi internal suatu perusahaan juga berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan.

12) Fleksibilitas keuangan

Fleksibilitas keuangan menyangkut bagaimana kondisi keuangan perusahaan dapat berubah sesuai dengan keadaan yang diperlukan.


(33)

20 2.1.3 Teori Struktur Modal

1) Modigliani-Miller (MM) Theory

Pendekatan klasik yang diperkenalkan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller ini mengasumsikan bahwa hingga satu leverage tertentu, risiko perusahaan tidak mengalami perubahan sehingga baik tingkat kapitalisasi maupun tingkat biaya utang relatif konstan (Sartono, 2010:228). Inti dari teori ini adalah tidak ada rasio utang yang optimal dan rasio utang tidak menjelaskan nilai perusahaan dan teori ini menggunakan asumsi bahwa tidak ada pajak, tidak ada asimetri informasi dan tidak ada biaya transaksi (Joni dan Lina, 2010). Brigham dan Houston (2011:33) menyatakan bahwa ada beberapa asumsi dalam teori ini, yaitu;

(1) Tidak ada biaya pialang. (2) Tidak ada pajak.

(3) Tidak ada biaya kebangkrutan.

(4) Investor dapat meminjam pada tingkat yang sama dengan perusahaan.

(5) Semua investor memiliki informasi yang sama dengan manajemen tentang peluang-peluang investasi di masa depan.

(6) EBIT tidak berpengaruh pada penggunaan utang

Namun teori ini dikatakan kurang relevan karena adanya pengurangan pajak penghasilan atas penggunaan utang, kondisi pasar dengan asimetri informasi serta biaya transaksi dalam pasar modal yang tidak dimasukkan kedalam teori MM (Joni dan Lina, 2010). Sisi positif dari utang adalah utang menurunkan biaya keagenan ekuitas. Penggunaan utang juga akan mendisiplinkan manajer untuk


(34)

21

tidak sembarangan menggunakan aktiva perusahaan untuk kepentingannya karena pengawasan oleh kreditur biasanya jauh lebih ketat dan efektif dari pada pengawasan para pemegang saham diluar perusahaan dengan informasi yang relatif terbatas (Joni dan Lina, 2010).

2) Pecking Order Theory

Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donaldson tahun 1961 dan penanaman pecking order theory dilakukan oleh Myers tahun 1984. Teori ini menjelaskan mengenai mengapa perusahaan akan menentukan hierarki sumber dana yang paling disukai. Perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yaitu dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan akumulasi depresiasi (Kartika, 2009).

Akumulasi depresiasi merupakan dana internal berupa modal cadangan yang dimiliki perusahaan untuk mengganti aktiva tetapnya namun dana ini dapat dipergunakan dahulu untuk membelanjai perusahaan meskipun terdapat jangka waktu yang terbatas sampai saat penggantian aktiva tetap tersebut. Perusahaan yang apabila menggunakan pendanaan dari luar (external financing) maka akan menerbitkan sekuritas yang lebih aman terlebih dulu yaitu penerbitan obligasi kemudian sekuritas yang berkarakteristik opsi, apabila masih belum mencukupi maka diterbitkan saham baru. Menurut Sartono (2010:249) perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi akan menggunakan dana pinjaman yang sedikit, hal ini sesuai dengan pecking order theory, karena kebutuhan dana sudah


(35)

22

tercukupi dari menggunakan sumber dana internal yaitu laba ditahan sedangkan perusahaan yang kurang profitabel akan menggunakan hutang yang lebih besar.

Menurut Siregar (2005), ada empat alasan mengapa pecking order theory memprediksi perusahaan lebih mengutamakan utang dari pada modal sendiri saat pendanaan eksternal dilakukan, yaitu:

1) Pasar mengalami kerugian karena adanya asimetri informasi antara manajer dengan pasar. Manajemen cenderung menggunakan saham baru saat overpriced sedangkan penerbitan saham baru akan mengakibatkan harga saham akan mengalami penurunan.

2) Utang dan saham sama-sama membutuhkan biaya transaksi bagi perusahaan, namun biaya transaksi hutang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan saham.

3) Perusahaan mendapatkan manfaat pajak dengan mengeluarkan sekuritas hutang; manfaat pajak ini diperoleh oleh perusahaan karena adanya biaya bunga yang dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan kena pajak. 4) Kontrol manajemen, dalam hal ini insider ownership yaitu pemilikan oleh

manajemen dapat dipertahankan apabila perusahaan menerbitkan sekuritas utang.

3) Trade Off Theory (Teori Pertukaran)

Teori pertukaran atau trade off theory adalah adanya fakta bahwa bunga yang dibayarkan sebagai beban pengurangan pajak membuat hutang menjadi lebih murah dibandingkan dengan saham biasa atau saham preferen, secara tidak


(36)

23

langsung pemerintah membayar sebagian biaya hutang atau dengan kata lain hutang memberikan manfaat perlindungan pajak (Brigham dan Houston, 2011:183). Trade off Theory merupakan model struktur modal yang mempunyai asumsi bahwa struktur modal perusahaan merupakan keseimbangan antara keuntungan penggunaan hutang dengan biaya financial distress (kesulitan keuangan) dan agency cost (Nuswandari, 2013). Pendekatan Trade off berarti tingkat utang perusahaan kembali kepada target atau tingkat optimal (Garcia dan Mira, 2008).

4) Signaling Theory

Struktur modal atau penggunaan hutang merupakan signal yang disampaikan oleh manajer ke pasar. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2011:186) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen menilai prospek perusahaan. Mardinawati (2011) menyatakan bahwa perusahaan yang tumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan-perusahaan yang tumbuh secara lambat. Signaling Theory menyatakan bahwa penggunaan hutang merupakan sinyal positif, diharapkan kreditur akan menangkap sinyal tersebut, yang akan menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai prospek bagus, sehingga hutang merupakan tanda atau sinyal positif. Brigham dan Houston (2011:186) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai prospek menguntungkan akan menghindari penjualan saham, apabila membutuhkan modal baru akan dilakukan dengan cara lain, yaitu termasuk


(37)

24

penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal normal dan apabila perusahaan dalam kondisi yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya. Jadi, signaling theory mengindikasikan perusahaan lebih menggunakan dana eksternal dan hal terlihat dari perusahaan memberi sinyal positif bagi investor untuk menanamkan modalnya dalam perusahaan.

5) Agency Theory

Menurut Horne dan Wachowicz (2012:16) pihak manajemen dapat dianggap sebagai agen dan pemegang saham yang disebut principle atau pemilk perusahaan. Para pemegang saham berharap agen bertindak atas kepentingan mereka sehingga medelegasikan wewenang kepada agen. Untuk melihat kinerja manajemen berfungsi dengan baik, maka manajemen harus diberikan bonus atau intensif dan pegawasan. Pegawasan dapat dilakukan dengan cara yaitu, dengan pengikatan agen, pemerikasaan laporan keuangan dan pembatasan terhadap keputusan yang bisa dilakukan manajemen. Biaya agensi merupakan biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk menyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegan saham. Pada dasarnya agency theory adalah teori mengenai struktur kepemilikan perusahaan yang dikelola oleh manajer bukan pemilik, berdasarkan kenyataan bahwa manajer profesional bukan agen yang sempurna dari pemilik perusahaan, dengan demikian belum tentu selalu bertindak untuk kepentingan pemilik.


(38)

25

Rachmawati (2008) menyatakan bahwa agency theory adalah siapapun yang mengeluarin biaya pengawasan tersebut akhirnya ditanggung oleh pemegang saham. Semakin besar kemungkinan pegawasan, semakin tinggi biaya bunga dan semakin rendah nilai perusahaan bagi para pemegang saham.

6) Asymmetric Information Theory

Asymmetric Information atau ketidaksamaan informasi menurut Brigham dan Houston (2011:184) adalah situasi dimana manajer memiliki informasi yang berbeda (lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor. Adanya asymmetric information membuat manajer perusahaan lebih leluasa bertindak di dalam menentukan strategi capital structure karena lebih menguasai informasi yang terjadi di dalam perusahaan. Informasi baru yang ada selalu relevan dengan harga saham yang beredar di pasar, sebenarnya informasi ini bersifat murah dan harus tersedia bagi semua pihak. Namun, karena kompetisi pasar diantara para investor membuat informasi baru segera direfleksikan ke dalam harga saham di pasar secara cepat, sehingga terjadi pula kompetisi dalam mencari informasi untuk mendapatkan keuntungan sesaat (Indrawati dan Suhendro, 2006).

Teori asimetri dapat digunakan untuk menjelaskan teori pecking order (perusahaam memilih dana internal dan menggunakan penerbitan saham baru sebagai langkah terakhir) hal ini karena dana internal tidak memiliki biaya asimetri sedangkan hutang dan penerbitan saham berdampak pada timbulnya biaya asimetri namun dengan proporsi biaya yang berbeda sehingga urutan


(39)

26

preferensi penggunaan dana berdasarkan biaya asimetri adalah dana internal, hutang dan penerbitan saham.

2.1.4 Likuiditas

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar pinjaman jangka pendeknya pada saat jatuh tempo atau dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Irawati, 2006:25). Menurut Jumingan (2006:122) likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang segera harus dipenuhi. Menurut Wiagustini (2010:76) likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya dalam jangka pendek dengan dana lancar yang tersedia. Likuiditas berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban atau utang pada saat ditagih atau jatuh tempo (Kasmir, 2011:145). Menurut Riyanto (2011:230) likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Likuiditas mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Novita, 2015). Menurut Kasmir (2011:133) likuiditas dapat diukur dengan beberapa rasio, antara lain :

1) Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio Lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rumus


(40)

27

untuk mencapai rasio lancar dapat digunakan sebagai berikut.

2) Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio cepat merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory) rumus untuk mencari rasio cepat dapat dicari dengan;

3) Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio Kas merupakan rasio yang mengukur seberapa besar uang yang benar-benar siap untuk digunakan untuk membayar utangnya. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:

Likuiditas dalam penelitian ini diproksikan dengan rasio lancar (current ratio). Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Current Ratio menunjukan seberapa jauh tuntuan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang


(41)

28

diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang.

2.1.5 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan semua modal yang bekerja didalamnya (Sutrisno, 2009:16). Menurut Raharjaputra (2009:205) profitabilitas merupakan kemampuan para eksekutif perusahaan dalam menciptakan tingkat keuntungan baik dalam bentuk laba perusahaan maupun nilai ekonomis atas penjualan, aset bersih perusahaan maupun modal sendiri. Menurut Harahap (2009:304) profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Menurut Wiagustini (2010:76) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau ukuran efektivitas pengelolaan terhadap manajemen perusahaan. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba atau profit yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan (Michelle dan Megawati, 2005).

Adapun beberapa rasio profitabilitas menurut Brigham dan Houston (2011:185) yaitu:

1) Margin laba (Profit Margin)

Rasio ini menunjukan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan yang dimana semakin besar rasio ini maka semakin baik pula karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapat


(42)

29

laba cukup tinggi. Menurut Sartono (2010:153) margin laba dapat dihitung dengan rumus:

2) Return on Equity (ROE)

Rasio ini mengukur atau menunjukan berapa persen yang diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik yang dimana semakin besar hasilnya akan semakin bagus. Menurut Sartono (2010:124) rasio ini dapat dihitung dengan rumus:

3) Return on Total Assets (ROA)

Rasio ini menunjukan seberapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nillai aktiva yang dimiliki perusahaan. Menurut Irawati (2006:59) rasio ini dapat dihitung dengan rumus:

Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan return on total asset (ROA). ROA merupakan salah satu cara menghitung kinerja keuangan perusahaan dengan membandingkan laba bersih yang diperoleh perusahaan dengan total asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA menunjukan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas sumber daya keuangan yang


(43)

30

ditanamkan perusahaan. Sehingga penulis menggunakan ROA karena ROA dalam analisis keuangan merupakan salah satu teknik yang bersifat menyeluruh dan lazim digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.

2.1.6 Risiko Bisnis

Risiko bisnis merupakan risiko dalam menjalankan suatu jenis bisnis (Tandelilin, 2010:104). Menurut Horne dan Wachowicz (2012:117) risiko bisnis adalah perbedaan antara imbal hasil aktual dengan imbal hasil yang diharapkan. Brigham dan Houston (2011:157) menyatakan bahwa risiko bisnis merupakan tingkat asset perusahaan jika perusahaan tersebut tidak menggunakan utang. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Irawati (2006:46) yang menyatakan bahwa risiko bisnis adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dari hubungan langsung antara keuntungan saat ini dan keuntungan masa depan yang diharapkan.

Wijaya (2011) menyatakan bahwa risiko bisnis tercermin dari perusahaan yang memiliki biaya operasi tetap atau biaya modal tetap, maka dikatakan perusahaan menggunakan operating leverage. Risiko bisnis dalam penelitian ini diproksikan dengan degree of operating leverage (DOL). Degree of Operating Leverage merupakan persentase perubahan dalam laba operasi (EBIT) yang di sebabkan perubahan satu persen dalam output (penjualan) (Warsono, 2003:215). DOL dapat dihitung dengan rumus:


(44)

31

2.1.7 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukan pada total aktiva, jumlah penjualan, dan rata-rata penjualan (Riyanto, 2011:305). Brigham dan Houston (2011:167), menyatakan bahwa ukuran perusahaan merupakan rata-rata penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun, dalam hal ini penjualan lebih besar dari pada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil dari pada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian.

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata total penjualan dan rata-rata total aktiva. Jadi ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aktiva yang dimiliki oleh perusahaan (Sujianto, 2001:46). Ukuran perusahaan dapat pula diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah ( medium-size) dan perusahaan kecil (small firm) (Panjaitan, 2004). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total aktiva perusahaan (Ibrahim, 2008).

Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva


(45)

32

besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aktiva yang kecil (Daniati dan Suhairi, 2006).

Ukuran perusahaan merupakan proksi volatilitas operasional dan inventory cotrolability yang seharusnya dalam skala ekonomis besarnya perusahaan menunjukan pencapaian operasi lancar dan pengendalian persediaan (Metallia, 2007). Ukuran perusahaan dapat diukur atau dihitung dengan menggunakan beberapa cara, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Mengukur jumlah nilai kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan (total aktiva) dengan cara menghitung logaritma natural dari total aktiva, dan secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut (Irawati, 2006:50):

LnTA = Ln (Total Aktiva)

2) Dengan cara mengukur total aktiva suatu perusahaan yang dibagi dengan nilai ekuitas perusahaan (Triani dan Nikmah, 2006). Ukuran Perusahaan dapat dihitung dengan rumus:

Ukuran Perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan membandingkan total aktiva dengan ekuitas. Ukuran Perusahaan


(46)

33

menunjukkan seberapa besar ukuran atau besarnya aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dan seberapa besar pula prospek ke depannya perusahaan dalam jangka waktu yang relatif lama.

2.1.8 Pajak

Pajak adalah iuran pajak kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat disahkan) dengan tidak mendapat kontra prestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Soemitro, 2004:5). Menurut Diana dan Setiawati (2014:1) pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Soemahamidjaja (2004:10) pajak merupakan iuran wajib berupa uang atau barang yang di pungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektip dalam mencapai kesejahteraan umum. Menurut Suparmoko (2000:94) pajak merupakan pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintah yang dapat dipakasakan dengan tanpa balas jasa yang secara langsung dapat ditunjuk. Penerimaan pajak sangat perlu ditingkatkan sehingga pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan kemampuan sendiri berdasarkan prinsip kemandirian. Peningkatan kesadaran masyarakat dibidang perpajakan harus ditunjang dengan fasilitas yang mendukung peningkatan peran aktif masyarakat serta pemahaman akan hak dan kewajiban dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan.


(47)

34

Menurut Tirsono (2008) Semakin tinggi tingkat pajak perusahaan, semakin besar keuntungan dari penggunaan pajak, dan semakin besar pula daya tarik penggunaan hutang, dengan demikian dalam penelitian ini pajak diproksikan dengan perbandingan current year’s tax dengan ebit. Pajak dapat diukur atau dihitung dengan rumus:

1) Mengukur jumlah pajak yang dimiliki suatu perusahaan dengan cara menghitung logaritma pajak natural, dan secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

LnTAX = Ln (Pajak)

2) Mengukur pajak dengan cara Non-debt tax shield, dimana Non-debt tax shield merupakan substitusi interest expense yang akan berkurang saat menghitung pajak perusahaan (Mutaminah, 2003). Non-debt tax shield secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

3) Mengukur pajak suatu perusahaan secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut (Tariq et al. 2013) :

Pajak dalam penelitian ini diproksikan dengan membandingkan


(48)

35

dari penggunaan pajak dan seberapa besar pula daya tarik penggunaan hutang dalam operasi perusahaan.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Likuiditas terhadap Struktur Modal

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar kemampuan financial jangka pendek tepat pada waktunya (Sartono, 2010:116). Likuiditas menjadi ukuran kreditur menilai kelayakan calon debiturnya, karena kreditur tidak ingin mengalami kerugian akibat gagal bayar. Hal ini karena aktiva lancar dapat digunakan sebagai jaminan utang lancar akan dibayar apabila kas tidak cukup. Semakin besar tingkat likuiditas suatu perusahaan, semakin mudah perusahaan mendapatkan utang (Kurniawan, 2013). Menurut Pecking Order Theory, hal ini dikarenakan perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi memiliki dana internal yang besar sehingga perusahaan tersebut akan lebih memilih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal (hutang).

Kusumawati (2004), Setiawan (2006), Rachmawardani (2007), Joni dan Lina (2010), dan Sabir dan Malik (2012) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara likuiditas terhadap struktur modal. Perusahaan dengan aset likuid yang besar dapat menggunakan aset ini untuk berinvestasi (pecking order theory). Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin tingginya likuiditas maka semakin tinggi pula struktur modalnya.


(49)

36

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur Modal.

2.2.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2010:122). Yuniningsih (2002) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan pendapatan untuk membiayai investasi yang ditunjukan untuk menghasilkan keuntungan. Stabilitas profitabilitas merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan manajer di dalam pemilihan struktur modal (Brigham dan Houston, 2011:188). Semakin stabil profitabilitas berarti semakin kecil pinjaman karena bertambah besarnya kemungkinan perusahaan mampu untuk memenuhi kewajiban tetapnya.

Menurut Mutaminah (2003) pecking order theory menyatakan bahwa, perusahaan yang memiliki profit tinggi memungkinkan mereka untuk menggunakan laba ditahan sebagai sumber pendanaan perusahaan dan akan menggunakan hutang dalam jumlah rendah, dan sebaliknya. Penelitian yang dilakukan oleh Darmawan (2008), Viviani (2008), dan Shanmugasundaram (2008), Munawar (2009), Chen dan Liu-Ju Chen (2011), Sheikh dan Wang (2011), Santika dan Sudiyatno (2011), Salehi (2011), Mohammadzadeh et al. (2013), Alom (2013) menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Hal ini disebabkan perusahaan yang sudah memperoleh laba yang tinggi maka tidak


(50)

37

perlu menggunakan hutang, karena laba yang tinggi akan dapat mebiayai operasional perusahaan.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H2: Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Struktur Modal.

2.2.3 Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal

Risiko bisnis merupakan salah satu risiko yang dihadapi perusahaan ketika menjalani kegiatan operasi, yaitu kemungkinan ketidak mampuan perusahaan untuk mendanai kegiatan operasionalnya (Gitman, 2003:215). Risiko bisnis perusahaan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan, kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya, dan minat pemodal untuk menanamkan dana pada perusahaan dan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh dana dalam menjalankan kegiatan operasionalnya (Friska, 2011).

Menurut Kaaro (2003), Prabansari dan Kusuma (2005), Tang dan Jang (2005), Ahmed et al. (2010), Indrajaya (2011), Seftianne (2011), Nuswandari (2013), dalam penelitiannya menyatakan bahwa risko bisnis memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Hal ini disebabkan perusahaan dengan risiko bisnis besar harus menggunakan hutang lebih kecil dibanding perusahaan yang mempunyai risiko bisnis rendah, karena semakin besar risiko bisnis, penggunaan hutang yang besar akan mempersulit perusahaan dalam mengembalikan hutang mereka.


(51)

38

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H3: Risiko Bisnis berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Struktur Modal.

2.2.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal

Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana besar atau kecilnya perusahaan dapat diklasifikasikan menurut berbagai cara, antara lain melalui total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain (Sirait, 2011). Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aktiva yang kecil (Ibrahim, 2008). Menurut Kartika (2009), perusahaan berukuran besar akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibandingkan dengan perusahaan berskala kecil, karena kemudahaan akses tersebut maka perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula.

Menurut Huang dan Frank (2002), Prabansari dan Hadri (2005), Prabansari dan Kusuma (2005), Hendri dan Sutapa (2006), Kartini dan Tulus (2008), Momami et al., (2010), Sheikh dan Wang (2011), Karadeniz et al. (2011), BaAbbad (2012), Owolabi and Inyang (2012), Verena dan Mulyo (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Hal ini disebabkan perusahaan besar cenderung lebih terdiversifikasi


(52)

39

dan lebih tahan terhadap resiko kebangkrutan dan memiliki kemungkinan lebih rendah mengalami kesulitan keuangan. Ini ditunjukan bahwa penentuan besar kecilnya skala perusahaan dapat ditentukan oleh hasil dari penjualan serta rata-rata total aktiva.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H4: Ukuran Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur Modal.

2.2.5 Pengaruh Pajak terhadap Struktur Modal

Pajak adalah jumlah pajak yang dibebankan kepada masing-masing perusahaan berdasarkan pada tarif pajak yang ditentukan pemerintah atas penghasilannya yang terkena pajak yang diperoleh. Brigham dan Houston (2011 :180) menyatakan bahwa utang mempunyai keunggulan berupa pembayaran bunga dapat digunakan untuk mengurangi pajak sehingga biaya pajak yang harus dibayar menjadi lebih rendah. Keadaan inilah yang telah mendorong adanya penggunaan utang yang semakin besar di dalam struktur modal perusahaan.

Menurut Narayan Rao dan Jijo Lukose (2003), Tirsono (2008), Setiawati (2011), Owolabi and Inyang (2012), Rostami and Akparpour (2012), dan Dewi (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Hal ini disebabkan semakin tinggi tingkat pajak perusahaan, semakin besar keuntungan dari penggunaan pajak, dan semakin besar pula daya tarik penggunaan hutang.


(53)

40

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(54)

41

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan Likuiditas, Profitabilitas, Risiko Bisnis, Ukuran Perusahaan, dan Pajak terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Likuiditas (X1)

Pajak (X5)

Profitabilitas (X2)

Ukuran Perusahaan (X4)

Risiko Bisnis (X3)

Struktur Modal (Y)

(+)

(

-

)

(

-

)

(+)


(1)

36

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur Modal.

2.2.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2010:122). Yuniningsih (2002) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan pendapatan untuk membiayai investasi yang ditunjukan untuk menghasilkan keuntungan. Stabilitas profitabilitas merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan manajer di dalam pemilihan struktur modal (Brigham dan Houston, 2011:188). Semakin stabil profitabilitas berarti semakin kecil pinjaman karena bertambah besarnya kemungkinan perusahaan mampu untuk memenuhi kewajiban tetapnya.

Menurut Mutaminah (2003) pecking order theory menyatakan bahwa, perusahaan yang memiliki profit tinggi memungkinkan mereka untuk menggunakan laba ditahan sebagai sumber pendanaan perusahaan dan akan menggunakan hutang dalam jumlah rendah, dan sebaliknya. Penelitian yang dilakukan oleh Darmawan (2008), Viviani (2008), dan Shanmugasundaram (2008), Munawar (2009), Chen dan Liu-Ju Chen (2011), Sheikh dan Wang (2011), Santika dan Sudiyatno (2011), Salehi (2011), Mohammadzadeh et al. (2013), Alom (2013) menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Hal ini disebabkan perusahaan yang sudah memperoleh laba yang tinggi maka tidak


(2)

37

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H2: Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Struktur Modal.

2.2.3 Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal

Risiko bisnis merupakan salah satu risiko yang dihadapi perusahaan ketika menjalani kegiatan operasi, yaitu kemungkinan ketidak mampuan perusahaan untuk mendanai kegiatan operasionalnya (Gitman, 2003:215). Risiko bisnis perusahaan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan, kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya, dan minat pemodal untuk menanamkan dana pada perusahaan dan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh dana dalam menjalankan kegiatan operasionalnya (Friska, 2011).

Menurut Kaaro (2003), Prabansari dan Kusuma (2005), Tang dan Jang (2005), Ahmed et al. (2010), Indrajaya (2011), Seftianne (2011), Nuswandari (2013), dalam penelitiannya menyatakan bahwa risko bisnis memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Hal ini disebabkan perusahaan dengan risiko bisnis besar harus menggunakan hutang lebih kecil dibanding perusahaan yang mempunyai risiko bisnis rendah, karena semakin besar risiko bisnis, penggunaan hutang yang besar akan mempersulit perusahaan dalam mengembalikan hutang mereka.


(3)

38

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H3: Risiko Bisnis berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Struktur Modal.

2.2.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal

Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana besar atau kecilnya perusahaan dapat diklasifikasikan menurut berbagai cara, antara lain melalui total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain (Sirait, 2011). Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aktiva yang kecil (Ibrahim, 2008). Menurut Kartika (2009), perusahaan berukuran besar akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibandingkan dengan perusahaan berskala kecil, karena kemudahaan akses tersebut maka perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula.

Menurut Huang dan Frank (2002), Prabansari dan Hadri (2005), Prabansari dan Kusuma (2005), Hendri dan Sutapa (2006), Kartini dan Tulus (2008), Momami et al., (2010), Sheikh dan Wang (2011), Karadeniz et al. (2011), BaAbbad (2012), Owolabi and Inyang (2012), Verena dan Mulyo (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Hal ini disebabkan perusahaan besar cenderung lebih terdiversifikasi


(4)

39

kecilnya skala perusahaan dapat ditentukan oleh hasil dari penjualan serta rata-rata total aktiva.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H4: Ukuran Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur Modal.

2.2.5 Pengaruh Pajak terhadap Struktur Modal

Pajak adalah jumlah pajak yang dibebankan kepada masing-masing perusahaan berdasarkan pada tarif pajak yang ditentukan pemerintah atas penghasilannya yang terkena pajak yang diperoleh. Brigham dan Houston (2011 :180) menyatakan bahwa utang mempunyai keunggulan berupa pembayaran bunga dapat digunakan untuk mengurangi pajak sehingga biaya pajak yang harus dibayar menjadi lebih rendah. Keadaan inilah yang telah mendorong adanya penggunaan utang yang semakin besar di dalam struktur modal perusahaan.

Menurut Narayan Rao dan Jijo Lukose (2003), Tirsono (2008), Setiawati (2011), Owolabi and Inyang (2012), Rostami and Akparpour (2012), dan Dewi (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Hal ini disebabkan semakin tinggi tingkat pajak perusahaan, semakin besar keuntungan dari penggunaan pajak, dan semakin besar pula daya tarik penggunaan hutang.


(5)

40

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(6)

41

Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Likuiditas (X1)

Pajak (X5) Profitabilitas

(X2)

Ukuran Perusahaan (X4)

Risiko Bisnis (X3)

Struktur Modal (Y)

(+)

(

-

)

(

-

)

(+)


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Struktur Aset, Ukuran Perusahaan, Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI

1 40 80

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran Perusahaan dan Struktur Aset Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di BEI

1 49 102

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, RISIKO BISNIS, PERPUTARAN MODAL KERJA DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)

1 7 54

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PAJAK,UMUR PERUSAHAAN, LIKUIDITAS, DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 3 29

PENGARUH RISIKO BISNIS , PROFITABILITAS , STRUKTUR AKTIVA DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK Pengaruh Resiko Bisnis, Profitabilitas, Struktur Aktiva, dan Ukuran Perusahaan terhadap Struk

1 4 15

PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan perbankan yang Terdaftar di BEI

1 10 17

PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan perbankan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014).

0 6 16

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN RISIKO BISNIS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 3 26

Pengaruh ukuran perusahaan, likuiditas, profitabilitas, dan risiko bisnis terhadap struktur modal perusahaan farmasi.

0 0 18

PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, RASIO LIKUIDITAS, STRUKTUR MODAL DAN RISIKO BISNIS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2012-2016

0 0 15