Apa itu kebisingan

Pendahuluan
Industrialisasi akan selalu diiikuti oleh penerapan tehnologi tinggi,
penggunaan bahan serta peralatan yang lebih komplek, namun sering
kali berakibat buruk baik terhadap manusia maupun lingkungan.
Ditempat kerja terdapat beberapa bahaya yang mempengaruhi
lingkungan kerja seperti faktor fisika, kimia, biologi, ergonomi serta
psikologi.
Kebisingan merupakan sumber bahaya dari faktor fisika di tempat kerja,
yang sumber bahaya tersebut perlu dikendalikan agar tercipta
lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan produktif bagi tenaga
kerja.
Pengertian Kebisingan
Masalah kebisingan tidak hanya merupakan masalah di tempat kerja
saja, teapi juga di sekitar kita seperti suara pesawat terbang, suara
senapan, dll.
Pengertian kebisingan adalah bunyi atau suara yang timbul yang tidak
dikehendaki yang sifatnya mengganngu dan menurunkan daya dengar
seseorang (WHS, 1993).
Bagaimana telinga kita bisa mendengar ?
Telinga dibagi menjadi 3 bagian :
– Bagian Luar

– bagian Tengah
– Bagian Dalam

Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui saluran telinga
ke gendang telinga. Gendang telinga adalah selaput tipis yang dilapisi
oleh kulit, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga luar.
Getaran suara yang dihantarkan dari tulang pendengaran di telinga
tengah ke jendela oval di telinga dalam menyebabkan bergetarnya cairan
dan sel rambut. Sel rambut yang berbeda memberikan respon terhadap
frekuensi suara yang berbeda dan merubahnya menjadi gelombang saraf.
Gelombang saraf ini lalu berjalan di sepanjang serat-serat saraf
pendengaran yang akan membawanya ke otak.
Getaran dari gendang telinga diperkuat secara mekanik oleh tulangtulang tersebut dan dihantarkan ke jendela oval.
Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kirakira dari 20 Hz sampai 20.000 Hz pada amplitudo umum dengan
berbagai variasi dalam kurva responsnya.
Suara yang sangat keras menyebabkan kerusakan pada sel rambut,
karena sel rambut yang rusak tidak dapat tumbuh lagi maka bisa terjadi
kerusakan sel rambut progresif dan berkurangnya pendengaran
Jenis Kebisingan
1. Bising kontinu (terus menerus) seperti suara mesin, kipas angin, dll.

2. Bising intermitten (terputus putus) yang terjadi tidak terus menerus
seperti suara lalu lintas, suara pesawat terbang
3, Bising Impulsif yang memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40
dB dalam waktu yang cepat sehingga mengejutkan pendengarnya seperti
suara senapan, mercon, dll
4. Bising impulsif berulang yang terjadi secara berulang-ulang pada
periode yang sama seperti suara mesin tempa.

Sumber Kebisingan
Gambar di bawah adalah ilustrasi sumber kebisingan

Pengaruh Kebisingan terhadap tenaga kerja adalah sebagai berikut :
1. Gangguan fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, nadi dan dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris
2. Gangguan psikologis
Gannguan psikologis berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,
emosi dll.
3. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi dapat menyebabkan terganggunya pekerjaan,


bahkan bisa berakibat kepada kecelakaan karena tidak dapat mendengar
isyarat ataupun tanda bahaya.
4. Gangguan pada pendengaran (Ketulian)
Merupakan gangguan yang paling serius karena pengaruhnya dapat
menyebabkan berkurangnya fungsi pendengaran. Gannguan
pendengaran ini bersifat progresif tapi apabila tidak dilakendalikan dapat
menyebabkan ketulian permanen.
Batasan tingkat kebisingan yang dapat menyebabkan gangguan
pendengaran
Batasan tingkat kebisingan dibagi menjadi 2, yaitu untuk lingkungan
dengan waktu pajanan 24 jam yang kita kenal dengan Baku Mutu
Lingkungan dan untuk tempat kerja dengan waktu pajanan 8 jam kerja
atau Nilai Ambang Batas (NAB).
Tabel dibawah ini adalah baku mutu lingkungan sesuai Kepmen LH No.
48 tahun 1996

Tabel dibawaha adalah NAB Kebisingan sesuai Permenaker No.
13/Men/X/2011


Gangguan Pendengaran Akibat Bising/GPAB (Noise Induced hearing
Loss/NIHL)
Gangguan pendengaran akibat bising (GPAB) adalah penurunan
pendengaran sensorineural yang pada awalnya tidak disadari, karena
belum mengganggu percakapan sehari-hari. Penurunan pendengaran
sensorineural tipe koklea pada kedua telinga. Faktor lama pajanan,
intensitas kebisingan, umur serta faktor lain akan berpengaruh terhadap
penurunan pendengaran tersebut. Faktor yang mempercepat
GPAB/NIHL adalah pajanan intensitas kebisingan melebihi NAB (>85
dbA selama 8 jam).
Ilustrasi dibawah ini adalah beberapa penelitian tentang GPAB
(sumber:Ketulian.com)

Di Indonesia penelitian tentang gangguan pendengaran akibat bising
telah banyak dilakukan sejak lama. Survai yang dilakukan oleh
Hendarmin dalam tahun yang sama pada Manufacturing Plant Pertamina
dan dua pabrik es di Jakarta mendapatkan hasil terdapat gangguan
pendengaran pada 50% jumlah karyawan disertai peningkatan ambang
dengar sementara sebesar 5-10 dB pada karyawan yang telah bekerja
terus-menerus selama 5-10 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh

Hendarmin dan Hadjar tahun 1971, mendapatkan hasil bising jalan raya
(Jl.MH.Thamrin, Jakarta) sebesar 95 dB lebih pada jam sibuk.
Sundari pada penelitiannya di pabrik peleburan besi baja di Jakarta,
mendapatkan 31,55 % pekerja menderita tuli akibat bising, dengan
intensitas bising antara 85 – 105 dB, dengan masa kerja rata-rata 8,99
tahun.
Lusianawaty mendapatkan 7 dari 22 pekerja ( 31,8%) di perusahaan
kayu lapis Jawa Barat mengalami tuli akibat bising, dengan intensitas
bising lingkungan antara 84,9 – 108,2 dB.
Purnama pada penelitian dampak pajanan bising bajaj pada
pengemudinya mendapatkan 26 dari 32 pengemudi mengalami tuli
akibat bising, 14 pengemudi mengalami tuli akibat bising tahap awal dan
12 pengemudi mengalami tuli akibat bising tahap lanjut. Rerata
intensitas bising bajaj pada kelompok kasus tersebut adalah 101,42 dB
dengan lama pajanan kerja 12,37 tahun dan 98,5 dB pada kelompok
kontrol dengan lama pajanan kerja 8 tahun.
Bashiruddin pada penelitian pengaruh bising dan getaran pada fungsi
keseimbangan dan pendengaran mendapatkan rerata intensitas bising
bajaj pada beberapa frekuensi adalah 90 dB dengan intensitas
maksimum 98 dB dan serata akselerasi getar adalah 4,2 m/dt. Hal ini

melebihi nilai ambang batas bising dan getaran yang diperkanankan.
Kombinasi antara bising alat transportasi dengan sistem suspensi dan gas
buang yang buruk seperti bajaj dan bising jalan raya menyebabkan risiko
gangguan pendengaran pengemudi kendaraan tersebut menjadi lebih
tinggi

GPAB tidak dapat disembuhkan namun bisa dicegah, oleh karena itu
tempat kerja yang melebihi NAB harus menerapkan Program
Konservasi Pendengaran / Hearing Conservation Program (HCP).
Program Konservasi Pendengaran meliputi :
1. Pemantauan Kebisingan
2. Audiometri Test
3. Pengendalian Kebisingan
4. Alat Pelindung Diri
5. Training Motivasi
6. Pemeliharaan Catatan / record
Pemantauan Kebisingan :
Alat ukur untuk pengukuran kebisingan di tempat kerja adalah Sound
Level Meter (SLM) dan untuk personal monitoring digunakan Noise
Dosimeter.


Sound Level Meter
Gambar di atas adalah Sound Level Meter (SLM)

Gambar diatas adalah Noise Dosimeter yang digunakan untuk personal
monitoring kebisingan.
Sebelum melakukan pengukuran yang pertama harus dilakukan adalah
identifikasi bahaya apakah di area kerja terdapat sumber bahaya dari
mesin atau aktifitas pekerjaan yang dapat menimbulkan kebisingan, bisa
juga dengan melakukan Work Through Survey yaitu survey ke tempat
kerja dan melakukan identifikasi bahaya.
Langkah selanjutnya melakukan pengukuran kebisingan dengan SLM,
perlu diketahui bahwa noise adalah menggunakan fungsi logaritma,
karena rentang pendengaran manusia sangat lebar dengan satuan desible
(db).
Lakukan pengukuran secara periodik baik tempat kerja maupun personal
monitoring, bandingkan data pengukuran dengan Nilai Ambang Batas.

Test Audiometri / Pendengaran
Apabila hasil pengukuran di tempat kerja menunjukkan intensitas

kebisingan melebihi NAB maka lakukan audiometri test kepada
karyawan minimal 1 tahun sekali.
Audiometri test juga harus dilakukan pada karyawan baru / rotasi /
mutasi sebelum di tugaskan ke area dengan intensitas kebisingan yang
tinggi.
Target dari audiometri test adalah pemeriksaan gangguan pendengaran
persepsi,konduksi atau campuran.
Pengendalian Kebisingan
Langkah efektif untuk pencegahan gangguan pendengaran adalh dengan
melakukan pengendalian pada sumber bahaya dengan melakukan
eliminasi, subtitusi, engineering, administrasi.
Pada tahap perencanaan / engineering pastikan memilih peralatan
dengan efek kebisingan paling rendah, mesin dengan intensitas
kebisingan tinggi jauhkan dari area yang terdapat banyak pekerja disana.
Jika mesin tersebut masih bising lakukan pemasangan barier, pasang
peredam jika perlu total enclosure / partial enclosure.
Untuk Tahap Administrasi bisa melakukan hal-hal sebagai berikut :
– Berlakukan area tersebut sebagai area terbatas, hanya boleh dimasuki
personil yang terlatih, menggunakan Alat Pelindung Pendengaran
– Pengaturan jadwal kerja sesuai NAB, misal 85 dBA bekerja selama 8

jam, 88 dBA bekerja selama 4 jam, dst.
Alat Pelindung Diri / Alat Pelindung pendengaran
Pemakaian Alat pelindung pendengaran adalah upaya terakhir dalam
upaya pencegahan gangguan pendengaran, ada 2 jenis :
1. Ear plug / sumbat telinga

2. Ear muff / tutup telinga

Setiap Alat Pelindung Pendengaran memiliki nilai NRR (Noise
Reduction Rate), secara prinsip Kebisingan yang akan diterima telinga
kita adalah :
Kebisingan (dBA) = Kebisingan area kerja (dBA) – NRR (dBC)
Namun pengurangan dengan rumus diatas tidak tepat, gunakan safety
faktor 50%, dengan mempertimbangkan kualitas serta cara
penggunaannya yang tidak tepat, sehingga rumus diatas menjadi
Kebisingan (dBA) = Kebisingan area kerja (dBA) – [(NRR-7)*50%]
Apabila dengan rumus tersebut Kebisingan masih >85 dBA, maka
gunakan pelindung ganda yaitu ear plug dan ear muff, untuk perhitungan
– pilih NRR terbesar dari Ear plug atau ear muff, kemudian hitung
dengan rumus :


Kebisingan (dBA) = Kebisingan area kerja (dBA) – [(NRR-7)*50%] – 5

Hal yang penting dalam Alat Pelindung Pendengaran ini adalah berikan
pelatihan penggunaannya yang tepat, gambar dibawah adalah contoh
penggunaan Alat Pelindung Pendengaran

Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan Alat Pelindung
Pendengaran adalah :
1. Dapat melindungi pekerja dari kebisingan

2. Nyaman diapakai dan efisien
3. Cocok dengan Alat Pelindung diri yang lainnya misal helm dan
kacamata
3. Masih bisa berkomunikasi ketika digunakan, karena jika berlebihan
dapat menimbulkan bahaya lainnya misal tidak dapat mendengar isyarat
atau sirene tanda bahaya.
Training Motivasi
Berikan penjelasan ke karyawan tentang akibat kebisingan serta
bagaimana cara mencegahnya, buktikan bahwa tidak ada orang yang

kebal terhadap kebisingan dengan memberikan data catatan rekam medis
audiometri serta data pengukuran area kerja.
Pelatihan dengan metoda visualisasi adalah cara yang efektif untuk
menjelaskan ke karyawan.
Pemeliharaan Catatan
Pelihara data pengukuran area kerja, audiometri test karyawan dan
evaluasi secara berkala. Lakukan upaya teknis untuk area kerja yang
memiliki tingkat kebisingan melebihi NAB.