PENGARUH TEKANAN KETAATAN DAN SELF ESTEEM TERHADAP BUDGETARY SLACK

(1)

PENGARUH TEKANAN KETAATAN DAN SELF ESTEEM TERHADAP BUDGETARY SLACK

Oleh: Rahmad Ones

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membuktikan pengaruh tekanan ketaatan dan self esteem terhadap budgetary slack. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Sugiri et al (2010) yang meneliti pengaruh tekanan ketaatan dan tanggung jawab persepsian pada penciptaan budgetary slack. hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Kelompok responden yang memiliki kondisi self esteem yang tinggi jika diberikan tekanan ketaatan tinggi maka akan menghasilkan rekomendasi anggaran biaya yang tinggi.

Penelitian ini menggunakan objek mahasiswa Program Profesi Akuntansi (16 orang) dan Pascasarjana Ilmu Akuntansi (46 orang). Sampel penelitian dipilih dengan metode purposive sampling. Penelitian ini dalam bentuk eksperimen design 2 x 2 between subject. Sebelum melaksanakan eksperimen, penelitian ini diawali dengan melakukan pilot test untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan. Hipotesis yang disusun diuji dengan menggunakan one sample statistics dan analysis of variance (ANOVA).

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh tekanan ketaatan dan self esteem yang tinggi terhadap budgetary slack. Semakin tinggi kondisi self esteem dan tekanan ketaatan yang diberikan, maka tingkat rekomendasi anggaran biaya akan tinggi atau terjadi slack dalam anggaran biaya.


(2)

PENGARUH TEKANAN KETAATAN DAN SELF ESTEEM PADA BUDGETARY SLACK

By: Rahmad Ones

ABSTRACK

This research aims to analyze and prove the influence of obedience pressure and self esteem towards budgetary slack. this research is an extension from Sugiri et al research (2010) which examined the obedience pressure and perceived responsibility on creation of budgetary slack. the hypotesis are: the group of respondents who have a high self esteem condition and while given a high obedience pressure it will shows in a high expense budget recomendations.

This study uses student object Accounting Profession Program (16 persons) and Magister of Science Accounting. The sample in this study chosen by purposive sampling method. This research design experiment in the form of 2 x 2 between subject. Before conducting actual experiment, this study conducted a pilot test to tested the validity and reliability on the instrument used. The hypotesis tested compiled using One Sample Statistics and Analysis of Variance (Anova).

The result showed the influence of high obedience pressure and self esteem towards budgetary slack. the higher the condition of self esteem and obedience pressure that given, so the expense budget recomendations rate will be high, or occure a slack in expense budgetary.


(3)

PENGARUH TEKANAN KETAATAN DAN SELF ESTEEM PADA BUDGETARY SLACK

Oleh Rahmad Ones

Skripsi

Sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi

Pada Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(4)

PENGARUH TEKANAN KETAATAN DAN SELF ESTEEM PADA BUDGETARY SLACK

(Skripsi)

Oleh : Rahmad Ones

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Model Penelitian ... 24

Gambar 2 Design 2 x 2 Between Subject ... 26

Gambar 3 Tahap Pelaksanaan Eksperimen ... 29


(6)

DAFTAR ISI

SANWACANA ... i

DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6

1.4 Batasan Masalah... 7

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN ... 8

2.1 Landasan Teori ... 8

2.1.1 Grand Theory ... 8

2.1.1.1 Obedience Theory ... 8

2.1.1.2 Self Esteem ... 9

2.1.2 Supporting Theory ... 11

2.1.2.1 Agency Theory ... 11

2.1.2.2 Teori Atribusi ... 13

2.1.2.3 Profesionalisme Akuntan Manajemen ... 14


(7)

2.1.2.5 Budgetary Slack ... 17

2.2 Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis ... 20

2.2.1 Pengaruh Tekanan Ketaatan Terhadap Penciptaan Budgetary Slack ... 20

2.2.2 Pengaruh Self Esteem Terhadap Penciptaan Budgetary Slack ... 22

2.3 Model Penelitian ... 24

BAB 3 METODA PENELITIAN ... 25

3.1 Desain Penelitian ... 25

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 26

3.4 Prosedural Eksperimen ... 27

3.5 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 29

3.5.1 Variabel Dependen ... 29

3.5.2 Variabel Independen ... 30

3.6 Teknik Analisis Data ... 31

3.6.1 Uji Kualitas Data ... 31

3.6.1.1 Uji Validitas ... 32

3.6.1.2 Uji Reliabilitas ... 33

3.6.2 Statistik Deskriptif ... 33

3.6.3 Pengujian Hipotesis ... 34

3.6.3.1 Model Analisis Varian (Anova)... 34


(8)

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1 Deskripsi Data ... 36

4.2 Profil Responden ... 37

4.3 Analisis Pengujian Kualitas Data ... 40

4.3.1 Hasil Pengujian Validitas ... 40

4.3.2 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 42

4.4 Statistik Deskriptif ... 43

4.5 Uji One Sample Statistics (t test) ... 44

4.6 Analisis Varians (Analysis of Variance/ Anova) Dan Pengujian Hipotesis ... 49

4.6.1 Hasil Analisis Varians ... 49

4.6.2 Pengujian Hipotesis ... 55

4.7 Interpretasi Hasil ... 55

4.7.1 Pengaruh Self Esteem dan Tekanan Ketaatan Terhadap Budgetary Slack ... 56

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Kesimpulan dan Implikasi ... 58

5.1.1 Kesimpulan ... 58

5.1.2 Implikasi ... 59

5.2 Keterbatasan ... 59

5.3 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner, Coding, dan Statistik Deskriptif Lampiran 2 Demografi

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas (Analisis Faktor) Lampiran 4 Hasil Uji Anova (Analysis of Variance)


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Hasil Analisis Pengembalian Kuesioner Eksperimen ... 36

Tabel 4.2 Klasifikasi Kuisioner Berdasarkan Kelompok ... 37

Tabel 4.3 Profil Responden ... 38

Tabel 4.4 Usia Responden ... 39

Tabel 4.5 KMO and Bartlett’s Test ... 41

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas ... 41

Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas ... 42

Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 43

Tabel 4.9 Hasil One Sample t-test Kelompok 1 ... 45

Tabel 4.10 Hasil One Sample t-test Kelompok Treatment... 46

Tabel 4.11 Hasil One Sample t-test Kelompok 4 ... 47

Tabel 4.12 Konstruk Kelompok Variabel Penelitian ... 49

Tabel 4.13 Hasil Uji Levene’s Test ... 50

Tabel 4.14 Deskriptif Statistics ... 50

Tabel 4.15 Test Between of Subject Effect ... 51


(11)

(12)

(13)

MOTTO

“Maka nikmat tuhanmu yang manakah lagi yang akan kau

ingkari?” (Q.S Ar

-Rahman: 13)

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu

urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain, dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu

berharap

(Q.S Alam Nasyrah: 5-8)

Orang-orang yang beriman dan berilmu, Tuhan

meninggikan posisinya beberapa derajat

(Q.S Al Mujadillah, 59: 11)

Tiada yang instan untuk sukses, semua harus melewati

proses

” (

Rahmad Ones)

“Tiada yang tak mungkin bagi tuhan. Ia bisa membuktikan

apa yang menurutmu tak memungkinkan, ia bisa

menunjukanmu berbagai keajaiban, dan ia bisa memberikan

apa2 yang pernah kau harapkan..” (Rahmad Ones)

“TALK LESS, DO MORE!!!!!!” (Mild)


(14)

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Rahmad Ones, menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh Tekanan Ketaatan dan Self Esteem Pada Budgetary Slack” adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya.

Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di atas, baik disengaja atau tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Bandar Lampung, 20 Juni 2013


(15)

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini telah ditulis dengan sungguh-sungguh dan tidak merupakan penjiplakan hasil karya orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman dan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Bandar Lampung, 20 Juni 2013


(16)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan kepada :

Bapak, Emak dan Keluarga Besarku Tercinta

Yang selama ini selalu memberikan kasih sayang,

cinta, motivasi, nasihat, ketulusan, doa, dan

pembelajaran akan ilmu kehidupan yang selalu

diberikan dan tidak pernah putus hingga aku dapat

menyelesaikan kuliah dan meraih gelar sarjanaku.

“My Special One”

Yang selalu ada menemani dalam suka dan duka, dan

telah menjadi motivator yang selalu ada.

Sahabat dan Rekan-rekan Mahasiswa

Yang selalu menjadi inspirasi, motivator, dan teman

perjuangan selama mencari ilmu di kampus.

Serta


(17)

RIWAYAT HIDUP

Rahmad Ones, lahir di kota Bandar Lampung pada tanggal 01 juni 1991. Anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Syair Payo Boda dan Ibu Neneng Fauziah.

Pendidikan formal dimulai sejak di bangku Taman Kanak-kanak (TK) di Taman Siswa Bandar Lampung dan lulus pada tahun 1997. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di sekolah yang sama dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan MTS di Pondok Pesantren Modern Husnul Khotimah di kotan Kuningan Jawa Barat. penulis lulus MTS pada tahun 2006 dan kemudian melanjutkan pendidikan MA/ sederajat SMA di sekolah yang sama. Banyak pengalaman berorganisasi yang didapat penulis di Pondok Pesantren tersebut, seperti Organisasi Santri Husnul Khotimah (OSHK) dan wakil presiden Ikatan Santri Asal Lampung. Namun pada tahun 2008 atau kelas 2 Aliyah penulis pindah ke MAN 2 Bandar Lampung dan menyelesaikan studinya hingga lulus pada tahun 2009.


(18)

Penulis masuk dan terdaftar menjadi mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB) pada tahun 2009.

Selama menjadi mahasiswa, penulis melewati semua hal dengan suka, duka, berbagi, kekompakan, dan yang terpenting semua dilewati dengan mengikuti alir proses. Di sisi lain, penulis tertarik untuk mengembangkan pengalaman dalam berorganisasi, sehingga penulis memutuskan untuk bergabung menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Akuntansi (Himakta) dan UKMF Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) FEB Unila. Pada tahun 2011 – 2012 mendapat amanah dari Himpunan Mahasiswa Akuntansi (HIMAKTA) untuk menjadi Kepala Bidang 1 (Bidang Pendidikan dan Pengkaderan). Pada semester 6 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Pulau Pasaran Kelurahan Kota Karang, Bandar Lampung.

Sejak akhir tahun 2012 penulis memulai rencana untuk menyelesaikan studi dari Jurusan Akuntansi FEB Unila dengan melakukan penelitian skripsi yang berjudul “Pengaruh Tekanan Ketaatan dan Self Esteem pada Budgetary Slack” sebagai syarat untuk menyelesaikan studi S-1 Akuntansi dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (S.E). pada akhirnya dengan penuh semangat, usaha, dan berbagai motivasi, penelitian tersebut berhasil diselesaikan dengan hasil yang baik. Saat ini, penulis mendapatkan gelar S.E program studi Akuntansi dari FEB Universitas Lampung dengan predikat cumlaude, dan sedang serta terus berjuang untuk menggapai semua cita-cita untuk menjadi seseorang yang memiliki nilai manfaat dan dibanggakan oleh keluarga.


(19)

(20)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrahim..

Segala puji dan syukur atas karunia dan ridho Allah SWT dan dengan segala kemurahan-Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Tekanan Ketaatan dan Self Esteem pada Budgetary Slack”.

Skripsi ini disusun dengan semangat dan motivasi untuk memberikan sumbangsih terhadap pengembangan penelitian, khususnya bidang akuntansi manajemen. Meskipun demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap agar karya ini tetap memberikan sedikit kontribusi untuk penelitian selanjutnya.Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, masukan, dan kontribusi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapanterima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sugeng P. Harianto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si, Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Lampung. Terimakasih atas pelayanan dan segala ilmunya yang telah diberikan selama penulis mengikuti studi di Jurusan Akuntansi.


(21)

4. Bapak Sudarajat, S.E., M.Acc., Akt., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi sekaligus selaku Dosen Pembahas. Terimakasih atas pelayanan administrasi yang diberikan, serta berbagai pengalaman yang diberikan kepada penulis terkait praktek keilmuan dan aplikasi dalam dunia Audit dan Akuntansi pada umunya.

5. Bapak Drs. Ahmad Zubaidi Indra, M.M., C.P.A., selaku Dosen Pembimbing Utama. Terimakasih atas waktu, saran, bimbingan, dan dukungan yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi ini, serta pengalaman keilmuan yang telah diberikan selama ini sangat berguna bagi penulis.

6. Ibu Yenni Agustina, S.E., M.Sc., Akt., selaku Dosen Pembimbing Kedua. Terimakasih atas waktu, saran, bimbingan, dukungan, kecermatan, serta kesabarannya yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi ini, terutama dalam memperkenalkan dan membimbing penulis kepada dunia penelitian eksperimental.

7. Ibu Dr. Lindrianasari, S.E., M.Si., Akt., selaku dosen penguji/ pembahas. Terimakasih atas segala saran, masukan, waktu, dan bimbingannya yang sangat memberikan pencerahan dalam penelitian penulis.

8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis selama menempuh studi. Serta terimakasih kepada semua staff dan karyawan FEB atas segala bantuannya.


(22)

9. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Syair Payo Boda dan Ibu Neneng Fauziah, terima kasih banyak atas semangat, nasihat, kasih sayang, doa, ilmu kehidupan, serta segala dukungannya selama ananda menuntut ilmu dan tumbuh dewasa.

10.Adikku tercinta: Yolanda Sari dan Mutiara Al-Fatihah, dan Uni sayang: Uni Linda. terima kasih atas semangat, dukungan, motivasi, do’a, dan bantuan yang tak henti.

11.To my Special one: Rizki Utami Nugraha, terimakasih atas segala do’a, motivasi, saran, kritik, kebersamaan, dan segala bantuan yang telah diberikan tulus kepada penulis.

12.Keluargaku tercinta, Datuk dan Nenek, Datuk acik dan Amai, Mak Uwo, nte Pit, nte Tusi, nte Dewi, nte Siska, nte Tin, bang deni, serta semua keluarga besar dan sanak saudara yang tak bisa dituliskan satu persatu. Terimakasih atas semua bimbingan, bantuan, dukungan, saran, serta do’a yang diberikan.

13.Keluarga besar RM. Tuah Sakato, tempat penulis tumbuh dan kembang, terimakasih atas segala doa dan motivasi.

14.Sahabat-sahabat terbaik, danepo, Ari dan Ray. Terimakasih atas kebersamaan, pencerahan, sharing ilmu pengetahuan, waktu yang indah, serta dukungan yang tiada henti.

15.Teman-teman terbaik: Reza, Dedy, Harun, Zaki, Aan, Bety, Seli, Yeni, saiful, David, Nana, Ivana, Winda, rama, ridwan, siska, tirta, monica, dara,


(23)

tia, wulan, shifa, marta, dan benawa. Terimakasih atas dukungan, bantuan, dan kebersamaannya selama ini.

16.Seluruh teman-teman Akuntansi 2009 yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terimakasih atas kerjasamanya selama ini.

17.Adik-adik tingkatku, Anas, Ira, Nurul, Ayu, Devy, Dila, Eka, Dianti, Irvia, Arlenti, dll. Terimakasih atas dukungannya selama ini.

18.Para responden di Pascasarjana Ilmu Akuntansi dan Program Profesi Akuntansi FEB Unila. Terimakasih atas partisipasi dan dukungannya. 19.Serta kepada semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu

persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga Tuhan melimpahkan berkah dan rahmat-Nya bagi Bapak, Ibu, dan saudara-saudari sekalian.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan nilai manfaat kepada para pembaca dan akan memberikan suatu sumbangsih bagi Universitas Lampung.

Bandar Lampung, 20 Juni 2013


(24)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penganggaran merupakan suatu unsur atau bagian penting dalam sebuah

perencanaan yang dibuat suatu entitas melalui tahap formulasi strategis terhadap alokasi sumber daya sebagai upaya pencapaian tujuan yang tergambar dalam visi dan misi perusahaan. Anggaran dapat digunakan sebagai alat perencanaan biaya dan pendapatan, komunikasi, motivasi, serta sebagai alat pengendali bagi atasan (superior) kepada bawahannya (subordinates).

Mardiasmo (2005) mengemukakan bahwa tahapan penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menanggalkan perencanaan yang sudah disusun, karena sejatinya anggaran merupakan managerial plan for action dalam memfasilitasi tercapainya tujuan organisasi.

Perilaku menjadi bagian yang sangat penting dalam terbentuknya sebuah anggaran yang dapat dikatakan efektif dan efisien. Ini dikarenakan aksi seorang bawahan dalam proses penganggaran dapat dipengaruhi oleh bagaimana karakter individu seperti halnya self esteem, reputasi, dan ketaatan terhadap etika yang dimilikinya. Menurut Anthony dan Govindaradjan (2007), dalam hubungannya


(25)

2

penganggaran dengan perilaku manusia dalam sebuah perusahaan, mekanisme anggaran dapat mempengaruhi perilaku bawahan untuk merespon sebuah anggaran secara positif ataupun negatif tergantung dengan cara penggunaan anggaran. Bawahan dan atasan akan berperilaku positif apabila tujuan pribadi mereka sesuai dengan tujuan perusahaan dan mereka memiliki dorongan untuk mencapainya, hal ini dapat disebut dengan keselarasan tujuan.

Peran dari perilaku manusia dalam sebuah perusahaan diharapkan mampu memberikan manfaat berupa keuntungan pada perusahaan. Seperti hal agar tercapainya tujuan dari penganggaran yaitu untuk memotivasi manajer (atasan) untuk lebih merencanakan masa depan, memberikan informasi sumber daya dalam upaya meningkatkan kualitas dari pengambilan keputusan, menjadi standar bagi evaluasi kinerja dan meningkatkan komunikasi dan koordinasi dari semua oranisasi. Pada akhir periode anggaran, evaluasi terhadap aktualisasi anggaran digunakan sebagai salah satu tolak ukur penilaian kinerja manajemen khususnya melalui kinerja keuangan maupun non keuangan. Sehingga pada akhirnya akan diambil tindakan yang berupa reward atau dapat juga berupa punishment bagi pihak manajemen yang terkait.

Dunk (1993) menemukan bahwa anggaran secara partisipasif dapat digunakan sebagai komunikasi yang positif dalam mekanisme rencana kerja antara atasan dan bawahan. Namun dengan adanya anggaran partisipasif tersebut juga dapat memberikan berbagai celah kelemahan yang dapat membuat sebuah rencana anggaran menjadi tidak memiliki tingkat akuntabilitas yang baik. Yang menjadi permasalahan di sini adalah suatu kondisi yang di dalamnya terdapat sebuah kesempatan untuk melakukan tindakan yang mempengaruhi isi dari anggaran


(26)

3

yang ditetapkan oleh manajemen digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan keuntungan pribadi dalam rangka memperoleh kompensasi atas kinerja divisinya, seperti yang telah diteliti oleh Schiff dan Lewin yang ditulis dalam Dunk (1993). Dengan adanya motivasi akan kompensasi tersebut, menurut Anthony dan Govindaradjan (2007) yang memperkuat teori dari Hansen dan Mowen (1997) bahwa bawahan selaku partisipan dalam pembuatan anggaran akan cenderung untuk menganggarkan pendapatan lebih rendah dan pengeluaran dibuat lebih tinggi dengan tujuan agar mudah dicapai. Kondisi tersebut disebut dengan budgetary slack atau perbedaan antara jumlah anggaran yang diajukan oleh bawahan dengan jumlah estimasi terbaik yang diajukan dan dilakukan pada saat partisipasi dalam penyusunan anggaran (Anthony dan Govindaradjan, 2007). Hal ini sesuai dengan agency theory yang mengasumsikan bahwa setiap individu bertindak untuk kepentingan mereka sendiri yang dapat mempengaruhi independensi sebuah anggaran.

Penelitian mengenai budgetary slack ini menginterpretasikan adanya indikasi bahwa bawahan yang menginginkan terciptanya slack. Hal ini diperkuat oleh penelitian Young (1985) dan Merchant (1985) dalam Nugrahani dan Sugiri (2004) yang telah menguji secara empiris bahwa budgetary slack terjadi karena bawahan memberi informasi yang bias terhadap atasan dengan cara melaporkan

pengeluaran yang lebih besar atau melaporkan penerimaan yang lebih rendah. Budgetary slack tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi seperti yang dimaksud dalam teori agensi, namun ada juga faktor non-ekonomi yang berupa aspek pengaruh sosial dan aspek perilaku manusia atau faktor personal dalam menciptakan budgetary slack. Alasan yang digunakannya pengujian terhadap


(27)

4

faktor non-ekonomi dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh yang signifikan yang diciptakan oleh pengaruh sosial dan perilaku manusia dalam kegiatannya yang disebabkan adanya motivasi secara kompleks yang khusus membentuk perilaku dan pengambilan keputusan. Menurut Hansen dan Mowen (1997) intensif moneter saja tidak cukup untuk mencapai tingkat motivasi tertentu dari bawahan. Penelitian ini adalah replikasi dan pengembangan dari penelitian Davis et al. (2006) serta Grediani dan Sugiri (2010) yang menyimpulkan bahwa meski dengan persepsi tidak etis hampir setengah dari partisipan melanggar kebijakan dan menciptakan slack ketika dihadapi dengan tekanan ketaatan yang berasal langsung dari atasan. Hasil penelitian tersebut cenderung tidak konsisten dengan hasil penelitian terkait lainnya. Hal ini disebabkan adanya banyak kemungkinan Variabel-variabel yang masih memungkinkan dapat dipengaruhi oleh tekanan ketaatan dalam terciptanya budgetary slack. variabel-variabel tersebut menurut Ghozali (2005) disebut dengan istilah variabel kontijensi. Oleh sebab itu peneliti tertarik memasukan variabel lain yaitu self esteem, dengan alasan bahwa aspek kebutuhan psikologis seseorang (seperti penghargaan, keadilan, dan kepercayaan) sangat penting dalam lingkungan kerjanya. Seperti halnya penelitian Engko (2006) yang menyimpulkan bahwa self esteem berpengaruh secara positif terhadap kinerja individual. sehingga peneliti tertarik untuk menguji self esteem terkait dalam pengaruhnya terhadap penciptaan budgetary slack. Oleh karena beberapa hal tersebut, maka penelitian ini diharapkan memperoleh hasil kesimpulan yang baru dan berguna sebagai nilai tambah dalam perkembangan ilmu akuntansi manajemen.


(28)

5

Berdasarkan berbagai latar belakang dan alasan di atas, maka penulis tertarik untuk menguji lebih jauh dan mendalam pengaruh tekanan ketaatan dan self esteem terhadap penciptaan budgetary slack.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka perumusan masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah “Apakah kondisi self esteem dan perlakuan tekanan ketaatan dapat mempengaruhi tingkat rekomendasi anggaran biaya?”.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan pokok yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini diharapkan mampu :

1. Menguji dan menyelidiki pengaruh kondisi self esteem dan perlakuan tekanan ketaatan terhadap tingkat rekomendasi anggaran biaya. 2. Menguji bagaimana pengaruh tekanan ketaatan terhadap penciptaan

budgetary slack.

3. Menguji bagaimana pengaruh self esteem terhadap penciptaan budgetary slack.


(29)

6

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Dapat memberikan kontribusi dalam menambah literatur mengenai pengaruh antara tekanan ketaatan dan self esteem terhadap penciptaan budgetary slack.

2. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perusahaan pada khususnya untuk lebih memperhatikan aspek perilaku yang dapat mempengaruhi rancangan atau rencana penganggaran perusahaan. Seperti halnya pengaruh dari tekanan ketaatan, independensi, dan motivasi kebutuhan individu.

3. Bagi peneliti selanjutnya: dapat dijadikan acuan dan masukan bagi rekan-rekan yang ingin memperdalam penelitian seputar penganggaran,

khususnya mengenai budgetary slack. Dapat menambah wacana tentang penerapan sistem penggaran yang baik dan bebas dari kebiasan dan kepentingan individu yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan, yang selanjutnya dapat dijadikan informasi tambahan atas penelitian sejenis di masa mendatang.


(30)

7

1.4 Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki batasan masalah, agar masalah yang diteliti dapat fokus dan tidak meluas. Maka batasan masalah tersebut sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya terbatas pada variabel tekanan ketaatan dan self esteem dengan hanya menggunakan dua kondisi treatment, yaitu kondisi perlakuan tinggi dan rendah.


(31)

8

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Grand Theory

2.1.1.1 Obedience Theory (Teori Ketaatan)

Menurut Hartanto dan Indra (2001), teori ketaatan menyatakan bahwa individu yang memiliki kekuasaan merupakan suatu sumber yang dapat mempengaruhi perilaku orang dengan perintah yang diberikannya. Hal ini disebabkan oleh

keberadaan kekuasaan atau otoritas yang merupakan bentuk legitimate power atau kemampuan atasan untuk mempengaruhi bawahan karena adanya posisi khusus dalam struktur hierarki organisasi. Dalam kaitannya teori ketaatan dengan

budgetary slack adalah adanya otoritas yang dimiliki oleh atasan untuk melakukan penekanan dan mengatur bawahannya untuk berlaku atau membuat rancangan anggaran yang sesuai keinginan pribadi dengan maksud dan tujuan tertentu. Hal ini membuat independensi dalam tujuan sebuah anggaran perusahaan menjadi berkurang. Gaya otoriter yang berasal dari atasan juga membuat bawahan merasa jauh lebih diarahkan perilakunya kepada perilaku yang menyimpang dari konteks etika, khususnya etika profesi. Hal ini tergambar dalam paradigma mendasar mengenai ketaatan pada kekuasaan yang dikembangkan oleh Milgram (1974)


(32)

9

yang dikatakan dalam pandangan paradigma teorinya bahwa bawahan yang mengalami tekanan ketaatan dari atasan akan mengalami perubahan psikologis dari seseorang yang berperilaku otonomis menjadi perilaku agen dan membentuk sebuah dinamika keperilakuan yang dalam hal ini seorang bawahan merasa menjadi agen dari sumber kekuasaan, dan dirinya terlepas dari tanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Hal ini terkait dengan personality seorang atasan yang memiliki otoritas terhadap arahan perusahaan. Sehingga mayoritas dari bawahan merasakan tekanan yang dilakukan oleh atasannya dapat dikategorikan sebagai suatu keharusan.

2.1.1.2 Self Esteem

Self esteem diartikan dalam istilah percaya diri, meskipun tidak sepenuhnya menggambarkan makna yang sesungguhnya. Self esteem juga diartikan sebagai suatu keyakinan nilai diri sendiri berdasarkan evaluasi diri secara keseluruhan. Perasaan-perasaan self esteem, pada kenyataan terbentuk oleh keadaan kita dan bagaimana orang lain memperlakukan kita. Lutan (2003a: 3) memaparkan bahwa “self esteem adalah penerimaan diri sendiri, oleh diri sendiri berkaitan bahwa kita pantas, berharga, mampu, dan berguna tak peduli dengan apapun yang sudah, sedang, dan bakal terjadi. Tumbuhnya perasaan saya bisa dan saya berharga merupakan inti dari pengertian self esteem”. Self esteem merupakan kumpulan dari kepercayaan atau perasaan tentang diri kita atau persepsi kita terhadap diri sendiri tentang motivasi, sikap, perilaku, dan penyesuaian emosi yang

mempengaruhi kita. Menurut Branden (1994) self esteem sebagai suatu dimensi evaluatif manusia memiliki dua indikator yaitu :


(33)

10

1. Self-Confidence

Didefinisikan sebagai “sense of basic confidence in the face of life’s

challenges” yang dapat diartikan sebagai keyakinan terhadap kompetensi yang

ada dalam diri untuk menghadapi berbagai tantangan hidup. Konfidensi ini berkaitan dengan perasaan mampu terhadap keberfungsian fikiran dalam membuat keputusan.

2. Self-Respect

Self respect atau penghargaan terhadap diri sendiri dapat didefinisikan sebagai “sense of being worthy of happiness”, yaitu keyakinan terhadap nilai yang dimiliki, yang merupakan suatu sikap positif terhadap hak untuk hidup dan bahagia; merasa nyaman untuk berjuang demi pemikiran, keinginan, dan kebutuhan diri; merasa bahwa memiliki hak untuk merasakan kesenangan dan kepuasan. Hal ini bisa tercipta dari adanya pengaruh dari perlakuan lingkungan terhadap diri sendiri, sehingga akan membentuk karakter dan menentukan justifikasi yang akan diambil oleh seseorang. Lingkungan yang biasa

membentuk self respect adalah dimulai dari lingkungan terdekat seperti halnya keluarga, lingkungan pendidikan, dan lingkungan kerja.

Dalam kaitannya dengan organisasi, para peneliti mendefinisikan organization based self esteem (OBSE) atau self esteem dalam organisasi sebagai nilai yang dimiliki oleh individu atas dirinya sendiri sebagai anggota organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi. Orang yang memiliki skor OBSE tinggi cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai orang penting, berharga, berpengaruh, dan berarti dalam konteks organisasi yang memperkerjakan mereka (Kreitner & Kinicki, 2003) dalam Engko (2006). hal ini tergambar dari


(34)

11

terbentuknya indikator self confidence yang seiring terbentuk oleh indikator lainnya yaitu self respect. Dengan demikian jika seseorang merasa dirinya begitu penting, berharga, dan berpengaruh maka akan timbul kepuasan atas pekerjaan yang dilakukannya karena apa yang dilakukannya berhasil dan menciptakan hasilnya yang optimal yang dihasilkan tanpa adanya campur tangan dan pengaruh orang atau pihak lain.

Definisi mendasar mengenai self esteem yang dijelaskan oleh Field (2001) dalam Nugraheni dan Sugiri (2004) sebagai rasa percaya diri bawahan atas segala potensi yang dimilikinya. Sedangkan menurut Brons dan Coster (1969) dalam Nugraheni dan Sugiri (2004), bawahan berada pada tingkatan yang lebih tinggi dengan mencari kepuasan, misalnya kebutuhan esteem, prestasi, kebebasan, reputasi, dan status. Seseorang dengan self esteem rendah tidak dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan. Ia merasa kurang mampu bekerja dan tidak memperoleh kepuasan jika bekerja dengan baik (Bateman, 1996) dalam Nugraheni dan Sugiri (2004).

2.1.2 Supporting Theory

2.1.2.1 Teori keagenan (Agency theory)

Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk

memahami hubungan good corporate governance. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Ujiyantho (2007, 5) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan para investor (principle). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berlaku atau berbuat sesuai dengan kepentingan prinsipal, sehingga memicu


(35)

12

adanya biaya keagenan (agency cost).

Teori keagenan juga didefinisikan sebagai sebuah hubungan antara prinsipal (stakeholders) dan agen (manajemen) yang digambarkan dengan adanya kepentingan kedua belah pihak untuk mendapatkan haknya masing-masing dengan berbagai cara yang bertujuan untuk memberikan keuntungan ke masing-masing pihak. Dalam hal ini pihak prinsipal memiliki hak akan sebuah pelaporan (keuangan) yang transparan dan akuntabel, ia berhak mendapatkan informasi keuangan yang sesungguhnya dari manajemen yang bebas dari biasnya informasi ataupun bebas dari adanya kepentingan manajemen yang bersifat negatif terhadap pelaporan keuangan tersebut. Sehingga dalam kaitannya dengan tekanan ketaatan dan karakteristik individu self esteem terhadap budgetary slack, teori keagenan mendasari dari sisi konsep kepentingannya. Dalam hal ini suatu budgetary slack sesungguhnya dapat berpengaruh terhadap hasil dari tujuan perusahaan yang bersifat merugikan ataupun menguntungkan dimasing-masing pihak. Sehingga dalam kerangka konseptual pelaporan keuangan seharusnya dibuat berdasarkan kepentingan pemilik (prinsipal) terlebih dahulu yang diutamakan, Atau dengan keutamaanya agen diharapkan akan melakukan pekerjaan seperti yang diinginkan oleh prinsipal (dalam hal pendelegasian wewenang).

Dalam proses penganggaran, agen (manajemen) diharapkan dapat membuat perancangan keuangan masa depan yang seharusnya sesuai dengan target yang diinginkan oleh pihak prinsipal dan dibuat tanpa adanya penyalahan wewenang dengan mengatur dan melakukan kontrol yang kuat terhadap bawahan dengan maksud dan tujuan yang menguntungkan pihak manajemen itu sendiri. Sehingga permasalah budgetary slack dalam pandangan prinsipal sudah menjadi sebuah


(36)

13

kecurangan yang harus dipertanggung jawabkan oleh pihak manajemen. Adapun konteks budgetary slack yang umum dilakukan adalah dengan menekan atau mengecilkan nilai target pendapatan, dan menggelembungkan biaya atau yang dikenal dengan mark up.

2.1.2.2 Teori Atribusi

Teori atribusi dikembangkan oleh Kelley (1967), kemudian Green serta Mitchell (1979). Mereka berpandangan bahwa perilaku kepemimpinan disebabkan oleh adanya atribut penyebab. Menurut Waworantu (2003), teori kepemimpinan atribusi menjelaskan alasan atau faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku kepemimpinan. Teori atribusi dikembangkan dengan beberapa pendapat berikut: (a) Teori kepemimpinan karismatik, Para pengikut membuat atribut pada pemimpin yang heroik atau yang luar biasa yang mereka amati dan dapati. (b) Teori kepemimpinan transaksional, adalah karakter pemimpin yang selalu mencoba untuk membimbing atau mendorong bawahan mereka untuk mengoperasionalisasi kegiatan tetap pada jalur visi atau tujuan yang telah dirancang perusahaan dengan cara menjelaskan peranan dan tugas yang dipersyaratkan. (c) Teori kepemimpinan transformasional. Teori ini melihat karakteristik pemimpin yang menyediakan pertimbangan individual dan stimulasi intelektual serta mereka yang memiliki karisma.

Adapun dari semua pandangan dan model tersebut diatas tidak terlepas dari perilaku dalam organisasi, yaitu interaksi perilaku yang terjadi antara pimpinan dan bawahan. Oleh karena itu kepemimpinan tidak terlepas dari bagaimana cara seseorang berfikir, berperasaan, bertindak, bersikap, dan berperilaku dalam


(37)

14

bekerja di sebuah organisasi dengan bawahannya atau pihak yang lainnya.

Demikian pula definisi mendasar mengenai teori atribusi yang ada dalam penelitiannya (Hewstone, 1983; Myers, 1987; dalam Davis et al, 2006) yang menyatakan bahwa individu-individu yang melakukan tindakan tidak etis atau tidak berdasar dengan norma cenderung untuk mengeksternalisasi atribusi ke orang lain atau faktor-faktor lingkungan. Teori atribusi menurut Taylor et al (2009) dalam Grediani dan Sugiri (2010) adalah prinsip yang menentukan bagaimana atribusi sebab akibat (kausal) dibuat dan apa efeknya. Atribusi sebab akibat (kausal) mengatakan bahwa semua manusia memiliki dua motif yang kuat, yaitu membentuk pemahaman yang utuh tentang dunia dan kebutuhan untuk mengontrol lingkungan.

2.1.2.3 Profesionalisme Akuntan Manajemen

Profesi akuntan manajemen adalah sebagai salah satu profesi penting yang

menunjang proses menghasilkan nilai tambah dalam aktivitas bisnis yang dituntut untuk memiliki kompetensi yang tinggi sehingga mampu melakukan pekerjaan sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam lingkungan kerja. Menurut Davis et al (2006) profesi akuntan manajemen disebut juga profesi akuntan intern yang bekerja pada sebuah perusahaan dan berpartisipasi dalam mengambil keputusan mengenai investasi jangka panjang, menjalankan tugasnya sebagai akuntan yang mengatur pembukuan dan pembuatan ikhtisar-ikhtisar keuangan atau membuat desain sistem akuntansi perusahaan. Pada struktur organisasi unit bisnis, akuntan manajemen bertanggung jawab kepada manager unit bisnis perihal pembuatan anggaran. Manager unit bisnis bertanggung jawab terhadap perencanaan dan


(38)

15

koordinasi untuk masing-masing fungsi (Anthony dan Govindaradjan, 2007). Untuk itu seorang akuntan manajemen dituntut memiliki pengetahuan dan sikap profesionalisme yang tinggi dalam bidang akuntansi manajemen, akuntansi keuangan, bisnis, dan manajemen informasi. Sehingga diharapkan seorang akuntan manajemen dapat mengelola aktivitas akuntansi manajemen dengan berbagai hal strategi yang terbaik.

Bidang akuntansi telah melakukan usaha atau percobaan yang sungguh-sungguh dalam target mendapatkan label “profesi”. Badan yang menyusun standar, proses pengujian dan lisensi, asosiasi profesional, dan kode etik menjadi sebuah bukti bahwa adanya struktur profesional dalam lingkup akuntansi dan akuntan (Windal, 1991). Hal ini berkaitan dengan pengembangan profesi akuntan yang lebih

profesional dan memiliki standar dalam setiap lini kerja dalam bentuk sebuah kode etik. Adapun tujuan penyelarasan terhadap kode etik sendiri adalah sebagai antisipasi adanya tindak kecurangan dan kesalahan yang dilakukan oleh akuntan manajemen dalam aktivitasnya. Sehingga seharusnya konsep kode etik yang berlaku tersebut dapat menjadikan seorang akuntan manajemen bertugas sesuai target perusahaan disamping tetap berpedoman terhadap kode etiknya. Seperti halnya menghindari terjadinya penciptaan budgetary slack dalam proses penganggaran dalam suatu perusahaan. Oleh karena itu seharusnya kode etik profesionalsime akuntan manajemen diharapkan mampu mengatasi masalah tersebut.


(39)

16

2.1.2.4 Tekanan Ketaatan (Obdience pressure)

Tekanan ketaatan adalah suatu jenis tekanan dari adanya pengaruh sosial yang dihasilkan ketika individu mendapatkan perintah langsung dari perilaku individu lainnya (Brehm dan Kaasin, 1990; Lord dan DeZorort, 2001). Adapun perilaku dari indivu lain tersebut dalam kaitannya memberi tekanan atau perintah dengan menggunakan hak dan otoritas yang lebih tinggi dari orang yang menerima tekanan tersebut. Sehingga tekanan tersebut diterima oleh individu yang ditekan dengan suatu asumsi kewajaran yang muncul karena adanya suatu hak otoritas pihak atau individu yang memberi perintah tersebut. Adapun teori yang

menguatkan, mengungkapkan, dan membahas mengenai tekanan ketaatan tersebut adalah teori ketaatan.

Dalam kaitannya teori ketaatan dengan budgetary adalah adanya otoritas yang dimiliki oleh atasan untuk melakukan penekanan dan mengatur bawahannya untuk berlaku atau membuat rancangan anggaran yang sesuai keinginan pribadi dengan maksud dan tujuan tertentu. Sehingga membuat independensi dan tingkatan self esteem dalam tujuan sebuah anggaran perusahaan menjadi berkurang atau berada pada titik terendah. Otoritas yang ada juga membuat bawahan merasa jauh lebih diarahkan perilakunya kepada perilaku yang menyimpang dari konteks nilai etis atau etika, khususnya etika profesi. Hal ini tergambar dalam paradigma mendasar mengenai ketaatan pada kekuasaan yang dikembangkan oleh Milgram yang dikatakan dalam pandangan paradigma teorinya bahwa bawahan yang mengalami tekanan ketaatan dari atasan akan mengalami perubahan psikologis dari seseorang yang berperilaku otonomis


(40)

17

menjadi perilaku agen. Perubahan perilaku ini terjadi karena bawahan tersebut merasa menjadi agen dari sumber kekuasaan, dan dirinya terlepas dari tanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Hal ini terkait personality seorang atasan yang memiliki otoritas terhadap arahan perusahaan. Sehingga banyak dari bawahan merasa tekanan yang dilakukan oleh atasannya dapat dikategorikan sebagai suatu keharusan. Dalam penelitiannya, Milgram (1965) dalam Hartanto dan Indra (2001) menemukan adanya bukti yang menunjukan bahwa orang normal dapat melakukan tindakan destruktif jika menghadapi tekanan yang besar dari otoritas yang sah. Orang yang dalam kesehariannya bertanggung jawab dan terhormat bisa menjadi tertekan oleh otoritas dan akan bersedia pula untuk melakukan tindakan yang kejam atau bahkan bertolak belakang dengan adanya etika profesi dan perilaku etis yang terdapat dalam setiap jiwa seseorang dalam keadaan yang normal atau tidak dalam tekanan.

2.1.2.5 Budgetary Slack

Menurut young (1985) budgetary slack didefinisikan sebagai suatu situasi ketika bawahan diberi kesempatan untuk menentukan standar kerjanya, bawahan cenderung mengecilkan kapabilitas produktifnya. Sedangkan Anthony dan Govindaradjan (2005: 85) mendefinisikan budgetary slack sebagai perbedaan jumlah anggaran yang diajukan oleh bawahan dengan estimasi yang terbaik dari organisasi. Budgetary slack atau yang dikenal sebagai kesenjangan dalam

anggaran prioritasnya dilakukan oleh bawahan karena mengetahui bahwa kinerja mereka diukur berdasarkan tingkat pencapaian anggaran yang telah ditetapkan bersama.


(41)

18

Atasan dan bawahan dalam pusat pertanggungjawaban cenderung untuk membuat anggaran yang longgar ataupun terlalu ketat, dan menciptakan budgetary slack demi sebuah nilai yang baik dalam penilaian kinerja yang hanya berdasarkan pencapaian anggaran. Sehingga, jika bawahan merasa intensifnya lebih

tergantung pada pencapaian sasaran anggaran, maka mereka akan menciptakan kesenjangan dalam anggaran (budgetary slack) melalui adanya proses partisipasi dalam penyusunan anggaran (Schiff dan Lewin, 1970; Chow et al. 1988) dalam dunk (1993). Oleh karena beberapa Hal tersebut, maka kondisi ini dijadikan sebagai celah untuk bawahan melakukan penciptaan slack dalam nilai anggaran yang dibuatnya. Hal ini biasanya dilakukan dengan cara merendahkan target pendapatan dan menggelembungkan (menaikan) target biaya perusahaan. Sehingga dengan menggunakan modus tersebut mereka (bawahan) akan merasa tanggungjawab mereka akan menjadi ringan dengan adanya target yang rendah dan sangat tidak prospektif tersebut.

Dalam penelitiannya lainnya, Dunk (1993) mendefinisikan budgetary slack sebagai suatu situasi di mana bawahan lebih cenderung mengungkapkan atau menyusun anggaran yang mudah untuk dicapai. Kesenjangan anggaran dapat dengan mudah terjadi jika informasi yang dimiliki bawahan (agent) lebih banyak daripada informasi yang dimiliki atasan (principal) mengenai suatu pusat

pertanggungjawaban. Sedangkan menurut Rahayu (1997) dalam Hafsah (2005) yang berpendapat bahwa perilaku menyimpang dalam penciptakan kesenjangan anggaran (budgetary slack) disebabkan karena fokus utama anggaran adalah sumberdaya (input) bukan pada keuntungan (output).


(42)

19

Faktor-faktor yang mendorong seorang manajer melakukan penciptaan budgetary slack, yaitu :

1. Seringnya atasan atau manajemen tingkat atas mengubah atau memotong anggaran yang diusulkan. Biasanya seorang manajer menetapkan anggaran untuk divisinya dengan mempertimbangkan berbagai faktor baik dalam segi volume maupun keuntungan, tetapi setelah diajukan ke manajer puncak

ternyata anggaran tersebut diubah tanpa mendiskusikan dengan bawahan. Oleh karena itu, para manajer mengantisipasi hal tersebut dengan melakukan

budgetary slack.

2. Adanya ketidakpastian pasar, biasanya perkiraan volume produksi menjadi tidak tepat pada saat adanya persaingan yang tiba-tiba meningkat, dan jika tidak tersedia dana untuk mengatasi kondisi tersebut maka manejer cenderung menggunakan budgetary slack untuk memenuhi target keuntungannya tanpa harus merasakan kesulitan ketika terjadinya ketidakpastian pasar, namun tidak adanya persiapan akan hal itu.

Selain dua faktor diatas, ada empat kondisi penting yang dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan dalam anggaran, yaitu :

1. Terdapat informasi asimetri antara manajemen tingkat bawah dengan atasan. 2. Kinerja manajer tidak pasti.

3. Manajer mempunyai kepentingan pribadi.

4. Konflik kepentingan antara manajemen tingkat bawah dengan atasan. Menurut pendapat Chow et al, (1998) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa anggaran pada dasarnya mempunyai dua tujuan, yaitu untuk memotivasi bawahan


(43)

20

dan untuk sarana perencanaan. Karena pentingnya anggaran, atasan membutuhkan estimasi yang dapat dipercaya terhadap kondisi perusahaan di masa mendatang.

2.2 Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis

2.2.1 Pengaruh Tekanan Ketaatan Terhadap Penciptaan Budgetary Slack

Perilaku manajemen termasuk sebagai suatu masalah kritis dalam penyusunan anggaran yang mengarah pada masalah keprilakuan, terutama kecenderungan perilaku manajer dalam proses penyusunan anggaran yang melakukan tindakan untuk menguntungkan dirinya sendiri. Seperti halnya tekanan pengaruh sosial dengan menggunakan media perintah langsung terhadap bawahan. Penelitian mengenai hubungan antara tekanan ketaatan dan rekomendasi anggaran (Budgetary Slack) masih jarang dilakukan, khususnya di indonesia. Namun penelitian terdahulu sebagian besar berasal dari jurnal-jurnal akuntansi manajemen internasional.

Permasalahan yang menjadi isu menarik yang menjadi motivasi penulis untuk melakukan penelitian ini adalah adanya ketidak konsistenan hasil signifikansi pengaruh antara keterlibatan atau partisipasi anggaran, sikap tekanan pengaruh sosial terhadap budgetary slack yang menjdi kesimpulan beberapa peneliti terdahulu. Peneliti-peneliti tersebut diantaranya adalah Douglas dan Weir (2000) yang menyoroti hubungan antara etika dan penciptaan slack dengan melakukan survey pada akuntan manajemen. Namun hasil survei tersebut tidak menunjukan arah asosiasi atau memberikan bukti tentang pengaruh tekanan untuk menciptakan slack dalam proses penetapan anggaran. Sedangkan dalam penelitiannya Lukka


(44)

21

(1988), Jansen dan Von Glinow (1985) dalam Grediani dan Sugiri (2010)

mengungkapkan alur proses penetapan anggaran yang merupakan subyek konflik karena terlalu subyektif dan dan rentan terhadap pengaruh. Mereka juga

mengemukakan bahwa hasil ambivalensi etis dalam situasi yang dalam hal ini perilaku dipengaruhi oleh struktur pahala konflik dengan perilaku yang

mencerminkan nilai-nilai etika dan penilaian. Konflik utama manajemen untuk akuntan dalam skenario anggaran adalah antara keinginan manajemen untuk melayani sebagai fitur kontrol dan manajemen lokal untuk mempertimbangkan pengaruh sosial dan intensif lainnya yang dapat mempengaruhi penciptaan budgetary slack. sedangkan salah satu konflik peran utama pada akuntan

manajemen dalam sebuah penganggaran adalah keinginan manajemen (corporate) untuk mengendalikan anggaran dan manajemen lokal (pusat pertanggungjawaban) dan untuk mengamankan anggaran yang diperkirakan untuk lebih mudah dicapai. Model Lukka (1988) ) dalam Grediani dan Sugiri (2010) menjelaskan mengenai faktor penentu dari budgetary slack adalah dengan memasukan tekanan pengaruh sosial (social influence pressure) seperti harapan persepsian dari akuntan

manajemen lain dan tekanan dari superior.

Beberapa penelitian lainnya yang terkait dengan tekanan pengaruh sosial (social influence pressure) dan budgetary slack adalah Young (1985), Frederickson (1998), Steven (2002), dan Davis et al. (2006). Dalam penelitiannya Young (1985) mengemukakan bahwa mahasiswa MBA yang berada dibawah tekanan pengaruh sosial mengurangi budgetary slack dibandingkan mahasiswa yang tidak di bawah tekanan. Sedangkan penelitian Frederickson dan Cloyd (1998) menguji mahasiswa S1 dalam penciptaan budgetary slack dalam kaitannya dengan harapan


(45)

22

yang diberikan oleh atasan. Dalam kesimpulan penelitiannya mereka tidak menemukan hubungan yang diperkirakan sebelumnya antara tekanan pengaruh sosial dan perubahan dalam menciptakan slack. Dalam penelitian lainnya, Steven (2002) mengemukakan bahwa penciptaan slack dikaitkan dengan kepedulian reputasi dan etika, menemukan hubungan terbalik antara reputasi dan perhatian terhadap etika dan penciptaan slack.

Menurut penelitian Davis et al. (2006), masalah slack dalam anggaran telah mendapat perhatian yang cukup besar dalam literatur akuntansi manajemen, namun masih sedikit pengetahuan yang tereksplor mengenai bagaimana para manajer memahami slack dalam sebuah anggaran dan bagaimana mereka

merespon pada tekanan atasan untuk membuat slack dengan melanggar kebijakan perusahaan, dan apakah tekanan tersebut menciptakan ambevalensi etis. Dalam penelitiannya, Davis et al. (2006) melakukan eksperimen terhadap 77 akuntan manajemen yang berasal dari amerika dan kanada yang berpartisipasi dalam pembelajaran, dengan hasil bahwa meskipun dengan perspsi etis hampir setengah dari partisipan melanggar kebijakan dan menciptakan slack ketika dihadapkan dengan tekanan ketaatan yang berasal langsung dari atasan.

2.2.2 Pengaruh Self Esteem Terhadap Penciptaan Budgetary Slack

Dalam permasalahan terjadinya budgetary slack tidak hanya berkaitan dengan faktor ekonomi seperti dalam teori agensi secara tradisional. Dalam hal lain faktor non-ekonomi menjadi faktor utama yang memotivasi karakter individu seperti reputasi, etika, dan self esteem dalam pembuatan keputusan penyusunan anggaran. Penelitian mengenai hubungan antara self esteem dan rekomendasi anggaran atau


(46)

23

Budgetary Slack masih jarang pula dilakukan. Penelitian-penelitian yang menjadi landasan penulis untuk melengkapi penelitiannya ada dari berbagai jurnal nasional maupun internasional. Peneliti tersebut diantaranya adalah penelitian Judge et al. (1999) dalam Nugrahani dan Sugiri (2004) yang dalam penelitiannya “personality

and job satisfaction” dikemukakan bahwa bawahan menguji konsep diri mereka

dengan feedback positif dan informasi lingkungan kerja.

Dalam keterkaitannya dengan self esteem dan organisasi dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Judge dan Bono (2001) dalam Nugrahani dan Sugiri (2004) yang mendefinisikan self esteem sebagai suatu penghargaan diri yang cenderung diinterpretasikan dengan melakukan yang terbaik bagi setiap tugas dan

tanggungjawabnya. Dengan demikian maka diharapkan akan mampu

meningkatkan kinerja individualnya. Sedangkan untuk hasil penelitianya adalah adanya hubungan positif antara self esteem dan kinerja individual.

Penelitian yang mengaitkan langsung self esteem dengan budgetary slack adalah Penelitian Belkoui (1989), ia menguji adanya pengaruh self esteem (dengan indikator self confidence) terhadap budgetary slack dengan menggunakan feedback positif dan negatif sebagai variabel kontrol. Hasil penelitian Belkoui (1989) menunjukan bahwa atasan dengan feedback negatif cenderung lebih tinggi dalam mengestimasikan biaya dibandingkan dengan atasan dengan feedback positif. Sebaliknya feedback negatif lebih rendah ketika bawahan

mengestimasikan anggaran penjualan. Adapun feedback netral berada diantara estimasi feedback positif dan negatif. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Nugrahani dan Sugiri (2004) mengkombinasikan permasalahan pada penelitian


(47)

24

Budgetary Slack (Y) Steven (2002) dan Belkoui (1989). Dalam penelitian Nugrahani dan Sugiri meneliti akan adanya pengaruh informasi asimetri, risiko, reputasi, etika, dan self esteem terhadap budgetary slack. dalam hal ini penelitian mereka menjadikan variabel self esteem sebagai variabel yang dikontrol oleh variebel asimetri informasi yang dibagi menjadi tiga kondisi asimetri informasi (none, low, dan high). Dalam penelitian tersebut terdapat kesimpulan bahwa dalam kontrol asimetri informasi menunjukan adanya pengaruh secara negatif antara self confidence dengan budgetary slack. sedangkan variabel lainnya yaitu etika dan risiko tidak memiliki pengaruh terhadap penciptaan budgetary slack.

Berdasarkan beberapa teori dan bukti empiris yang telah diuraikan pada subbab pengembangan 2.2.1 dan 2.2.2 di atas, dan pembentukan kelompok-kelompok eksperimen pada konstruk dalam penelitian ini, maka penelitian ditujukan untuk menguji pengaruh self esteem dan tekanan ketaatan terhadap tingkat budgetary slack (slack dalam rekomendasi anggaran biaya). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

H1 : Kelompok responden yang memiliki kondisi self esteem yang tinggi jika diberikan tekanan ketaatan tinggi maka akan menghasilkan rekomendasi anggaran biaya yang tinggi.

2.3 Model Penelitian

Berdasarkan hipotesis di atas, maka model/ kerangka penelitian ini adalah : Gambar 1

Model Penelitian

H1 Self Esteem (X2)


(48)

25

BAB III

METODA PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yaitu penelitian yang bertujuan untuk menemukan hubungan kausalitas/ sebab akibat dengan metode pemberian trearmen guna memperoleh hasil yang diinginkan. Menurut Creswell (2002) desain penelitian eksperimen merupakan salah satu prosedur penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui dampak treatment terhadap outcome pada subjek penelitian. Dalam penelitian ini jenis penelitian eksperimen yang digunakan adalah True Experiment, yaitu penelitian yang ditujukan untuk mengetahui sebab-akibat diantara variabel dengan beberapa kelompok dan beberapa macam kondisi perlakuan yang dibuat oleh peneliti. Dalam penelitian ini digunakan pola design 2 x 2 between subject dengan faktor urutan tekanan ketaatan (tinggi dan rendah), dan faktor self esteem (tinggi dan rendah). Between subject design akan membandingkan pengaruh perlakuan yang berbeda pada subjek yang berbeda.


(49)

26

Gambar 2

Design 2 x 2 between subject

( V1) Tekanan Ketaatan

Tinggi Rendah

(V2) Self esteem

Tinggi Kelompok 1 kelompok 2

Rendah Kelompok 3 Kelompok 4

3. 2 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelititan ini adalah data primer. Pada penelitian ini data primer digunakan dalam proses eksperimen yang dilakukan dengan narasi atau simulasi yang kemudian dilengkapi dengan pengisian kuisioner oleh sampel eksperimen. Dalam penelitian ini kuesioner yang dipakai disusun dengan

menggunakan skala Likert interval satu sampai tujuh. Skala Likert yaitu skala yang berisi tingkatan preferensi jawaban.

3. 3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi penelitian adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive

sampling yaitu pengambilan sampel yang setiap elemen dalam populasi tidak memiliki probabilitas yang sama untuk menjadi sampel, hanya elemen yang memenuhi kriteria peneliti saja yang akan dipilih menjadi sampel penelitian


(50)

27

(Cooper dan Emory, 1995). Kriteria yang menjadi pilihan peneliti adalah

responden yang dapat menginterpretasi akuntan manajemen. Untuk mendapatkan responden dengan kriteria tersebut maka disyaratkanlah responden yang sudah sarjana (S1) dan telah menempuh dan lulus mata kuliah terkait akuntansi manajemen, penganggaran, dan sistem pengendalian manajemen. Sehingga terpilihlah mahasiswa S2, dengan harapan lebih jauh telah memiliki pemikiran yang lebih matang dalam proses pengambilan keputusan sehingga dapat

mencerminkan profesionalisme seorang akuntan manajemen yang disyaratkan.

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa S2 Pascasarjana Ilmu Akuntansi (PIA), dan mahasiswa Pendidikan Profesi Akuntan (PPA) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Dalam penelitian ini terkumpul 62 orang responden dengan princian 46 orang mahasiswa S2 PIA, dan 16 orang mahasiswa PPA. Penelitian ini hanya dapat mengumpulkan 62 orang responden dengan alasan sangat minimnya jumlah angkatan dan jumlah mahasiswa yang ada serta masih aktif kuliah. Hal ini terkait masih barunya operasionalisasi dari Program

Pascasarjana Ilmu Akuntansi, Fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Lampung.

3.4 Prosedural Eksperimen

Eksperimen ini menggunakan teknik praktek penggelembungan estimasi anggaran biaya, perubahan estimasi terbaik awal menjadi rekomendasi final dari akuntan manajemen. Akuntan manajemen dalam skenario telah membuat dan menyusun estimasi anggaran biaya awal yang diserahkan ke perusahaan melalui CFO (Chief Financial Officer) atau Manajer Keuangan. Untuk mengetahui pola perilaku dari akuntan manajemen, maka eksperimen ini menggunakan beberapa tahapan.


(51)

28

Pada tahap pertama peneliti memberikan arahan tugas dan penjelasan mengenai gambaran umum perusahaan dan selanjutnya partisipan diminta menjawab pertanyaan mengenai informasi demografis meliputi nama, jenis kelamin, umur, pengalaman kerja, dan lama bekerja. Pada tahap kedua tim akan memberikan arahan dan gambaran simulasi untuk membawa partisipan kedalam alur skenario (kodisi self esteem) selama 5 menit. Pada tahap ketiga setelah narasi mengenai arahan simulasi partisipan diminta untuk mengisi lima (5) item pertanyaan terkait Self esteem sekaligus sebagai pertanyaan manipulation check. Pada tahap keempat partisipan diberikan data historis anggaran biaya lima tahun sebelum dan data estimasi terbaik yang para akuntan manajemen (partisipan) telah buat, yaitu sebesar Rp. 5 milyar. Pada tahap ini partisipan mendapat treatment atau tekanan dari atasan langsung untuk mengubah rekomendasi anggaran biaya awal sebesar Rp.5 milyar menjadi Rp.5,5 milyar. Apabila partisipan selaku akuntan manajemen mengubah rekomendasi awal mereka, maka atasan menjanjikan peningkatan bonus dan jenjang karir yang lebih baik (promosi). Apabila rekomendasi anggaran biaya awal tidak diubah, maka menurut atasan langsung kinerja divisi tim

manajemen untinya akan buruk dan tidak akan mendapatkan bonus.

Di akhir treatment tahap keempat tentang tekanan ketaatan, partisipan diminta untuk menjawab dua (2) pertanyaan terkait besarnya tekanan yang partisipan rasakan. Pada tahap kelima partisipan diminta untuk menjawab pertanyaan mengenai budgetary slack yang berjumlah 3 pertanyaan dengan menggunakan skala likert. Pada tahap akhir ini partisipan diminta untuk memberikan kebijakan rekomendasi akhir serta dua (2) alasannya sebagai justifikasi partisipan.


(52)

29

Gambar 3

Tahapan Pelaksanaan Eksperimen

3.5 Operasionalisasi Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah budgetary slack, yaitu perbedaan jumlah anggaran yang diajukan dengan jumlah estimasi terbaik (Anthony dan Govindarajan, 2007). Budgetary slack biasanya dilakukan dengan menetapkan pendapatan lebih rendah daripada estimasi terbaik yang bisa dicapai, dan menetapkan biaya yang terlalu tinggi dari estimasi yang seharusnya bisa lebih rendah atau menyatakan jumlah input terlalu tinggi dari yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu unit output (Apriyandi, 2011). Indikator adanya budgetary slack antara lain sulit atau tidaknya terget anggaran dicapai, pengeluaran yang terjadi dalam pusat pertanggungjawaban tidak dibatasi oleh anggaran, ada tidaknya tuntutan khusus dalam anggaran, dan target umum yang ditetapkan dalam anggaran terlalu sulit untuk dicapai. Pengukuran budgetary slack pada

Tahap 1 Pengisian Data Demografis Tahap 2 Informasi dan Gambaran Umum Tahap 3 Pelaksanaan Skenario Eksperimen danPengisian

Kuisioner Self Esteem

Tahap 4 Pelaksanaan Skenario Eksperimen dan Pengisian Kuisioner Tekanan Ketaatan Tahap 5 Pengisian Kuisioner Budgetary SLack


(53)

30

penelitian ini fokus terhadap rekomendasi anggaran biaya, dan sesuai dengan skenario dalam tahap eksperimen ini yaitu dengan menggunakan satu item pertanyaan dengan skala likert. Sebagai tambahan informasi justifikasi

rekomendasi anggaran biaya, diberikan satu pertanyaan terbuka mengenai jumlah rupiah yang dianggarkan (keputusan akhir), dan dua pertanyaan terbuka mengenai alasan pengambilan keputusan yang ada.

3.5.2 Variabel Independen

1. Tekanan Ketaatan (Obedience Pressure)

Yaitu jenis tekanan pengaruh sosial yang dihasilkan ketika individu dengan perintah langsung dari perilaku individu lain (Brehm dan Kaasin, 1990) dalam Grediani dan Sugiri (2010). Variabel ini adalah variabel yang menjadi

treatment dalam eksperimen yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dalam tekanan tinggi dan kelompok dalam tekanan rendah. Pengukuran variabel ini diberikan pada treatment atau perlakuan pada eksperimen terkait dengan permintaan atasan untuk akuntan manajemen mengubah rekomendasi awal anggaran yang sudah dibuat menjadi

rekomendasi anggaran yang mudah dicapai dengan menaikkan rekomendasi anggaran biaya awal sebesar Rp.5 milyar menjadi Rp.5,5 milyar.

Indikasi perlakuan tekanan ketaatan adalah dengan menggunakan metoda insentif (kompensasi) Fixed Pay Plus-Bonus (FPB) atau Slack Inducing Pay Scheme, yaitu pemberian gaji tetap dan jika rekomendasi anggaran biaya dinaikan menjadi Rp.5,5 milyar maka bawahan akan menerima bonus, bahkan kenaikan jenjang karir. Berbeda halnya jika bawahan tidah menaikan


(54)

31

rekomendasi anggaran biaya, maka bawahan tidak akan diberikan bonus, bahkan akan dinilai buruk kinerjanya dan terancam dipecat dari pekerjaannya. Dan variabel ini diukur juga diberikan dua instrumen pertanyaan manipulation check yang menggunakan skala likert.

2. Self Esteem

Didefinisikan dengan istilah percaya diri, meskipun tidak sepenuhnya

menggambarkan makna yang sesungguhnya. Self esteem juga diartikan sebagai suatu keyakinan nilai diri sendiri berdasarkan evaluasi diri secara keseluruhan. Perasaan-perasaan self esteem, pada kenyataan terbentuk oleh keadaan kita dan bagaimana orang lain memperlakukan kita. Pengukuran variabel self esteem dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan indikator self respect yang dimodifikasi dari beberapa pertanyaan dari instrumen Rosenberg (1965) dan telah diterjemahkan oleh Azwar (2003) dalam Tri Siwi Nugrahani dan Slamet Sugiri (2004) yang dikonversi kedalam bentuk kondisi treatment. Instrumen self esteem ini juga diberikan pertanyaan manipulation check yang terdiri dari lima (5) item pertanyaan yang diukur menggunakan skala likert.

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Uji Kualitas Data

Sugiyono (2000) menyebutkan bahwa kesimpulan penelitian yang berupa jawaban atau pemecahan masalah penelitian, dibuat berdasarkan hasil prosespengujian data yang meliputi pemilihan, pengumpulan dan analisis data. Oleh karena itu, kesimpulan tergantung pada kualitas data yang dianalisis dan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Penelitian ini menggunakan


(55)

32

instrumen kuesioner untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, tiap item

pertanyaan dalam kuesioner tersebut harus memenuhi kualitas data yang valid dan reliabel. Instrumen penelitian dinyatakan valid apabila data yang diperoleh dengan penggunaan alat (instrument) tersebut dapat menjawab tujuan penelitian yang hendak dicapai. Dan dinyatakan reliabel apabila instrument peneltian yang sama dapat konsisten atau stabil ketika digunakan kembali pada penelitian selanjutnya. Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu:

3.6.1.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu taraf dimana alat pengukur dapat mengukur sesuatu yang seharusnya diukur (Apriyandi, 2011). Dalam penelitian yang menggunakan instrumen kuisioner dalam pengumpulan data maka penting untuk dilakukan pengujian atas kuisioner tersebut terlebih dahulu. Untuk menguji validitas

instrumen, peneliti terlebih dahulu melakukan pilot test pada instrumen yang akan digunakan dalam tahap eksperimen. Tahap pilot test ini dilakukan untuk

mengetahui apakah treatment atau perlakuan yang akan diberikan dapat dipahamai oleh partisipan, dan untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang mungkin terdapat dalam desain eksperimen. Dalam pilot test ini juga ditunjukan untuk melatih bagaimana mengontrol situasi lingkungan dan keefektifan waktu dalam eksperimen. Sehingga pilot test ini diharapkan mampu menyempurnakan desain eksperimen sesungguhnya.

Uji validitas sendiri dilakukan dengan cara melakukan analisis faktor dengan menggunakan program SPSS v.16.


(56)

33

3.6.1.2 Uji Reliabilitas

Menurut Ghozali (2005) reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Cronbach’s alpha dengan bantuan program SPSS v.16. kriteria pengukuran reliabilitas dengan Cronbach’s alpha yaitu: jika α < 0,6 diindikasikan tidak reliabel, bila nilai antara 0,6 – 0,7 diindikasikan cukup reliabel, nilai 0,7 – 0,8 diindikasikan reliabel, dan nilai lebih dari 0,8 diindikasikan sangat reliabel (Sekaran, 2000 : 312)

3.6.2 Statistik Deskriptif

Statistis deskriptif merukan suatu proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi data responden yang diperoleh dari kuisioner serta penjelasannya, sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan (Idris, 2012). Statistik deskriptif pada umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi karakteristik variabel penelitian yang utama dan data demografi responden. Ukuran yang digunakan dalam statistik deskriptif antara lain frekuensi, tendensi sentral (mean, median, modus), dan standar deviasi serta varian.


(57)

34

3.6.3 Pengujian Hipotesis

3.6.3.1 Model Analisis Varian (Analysis of variance/ Anova)

Untuk menjawab tujuan penelitian ini, peneliti menggunakan Analysis of variance atau Anova. Anova merupakan salah satu teknik analisis multivariate yang

berfungsi untuk membedakan rata-rata dari dua atau lebih kelompok data dengan cara membandingkan variansinya. Analisis varian termasuk dalam kategori parametric (Ghozali, 2009). Analisis varian dapat dilakukan untuk menganalisis data yang berasal dari berbagai macam jenis dan desain penelitian. Analisis varians dipergunakan dalam penelitian yang banyak melibatkan komparatif yaitu menguji variabel terikat dengan cara membandingkannya pada

kelompok-kelompok sampel yang diamati. Dalam penilitian ini digunakan Anova dua jalur (Two Ways Anova). Hal ini didasarkan karena adanya dua variabel independen atau lebih.

Dalam pengujian Anova akan menginterpretasikan hasil uji levene test yang menunjukan bahwa model telah memenuhi asumsi homogenitas, uji nilai F

(signifikansi pengaruh setiap variabel independen terhadap dependen), dan nilai R Squared atau analisis regresi berganda yang menginterpretasikan variabilitas pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen.

Beberapa peneliti terdahulu yang menggunakan uji Anova adalah Davis et al (2006), dan Slamet Sugiri (2010).


(58)

35

3.6.3.2 Uji One-Sample t Test

Adalah alat uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis mengenai rata-rata suatu sampel. Uji statistik ini mengasumsikan bahwa data memiliki distribusi normal. One sample t test juga merupakan teknik analisis untuk membandingkan satu variabel bebas. Teknik ini digunakan untuk menguji apakah nilai tertentu berbeda secara signifikan atau tidak dengan rata-rata sebuah sampel. Uji one sampel t test pada penelitian ini digunakan sebagai data pendukung mengenai rata-rata rekomendasi anggaran yang dihasilkan tiap kelompok treatment dan kelompok kontrol pada variabel tekanan ketaatan yang menunjukan pengaruh terhadap terciptanya budgetary slack.


(59)

58

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan dan Implikasi

5.1.1 Kesimpulan

Penelitian ini menguji pengaruh kondisi Self esteem dan perlakuan tekanan ketaatan terhadap tingkat budgetary slack. Dari hasil pengujian Analysis of Variance (ANOVA) dengan menggunakan alat bantu SPSS, maka dapat diperoleh simpulan sebagai berikut :

1. Penelitian ini menemukan adanya pengaruh tekanan ketaatan dan self esteem yang tinggi terhadap budgetary slack. Semakin tinggi kondisi self esteem dan tekanan ketaatan yang diberikan, maka tingkat rekomendasi anggaran biaya akan tinggi atau terjadi slack dalam anggaran biaya.

2. Self esteem berpengaruh signifikan terhadap budgetary slack. Hasil ini mengindikasikan bahwa terdapat kecenderungan dari bawahan jika diberikan self respect tinggi dari atasan dan lingkungannya, maka akan membuat bawahan cenderung mengikuti dan patuh terhadap perintah atasannya untuk menaikan rekomendasi anggaran biaya awal.


(60)

59

3. Tekanan ketaatan berpengaruh signifikan terhadap budgetary slack. Hasil ini mengindikasikan pengaruh tekanan ketaatan dari atasan akan mempengaruhi justifikasi dari bawahan itu sendiri. Temuan ini sesuai dengan prediksi teori atribusi dan obedience pressure theory.

5.1.2 Implikasi

Studi ini setidaknya diharapkan dapat memberi masukan kepada akuntan manajemen serta perusahaan yang menjadi pengakomodasinya agar lebih memperhatikan aspek perilaku yang dalam hal ini dapat mempengaruhi

rekomendasi anggaran yang pada dasarnya menjadi alat perencanaan utama dalam keuangan dan operasionalisasi perusahaan. Hal ini guna mendorong tercapainya tujuan yang tergambar dalam visi dan misi perusahaan dengan kinerja yang optimal. Untuk mencapai hal tersebut, maka dapat dimulai dengan perencanaan yang independen dari adanya kepentingan-kepentingan seseorang untuk

keuntungan dirinya sendiri seperti yang menjadi bahasan utama dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini setidaknya dapat memotivasi penelitian selanjutnya di masa yang akan datang terutama yang berkaitan dengan penelitian eksperimen serta penelitian yang mengeksplor permasalahan keperilakuan dalam akuntansi itu sendiri.

5.2 Keterbatasan

Meskipun penelitian ini telah dirancang dengan baik, namun masih terdapat beberapa keterbatasan yang kemungkinan memengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut :


(61)

60

1. Metode eksperimen dalam penelitian ini hanya melibatkan mahasiswa PIA dan PPA dalam lingkungan FEB Universitas Lampung. Sehingga penelitian ini memiliki nilai validitas eksternal yang rendah atau tidak bisa

digeneralisasi secara keseluruhan.

2. Instrumen yang digunakan sebagai narasi treatment hanya berdasar beberapa kondisi saja. Hanya beberapa indikator perlakuan yang diberikan terhadap kondisi di setiap variabel.

3. Pengukuran kinerja akuntan manajemen dalam menciptakan budgetary slack dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada perilaku dan faktor yang mempengaruhinya secara kualitatif, yaitu hanya berdasarkan persepsi yang muncul yang diakibatkan adanya perlakuan atau treatment.

5.3Saran

Dari keterbatasan penelitian yang telah diungkapkan maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel self esteem dan tekanan ketaatan berpengaruh terhadap terciptanya budgetary slack. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya slack atau yang sering disebut dengan istilah mark up maka perusahaan harus melakukan pengawasan yang optimal terhadap

terbentuknya perencanaan perusahaan, khusunya dalam perencanaan akuntansi dari adanya kepentingan pribadi yang menghilangkan nilai optimalisasi yang seharusnya dapat tercapai.


(62)

61

2. Dapat lebih mengembangkan penelitian eksperimen guna memperbanyak referensi dari penelitian eksperimen ini sendiri. Hal ini terkait masih minimnya jumlah penelitian eksperimen yang ada.

3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih luas dalam mengungkap pengukuran aspek perilaku yang mempengaruhi kinerja dan akuntansi itu sendiri. serta diharapkan mempertimbangkan penemuan ukuran variabel yang lebih objektif agar tidak menghasilkan hasil pengukuranvariabel yang lebih tinggi dari yang sebenarnya.

4. Di samping itu juga penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan eksperimen dengan objek penelitian yang lebih merepresentasikan main objek penelitian itu sendiri, seperti halnya dengan melakukan eksperimen terhadap objek asli. Hal ini guna menjadikan penelitian selanjutnya memiliki nilai validitas eksternal yang lebih tinggi atau dapat digeneralisasikan.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert N dan Vijay Govindarajan. 2005. Sistem Pengendalian Manajemen. Jakarta: Salemba empat

Anthony, R. N. dan Vijay Govindarajan. 2007. Management Control System. McGraw-Hill Education: Irwin.

Apriyandi. 2011. Pengaruh informasi asimetsi terhadap hubungan antara anggaran partisipasif dengan budgettary slack. Skripsi. Universitas Hasanudin.

Makasar.

Belkoui, Ahmed. 1989. Slack Budgeting, Information Distortion And Self-Esteem. Contemporary Accounting Research, Vol. 2. pp. 111-123.

Branden, Nathaniel. 1994. The Psychology of Self Esteem. Toronto, New York,. London, Sydney: Bantam Books.

Chow, C., J. Cooper and W. Waller. 1988. Participative Budgeting: Effects of a Truth-Inducing Pay Scheme and Information Asymmetry on Slack and Performance. The Accounting Review. Vol 63: 111-122.

Chow, C., J. Cooper, dan K. Haddad. 1991. The Effects Of Pay Scheme And The Ratchets On Budgetary Slack And Performance: A Multiperiod Experiment”. Accounting, Organizations and Society, Vol. 16, pp. 47-60. Creswell, Jhon W. 2002. Research Design Quantitative & Qualitatif Approach.

Terjemahan oleh Angkatan III & IV KIK-UI dan bekerjasama dengan Nur Khabibah. KIK Press

Davis, Stan., F. Todd DeZoort dan Lori S. Kopp. 2006. The Effect of Obedience Pressure and Perceived Responsibility on Management Accountants’ Creation of Budgetary Slack. Behavioral Research In Accounting. Vol 18: 19-35.

DeZoort, F. T., and A. T. Lord. 1994. An investigation of obedience pressure effects on auditors’ judgments. Behavioral Research in Accounting 6: 1–30.


(1)

59

3. Tekanan ketaatan berpengaruh signifikan terhadap budgetary slack. Hasil ini mengindikasikan pengaruh tekanan ketaatan dari atasan akan mempengaruhi justifikasi dari bawahan itu sendiri. Temuan ini sesuai dengan prediksi teori atribusi dan obedience pressure theory.

5.1.2 Implikasi

Studi ini setidaknya diharapkan dapat memberi masukan kepada akuntan manajemen serta perusahaan yang menjadi pengakomodasinya agar lebih memperhatikan aspek perilaku yang dalam hal ini dapat mempengaruhi

rekomendasi anggaran yang pada dasarnya menjadi alat perencanaan utama dalam keuangan dan operasionalisasi perusahaan. Hal ini guna mendorong tercapainya tujuan yang tergambar dalam visi dan misi perusahaan dengan kinerja yang optimal. Untuk mencapai hal tersebut, maka dapat dimulai dengan perencanaan yang independen dari adanya kepentingan-kepentingan seseorang untuk

keuntungan dirinya sendiri seperti yang menjadi bahasan utama dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini setidaknya dapat memotivasi penelitian selanjutnya di masa yang akan datang terutama yang berkaitan dengan penelitian eksperimen serta penelitian yang mengeksplor permasalahan keperilakuan dalam akuntansi itu sendiri.

5.2 Keterbatasan

Meskipun penelitian ini telah dirancang dengan baik, namun masih terdapat beberapa keterbatasan yang kemungkinan memengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut :


(2)

60

1. Metode eksperimen dalam penelitian ini hanya melibatkan mahasiswa PIA dan PPA dalam lingkungan FEB Universitas Lampung. Sehingga penelitian ini memiliki nilai validitas eksternal yang rendah atau tidak bisa

digeneralisasi secara keseluruhan.

2. Instrumen yang digunakan sebagai narasi treatment hanya berdasar beberapa kondisi saja. Hanya beberapa indikator perlakuan yang diberikan terhadap kondisi di setiap variabel.

3. Pengukuran kinerja akuntan manajemen dalam menciptakan budgetary slack dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada perilaku dan faktor yang mempengaruhinya secara kualitatif, yaitu hanya berdasarkan persepsi yang muncul yang diakibatkan adanya perlakuan atau treatment.

5.3Saran

Dari keterbatasan penelitian yang telah diungkapkan maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel self esteem dan tekanan ketaatan berpengaruh terhadap terciptanya budgetary slack. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya slack atau yang sering disebut dengan istilah mark up maka perusahaan harus melakukan pengawasan yang optimal terhadap

terbentuknya perencanaan perusahaan, khusunya dalam perencanaan akuntansi dari adanya kepentingan pribadi yang menghilangkan nilai optimalisasi yang seharusnya dapat tercapai.


(3)

61

2. Dapat lebih mengembangkan penelitian eksperimen guna memperbanyak referensi dari penelitian eksperimen ini sendiri. Hal ini terkait masih minimnya jumlah penelitian eksperimen yang ada.

3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih luas dalam mengungkap pengukuran aspek perilaku yang mempengaruhi kinerja dan akuntansi itu sendiri. serta diharapkan mempertimbangkan penemuan ukuran variabel yang lebih objektif agar tidak menghasilkan hasil pengukuranvariabel yang lebih tinggi dari yang sebenarnya.

4. Di samping itu juga penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan eksperimen dengan objek penelitian yang lebih merepresentasikan main objek penelitian itu sendiri, seperti halnya dengan melakukan eksperimen terhadap objek asli. Hal ini guna menjadikan penelitian selanjutnya memiliki nilai validitas eksternal yang lebih tinggi atau dapat digeneralisasikan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert N dan Vijay Govindarajan. 2005. Sistem Pengendalian Manajemen. Jakarta: Salemba empat

Anthony, R. N. dan Vijay Govindarajan. 2007. Management Control System. McGraw-Hill Education: Irwin.

Apriyandi. 2011. Pengaruh informasi asimetsi terhadap hubungan antara anggaran partisipasif dengan budgettary slack. Skripsi. Universitas Hasanudin.

Makasar.

Belkoui, Ahmed. 1989. Slack Budgeting, Information Distortion And Self-Esteem. Contemporary Accounting Research, Vol. 2. pp. 111-123.

Branden, Nathaniel. 1994. The Psychology of Self Esteem. Toronto, New York,. London, Sydney: Bantam Books.

Chow, C., J. Cooper and W. Waller. 1988. Participative Budgeting: Effects of a Truth-Inducing Pay Scheme and Information Asymmetry on Slack and Performance. The Accounting Review. Vol 63: 111-122.

Chow, C., J. Cooper, dan K. Haddad. 1991. The Effects Of Pay Scheme And The Ratchets On Budgetary Slack And Performance: A Multiperiod Experiment”. Accounting, Organizations and Society, Vol. 16, pp. 47-60. Creswell, Jhon W. 2002. Research Design Quantitative & Qualitatif Approach.

Terjemahan oleh Angkatan III & IV KIK-UI dan bekerjasama dengan Nur Khabibah. KIK Press

Davis, Stan., F. Todd DeZoort dan Lori S. Kopp. 2006. The Effect of Obedience Pressure and Perceived Responsibility on Management Accountants’ Creation of Budgetary Slack. Behavioral Research In Accounting. Vol 18: 19-35.

DeZoort, F. T., and A. T. Lord. 1994. An investigation of obedience pressure effects on auditors’ judgments. Behavioral Research in Accounting 6: 1–30.


(5)

DeZoort, F. T., and A. T. Lord. 1997. A review and synthesis of pressure effects research in accounting. Journal of Accounting Literature 16: 28– 85.

Douglas, P. C., and B. Wier. 2000. Integrating ethical dimensions into a model of budgetary slack creation. Journal of Business Ethics 28: 267–277.

Dunk, Alan S. 1993. The Effect of Budget Emphasis and Information

Asymmetry on the Relation Beetween budgetary participation and Slack. The Accounting Review No. 68: 400-410.

Dunk, A., dan H. Nouri. 1998. Antecedents of budgetary slack: A literature review and synthesis. Journal of Accounting Literature 17: 72-96.

Engko, Cecilia. 2006. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Individual Dengan Self Esteem dan Self Efficacy Sebagai Variabel Intervening. Simposiun Nasional Akunatansi IX. Padang.

Fitriani Idris, Seni. 2012. Pengaruh tekanan ketaatan, kompleksitas tugas,

pengetahuan dan persepsi etis terhadap audit judgement. Skripsi. Unversitas Diponegoro. Semarang. Frederickson, J. R., and C. B. Cloyd. 1998. The effects of performance

cues, subordinate susceptibility to social influences, and the nature of the subordinate’s private information on budgetary slack. Advances in Accounting 16: 89–115.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Ghozali, Imam. 2009. Desain Penelitian Eksperimental. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Grediani, Evi , dan Slamet Sugiri. 2010. Pengaruh tekanan ketaatan dan tanggung jawab persepsian pada penciptaan budgetary slack. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.

Hafsah. 2005. Pengaruh Asimetri Informasi dan Komitmen Organisasi Terhadap Hubungan Anggaran dengan Kesenjangan Anggaran. Tesis. Universitas sumatera Utara. Medan

Hansen, D.R, dan Mowen. M. 1999. Management Accounting. Fourth Edition. McGraw- Hill International Editions.

Hartanto, Hansiadi Yuli dan Indra Wijaya Kusuma. 2001. Analisis Pengaruh Tekanan Ketaatan Terhadap Judgment Auditor. Jurnal Akuntansi Manajemen. Edisi Desember. STIE YKPN.

Jogiyanto. 2004. Metodologi penelitian bisnis: Salah Kaprah dan pengalaman- pengalaman. Yogyakarta: BPFE.


(6)

Lord, A. T., dan F.T. DeZoort. 2001. The impact of commitment and moral reasoning on auditors’responses to social influence pressure. Accounting, Organizations and Society 6 (3): 215-235.

Lutan, Rusli. 2003. Self esteem: Landasan kepribadian. Jakarta: proyek peningkatan mutu organisasi dan tenaga keolahragaan Dirjen Olahraga Depdiknas.

Mardiasmo, 2005. Akuntansi Sektor Publik . Penerbit Andi. Yogyakarta. Milgram, S. 1974. Obedience to Authority. New York, NY: Harper & Row. Nugraheni, Tri Siwi dan Slamet Sugiri. 2004. Pengaruh Reputasi, Etika dan Self

esteem subordinat terhadap budgetary slack di bawah Asimetri Informasi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol.19. No4: 375-388. Sekaran, Uma. 2006. Research Methode for Business 4th Edition. New York:

John Wiley & Sons Inc.

Stevens, D. E. 2000. Determinants of Budgetary Slack in the Laboratory: An Investigation of Controls for Self-Interested Behavior. Woorking Paper. Syracuse University.

Stevens, D. E. 2002. The effects of reputation and ethics on budgetary slack. Journal of Management Accounting Research 14: 153–171. Ujiyantho, Muh. Arief. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Laba dan

Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar.

Waworuntu, Bob. 2003. Determinan Kepemimpinan. Makalah Sosial Humaniora, vol.7, no. 2, Desember 2003.

Windal, F.W. 1991. Ethics and the Accountants: Text and Cases. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

Young, S. M. 1985. Participative budgeting: The effects of risk aversion and asymmetric information on budgetary slack. Journal of Accounting Research 23 (2): 829–842.

(http://psikologiindustri-kesipahada.blogspot.com/2009/02/budaya-dan-komitmen-kerja-karyawan.html).

http://id.shvoong.com/business-management/management/2134395-teori-atribusi/