Analisa Momentum Sudut dan Segitiga Kecepatan Sudu

Luas daerah diarsir Volume luasan yang diarsir diputar terhadap sumbu Y:

4.5 Analisa Momentum Sudut dan Segitiga Kecepatan Sudu

Sebelum menganalisa momentum sudut, berikut merupakan hasil rekam fenomena yang tejadi pada kondisi nyata: 1. Lubang Buang 1 Tabel 4.17 Variasi Ketinggian Vortex Berdasarkan Variasi Ketinggian Air Masuk Lubang Buang 1 Debit Q Ketingian Vortex Hv air masuk dari ketinggian 0 cm 0.23 Ls 10 cm dari ketinggian 4 cm 10,5 cm dari ketinggian 8 cm 14 cm dari ketinggian 12 cm 15,5 dari ketinggian 16 cm 16 cm dari ketinggian 20 cm 16,5 cm

2. Lubang Buang 2

Universitas Sumatera Utara Tabel 4.18 Variasi Ketinggian Vortex Berdasarkan Variasi Ketinggian Air Masuk Lubang Buang 2 Debit Q Ketingian Vortex Hv air masuk dari ketinggian 0 cm 0,909 Ls 17 cm dari ketinggian 4 cm 18 cm dari ketinggian 8 cm 19 cm dari ketinggian 12 cm 19,5 cm dari ketinggian 16 cm 19,75 cm dari ketinggian 20 cm 20 cm 3. Lubang Buang 3 Tabel 4.19 Variasi Ketinggian Vortex Berdasarkan Variasi Ketinggian Air Masuk Lubang Buang 3 Debit Q Ketingian Vortex Hv air masuk dari ketinggian 0 cm 3,33 Ls 28 cm dari ketinggian 4 cm 29 cm dari ketinggian 8 cm 30 cm dari ketinggian 12 cm 30,5 cm dari ketinggian 16 cm 31 cm dari ketinggian 20 cm 33,5 cm 4. Lubang Buang 4 Tabel 4.20 Variasi Ketinggian Vortex Berdasarkan Variasi Ketinggian Air Masuk Lubang Buang 4 Universitas Sumatera Utara Debit Q Ketingian Vortex Hv air masuk dari dasar bak 3,37 Ls 29 cm dari ketinggian 4 cm 29,5 cm dari ketinggian 8 cm 29,5 cm dari ketinggian 12 cm 30 cm dari ketinggian 16 cm 30 cm dari ketinggian 20 cm 31 cm 5. Lubang Buang 5 Tabel 4.21 Variasi Ketinggian Vortex Berdasarkan Variasi Ketinggian Air Masuk Lubang Buang 5 Debit Q Ketingian Vortex Hv air masuk dari dasar bak 4,23 Ls 30 cm dari ketinggian 4 cm 30 cm dari ketinggian 8 cm 30,5 cm dari ketinggian 12 cm 30,75 cm dari ketinggian 16 cm 31 cm dari ketinggian 20 cm 31 cm Dari hasil analisa di atas, maka didapatkan dan dikumpulkan kecepatan dan kekuatan terbaik dari masing-masing lubang buang, yaitu: Universitas Sumatera Utara Dari data yang tercantum di tabel tersebut, dirancang 2 jenis runner, dengan variasi masing2, yaitu: a. Runner A dengan jumlah sudu masing-masing runner berjumlah 6 buah, dengan variasi diameter, 15.5 cm, 18.5 cm, 20.5cm b. Runner B dengan diameter 22 cm, dengan variasi jumlah sudu, 4, 5, dan 6 sudu.

4.5.1 Analisa Momentum Sudut

Berikut hasil analisa kecepatan masuk pada masing-masing radius runner pada setiap lubang buang, dengan mencari distribusi tekanan lalu kecepatan tangensial sepanjang z; Sumber : Gupta, S.C., 2006 Lalu dilanjutkan mencari kecepatan tangensial sepanjang z, dengan mengembalikan ke persamaan Bernoulli, menjadi: Sumber : Gupta, S.C., 2006 Berikut adalah gambar distribusi kecepatan yang terjadi pada sudu. Ut inlet ms S u d u Universitas Sumatera Utara Pada lubang buang 1 kekuatan vortex = 0.026975 m 2 s dengan runner A1 air masuk pada r=0.0775 m, kemudian dicari tekanan pada radius tersebut pada dasar bak dengan: P = 98000,159-0-0,026975 2 2.9,8.0.0775 2 P = 1556.426 Pa Kemudian mencari kecepatan pada radius runner pada dasar sudu; Ut = 0,159.19,6-1556.4261000 0.5 Ut = 1.754 ms

1. Lubang Buang 1 a. Runner A1

Sudu A1 r=0.0775m Z meter P Pascal Ut ms 0.159 0.000 0.348 0.127 311.285 0.844 0.095 622.570 1.141 0.064 933.855 1.376 0.032 1245.140 1.576 0.000 1556.426 1.754 Ut rata-rata ms = 1.173

b. Runner A2