Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Bahaya Radiasi pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di DKI Jakarta

Lampiran 2
Hasil Perhitungan

No

Jenis
Kelamin

P1

P2

P3

P4

P5

P6

P7


P8

P9

P10

Skor

1

P

0

1

1

0


0

1

1

1

0

0

5

kurang

2

L


1

1

0

1

0

1

1

1

0

0


6

kurang

3

P

1

1

1

1

0

1


0

1

0

0

6

kurang

4

L

1

1


0

1

0

1

1

1

0

0

6

kurang


5

P

0

1

1

1

0

1

1

1


0

0

6

Kurang

6

L

0

1

1

1


0

1

1

0

1

1

7

Sedang

7

P


0

1

1

1

0

1

1

0

1

1


7

Sedang

8

P

1

1

0

1

0

1

1

1

0

1

7

Sedang

9

P

1

1

0

1

0

1

1

1

1

0

7

Sedang

10

P

1

1

1

1

0

1

1

1

0

0

7

Sedang

11

P

1

1

0

1

0

1

1

1

0

1

7

Sedang

12

L

1

1

0

1

0

1

1

1

1

0

7

Sedang

Kategori

Universitas Sumatera Utara

13

P

0

1

1

1

1

1

1

1

0

0

7

Sedang

14

L

1

1

0

1

0

1

1

1

1

0

7

Sedang

15

P

1

0

1

1

0

1

1

1

0

1

7

Sedang

16

P

1

1

1

1

0

1

1

1

0

0

7

Sedang

17

L

1

1

0

1

0

1

1

1

1

1

8

Sedang

18

P

1

1

0

1

1

1

1

1

0

1

8

sedang

19

P

1

1

0

1

1

1

1

1

1

0

8

sedang

20

P

1

1

0

1

1

0

1

1

1

1

8

sedang

21

P

1

1

0

1

1

1

1

1

0

1

8

sedang

22

P

1

1

0

1

1

1

1

1

0

1

8

sedang

23

L

1

1

1

1

0

1

1

1

1

0

8

sedang

24

P

1

1

0

1

1

1

1

1

0

1

8

sedang

25

P

1

1

1

1

1

1

1

1

0

0

8

sedang

26

L

1

1

1

1

0

1

1

1

0

1

8

sedang

27

L

1

1

1

0

0

1

1

1

1

1

8

sedang

28

L

1

1

1

1

0

1

1

1

1

0

8

sedang

Universitas Sumatera Utara

29

P

1

1

1

1

0

1

1

1

0

1

8

sedang

30

P

1

1

1

1

1

1

1

0

1

0

8

sedang

31

P

1

1

0

1

0

1

1

1

1

1

8

sedang

32

P

1

1

1

1

0

1

1

1

1

0

8

sedang

33

P

1

1

1

1

0

1

1

1

1

0

8

sedang

34

P

1

1

1

1

1

1

1

1

0

0

8

sedang

35

P

1

1

1

1

1

1

1

1

0

0

8

sedang

36

P

1

1

1

1

1

1

1

1

0

0

8

sedang

37

L

1

1

0

1

0

1

1

1

1

1

8

sedang

38

P

1

1

1

1

1

1

1

1

0

0

8

sedang

39

L

1

1

1

1

1

1

1

1

0

0

8

sedang

40

P

1

1

1

1

1

1

0

1

0

1

8

sedang

41

P

1

1

1

1

0

1

1

1

1

1

9

baik

42

P

1

1

1

1

1

1

1

0

1

1

9

baik

43

P

1

1

1

1

1

1

1

1

1

0

9

baik

44

P

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

baik

Universitas Sumatera Utara

45

L

1

1

1

1

0

1

1

1

1

1

9

baik

46

L

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

baik

47

P

1

1

1

1

0

1

1

1

1

1

9

baik

48

P

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

baik

49

L

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

baik

50

P

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

baik

51

L

1

1

1

1

0

1

1

1

1

1

9

baik

52

L

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

baik

53

P

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

baik

54

P

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

baik

55

P

1

1

1

1

0

1

1

1

1

1

9

baik

56

P

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

baik

57

P

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

baik

58

P

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

baik

59

L

1

1

1

1

0

1

1

1

1

1

9

baik

60

P

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

baik

Universitas Sumatera Utara

61

P

1

1

1

1

0

1

1

1

1

1

9

baik

62

P

1

1

1

1

1

1

1

1

1

0

9

baik

63

P

1

1

1

1

0

1

1

1

1

1

9

baik

64

P

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

baik

65

P

1

1

1

1

0

1

1

1

1

1

9

baik

66

L

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

baik

67

P

1

1

1

1

1

1

1

1

1

0

9

baik

68

L

1

1

1

1

1

1

1

1

1

0

9

baik

69

P

1

1

1

1

1

1

1

1

1

0

9

baik

70

P

1

1

1

1

1

1

1

1

1

0

9

baik

71

P

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

baik

72

L

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

baik

73

P

1

1

1

1

0

1

1

1

1

1

9

baik

74

P

1

1

1

1

0

1

1

1

1

1

9

baik

75

L

1

1

1

1

1

1

1

1

1

0

9

baik

76

L

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

baik

Universitas Sumatera Utara

77

P

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

baik

78

P

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

baik

79

L

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

baik

80

P

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

baik

81

P

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

baik

82

L

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

baik

83

P

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

baik

84

P

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

baik

85

P

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

baik

86

P

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

baik

87

P

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

baik

88

P

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

baik

89

L

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

baik

90

P

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

baik

91

P

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

baik

92

P

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

baik

Universitas Sumatera Utara

93

L

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

baik

94

P

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

baik

95

P

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

baik

96

L

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

baik

97

P

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

baik

98

P

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

baik

99

L

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

baik

100

P

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

baik

84

98

64

99

95

99

98

96

53

70

856

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth:
Saudara/Saudari
..............................

Bersama ini saya, Kartika Niansa (umur 20 thn), yang sedang menjalani
program pendidikan sarjana pada fakultas kedokteran gigi, Universitas Sumatera
Utara, memohon kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian
saya yang berjudul :
PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP
BAHAYA RADIASI PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI
DKI JAKARTA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa
kepaniteraan klinik terhadap bahaya radiasi dimana radiografi sendiri sangat berperan
dalam membantu menegakkan diagnosa bila pemeriksaan klinis tidak dapat
memastikan suatu penyakit. Ada dua macam radiografi kedeokteran gigi, yaitu
radiografi ekstraoral dan intraoral. Radiografi panoramik merupakan salah satu
radiografi ekstraoral yang diambil dengan cara pasien ditempatkan didalam bilik
radiografi kemudian pasien didudukkan di kursi dan film berada diluar mulut pasien,
lalu dilakukan pengambilan radiografi.
Penelitian ini bersifat deskriptif dimana akan dilakukan survey pada subjek
penelitian. Pada penelitian tersebut, saudara/i sebagai subjek penelitian akan
menerima kuesioner yang berisi 10(sepuluh) soal yang akan dijawab oleh saudara/i
sebagai subjek penelitian dan diberi waktu ± 20 menit. Kemudian kuesioner tersebut
akan dikumpulkan kembali ke peneliti dan akan dikoreksi. Pada penelitian ini,
peneliti dibantu oleh rekan peneliti sesama mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara

yang ikut serta dalam penelitian. Identitas Saudara/i sebagai subjek penelitian
akan dirahasiakan oleh peneliti.
Jika Saudara/i sudah mengerti isi dari lembar penjelasan ini dan bersedia
untuk menjadi subjek penelitian, maka mohon kiranya Saudara/i untuk mengisi dan
menandatangani surat pernyataan persetujuan sebagai subjek penelitian yang
terlampir pada lembar berikutnya. Perlu Saudara/i ketahui, bahwa surat kesediaan
tersebut tidak mengikat dan Saudara/i dapat mengundurkan diri dari penelitian ini bila
Saudara/i merasa keberatan.
Demikian lembar penjelasan ini saya perbuat, semoga keterangan ini dapat
dimengerti dan atas kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya
ucapkan terima kasih.
Medan, ..............................2013

Kartika Niansa

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama

:

Umur

:

Jenis kelamin

:L/P

Alamat

:

Menyatakan telah membaca lembar penjelasan kepada subjek penelitian dan sudah
mengerti serta bersedia untuk turut serta sebagai subjek penelitian, dalam penelitian
atas nama Kartika Niansa yang berjudul “Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan
Klinik Terhadap Bahaya Radiasi pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di
DKI Jakarta” dan menyatakan tidak keberatan maupun melakukan tuntutan di
kemudian hari.
Demikian pernyataan ini saya perbuat dalam keadaan sehat, penuh kesadaran dan
tanpa paksaan dari pihak manapun.

Jakarta,

Agusutus 2013

Pembuat pernyataan

(......................................)
Tanda tangan dan Nama jelas
NB : Info lebih lanjut hubungi Kartika Niansa (085358962158)

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 6

Jadwal Penelitian
No.

1.
2.

Kegiatan

Juni

Pembuatan
Proposal
Pelaksanaan
Penelitian

Minggu
IV

WAKTU PENELITIAN
Agustus September
Juli

Oktober

Minggu
I,II

Minggu
III, IV

3.

Pembuatan
laporan hasil
penelitian

4.

Penggandaan
laporan

Minggu
I,II,III, IV

Minggu I

Minggu II

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 7

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

”Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Prosedur Pemanfaatan
Radiografi Kedokteran Gigi Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di
DKI Jakarta”

Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini sebesar Rp 4.400.000
dengan rincian sebagai berikut:

1. Biaya penyiapan proposal

Rp

100.000

2. Biaya pembuatan kuesioner

Rp

300.000

3. Biaya alat tulis, kertas, printer, tinta printer

Rp

300.000

4. Biaya penjilidan dan penggandaan laporan

Rp

200.000

5. Biaya transportasi

Rp

2.000.000

6. Biaya tempat tinggal

Rp

1.500.000

Rp

4.400.000

Total
Rincian biaya ditanggung oleh peneliti sendiri.

Peneliti

Kartika Niansa

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 8

DATA PERSONALIA
Nama Lengkap

: Kartika Niansa

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir

: Medan/11 Mei 1992

Kewarganegaraan

: Indonesia

Agama

: Islam

Status Perkawinan

: Belum menikah

Alamat

: Jln. Belat no.134, Medan

Telepon/HP

: 085358962158

Email

: kartikaniansa@yahoo.co.id

PENDIDIKAN
1998 – 2004

: SDS Pahlawan Nasional

2004 – 2007

: SMPS Pupuk Iskandar Muda

2007 – 2010

: SMAS Sukma Bangsa Lhokseumawe

2010 – Sekarang

: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

1. White SC, Pharoah . Oral Radiology Principles and Interpretation. 6th ed.
Missouri : Mosby Elsevier. 2009 18-26
2. American Dental Association Council on Scientific Affairs. The use of dental
radiographs. J Am Dent Assoc. 2006 ; Volume (137) ; 1304-5.
3. Boel T. Prinsip dan teknik radiografi kedokteran gigi. Medan : FKG
USU.2008 :9-20.
4. Langland OE , Langlais RP, Preece JW. Principles of dental imaging.
America : Maple Press . 2002 : 203,308-11.
5. Fajrina R. Pengetahuan Radiografer Tentang Radiologi Dental di Beberapa
Instalasi Kesehatan di Medan. 2013. 32-46 (skripsi belum terpublikasi)
6. Mestika E. Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara Terhadap Prosedur Penggunaan Radiografi
Dental dalam Melakukan Perawatan Gigi. 2013. 18-30 (skripsi belum
terpublikasi)
7. Whaites E. Radiography and radiology for dental care professionals. China :
Elsevier. 2009 : 61, 71-3.
8. Herman HD, Ashkenazi M. Quality of bitewing radiographs in children in
relation to the type of film holder used. Eur Arch Paediatr Dent 2013; 14 :
141-6.
9. Williamson Gail F. Best practices in intraoral radiography. ADA CERP 2011.
10. Langland OE, Langlas RP, Morris CR. Principles and practice of panoramic
radiology. Canada : W.B. Saunders Company. 1982 : 62.
11. Mason RA. ed. A guide to dental radiography. 3rd eds.

London :

Butterworths. 1988 : 1-3, 8-11.
12. Lusiyanti Y. Syaifudin M. Penerapan efek interaksi radiasi dengan sistem
biologi sebagai dosimeter biologi. Yogyakarta: Prossiding Seminar Nasional
III,2006;61-72

Universitas Sumatera Utara

13. Edwards C, Statkiewicz S, Ritenour R. Perlindungan radiasi bagi pasien dan
dokter gigi. Alih bahasa: Yuwono L. Jakarta:widya medika.1990;9-110
14. White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology. 5th eds. India : Ajanta Offset. 2004 :
32-6.
15. Hancock PJ, Epstein JB, Sadler GR. Oral and dental management related to
radiation therapy for head and neck cancer. Journal of the Canadian Dental
Association . 2003 ; Vol 69 : 2 , 5 .
16. Marpaung T. Proteksi radiasi dalam radiologi intervensional.Dalam : Seminar
Keselamatan Nuklir. BAPETEN. 2006 :725-6
17. Frommer HH, Savage JJ . Radiology for the dental professional. 8th eds.
Philadelphia : Mosby . 2005 : 100.
18. Bridge G. The rules and regulations of radiography. Dental Nursing Journal.
Vol(5) No. 11 : 2009 ; 631.

Universitas Sumatera Utara

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif, dimana pengambilan
data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2013 di salah satu Fakultas
Kedokteran Gigi di DKI Jakarta.

3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Seluruh mahasiswa di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di DKI Jakarta

3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah mahasiswa kepaniteraan klinik di salah satu
Fakultas Kedokteran Gigi di DKI Jakarta. Metode pemilihan sampel adalah secara
simple random sampling yaitu pengambilan sampel sedemikian rupa sehingga setiap
unit dasar (individu) mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai
sampel.
1. Estimasi Besar Sampel
Untuk menentukan jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini digunakan
rumus :

Universitas Sumatera Utara

.

�=

2

= 94,91

. .

.

2

− .

Keterangan:
n

= besar sampel minimum

Z1-α/2

= nilai distribusi normal baku pada α tertentu

P

= porposi kategori variabel yang diteliti = 85.89%

D

= persisi (0.07)

Persisi penelitian berarti kesalahan penelitian yang masih bisa diterima untuk
memprediksi proposi yang akan diperoleh yaitu 7% karena peneliti ingin
mendapatkan hasil penelitian yang lebih tepat. Jadi, mahasiswa kepaniteraan klinik
pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di DKI Jakarta yang dijadikan responden
sebanyak 100 responden.
3.4 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel

Definisi

Cara pengukuran

Skala pengukuran

operasional
Pengetahuan

Efek yang dapat Dengan pengisian Ordinal

mahasiswa

ditimbulkan

kepaniteraan

radiasi

klinik

pengion

terhadap pada pasien dan

bahaya radiasi

operator

Proteksi terhadap Penggunaan
radiasi

dari kuesioner

yang
sebagai

alat Dengan pengisian Nominal

digunakan kuesioner
perisai

untuk melindungi
dari bahaya radiasi

Universitas Sumatera Utara

3.5 Metode Pengumpulan Data Dan Pelaksanaan Penelitian

3.5.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner yang
berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai pengetahuan tentang prosedur pemanfaatan
radiografi.

3.5.2 Pelaksanaan Penelitian
Tahap 1:
a. Pengurusan dari dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara.
b. Pengurusan izin penelitian pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di
DKI Jakarta.
Tahap 2:
a. Pembagian kuisioner kepada mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah
satu Fakultas Kedokteran Gigi di DKI Jakarta.
b. Pengumpulan data.
c. Pengolahan dan analisis data.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data
3.6.1 Pengolahan Data
1. Pengetahuan
Untuk mengukur pengetahuan mahasiswa mengenai bahaya radiasi sinar
radiografi dengan cara memberikan nilai/skor pada jawaban kuesioner yang telah
diisi oleh responden. Jumlah pertanyaan 10, dimana setiap pertanyaan berbentuk
pilihan ganda dengan memilih salah satu jawaban yang benar.
Pengukuran pengetahuan berdasarkan jawaban responden (mahasiswa
kepaniteraan klinik) yang diberikan dengan total skor maksimal 10, maka tingkat
pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

A. Baik, bila skor/hasil jawaban responden benar 9-10
B. Sedang, bila skor/hasil jawaban responden benar 7-8
C. Kurang,bila skor/hasil jawaban responden benar < 7
2. Pengolahan data dilakukan secara manual, melalui proses:
a. Editing (Penyuntingan data)
Dilakukan pemeriksaan kembali apakah data yang terkumpul sudah lengkap,
terbaca dengan jelas dan tidak meragukan serta apakah ada kesalahan dan sebagainya.
b. Membuat lembaran kode
Membuat kode pada lembaran kuesioner yang tujuannya untuk member
nomor responden, memberi bobot kepada setiap jawaban yang diberikan responden.
c. Memasukkan data
Memasukkan data kedalam kolom-kolom yang telah disesuaikan dengan
jawaban masing-masing pertanyaan.
d. Tabulasi
Membuat tabel data sesuai dengan tujuan penelitian.

3.6.2 Analisa Data
Data diolah secara deskrptif yaitu data univarian dan dihitung dalam bentuk
persentase.

3.7

Etika Penelitian

Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari komisi etik (Health
Research

Ethical

Committee

of

North

Sumatera)

dengan

nomor

surat

294/KOMET/FKUSU/2013 dengan judul, Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan
Klinik Terhadap Bahaya Radiasi Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di DKI
Jakarta. Sebelum penelitian berjalan, responden telah diberikan penjelasan mengenai
manfaat dan risiko dari penalitian.

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Responden Berdasarkan Jenis kelamin
Dalam penelitian ini sampel yang didapat berjumalah 100 orang. Responden
berasal dari mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi
di DKI Jakarta.
Tabel 4. Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin

Frekuensi

Persentasi (%)

Laki-laki

29

29

Wanita

71

71

Total

100

100

Pada tabel 4, dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian ini wanita 71%
dan laki-laki 29%. Pada penelitian ini, responden wanita lebih besar dibanding lakilaki.
4.2 Kegunaan Radiografi Kedokteran Gigi
Tabel 5. Frekuensi mahasiswa kepaniteraan klinik yang mengetahui kegunaan
radiografi

Benar
Salah
Total

Frekuensi
95
5
100

Persentasi (%)
95
5
100

Pada tabel 5, dapat dilihat hasil penelitian yang didapat bahwa

95%

mahasiswa kepaniteraam klinik mengetahui kegunaan radiografi.

Universitas Sumatera Utara

4.3 Pengetahuan Mahasiswa Terhadap Efek Merugikan yang Timbul
dari Sinar Radiasi
Tabel 6. Frekuensi mahasiswa kepaniteraan klinik yang mengetahui efek merugikan
yang ditimbulkan oleh sinar radiasi
Frekuensi

Persentasi (%)

Benar

99

99

Salah

1

1

Total

100

100

Pada tabel 6, dapat dilihat dari hasil penelitian menggambarkan hanya 1%
yang tidak mengetahui efek merugikan yang dapat ditimbulkan oleh sinar radiasi.

4.4 Pengetahuan Mahasiswa Mengenai Efek yang Ditimbulkan Jika Dosis
Radiasi Berlebihan
Tabel 7. Frekuensi mahasiswa kepaniteraan klinik yang mengetahui tentang efek
yang ditimbulkan jika dosis radiasi yang diterima berlebihan
Frekuensi

Persentasi (%)

Benar

70

70

Salah

30

30

Total

100

100

Pada tabel 7, dapat dilihat 30% responden tidak mengetahui efek apa yang
dapat terjadi jika terpapar radiasi yang berlebihan.

Universitas Sumatera Utara

4.5 Pengetahuan Mahasiswa Terhadap Prinsip Keselamatan Dalam
Penggunaan Radiografi
Tabel 8. Frekuensi mahasiswa kepaniteraan klinik yang mengetahui prinsip
keselamatan dalam penggunaan radiografi
Frekuensi

Persentasi (%)

Benar

84

84

Salah

16

16

Total

100

100

Pada tabel 8, dari hasil penelitian didapat 84% mahasiswa kepaniteraan klinik
mengetahui prinsip keselamatan dalam penggunaan radiografi.

4.6 Pengetahuan Mahasiswa Mengenai Prinsip ALARA
Tabel 9. Frekuensi mahasiswa kepaniteraan klinik yang mengetahui tentang prinsip
ALARA
Frekuensi

Persentasi (%)

Benar

99

99

Salah

1

1

Total

100

100

Pada tabel 9, dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan 99%
mahasiswa kepaniteraan klinik mengetahui prinsip ALARA.

Universitas Sumatera Utara

4.7 Pengetahuan Mahasiswa Terhadap Tujuan dari Proteksi Radiasi
Tabel 10. Frekuensi mahasiswa kepaniteraan klinik yang mengetahui tujuan dari
proteksi terhadap sinar radiasi
Frekuensi

Persentasi (%)

Benar

98

98

Salah

2

2

Total

100

100

Pada tabel 10, dari hasil penelitian yang dilakukan kepada mahasiswa
kepaniteraan klinik tentang pengetahuan terhadap tujuan dari proteksi terhadap sinar
radiasi 98% mahasiswa kepaniteraan klinik mengetahui tujuan dilakukannya proteksi
terhadap sinar radiasi.

4.8 Pengetahuan Mahasiswa Mengenai Alat Proteksi yang Digunakan
oleh Pasien
Tabel 11. Frekuensi mahasiswa kepaniteraan klinik yang mengetahui tentang alat
proteksi yang bisa digunakan oleh pasien
Frekuensi

Persentasi (%)

Benar

96

96

Salah

4

4

Total

100

100

Pada tabel 11, dari hasil penelitian ini memperlihatkan 96% mahasiswa
kepaniteraan klinik mengetahui tentang alat proteksi yang digunakan oleh pasien
pada saat berlangsungnya prosedur radiografi.

Universitas Sumatera Utara

4.9 Pengetahuan Mahasiswa Mengenai Posisi Operator Ketika Dilakukan
Radiografi
Tabel 12. Frekuensi mahasiswa kepaniteraan klinik yang mengetahui posisi operator
minimal dalam prosedur radiografi
Frekuensi

Persentasi (%)

Benar

98

98

Salah

2

2

Total

100

100

Pada tabel 12, dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan didapat 98%
mahasiswa kepaniteraan klinik mengetahui posisi operator minimal dalam melakukan
prosedur radiografi.

4.10 Pengetahuan Mahasiswa Mengenai Jarak Minimal Operator dari
Sumber Radiasi
Tabel 13. Frekuensi mahasiswa kepaniteraan klinik yang mengetahui tentang jarak
minimal operator dari sumber radiasi
Frekuensi

Persentasi (%)

Benar

53

53

Salah

47

47

Total

100

100

Pada tabel 13, dapat dilihat hasil penelitian ini menggambarkan 47%
mahasiswa kepaniteraan klinik tidak mengetahui jarak minimal operator dari sumber
radiasi pada saat sinar radiasi dipaparkan.

Universitas Sumatera Utara

4.11 Pengetahuan Mahasiswa Mengenai Definisi dari Efek yang Timbul
Tanpa Nilai Batas Ambang Dosis Radiasi
Tabel 14. Frekuensi mahasiswa kepaniteraan klinik yang mengetahui definisi dari
efek yang timbul tanpa dipengaruhi nilai batas ambang dosis radiasi
Frekuensi

Persentasi (%)

Benar

64

64

Salah

36

36

Total

100

100

Pada tabel 14, dapat dilihat hasil penelitian menggambarkan 64% mahasiswa
kepaniteraan klinik mengetahui pengertian dari efek yang dapat timbul tanpa
dipengaruhi nilai batas ambang dosis.

4.12 Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Secara Individu
Mengenai Bahaya Radiasi pada Salah Satu Fakultas Kedokteran
Gigi di DKI Jakarta
70%
60%
50%
40%

Kurang

30%

Sedang

20%

Baik

10%
0%

5%

35%

60%

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Bahaya Radiasi

Grafik 1. Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individu mengenai
bahaya radiasi pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di DKI Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 100 orang
responden pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di DKI Jakarta diperoleh hasil
71% frekuensi responden wanita (Tabel 4). Bila dibandingkan dengan hasil penelitian
Emilia Mestika yang melakukan penelitian di dalah satu Fakultas Kedokteran Gigi di
Sumatera Utara dengan responden wanita sebanyak 72,5%, memperlihatkan bahwa
Fakultas Kedokteran Gigi lebih banyak diminati oleh wanita.
Frekuensi responden yang mengetahui kegunaan radiografi adalah sebesar
95% (Tabel 5). Hasil penelitian yang sama oleh Emilia Mestika (2012) tentang
pengetahuan

mahasiswa

mengenai

kegunaan

radiografi

sebesar

16,2%

mengetahuinya.
Hampir semua perawatan gigi dan mulut membutuhkan data penunjang
berupa pemeriksaan radiografi agar perawatan yang dilakukan mencapai hasil yang
optimal. Pada umumnya, kegunaan atau manfaat dari radiografi itu sendiri adalah
membantu menegakkan diagnosis, menentukan rencana perawatan, dan juga untuk
mengevaluasi hasil perawatan.3
Mahasiswa kepaniteraan klinik yang tidak mengetahui tentang efek yang
merugikan akibat radiasi sebesar 1% (Tabel 6). Sebanyak 30% (Tabel 7) mahasiswa
kepaniteraan klinik yang tidak mengetahui efek radiasi yang dapat timbul akibat dosis
radiasi yang berlebihan. Penelitian yang sama oleh Emilia Mestika (2012) didapat
13,3% tidak mengetahui bahay radiasi.
Tingginya persentase yang tidak mengetahui efek yang dapat timbul akibat
dosis yang berlebihan, maka mahasiswa tidak berhati-hati dalam melakukan
radiografi. Efek-efek yang dapat timbul jika terpapar sinar radiasi yang berlebihan
contohnya seperti katarak, rambut rontok (2-6 Sv), eritema kulit, fibrosis,
pertumbuhan dan perkembangan abnormal, dan bisa menjadi kanker (>10 Sv) bahkan
kematian.1,3,11

Universitas Sumatera Utara

Frekuensi mahasiswa kepaniteraan klinik yang mengetahui prinsip proteksi
terhadap radiasi menurut ICRP (justifikasi) didapat 84% (Tabel 8), dan prinsip
optimasi (ALARA) didapat 99% (Tabel 9). Pada hasil ini menunjukkan, pengetahuan
mahasiswa terhadap prinsip proteksi terhadap radiasi dikategorikan baik.
Dalam hal melakukan proteksi, ICRP (International Commission on
Radiological Protection) telah menerbitkan bahwa dalam melakukan suatu radiografi
harus memenuhi 3 prinsip umum, sebagai berikut :
1. Justifikasi : pemanfaatan radiasi harus mempunyai manfaat yang lebih
besar dari pada risiko yang diterima.
2. Optimasi (ALARA) : pemanfaatan radiasi harus diupayakan serendah
mungkin dengan mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi.
3. Limitasi : pemanfaatan radiasi tidak boleh melampaui nilai batas dosis
yang sudah ditetapkan oleh peraturan.
Mahasiswa kepaniteraan klinik yang mengetahui tujuan dilakukannya proteksi
terhadap sinar radiasi sebanyak 98% (Tabel 10), sedangkan frekuensi responden yang
mengetahui alat yang digunakan pasien sebagai alat proteksi didapat 96% (Tabel 11)
benar menggunakan apron. Penelitian lain yang dilakukan oleh Rifaidah Fajrina
(2013), mengenai pengetahuan radiografer tentang penggunaan apron kepada pasien
penyinaran di instalasi kesehatan di Medan dikategorikan buruk (39,1%).
Tujuan dilakukannya proteksi terhadap sinar radiasi adalah untuk melindungi
tubuh agar tidak terkena langsung dari paparan sinar radiasi utama sehingga
meminimalkan

risiko

yang

yang

terjadi

akibar

sinar

radiasi.

Untuk

mengurangi/menghindari dosis serap terhadap pasien dan paparan terhadap personil,
prinsip proteksi radiasi meliputi jarak dan perisai radiasi harus diterapkan dengan
benar.14 Bagian-bagian yang harus dilindungi antara lain kelenjar tiroid dan organ
reproduksi. Alat proteksi radiasi meliputi apron, kacamata, perisai gonad, perisai
tiroid.16
Frekuensi mahasiswa kepaniteraan klinik yang mengetahui posisi operator
berada diluar ruang penyinaran didapat 98% (Tabel 12) yang berarti mahasiswa
mengetahui dengan baik posisi operator saat penyinaran. Tetapi hanya 53% (Tabel

Universitas Sumatera Utara

13) yang mengetahui berapa jarak minimal operator pada saat penyinaran. Hasil ini
menunjukkan pengetahuan mahasiswa tentang jarak minimal operator pada saat
penyinaran masih kurang.
Jarak merupakan sarana yang berguna untuk perlindungan karena intensitas
radiasi menurun dengan kuadrat jarak. Menggandakan jarak dari sumber radiasi
utama, berarti mengurangi empat kali lipat bahaya yang ditimbulkan. Jarak operator
dengan sumber radiasi adalah 2m di belakang sumber sinar.1
Frekuensi mahasiswa kepaniteraan klinik yang mengetahui definisi efek
stokastik didapat 64% (Tabel 14). Ini termasuk kedalam kategori kurang, dimana
mahasiswa tidak mengetahui definisi dari efek stokastik dan non stokastik yang
merupakan efek atau risiko yang yang ditimbulkan akibat sinar radiasi.
Efek stokastik didefinisikan sebagai suatu yang menyebabkan terjadinya
keparahan tanpa dipengaruhi oleh nilai ambang. Contoh efek stokastik adalah
katarak, erhytema, kerontokan rambut, dan menghambat proses pertumbuhan dan
perkembaangan. Sedangkan efek non stokastik (deterministik) didefinisikan sebagai
efek somatik yang meningkat dalam keparahan penyakit akibat dosis radiasi yang
melebihi ambang batas. Contoh efek non stokastik yaitu kanker dan efek genetik.1,3,11

Universitas Sumatera Utara

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada mahasiswa
kepaniteraan klinik mengenai pengetahuan terhadap bahaya radiasi dan proteksi
radiasi di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di DKI Jakarta disimpulkan berada
pada kategori baik (60%).

6.2 Saran
Saran untuk Fakultas Kedokteran Gigi di DKI Jakarta berdasarkan hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang bahaya radiasi sehingga
mahasiswa yang akan melakukan prosedur radiografi akan lebih berhati-hati
dan melakukan radiografi yang memiliki manfaat lebih besar dari pada risiko
yang ditimbulkan.
2. Mahasiswa kepaniteraan klinik harus menaati SOP (Standard Operational
Procedure) yang sudah ada.

Universitas Sumatera Utara

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radiografi Kedokteran Gigi
Radiografi kedokteran gigi merupakan seni dan ilmu dalam membuat gambar
bayangan gigi dan struktur sekitarnya. Radiografi berperan penting di bidang
kedokteran gigi sebagai alat yang digunakan untuk menegakkan diagnosa, membuat
rencana perawatan dan mengevaluasi suatu tindakan perawatan yang telah
dilakukan.2
Hampir semua perawatan gigi dan mulut membutuhkan data penunjang
berupa pemeriksaan radiografi agar perawatan yang dilakukan mencapai hasil yang
optimal.7 Radiasi yang digunakan untuk tujuan apapun dan sekecil apapun pasti
mengandung potensi bahaya bagi manusia, tetapi selama kita dapat memperhatikan
ketentuan keselamatan radiasi, maka kita dapat memanfaatkan radiasi untuk tujuan
apapun dengan aman.

2.2 Manfaat Radiografi Kedokteran Gigi
Pada umumnya, radiografi dalam kedokteran gigi digunakan untuk tujuan :3
1. Membantu menegakkan diagnosis
Penyakit atau kelainan gigi tidak selalu dapat terlihat langsung melalui
pemeriksaan fisik. Penggunaan radiografi dapat membantu mengetahui ada atau
tidaknya kelainan, besarnya kerusakan atau keparahan, serta hubungannya dengan
jaringan di sekitarnya.
2. Mengarahkan rencana perawatan
Setelah diagnosis penyakit ditegakkan, maka dapat segera ditentukan rencana
perawatan yang akan dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

3. Evaluasi hasil perawatan
Untuk melihat keberhasilan perawatan yang telah dilakukan, maka dilakukan
radiografi, misalnya: untuk mengetahui apakah pengisian saluran akar sudah
sempurna (apakah apeks gigi telah menutup).

2.3 Klasifikasi Radiografi Kedokteran Gigi
Radiografi di kedokteran gigi ada 2 macam, yaitu Radiografi Intraoral dan
Radiografi Ekstraoral.

2.3.1 Radiografi Intraoral
Radiografi intraoral adalah radiografi yang memberikan gambaran kondisi
gigi dan jaringan sekitarnya dengan cara menempatkan film ke dalam rongga mulut
pasien dan kemudian diberikan penyinaran. Radiografi intraoral yang secara umum
sering digunakan yaitu radiografi periapikal, interproksimal/radiografi bitewing.8
Pemeriksaan radiografi intra oral :
1.Radiografi periapikal
Pemeriksaan radiografi periapikal merupakan teknik pemeriksaan radiografi
intraoral yang dirancang untuk menunjukkan gigi secara individual dari mahkota
sampai akar gigi (crown and root) dimana setiap film yang dihasilkan biasanya
menunjukkan dua atau empat gigi dan memberikan informasi secara terperinci
mengenai tulang alveolar dan jaringan sekitarnya dengan jarak minimal dua
milimeter dari ujung akar.1,9
Indikasi radiografi periapikal adalah :
1. Untuk mendeteksi adanya infeksi atau inflamasi periapikal.
2. Penilaian status periodontal.
3. Pasca trauma gigi dan melibatkan tulang alveolar.
4. Dugaan adanya gigi yang tidak erupsi dan letaknya.
5. Penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi.
6. Perawatan endodontik.

Universitas Sumatera Utara

7. Penilaian sebelum dilakukan tindakan operasi dan penilaian pasca operasi
apikal.
8. Mengevaluasi kista radikularis secara lebih akurat dan lesi lain pada
tulang alveolar.
9. Evaluasi pasca pemasangan implan.
Teknik yang digunakan untuk pengambilan radiografi periapikal ada dua
yaitu: teknik paralelling dan bisecting.
2. Radiografi interproksimal (Bitewing)
Teknik radiografi bitewing digunakan untuk memeriksa interproksimal gigi
dan permukaan gigi yang meliputi mahkota gigi dari maksila dan mandibula, daerah
interproksimal dan puncak alveolar dalam film yang sama. Pada teknik bitewing, film
ditempatkan sejajar dengan permukaan mahkota gigi maksila dan mandibula.
Kemudian pasien disuruh menggigit bite tab atau bitewing film holder dan sinar
diarahkan diantara kontak gigi posterior dengan sudut vertikal +50 sampai +100.1,3,10

Gambar 1. Gambaran radiografi interproksimal/bitewing.8
3. Radiografi oklusal
Radiografi oklusal didefinisikan sebagai teknik radiografi intraoral yang
diambil menggunakan x-ray dental dimana reseptor gambar ditempatkan di bidang
oklusal. Radiografi ini bertujuan untuk melihat area yang lebih luas lagi yaitu maksila
atau mandibula dengan menggunakan film khusus yang diletakkan di bagian oklusal
gigi geligi.1,3

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Radiografi Ekstraoral
Radiografi ekstraoral merupakan macam pemeriksaan radiografi yang lebih
luas mencakup bagian kepala dan rahang. Radiografi ini menggunakan film khusus
yang diletakkan di luar mulut.3
Macam radiografi ekstra oral :
1. Panoramik
Radiografi panoramik adalah teknik untuk menghasilkan satu gambar
tomografi struktur wajah yang meliputi kedua rahang atas dan rahang bawah
lengkungan gigi dan struktur pendukungnya.1,10

Gambar 2. Gambaran radiografi panoramik
2. Lateral sefalometri
Radiografi sefalometri digunakan untuk survei dari tulang tengkorak dan
wajah, trauma penyakit atau perkembangan yang abnormal. Radiografi ini digunakan
secara luas dalam ortodonsia untuk menilai hubungan dari gigi pada rahang dan
rahang ke seluruh tulang wajah. Radiografi sefalometri digunakan untuk diagnosis
awal yaitu konfirmasi yang mendasari tulang dan atau kelainan jaringan lunak.1,10
3. Posteroanterior
Radiografi proyeksi posteroanterior tengkorak adalah radiografi yang
digunakan untuk melihat kubah tulang tengkorak, tulang frontal, dan rahang (melihat
trauma, perkembangan yang abnormal, perubahan dimensi mediolateral dari tulang
tengkorak).1,10

Universitas Sumatera Utara

4. Submentovertec
Radiografi submentovertec adalah radiografi yang digunakan untuk melihat
keadaan dasar tengkorak, posisi mandibula, dinding lateral sinus maksila dan arkus
zigomatikus.1,10
5. Waters
Radiografi waters adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan
sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus orbita, sutura zigomatikus frontalis dan
rongga nasal.10

2.4 Bahaya Radiasi
Praktisi radiologi harus mengenal baik besarnya paparan radiasi yang
dijumpai dibidang kedokteran maupun kedokteran gigi, risiko yang mungkin
mendatangkan paparan dan metode-metode yang digunakan untuk mempengaruhi
paparan dan memperkecil dosis.
Radiasi yang digunakan untuk tujuan apapun pasti akan mengandung potensi
bahaya bagi manusia. Keselamatan radiasi merupakan upaya yang dilakukan untuk
menciptakan kondisi agar dosis radiasi pengion yang mengenai manusia dan
lingkungan hidup tidak melampaui nilai batas yang ditentukan. Akibat buruk dari
radiasi pengion dikenal sebagai efek somatik apabila diderita oleh orang yang terkena
radiasi, dan disebut efek genetik apabila dialami oleh keturunannya. (Depkes, 2006)
Ionisasi radiasi mungkin memiliki sedikit efek pada sel jika perubahan kimia
tidak mengubah molekul sensitif, atau perubahan tersebut bisa memiliki efek
mendalam pada struktur yaang sangat penting bagi fungsi sel. Efek biologis dari
radiasi dapat diklasifikasikan menjadi 2, efek stokastik dan efek non stokastik
(deterministik).1
Efek non stokastik (deterministik) didefinisikan sebagai efek somatik yang
meningkat dalam keparahan penyakit akibat dosis radiasi yang melebihi ambang
batas. Contoh efek deterministik seperti katarak, eritema kulit, fibrosis dan
pertumbuhan dan perkembangan abnormal yang mengikuti paparan pada uterus.1,3,11

Universitas Sumatera Utara

Efek stokastik didefinisikan sebagai suatu yang menyebabkan terjadinya
keparahan tanpa dipengaruhi oleh ambang. Kanker dan efek genetik merupakan
contoh dari efek stokastik.1,3,11

2.5 Dosis Radiografi Kedokteran Gigi
Tabel 1. Dosis efektif pada pemeriksaan rutin gigi
Jenis radiografi

Dosis efektif (mSv)

Skull/kepala/postero-anterior

0,03

Lateral

0,01

Bitewing/periapikal

0,001-0,008

Oklusal

0,008

Panoramik

0,004-0,03

Lateral sefalometri

0,002-0,003

CT mandibula

0,36-1,2

CT maksila

0,1-3,3

Tabel 2. Dosis radiasi yang dapat menimbulkan efek
Dosis (Sv)
0,25
0,25-1,0
1-2

2-6

6-10

>10

Efek pada tubuh
Menurunkan kadar sel darah putih
Muntah dalam 3 jam, kelelahan,
kehilangan nafsu makan, perubahan darah
(pemulihan dalam beberapa minggu)
Muntah dalam 2 jam, perubahan darah
yang parah, kerontokan rambut dalam 2
minggu (pemulihan dalam 1 bulan sampai
1 tahun sekitar 70%)
Muntah dalam 1 jam, kerusakan lambung,
perubahan darah yang parah. Kematian
dalam 2 minggu untuk 80-100%
Kerusakan otak, koma, kematian

Universitas Sumatera Utara

2.6 Efek Radiografi Kedokteran Gigi
2.6.1 Efek Non Stokastik (Deterministik)
Efek non stokastik (deterministik) didefinisikan sebagai efek somatik yang
meningkat dalam keparahan penyakit akibat dosis radiasi yang melebihi ambang
batas. Efek ini berasal dari dosis radiasi yang cukup besar melebihi kebutuhan dalam
radiologi diagnostik. Efek ini timbul segera setelah paparan atau beberapa bulan atau
tahun setelah paparan. Contoh efek deterministik seperti katarak, eritema kulit,
fibrosis, dan pertumbuhan dan perkembangan abnormal yang mengikuti paparan pada
uterus.
1.Efek terhadap struktur intraseluler
Efek radiasi pada struktur intraseluler menyebabkan adanya perubahan dalam
sel makromolekul. Meskipun perubahan molekul awal diproduksi dalam sepersekian
detik setelah terkena, perubahan sel yang dihasilkan dari paparan memerlukan waktu
minimal untuk menjadi berubah. Perubahan ini awalnya sebagai manifestasi
perubahan struktural dan fungsional dalam organel sel. Perubahan ini dapat
menyebabkan kematian sel.1,10
2.Efek terhadap nukleus
Berbagai macam data radiobiologik menunjukkan bahwa inti lebih
radiosensitif (dalam hal mematikan). Molekul yang paling sensitif dalam inti itu
adalah DNA yang terdapat didalam kromosom.1
3.Penyimpangan kromosom
Tingkat

kerusakan

tergantung

dengan

kelangsungan

keadaan

sel.

Penyimpangan kromosom dapat dilihat dalam sel iradiasi pada saat mitosis. Jenis
kerusakan yang dapat tergantung pada stadium sel dalam siklus sel pada saat iradiasi.
Kelainan kromosom telah terdeteksi dalam limfosit darah perifer. Kelainan ini dapat
terlihat pada pemeriksaan medis.1,12,13
4. Efek pada jaringan dan organ
Radiosensitivity pada jaringan atau organ tubuh diukur dengan adanya respon
terhadap radiasi. Kehilangan moderat sel tidak mempengaruhi fungsi organ tubuh.

Universitas Sumatera Utara

Namun, dengan hilangnya sejumlah besar sel sehingga dapat mempengaruhi
organisme. Tingkat keparahan perubahan ini tergantung pada dosis radiasi yang
terpapar.1,13
Timbulnya efek deterministik menurut jangka waktu terbagi 2, yaitu :
1.Efek jangka pendek
Efek jangka pendek adalah efek yang yang terlihat pada individu dalam waktu
singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi. Efek jangka pendek diasosiasikan
sebagai sejumlah besar radiasi yang diterima dalam waktu yang singkat. Efek jangka
pendek dari radiasi pada jaringan pada tubuh terutama ditentukan oleh sensitivitas sel
parenkimnya.

Contohnya : mual, muntah, rambut rontok, eritema (memerahnya

kulit), dan penurunan jumlah sel darah.3,14
2.Efek jangka panjang
Efek jangka panjang dari radiasi pada jaringan (terlihat setelah paparan)
adalah hilangnya sel parenkim dan penggantian dengan jaringan ikat fibrosa.
Perubahan ini disebabkan oleh kematian reproduksi sel dan replikasi oleh kerusakan
pada pembuluh darah halus. Proses ini akan merusak pengangkutan produksi oksigen,
nutrisi, dan limbah dan mengakibatkan kematian dari semua jenis sel tergantung pada
pasokan pembuluh darah.1,13

2.6.2 Efek Stokastik
Efek stokastik didefinisikan sebagai suatu yang menyebabkan terjadinya
keparahan tanpa dipengaruhi oleh ambang. Efek stokastik menunjukkan respon all or
none, di modifikasi dengan faktor-faktor risiko individual. Efek ini dapat timbul
setelah paparan dengan dosis yang relatif rendah seperti yang mungkin terjadi dalam
radiologi diagnostik. Kanker dan efek genetik merupakan contoh dari efek stokastik.
1. Karsinogenesis
Radiasi dapat menjadi kanker dengan mengubah DNA melalui mutasi gen.
Radiasi merangsang sel untuk berkembang biak sehingga mengubah sel premaligna
menjadi lebih ganas. 1,13

Universitas Sumatera Utara

2. Kanker esophangeal
Terjadinya kanker esophangeal relatif jarang ditemukan. Kanker ini banyak
ditemukan di Jepang pada mereka yang selamat dari bom atom dan penderita diobati
dengan radiasi sinar X untuk ankylosing spondylitis. 1,12,13
3. Kanker tiroid
Insiden karsninoma tiroid (muncul dari epitel) meningkat pada manusia
setelah terpapar. Hanya sekitar 10% atau kurang dari individu yang terkena kanker
dan menyebabkan kematian.1,13
4. Kanker kelenjar ludah
Insiden tumor kelenjar ludah meningkat pada pasien yang melakukan terapi
radiasi untuk penyakit kepala dan leher. Risiko yang tertinggi pada penderita yang
melakukan terapi radiasi sebelum usia 20 tahun. 1,13
5. Leukemia
Insiden leukemia (selain leukemia lumphocytic kronis) meningkat setelah
terpapar radiasi pada sumsung tulang. Bagi individu yang terpapar dibawah usia 30
tahun, risiko untuk pengembangan leukemia setelah sekitar 30 tahun. Bagi individu
dewasa (>30 tahun) yang terpapar, risiko tetap ada sepanjang hidup. Tetapi orang
yang lebih muda lebih berisiko dari pada orang dewasa. 1,13

2.6.3 Efek Radiasi pada Rongga Mulut
1. Alat pengecapan
Alat pengecapan sensitive terhadap radiasi. Dosis dalam rentang terapeutik
menyebabkan degenerasi luas gambaran histologis normal. Pasien sering merasa
hilangnya rasa pengecapan pada minggu kedua atau ketiga radioterapi. Rasa pahit dan
asam akan lebih parah terkena jika posterior dua pertiga dari lidah yang tersinar
radiasi.1,14
2. Karies radiasi
Karies radiasi merupakan bentuk kerusakan gigi yang mungkin terjadi pada
individu yang menerima radioterapi yang mana ini merupakan lanjutan paparan dari
kelenjar ludah. Lesi karies terjadi akibat dari perubahan dalam kelenjar ludah dan air

Universitas Sumatera Utara

liur, termasuk berkurangnya aliran, penurunan pH, mengurangi kapasitas buffer, dan
meningkatkan viskositas.1,14
3. Kelenjar saliva
Kadang-kadang kelenjar ludah akan terpapar 20-30 Gy di rongga mulut
selama radioterapi kanker. Komponen parenkim dari kelenjar ludah ini lebih
radiosensitive. Hal ini mengakibatkan mulut menjadi kering, menelan menjadi sulit
dan sakit karena residual saliva mengalami kehilangan bahan pelumasnya. 14,15

2.6.4 Perbedaan antara Efek Stokastik dan Non Stokastik (Deterministik)
Perbedaan dari efek stokastik dan non stokastik, yaitu :
Tabel 3. Perbedaan efek stokastik dan non stokastik
Efek deterministik
Batas dosis ambang

Efek stokastik

Ya, membunuh sel yang Tidak, bahkan satu foton
cukup

diperlukan dapat

sehingga

menyebabkan

menyebabkan perubahan

pada

DNA

respon klinis

yang memicu kanker

Menyebabkan

Kematian sel

Merusak DNA

Efek klinis dan dosis

Efek

klinis

sebanding Efek

klinis

tidak

dengan dosis (semakin tergantung dosis. Tidak
besar,

maka

semakin ada

besar efeknya)

respon

individu

memiliki efek baik atau
tidak

Kemungkinan memiliki Semua
efek dan dosis

individu Frekuensi efek sebanding

menunjukkan efek ketika dengan dosis. Semakin
dosis diatas ambang

besar dosis semakin besar
efek yang ditimbulkan

Universitas Sumatera Utara

Contoh

Katarak,

erythema, Kanker dan efek genetik

kerontokan rambut, dan
menghambat

proses

pertumbuhan

dan

perkembangan

2.7 Proteksi Terhadap Radiasi
Proteksi radiasi bertujuan untuk meminimalkan risiko dari radiografi yang
digunakan untuk pemeriksaan diagnostik. Tujuan ini dapat dipenuhi dengan
mengikuti 3 prinsip umum dari ICRP.3,16,17
Dalam hal melakukan proteksi, ICRP (International Commission on
Radiological Protection) telah menerbitkan bahwa dalam melakukan suatu radiografi
harus memenuhi 3 prinsip umum, sebagai berikut :
1. Justifikasi : pemanfaatan radiasi harus mempunyai manfaat yang lebih besar
dari pada risiko yang diterima.
2. Optimasi (ALARA) : pemanfaatan radiasi harus diupayakan serendah
mungkin dengan mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi.
3. Limitasi : pemanfaatan radiasi tidak boleh melampaui nilai batas dosis yang
sudah ditetapkan oleh peraturan.
Untuk menurunkan dosis serap terhadap pasien dan paparan terhadap personil,
prinsip proteksi radiasi meliputi waktu, jarak dan perisai radiasi harus diterapkan
dengan benar. Semua personil harus menggunakan semua peralatan protektif untuk
menurunkan paparan terhadap kepala dan leher dalam prosedur radiologi
intervensional. Adapun peralatan protektif sebagai perisai radiasi yang diperlukan
dalam radiografi kedokteran gigi antara lain meliputi: apron, kacamata, perisai gonad,
perisai tiroid, dan sarung tangan.16

Universitas Sumatera Utara

2.7.1 Proteksi Radiasi pada Pasien
Dalam melakukan proteksi terhadap pasien, operator diharapkan telah
menguasai dengan baik tentang prosedur penggunaan radiografi yang tepat guna
mengurangi paparan radiasi dan menggunakan ruangan yang telah memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan. Alat-alat proteksi radiasi terhadap pasien adalah
apron yang terbuat dari timbal berukuran 0,5 mm dan pelindung tiroid.14,16,17
2.7.2 Proteksi Radiasi pada Operator
Perlindungan operator dari radiasi yang terpancar dapat dilakukan dengan
menggunakan jarak, atau penggunaan penghalang radiasi.15
1. Jarak
Jarak merupakan sarana yang berguna untuk perlindungan karena intensitas
radiasi menurun dengan kuadrat jarak. Menggandakan jarak dari sumber radiasi
utama, berarti mengurangi empat kali lipat bahaya yang ditimbulkan.
2. Penghalang radiasi
Penghalang radiasi terdiri dari perisai 0,5 mm setara timbal yang digunakan
untuk mencegah bahaya radiasi jika proteksi menurut jarak tidak dapat dicapai karena
kurangnya ruang. Dalam hal ini, operator harus berdiri di belakang penghalang
radiasi pada saat bertindak membuat paparan sinar radiasi. Tentu saja, pengaturan
yang ideal adalah dengan memiliki panel kontrol jarak jauh yang dikendalikan dan
diposisikan dibalik pelindung.15
Dalam melakukan radiografi dan untuk mencegah bahaya radiasi, setiap
operator memiliki kewajiban untuk :18,
1. Memahami rekomendasi kode keselamatan
2. Mengenali bahaya radiasi yang berhubungan dengan pekerjaan dan
mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan
3. Memiliki pemahaman yang penuh tentang metode kerja yang aman
4. Mengetahui prosedur dan teknik radiografi yang tepat

Universitas Sumatera Utara

5. Mengetahui tindakan yang harus dilakukan dalam keadaan darurat
6. Menghilangkan prosedur radiografi yang tidak perlu
7. Memastikan bahwa prosedur radiografi berdasarkan prinsip ALARA.

Universitas Sumatera Utara

2.8 Kerangka Konsep

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan
Klinik

Radiografi
Kedokteran Gigi

Definisi Radiografi
Kedokteran Gigi

Klasifikasi
Radiologi
Kedokteran Gigi

Bahaya radiasi

Manfaat Radiografi

Efek Stokastik

Proteksi
Radiasi

Efek Non
Stokastik

Universitas Sumatera Utara

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian
Penggunaan sinar-X merupakan bagian integral dari kedokteran gigi klinis,
dengan beberapa bentuk pemeriksaan radiografi yang diperlukan oleh sebagian besar
pasien. Oleh karena itu, radiografi sering disebut sebagai main diagnosyic aid, yang
berarti pemeriksaan yang dilakukan sebagai alat untuk membantu dalam menegakkan
diagnosa. Radiografi berperan penting di bidang kedokteran gigi sebagai alat yang
digunakan untuk menegakkan diagnosa, membuat rencana perawatan dan
mengevaluasi suatu tindakan perawatan yang telah dilakukan. Radiografi juga dapat
menimbulkan reaksi-reaksi biologis dalam tubuh dikarenakan radiasi yang berlebihan
kedalam tubuh. Radiasi bekerja pada sistem kehidupan melalui efek langsung dan
tidak langsung. Efek langsung terjadi ketika elektron foton atau sekunder
mengionisasi makromolekuler biologis.1 Dosis yang akan diterima oleh pasien akan
tergantung pada jumlah intensitas foton yang terserap. Dengan demikian untuk
pemeriksaan pasien dengan sinar-X tanpa filter, jaringan permukaan kulit akan
menerima dosis cukup besar.2
Dalam melakukan tindakan radiografi, radiasi dari radiografi yang
dipancarkan sekecil mungkin pun masih memiliki efek yang merugikan terhadap
pasien, operator, masyarakat serta lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, radiografer
harus dapat menguasai dengan baik penggunaan radiografi dengan tepat sehingga
dapat mencegah dan mengurangi resiko terkenanya efek merugikan dari bahaya
radiasi.3
Radiografi sebagai alat penunjang diagnosis dalam perawatan harus
digunakan secara tepat dan mengikuti azas justice. Macam-macam radiografi dalam
ilmu kedokteran gigi bisa digunakan sesuai kasus yang dibutuhkan.4 Radiografi
panoramik digunakan untuk melihat keadaan tulang di rongga mulut secara
keseluruhan, sedangkan radiografi periapikal hanya bisa digunakan untuk melihat 2

Universitas Sumatera Utara

atau 3 gigi pada satu regio saja. Radiografi panoramik memiliki dosis yang lebih
besar dari pada radiografi periapikal yang nantinya akan berpengaruh terhadap dosis
yang diterima dan bisa berdampak yang lebih kepada pasien. Praktisi harus
bertanggung jawab untuk menjaga pasien dari dosis radiasi yang tidak perlu.1
Hasil penelitian Rifaidah Fajrina (2013), mengenai pengetahuan radiografer
tentang radiologi dental di beberapa instalasi kesehatan di Medan memperlihatkan
bahwa pengetahuan radiografer penggunaan apron kepada pasien penyinaran
radiografi dikategorikan buruk (39,1%). Untuk pengetahuan radiografer tentang
proteksi radiasi tersebut yaitu 81% dikategorikan baik.5
Hasil penelitian Emilia Mestika (2012), pada mahasiswa kepaniteraan klinik
pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi yang ada di Sumatera Utara sebesar 63,8%
mahasiswa kepaniteraan klinik melakukan radiografi tanpa melakukan pemeriksaan
klinis, 13,3% tidak mengetahui bahaya radiasi, 33,3% tidak merasa perlu izin dari
dokter jaga, dan 13,8% pernah melakukan radiografi tanpa izin dokter jaga.6
Hal ini yang mendasari peneliti ingin melakukan penelitian yang bertujuan
untuk melihat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap bahaya radiasi
yang ditimbulkan terhadap pasien dari penggunaan rad