Pengaruh Media Tanam Top Soil, Debu Vulkanik Gunung Sinabung dan Kompos Jerami Padi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulah dan Soedarmanto. 1979. Budidaya Tembakau. CV. Yasaguna, Jakarta,
Abidin. 1991. Pengaruh Pergiliran tanaman Tebu dengan Mimosa insiva mart dan
Pupuk NPK Terhadap Beberapa Sifat Tanah dan Produksi Tembakau Deli.
Tesis Magister Sains Fakultas Pascasarjana IPB, Bogor.
Abidin, Z. 2004. Pengendalian Hama dan Penyakit Utama Pada Tanaman
Tembakau.Balai Penelitian Tembakau Deli. Medan.
Adiningsih, S dan Rochayati, S. 1987. Peranan Bahan Organik dalam
Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Pupuk dan Produktivitas Tanah.
Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Pupuk. Cipayung.
Andhika, M. M. 2011. Dampak Debu Vulkanik Gunung Sinabung Terhadap
Perubahan Sifat dan Kandungan Logam Berat pada Tanah
Inceptisol.Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Hal 2-9.
Barasa, R. F., Abdul, R dan Mariani, S. 2013. Dampak Abu Vulkanik Letusan
Sinabung Terhadap Kadar Cu,Pb, dan B Tanah, di Kabupaten Karo.
J. Agroekoteknologi Vol(1): No 4. ISSN :2337-6597.
Davies, D. L and Nielsen, M. T. 1999. Tobacco production, chemistry, and
technology. Coresta, Blackwell Sci., Ltd.
Ditjenbun. 2005. Kebijakan pengembangan supply–demand tembakau untuk
kesejahteraan petani. Di rektorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan,

Jakarta.
Doberman, A and T. Fairhurst. 2000. Rice Nutrient Disorder & Nutrient
Management. Potash & Potash Institute of Canada. Canada.
Ebo, A.G.A. 2010. Gunung Sinabung Meletus. Diakses dari http://www.regional.
kompas.com pada tanggal 27 Oktober 2014
Erwin dan N. Suyani. 2000. Hama dan Penyakit Tembakau Deli. Balai Penelitian
Tembakau Deli (BPTD). Medan.
Fiantis. 2006. Laju Pelapukan Kimia Debu Vulkanis Gunung Talang dan
Pengaruhnya Terhadap Proses Pembentukan Mineral Liat Non-Kristalin.
Skripsi. Universitas Andalas. Padang.
Global Volcanism Program. 2014. General Information of Sinabung. Diakses dari
http://www.volcano.si.edu pada tanggal 27 Oktober 2014
Gunarto L., P. Lestari., H. Supadmo dan A.R. Marzuki, 2002. Haryanto dan
Idawati. 1990. Pengaruh Pemberian Jerami PAdi pada Serapan N dan
Pertumbuhan Padi. Majalah BATAN

Universitas Sumatera Utara

Gunawan, A. 2004. Evaluasi Pertumbuhan Beberapa Varietas Tanaman
Tembakau (Nicotiana tabacum L.). Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Medan.
Kementerian Keuangan RI. 2015. Rincian Dana Bagi Hasil Cukai Hasil
Tembakau Menurut Provinsi/ Kabupaten/ Kota Tahun Anggaran 2015.
Diakses dari http://www.jdih.kemenkeu.go.id. Pada tanggal 31 Oktober
2015
Munir, M. S. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Karakteristik; Klasifikasi dan
Pemanfaatannya. PT.Dunia Pustaka Jaya. Jakarta
Nasution, W. A. 2008. Pengaruh Bio VA-MIKORIZA dan Pemberian Arang
Terhadap Jamur Phytium spp. Pada Tanaman Tembakau Deli
(Nicotiana tabacum L.) di Rumah Kaca. Skripsi. Universitas Sumatera
Utara. Medan
Pramono, J. 2004. Kajian Penggunaan Bahan Organik pada Padi Sawah.
Agrosains 6 (1): 11-14.
Silaban, Martua M. 2013. Respons Pertumbuhan Tembakau Deli
(Nicotiana tabaccum (L.)) pada Beberapa Jenis Kapur dan Tanah di
Sumatera Utara. Jurnal. Vol.1, No.3, Juni 2013. Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian USU. Medan.
Simanjuntak, R. 2006. Korelasi Beberapa Sifat Tanah Dengan Produksi Pada
Tanaman Tembakau Deli Di PTPN II Sampali Kabupaten Deli Serdang.
Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan

Simanungkalit, R. D. M., Suriadikarta, D. A., Saraswati, R. Setyorini
dan W. Hartatik. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Departemen
Pertanian. Jakarta. http://balittanah. litbang.deptan.go.id. [ 4 Maret 2010].
Simbolon, N. M. 2007. Respon Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L. )
Pada Beberapa Tingkat Pemberian Air Dengan pH Yang Berbeda. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sipayung, E. 2014. Respon Perbandingan Debu Vulkanik Gunung Sinabung dan
Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tembakau Deli.
Skripsi. Fakultas Pertanian USU, Medan.
Steenis, C. G. G. J. 1997. Flora. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. 485 hal.
Sudaryo dan Sutjipto. 2009. Analisis Logam Pada Tanah Vulkanik Di Daerah
Cangkringan Kabupaten Sleman Dengan Metode Analisis Aktivasi
Neutron Cepat.Skripsi Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta.
Sulistiyanto, Y., Sustiyah dan L. Widya. 2011. Pertumbuhan Dan Produksi Padi
(Oryza Sativa) Yang Ditanam Di Lahan Pasang Surut Setelah Pemberian

Universitas Sumatera Utara

Bokashi Jerami Padi. Prosiding Seminar Dan Kongres Nasional Himpunan
Ilmu Tanah Indonesia X. Jurusan Ilmu Tanah Faperta Universitas Sebelas

Maret Surakarta Bekerjasama Dengan HITI Surakarta, 68 Desember 2011
Dalam Kaya, E. 2013. Pengaruh Kompos Jerami Dan Pupuk NPK
Terhadap N-Tersedia Tanah, Serapan-N, Pertumbuhan Dan Hasil Padi
Sawah
Yulaikah, Prayitno, Paryanto dan Kurnia. 2005. Substitusi dan Diversifikasi
Lahan Tembakau Di Jawa Timur. Laporan Survei Kerja Sama Antara
Balittas Dengan Dinas Perkebunan Jawa Timur. Disbun Jatim. Surabaya.

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tembakau Deli (BPTD)
PTPN II Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang pada
ketinggian + 15 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan dari
bulan Mei sampai dengan Juli 2015.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tembakau varietas
deli- 4 umur 40 hari, top soil, debu vulkanik Gunung Sinabung, kompos jerami
padi, polibeg ukuran 40 x 50 cm, air dan bahan lainnya yang dapat mendukung

penelitian ini.
Alat yang digunakan adalah gembor, handsprayer, timbangan, cangkul,
kalkulator, alat tulis, meteran, jangka sorong digital, label nama, spidol,
ayakan 20 mesh, kamera, meteran

dan alat lainnya yang dapat mendukung

penelitian ini.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
non faktorial, yaitu:
M0

= Kontrol ( Top soil 15 kg )

M1

= Topsoil : Debu vulkanik : Kompos Jerami Padi (13 kg : 2 kg : tanpa kompos jerami)

M2


= Topsoil : Debu vulkanik : Kompos Jerami Padi (13kg : 1.5 kg : 0,5 kg )

M3

= Topsoil : Debu vulkanik : Kompos Jerami Padi (13 kg : 1 kg : 1 kg)

M4

= Topsoil : Debu vulkanik : Kompos Jerami Padi (13 kg : 0,5 kg : 1,5 kg)

M5

= Topsoil : Debu vulkanik : Kompos Jerami Padi (13 kg : tanpa debu
vulkanik : 2 kg)

Universitas Sumatera Utara

Jumlah Ulangan (Blok)


= 4 Ulangan

Jumlah Plot

= 24 Plot

Jumlah Tanaman Sampel Per Plot

= 6 Tanaman

Jumlah Tanaman Per Plot

= 6 Tanaman

Jumlah Tanaman Sampel Seluruhnya = 144 Tanaman
Jumlah Tanaman Seluruhnya

= 144 Tanaman

Ukuran Plot


= 100 cm x 150 cm

Jarak Antar Plot

= 50 cm

Jarak Antar Ulangan

= 70 cm

Ukuran polibeg

= 40 x 50 cm (15 kg)

Metoda Analisis Data
Data Analisis dengan sidik ragam, berdasarkan model umum sebagai
berikut :
Yij = µ + αi + βj + εij
i= 1,2,3,4,5,6


j= 1,2,3,4

Dimana :
Yij=

hasil pengamatan ulangan ke-i karena pemberian debu vulkanik

dan pupuk kompos jerami padi pada taraf ke-j
µ=

Rataan umum

βj =

Pengaruh pemberian ulangan ke-j

αi =

Respon perlakuan pada taraf ke-i


Eij=

Efek galat dari perlakuan ke i dan ulangan ke-j

Jika perlakuan berpengaruh nyata maka dianalisis dengan Uji Beda Rataan
berdasarkan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %
(Bangun, 1991).

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Areal Penelitian
Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Tembakau Deli (BPTD) PTPN II
Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dengan luas areal
7,1 m x 13 m. Areal yang digunakan dibersihkan, kemudian dibentuk plot untuk
menempatkan polibeg.
Persiapan Bibit
Bibit yang digunakan pada percobaan ini adalah bibit tembakau deli
(Nicotiana tabacum L.) varietas deli- 4 yang berumur 40 hari yang berasal dari

pembibitan tembakau deli PTPN II
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan pada penelitian ini adalah topsoil. Topsoil
yang digunakan 13 kg per polibeg. Sebelum digunakan topsoil terlebih dahulu
diayak dengan ayakan 20 mesh untuk menghilangkan kotoran-kotoran berupa
batu-batu, dedaunan, dan tanah yang menggumpal. Analisis tanah dilakukan
sebelum tanam dan sesudah tanaman tembakau dipanen (Lampiran5).
Persiapan Debu Vulkanik dan Pupuk Kompos Jerami Padi
Debu vulkanik yang digunakan berasal dari debu vulkanik Sinabung. yang
diperoleh dari Desa Kutarayat dan Kutagugung , Kecamatan Naman Teran,
Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Hasil analisis debu vulkanik tersebut disajikan
pada Lampiran 6. Debu vulkanik diperoleh dengan cara mengumpulkan debu
vulkanik hasil erupsi Gunung Sinabung yang menutupi areal pertanian disekitar
desa tersebut dan memasukkannya kedalam karung. Debu vulkanik dianalisis
untuk mengetahui kandungan yang terdapat didalamnya. Sedangkan pupuk
kompos jerami padi yang digunakan adalah pupuk kompos jerami padi yang

Universitas Sumatera Utara

sudah mengalami proses fermentasi. Hasil analisis kompos jerami padi dapat
dilihat pada Lampiran 7.
Aplikasi Debu vulkanik dan Pupuk Kompos Jerami Padi
Aplikasi debu vulkanik dan kompos jerami padi dilakukan seminggu
sebelum

ditanam. Sebelum aplikasi, kompos jerami padi dan debu vulkanik

diayak terlebih dahulu menggunakan ayakan 20 mesh untuk membersihkan
kotoran-kotoran yang terdapat dalam debu vulkanik dan kompos jerami padi
tersebut. Debu vulkanik dan kompos jerami padi dicampur sesuai perlakuan
sebelum diaplikasikan kedalam media tanam, dimana berat campuran debu
vulkanik dan pupuk kompos jerami padi adalah 2 kg per polibeg.
Penanaman
Penanaman dilakukan seminggu setelah debu vulkanik dan pupuk kompos
jerami padi diaplikasikan sesuai perlakuan ke dalam media tanam, jumlah
tanaman per polibeg berjumlah 1 tanaman.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari dan dilakukan pada sore hari.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau tidak
tumbuh dan dilakukan seminggu setelah pindah tanam.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dalam 3 tahap yakni pemupukan pertama dilakukan
pada saat 1 hari sebelum tanam, pemupukan ke-2 dilakukan pada 7 HST dengan
menggunakan pupuk mix atau campuran ZA, ZK dan TSP (6:3:1) dengan dosis

Universitas Sumatera Utara

10 g/tanaman. Pemupukan ketiga dilakukan pada 16 HST dengan menggunakan
pupuk campuran ZA dan ZK (1:3) dengan dosis 15 g/tanaman.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan gejala yang
terdapat di lapangan. Pengendalian dilakukan secara kimia dengan menggunakan
pestisida.
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan secara manual yakni dengan mencabut gulma
dengan tangan maupun cangkul yang tumbuh di dalam polibeg maupun di lahan
penelitian. pentiangan dilakukan setiap dua hari sekali.
Panen (Kutip Daun)
Pengutipan daun dilakukan pada beberapa tahapan, yakni:
-

16 HSPT : kutip daun bibit, yakni dengan menyisakan dua daun bagian
atas dan tunas pucuk.

-

30 HSPT kutip daun rusak, daun tua, daun bibit, dan daun yang lengket
dengan tanah

-

44 HSPT : kutip daun pasir yakni dengan mengutip 3 lembar daun/pokok

-

47 HSPT : kutip pertama daun kaki 1 yakni dengan mengutip 3 lembar
daun/pokok

Universitas Sumatera Utara

Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai 18 hari setelah pindah tanam (HSPT) yaitu
setelah pembumbunan kedua hingga 46 HSPT dengan interval pengamatan 1
minggu. Tinggi tanaman diukur mulai dari leher akar hingga titik tumbuh dengan
menggunakan meteran, selanjutnya dibuat pacak ukur untuk pengamatan
berikutnya.
Diameter Batang (mm)
Diameter batang diukur mulai 18 hari setelah pindah tanam (HSPT)
hingga 46 HSPT dengan interval pengamatan 1 minggu. Diameter batang diukur
1 cm diatas pacak sampel dengan menggunakan jangka sorong.
Jumlah Daun per pokok (Helai)
Jumlah daun dihitung mulai 18 HSPT hingga 39 HSPT dengan interval
pengamatan 1 minggu. Daun yang dihitung adalah daun yang telah berkembang
sempurna yakni telah memiliki tangkai daun.
Lebar Daun Pasir (cm)
Lebar daun diukur pada 44 HSPT. Daun yang diukur adalah daun pasir
terbaik sebanyak 3 daun yakni diantara daun yang terletak pada duduk daun ke-1
sampai ke-6. Lebar daun diukur pada bagian daun yang terlebar.
Lebar Daun Kaki I (cm)
Lebar daun diukur pada 47 HSPT. Daun yang diukur adalah daun kaki I
terbaik yang terletak pada duduk daun ke-7 sampai ke-15. Lebar daun diukur pada
bagian daun yang terlebar.

Universitas Sumatera Utara

Panjang Daun Pasir (cm)
Panjang daun pasir diukur pada 44 HSPT. Daun yang diukur adalah daun
pasir terbaik yakni daun yang terletak pada duduk daun ke-1 sampai ke-6. Panjang
daun diukur dari pangkal daun sampai sampai ke ujung daun.
Panjang Daun Kaki I (cm)
Panjang daun kaki I diukur pada 47 HSPT. Daun yang diukur adalah daun
kaki I terbaik yang terletak pada duduk daun ke-7 sampai ke-15. Panjang daun
diukur dari pangkal daun sampai sampai ke ujung daun.
Berat Segar Daun Pasir (g)
Berat segar daun pasir diukur pada 44 HSPT. Berat segar daun pasir yang
diukur adalah daun pasir terbaik yakni daun yang terletak pada duduk daun ke-1
sampai ke-6 dengan menggunakan timbangan digital.
Berat Segar Daun Kaki I (g)
Berat segar daun kaki I diukur pada 47 HSPT. Berat segar daun kaki I
yang diukur adalah daun kaki I terbaik yakni daun yang terletak pada duduk daun
ke-7 sampai ke-12 dengan menggunakan timbangan digital.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian sidik ragam dapat dilihat
bahwa perlakuan media tanam tanaman tembakau berpengaruh nyata terhadap
parameter diameter batang 18 – 46 HSPT dan jumlah daun per pokok umur 46
HSPT dan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada 18 –
46 HSPT, jumlah daun per pokok umur 18-39 HSPT lebar daun pasir, lebar daun
kaki I, panjang daun pasir, panjang daun kaki I, berat segar daun pasir, berat segar
daun kaki I.
Tinggi Tanaman (cm)
Data pengamatan tinggi tanaman tembakau umur 18 – 46 HSPT dan sidik
ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 9 sampai 18 yang menunjukkan bahwa
perlakuan media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman
tembakau.
Tinggi tanaman tembakau umur 18 – 46 HSPT pada berbagai komposisi
media tanam dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) tembakau umur 18 – 46 HSPT pada media
tanam dengan pemberian debu vulkanik dan kompos jerami padi
Rataan
Media Tanam
18 HSPT
25 HSPT 32 HSPT 39 HSPT 46 HSPT
M0
5,83
22,04
36,92
53,71
127,02
M1
4,10
17,42
31,00
46,54
134,11
M2
5,33
21,61
35,29
50,92
111,73
M3
5,67
22,54
38,75
53,84
122,54
M4
5,98
23,29
38,21
54,67
127,04
M5
6,31
22,81
38,21
56,17
122,58

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada perlakuan media tanam berpengaruh
tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada 18 – 46 HSPT. Tinggi
tanaman tanaman tembakau pada umur 18 HSPT tertinggi pada perlakuan media

Universitas Sumatera Utara

tanam M5 (topsoil : debu vulkanik : kompos jerami padi = 13 kg : tanpa debu
vulkanik : 2 kg) yakni 6,31 cm dan terendah pada perlakuan media tanam M1
(topsoil : debu vulkanik : kompos jerami padi = 13 kg : 2 kg : tanpa kompos
jerami padi) yakni 4,10 cm.
Tinggi tanaman tembakau umur 25 HSPT tertinggi pada perlakuan media
tanam M4 (topsoil : debu vulkanik : kompos jerami padi =13 kg : 0,5 kg : 1,5 kg)
yakni 23,29 cm dan terendah pada perlakuan media tanam M1 (topsoil : debu
vulkanik : kompos jerami padi = 13 kg : 2 kg : tanpa kompos jerami padi) yakni
17,42 cm. Pada umur 32 HSPT tinggi tanaman tembakau tertinggi pada perlakuan
media tanam M3 (topsoil : debu vulkanik : kompos jerami padi = 13 kg : 1 kg : 1
kg) yakni 38,75 cm dan terendah pada perlakuan media tanam M1 (topsoil : debu
vulkanik : kompos jerami padi = 13 kg : 2 kg : tanpa kompos jerami padi ) yakni
31,00 cm.
Tinggi tanaman tembakau umur 39 HSPT tertinggi pada perlakuan media
tanam M5 (topsoil : debu vulkanik : kompos jerami padi = 13 kg : tanpa debu
vulkanik : 2 kg) yakni 56,17 cm dan terendah pada perlakuan media tanam M1
(topsoil : debu vulkanik : kompos jerami padi =13 kg : 2 kg : tanpa kompos jerami
padi) yakni 46,54 cm.
Pada umur 46 HSPT tinggi tanaman tembakau tertinggi pada perlakuan
media tanam M1 (topsoil : debu vulkanik : kompos jerami padi =13 kg : 2 kg :
tanpa kompos jerami padi) yakni 134,11 cm dan terendah pada perlakuan media
tanam M2 (topsoil : debu vulkanik : kompos jerami padi = 13kg : 1.5 kg : 0,5 kg )
yakni 111,73 cm.

Universitas Sumatera Utara

Diameter Batang (mm)
Data pengamatan diameter batang tembakau umur 18 – 46 HSPT dan sidik
ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 30 sampai 38 yang menunjukkan bahwa
perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman
tembakau.
Diameter batang tanaman tembakau umur 18 – 46 HSPT pada berbagai
media tanam dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2. Rataan diameter batang (mm) tembakau 18–46 HSPT pada media tanam
dengan pemberian debu vulkanik dan kompos jerami padi.
Rataan
Media Tanam
18 HSPT
25HSPT
32 HSPT
39 HSPT
46 HSPT
M0
6.90cd
9.61cd
10.93c
13.41c
15.68c
M1
5.94e
8.76e
9.76d
12.59e
14.14e
M2
6.48d
9.11d
10.20d
12.87d
14.95d
M3
7.03bc
9.75c
10.89c
13.39c
15.41cd
M4
7.45b
10.48b
11.54b
14.44b
16.33b
M5
8.09a
11.48a
12.71a
15.24a
16.97a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf 5% dalam uji jarak Duncan.
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada perlakuan berbagai media tanam,
diameter batang tanaman tembakau pada umur 18 HSPT terbesar pada perlakuan
media tanam M5 yakni 8,09 mm yang berbeda nyata dengan perlakuan media
tanam lainnya, sedangkan diameter batang terkecil terdapat pada perlakuan M1
yakni 5,94 mm yang berbeda nyata dengan perlakuan media tanam lainnya.
Pada umur 25 HSPT diameter batang tanaman terbesar pada perlakuan
media tanam M5 yakni 11,48 mm yang berbeda nyata dengan perlakuan media
tanam lainnya, sedangkan diameter batang terkecil terdapat pada perlakuan M1
yakni 8,76 mm yang berbeda nyata dengan perlakuan media tanam lainnya.
Diameter batang tanaman tembakau umur 32 HSPT terbesar pada
perlakuan media tanam M5 yakni 12,71 mm yang berbeda nyata dengan

Universitas Sumatera Utara

perlakuan media tanam lainnya, sedangkan diameter batang terkecil terdapat pada
perlakuan M1 yakni 9,76 mm

yang berbeda tidak nyata dengan M2 namun

berbeda nyata dengan perlakuan media tanam lainnya.
Pada umur 39 HSPT diameter batang tanaman tembakau terbesar pada
perlakuan media tanam M5 yakni 15,24 mm yang berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Sedangkan diameter yang terendah ditunjukan oleh perlakuan
media tanam M1 yakni 12,59 yang berbeda nyata dengan perlakuan media tanam
lainnya.
Diameter batang tanaman tembakau terbesar pada umur 46 HSPT yaitu
pada perlakuan media tanam M5 yakni 16,97 mm yang berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Sedangkan diameter terendah yakni sebesar 14,14 mm pada
perlakuan media tanam M1 yang berbeda nyata dengan perlakuan media tanam
lainnya.

Diameter Batang (mm)

18,00
16,00
14,00
12,00

M0

10,00

M1

8,00

M2

6,00

M3

4,00

M4

2,00

M5

0,00
18 HSPT

25HSPT

32 HSPT

39 HSPT

46 HSPT

Umur Tanaman
Gambar 1. Diagram batang diameter batang (mm) 18 – 46 HSPT tanaman
tembakau pada berbagai media tanam
Jumlah Daun per Pokok (helai)
Data pengamatan jumlah daun per pokok tanaman tembakau umur 18 – 46
HSPT dan sidik ragamnya (Lampiran 19 - 29) yang menunjukkan bahwa

Universitas Sumatera Utara

perlakuan media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun per pokok
pada umur 18 – 39 HSPT dan berpengaruh nyata pada umur 46 HSPT.
Jumlah daun per pokok tanaman tembakau umur 18 – 46 HSPT pada
berbagai media tanam dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan jumlah daun (helai) tembakau 18–46 HSPT pada media tanam
dengan pemberian debu vulkanik dan kompos jerami padi
Rataan
Media Tanam
18 HSPT
25 HSPT
32 HSPT
39 HSPT 46 HSPT
M0
4,71
7,79
10,21
13,52
25,41ab
M1
4,08
6,96
9,67
13,04
24,29b
M2
4,33
7,59
10,33
13,96
22,95c
M3
4,71
7,83
10,96
13,65
22,24c
M4
4,83
8,06
11,00
14,40
26,15a
M5
4,68
7,81
10,79
14,23
22,19c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang
sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% dalam uji jarak Duncan.
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada perlakuan berbagai media tanam,
jumlah daun per pokok tanaman tembakau pada umur 18 – 39 HSPT terbanyak
pada perlakuan M4 yakni 4,83 helai, 8,06 helai, 11,00 helai, 14,40 helai dan 26,15
helai. Jumlah daun per pokok tanaman tembakau pada umur 18 – 39 HSPT
terendah pada perlakuan M1 yakni 4,08 helai, 6,96 helai, 9,67 helai dan 13,04.
Jumlah daun per pokok tanaman tembakau umur 46 HSPT terbanyak pada
perlakuan M4 yakni 26,15 helai yang berbeda nyata dengan M1, M2, M3, dan M5
dan berbeda tidak nyata dengan M0.

Universitas Sumatera Utara

Jumlah Daun per Pokok (helai)

30,00
25,00
20,00

M0
M1

15,00

M2

10,00

M3
M4

5,00

M5

0,00
18 HSPT

25 HSPT

32 HSPT

39 HSPT

46 HSPT

Umur Tanaman
Gambar 2. Diagram batang jumlah daun per pokok (helai) 18 – 46 HSPT tanaman
tembakau pada berbagai media tanam
Lebar Daun (cm)
Dari hasil pengamatan lebar daun pasir pada 44 HSPT dan lebar daun kaki
I pada 50 HSPT disajikan pada lampiran 39 sampai 42 menunjukkan bahwa
perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada lebar daun pasir dan
lebar daun kaki I. Rataan lebar daun pasir dan daun kaki I dapat dilihat pada Tabel
4 dibawah.
Tabel 4. Rataan lebar daun pasir (cm) pada 44 HSPT dan lebar daun kaki I pada
50 HSPT pada media tanam dengan pemberian debu vulkanik dan
kompos jerami padi.
Perlakuan

M0
M1
M2
M3
M4
M5

Rataan Lebar Daun (cm)
Daun Pasir
Daun Kaki I

19,82
19,53
20,05
20,96
17,90
20,59

18,63
17,83
18,60
19,07
18,71
19,74

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada perlakuan berbagai media tanam, lebar daun
pasir tanaman tembakau terlebar pada perlakuan M5 yakni 20,59 cm dan
tersempit pada perlakuan M4 yakni 17,90 cm. Pada daun kaki I, tanaman

Universitas Sumatera Utara

tembakau terlebar terdapat pada perlakuan M5 yakni 19,74 cm dan tersempit pada
perlakuan M1 yakni 17,83 cm.
Panjang Daun (cm)
Dari hasil pengamatan panjang daun pasir pada 44 HSPT dan panjang
daun kaki I pada 50 HSPT disajikan pada lampiran 43 sampai 46 menunjukkan
bahwa perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada panjang daun
pasir dan panjang daun kaki I. Rataan panjang daun pasir dan daun kaki I dapat
dilihat pada Tabel 5 dibawah.
Tabel 5. Rataan panjang daun pasir (cm) pada 44 HSPT dan panjang daun kaki
I pada 50 HSPT pada media tanam dengan pemberian debu vulkanik
dan kompos jerami padi.
Perlakuan

M0
M1
M2
M3
M4
M5

Rataan Panjang Daun (cm)
Daun Pasir
Daun Kaki I

33,97
32,18
32,78
32,76
33,71
32,94

32,54
30,63
31,08
32,39
33,10
33,52

Tabel 5 menunjukkan bahwa pada perlakuan berbagai media tanam,
panjang daun pasir tanaman tembakau terpanjang pada perlakuan M0 yakni 33,97
cm dan terpendek pada perlakuan M1 yakni 32,18 cm. Sedangkan pada panjang
daun kaki I, tanaman tembakau terpanjang pada perlakuan M5 yakni 33,52 cm
dan terpendek pada perlakuan M1 yakni 30,63 cm.
Berat Segar Daun (gr)
Dari hasil pengamatan berat segar daun pasir pada 44 HSPT dan berat
segar daun kaki I pada 50 HSPT disajikan pada lampiran 47 sampai 50
menunjukkan bahwa perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada

Universitas Sumatera Utara

berat segar daun pasir dan berat segar daun kaki I. Rataan berat segar daun pasir
dan berat segar daun kaki I dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah.
Tabel 6. Rataan berat segar daun pasir (gr) pada 44 HSPT dan berat segar daun
kaki I pada 50 HSPT pada media tanam dengan pemberian debu
vulkanik dan kompos jerami padi
Perlakuan

Rataan Berat Segar Daun (gr)
Daun Pasir
Daun Kaki I

M0
11,91
10,87
M1
10,82
9,98
M2
13,54
11,77
M3
12,54
11,98
M4
12,25
12,05
M5
12,56
12,77
Tabel 6 menunjukkan bahwa pada perlakuan berbagai media tanam, berat segar
daun pasir tanaman tembakau terberat pada perlakuan M2 yakni 13,54 gr dan
teringan pada perlakuan M1 yakni 10,82 gr. Sedangkan pada berat segar daun
kaki I, tanaman tembakau terberat pada perlakuan M5 yakni 12,77 gr dan teringan
pada perlakuan M1 yakni 9,98 gr.
Pembahasan
Dari hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perbandingan top
soil, debu vulkanik sinabung dan kompos jerami padi berpengaruh nyata pada
diameter batang umur 18 – 46 HSPT pada perlakuan M5. Perlakuan perbandingan
top soil, debu vulkanik sinabung dan kompos jerami padi berpengaruh nyata pada
jumlah daun per pokok umur 46 HSPT pada perlakuan M4. Debu vulkanik yang
terdapat di atas permukaan tanah mengalami pelapukan kimiawi dengan bantuan
air dan asam-asam organik yang terdapat di dalam tanah. Akan tetapi, proses
pelapukan ini memakan waktu yang lama. Hal ini disebutkan oleh Fiantis (2006)
dimana hasil pelapukan lanjut dari debu vulkanik mengakibatkan terjadinya
penambahan kadar kation-kation (Ca, Mg, K dan Na) di dalam tanah hampir 50%
dari keadaan sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

Pada parameter tinggi tanaman 18 HSPT dan 39 HSPT, diameter batang
18 – 49 HSPT, lebar daun kaki I, panjang daun kaki I, dan berat segar daun kaki I
(Tabel 1, 2, 5, 7 dan 9) diperoleh data pengamatan tertinggi yaitu pada perlakuan
M5 sedangkan tanaman terendah terdapat pada perlakuan M1. Hubungan tingkat
perbandingan debu vulkanik dengan kompos jerami padi berbanding terbalik,
dimana semakin banyak debu vulkanik yang diberikan sebagai campuran media
tanam maka pertumbuhan tembakau semakin lambat demikian pula sebaliknya
semakin kecil jumlah debu vulkanik yang dicampurkan dalam media tanam
pertumbuhan tanaman akan semakin meningkat. Debu yang jatuh dan menutupi
lahan pertanian memberikan dampak positif dan negatif bagi tanah dan tanaman.
Dampak positif bagi tanah, secara tidak langsung, adalah memperkaya dan
meremajakan tanah yang juga meningkatkan pertumbuhan tanaman, sedangkan
dampak negatifnya adalah debu tersebut menutupi permukaan daun sehingga
menghambat proses fotosintesa dan tanaman tersebut lambat laun akan mati. Hal
ini mengakibatkan penurunan produksi tanaman. Dampak negatif lainnya adalah
kemungkinan terkandungnya logam-logam berat dalam debu vulkanik tersebut.
Penelitian kandungan debu vulkanik di Fuego, Costa Rica menunjukkan rata-rata
kandungan Al (5,2 ppm), B(0,088 ppm), Ca(400 ppm), Cd(0,008 ppm), Cl(124
ppm), Cu(2.08 ppm), Fe(0,044 ppm), Li(0,104 ppm), dan Pb(0,104 ppm)
(Barasa, 2013).
Setiap jenis tembakau menghendaki jenis tanah yang berbeda, namun
ada syarat khusus yang dikehendaki oleh setiap jenis tembakau. Menurut
Nasution (2008), tembakau cerutu dataran rendah seperti tembakau deli
menghendaki tanah yang banyak mengandung humus. Pemberian debu vulkanik
dalam jumlah yang besar dapat memadatkan tanah sehingga air sulit diserap tanah

Universitas Sumatera Utara

dan sulit tersedia untuk tanaman, hal ini terjadi karena debu vulkanik berukuran
sangat kecil yakni sekitar 0.002- 0.05 mm. Hal ini mengakibatkan debu vulkanik
dapat mengisi seluruh pori-pori tanah dan memadatkan tanah. Hal ini sesuai
dengan penelitian Andhika (2011) yang menyatakan bahwa yang menyatakan
bahwa semakin banyak debu yang diberikan maka akan dapat memadatkan tanah.
Penyiraman setiap hari dapat mentranslokasikan fraksi halus tanah (terutama
debu) ke tanah yang lebih dalam.
Peningkatan

pertumbuhan

tanaman

tembakau

deli

terjadi

ketika

perbandingan debu vulkanik yang diberikan lebih kecil dari kompos jerami padi.
Hal ini dapat terjadi karena pemberian bahan organik tanah seperti kompos jerami
padi dapat meningkatkan pori-pori tanah sehingga tanah menjadi lebih gembur
dan subur sehingga mendukung pertumbuhan tembakau deli secara optimal. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Silaban (2013) yang menyatakan bahwa bahan
organik adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah dalam
memainkan peranannya bahan organik sangat dibutuhkan oleh sumber dan
susunannya. Derajat kemasaman tanah yang baik untuk tanaman tembakau deli
adalah yang memiliki pH 5,0- 5,6.
Derajat keasaman media tanam yang rendah dapat mengakibatkan
kandungan Ca dan Mg pada media tanam menjadi sangat rendah. Hal ini dapat
mempengaruhi pertumbuhan akar tanaman tembakau deli sehingga pada
pemberian debu vulkanik dalam jumlah yang besar mengakibatkan pertumbuhan
akar yang lambat yang diikuti dengan terhambatnya pertumbuhan tanaman.
Menurut Fiantis (2006) debu vulkanik yang terdeposisi di atas permukaan tanah
mengalami pelapukan kimiawi dengan bantuan air dan asam-asam organik yang
terdapat di dalam tanah. Akan tetapi, proses pelapukan ini memakan waktu yang

Universitas Sumatera Utara

lama. Hasil pelapukan lanjut dari debu vulkanik mengakibatkan terjadinya
penambahan kadar kation-kation (Ca, Mg, K dan Na) di dalam tanah hampir 50%
dari keadaan sebelumnya.
Berdasarkan sidik ragam data pengamatan diameter batang kita dapat
melihat bahwa perlakuan M3 mempunyai pertumbuhan yang berbeda tidak nyata
dengan perlakuan M0 (kontrol) artinya pada perlakuan ini perbandingan debu
vulkanik dengan kompos jerami padi yang ditambahkan top soil sudah dapat
digunakan sebagai media tanam yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman
tembakau deli. Pada analisis akhir (Lampiran 8) pada perlakuan M0 terdapat
kandungan N(0.16%), C-Organik(1.29%), KTK(13.79 C mol kg-1), Ca(7.93 C mol
kg-1), Mg(1.45 C mol kg-1), K(0.40 C mol kg-1), pH H20(6.18), PBray II(24.24),
sedangkan pada perlakuan M3 terdapat kandungan N(0.19%), C-Organik(1.65%),
KTK(14.70 C mol kg-1), Ca(9.98 C mol kg-1), Mg(1.39 C mol kg-1), K(1.77 C mol
kg-1), pH H20 (4.87), PBray II(87.18).
Jika ditinjau dari intensitas serangan hama dan penyakit pada tembakau
selama penelitian dapat disimpulkan bahwa dampaknya begitu besar karena
menggangu proses pertumbuhan vegetatif tembakau di mana diperoleh tinggi
tanaman, jumlah daun, diameter daun, luas daun dan ketebalan daun yang jauh
dari deskripsi varietas. Bahkan dapat dikatakan menutupi pengaruh perlakuan
yang diberikan pada tembakau tersebut. Walaupun telah dilakukan tindakan
pengendalian, namun serangan hama dan penyakit tersebut tidak turun. Hal ini
sesuai dengan Abidin (2004) yang menyatakan bahwa Gangguan hama dan
penyakit pada tembakau deli merupakan salah satu masalah penting yang
senantiasa dihadapi yang senantiasa dihadapi pada setiap musim tanam tembakau.

Universitas Sumatera Utara

Gangguan ini dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar, tidak bisa terhadap
produksi tetapi juga terhadap kualitas tembakau itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Perlakuan perbandingan media top soil debu vulkanik Gunung Sinabung
dan kompos jerami padi pada M5 memberikan pengaruh nyata terhadap
diameter batang pada 18 sampai 46 HSPT.
2.

Perlakuan perbandingan media top soil debu vulkanik Gunung Sinabung
dan kompos jerami padi pada M4 berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun per pokok umur 46 HSPT.

3.

Pemberian media top soil debu vulkanik Gunung Sinabung dan kompos
jerami padi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman,
jumlah daun per pokok umur 18-39 HSPT, lebar daun, panjang daun dan
berat segar daun

Saran
Penulis menyarankan untuk tidak menggunakan debu vulkanik dalam
waktu dekat karena proses pelapukan bahan organik belum sempurna.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan lebih intensif agar diperoleh respons
pertumbuhan tembakau yang lebih optimal.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Media Tanam
Tanah dengan sifat sifatnya amat mempengaruhi pertumbuhan dan
produktivitas tanaman. Sifat fisik, kimia dan biologi tanah merupakan aspekaspek yang sangat penting untuk menunjang kesuburan tanah. Kondisi tanah yang
subur merupakan syarat mutlak untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan
produktivitas tanaman (Simanjuntak, 2006).
Top soil adalah tanah lapisan paling atas yang biasanya terdapat pada
ketebalan 5 cm - 20 cm. Top soil memiliki kandungan bahan organik dan
mikroorganisme paling tinggi dan merupakan tempat aktivitas biologi tanah
terjadi

yang

merupakan

bagian

tanah

penuntun

kesuburan

tanah

(Gunarto et al., 2002).
Pada umumnya budidaya tembakau deli diusahakan pada Inceptisols
berasal dari endapan tanah dasit tua dan dasit muda. Tanah Inceptisol ini
mengandung unsur hara kalium dan fosfat yang lebih tinggi dari pada bahan
asalnya. Kadar magnesium dan kalsium sedang dan kadar nitrogennya sangat
beragam (Abidin, 1991).
Tanah-tanah yang sesuai untuk tembakau adalah tanah lempung berpasir
atau lempung berpasir halus berwarna muda dengan kadar bahan organik dan
kadar N rendah hingga sedang, yang terpenting dalam hal ini ialah memiliki sifat
fisik yang baik. Struktur tanah yang paling menguntungkan ialah remah, mudah
dikerjakan, mempunyai porositas dan permeabilitas yang baik dengan menahan
air yang cukup (Abdulah dan Soedarmanto, 1979).

Universitas Sumatera Utara

Debu Vulkanik
Debu vulkanik atau pasir vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan
yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan. Debu maupun pasir
vulkanik terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus, yang
berukuran besar biasanya jatuh disekitar sampai radius 4-5 km dari kawah,
sedangkan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan hingga
ribuan kilometer (Sudaryo dan Sutjipto 2009).
Dalam suatu aktivitas vulkanisme, material-material yang dikeluarkan
berupa gas, cair, dan padat. Gas-gas yang keluar antara lain uap air, O2, N2, CO2,
CO, SO2, H2S, NH3, H2SO4, dan sebagainya. Materi cair yang dikeluarkan adalah
magma yang keluar melalui pipa gunung yang disebut lava sedangkan materi
padat yang disemburkan ketika gunung api meletus berupa bom (batu-batu besar),
kerikil, lapilli, pasir, debu serta debu halus (Munir, 1996).
Debu vulkanik yang terdapat di atas permukaan tanah mengalami
pelapukan kimiawi dengan bantuan air dan asam-asam organik yang terdapat di
dalam tanah. Akan tetapi, proses pelapukan ini memakan waktu yang lama. Hasil
pelapukan lanjut dari debu vulkanik mengakibatkan terjadinya penambahan kadar
kation-kation (Ca, Mg, K dan Na) di dalam tanah hampir 50% dari keadaan
sebelumnya (Fiantis, 2006).
Penelitian kandungan debu vulkanik di Fuego, Costa Rica menunjukkan
rata-rata kandungan Al (5,2 ppm), B(0,088 ppm), Ca(400 ppm), Cd(0,008 ppm),
Cl(124 ppm), Cu(2.08 ppm), Fe(0,044 ppm), Li(0,104 ppm), dan Pb(0,104 ppm)
(Barasa, 2013).
Debu vulkanik yang terdeposisi di atas permukaan tanah mengalami
pelapukan kimiawi dengan bantuan air dan asam-asam organik yang terdapat di

Universitas Sumatera Utara

dalam tanah. Akan tetapi, proses pelapukan ini memakan waktu yang sangat lama
yang dapat mencapai ribuan bahkan jutaan tahun bila terjadi secara alami di alam.
Hasil pelapukan lanjut dari debu vulkanik mengakibatkan terjadinya penambahan
kadar kation-kation (Ca, Mg, K dan Na) di dalam tanah hampir 50% dari keadaan
sebelumnya (Fiantis, 2006).
Menurut penelitian Sudaryo dan Sucipto (2009) karakteristik debu
vulkanik yang terdapat pada Gunung Merapi memiliki kandungan P dalam debu
volkan berkisar antara rendah sampai tinggi (8-232 ppm P2O5). KTK
(1,77- 7,10 me/100g) dan kandungan Mg (0,13- 2,40 me/100g), yang tergolong
rendah, namun kadar Ca cukup tinggi (2,13- 15,47 me/100g). Sulfur (2- 160
ppm), kandungan logam berat Fe (13- 57 ppm), Mn (1.5- 6,8 ppm), Pb (0,1- 0,5
ppm) dan Cd cukup rendah (0,01- 0,03 ppm). Menurut hasil analisis, debu
vulkanik Gunung Sinabung memiliki kandungan pH H2O (4,75) yang tergolong
agak masam, C-Organik (2,44%) yang tergolong sangat tinggi, N (0,07%) yang
tergolong sangat tinggi, P(0,24%) yang tergolong tinggi, K(0,12%) yang
tergolong sedang, Mg (0.03%) yang tergolong sangat rendah, kandungan
C/N(34,85%) yang tergolong sedang dan KTK (6,94 Cmol kg-1) yang tergolong
tinggi.
Perbandingan debu vulkanik dengan pupuk kandang

sudah dapat

digunakan untuk budidaya tanaman tembakau deli. Hal ini menurut penelitian
Sipayung (2014) yang menyatakan bahwa perlakuan perbandingan debu vulkanik
sinabung dengan pupuk kandang sapi memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman, jumlah daun dan diameter batang. Rataan tinggi tanaman tertinggi
terdapat pada perlakuan P5 (top soil:debu vulkanik:pupuk kandang sapi=
12kg:0.5kg:2.5kg) dengan hasil 95,2 cm. Rataan jumlah daun terbanyak terdapat

Universitas Sumatera Utara

pada perlakuan P5 sebesar 21,38 helai. Rataan diameter batang tertinggi terdapat
pada perlakuan P5 sebesar 16,97 mm.
Kompos Jerami Padi
Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan
pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian
besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan
atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair
yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih
ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik dari pada kadar
haranya, nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik
(Simanungkalit et.al. 2006).
Manfaat dari pupuk organik adalah : (i) Mampu menyediakan unsur hara
makro dan mikro yang relatif kecil jika dibandingkan dengan pupuk kimia, (ii)
Memperbaiki struktur tanah, (iii) Menyebabkan tanah menjadi ringan untuk
diolah, (iv) Mudah ditembus akar, (v) Dapat meningkatkan daya menahan air
(water holding capacity), sehingga kemampuan tanah untuk menyediakan air
menjadi lebih banyak. Kelembaban air tanah lebih terjaga., dapat memperbaiki
kehidupan biologi tanah, mengandung mikrobia dalam jumlah cukup yang
berperan dalam proses dekomposisi bahan organik, aman bagi lingkungan, dan
dapat membantu peningkatan pH tanah (Pramono, 2004)
Adiningsih dan Rochayati (1987) menyatakan bahwa pembenaman jerami
secara konsisten meningkatkan hasil, meningkatkan efisiensi pemupukan N, P, K,
meningkatkan kesuburan tanah, mengurangi kebutuhan pemupukan K dan
menjamin kemantapan hasil yang lebih tinggi. Pengelolaan bahan organik dan

Universitas Sumatera Utara

pupuk anorganik secara terpadu merupakan cara pengelolaan terbaik untuk
meningkatkan efisiensi pupuk.
Tanah yang miskin bahan organik akan berkurang daya menyangga hara
dan keefisienan pupuk menurun karena sebahagian besar hara hilang dari
lingkungan perakaran. Potensi bahan organik yang tersedia berupa jerami padi
dari hasil sisa panen tidak dikembalikan lagi pada lahan bahkan jerami padi
tersebut ada yang dibakar atau dibuang. Jerami padi mengandung Si (4-7%), K
(1,2 -1,7%), N (0,5-0,8%) dan P (0,07-0,12%) (Dobermann dan Fairhurst, 2000).
Jerami padi merupakan salah satu bahan yang dapat dan mudah digunakan
untuk pembuatan pupuk organik, hal itu karena banyaknya jerami padi ketika
musim panen padi tiba. Penggunaan kompos jerami padi ini dapat meminimalkan
dan memperbaiki kualitas tanah yang menurun akibat dari penggunaan pupuk
anorganik (Sulistiyanto et al, 2011).
Tembakau Deli
Menurut Steenis (1997), sistematika tanaman tembakau adalah sebagai
berikut : Kingdom :Plante, Divisio : Spermatophyta, Sub divisio : Angiospermae,
Class: Dicotyledoneae, Ordo : Personatae, Famili: Solanaceae, Genus : Nicotiana,
Spesies : Nicotiana tabaccum L.
Tanaman tembakau memiliki akar tunggang, jika tanaman tumbuh bebas
pada tanah yang subur dan bukan berasal dari bibit cabutan. Jenis akar tunggang
pada tanaman tembakau yang tumbuh subur, terkadang dapat tumbuh sepanjang
0,75 m. Selain akar tunggang, terdapat pula akar-akar serabut dan bulu-bulu akar.
Pertumbuhan perakaran ada yang lurus, berlekuk, baik pada akar tunggang
maupun pada akar yang serabut (Yulaikah, et.al. 2005).

Universitas Sumatera Utara

Batang tanaman tembakau berbentuk agak bulat, batangnya agak lunak
tetapi kuat; makin ke ujung semakin kecil. Ruas-ruas batang mengalami
penebalan yang ditumbuhi daun, batang tanaman tidak bercabang atau sedikit
bercabang. Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun juga ditumbuhi tunas
yang disebut tunas ketiak daun. Diameter batang sekitar 5 cm. Fungsi batang,
selain sebagai tempat tumbuh daun dan organ-organ lainnya juga untuk jalan
pengangkutan zat hara (makanan) dari akar ke daun dan sebagai jalan
menyalurkan zat asimilasi keseluruh bagian tanaman (Gunawan, 2004).
Bagian terpenting dari tanaman tembakau adalah daun. Daun tembakau
sangat bervariasi, ada yang berbentuk ovalis, oblongus, orbicularis, dan ovatus.
Daun-daun tersebut mempunyai tangkai yang menempel langsung pada bagian
batang. Jumlah daun yang dapat dimanfaatkan (dipetik) dalam setiap batangnya
dapat mencapai 28-32 helai daun akan tetapi pada kondisi pertumbuhan yang
tidak sesuai dengan syarat tumbuh tembakau jumlah daun tanaman hanya
mencapai 24 helai. Ukuran (besar kecilnya) daun dan tebal tipisnya juga berbedabeda, tergantung jenis daun, varietas yang ditanam, kesuburan tanah, dan
pengelolaan (Ditjenbun, 2005).
Bunga tembakau termasuk bunga majemuk yang berbentuk seperti
terompet. Benang sari berjumlah lima buah. Warna bunga merah jambu sampai
merah tua pada bagian atasnya sedangkan yang lain berwarna putih. Bunga
tembakau akan mekar secara berurutan dari yang paling tua ke paling muda.
Bakal buah terdapat pada bagian dasar bunga. Tanaman tembakau dapat
mengadakan penyerbukan sendiri walaupun tidak menutup kemungkinan terjadi
peryerbukan silang. Bunga ini berfungsi sebagai alat penyerbukan sehingga dapat
dihasilkan biji-biji untuk perkembangbiakan (Davies and Nielsen, 1999).

Universitas Sumatera Utara

Bakal buah terletak di atas dasar bunga dan mempunyai 2 ruang yang
membesar. Setiap ruang mengandung bakal biji anatrop yang banyak sekali. Bakal
buah ini dihubungkan oleh sebatang tangkai putik dengan sebuah kepala putik
diatasnya (Nasution, 2008).
Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran yang kecil,
didalamnya banyak berisi biji yang bobotnya sangat ringan. Dalam setiap gram
biji berisi 12000 butir biji. Tiap-tiap batang tembakau dapat menghasilkan ratarata 25 gram biji. Kira-kira 3 minggu sesudah pembuahan, buah tembakau telah
jadi masak, biji dari buah tembakau yang baru dipungut kadang-kadang belum
dapat berkecambah bila disemaikan, sehingga biji-biji tembakau perlu mengalami
masa istirahat atau dormansi kira-kira 2-3 minggu untuk dapat berkecambah.
Untuk dapat memperoleh kecambah yang baik sekitar 95% biji yang dipetik harus
sudah masak dan telah disimpan dengan baik dengan suhu yang kering
(Nasution, 2008).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman tembakau merupakan jenis tanaman spesifik lokasi. Keadaan
temperatur dan kelembaban udara berbeda-beda sesuai dengan jenis tanaman
tembakau. Tembakau dataran tinggi memerlukan temperatur udara yang rendah.
Tembakau dataran rendah memerlukan temperatur yang tinggi namun temperatur
yang cocok untuk pertumbuhan tembakau pada umumnya berkisar antara
21 - 32,30C. (Nasution, 2008).
Kelembapan udara baik untuk diketahui guna memperhitungkan saat
merajalelanya perkembangan cendawan seperti penyakit patik. Menurut
penelitian Nasution (2008) kelembaban udara berpengaruh pula pada lamanya

Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan tanaman. Kelembaban udara yang baik untuk tembakau deli berkisar
antara 62 – 85%.
Tembakau deli merupakan tanaman yang spesifik lokasi. Tumbuh baik
pada daerah dengan ketinggian tempat sekitar 12-150 m dpl. Suhu optimum
18-270C, curah hujan yang dikehendaki rendah pada saat tanam dan tinggi pada
saat pertumbuhan sampai dengan panen (Erwin dan Suyani, 2000).
Berdasarkan data BMKG data rata-rata curah hujan di Kelurahan Sampali
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang pada bulan mei sampai Juni
adalah 51.5 mm
Gangguan hama dan penyakit pada tembakau deli merupakan salah satu
masalah penting yang senantiasa dihadapi pada setiap musim tanam tembakau.
Gangguan ini dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar, tidak hanya
terhadap produksi tetapi juga terhadap kualitas tembakau itu sendiri. Seperti
diketahui bahwa tembakau deli harus dapat memenuhi beberapa persyaratan
kualitas antara lain daun harus utuh, memiliki rasa dan aroma yang baik, warna
terang dan rata dengan daya bakar yang baik. Untuk memenuhi persyaratan di
atas, sangat bergantung pada banyak faktor, antara lain faktor lingkungan yaitu
iklim dan tanah. Faktor teknis yang perlu mendapat perhatian terus adalah
pengendalian hama penyakit (Abidin,2004).
Tanah
Setiap jenis tembakau menghendaki jenis tanah yang berbeda, namun
ada syarat khusus yang dikehendaki oleh setiap jenis tembakau. Menurut
Nasution (2008), tembakau cerutu dataran rendah seperti tembakau deli
menghendaki tanah yang banyak mengandung humus. Tembakau deli banyak

Universitas Sumatera Utara

ditanam pada tanah yang berwarna hitam berdebu dengan kandungan humus 16%
dan pH 5-5,6.
Tembakau deli sangat cocok untuk tanah aluvial dan andosol. tanah
alluvial memiliki ketersediaan air tanah dan kemantapan agregat tanah yang
didalamnya terdapat banyak bahan organik sekitar setengah dari kapasitas tukar
kation (KTK) berasal dari bahan bahan sumber hara tanaman. Disamping itu
bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah dalam
memainkan peranannya bahan organik sangat dibutuhkan oleh sumber dan
susunannya. Derajat kemasaman tanah yang baik untuk tanaman tembakau deli
adalah pH 5,0- 5,6 (Silaban, 2013).
Setiap jenis tembakau memiliki mutu yang khas dan menghendaki
ketinggian tempat penanaman yang berbeda-beda. Menurut penelitian Nasution
(2008), jenis tembakau cerutu menghendaki daun yang tipis dan elastis. Daerah daerah yang cocok untuk penanaman tembakau cerutu adalah daerah dataran
rendah. Misalnya, daerah Klaten dengan ketinggian tempat 120 – 300 m dpl.,
daerah Deli dengan ketinggian tempat 120 – 200 m dpl.
Tinggi tempat penanaman tembakau sangat bervariasi. Pada dataran
rendah, sedang, dan dataran tinggi, tembakau dapat tumbuh dengan baik sesuai
dengan varietasnya. Tembakau bawah naungan akan dapat tumbuh baik pada
ketinggian ± 145 m di atas permukaan air laut (Yulaikah, et.al. 2005).

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di daerah khatulistiwa
yang mendapat julukan ring of fire dimana Indonesia terdiri dari berbagai deretan
gunung yang masih terdapat aktifitas vulkanik. Salah satu gunung yang masih
aktif adalah Gunung Sinabung yang terletak di dataran tinggi Kabupaten Karo,
Provinsi Sumatera Utara. Koordinat puncak Gunung Sinabung adalah 03o 10’ LU
dan 98o 23’ BT dengan puncak tertinggi gunung ini adalah 2.460 meter dpl yang
menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara. Gunung ini belum pernah tercatat
meletus sejak tahun 1600 (Global Volcanism Program, 2014)
Gunung Sinabung kembali mengalami peningkatan aktifitas pada tanggal
28 Agustus 2010.

Debu vulkanik yang dikeluarkan oleh Gunung Sinabung

terbawa angin dan menutupi daerah disekitarnya hingga radius 6 km. Tanggal 7
September 2013, terjadi letusan terbesar dari Gunung Sinabung. Debu vulkanis ini
tersembur hingga 5.000 meter di udara dan menutupi tanah dan benda- benda
yang terdapat diatasnya (Ebo, 2010).
Sejak meletusnya Gunung Sinabung untuk pertama kali yaitu pada
Agustus 2010 sampai dengan saat ini, letusan Sinabung telah memberikan
dampak yang bervariasi, debu yang menutupi lahan pertanian memberikan
dampak positif dan negatif

bagi tanah dan tanaman, Menurut penelitian

(Andhika, 2011) dampak positif bagi tanah secara tidak langsung, adalah
memperkaya dan meremajakan tanah yang juga meningkatkan pertumbuhan
tanaman, sedangkan dampak negatifnya adalah debu tersebut menutupi
permukaan daun sehingga menghambat proses fotosintesa dan tanaman lambat
laun akan mati. Hal ini mengakibatkan penurunan produksi tanaman. Dampak

Universitas Sumatera Utara

negatif lainnya adalah kemungkinan terkandungnya logam-logam berat dalam
debu vulkanik.
Dampak yang diakibatkan oleh debu vulkanik akibat letusan Gunung
Sinabung secara langsung mempengaruhi kesuburan tanah dan pertumbuhan
tanaman yang dibudidayakan. Menurut Barasa (2013) debu vulkanik sebenarnya
baru bisa dimanfaatkan sekitar 10 tahun setelah peristiwa penyebaran debu
vulkanik itu. Penyuburan tanah bisa dipercepat jika dicampur dengan bahan
organik

diantaranya dengan menggunakan pupuk kompos jerami padi yang

memiliki unsur hara, N =0.60%, P =0.06%, K=1,57 %. Dimana kita ketahui N
peranan utama bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara
keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu, Nitrogen pun
berperan penting dalam pembentukkan hijau daun yang sangat berguna dalam
proses fotosintesis. Pada unsur hara P dan K ini merupakan pupuk yang
mengandung hara makro yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan
kebutuhan tanaman.
Sebagai salah satu sumber pendapatan negara, tembakau mempunyai
nilai ekonomi yang cukup penting karena menyumbang pendapatan negara
melalui cukai. Menurut Kementerian Keuangan Republik Indonesia (2015) nilai
cukai tembakau Indonesia pada tahun 2015 sebesar 2,4 triliun rupiah. Di
Indonesia, tembakau cerutu berkualitas ekspor berasal dari Sumatera, dikenal
dengan nama tembakau deli yang khusus digunakan sebagai pembalut cerutu
(Erwin dan Suyani, 2000).
Penggunaan pupuk organik pada media tanam tembakau secara fisik
berarti membantu media tanam menjadi gembur sehingga akar tumbuhan dapat
tumbuh dengan leluasa. Di samping itu komposisi yang ada pada bahan atau

Universitas Sumatera Utara

pupuk organik tentunya akan mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tembakau.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang pengaruh campuran media tanam top soil, debu vulkanik Gunung
Sinabung dan kompos jerami padi terhadap pertumbuhan tembakau deli
(Nicotiana tabacum L.). Selanjutnya data tersebut diharapkan dapat digunakan
sebagai acuan dalam memanfaatkan debu vulkanik untuk tanaman pertanian dan
perkebunan di daerah yang terkena dampak letusan Gunung Sinabung. .
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tanam top soil
debu vulkanik Gunung Sinabung dan pupuk kompos jerami padi terhadap
pertumbuhan dan produksi tembakau deli (Nicotiana tabacum L.).
Hipotesis Penelitian
Pemberian media tanam top soil, debu vulkanik Gunung Sinabung dan
kompos jerami padi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tembakau deli
(Nicotiana tabacum L.).
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Ut