Penyalahgunaan obat sebagai alat penggugur kandungan dalam persepektif hukum pidana Indonesia dan hukum pidana islam

PENYALAHGUNAAN OBAT SEBAGAI ALAT PENGGUGUR
KANDUNGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA
INDONESIA DAN HUKUM PIDANA ISLAM

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

Andhika Yudho Prasetyo
NIM: 1110045100007

KONSENTRASI PIDANA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap

: Andhika Yudho Prasetyo

2. Tempat/Tanggal Lahir

: Jakarta, 24Februari 1993

3. Alamat

: Komp. RC Hankam No.102 RT 001 RW
005, Kelurahan Parigi Lama, Kecamatan
Pd. Aren, Kota Tangerang Selatan, 15224,
Banten.

4. Telepon

: 087774546906


5. E-mail

:dhikabic@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL
1. TK RA Bintaro

Tahun 1997-1998

2. SD Negeri Jombang IV Tangerang

Tahun 1998-2004

3. SMP Negeri 29 Jakarta Selatan

Tahun 2004-2007

4. SMA Negeri 87 Jakarta Selatan

Tahun 2007-2010


5. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2010-2014

III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota OSIS SMPN 29 Jakarta 2005-2007
2. Anggota OSIS SMAN 87 2008-2009
3. Anggota Blazer Indonesia Club 2012-2014

i

4. Divisi Fotografi Blazer Indonesia Club Tangerang 2013-2014
5. Anggota Progress Jakarta 2012-2014
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Seminar E-Trading Workshop Universitas Bina Nusantara, Jakarta, 2011.
2. Seminar Mencegah Kejahatan dan Korupsi dalam Perspektid Kriminologi
dan Fiqh Jinayah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta,
2011.
3. Seminar Launching Gerakan Nasional Mahasiswa dan Pelajar Mandiri

Universitas Islam Negeri Syarifhidayatullah, Jakarta, 2012.
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah

: Rudi Hadiprayitno, S.H

2. Tempat/Tanggal Lahir

: Jakarta, 2 November 1963

3. Ibu

: Priati Soemasno

4. Tempat/Tanggal Lahir

: Surakarta, 11 Desember 1963

6. Alamat


: Komp. RC. Hankam No.102 RT 01 RW
06, Kelurahan Parigi Lama, Kecamatan
Pd. Aren, Kota Tangerang Selatan, 15224,
Banten.

7. Anak ke dari

: 2 dari 3 bersaudara

ii

ABSTRAK

Masalah utama dalam skripsi ini adalah mengenai penyalahgunaan obat
yang digunakan sebagai alat untuk menggugurkan kandungan. Dalam skripsi ini
penyalahgunaan obat sebagai alat penggugur kandungan memiliki ketentuan
hukum dari perspektif hukum pidana Indonesia dan hukum Pidana Islam. Skripsi
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan hukum pidana Indonesia
dan hukum pidana Islam tentang penyalahgunaan obat sebagai alat penggugur
kandungan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berarti penulis tidak
menggunakan sample. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kepustakaan,
penulis melakukan pengidentifikasian secara sistematis dari sumber yang
berkaitan dengan objek. Setelah data diperoleh penulis menganalisis secara
yuridis normatif data yang diperoleh terhadap objek kajian.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penyalahgunaan obat dalam
pengguguran kandungan menurut hukum pidana Indonesia dan hukum pidana
Islam dikenakan hukuman terhadap dokter, orang yang membantu dalam
pengguguran kandungan, orang yang menggugurkan kandungan dengan hukuman
yang berbeda-beda. Hukuman terberat dari hukum pidana Indonesia yakni penjara
dan denda Rp. 1.000.000.000,- terhadap pelaku, dan dalam hukum pidana Islam
dikenakan hukuman Ta’zir.
Kata kunci: pengguguran kandungan, Ta’zir
Pembimbing : Dr. Abdurahman Dahlan, M.A
Daftar Pustaka : Tahun 1987 s.d Tahun 2011

iii

‫بســـــــــمﷲ الرَحمَن الرَحيم‬


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan
segala rahmat, karunia, rezeki, dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penyalahgunaan Obat Sebagai Alat
Penggugur Kandungan dalam Perspektif Hukum Pidana Indonesia dan
Hukum Pidana Islam” dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan
kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari zaman
kegelapan ke zaman yang terang-benderang.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tentu dengan dukungan,
bantuan, bimbingan, semangat, dan doa dari orang-orang terbaik yang ada di
sekeliling penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Maka dari itu penulis
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1.

Prof. Dr. Dede Rosyana, MA Dekan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.


iv

2.

Dr. Asep Saepudin Jahar, MA Dekan Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga
selama perkuliahan.

3.

Dra. Maskufah, MA Ketua Progam Studi Jinayah Siyasah Fakuktas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terima kasih banyak telah
memberikan petunjuk, dan nasehat yang berguna bagi penulis selama
perkuliahan, dalam perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
strata I dengan sebaik-baiknya.

4.

Dra. Hj. Rosdiana, M.Ag Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah terima

kasih banyak telah banyak membantu penulis untuk melengkapi berbagai
macam keperluan, dan berkas-berkas persyaratan untuk menggapai studi
strata I dengan sebaik-baiknya.

5.

Bapak Dr, H. Abdurahman Dahlan MA, Dosen Pembimbing Skripsi yang
dengan kerendahan hatinya bersedia meluangkan waktu untuk memberikan
pengarahan, ilmu yang berharga, serta bimbingan yang sangat berarti selama
penyelesaian skripsi. Terima kasih atas semua saran dan arahan yang Bapak
berikan selama proses penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga
Allah SWT membalas kebaikan Bapak.

6.

Dr. H. Mujar Syarif, MA Dosen Penguji 1 sidang Munaqasah Program Studi
Jinayah Siyasah Syari’ah, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

v


7. Qosim Arsadani, M.A Dosen Penguji 2 sidang Munaqasah Program Studi
Jinayah Siyasah Syari’ah, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8.

Seluruh jajaran dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan
ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi saya. Semoga Allah selalu
memberikan rahmat dan pahala yang sebesar-besarnya atas kebaikan para
dosen FSH UIN Jakarta yang telah melayani dan membantu saya selama
perkuliahan, serta jajaran karyawan dan staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah melayani dan membantu penulis selama perkuliahan.

9.

Ketua dan seluruh pegawai Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

yang telah


memberikan pelayanan pustaka selama penulisan skripsi ini.
10. Keluarga tercinta dan terhebat yang saya miliki, Ayahanda Rudi
Hadiprayitno, SH, Ibunda Priati Soemasno, Kakak Adhitya Yudho Pratomo,
dan Adik Ario Yudho Baskoro. Terima kasih telah mendo’akan dan
menyemangati saya dalam mengerjakan skripsi ini.
11. Mega Demira Safitri yang telah mendukung saya dari mulai pembentukan
judul , mencari buku-buku, do’a yang selalu diucapkan, dan dukungan disaat
saya jatuh. Terima kasih telah menemani selama kuliah, menghibur disaat
stres, mendukung penuh seluruh kegiatan, menemani mencari buku,
menyemangati agar lebih cepat menyelesaikan kuliah, mendengarkan keluh
kesah selama penulisan skripsi, dan do’a yang tidak putus-putus. Semoga
Allah selalu melindungi dan membalas seluruh kebaikan kamu

vi

12. Sahabat-sahabat terbaik saya di FSH, Farid Fauzi, Ridwan Daus, Mikail ElDopien, Ahmad Rizal, Masrur Fuadi, dan seluruh anggota kampak mintul ,
yang telah menghabiskan waktu bersama saya mulai dari awal kuliah di
semester 1 hingga akhir perkuliahan di semester 8 ini, yang selalu melakukan
keseruan dan kekonyolan bersama, menemani saat suka, mendukung dan
menghibur saat duka, membantu saya dalam penyelesaian skripsi maupun
perkuliahan, Terima kasih atas apa yang telah kalian lakukan untuk saya
selama ini, semoga kita selalu menjadi sebuah kisah klasik untuk masa
depan.Sukses untuk kita semua, dan semoga Allah selalu melindungi dan
membalas kebaikan kalian.
13. Sahabat-sahabat terbaik saya dari Progress Jakarta yang telah berbagi banyak
kisah, pengalaman kuliah, bermain bersama, melakukan banyak hal dari masa
remaja yang penuh dengan kelabilan hingga kini kita menjadi lebih dewasa,
yang selalu melakukan hal seru bersama, yang selalu hadir dan menghibur
dalam suka maupun duka. Terima kasih atas kebersamaan, persahabatan,
canda, dan tawa, serta waktu yang telah dihabiskan bersama saya selama ini.
14. Bapak Agung Soemargo selaku apoteker apotik Cahaya, yang telah berbaik
hati membagikan ilmunya yang sangat berharga kepada saya, yang selalu
mengajarkan berbagai materi penulisan skripsi sehingga saya mengerti, dan
mau membantu saya dan menjelaskan banyak hal dalam penyusunan skripsi
ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan-kebaikan bapak.
15. Kelompok KKN GAHARU Desa Urug – Bogor, Farid Fauzi, Husni
Mubarak, Lutfhi Hidayat, Defi Satiatika, Amalia Adani, Nujma Faradisi,

vii

Anggi Eka Amalia, dan seluruh anggota yang telah mendukung, membantu
dan mensupport penulisan skripsi walaupun kalah cepat, dan telah
menghabiskan waktu selama satu bulan dengan segala kekompakan,
keceriaan, keseruan, kekonyolan, kebodohan, dan canda tawa serta
pembelajaran hidup yang sangat berharga. Waktu bersama kalian menjadi
kenangan manis bagi saya, dan akan selalu menjadi nostalgia.
16. Semua pihak dan handai taulan yang tidak bisa saya sebutkan namanya satupersatu, yang telah memberikan dukungan serta doa nya kepada saya, terima
kasih atas kontribusi sekecil apapun dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan menjadi amal
soleh dan mendapat pahala sebesar-besarnya dari Allah SWT.

Tangerang Selatan, 30 Maret 2015

Andhika Yudho Prasetyo

viii

Pedoman Transliterasi
Yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan Arab ke
tulisan Latin. Pedoman transliterasi yang digunakan yaitu berupa pedoman aksara
dan vokal.
a.

Pedoman Aksara
Huruf Arab
‫ا‬

‫ج‬
‫ح‬
‫د‬
‫ذ‬
‫س‬
‫ش‬
‫ض‬
‫ظ‬

‫ف‬
‫ل‬

Huruf Latin

t
ts
j
H
Kh
D
dz
r
z
S
sy
S
d
t
z

gh
f
q
k
l
M
N

ix

Keterangan
tidak dilambangkan
Be
Te
te dan es
je
ha dengan garis bawah
ka dan ha
de
de dan zet
er
zet
es
es dan ye
es dengan garis bawah
de dengan garis bawah
te dengan garis bawah
zet dengan garis bawah
koma terbalik di atas hadap
kanan
ge dan ha
ef
ki
ka
el
em
en

W
H
ˊ
Y

‫ھ‬
‫ء‬
b.

Vokal
1.

Vokal Tunggal (Monoftong)
Tanda Vokal Arab
_
¯
_

2.

3.

Tanda Vokal Latin
a
I
u

Keterangan
fathah
kasrah
dammah

Vokal Rangkap (Diftong)
Tanda Vokal Arab
_
_

Tanda Vokal Latin
Ai
Au

Keterangan
a dan i
a dan u

Tanda Vokal Latin
ȃ
ȋ
Ȗ

Keterangan
a dengan topi di atas
i dengan topi di atas
u dengan topi di atas

Vokal Panjang (Madd)
Tanda Vokal Arab
‫ـا‬
‫ـ‬
‫ـ‬

c.

we
ha
apostrop
ye

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf (
‫) ال‬, dialihaksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah
maupun huruf qomariyyah. Misalnya :
‫ = اإج هاد‬al-ijtihâd
‫ = ال خ‬al-rukhsah, bukan ar-rukhsah
d.

Tasydîd (Syaddah)
Dalam alih aksara, syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan
tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu

x

terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah.
Misalnya :
e.

‫ = ال‬al-syuf‘ah, tidak ditulis asy-syuf‘ah

TaMarbûtah
Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh
1) atau diikuti oleh sifat (na‘t) (lihat contoh 2), maka huruf ta marbûtah
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Dan jika huruf ta marbûtah
tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan
menjadi huruf “t” (te) (lihat contoh 3).
No
1.
2.
3.

f.

Kata Arab
‫ش‬
‫اإسام‬
‫ال‬
‫م ا ن ال اھ‬

Alih Aksara
syarîʻ ah
al- syarîʻ ah al-islâmiyyah
muqâranat al-madzâhib

Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi‘l), kata benda (ism) atau huruf (harf),
ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan
berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas :
No
1.
2.
3.
4.
5.

Kata Arab
‫ت ح ال‬
‫ال‬
‫اإق اد اإسام‬
‫أص ل ال ه‬
‫اأصل ف اأش اء اإ اح‬
‫ال س‬
‫ال‬

Alih Aksara
al-darûrah tubîhu al-mahzûrât
al-iqtisâd al-islâmî
usûl al-fiqh
al-asl fî al-asyyâ al-ibâhah
al-maslahah al-mursalah

‫ا‬

xi

DAFTAR ISI
Cover
Lembar Pengesahan Pembimbing
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................... i
Abstrak .................................................................................................................. iii
Kata Pengantar .................................................................................................... iv
Daftar Isi ............................................................................................................... ix

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ..............................................................1
B. Perumusan Masalah .......................................................................6
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................7
D. Metode Penelitian...........................................................................7
E. Review Pustaka ..............................................................................8
F. Sistematika Pembahasan ..............................................................12

BAB II

OBAT-OBATAN
A. Pengertian Obat-obatan ................................................................14
B. Penggolongan Obat ......................................................................19
1. Obat Bebas ...............................................................................19
2. Obat Bebas Terbatas ................................................................20
3. Obat Keras ................................................................................20
4. Obat Wajib Apotik ...................................................................20
5. Obat Narkotik dan Psikotropik.................................................21
6. Obat Tradisional .......................................................................21
C. Penggunaan Obat .........................................................................23

xii

D. Penyalahgunaan Obat ...................................................................25
BAB III

PENGGUGURAN KANDUNGAN SEBAGAI TINDAK PIDANA
A. Pengertian pengguguran kandungan ............................................29
B. Macam-macam pengguguran kandungan ....................................30
C. Pengguguran kandungan sebagai tindak pidana ..........................35
D. Pengguguran kandungan menurut undang-undang ......................37

BAB IV

TINJAUAN HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT SEBAGAI ALAT
PENGGUGUR KANDUNGAN
A. Penyalahgunaan obat ditinjau dari hukum pidana
Indonesia dan hukum pidana Islam ..............................................44
1. Penyalahgunaan obat ditinjau dari hukum pidana Indonesia .44
2. Penyalahgunaan obat ditinjau dari hukum pidana Islam........47
B. Pengguguran kandungan menggunakan obat ditinjau dari
hukum pidana Indonesia dan hukum pidana Islam ......................49
1. Pengguguran kandungan menggunakan obat dalam
hukum pidana Indonesia ........................................................50
2. Pengguguran kandungan menggunakan obat dalam
hukum pidana Islam ...............................................................53
C. Persamaan hukum pidana Indonesia dan hukum pidana
Islam mengatur tentang penyalahgunaan obat sebagai
alat penggugur kandungan ...........................................................59
D. Perbedaan hukum pidana Indonesia dan hukum pidana
Islam mengatur tentang penyalahgunaan obat sebagai
alat penggugur kandungan ...........................................................60

BAB V

KESIMPULAN
A. Kesimpulan ..................................................................................62
B. Saran .............................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................66

xiii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Penggugurankandungan yang disengaja saat ini menjadi masalah yang
hangat diperdebatkan. Menurut dokter Hartono Hadisaputro SpOG dikutip
melalui website kompasiana.com menyatakan di Indonesia diperkirakan
terdapat 2,5 juta kasus aborsi setiap tahunnya. Itu artinya diperkirakan ada
6.944 s/d 7.000 wanita melakukan praktik aborsi dalam setiap harinya.1
Dikutip dari forum kesehatan perempuan, Laporan WHO memperlihatkan
dalam hitungan satu tahun angka pengguguran kandungan mencapai 4,2 juta
kasus untuk wilayah Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri menempati angka
750.000 hingga 1.500.000 kasus yang terjadi, atau dapat dikatakan hampir
50% terjadi di Indonesia, dengan Jumlah sekitar 2.500 kasus pengguguran
kandungan yang menyebabkan kematian.2
Pengguguran kandungan atau yang dikenal juga dengan nama aborsi
berasal dari bahasa Inggris yaitu abortion.3 Aborsi dalam literatur fikih berasal

1

Januari

Kompasiana Edukasi, “Alasan Wanita Melakukan Aborsi” Diakses pada tanggal 18
2014

websitehttp://edukasi.kompasiana.com/2013/09/30/7000-wanita-lakukan-aborsi-

setiap-hari-597304.html
2

Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: Kompas, 2006), h. 42.

3

Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, KamusInggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia1995),

h. 2.

1

2

dari bahasa Arab al-ijhadh (‫ )ااجْهاض‬merupakan mashdar dari ajhadha atau
juga dalam istilah lain bisa disebut dengan isqath al-haml, keduanya
mempunyai arti perempuan yang melahirkan secara paksa dalam keadaan
belum sempurna penciptaannya.
Secara bahasa disebut juga lahirnya janin karena dipaksa atau dengan
sendirinya sebelum waktunya. Sedangkan makna gugurnya kandungan,
menurut ahli fikih tidak keluar dari makna bahasa, diungkapkan dengan istilah
menjatuhkan (isqath), membuang (tharh), melempar (ilqaa’), dan melahirkan
dalam keadaan mati (imlaash).4 Aborsi tidak hanya dilakukan oleh para wanita
berstatus istri yang bermaksud menghentikan kelangsungan kandungannya,
tetapi juga banyak penyandang hamil pra-nikah melakukannya.
Pengguguran kandungan juga merupakan masalah kesehatan karena
memberikan dampak kesakitan dan kematian pada ibu. Di Indonesia data
statistik tentang penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan yang
sering disebarluaskan adalah: pendarahan dan infeksi. Namun sebenarnya
sebagian besar meninggalnya ibu hamil dan melahirkan adalah aborsi namun
dalam rekam medis dituliskan pendarahan.5 Indonesia melarang tindakan
aborsi dan diancam dengan hukuman Pidana. Dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana disebutkan pada pasal 341 di jelaskan larangan aborsi seorang
ibu yang karena takut akan ketahuan

4

melahirkan anak pada saat anak

Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: Kompas, 2006), hlm. 32.

5

Maria Ulfah Anshor, dkk, Aborsi Dalam Perspektif Fiqh Kontemporer, (Jakarta: FKUI
2002) hlm. 176

3

dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa
anaknya.6
Kasus aborsi ini diatur secara tegas juga di dalam Undang-undang
kesehatan pasal 194 dan disebutkan bahwa Setiap orang yang dengan sengaja
melakukan aborsi tidak

sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah). 7
Ulama mazhab Zaidiyah, sebagian mazhab Hanafi, dan sebagian
mazhab Syafi’i. Pendapat pertama berpendapat bahwa aborsi dibolehkan
apabila ada uzur dan makruh hukumnya apabila tanpa uzur. Pendapat ini
dianut oleh sebagian mazhab Hanafi dan sebagian mazhab Syafi’i. Pendapat
kedua mengatakan bahwa aborsi sebelum ditiupkan ruh hukumnya makruh
secara mutlak. Pendapat ini dikemukakan sebagian ulama mazhab Maliki. Dan
pendapat yang ketiga mengatakan bahwa haram melakukan aborsi sekalipun
ruh belum ditiupkan. Pendapat ini dianut oleh jumhur ulama mazhab Maliki
dan mazhab Zahiri.8 Sedangkan hukum aborsi yang dilakukan setelah
ditiupkannya ruh, ulama fikih sepakat bahwa melakukan aborsi terhadap
kandungan yang telah menerima ruh hukumnya haram. Alasannya adalah

6

7

8

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pasal 341
Undang-undang Jaminan Kesehatan nomor 39 Tahun 2009
Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, ( Jakarta: Intermasa 1996), hlm. 9.

4

keumuman firman Allah SWT dalam surah al-Isra’ (17) ayat 31 yang
berbunyi:

ۚ

ۖ

Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena
takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan
juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang
besar”.9
Sanksi hukum bagi wanita yang menggugurkan kandungannya setelah
ditiupkan ruh, menurut kesepakatan ahli fikih, adalah kewajiban membayar
ghurrah (budak laki-laki atau perempuan). Menurut Asya’bi, ghurrah itu
seharga lima ratus dirham, sedangkan menurut imam Abu Daud dan AnNasa’i ghurrah itu sepadan dengan seratus ekor kambing, bahkan menurut
pendapat lain sama dengan harga lima ekor unta.10 Demikian juga sanksi
hukuman itu berlaku apabila yang melakukannya adalah orang lain dan
sekalipun suami sendiri.11
Dalam istilah medis aborsi terdiri dari dua macam yaitu aborsi spontan
(abortus spontaneus) dan aborsi yang disengaja (abortus provokatus). Aborsi
spontan merupakan aborsi yang terjadi secara alamiah baik tanpa sebab
tertentu maupun karena sebab tertentu, seperti virus toxoplasma, anemia,
demam yang tinggi, dan sebagainya.12 Sedangkan aborsi yang disengaja ialah
aborsi yang terjadi secara sengaja karena ada sebab-sebab tertentu.
9

QS. Al-Israa’ (17) ayat 31

10

A. Djazuli, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 151.

11

Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam,( Jakarta: Intermasa 1996), hlm 10.

12

Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: Kompas, 2006), hlm. 56.

5

Secara medis dilakukan dengan dua varian, yaitu abortion artificialis
therapicus dan abortion provocatus criminalis. Abortion artificialis
therapicusdilakukan secara prosedur medis dan terjadi karena adanya indikasi
medis sedangkan abortion provoarus criminalis aborsi yang tidak sesuai
indikasi medis dan biasanya sesuai keinginan pasien.13 Adapun cara
menggugurkan kandungan menggunakan obat, baik yang tunggal maupun
yang kombinasi yang semuanya bertujuan agar embrio/fetus dapat dibuang
keluar.
Obat yang dipakai antara lain: Mifepristisone atau Gemeprost.14 Ada
dua metode menggunakan obat syaitu penggabungan komposisi antara
Mifepristisone dan Misoprostol, Mifeoristisone mencegah pregeston untuk
kelangsungan kehamilan dan Misoprostol menyebabkan kontraksi rahim
sehingga isi kandungan dibuang keluar. Dan penggabungan antara
Methotrexeate dan Misoprostol, obat ini hanya dilakukan di Kanada dan
Amerika Serikat. Methotrexate berfungsi untuk menghentikan pertumbuhan
Janin dan Misoprostol agar terjadi kontraksi pada rahim.15
Dengan

sering

terjadinya

kasus

penyalahgunaan

obat

untuk

menggugurkan kandungan dan tingginya tingkat aborsi di Indonesia, maka
penulis tertarik untuk menuliskan skripsi yang berjudul “Penyalahgunaan Obat
13

Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: Kompas, 2006), h.57

14

Jurnalis Uddin, dkk, Reinterpretasi Hukum Islam Tentang Aborsi, (Jakarta, Universitas

Yarsi, 2006),hlm.47
15

Jurnalis Uddin, dkk, Reinterpretasi Hukum Islam Tentang Aborsi, (Jakarta, Universitas

Yarsi, 2006),hlm.48

6

sebagai Alat Penggugur Kandungan dalam Perspektif Hukum Pidana
Indonesia dan Hukum Pidana Islam”

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Fokus masalah dalam penelitian adalahbagaimanakah hukum pidana
Indonesia dan Hukum Islam mengatur tentang penyalahgunaan obat yang
digunakan sebagai alat untuk pengguguran kandungan. Untuk menjawab
masalah pokok di atas, maka dibagi menjadi 5 pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan penyalahgunaan obat?
2. Apa yang dimaksud dengan pengguguran kandungan?
3. Bagaimana pidana Indonesia mengatur tentang penyalahgunaan obat untuk
alat penggugur kandungan?
4. Bagaimana pidana Islam mengatur tentang penyalahgunaan obat untuk alat
penggugur kandungan?
5. Bagaimana persamaan dan perbedaan antara kedua sistem hukum
tersebut?
Obat-obatan yang digunakan untuk menggugurkan kandungan
dijadikan fokus kajian dalam studi ini dibatasi pada undang-undang nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Indonesia Bab XIV tentang kejahatan terhadap kesusilaan pasal 299, Kitab
Undang-undang Hukum Pidana Indonesia Bab XVIII Pasal 346, Kitab
Undang-undang Hukum Pidana Indonesia Pasal 347, dan Kitab Undangundang Hukum Pidana Indonesia pasal 348.

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum, studi ini bertujuan untuk mengetahui tentang tindak
pidana penyalahgunaan obat yang digunakan sebagai alat untuk penggugur
kandungan, Serta mengetahui secara sudut pandang Hukum Islam.
2. Manfaat Penelitian
Sebagai suatu sarana menambah ilmu pengetahuan tentang tindak
pidana penyalahgunaan obat yang lebih khusus kepada kasus pengguguran
kandungan secara disengaja (abortus provocatus) menurut hukum pidana
Indonesia dan Hukum Pidana Islam.

D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam bentuk penulisan skripsi ini
adalah metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang memuat deskripsi
tentang masalah yang diteliti berdasarkan bahan-bahan hukum tertulis.
Penelitian kualitatif yang penulis maksud adalah terhadap penelaah
terhadap hukum tertulis maupun yang tidak tertulis.16

16

Consuelo G. Sevila, at. all, Pengantar Metode Penelitian. Universitas Indonesia (UI-

PRESS). Jakarta:2006. Hlm. 71 yang dikutip dalam Skripsi Vanieska Rahayu, Penyalahgunaan
Narkoba Oleh Anak,(Jakarta, UIN Jakarta, 2012), hlm. 8

8

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk menyusun skripsi
ini, penulis menggunakan dua metode, antara lain:
a) Penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
mengkaji buku-buku, literature dan yang lainnya yang berkaitan
dengan judul skripsi.
b) Penelitian wawancara yaitu untuk memperoleh informasi yang akurat
dengan melakukan pencarian data-data dari tempat penelitian melalui
wawancara kepada pihak yang berkepentingan seperti dokter rumah
sakit Fatmawati, apoteker apotik Cahaya, hakim dan pakar ushul fiqh.
2. Teknik Analisis Data
Adapun cara yang digunakan penulis dalam menganalisa datanya
dengan menggunakan pokok analisa pengolahan data dengan menganalisa
materi

sesuai

dengan

pembahasan.

Masalah

pokoknya

adalah

penyalahgunaan misoprostol dalam kasus aborsi.

E. Riview Pustaka
Dari beberapa buku dan literatur dari berbagai sumber, Penulis akan
mengambilnya untuk menjadikan sebuah perbandingan mengenai kajian
Hukum Pidana Indonesia dan Hukum Islam terhadap kasus tindak pidana
penyalahgunaan obat yang digunakan untuk kasus aborsi.
Karya Maria Ulfah Anshor dalam buku Fikih Aborsi, Aborsi dalam
literatur fikih berasal dari bahasa Arab al-ijhadh (‫ )ااجْهاض‬merupakan mashdar
dari ajhadha atau juga dalam istilah lain bisa disebut dengan isqath al-haml,

9

keduanya mempunyai arti perempuan yang melahirkan secara paksa dalam
keadaan belum sempurna penciptaannya. Secara bahasa disebut juga lahirnya
janin karena dipaksa atau dengan sendirinya sebelum waktunya. Sedangkan
makna gugurnya kandungan, menurut ahli fikih tidak keluar dari makna
bahasa, diungkapkan dengan istilah menjatuhkan (isqath), membuang (tharh),
melempar (ilqaa’), dan melahirkan dalam keadaan mati (imlaash).17
Aborsi spontan merupakan aborsi yang terjadi secara alamiah baik
tanpa sebab tertentu maupun karena sebab tertentu, seperti virus toxoplasma,
anemia, demam yang tinggi, dan sebagainya. Sedangkan aborsi yang disengaja
ialah aborsi yang terjadi secara sengaja karena ada sebab-sebab tertentu.
Secara medis dilakukan dengan dua varian, yaitu abortion artificialis
therapicus dan abortion provocatus criminalis. Abortion artificialis
therapicusdilakukan secara prosedur medis dan terjadi karena adanya indikasi
medis sedangkan abortion provoarus criminalis aborsi yang tidak sesuai
indikasi medis dan biasanya sesuai keinginan pasien.18
Karya Djazuli dalam Fiqh JinayahSanksi hukum bagi wanita yang
menggugurkan kandungannya setelah ditiupkan ruh, menurut kesepakatan ahli
fikih, adalah kewajiban membayar ghurrah (budak laki-laki atau perempuan).
Menurut Asya’bi, ghurrah itu seharga lima ratus dirham, sedangkan menurut

17

Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: Kompas, 2006), hlm 42

18

Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: Kompas, 2006)

10

imam Abu Daud dan An-Nasa’i ghurrah itu sepadan dengan seratus ekor
kambing, bahkan menurut pendapat lain sama dengan harga lima ekor unta.19
Buku lain Karya Jurnalis Uddin, Atho Muzhar, Muhammad Amin
Suma, Huzaemah Tahido Yanggo, Syamsul Anwar, Khoirudin Nasution,
Arfah Shiddiq, Abd. Rahim Yunus, Harifudin Cawidu, Reinterpretasi Hukum
Islam Tentang Aborsi. Adapun cara menggugurkan kandungan menggunakan
obat, baik yang tunggal maupun yang kombinasi yang semuanya bertujuan
agar embrio/fetus dapat dibuang keluar.20
Karya Abdul Azis Dahlan dalam buku Ensiklopedi Hukum Islam,
Ulama mazhab Zaidiyah, sebagian mazhab Hanafi, dan sebagian mazhab
Syafi’i. Pendapat pertama berpendapat bahwa aborsi dibolehkan apabila ada
uzur dan makruh hukumnya apabila tanpa uzur. Pendapat ini dianut oleh
sebagian mazhab Hanafi dan sebagian mazhab Syafi’i. Pendapat kedua
mengatakan bahwa aborsi sebelum ditiupkan ruh hukumnya makruh secara
mutlak. Pendapat ini dikemukakan sebagian ulama mazhab Maliki. Dan
pendapat yang ketiga mengatakan bahwa haram melakukan aborsi sekalipun
ruh belum ditiupkan. Pendapat ini dianut oleh jumhur ulama mazhab Maliki
dan mazhab Zahiri. Demikian juga sanksi hukuman itu berlaku apabila yang
melakukannya adalah orang lain dan sekalipun suami sendiri.21
19

A. Djazuli, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000)

20

Jurnalis Uddin, dkk,Reinterpretasi Hukum Islam Tentang Aborsi, (Jakarta, Universitas

Yarsi, 2006),hlm.47
21

Maria Ulfah Anshor, Wan Nedra, Suririn, Aborsi Dalam Perspektif Fiqh Kontemporer,

(Jakarta: FKUI 2002)

11

Terakhir Karya Maria Ulfah Anshor, Wan Nedra, Suririn, dalam buku
Aborsi Dalam Perspektif Fiqh Kontemporer Aborsi juga merupakan masalah
kesehatan karena memberikan dampak kesakitan dan kematian pada ibu. Di
Indonesia data statistik tentang penyebab utama kematian ibu hamil dan
melahirkan yang sering disebarluaskan adalah: pendarahan dan infeksi.
Namun sebenarnya penyebab utama meninggalnya ibu hamil dan melahirkan
adalah aborsi namun dalam rekam medis dituliskan pendarahan.
Dikutip dari blog Rico Bachtiar yang menyebutkan tentang fungsi
utama yang tidak populer. Cytotec yang mengandung misoprostol 200mg per
butir adalah obat gangguan lambung. Gangguan lambunga yang menjadi
target cytotec bukan hanya gangguan lambung biasa melainakn yang
disebabkan obat-obatan AINS. Sayangnya fungsi luhur misoprostol tidak
begitu populer. Banyak yang tidak mengenal nyeri lambung yang menjadi
target misoprostol. Namun akhirnya, nama Misoprostol dipopulerkan justru
oleh penyalahgunaannya. Misoprostol kerapkali dipakai untuk menggagalkan
kehamilan yang tidak diinginkan.22

F. Sistematika Pembahasan
Materi laporan penelitian skripsi ini dibagi menjadi 5 (lima) bab.
Sebagaimana standart pembuatan skripsi maka pada Bab pertama bertajuk
Pendahuluan. Di dalam bab ini diuraikan pokok-pokok pemikiran yang

22

Rico Bachtiar, “Fungsi Utama Obat yang Tidak Populer” diakses pada tanggal 14 Maret

2014 dari website http://ricobachtiar.wordpress.com/

12

melatarbelakangi penelitian ini, yang diorganisir menjadi 6 (enam) sub-bab,
yaitu (1) Latar belakang masalah, (2) Pembatasan dan perumusan masalah, (3)
Tujuan dan manfaat penelitian (4) Tinjauan Pustaka (5) Metode penelitian
(6)Sistematika pembahasan.
Bab kedua berjudul Obat-obatan. Bab ini menyajikan uraian tentang
obat-obatan. Uraian pada bab ini juga menjadi sarana informasi kepada
pembaca tentang obat-obatan. Bab ini terdiri dari 3 (tiga) sub-bab, yaitu (1)
pengertian tentang obat-obatan (2) jenis obat-obatan (3) penggunaan obatobatan (4) penyalahgunaan obat-obatan.
Bab ketiga menjelaskan tentang pengguguran kandungan, dan
memberikan informasi kepada pembaca tentang pengguguran kandungan
menjadi sebuah tindak pidana. Bab ketiga berjudul Pengguguran Kandungan
sebagai Tindak Pidana. Bab ini menyajikan 4 (empat) sub-bab utama, yaitu (1)
pengertian pengguguran kandungan (2) jenis pengguguran kandungan (3)
pengguguran kandungan sebagai tindak pidana (4) pengguguran kandungan di
dalam Undang-undang.
Bab keempat merupakan bab inti dari skripsi ini. Bab ini menjelaskan
bagaimana

pandangan

Hukum

Positif

dan

Hukum

Islam

tentang

penyalahgunaan obat sebagai alat penggugur kandungan. Bab empat juga
merupakan jawaban dari masalah pada skripsi ini. Dasar hukum yang diambil
melalui Undang-undang, Al-qur’an serta Hadist. Pada bab empat bertajuk
Tinjauan Hukum Positif dan Hukum Islam tentang Penyalahgunaan Obat
sebagai Alat Penggugur Kandungan. Bab ini menyajikan 4 (empat) sub-bab,

13

yaitu (1) Penyalahgunaan obat dalam Hukum Pidana Indonesia, dan (2)
Penyalahgunaan obat dalam Hukum Islam (3) Pengguguran Kandungan
menggunakan obat dalam Hukum Pidana Indonesia (4) Pengguguran
Kandungan menggunakan obat dalam Hukum Islam.
Bab kelima merupakan penutup, yang memuat kesimpulan dan
rekomedasi. Dalam bab ini disajikan pokok-pokok temuan penelitian yang
dihasilkan. Disamping itu, dimuat pula saran terkait atas temuan penelitian.

BAB II
OBAT-OBATAN

A. Pengertian Obat
Dalam kamus besar bahasa Indonesia obat adalah bahan untuk
mengurangi, menghilangkan penyakit atau menyembuhkan seseorang dari
penyakit.1 Secara umum pengertian obat ialah suatu bahan atau paduan bahanbahan

yang

mengurangkan,

digunakan

dalam

menghilangkan,

menetapkan

menyembuhkan

diagnosis,
penyakit

mencegah,
atau

gejala

penyakit, luka atau kelainan badan pada manusia maupun hewan. 2 Pada
awalnya, pembuatan obat menggunakan tanaman dan organisme hidup yang
mengandung zat-zat aktif yang di murnikan.3Secara khusus obat dapat
didefinisikan sebagai zat dalam keadaan murni atau campuran ditetapkan oleh
pemerintah.4
Selain obat bersumber dari bahan tanaman dan hewan yang seperti
disebutkan diatas, ada juga yang menyebutkan di dalam buku Basic
Pharmacology, Henry Hitner menjelaskan definisi obat adalah senyawa kimia
1

Kementerian Pendidikan Nasional, Definisi Obat, artikel diakses pada tanggal 26 Maret

2014 http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
2

Undang-undang Republik Indonesia, Tentang Kesehatan, Undang-undang nomor 36

Tahun 2009
3

Henry Hitner dan Barbara Nagle, Basic Pharamcologi, (New York: Glencoe 1999) h.4

4

Adhe Irma, “Definisi Obat” diakses pada tanggal 26 Maret 2014 dari website http://

adheeirmha.blogspot.com/ 2012/ 09/ pengertian –obat–dan- sediaan24.html

14

15

dengan struktur kimia tertentu. Karena struktur obat memiliki sifat-sifat
tertentu, maka dibagi menjadi dua sifat yaitu kimia dan biologis. Sifat-sifat
dari obat menentukan efek yang akan dihasilkan ketika obat itu diberikan.
Semua bagian farmasi mengerti bahwa obat menghasilkan lebih dari satu efek,
baik efek yang diinginkan maupun efek yang tidak diinginkan yang biasa
disebut efek samping.
Kontraindikasi pada obat merupakan keadaan ketika obat tidak boleh
digunakan, karena akan mengasilkan efek yang berbahaya kepada seseorang
dalam keadaan tertentu. Contohnya: pemberian obat kepada wanita yang
sedang hamil, sedangkan obat itu berbahaya bagi janin yang dikandungannya.5
Sebelum menggunakan obat maka kita harus melihat efek samping, efek
berbahaya, dan efek racun yang ada didalam obat tersebut.
Sediaan

farmasi

obattradisionaldankosmetik.

adalahjenisobat,komposisiobat,

Sediaanfarmasimerupakan

penghantar

obat

karena pada saat diberikan, sediaan mengandung bahan yang aktif secara
farmakologi terhadap sistem tubuh. Terdapat bentuk sediaan farmasi yang
sangat berfariasi, hal ini dapat terjadi karena terdapat zat aktif yang kurang
stabil terhadap adanya oksigen atau kelembaban, terdapat zat aktif yang

5

h.5

Henry Hitner dan Barbara Nagle, “Basic Pharamcologi”, (New York: Glencoe 1999)

16

kurang stabil terhadap adanya pengaruh asam lambung sesudah pemberian
obat secara oral, dan sebagainya.6
Sistem penghantar obat juga sangat ditentukan oleh desain sediaan
farmasi. Berhasil atau tidaknya obat diantarkan ke reseptor dan mengkasilkan
efek terapi yang diinginkan sangat berpengaruh pada desain sediaan obat.
Sistem penghantar obat dibagi menjadi 2 yaitu: penghantar obat konvensional
dan penghantar obat nonkonvensional.
Penghantar obat Konvensional adalah sistem penghantar obat secara
secepat mungkin bekerja, dan mendapatkan durasi efek yang tidak bekerja
lama. Sedangkan penghantar obat nonkonvensional adalah sistem penghantar
dengan cepat tetapi efek yang dihasilkan bekerja dengan durasi yang lama,
atau lepas secara berkala.7
Adapun sediaan umum obat berupa aerosol, tablet, kapsul, cream,
gel,infus, injeksi, serbuk, pasta, larutan, supositoria, suspensi, salep, vaksin,
dan sebagainya. Aerosol adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan,
mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup ditekan.
Sediaan ini digunakan untuk pemakaian pada kulit, hidung, mulut atau paruparu.8
6

Dhadhang Wahyu Kurniawan dan T.N Saifullah Sulaiman,Teknologi Sediaan Farmasi,

(Yogyakarta: Graha Ilmu 2009) h.2
7

Dhadhang Wahyu Kurniawan dan T.N Saifullah Sulaiman, Teknologi Sediaan Farmasi,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.3
8

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Edisi IV, ( Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 1995 ) hlm.1

17

Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya maka dapat
digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Sebagian besar tablet yang
beredar dan digunakan merupakan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan
memberikan tekanan tinggi pada serbuk obat menggunakan cetakan baja.
Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet. Pada hewan tablet yang
digunakan bernama bolus.9
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkak
keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang kapsul umumnya terbuat dari
gelatin, atau juga terbuat dari bahan khusus lainnya. Cangkak kapsul memiliki
ukuran bervariasi, dengan ukuran paling kecil 5 dan paling besar (000),
kecuali ukuran cangkang untuk hewan.10
Creamores atau biasa dikenal dengan krim, merupakan sediaan
setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut dalam
bahan dasar yang sesuai. Sediaan jenis ini biasanya digunakan pada penyakit
kulit, baik berupa peradangan, gatal, luka, dan sebagainya. Gel, merupakan
sediaan semi padat, yang terbuat dari partikel anorganik yang kecil ataupun
molekul organik yang besar. Bentuk gel hampir sama dengan krim, yang
membedakan biasanya gel berwarna bening dan cenderung lebih lengket dan

9

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Edisi IV, ( Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 1995 ) hlm.4
10

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Edisi IV, (Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 1995) h.3

18

berminyak. Salep adalah sediaan dalam bentuk setengah padat untuk
pemakaian pada kulit atau selaput lendir. Pemakaian cream, gel, dan salep
memiliki cara yang sama, yaitu dioleskan pada bagian kulit luar.11
Injeksi adalah sediaan dalam bentuk cair, terdiri dari satu jenis obat
ataupun lebih dari satu jenis obat yang dikemas dalam bentuk botol kecil dan
cara penggunaannya melalui jarum suntik yang disuntikan kedalam tubuh.
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstrasi simplisisa nabati
dengan air pada suhu 90 derajat selama 15 menit. Infus biasa digunakan
sebagai pengganti cairan, penghantar obat injeksi, dan sebagainya.12
Serbuk adalah campuran kering obat atau zat kimia yang dihaluskan
dan penggunaannya ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar.
Larutan adalah sediaan cari yang terdiri dari satu zat kimia atau lebih yang
terlarut. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung satu zat kimia atau
lebih,

penggunaannya

ditujukan

untuk

pemakaian

oral.

Contohnya

penggunaan obat magh, merupakan sediaan cair, berupa suspensi.
Supositoria merupakan sediaan obat dalam bentuk padat dalam
berbagai bobot, penggunaan obat ini ditujukan melalui raktal vagina atau

11

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Edisi IV, (Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 1995) h.6
12

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Edisi IV, (Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 1995) h.9

19

uretra. Umumnya berbentuk seperti peluru dan akan leleh, melunak pada suhu
tubuh. 13
Dari definisi diatas obat merupakan bahan untuk mengurangi rasa
sakit, nyeri, dan sebagainya. Sebelum melakukan pemberian obat maka harus
dilakukan diagnosa terhadap pasien agar tidak terjadi kesalahan obat terhadap
pasien. Obat memiliki beberapa bentuk sediaan, yaitu tablet, kapsul, serbuk,
aerosol, injeksi, supositoria, cream, salep, dan sebagainya.

B. Penggolongan Obat
Penggolongan obat di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 917/Menkes/Per/X/1993, dan sekarang sudah diperbaharui
dengan Permenkes Republik Indonesia Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000.
Penggolongan obat dimaksudkan agar peningkatan keamanan dan ketepatan
penggunaan serta pengamanan distribusi.
Penggolongan obat tersebut terdiri dari: obat bebas, obat bebas
terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika.
1. Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep
dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat keras,
dan sebagainya. Contoh obat bebas terbatas yang terdaftar dalam

13

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Edisi IV,(Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 1995) h.1416

20

departemen kesehatan Republik Indonesia: tablet vitamin C, B complex, E
dan obat batuk hitam.Obat bebas ditandai dengan lingkaran hijau.14
2. Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan kepada
pemakainya tanpa resep dokter, bila penyerahannya memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli pabrikan yang
membuatnya.
b. Pada penyerahannya oleh penjual harus mencantumkan tanda
peringatan tersebut berwarna hitam.
Obat bebas terbatas harus ditandai dengan lingkaran berwarna biru.
Obat bebas terbatas harus juga mencantumkan tanda P.No1, P.No.2,
P.No.3, P.No.4, P.No.5, atau P.No.6 15
3. Obat keras
Obat keras adalah obat-obatan yang tidak digunakan untuk keperluan
tehnik, yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, membaguskan,
mendesinfeksikan dan lain-lain tubuh manusia, baik dalam bungkusan
maupun tidak.
4. Obat wajib apotik (OWA)
Obat wajib apotik adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep
dokter oleh apoteker di apotek.16

14

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2380/A/SK/VI/1983 pasal 3

15

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2380/A/SK/VI/1983 pasal 2

21

5. Obat Narkotika dan Psikotropika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilagnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan nyeri,dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana disebutkan dalam
undang-undang.17
6. Obat Tradisional
Obat tradisional yaitu bahan atau ramuan bahan berupa tumbuhan, bahan
hewan, mineral, sediaan sarian. Atau campuran dari bahan-bahan tersebut
yang secara turun menurun telah digunakan pengobatan berdasarkan
pengalaman.18Obat tradisional juga serong disebut dengan obat herbal
Obat herbal di Indonesia digolongkan menjadi tiga yaitu jamu, obat
herbal terstandart dan fitofarmaka. Jamu adalah campuran dari bahan
hewan, mineral sediaan galenik atau campuran bahan yang secara turun
menurun telah digunakan berdasarkan pengalaman. Jamu ditandaidengan
lambang:

16

Keputusan Menteri Kesehatan No.924/Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Obat Wajib

17

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1997 Pasal 1 tentang Naarkotika

Apotek

18

36

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia nomor

Tahun

2009,

Kesehatan,

diakses pada

tanggal

2

April 2014

http://www.depkes.go.id/downloads/UU_No._36_Th_2009_ttg_Kesehatan.pdf

melalui

website

22

Obat herbal tersandart adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dan uji praklinis, dan
bahan bakunya telah terstandarisasi. Obat herbal terstandart ditandai
dengan lambang:

Sedangkan fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis
dengan hewan percobaan dan telah melalui uji klinis pada manusia serta
bahan baku dan produknya telah terstandarisasi.19 Jenis fitofarmaka
ditandai dengan lambang:

Disimpulkan bahwa Penggolongan obat diatur oleh peraturan
menteri, secara resmi obat digolongkan menjadi 6 golongan. Golongan
obat bebas, golongan obat bebas terbatas, golongan obat wajib apotek,

19

h.13

Hendri Wasito, Obat Tradisional Kekayaan Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011)

23

golongan obat keras, golongan obat narkotik dan psikotropik, golongan
obat tradisional atau herbal.

C. Penggunaan obat
World Healt Organisation (WHO) mendefinisikan penggunaan obat
yaitu pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan klinis
mereka, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan individual, untuk jangka
waktu yang tepat dan dalam biaya terapi yang terendah bagi pasien maupun
komunitas mereka.20Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan
penggunaan obat yang dilakukan secara benar yaitu sesuai dengan kebutuhan
pasien, pemilihan dosis secara tepat, cara pemberian, jangka waktu pemberian
obat secara tepat dan biaya pengobatan harus dipilih yang paling terjangkau
bagi pasien dengan memperhatikan kebutuhan.
Sesuai definisi diatas maka ada beberapa penjabaran indikator
penggunaan obat yang benar, yaitu: Tepat diagnosis, ketepatan memilih
diagnosis pasien adalah langkah awal dari proses pengobatan karena ketepatan
memilih obat dan dosis tergantung kepada ketepatan menentukan diagnosis.
Jangan sampai salah mendiagnosa sehingga terjadi kesalahan dalam
penyediaan obat-obatan. Berdasarkan diagnosis yang tepat maka harus
dilakukan pemilihan obat yang tepat. Pemilihan obat ditimbang dari ketepatan

20

ZD Sadikin, Definisi Penggunaan Obat, diakses pada tanggal 29 Maret 2014 dari

website http:// indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/viewFile/512/511

24

kelas terapi dan jenis obat yang sesuai dengan diagnosis. Selain itu, Obat juga
harus terbukti manfaat dan keamanannya. Obat juga harus merupakan jenis
yang paling mudah didapatkan. Jenis obat yang akan digunakan pasien juga
seharusnya jumlahnya seminimal mungkin.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah indikasi obat. Pemberian obat
harus sesuai dengan penyakit yang diderita. Contohnya pemberian obat anti
virus terhadap pasien yang terkena penyakit akibat dari virus. Obat yang
digunakan juga harus mempertimbangkan kondisi individu pasien. Riwayat
penyakit, alergi obat dan kondisi khusus seperti ibu hamil, balita, lansia, dan
laktasi.21 Misalnya pemberian obat magh yang menyebabkan kontraksi pada
perut, maka harus di hindari penggunaannya dari ibu hamil.
Pemberian dosis obat yang digunakan harus sesuai dengan kondisi
pasien dari segi usia, berat badan, maupun kelainan tertentu. Kemudian cara
pemberian yang tepat dan lama pemberian obat wajib mempertimbangkan
keamanan dan kondisi pasien. Hal ini berpengaruh kepada sediaan bentuk obat
dan saat pemberinan obat. Seperti contoh dalam kasus anak kecil demam, jika
tidak dapat menelan obat dalam sediaan tablet maka akan digantikan dengan
sediaan sirup. Lama pemberian obat mempengaruhi kadar obat dalam darah
pada saatproses pengobatan.

21

website

BBKP Makasar, Penggunaan Obat Rasional, diakses pada tanggal 26 Maret 2014 dari

http://bbpkmakassar.or.id/index.php/Umum/Info-Kesehatan/Penggunaan-Obat-Rasional-

POR-melalui-Indikator-8-Tepat-dan-1-Waspada.phd

25

Contohnya dalam pemberian antibiotik amoxicillin 500mg dalam
penggunaannya sehari tiga kali selama 3-5 hari agar bakteri penyebab
penyakit akan mati dan supaya tidak terjadi resistensi maka lama pemberian
pengobatan harus tepat.22Dalam kenyataan ketidak benaran dalam penggunaan
obat sering terjadi. Contohnya: penggunaan obat yang menyebabkan kontraksi
pada rahim dan menyebabkan terjadinya pemberhentian proses kehamilan.
Jadi penggunaan obat merupakan pengobatan yang sesuai dengan
kebutuhan klinis, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan individual, untuk
jangka waktu yang tepat dan dalam biaya terapi yang terendah bagi pasien.
Sebelum memberikan obat, dokter harus mendiagonsis pasien terlebih dahulu
sehingga tidak terjadi kesalahan pada saat penyediaan obat.
Pemberian dosis tepat mempengaruhi kinerja obat, karena tidak setiap
obat dapat diterima oleh tubuh, maka dari itu harus dipertimbangkan melalui
berat badan, riwayat penyakit dan sebagainya. Jika terjadi kontra indikasi
terhadap obat, maka dokter harus mengganti jenis obat dengan komposisi yang
berbeda.

D. Penyalahgunaan Obat
Definisi peny