BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diabetes mellitus DM merupakan penyakit degeneratif yang paling umum ditemukan. Penyakit ini ditandai oleh naiknya kadar gula darah
hiperglikemia dan tingginya kadar gula dalam urin glikosuria. Perkataan diabetes berasal dari bahasa Yunani Diabetes yang berarti “bocor”
sedangkan kata mellitus berasal dari bahasa Latin mellitus yang berarti “madu”, kata ini diambil sebagai nama penyakit yang menggambarkan
tingginya kandungan gula dalam urin penderita. Dalam bahasa Indonesia penyakit itu disebut sebagai penyakit “kencing manis” Moehyi, 1997.
Menurut WHO dalam Yulianto 2007, diabetes mellitus atau kencing manis telah menjadi masalah kesehatan dunia. Prevalensi dan insiden penyakit
ini meningkat secara drastis di negara-negara industri baru dan sedang berkembang termasuk Indonesia. Pada tahun 2003 terdapat sekitar 150 juta
kasus diabetes didunia dan pada tahun 2025 diperkirakan jumlahnya meningkat dua kali lipat.
Tahun 2006 di Indonesia, jumlah penderita Diabetes Mellitus mencapai 14 juta orang, dimana baru setengahnya yang sadar memiliki kadar gula yang
tinggi, dan diantara jumlah tersebut baru 30 persen yang secara teratur mendapat pengobatan dokter Anonim, 2007.
1
Menurut Soegondo 2006, semua orang memiliki resiko terkena diabetes. Selain gaya hidup dan kegemukan, faktor keturunan juga sangat
berperan. Untuk mereka yang berada dalam kelompok resiko tinggi diperlukan tindakan pencegahan yaitu dengan mulai mengubah gaya hidup,
tetapi faktor keturunan tidak dapat dicegah. Jadi jangan sampai gemuk, kurangi makanan yang berlemak dan manis, serta tingkatkan aktivitas fisik.
Kendati program ini tidak mudah tetapi sangat menghemat biaya. Gizi dan diabetes mempunyai hubungan yang erat. Rencana gizi atau
perencanaan makanan yang tepat merupakan pengobatan yang penting untuk diabetes. Perencanaan makanan meal planning ini bertujuan untuk
mempertahankan kadar glukosa darah senormal mungkin dan mengusahakan agar berat badan mencapai batas normal Budiyanto, 2002.
Diabetes mellitus merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup, sehingga yang berperan dalam pengelolaannya tidak hanya
dokter, perawat, dan ahli gizi, tetapi lebih penting lagi keikutsertaan pasien sendiri dan keluarganya. Penyuluhan kepada pasien dan keluarganya akan
sangat membantu meningkatkan keikutsertaan mereka dalam usaha memperbaiki hasil pengelolaan DM Perkeni, 1998.
Umumnya penyakit DM dianggap sebagai penyakit keturunan. Jika seorang menderita penyakit DM biasanya ia juga mengetahui siapa sanak
keluarganya yang juga menderita penyakit yang sama Budiyanto, 2002. Edukasi merupakan dasar utama untuk pengobatan dan pencegahan
diabetes yang sempurna. Orang dengan diabetes mellitus yang memiliki
pengetahuan yang minim tentang diabetes akan menjurus kepada cepatnya mendapatkan komplikasi dan hal ini akan merupakan beban bagi keluarga dan
masyarakat. Peran edukator sangat penting untuk menurunkan angka kesakitan dan prevalensi timbulnya komplikasi pada penyakit diabetes
mellitus melalui upaya pelayanan pasien diabetes mellitus yang terpadu Depkes, 1999.
Terapi diet atau pengaturan makanan bagi penderita diabetes secara umum bertujuan menjaga dan memelihara tingkat kesehatan optimal sehingga
dapat melakukan aktivitas seperti biasanya dan diet adalah awal untuk mengendalikan diabetes. Diet dengan kalori sangat rendah, pada umumnya
tidak efektif untuk mencapai penurunan berat badan jangka lama, dalam hal ini perlu ditekankan bahwa tujuan diet adalah pada pengendalian glukosa dan
lipid. Berdasarkan data yang didapatkan dari pencatatan medik di Puskesmas
Toroh 1, jumlah penderita diabetes mellitus pada tahun 2006 sebanyak 319 orang dan pada tahun 2007 sebanyak 365 orang dari 11 wilayah kerja
Puskesmas Toroh 1. Puskesmas Toroh I menduduki peringkat ketiga di Kabupaten Grobogan setelah Puskesmas Purwodadi I dan Purwodadi II
Dinkes,2007. Berdasarkan wawancara dengan 3 perawat dan 10 pasien, bahwa
penyuluhan tentang terapi diet pernah diberikan oleh ahli gizi yaitu pada waktu pasien datang ke Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan dan
penyuluhan dilakukan dengan cara tatap muka antara ahli gizi dengan pasien.
Dari hasil wawancara dengan pasien tersebut mengatakan kalau mereka harus mengurangi gula termasuk makanan-makanan yang banyak mengandung gula
atau pemanis dan memperhatikan pola makan setiap hari untuk mempertahankan kadar gula darah mendekati normal. Terkadang pasien
tersebut tidak menjalankan dietnya, alasannya karena kadar gula darahnya sudah mendekati normal maka tidak perlu melakukan diet, kerena pasien
mempunyai pemahaman yang kurang tepat tentang terapi diet tersebut maka diperlukan adanya pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan tentang pengelolaan penyakit DM memberikan alternatif pilihan yang mungkin dapat membantu mengubah kadar glukosa
darah menjadi lebih baik untuk mencegah timbulnya komplikasi pada pasien diabetes melitus yang ada di wilayah kerja Puskesmas Toroh 1.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh pendidikan kesehatan tentang terapi diet
terhadap pengetahuan dan pengendalian kadar gula darah pada penderita diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Toroh 1 Kabupaten Grobogan”.
B. Rumusan Masalah