Hubungan antara Postur Kerja dengan Keluhan Muskuloskeletal

Hasil penelitian dari Majelis Kedokteran Indonesia 2008, faktor yang berhubungan bermakna p0,05 dengan keluhan nyeri pada pekerja industri adalah kondisi distres, status anemia dan posisi kerja. Pekerja dengan kondisi distres berisiko 1,62 kali 95 CI: 1,25- 2,11, anemia berisiko 1,56 kali 95 CI: 1,25-2,11 dan posisi duduk berisiko 1,51 kali 95 CI: 1,15-1,96 mengalami nyeri muskuloskeletal akibat kerja dibandingkan dengan pekerja yang sehat.

c. Hubungan antara Postur Kerja dengan Produktivitas

Hasil penelitian menjelaskan, ada hubungan yang cukup kuat r = -0,512 dan signifikan antara postur kerja dan produktivitas kerja dengan nilai p 0,005 dan koefisien koeralasi negatif dimana semakin tinggi nilai tingkat risiko postur kerja maka produktivitas semakin rendah. Rendahnya produktivitas dapat dipengaruhi oleh tingginya tingkat risiko postur kerja, karena jika dalam bekerja tingkat risiko postur kerja tinggi maka dapat menyebabkan cepat lelah, sehingga mempengaruhi rendahnya produktivitas. Dalam hal ini maka produktivitas semakin rendah jika tingkat risiko postur kerja semakin tinggi. Selain itu, menurut Tarwaka 2010 postur tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran, dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk, cara-cara harus melayani mesin macam, arah dan kekuatan.

d. Hubungan antara Keluhan muskuloskeletal dengan Produktivitas

Dari hasil penelitian, didapat hubungan yang cukup kuat r = - 0,753 dan signifikan antara keluhan muskuloskeletal dan produktivitas kerja dengan nilai p 0,005 dan koefisien koeralasi negatif dimana semakin tinggi risiko keluhan muskuloskeletal maka produktivitas semakin rendah. Keluhan muskuloskeletal dapat mempengaruhi produktivitas kerja, karena jika dalam bekerja semakin tinggi risiko keluhan muskuloskeletal maka dapat menyebabkan cepat lelah, sehingga mempengaruhi rendahnya produktivitas. Dalam hal ini maka produktivitas akan semakin rendah jika risiko keluhan muskuloskeletal semakin tinggi. Menurut Tarwaka 2010, level keluhan muskuloskeletal dari yang paling ringan hingga paling berat akan menggangu konsentrasi dalam bekerja, menimbulkan kelelahan dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas. Penyebab dari tingginya keluhan muskuloskeletal terdiri atas beberapa faktor antara lain peregangan otot yang berlebihan, aktivitas berulang, sikap kerja tidak alamiah, tekanan, getaran, mikroklimat, dan penyebab kombinasi. Faktor umur juga dapat menjadi munculnya risiko tingginya keluhan muskuloskeletal. Menurut Bukhori 2010, dampak yang diakibatkan oleh keluhan muskuloskeletal pada aspek produksi yaitu berkurangnya output, kerusakan material, produk yang hasil akhirnya menyebabkan tidak terpenuhinya deadline produksi, pelayanan yang tidak memuaskan, dll. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Diketahui bahwa rata-rata nilai postur kerja dalam kategori berisiko tinggi dimana diperlukan tindakan segera. Sedangkan rata-rata nilai keluhan muskuloskeletal dalam kategori rendah atau belum perlu adanya tindakan perbaikan, sedangkan rata-rata nilai produktivitas adalah 20.00 dengan nilai produktivitas lebih dari rata-rata adalah 9 responden dan kurang dari rata-rata adalah 19 responden. b. Ada hubungan yang cukup kuat r = 0,439 dan signifikan antara postur kerja dengan keluhan muskuloskeletal dengan nilai p 0,019 dan koefisien koeralasi positif di mana semakin tinggi tingkat risiko postur kerja maka dapat meningkatkan keluhan muskuloskeletal. c. Ada hubungan yang cukup kuat r = -0,512 dan signifikan antara postur kerja dengan produktivitas kerja dengan nilai p 0,005 dan koefisien koeralasi negatif di mana semakin tinggi tingkat risiko postur kerja maka produktivitas kerja semakin rendah. d. Ada hubungan yang kuat r = -0,753 dan signifikaan antara keluhan muskuloskeletal dengan produktivitas dengan nilai p 0,005 dan koefisien korelasi negatif di mana semakin tinggi risiko keluhan muskuloskeletal maka produktivitas semakin rendah.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKOKELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN Hubungan Antara Risiko Postur Kerja Dengan Risiko Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Bagian Pemotongan Besi Di Sentra Industri Pande Besi Padas Klaten.

0 2 14

HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKOKELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN Hubungan Antara Risiko Postur Kerja Dengan Risiko Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Bagian Pemotongan Besi Di Sentra Industri Pande Besi Padas Klaten.

0 3 16

HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKO KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA DI Hubungan Antara Risiko Postur Kerja Dengan Risiko Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Di Bagian Produksi Tenun PT. Kusuma Mulia Plasindo Infitex Klaten.

0 3 19

HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKO KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA DI Hubungan Antara Risiko Postur Kerja Dengan Risiko Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Di Bagian Produksi Tenun PT. Kusuma Mulia Plasindo Infitex Klaten.

0 2 16

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Dan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bagian Pengepakan Di PT. Djitoe Indonesia Tobako.

0 4 16

PENDAHULUAN Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Dan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bagian Pengepakan Di PT. Djitoe Indonesia Tobako.

0 3 5

EVALUASI POSTUR KERJA DENGAN METODE OWAS TERHADAP KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA MANUAL Evaluasi Postur Kerja Dengan Metode Owas Terhadap Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Manual Handling Di PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

0 1 16

Hubungan Postur Kerja dan Gerakan Berulang dengan Keluhan Muskuloskeletal Tenaga Kerja Sewing Garmen CV. SAA Sukoharjo.

0 3 1

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI.

0 0 11

HUBUNGAN POSTUR KERJA DAN MASA KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PEKERJA BAGIAN SEWING CV SURYA ALAM ABADI SUKOHARJO SKRIPSI

0 4 11