Epidemiologi Spasial Kasus Malaria Kota Lubuk Linggau Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009-2013

EPIDEMIOLOGI SPASIAL KASUS MALARIA
KOTA LUBUK LINGGAU PROVINSI SUMATERA SELATAN
TAHUN 2009-2013

SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH :
TRI BAYU PURNAMA
NIM : 1110101000042

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435 H/2014 M

i


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
SKRIPSI, MEI 2014
TRI BAYU PURNAMA, NIM 1110101000042
EPIDEMIOLOGI SPASIAL KASUS MALARIA KOTA LUBUK LINGGAU
PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2009-2013
(xiii + 180 halaman, 2 bagan, 17 gambar, 6 grafik, 30 tabel, 3 lampiran)

ABSTRAK
Malaria adalah penyakit bersumber binatang yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat dunia. Orang yang berisiko malaria sebesar 2,3 miliar atau 41% dari populasi
dunia. Riskesdas 2013 mencatat bahwa 50% provinsi di Indonesia memiliki prevalensi
malaria di atas angka nasional. Epidemiologi spasial dapat digunakan untuk
menggambarkan distribusi kasus malaria berdasarkan keruangan. Insiden malaria di Kota
Lubuk Linggau masih diatas indikator MDGs dan kota ini belum melakukan pemetaan
endemis malaria. Oleh karena itu penelitian ini bermaksud untuk mengetahui
epidemiologi spasial kasus malaria di Kota Lubuk Linggau tahun 2009-2013.
Desain penelitian epidemiologi ini adalah ecological study. Pengumpulan data
dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Lubuk Linggau untuk data kasus malaria, BMKG

Provinsi Sumatera Selatan untuk data lingkungan dan BAPPEDA Kota Lubuk Linggau
untuk data wilayah potensi perindukan nyamuk. Analisis data dilakukan dengan ukuran
frekuensi penyakit berupa rate, proporsi dan rasio.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kasus malaria yang diperiksa laboratorium
masih jauh dibawah indikator nasional sehingga perlu upaya pencapaian target ditahun
selanjutnya dan tidak terdapat pola khusus kasus malaria ditiap bulan, curah hujan, suhu
dan kelembaban. Laki-laki dan perempuan memiliki peluang yang sama untuk terinfeksi
malaria dengan kelompok anak-anak sebagai kelompok paling banyak terserang malaria
serta diindikasikan terjadi penularan setempat malaria. Analisis spasiotemporal kasus
malaria pada wilayah endemis malaria pada kecamatan selalu mengalami perubahan dan
wilayah potensi perindukan nyamuk adalah semak belukar, hutan, ladang/kebun, sawah,
dan permukiman.Perlindungan kelompok rentan dilakukan dengan penyuluhan kesehatan
dan kerja sama lintas sektor dan program, pengobatan dengan ACT, membangun sistem
kewaspadaan dini dan modifikasi lingkungan melalui upaya larvasidasi.
Kata Kunci : Epidemiologi, Spasial, Malaria
Daftar Bacaan : 104 (1993-2014)

ii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
DEPARTEMEN OF EPIDEMIOLOGY
UNDERGRADUATED THESIS, May 2014
TRI BAYU PURNAMA, NIM 1110101000042
MALARIA INCIDENCE IN LUBUK LINGGAU CITY SOUTH SUMATERA
PROVINCE AT 2009-2013 : SPATIAL EPIDEMIOLOGY APPROACH
(xiii + 180 pages, 2 charts, 17 pictures, 6 graphics, 30 tables, 3 attachments)

ABSTRACT

Malaria is a mosquito borne disease that become a public health problem.
Population at risk in malaria is as 2,3 billion or 41% at population in the world. Basic
Health Research 2013 noted that 50% of provinces in Indonesia have malaria prevalence
above national rate. Spatial epidemiology can be used to describe malaria cases that based
on spatial distribution. Malaria incidence in Lubuk Linggau city is still above the MDGs
indicator and this city is not yet endemic malaria mapping. Therefore, aim of this research
describes the spatial epidemiology incidence in Lubuk Linggau city at 2009-2013.
Design of this epidemiological research is ecological studies. Data is collected at
health departement Lubuk Linggau city for malaria cases data, Bureau Meteorology,
Klimatology and Geophysics South Sumatera for enviromental data and Planning and

Developing City in Lubuk Linggau for breeding places region data. Data are analyzed by
measuring the frequency of disease by means of rate, ratio and proportion.
Result of this research is malaria cases that laboratorium confirmation still under
national indicator so that need to efforts raising target in next years. Trends of this cases
by month don’t show a spesific patterns and as well as the temperature, rainfall and
humidity. Men and women have same opportunity to infecting malaria. Majority children
are infected malaria and indicated to occur indigenous transmission. Spatiotemporal
analysis of malaria cases at endemic malaria region always changes. The potential
breeding places are shrubs, woods, garden, fields and resident. Protection of group risk
could do by communication, information and education along with cooperation accross
sector and programms, treatments by ACT, building early warning systems and
enviromental modification by larvaciding.

Keyword : Epidemiology, Spatial, Malaria
Reading List : 106 (1993-2014)

iii

iv


v

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap

:

Tri Bayu Purnama

Jenis Kelamin

:

Laki-laki

Tempat, tanggal lahir


:

Lubuk Linggau, 14 Oktober 1992

Warganegara

:

Indonesia

Agama

:

Islam

Alamat

:


Jalan Hujan Gerimis No 545 RT 07 Kelurahan
Bandung Kiri Kecamatan Lubuk Linggau Barat 2
Kota Lubuk Linggau Provinsi Sumatera Selatan

Telepon

:

081996294483

Email

:

tbayu93@gmail.com

Pendidikan Formal:
1. SD Negeri 18 Kota Lubuk Linggau (1998-2004)
2. SMP Negeri 1 Kota Lubuk Linggau (2004-2007)
3. MA Negeri 1 (Model) Kota Lubuk Linggau (2007-2010)

4. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehtaan Masyarakat,
Peminatan Epidemiologi (2010-2014)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
berkat taufik dan hidayahNya skripsi ini dapat terselesaikan dengan judul
“Epidemiologi Spasial Kasus Malaria di Kota Lubuk Linggau Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2009-2013”. Skripsi ini penulis susun dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat,
pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak
kekurangannya. Namun berkat bimbingan Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM, MHS
dan Ibu Riastuti Kusuma Wardani, MKM serta dorongan dari berbagai pihak
maka hambatan itu sedikit banyak dapat diatasi.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan

umumnya bagi siapa saja yang memerlukannya. Akhir kata pada kesempatan ini
penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan rasa terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.

3.

4.

5.

6.
7.

Bapak (alm) dan Mamak yang telah memberikan semangat, motivasi dan
kasih sayang kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Serta kedua
kakak dan adik yang menjadi tempat motivasi dan semangat penulis untuk
menyegerakan menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas doa dan

usahanya. You raise me up, to more than I can be”.
Ratri Ciptaningtyas, SKM, MHS selaku pembimbing I skripsi. Terima kasih
atas waktu, ilmu, bimbingan, arahan, masukan, doa, dan kepercayaannya
yang diberikan kepada penulis.
Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM selaku pembimbing II skripsi.
Terima kasih atas bimbingan, arahan, masukan, doa, waktu dan ilmu yang
diberikan kepada penulis.
Minsarnawati Tahangnacca SKM., M.Kes selaku dosen penanggungjawab
Peminatan Epidemiologi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Para Dosen Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis.
Para Dosen Peminatan Epidemiologi UIN Jakarta yang telah meluangkan
waktu sibuknya kepada mahasiswa epidemiologi untuk menggali ilmu yang
dimiliki. Terima Kasih Dr I Nyoman Kandun, DR dr Hariadi Wibisono, dr

viii

8.


9.

10.
11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

Toni Wandra PhD, Dr Cicillia Windianingsih, dr Sholah Imari M.Sc dll.
Terima kasih atas dedikasinya untuk dunia pendidikan terutama mendidik
calon epidemiolog handal di masa yang akan datang.
Gubernur Sumatera Selatan dan Kepala Kementerian Pendidikan Provinsi
Sumatera Selatan berserta para pegawai bidang Dikmenti yang memberikan
kesempatan kepada penulis berupa beasiswa sehingga dapat menyelesaikan
studi di Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Jakarta.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Lubuk Linggau dan Kepala Bidang
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Terima kasih atas
kebijaksanaannya yang memberikan kesempatan untuk penulis untuk meneliti
di Lubuk Linggau.
Defit Kurniawan, S.Kep yang bersedia direpotkan oleh penulis untuk tempat
konsultasi tentang malaria.
Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Lubuk Linggau
yang memberikan penulis data tata guna lahan. Terima kasih untuk Pak
Safran yang membantu perizinan penelitian di BAPPEDA dan Staf Bidang
Fisik dan Sarana yang mau memberikan data Shapefile tata guna lahan.
Ketua Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Kenten
Provinsi Sumatera Selatan. Terima kasih atas segala kemudahan yang
diberikan kepada peneliti dalam proses perizinan penelitian.
Indra Purna, ST, M.Si yang berbaik hati kepada penulis dengan memberikan
data yang diinginkan dalam 1 hari. Terima kasih atas segala kebaikan dan
ilmu yang bapak berikan kepada penulis.
Fajar Nugraha, S.Si yang memberikan ilmu spasialnya kepada penulis.
Terima kasih atas kepercayaan, ilmu, arahan dan masukkannya kepada
penulis.
Dr Sholah Imari, M.Sc yang memberikan ilmu epidemiologinya kepada
penulis. Semoga ilmu, kebaikan, ketekunan dan pengabdian yang diberikan
dapat menular kepada penulis. Terima kasuh atas waktu dan bimbingannya
Pak Sholah.
Thanks to rekan seperjuangan para epidemiolog muda. Karlina, Tika, Nida,
Najah, II, Ati, Rizka, Wiwid, Putri, Bebe, dan Luthfi. Terima kasih teman
sejawat atas segala kontribusi, ilmu, semangat dan motivasinya kepada
penulis.
Thanks to rekan sejawat teman mahasiswa beasiswa kemitraan santri jadi
dokter angkatan 2010. Harun, Zata, Ayu, Ana, Randi, Arum, Rendy, Iid,
Luther, Lukluk, Finti, Lisa, Rusti, Rosi, Choyin, Rico, Ali, Qori, Nando, Fifin
dan Meli. Terima kasih atas segala kontribusinya.
Thanks to para ahli kesehatan masyarakat di masanya nanti, teman-teman
kesmas 2010. Uda Randika, Ucup, Ilham, Fuad, Prima, Alul, Supri, Mono,

ix

Aziz, Agung, Angga, Richo, Angger, Akbar, Febri, dan Furin Terima kasih
atas segala kerjasamanya.
19. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna, namun penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
kita semua dan berharap ada kritik atau saran yang membangun untuk
kesempurnaan skripsi ini.

Ciputat, Mei 2014

Penulis

x

DAFTAR ISI
Lembar Pernyataan....................................................................................................... i
Abstrak ......................................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ...................................................................................................... iv
Daftar Riwayat Hidup .................................................................................................. vi
Kata Pengantar ............................................................................................................. vii
Daftar Isi....................................................................................................................... x
Daftar Tabel, Gambar, Grafik dan Bagan .................................................................... xii
Daftar Istilah................................................................................................................. xiii
BAB I Pendahuluan ..................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................... 7
1.3. Pertanyaan Penelitian ...................................................................................... 8
1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 8
1.5. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 9
1.6. Ruang Lingkup Penelitian............................................................................... 10
BAB II Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 12
2.1.Malaria ............................................................................................................. 12
A. Definisi Malaria ......................................................................................... 12
B. Gejala Klinis Malaria ................................................................................. 13
C. Etiologi Malaria ......................................................................................... 14
2.2.Epidemiologi Malaria....................................................................................... 15
A. Rantai Infeksi Malaria ................................................................................ 15
B. Segitiga Epidemiologi Malaria .................................................................. 20
2.3.Sistem Informasi Geografis.............................................................................. 40
A. Definisi Sistem Informasi Geografis .......................................................... 40
B. Analisis Spasial .......................................................................................... 42
C. Epidemiologi Spasial ................................................................................. 44
2.4.Kerangka Teori................................................................................................. 48
BAB III Kerangka Konsep Dan Definisi Operasional ................................................. 50
3.1. Kerangka Konsep ............................................................................................ 51
3.2. Definisi Operasional ....................................................................................... 52
BAB IV Metodologi Penelitian.................................................................................... 57
4.1.Desain Penelitian .............................................................................................. 57
4.2.Lokasi Dan Waktu Penelitian .......................................................................... 58
4.3.Populasi Dan Sampel ....................................................................................... 58
4.4.Cara Pengumpulan Data ................................................................................... 58
4.5.Rencana Manajemen Data................................................................................ 60
4.6.Analisis Data .................................................................................................... 62
4.7.Teknik Validasi Data Sekunder ....................................................................... 63
BAB V Hasil ................................................................................................................ 65
5.1.Gambaran Kasus Malaria Di Kota Lubuk Linggau Tahun 20092013 .................................................................................................................. 65
A. Frekuensi Kasus Malaria ............................................................................ 65

xi

B. Kecenderungan Kasus Malaria ................................................................... 72
5.2.Karakteristik Faktor Host (Populasi) Pada Kasus Malaria di Kota
Lubuk Linggau Tahun 2009-2013.................................................................... 74
A. Kasus Malaria Berdasarkan Jenis Kelamin ................................................ 74
B. Kasus Malaria Berdasarkan Umur ............................................................. 78
5.3.Karakteristik Faktor Agent (Penyebab) Pada Kasus Malaria di Kota
Lubuk Linggau Tahun 2009-2013................................................................... 81
A. Kasus Malaria Berdasarkan Jenis Plasmodium .......................................... 81
5.4.Karakteristik Faktor Environment (Lingkungan) Pada Kasus
Malaria di Kota Lubuk Linggau Tahun 2009-2013 ........................................ 83
A. Kasus Malaria Berdasarkan Curah Hujan .................................................. 83
B. Kasus Malaria Berdasarkan Suhu .............................................................. 84
C. Kasus Malaria Berdasarkan Kelembaban .................................................. 85
5.5.Epidemiologi Spasial Malaria di Kota Lubuk Linggau ................................... 86
A. Pemetaan Endemisitas Malaria .................................................................. 86
B. Pemetaan Ketinggian.................................................................................. 117
C. Pemetaan Wilayah Potensi Perindukan Nyamuk ....................................... 118
BAB VI Pembahasan ................................................................................................... 121
6.1.Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 121
6.2.Kejadian Malaria di Kota Lubuk Linggau tahun 2009-2013 ........................... 126
6.3.Karakteristik Karakteristik Faktor Host (Populasi) Pada Kasus
Malaria di Kota Lubuk Linggau Tahun 2009-2013 ........................................ 130
A. Kasus Malaria Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................... 130
B. Kasus Malaria Berdasarkan Umur ............................................................ 134
6.4.Karakteristik Faktor Agent (Penyebab) Pada Kasus Malaria di Kota
Lubuk Linggau Tahun 2009-2013................................................................... 137
A. Kasus Malaria Berdasarkan Jenis Plasmodium......................................... 137
6.5.Karakteristik Faktor Environment (Lingkungan) Pada Kasus
Malaria di Kota Lubuk Linggau Tahun 2009-2013 ........................................ 145
A. Kasus Malaria Berdasarkan Curah Hujan ................................................. 145
B. Kasus Malaria Berdasarkan Suhu ............................................................. 148
C. Kasus Malaria Berdasarkan Kelembaban ................................................. 152
6.6.Epidemiologi Spasial Malaria di Kota Lubuk Linggau ................................... 155
A. Pemetaan Endemisitas Malaria ................................................................. 155
B. Pemetaan Ketinggian di Kota Lubuk Linggau .......................................... 167
C. Pemetaan Wilayah Potensi Perindukan Nyamuk ...................................... 170
BAB VII Kesimpulan dan Saran .................................................................................. 175
7.1. Simpulan ......................................................................................................... 175
7.2. Saran ............................................................................................................... 176
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 178

xii

DAFTAR BAGAN, GAMBAR, GRAFIK, DAN TABEL

Bagan 2.1. Segitiga Epidemiologi....................................................................................... 49
Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................................. 51
Gambar 5.1. Pemetaan Endemisitas Malaria Tahun 2009 .................................................. 89
Gambar 5.2. Pemetaan Endemisitas Malaria Tahun 2010 .................................................. 91
Gambar 5.3. Pemetaan Endemisitas Malaria Tahun 2011 .................................................. 93
Gambar 5.4. Pemetaan Endemisitas Malaria Tahun 2012 .................................................. 95
Gambar 5.5. Pemetaan Endemisitas Malaria Tahun 2013 .................................................. 96
Gambar 5.6 Pemetaan Malaria di Kecamatan Lubuk Linggau Barat 1 .............................. 98
Gambar 5.7. Pemetaan Malaria di Kecamatan Lubuk Linggau Barat 2 ............................. 101
Gambar 5.8. Pemetaan Malaria di Kecamatan Lubuk Linggau Timur 1 ............................ 104
Gambar 5.9. Pemetaan Malaria di Kecamatan Lubuk Linggau Timur 2 ............................ 106
Gambar 5.10. Pemetaan Malaria di Kecamatan Lubuk Linggau Selatan 1 ........................ 108
Gambar 5.11. Pemetaan Malaria di Kecamatan Lubuk Linggau Selatan 2 ........................ 110
Gambar 5.12. Pemetaan Malaria di Kecamatan Lubuk Linggau Utara 1 ........................... 111
Gambar 5.13. Pemetaan Malaria di Kecamatan Lubuk Linggau Utara 2 ........................... 113
Gambar 5.14. Pemetaan Ketinggian Kota Lubuk Linggau ................................................. 117
Gambar 5.15. Pemetaan Wilayah Potensial Perindukan Nyamuk ...................................... 116
Gambar 6.1. Stadium P. falcifarum Malaria Pada Sediaan Darah Tepi ............................. 136
Gambar 6.2. Stadium P. vivax dan P. ovale Malaria Pada Sediaan Darah ......................... 137
Gambar 6.3. Stratifikasi Endemis Malaria di Indonesia ..................................................... 156
Grafik 5.1. Kecenderungan Kasus Malaria Menurut AMI dan API ................................... 71
Grafik 5.2. Kecenderungan Kasus Malaria Menurut Bulan ................................................ 72
Grafik 5.3. Kecenderungan Kasus Malaria tahun 2009-2013 ............................................. 73
Grafik 5.4. Kecenderungan Kasus Malaria Menurut Jenis Kelamin .................................. 77
Grafik 5.5. Kecenderungan Kasus Malaria Menurut Umur ................................................ 80
Grafik 5.6. Kecenderungan Kasus Malaria dan Curah Hujan ............................................. 83
Grafik 5.7. Kecenderungan Kasus Malaria dan Suhu ......................................................... 84
Grafik 5.8. Kecenderungan Kasus Malaria dan Kelembaban ............................................. 85
Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian ......................................................................... 52
Tabel 4.1. Daftar Variabel, Instrumen, dan Instansi Pengumpul Data Sekunder ............... 60
Tabel 5.1. Frekuensi Kasus Malaria Klinis Tahun 2009-2013 ........................................... 66
Tabel 5.2. Frekuensi Kasus Malaria Positif Tahun 2009-2013........................................... 66
Tabel 5.3. Annual Malaria Incidence Tahun 2009-2013 .................................................... 68
Tabel 5.4. Annual Parasite Incidence Tahun 2009-2013 ................................................... 69
Tabel 5.5. Rasio Kasus Malaria Klinis yang Terkonfirmasi Laboratorium ........................ 70
Tabel 5.6. Kasus Malaria Berdasarkan Jenis Kelamin........................................................ 75
Tabel 5.7. Rasio Jenis Kelamin Kasus Malaria................................................................... 75
Tabel 5.8. Distribusi Kelompok Rentan Malaria Menurut Jenis Kelamin .......................... 76
Tabel 5.9. Distribusi Kasus Malaria Menurut Umur........................................................... 78
Tabel 5.10. Distribusi Kelompok Malaria Menurut Umur ................................................. 79
Tabel 5.11 Distribusi Kasus Malaria Berdasarkan Jenis Plasmodium................................ 82
Tabel 5.12. Distribusi Kasus Malaria Berdasarkan Kecamatan Tahun 2009-2013 ............ 87
Tabel 5.13. Distribusi Kasus Malaria (AMI) Tahun 2009 .................................................. 88
Tabel 5.14. Distribusi Kasus Malaria (AMI) Tahun 2010 .................................................. 90

xiii

Tabel 5.15. Distribusi Kasus Malaria (AMI) Tahun 2011 .................................................. 92
Tabel 5.16. Distribusi Kasus Malaria (AMI) Tahun 2012 .................................................. 94
Tabel 5.17. Distribusi Kasus Malaria (AMI) Tahun 2013 .................................................. 96
Tabel 5.18. Kecamatan dengan Jumlah Kasus Malaria (AMI) Terbesar ............................ 98
Tabel 5.19 Distribusi Kasus Malaria di Kecamatan Lubuk Linggau Barat 1 ..................... 99
Tabel 5.20 Distribusi Kasus Malaria di Kecamatan Lubuk Linggau Barat 2 ..................... 101
Tabel 5.21 Distribusi Kasus Malaria di Kecamatan Lubuk Linggau Timur 1 .................... 104
Tabel 5.22 Distribusi Kasus Malaria di Kecamatan Lubuk Linggau Timur 2 .................... 107
Tabel 5.23 Distribusi Kasus Malaria di Kecamatan Lubuk Linggau Selatan 1 .................. 109
Tabel 5.24 Distribusi Kasus Malaria di Kecamatan Lubuk Linggau Selatan 2 .................. 111
Tabel 5.25 Distribusi Kasus Malaria di Kecamatan Lubuk Linggau Utara 1 ..................... 113
Tabel 5.26 Distribusi Kasus Malaria di Kecamatan Lubuk Linggau Utara 2 ..................... 114
Tabel 5.27. Kelurahan Dengan Jumlah Kasus Malaria Terbesar (AMI) ............................ 116
Tabel 6.1. Perubahan Siklus Sporogony Nyamuk Anopheles ............................................. 146

DAFTAR ISTILAH

ABER
ACD
ACT
AMI
API
IRS
LLiN
MBS
MFS
MS
PCD
PMD
POSMALDES
RDT
SPR

Annual Blood Examination Rate
Active Case Detection
Artemisinin-based Combination Therapy
Annual Malaria Incidence
Annual Parasite Incidence
Indoor Residual Spraying
Long-Lasting Insecticidal Net
Mass Blood Survei
Mass Fever Survei
Survey malariometrik,
Passive Case Detection
Pembantu Malaria Desa
Pos Malaria Desa
Rapid Diagnostic Test
Slide Positivity Rate

xiv

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya bersumber
melalui nyamuk (Kemenkes, 2011 dan Arsin, 2012). Nyamuk Anopheles sp
membawa parasit Plasmodium sp infektif yang masuk ke dalam tubuh
manusia melalui gigitan nyamuk betina (Chin,2012). Parasit Plasmodium sp
yang ditemukan pada manusia terdiri dari Plasmodium malariae,
Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium ovale dan
Plasmodium knowlesi (Sutanto,2008). Plasmodium yang dibawa oleh
nyamuk Anopheles sp yang menginfeksi kepada manusia menimbulkan
masalah serius dalam kesehatan masyarakat (Rumbiak, 2006).
Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat (Nizar, 2011,
Nurbayani, 2013 dan Chahaya, 2003). Hal ini dikarenakan penyakit ini
dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat melalui angka kesakitan
dan kematian pada masyarakat akibat malaria (Capah, 2008). Kelompok
masyarakat yang berisiko tertular malaria adalah bayi, ibu hamil dan
seseorang yang berkunjung ke daerah endemik malaria seperti wisatawan
dan pengungsi (Harijanto, 2000 dalam Rumbiak, 2006). Penularan penyakit
tidak hanya didaerah endemis malaria saja tetapi juga pada daerah tropis dan
di dunia (Putri, 2012).

1

Malaria sekarang ini hampir ditemukan di seluruh belahan dunia
terutama pada daerah tropis dan subtropis dengan penduduk yang berisiko
terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari populasi dunia
(Arsin, 2012). Sedangkan World Health Organization (WHO) tahun 2011
mengestimasikan bahwa insiden malaria di dunia mencapai 215 juta kasus
dan diantara yang terinfeksi parasit Plasmodium sekitar 655 ribu. Kemudian
wilayah yang memiliki insiden malaria tertinggi adalah wilayah Afrika
dengan estimasi jumlah kesakitan akibat malaria sebesar 174 juta kasus dan
estimasi angka kematian akibat malaria sebesar 596 ribu kasus.
Selain wilayah Afrika, wilayah Asia Tenggara merupakan wilayah
kedua terbesar jumlah kasus malaria. Estimasi jumlah angka kesakitan
malaria di Asia Tenggara sebesar 28 juta kasus dengan angka kematian
akibat malaria sebesar 38 ribu kasus. Indonesia menjadi salah satu wilayah
di Asia Tenggara yang endemis malaria (WHO,2011).
Indonesia adalah negara yang memiliki tingkat variasi endemisitas
malaria. Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas 2013 melaporkan bahwa dari 33
Provinsi di Indonesia, 15 provinsi mempunyai prevalensi malaria di atas
angka nasional dimana sebagian besar berada di Indonesia Timur. Hal ini
dapat mengindikasikan bahwa hampir separuh dari populasi Indonesia
bertempat tinggal di daerah endemik malaria dan diperkirakan ada 30 juta
kasus malaria setiap tahunnya. Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas 2010
melaporkan bahwa angka kesakitan malaria di Indonesia sebesar 22,9 per
1000 penduduk dan prevalensi kasus malaria secara klinis per bulan antara

2

bulan Mei – Juni 2010 adalah 10,6% dan konfirmasi mikroskopis sebesar
0,6% (Riskesdas, 2010 dalam Isnawati, 2011). Tahun 2014, Indonesia sudah
harus menurunkan jumlah kasus malaria sebesar 1 per 1000 penduduk
berdasarkan Millenium Development Goals (MDGs). Oleh karena itu
diperlukan upaya pengendalian malaria melalui pencegahan dan pengobatan
malaria dalam program pengendalian malaria oleh Kementerian Kesehatan
dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi.
Program pengendalian malaria telah disusun oleh Kementerian
Kesehatan melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 293/MENKES/SK/IV/2009 tentang Eliminasi Malaria Di Indonesia.
Kebijakan pemerintah dalam melakukan eliminasi malaria adalah kegiatan
pengendalian yang dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah bersama mitra kerja pembangunan
kesehatan. Mitra kerja pembangunan kesehatan adalah LSM, dunia usaha,
lembaga donor, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan

dan

masyarakat yang saling bersinergi dengan Pemerintah (Kemenkes, 2009).
Pemerintah telah menyusun program pengendalian malaria tetapi masih ada
permasalahan dalam program pengendalian malaria di Pemerintah Daerah
terutama di era desentralisasi.
Pemerintah Daerah di zaman desentralisasi memiliki kewenangan
dalam mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan masyarakat dan peningkatan daya
saing daerah (Roosihermiatie,2012). Hal ini telah diamanahkan oleh

3

Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah kepada
Pemerintah

Daerah.

Kemudian

peran

Pemerintah

Daerah

dalam

penanggulangan malaria dalam era otonomi dan desentralisasi dilaksanakan
berdasarkan surat edaran Mendagri No. 443.41/465/SJ tentang eliminasi
malaria di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut maka peran aktif Pemerintah
Daerah menjadi hal yang menentukan dalam eliminasi malaria dan
menyusun program pengendalian malaria. Peran Pemerintah Daerah melalui
Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dalam pengendalian dan eliminasi malaria
adalah

merencanakan,

mengorganisasi

dan

mengevaluasi

program

pengendalian malaria. Penyusunan program pengendalian malaria harus
berdasarkan evidence base (Rumbiak, 2006).
Ilmu dasar yang dapat membuat program pengendalian malaria
berbasis evidence base adalah epidemiologi. Epidemiologi adalah ilmu yang
digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan dengan mempelajari
distribusi, frekuensi dan determinan suatu penyakit (Last, 1983 dalam
Bhopal, 2002). Dengan mengetahuinya hal tersebut, epidemiologi
memberikan

informasi

tentang

pemetaan

distribusi

kasus

malaria

berdasarkan orang, tempat dan waktu yang akan digunakan dalam
penyelesaian masalah malaria. Salah satu cara dalam menyelesaikan
masalah malaria adalah melakukan penyusunan dan perencanaan program
pengendalian malaria.
Perencanaan program pengendalian malaria berbasis epidemiologi
diawali dengan menggambarkan kasus malaria berdasarkan orang, tempat

4

dan waktu. Penggambaran distribusi kasus malaria berdasarkan hal tersebut
akan membantu dalam tindakan pencegahan kasus malaria di masyarakat.
Kementerian Kesehatan RI (2009) menjelaskan bahwa tindakan pencegahan
kasus malaria dapat dilakukan dengan sistem kewaspadaan dini kejadian
luar biasa malaria dengan melihat kecenderungan waktu yang ada,
perlindungan kelompok yang paling rentan terhadap malaria berdasarkan
karakteristik masyarakat dan tindakan intervensi di daerah endemis malaria.
Namun untuk melengkapi informasi terkait karakteristik tempat, maka cara
yang dilakukan adalah dengan epidemiologi spasial.
Pendekatan epidemiologi spasial dapat menggambarkan kasus malaria
berdasarkan analisis tempat sehingga menghasilkan informasi yang lebih
detail dan komprehensif. Epidemiologi spasial adalah analisis epidemiologi
yang mampu menjelaskan analisis keruangan wilayah kasus malaria.
Analisis keruangan ini dapat membantu dalam melakukan pemetaan dan
memetakan kasus yang ada disuatu komunitas/kelompok dengan pendekatan
analisis wilayah dan lingkungan (Lawson, 2006 dan Lai, 2007).
Salah

satu

penyakit

yang

dapat

menggunakan

pendekatan

epidemiologi spasial adalah malaria. Epidemiologi spasial kasus malaria
memberikan informasi yang lebih komprehensif untuk menjelaskan
bagaimana kasus malaria, peran lingkungan, tempat perindukan nyamuk,
dan peta wilayah endemisitas malaria saling mempengaruhi dalam analisis
keruangan/spasial. Oleh karena itu perlu pemanfaatan pendekatan
epidemiologi spasial dalam penyelesaian masalah malaria. Tetapi salah satu

5

daerah endemis malaria yang belum melakukan pendekatan ini dalam
penyelesaian masalah malaria adalah Kota Lubuk Linggau.
Kota Lubuk Linggau merupakan salah satu kota yang berada di
Provinsi Sumatera Selatan. Angka kesakitan malaria di kota ini dari tahun
2008 sampai 2012 secara berurutan adalah 13,05 ‰, 17,88‰ (Pusdatin,
2013), 13,58 ‰, 13,13 ‰ dan 10,21 ‰ (Dinkes Lubuk Linggau, 2013).
Annual Paracite Incidence (API) di Kota Lubuk Linggau di tahun 2012
sebesar 2,79 per 1000 penduduk (Dinkes Kota Lubuk Linggau, 2013)
padahal standar yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan sebesar < 1,25 per 1000 penduduk (Dinkes Provinsi
Sumsel, 2010).
Angka kesakitan malaria di Kota Lubuk Linggau berada diperingkat
ke 3 setelah Kabupaten Ogan Komering Ulu (27,07 ‰) dan Kabupaten
Lahat (22,08 ‰) dengan jumlah malaria klinis sebesar 17,88 ‰. Hal ini
berarti bahwa angka kesakitan malaria di Kota Lubuk Linggau berada diatas
rata-rata angka kesakitan malaria di Provinsi Sumatera Selatan (8,44 ‰).
Oleh karena itu program pengendalian malaria perlu disusun untuk
menurunkan angka kesakitan malaria. Penyelesaian masalah malaria ini
harus berdasarkan fakta lapangan yang telah ada sehingga penyusunan
program perencanaan malaria dapat efektif dan efisien.
Fakta lapangan selama ini sudah dikumpulkan oleh Dinas Kesehatan
melalui laporan bulanan penemuan dan pengobatan kasus malaria
berdasarkan laporan rutin puskesmas tiap bulan. Tetapi laporan yang telah

6

dikumpulkan tiap bulan belum dianalisis secara rinci dan diinterpretasi lebih
lanjut. Laporan yang telah dikumpulkan akan menghasilkan sebuah
informasi baru tentang kelompok yang berisiko, waktu kasus malaria
terbanyak, pemetaan wilayah endemis malaria, dan analisa spasial secara
deskriptif kasus malaria.
Selain itu, Kota Lubuk Linggau belum melakukan pemetaan wilayah
endemis kasus malaria sehingga pada saat adanya pendistribusian kelambu
berinsektisida yang dibagikan oleh petugas program malaria puskesmas ke
masyarakat tidak dibagikan berdasarkan daerah dengan endemis malaria.
Proporsi pembagian kelambu ke masyarakat hanya berdasarkan pengalaman
petugas sehingga program pengendalian yang dilakukan tidak efektif untuk
melindungi kelompok rentan. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui
gambaran epidemiologi spasial kasus malaria di Kota Lubuk Linggau.
1.2. Rumusan Masalah
Kasus malaria yang masih tinggi di Kota Lubuk Linggau dibanding
dengan pencapaian MDGs tahun 2010-2014, jumlah malaria di Provinsi
Sumatera Selatan, status endemisitas kota dan program pengendalian
malaria belum berdasarkan evidence base sehingga malaria di Kota Lubuk
Linggau menjadi masalah kesehatan. Selain itu Kota Lubuk Linggau belum
melakukan pemetaan daerah endemis malaria sehingga pembagian kelambu
berinsektisida dan larvasida sebagai program pengendalian malaria tidak
diberikan pada wilayah yang endemis malaria. Oleh karena itu, rumusan

7

masalah penelitian ini adalah bagaimana epidemiologi spasial malaria di
Kota Lubuk Linggau tahun 2009-2013.
1.3. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana frekuensi dan kecenderungan kejadian malaria berdasarkan
indikator AMI dan API di Kota Lubuk Linggau tahun 2009-2013?
2. Bagaimana karakteristik faktor host (populasi) pada kasus malaria
berdasarkan jenis kelamin dan umur di Kota Lubuk Linggau tahun 20092013 ?
3. Bagaimana karakteristik faktor agent (penyebab) pada kasus malaria
berdasarkan jenis Plasmodium di Kota Lubuk Linggau tahun 2009-2013
?
4. Bagaimana karakteristik faktor environment (lingkungan) pada kasus
malaria berdasarkan curah hujan, suhu dan kelembaban di Kota Lubuk
Linggau tahun 2009-2013 ?
5. Bagaimana

epidemiologi

spasial

malaria

berdasarkan

pemetaan

endemisitas malaria, ketinggian dan potensi perindukan nyamuk di Kota
Lubuk Linggau ?
1.4. Tujuan Penelitian
A.

Tujuan Umum Penelitian
Tujuan

umum

penelitian

ini

adalah

untuk

mengetahui

epidemiologi spasial kasus malaria di Kota Lubuk Linggau

8

B.

Tujuan Khusus Penelitian
1.

Diketahuinya frekuensi dan kecenderungan kejadian malaria
berdasarkan indikator AMI dan API di Kota Lubuk Linggau
tahun 2009-2013.

2.

Diketahuinya karakteristik faktor host (populasi) pada kasus
malaria berdasarkan jenis kelamin, dan umur di Kota Lubuk
Linggau tahun 2009-2013.

3.

Diketahuinya karakteristik faktor agent (penyebab) pada kasus
malaria berdasarkan jenis Plasmodium di Kota Lubuk Linggau
tahun 2009-2013.

4.

Diketahuinya karakteristik faktor environment (lingkungan)
pada kasus malaria berdasarkan curah hujan, suhu, dan
kelembaban di Kota Lubuk Linggau tahun 2009-2013.

5.

Diketahuinya
pemetaan

epidemiologi

endemisitas

spasial

malaria,

malaria

ketinggian

berdasarkan
dan

potensi

perindukan nyamuk di Kota Lubuk Linggau.
1.5. Manfaat Penelitian
A.

Manfaat untuk Peneliti
Menambah wawasan mengenai gambaran perencanaan program
pengendalian malaria dan diharapkan dapat menjadi pengembangan
kompetensi diri sesuai dengan ilmu yang diperoleh selama
perkuliahan dalam meneliti masalah

yang berkaitan dengan

epidemiologi perencanaan dan pelayanan kesehatan, epidemiologi

9

penyakit menular dan program penanggulangan penyakit menular
serta menjadi bahan bacaan dan bahan referensi bagi penelitian
selanjutnya.
B.

Manfaat untuk Program Studi Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk
penelitian berikutnya dengan mengembangkan metode yang lebih
luas ruang lingkupnya.

C.

Manfaat untuk Dinas Kesehatan Kota Lubuk Linggau
1.

Memberikan informasi epidemiologi deskriptif dan pemetaan
endemisitas wilayah kasus malaria sehingga pengambil keputusan
dapat menyusun rencana dan strategi yang efektif dalam
penanganan malaria.

2.

Memberikan informasi tambahan bagi pemerintah Kota Lubuk
Linggau dalam identifikasi masalah kesehatan berbasis data
laporan malaria untuk dijadikan landasan perencanaan program
malaria secara khusus dan perencanaan program kesehatan
lainnya.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini tentang gambaran epidemiologi spasial malaria di Kota
Lubuk Linggau tahun 2009-2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan
epidemiologi spasial dengan desain penelitian ecological studies. Cara
pengumpulan data dilakukan dengan analisis data laporan bulanan

10

puskesmas di Dinas Kesehatan Kota Lubuk Linggau, data iklim dari Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Sumatera Selatan dan data
spasial/keruangan dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota
Lubuk Linggau.
Penelitian dilaksanakan oleh mahasiswa peminatan Epidemiologi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Februari 2014
sampai Mei 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
kasus malaria berdasarkan karakteristik host, agent dan enviroment kasus
malaria di Kota Lubuk Linggau tahun 2009-2013. Setelah diketahui
gambaran kasus malaria berdasarkan variabel penelitian, maka peneliti akan
melanjutkan dengan menganalisis spasial tingkat endemisitas malaria dan
wilayah berpotensi perindukan nyamuk di Kota Lubuk Linggau.

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Malaria
A.

Definisi Malaria
Malaria sebagai penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Plasmodium. Penyakit ini dapat menyerang manusia, kera, burung,
dan hewan primata lainnya. Plasmodium yang menginfeksi manusia
beragam (Chin,2011. Sutanto, 2008 dan Mandal, 2008). Keempat
jenis malaria dan parasit penyebabnya adalah
1.

Malaria tertiana disebabkan oleh P. vivax. Malaria tipe ini
memiliki gejala demam yang terjadi setiap dua hari sekali setelah
gejala pertama.

2.

Malaria tropika (jungle fever/aestivo-autumnal/demam rimba)
disebabkan oleh P. falciparum. Parasit ini menghambat jalan
darah ke otak sehingga menyebabkan koma dan kematian.

3.

Malaria kuartana disebabkan oleh P. malariae. Gejala pertama
terjadi 18-40 setelah terinfeksi. Pengulangan gejala terjadi tiap
tiga hari.

4.

Malaria yang paling jarang ditemukan disebabkan oleh P. ovale.

12

B.

Gejala Klinis Malaria
Gejala malaria terdiri dari demam dengan rentang waktu tertentu
(parokisme) dan diselingi oleh suatu periode dimana penderita tidak
menimbulkan demam (periode laten). Gejala yang khas pada penderita
malaria timbul pada kelompok penderita non imun. Sebelum
timbulnya fase demam, biasanya penderita merasa lemah, mengeluh
sakit kepala, kehilangan nafsu makan, merasa mual, di ulu hati, atau
muntah. Semua gejala awal ini disebut gejala prodormal (Arsin, 2011
dan Kemenkes, 2011).
Selain gejala umum yang disebutkan diatas, manifestasi klinis
juga menjadi khas pada jenis malaria tertentu. Gejala dari malaria
falciparum memberikan gambaran klinis yang sangat bervariasi
seperti demam, menggigil, berkeringat, batuk, diare, gangguan
pernafasan, sakit kepala dan dapat berlanjut menjadi ikterik, gangguan
koagulasi, syok, gagal ginjal dan hati, ensefalopati akut, edema paru
dan otak, koma, dan berakhir dengan kematian. Pada orang yang
mengalami koma dan gangguan serebral dapat menunjukkan gejala
disorientasi dan delirium. (Chin,2012 dan Kemenkes, 2011).
Selain malaria falciparum, gejala klinis parasit yang lain lebih
ringan dibanding falciparum. Gejala klinis yang ditimbulkan yaitu
mulai timbulnya rasa lemah, kenaikan suhu badan secara perlahan
dalam beberapa hari serta diikuti dengan menggigil dan kenaikan suhu
badan yang cepat. Gejala lain yang timbul pada fase ini adalah sakit

13

kepala, mual dan diakhiri dengan keluar keringat yang banyak (Chin
2012).
Orang yang pertama kali terserang malaria dan tidak diobati
berlangsung

selama

satu

minggu

sampai

satu

bulan/lebih.

Kekambuhan akan terjadi ditandai dengan tidak adanya parasitemia
dapat berulang sampai jangka waktu 5 tahun. Infeksi malaria kuartana
dapat bertahan seumur hidup dengan atau tanpa adanya episode
serangan demam. Orang yang mempunyai kekebalan parsial atau yang
telah memakai obat profilaksis tidak menunjukkan gejala khas malaria
dan mempunyai masa inkubasi yang lebih panjang (Chin,2012 dan
Kemenkes, 2011).
C.

Etiologi Malaria
Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium.
Parasit

Plasmodium

berasal

dari

genus

Plasmodia,

famili

Plasmodiidae, orde Coccidiidae dan sub-orde Haemosporiidae.
Sekarang ini telah teridentifikasi 100 spesies dari Plasmodia yang
terdapat pada burung, monyet, binatang melata, dan manusia. Pada
manusia hanya 4 (empat) spesies yang dapat berkembang yaitu: P.
falciparum, P. vivax, P. malariae dan P. ovale (Sutanto, 2008 dan
CDC, 2012).

14

2.2. Epidemiologi Malaria
A. Rantai Infeksi Malaria
Infeksi adalah proses masuknya mikroorganisme, beradaptasi dan
menjadi patogen didalam tubuh manusia (Timmrect, 2004). Infeksi
dapat ditimbulkan oleh adanya virus, bakteri, parasit, dan jamur yang
masuk ke dalam tubuh. Infeksi ini terjadi akibat dari adanya proses
seperti rantai yang saling terkait. Proses yang saling terkait ini terdiri
dari berbagai faktor yang saling mempengaruhi. Faktor tersebut adalah
agent, reservoir, portal exit, mode of transmission, portal of entry dan
host/pejamu yang rentan. Faktor ini dapat terjadi pada penyakit menular
dan salah satunya malaria. Berikut dijelaskan secara detail tentang
rantai infeksi pada malaria.
1.

Agent Malaria
Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium,

genus Plasmodia, famili Plasmodiidae, orde Coccidiidae dan suborde Haemosporiidae. Pada manusia hanya 5 spesies yang dapat
berkembang yaitu: P. falciparum, P. vivax, P. malariae, P. ovale
dan P. knowlesi (Loka Litbang P2B2 Ciamis, 2013, Sutanto, 2008
dan CDC, 2012). Agen penyakit ini dapat berkembang di tubuh
manusia dan nyamuk Anopheles untuk menjadi infektif.
2.

Reservoir Malaria
Keberadaan nyamuk malaria sangat tergantung pada kondisi
lingkungan, keadaan wilayah seperti perkebunan, keberadaan

15

pantai, curah hujan, kecepatan angin, suhu, sinar matahari,
ketinggian tempat dan bentuk perairan yang ada. Selain itu,
keberadaan nyamuk juga dipengaruhi oleh pola tanam padi. Hal ini
dapat diketahui dari tingkat kepadatan nyamuk. Jentik-jentik
nyamuk akan nampak di sawah kira-kira padi berumur 2-3 minggu
setelah tanam dan banyak ditemukan pada saat padi mulai
berbunga sampai menjelang panen. Hal yang berbeda jika musim
tanam padi yang tidak serempak maka nyamuk dapat ditemukan
sepanjang tahun dengan dua puncak kepadatan yang terjadi sekitar
bulan februari-april dan sekitar bulan Juli-Agustus (Loka Litbang
P2B2 Ciamis, 2013).
Pada

dasarnya

nyamuk

malaria

Tempat

perkembangbiakannya di genangan-genangan air yang terkena
sinar matahari langsung seperti genangan air di sepanjang sungai,
pada kobakan-kobakan air di tanah, di mata air-mata air dan
alirannya dan pada air di lubang batu-batu (Sutanto,2008). Tetapi
hasil temuan dari Centre of Disease Controls tahun 2012
menjelaskan bahwa tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles
juga terdapat pada habitat yang digenangi air bersih/tidak tercemar.
Banyak spesies lebih memilih habitat dengan vegetasi pohon
seperti pohon salak dan pakis haji serta beberapa spesies
berkembang biak di lubang pohon maupun di beberapa tanaman.

16

3.

Portal of Exit
Nyamuk Anopheles betina mengisap darah manusia yang
mengandung parasit pada stadium seksual (gametosit). Darah yang
dihisap oleh Anopheles berupa gamet jantan dan betina yang
selanjutnya bersatu membentuk ookinet di perut nyamuk yang
kemudian menembus di dinding perut nyamuk. Lalu ookinet yang
berada di dinding perut nyamuk akan membentuk kista pada
lapisan luar dimana akan menghasilkan ribuan sporozoit. Proses
pembentukan kista ini membutuhkan waktu 8-35 hari dan sangat
tergantung dari jenis parasit dan kondisi lingkungan. Sporozoitsporozoit tersebut berpindah ke seluruh tubuh nyamuk dan
beberapa mencapai kelenjar ludah nyamuk. Sporozoit yang telah
matang didalam kelenjar ludah nyamuk akan siap untuk
menularkan penyakit (Sutanto, 2008).

4.

Mode of Transmission Malaria
a.

Penularan Secara Alamiah
Penularan secara alamiah terjadi melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi oleh
Plasmodium. Sebagian besar nyamuk menggigit pada waktu
senja

dan

menjelang

malam

hari.

Beberapa

vektor

mempunyai waktu puncak menggigit pada tengah malam dan
menjelang fajar (Loka Litbang P2B2 Ciamis, 2013).

17

b.

Penularan Bawaan
Penularan malaria dapat terjadi dengan malaria
bawaan (congenital) yaitu terjadi penularan antara ibu yang
menderita malaria ke bayi yang baru lahir melalui tali
pusat/plasenta. Selain itu penularan terjadi melalui transfusi
darah lewat jarum suntik. Penularan malaria lewat jarum
suntik banyak terjadi pada para pengguna morfinis yang
menggunakan jarum suntik yang tidak steril (Arsin,2011).
Selain itu penularan lewat oral terjadi pada burung, ayam (P.
gallinasium), burung dara (P. relectum) dan monyet (P.
knowlesi). (Susanna, 2005).

5.

Portal of Entry
Parasit infektif masuk kedalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk betina Anopheles dalam bentuk sporosit. Sporosoit
yang masuk kedalam tubuh manusia akan memasuki sel-sel hati
dan membentuk stadium skison eksoeritrositer. Selanjutnya sel hati
yang terinfeksi akan pecah dan parasit aseksual memasuki aliran
darah dan berkembang membentuk siklus eritrositer. Pada tahap ini
gejala klinis akan muncul akibat dari pecahnya sebagian skisonskison eritrositik. Didalam eritrosit yang terinfeksi, beberapa
merosoit berkembang menjadi bentuk seksual yaitu gamet jantan
(mikrogamet) dan gamet betina (makrogamet) (Sutanto, 2008 dan
CDC, 2012).

18

Gametosit biasanya muncul dalam aliran darah dalam waktu
3 hari setelah parasitemia pada P. vivax dan P. ovale, dan setelah
10-14 hari pada P. falciparum. Beberapa bentuk eksoeritrositik
pada P. vivax dan P. ovale mengalami bentuk tidak aktif
(hipnosoit) yang tinggal dalam sel-sel hati dan menjadi matang
dalam waktu

beberapa bulan atau beberapa tahun

yang

menimbulkan relaps. Fenomena ini tidak terjadi pada malaria
falciparum dan malaria malariae, dan gejala-gejala penyakit ini
dapat muncul kembali sebagai akibat dari pengobatan yang tidak
adekuat atau adanya infeksi dari strain yang resisten. Pada P.
malariae sebagian kecil parasit eritrositik dapat menetap bertahan
selama beberapa tahun untuk kemudian berkembang biak kembali
sampai ke tingkat yang dapat menimbulkan gejala klinis (Chin,
2012. Arsin, 2011).
6.

Host / pejamu yang rentan
Semua masyarakat merupakan kelompo