Tata Laksana Kepabeanan di Bidang Impor

Sedangkan pengertian importir adalah orang perseorangan atau badan hukum yang mengimpor, dalam hal ini importir bertanggung jawab atas bea masuk yang terutang sejak tanggal pemberitahuan pabean atas impor. 32 Kewajiban importir yang diatur diluar perundang-undangan yang harus ditanggung oleh importir, yaitu: biaya sewa gudang sarana pengangkut pesawat udara, biaya penumpukan kontainer, biaya perusahaan jasa Kepabeanan PPJK forwarder service, jasa transportasi. tetapi yang terlebih penting yaitu kewajiban importir baik perorangan maupun badan hukum yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan Negara Republik Indonesia dalam rangka memasukkan barang kedalam daerah pabean impor adalah 33 : 1 Bea Masuk BM adalah pungutan negara berdasarkan Undang-Undang Perubahan Atas Undang-Undang Kepabeanan; 2 Pajak Pertambahan Nilai PPn dan Pertambahan Nilai Barang Mewah PPn BM; 3 Pajak Penghasilan PPh; 4 Dokumen Pelengkap Pabean adalah semua dokumen yang digunakan sebagai pelengkap pemberitahuan pabean, yaitu: invoice, Bill Of Lading, Packing List, dan manifest 5 Pungutan Negara Bukan Pajak PNBP

2.2.2 Tata Laksana Kepabeanan di Bidang Impor

Dalam tata laksana kepabeanan di bidang impor ini, tata cara impor secara umum diatur dalam Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Republik Indonesia No. 229MPPKep1997 tanggal 4 Juli 1997 tentang ketentuan umum dibidang impor secara umum: 1 Impor hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah memiliki Angka Pengenal Impor API, Angka Pengenal Impor Sementara APIS, Angka Pengenal Impor Terbatas APIT 32 Pasal 30 Ayat 1, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan. 33 Yudi Wibowo Sukinto, Op. Cit, hlm. 126-136 2 Impor hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah memperoleh Nomor Identitas Kepabeanan NIK, yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai 3 Importasi barang yang dipakai, importasi wajib mengisi formulir pemberitahuan barang PIB, dengan lengkap 4 Pada Pasal 3 Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Republik Indonesia No. 229MPPKep1997 tanggal 4 Juli 1997 mengatur mengenai barang yang diimpor harus dalam keadaan baru tetapi terdapat pengecualian yaitu dalam Pasal 2 ayat 1 dikecualikan mengenai : a. Barang pindahan; b. Barang Impor Sementara, barang kiriman, hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial dan kebudayaan; c. Barang perwakilan negara asing, beserta para pejabat yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik; d. Barang untuk keperluan badan internasional beserta jabatannya yang bertugas di Indonesia; e. Barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 139PMK.042007 tentang Pemeriksaan Barang Impor, yang ditetapkan pada tanggal 12 November 2007 dan diberlakukan mulai tanggal 15 Desember 2007 adalah sebagai berikut: 1 Penelitian dokumen adalah kegiatan yang dilakukan oleh pejabat bea dan cukai atau sistem komputer untuk memastikan bahwa pemberitahuan pabean dimuat dengan lengkap dan benar; 34 2 Pejabat pemeriksa dokumen adalah pejabat bea dan cukai yang berwenang untuk melakukan penelitian dan penetapan atas data pemberitahuan pabean; 35 3 Pemeriksaan fisik adalah kegiatan yang dilakukan oleh pejabat bea dan cukai pemeriksa barang untuk mengetahui jumlah dan jenis barang impor yang diperiksa guna keperluan pengklasifikasian dan penetapan nilai pabean; 36 4 Pejabat pemeriksa fisik adalah pejabat bea dan cukai yang berwenang untuk melakukan pemeriksaan fisik barang impor dan 34 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 139PMK.042007 tentang Pemeriksaan Barang Impor, yang ditetapkan pada tanggal 12 November 2007 dan diberlakukan mulai tanggal 15 Desember 2000. Pasal 1 ayat 8. 35 Ibid, Pasal 1 ayat 9. 36 Ibid, Pasal 1 ayat 10. ditunjuk secara lagsung melalui aplikasi pelayanan kepabeanan atau oleh pejabat bea dan cukai; 37 5 Pemeriksaan jabatan adalah pemeriksaan fisik barang yang dilakukan oleh prakarsa pejabat bea dan cukai untuk mengamankan hak-hak negara atau memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 38

2.3 Surat Dakwaan