b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah informasi hukum yang berlaku dan pernah berlaku tetapi keberadaannya bukan sebagai hukum positif.
Bahan hukum sekunder merupakan sumber hukum yang berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen
resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus- kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atau
putusan pengadilan.
9
c. Bahan Non Hukum
bahan non hukum yakni sebagai penunjang dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan non hukum dapat berupa
buku, laporan penelitian non hukum, jurnal non hukum sepanjang mempunya relevansi dengan topic penelitian. Bahan non hukum yang
dimaksudkan untuk memperkaya dan memperluas wawasan peneliti.
10
1.5.4 Analisa Bahan Hukum
Analisa bahan hukum dalam hal ini dilakukan dengan mengkaji hasil penelitian dengan penyusunan kalimat-kalimat secra sistematis berdasarkan
pada peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ilmu hukum. Pembahasan dilakukan secara berurutan sesuai dengan urutan pokok
permasalahan. Sebagai cara untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah terkumpul dipergunakan metode analisa bahan hukum deduktif,
yaitu suatu metode penelitian berdasarkan konsep atau teori yang bersifat umum diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data, atau
menunjukkan komparasi atau hubungan seperangkat data dengan seperangkat data yang lain dengan sistematis berdasarkan kumpulan bahan hukum yang
9
Ibid, hlm.67
10
Ibid, hlm.69
diperoleh, ditambahkan pendapat para sarjana yang mempunyai hubungan dengan bahan kajian sebagai bahan komparatif.
Dalam melakukan penelitian hukum, dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu :
1. Mengidentifikasi fakta hukum dan mengeliminir hal-hal yang tidak
relevan untuk menetapkan isu hukum yang hendak dipecahkan; 2.
Pengumpulan bahan-bahan hukum yang sekiranya dipandang mempunyai relevansi juga bahan-bahan non-hukum;
3. Melakukan telaah atas isu hukum yang diajukan berdasarkan
bahan-bahan yang telah dikumpulkan; 4.
Menarik kesimpulan dalam bentuk argumentasi yang menjawab isu hukum;
5. Memberikan preskripsi berdasarkan yeng telah dibangun didalam
kesimpulan. Hasil analisis bahan penelitian tersebut kemudian diuraikan dalam
pembahasan guna menjawab permasalahan yang diajukan hingga sampai pada kesimpulan. Kesimpulan tersebut dilakukan dengan cara memberikan
perskripsi yaitu apa yang seharusnya agar dapat memenuhi rasa keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum. Hal ini sesuai denagan karakter ilmu
hukum yang bersifat perskriptif dan terapan.
11
11
Peter Mahmud Marzuki, Op cit, hlm .171
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemerintahan Desa
2.1.1 Pengertian Desa
Berdasarkan sejarah pertumbuhan desa setidaknya ada empat tipe desa di Indonesia sejak awal pertumbuhan sampai sekarang, yaitu :
12
1. Desa Adat, merupakan bentuk desa asli dan tertua di Indonesia.
Konsep otonomi asli merujuk pada pengertian desa adat ini. Desa adat mengatur dan mengelola dirinya sendiri dengan kekayaan
yang dimiliki tanpa ada campur tangan Negara. 2.
Desa Administrasi, desa yang merupakan satuan wilayah administrasi,
yaitu satuan
pemerintahan terendah
untuk memberikan pelayanan administrasi dari pemerintah pusat. Desa
administrasi dibentuk oleh negara dan merupakan kepanjangan negara untuk menjalankan tugas-tugas administrasi yang diberikan
oleh negara. Desa administrasi secara substansial tidak mempunyai otonomi dan demokrasi.
3. Desa Otonom, desa yang yang dibentuk berdasarkan asas
desentralisasi dengan Undang-Undang. Desa otonom mempunyai kewenangan penuh mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri yang diatur dalam Undang-Undang. Desa otonom mendapat kewenangan yang jelas dari pemerintah pusat, berhak
membentuk lembaga pemerintahan sendiri, mempunyai badan pembuat kebijakan desa, berwenang membuat peraturan desa, dan
memperoleh desentralisasi keuangan dari negara.
12
Hanif Nurcholis, Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, PT Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 2011 hlm.65