Metode dan Perancangan Media

4 diolah, sementara unsur sinematiknya adalah cara gaya untuk mengolahnya. Unsur naratif dalam film adalah perlakuan terhadap cerita film. Sementara unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film. Unsur sinematik terbagi menjadi empat elemen pokok yakni, mise-en-scene, sinematografi, editing, dan suara. Dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Unsur Pembentuk Film  Mise en scene adalah segala aspek yang berada di depan kamera yang akan diambil gambarnya, yakni setting penunjuk ruang dan waktu untuk memberikan informasi yang kuat dalam mendukung cerita filmnya, tata cahaya, kostum dan tata rias wajah, serta pergerakan pemain.  Sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek, yakni: kamera dan film, framing, serta durasi gambar. Kamera dan film mancakup teknik-teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dan stok filmnya. Framing adalah hubungan kamera dengan objek yang akan diambil, seperti batasan wilayah gambar atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera dan seterusnya. sementara durasi gambar mencakup lamanya sebuah obyek diambil gambarnya oleh kamera.  Editing tahap pasca produksi: pemilihan serta penyambungan shot-shot yang telah diambil, tahap setelah filmnya selesai, tehnik yang digunakan untuk menghubungkan tiap shot.  Suara dalam film dapat kita pahami sebagai seluruh suara yang keluar dari gambar, yakni dialog, musik, dan efek suara. [9] Film dokumenter adalah jenis film non fiksi yang mengandung fakta peristiwa serta sikap atau opini dari pembuat film dokumenter fakta peristiwa dapat diceritakan. Film dokumenter berisikan rekaman segala sesuatu sesuai dengan apa yang dilihat, biasanya berisikan peristiwa penting yang diperkirakan tidak akan terulang kembali. Film dokumenter dibuat dengan perhitungan matang dengan diseleksi, memperhitungkan credit title daftar para pembuat film, dapat berkisah tentang sejarah, satwa, atau peristiwa yang berkaitan dengan kegiatan upacara tradisi dan upacara resmi. Semunya dibuat menurut kebutuhan si pembuat film. [10]

3. Metode dan Perancangan Media

Perancangan film dokumenter Siwaluh Jabu ini menggunakan metode gabungan Mixed Methods. Metode gabungan merupakan penggabungan antara metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode gabungan merupakan pendekatan penelitian yang Film Unsur Naratif Unsur Sinematik Mise en scene sinematografi editing suara 5 mengkombinasikan atau mengasosiasikan bentuk kualitatif dan bentuk kuantitatif. Pendekatan ini melibatkan asumsi-asumsi filosofis, aplikasi pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif, dan pencampuran mixing kedua pendekatan tersebut dalam satu penelitian. Metode gabungan ini lebih kompleks dari sekedar mengumpulkan dan menganalisis dua jenis data, juga melibatkan fungsi dari dua pendekatan ini secara kolektif, sehingga kekuatan penelitian ini secara keseluruhan lebih besar ketimbang penelitian kualitatif dan kuantitatif. [11] Perancangan film dokumenter Rumah Siwaluh Jabu Suku Karo ini menggunakan strategi desain linear strategy. Linear strategy adalah metode yang menetapkan urutan logis pada tahapan perancangan yang sederhana dan relatif sudah dipahami komponennya. [12] Pengguna akan melakukan navigasi secara berurutan dari informasi yang satu ke lainnya seperti yang terlihat pada Gambar 2. Gambar 2. Bagan linear strategy Langkah pertama dalam penelitian ini adalah menentukan masalah yang akan diangkat untuk penelitian ini. Untuk penelitian ini masalah yang diangkat adalah belum adanya media pelestari budaya untuk memberikan informasi mengenai makna Rumah Siwaluh Jabu bagi kehidupan Suku Karo serta menyampaikan pesan bahwa jumlah Rumah Siwaluh Jabu sudah tidak banyak lagi dan harus dilestarikan agar bisa diwariskan ke generasi penerus. Media pelestari budaya yang digunakan adalah film dokumenter. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi yaitu melakukan pengamatan langsung ke lokasi dimana rumah adat Suku Karo berada. Terdapat tiga desa yang masih mempertahankan rumah adat Suku Karo yaitu desa Lingga, desa Dokan dan Desa Peceren. Beberapa desa juga masih dapat ditemukan rumah adat Suku Karo, namun kondisi rumah sudah tidak dihuni lagi dan bangunan dibiarkan terlantar seperti di desa Cingkes, desa Panribuan dan desa Kabung. Wawancara dilakukan secara langsung dengan Bapak Pdt. Kalvinius Jawak. M.Si selaku pemerhati budaya Suku Karo pada tanggal 15 Juli 2014. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui sejarah Suku Karo melalui rumah adat, serta makna dari rumah adat terhadap tatanan kehidupan masyarakat Suku Karo. Wawancara juga dilakukan dengan Bapak Drs. Sarjani Tarigan, MSP selaku Staf Ahli Bupati Karo Bidang Sosial Politik. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh film dokumenter terhadap pelestarian tradisi budaya Suku Karo. Dari data verbal dan visual dapat diambil kesimpulan antara lain :  Rumah adat Suku Karo memiliki makna dan nilai-nilai filosofis yang sangat kuat bagi kehidupan masyarakat Suku Karo.  Rumah adat Suku Karo jumlahnya sudah tidak banyak lagi di daerah Kabupaten Karo Sumatera Utara.  Perlu adanya sebuah media yang berisikan informasi dan juga pesan kepada masyarakat Suku Karo untuk tetap menjaga dan melestarikan seluruh aset kebudayaan yang masih tersisa sampai sekarang termasuk rumah adat. Berdasarkan penjelasan di atas, proses perancangan film dokumenter Rumah Siwaluh Jabu Suku Karo dapat dilihat pada Gambar 3. 6 Gambar 3. Tahapan proses perancangan film dokumenter Konsep film yang dibuat merupakan film dokumenter yang berjenis sains, yang menampilkan kondisi rumah Siwaluh Jabu yang masih ada di beberapa desa Kabupaten Karo Sumatera Utara. Sudut pandang yang digunakan dalam film dokumenter ini adalah objective point of view, yaitu seluruh cerita dalam film dibangun berdasarkan sudut pandang pembuat film. [13] Ide cerita dalam perancangan film dokumenter rumah Siwaluh Jabu ini sebagai media informasi dan juga sebagai media pelestarian kekayaan budaya yang tersebar di Indonesia khususnya rumah adat Suku Karo. Film dokumenter ini akan menceritakan sejarah, makna filosofis, kegiatan di rumah adat sampai dengan kondisi rumah adat Suku Karo yang sudah mulai rusak bahkan hilang dimakan zaman. Prapoduksi merupakan tahap semua pekerjaan dan aktivitas yang terjadi sebelum film diproduksi secara nyata. Tahap awal yang harus dipikirkan dalam praproduksi yaitu mempelajari treatment, storyboard dan menganalisis teknik produksi yang akan diterapkan. Storyline adalah cerita rekaan tentang film yang akan diproduksi. Storyline juga suatu gambar kerja keseluruhan dalam memproduksi film, jadi dalam memproduksinya akan lebih terarah. Berikut adalah storyline pada film dokumenter Siwaluh Jabu. Film ini akan diawali dengan transisi gambar yang menampilkan landmark dataran tinggi Karo, serta karakteristik masyarakat Suku Karo. Tidak luput sisa-sisa beberapa bangunan rumah adat yang menjadi saksi bisu sejarah perkembangan kehidupan budaya masyarakat Suku Karo. Seorang budayawan Suku Karo bercerita tentang sejarah Rumah Siwaluh Jabu, ciri- ciri Rumah Siwaluh Jabu, dan makna filosofis yang terkandung pada setiap ornamen- ornamen yang melekat pada Rumah Siwaluh Jabu. Kehidupan masyarakat yang tinggal di dalam Rumah Siwaluh Jabu sangat sederhana namun penuh makna. Mereka yang terdiri dari beberapa keluarga hidup berdampingan dalam satu atap, enam belas sekat dan empat tungku api. Pada akhir film ditampilkan penduduk yang mempunyai keinginan untuk 7 mempertahankan rumah adat. Mereka menginginkan sisa – sisa rumah adat yang masih ada jangan sampai rusak, hancur bahkan hilang tergerus seiring waktu dan perubahan zaman yang terus berjalan. Treatment merupakan uraian secara singkat dari sebuah skenario yang nantinya akan dikerjakan. Semua scene yang akan ditampilkan pada film dokumenter diuraikan secara deskriptif dari awal munculnya gambar sampai pada bagian akhir. Scene 1 LS - MCU Menampilkan landmark di Kabupaten Karo. Scene 2 MCU - CU Menampilkan gambaran secara umum Suku Karo Scene 3 MCU Menampilkan Rumah Siwaluh Jabu yang masih dihuni di Desa Lingga dan Desa Dokan Scene 4 LS – MS - CU Menampilkan gambaran secara umum Rumah Siwaluh Jabu bagi kehidupan Suku Karo Scene 5 MCU Wawancara tentang sejarah Rumah Siwaluh Jabu oleh sebagai budayawan Suku Karo. Scene 6 MCU - CU Menampilkan ciri-ciri dan makna dari tiap ornamen Rumah Siwaluh Jabu Scene 7 CU Wawancara dengan penghuni rumah Scene 8 MS – MCU- CU Menampilkan kegiatan penghuni di dalam Rumah Siwaluh Jabu Scene 9 LS – MS – MCU – CU Menampilkan kegiatan di luar rumah sebagai mata pencaharian untuk menunjang ekonomi keluarga Scene 10 LS – MS – MCU – CU Menampilkan kondisi beberapa rumah yang sudah rusak dan hancur Scene 11 CU Wawancara dengan budayawan Scene 12 LS Sebagai penutup menampilkan video time lapse Storyboard merupakan serangkaian sketsa dibuat berbentuk persegi panjang dan menggambarkan suatu urutan alur cerita serta elemen-elemen yang ada dalam proses pembuatan film dokumenter. Storyboard film dokumenter rumah Siwaluh Jabu dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 . Storyboard Scene Board Durasi Shoot Keterangan 1 1 menit LS - MS Landmark Kabupaten Karo 8 2 1 menit LS – MS - CU Penjelasan tentang Suku Karo 3 30 detik LS - MS Pengenalan Rumah Siwaluh Jabu 4 3 menit LS – MS - CU Gambaran secara umum Rumah Siwaluh Jabu 5 1 menit CU Wawancara dengan pengetua adat 6 3 menit LS – MS – MCU- CU Ciri-ciri dan makna dari tiap ornamen Rumah Siwaluh Jabu 7 1 menit CU Wawancara dengan penghuni rumah 8 2 menit MS – MCU- CU Kegiatan di dalam rumah 9 2 menit LS – MS – MCU - CU Kegiatan di luar rumah 10 3 menit LS – MS – MCU - CU Beberapa rumah yang sudah rusak dan hancur 9 11 1 menit CU Wawancara dengan budayawan 12 30 detik LS Penutup Produksi adalah periode pembuatan sebuah film. Pada tahap ini shooting dilakukan, suara direkam dan pencahayaan. Shooting merupakan tahap pengambil gambar yang baik berupa foto dan video untuk tayangan visual pendukung penyusunan dan pembuatan film dokumenter. Sebelum melakukan proses shooting, beberapa aspek yang harus diperhatikan antara lain karakter, bakat khusus, usia, situasi personal saat itu, lokasi serta waktu yang dibutuhkan untuk shooting. Audio merupakan perekaman suara sesuai dengan adegan dan sesuai dengan ekspresi pemeran dalam film dokumenter. Lighting merupakan pencahayaan yang harus diperhatikan dalam proses produksi film dokumenter adalah intensitas cahaya, kualitas cahaya, kontras cahaya, arah cahaya, warna cahaya, dan temperatur cahaya. [14]

4. Hasil dan Pembahasan