pengawasandiannya dapat mengembalikan lagi seperti kata masukan. Dengan demikian dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian
Arithmetic Code
sudah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada.
4.1.4. Parity Check Code
a b
Gambar 4.3.a. Hasil Penyandian Penyandian
Parity Check Code
; b. Hasil Pengawasandian
Parity Check Code
.
Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian
Parity Check Code,
masukan berupa kata bermakna, yaitu: NAMA, jumlah
bit error
nya 1, dan Paritas Genap. Pertama-tama tiap karakter dijadikan
biner
berdasarkan kode
ASCII
. Kemudian jumlah angka 1 dihitung, jika genap, maka
bit parity
nya 0 dan jika gasal,
bit parity
nya 1, seperti pada Gambar 4.3.a. Untuk data
error
caranya juga sama, yaitu menghitung angka ‘1’ lagi. Jika genap, maka
bit parity
nya 0 dan jika gasal,
bit parity
nya 1 seperti pada Gambar 4.3.a. Jika
bit parity
nya sama dengan data yang dikirim, maka dianggap tidak mengalami
error
. Dengan ini dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian
Parity Check Code
sudah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada.
4.1.5.
LRC Longitudinal Redundancy Check
a
b Gambar 4.4.a.Penyandian
LRC
; b. Pengawasandian
LRC
.
Pengujian simulator penyandian dan pengawasandian
Longitudinal Redundancy Check
dilakukan dengan memasukkan kata bermakna, yaitu: NAMA dan jumlah
bit error
nya 1. Pertama-tama tiap karakter dijadikan
biner
berdasarkan kode
ASCII
. Kemudian
exor
kan
bit
pada urutan
bit
yang sama seperti pada Gambar 4.4.a. Untuk data
error,
caranya juga sama, yaitu
exor
kan
bit
pada urutan
bit
yang sama dan bandingkan hasil
LRC
data yang dikirim dengan data yang diterima seperti Gambar 4.4.a.
Jika
bit LRC
nya sama dengan data yang dikirim, maka dianggap tidak mengalami
error
. Dengan ini dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian
Longitudinal Redundancy Check
telah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada.
4.1.6.
CRC Cyclic Redundancy Code
a
b Gambar 4.5.a. Penyandian
Cyclic Redundancy Code
; b.Pengawasandian
Cyclic Redundancy Code.
Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian
Cyclic Redundancy Code
digunakan masukan berupa 1 karakter, yaitu A, jumlah
bit error
nya 1, dan pembagi 101. Pertama-tama tiap karakter dijadikan
biner
berdasarkan kode
ASCII
. Data dibagi dengan pembagi 101 dan akan mendapatkan sisa
CRC
nya seperti pada Gambar 4.5.a. Untuk data
error
caranya juga sama, yaitu data yang diterima dibagi dengan pembagi seperti pada Gambar 4.5.b.
Jika sisa
CRC
setelah dideteksi pada data yang diterima hasilnya adalah 0 semua, maka data yang diterima dianggap tidak mengalami
error
. Dengan demikian dapat dilihat penyandian dan pengawasandian
Cyclic Redundancy Code
dapat bekerja dengan baik sesuai teori.
4.1.7.
Checksum Code
a
b Gambar 4.6.a. Penyandian
Checksum Code
; b.Pengawasandian
Checksum Code
.
Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian
Checksum Code
digunakan masukan berupa kata bermakna, yaitu: NAMA dan jumlah
bit error
nya 1. Pertama-tama tiap karakter dijadikan
biner
berdasarkan kode
ASCII
. Data dibagi menjadi 2 bagian kemudian kedua bagian tersebut dijumlahkan, dan
dikomplemenkan sehingga mendapatkan hasil
checksum
nya seperti Gambar
4.6.a. Untuk data
error
, caranya juga sama yaitu data yang diterima dibagi 2, kemudian ditambahkan
checksum
kemudian dikomplemenkan seperti Gambar 4.6 b.
Jika hasil setelah dideteksi adalah 0 nol semua, maka data yang diterima
dianggap tidak mengalami
error
. Dengan demikian penyandian dan pengawasandian
Checksum Code
telah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada.
4.1.8. Hamming Code