Kompetensi Pemuda Tani yang Perlu dikembangkan di Jawa Timur

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Para pemuda tani perlu mengembangkan kompetensi yang memadai, untuk
memcahkan masalah-masalah sehari-hari dan kelangsungan hidup selanjutnya.
Kompetensi yang memadai adalah perilaku yang menunjukkan kemampuankemampuan pemuda untuk memberikan respon yang tepat pada perubhan yang
terjadi di lingkungannya agar dapat hidup layak dalam masyarakat. Respon tersebut
merupakan manifestasi dari tiap-tiap tugas perkembangan alarniah dan pencapaian
kapasitas menghadapi masdah dalam dinamika kehidupannya.
Kemampuan menjalankan tugas-tugas perkembangan sangat terkait dengan
perkembangan alamiah kehidupan pemuda yang berumur 15 sampai dengan 24 tahun.
Berbagai tugas perkembangan ini memiliki konsekuensi perlunya kemampuankemampuan yang relevan, yaitu kemampuankemampuan diri atau personal dan
kemampuan hubungan sosial yang bersifat umum atau generic dan kemampuan yang
bersiht khusus atau spes@c sesuai kondisi yang dihadapi pemuda tani (PT).
Kemampuan personal PT merujuk pada kemampuan-kemarnpuan proses
intrapersonal. Kemampuan sosial merujuk pada kemampuan-kemarnpuan berinteraksi
dengan individu lain dan lingkungan secara urnum. Dengan demikian kemampuan
personal dan kemampuan sosial akan menjadi dasar bagi individu dalam menyikapi
masalah-masalah diri sendiri, masalah dengan lingkungan, dan bagaimana individu
menempatkan posisinya dalam norma yang telah terbangun di lingkungan.
Kemampuan khusus PT berhubungan dengan perannya sebagai individu yang

berupaya mandiri secara ekonomis. PT adalah penerus dari para petani yang saat ini
ada. Terdapat fakta bahwa kondisi petani saat ini belum memiliki kualifikasi
kemampuan usahatani (UT) memadai dalam menyikapi tantangan usaha pertanian
yang berkembang, disamping bahwa terdapat keterbatasan kepemilikan lahan.
Usahatani dan agribisnis, telah memasuki tahapan kemajuan dengan dinamika
perkembangan ilmu pengetahuan, globalisasi dan pasar bebas, kesadaran terhadap
lingkumgan dan kesehatan, serta issu-issu kemanusiaan yang dikaitkan dengan produk

~ M a nTerdapat
.
konsekuensi logis, tingkat kemampuan usahatani sebagai bagian

dari kompetensi khusus yaitu kompetensi vokasional, diduga hampir sama atau malah

lebih rendah dibandingkan dengan tingkat kemampuan tehnis usahatani para orang tua
pemuda yang bermatapencaharian sebagai petam. Tingkat kemampuan UT pemuda
erat kaitannya dengan proses sosialisasi yang diperoleh dari orang tua dan sejauhmana
aspirasi pemuda terhadap UT.
Kemampuan-kemampuan umum (personal dan sosial) dm khusus bersumber
dari perkembangan fisik-biologis, aspirasi pribadi, dan tekanan sosial-budaya di

lingkungan masing-masing dari pemuda tani melalui proses pendidikan yang dialami
baik pendidikan formal, non formal, ataupun informal. Hasil dari proses belajar dan
pelaksanaan tugas perkembangan sebelumnya pada masa kanak-kanak inilah yang
kemudian muncul sebagai kompetensi pemuda tani. Tingkat kompetensi yang dimiiiki
pemuda selanjutnya digunakan untuk bertindak dalam merespon masalah dan
tantangan lingkungan yang dihadapi.
Lingkungan telah berubah sangat cepat, ditunjang oleh perkembangan
teknologi informasi yang sangat pesat telah menghantarkan kecenderungan sernakin
menyatunya ukuran-ukuran mutu dalam kehidupan dunia. Kondisi ini seharusnya
menghantarkan kepada pemuda tani untuk senantiasa mengembangkan kemampuan
menggunakan sumberdaya secara efektif, efisien dan kemampuan menetapkan
pilihan-pilihan yang tepat. Implikasi dar~kondisi tersebut adalah, pemuda tani perlu
mengembangkan kemarnpuan yang adamf dan efektif untuk menyikapi derasnya
aliran informasi yang membawa kemudahan mengakses pengetahuan dan teknologi
secara positif, dan juga kemudahan terjadinya pertukaran antar budaya yang &pat
berdampak negatif pada perkembangan pemuda.
Proses perkembangan kemampuan-kemampuan pemuda, berkaitan secara
spesifik dan kontekstual dengan dimensi ruang dan waktu dimana pemuda berada,
termasuk situasi dan kondisi pedesaan di Jawa Timur. Pada dasarnya terdapat dua
kondisi yang umurnnya dijumpai d~ pedesaan, yakni terkait kondisi keterbatasan atau

minimnya sarana pembelajaran dan beraktivitas untuk mengaktualisasikan diri bagi
anak-anak dan para pemuda, serta masih rendahnya daya ekonomi penduduk urrtuk
mengkases pelayanan-pelayanan dasar yang sangat dibutuhkan.
Situasi dan kondisi faktual pedesaan dengan beberapa keterbatasan, diduga
belum memberikan fasilitasi yang optimal bagi proses pengembangan kompetensi

pemuda tani pedesaan (PTP). Konsekuensinya apabila PTP tidak mampu
mengembangkan kornpetensi yang dibutuhkan, maka akan membawa dampak negatif.

Dampak tersebut antara lain: ketidakmampuan mengelola diri, ketidakmampuan
berinteraksi berakibat kesulitan belajar dm menyesuaikan diri, dan ketidakrnampuan
beradaptasi dan mencegah perubahan-perubahan lingkungan yang sangat cepat baik
yang yang memunculkan kemanfaatan maupun kerugian bagi diri PTP.

Ketidakmampuan-ketidakmampuan melaksanakan

proses

belajsr


dan

beradaptasai, akan mendorong lahirnya generasi dengan kualifikasi sumberdaya
manusia (SDM) yang rendah. Kualifikasi SDM yang rendah pada perkembangannya
akan berdampak pada tiga hai mendasar. Pertama, SDM rendah yang berisikan
ketidakmampuan beradaptasi dengan lingkungan sosial dan bersaing dalam dunia
kerja akan memunculkan kelompok margnal yang terasingkan. Keterasingan atau
keterkucilan akan mernunculkan perasaan tertekan secara batin dan frustasi, sehingga
berpotensi memunculkan prilaku-prilaku menyimpang. Prilaku-prilaku menyimpang
pada perkembangannya inenimbulkan masalah-masalah sosial yang berintikan
penyakit masyarakat (patolog sosial).
Kedua, SDM yang rendah berisikan ketidakrnampuan menyesuaikan dan
meningkatkan pengembangan diri dalam memunculkan gagasan-gagasan untuk
beraktivitas dan berperan, berpotensi memunculkan kelompok generasi muda yang
tidak aktif dan kreatif tapi lebih banyak bergantung pada orang lain. Ketergantungan
hidup yang t e r n menerus akan memunculkan ketidakmandirian. Jurnlah kelompok
usia produktif yang banyak menggantungkan diri pada orang lain (orang tua), akan
menjadi masalah bagi masyarakat karena menimbulkan beban bagi masyarakat.
Ketiga, secara khusus PTP yang tidak memilik~kemampuan spesifik bempa
kemampuan tehnis pada pekerjaan UT, memunculkan ketidakmampuan memenuhi

tuntutan dan tantangan UT sekarang dan di masa depan. SDM lemah menghasrikan
produktivitas rendah, berdampak pada hasil dan proses produksi pertanian yang
rendah, dan kemarnpuan daya saing yang rendah pula. Kondisi ini berdarnpak pada,
ketidakmampuan UT untuk mencukupi kebutuhan hidup PTP sebagai pilihan mata
pencaharian, dan yang lebih luas berdampak pada kecukupan dan ketahanan pangan
secara nasional, serta berkonsekuensi pada stabilitas ekonomi secara makro.

Ketiga dampak diatas hakekatnya menggambarkan adanya potensi ancarnan
berupa kelompok PTP yang dapat menjadi beban masyarakat, terjadinya fenomena
patologi sosial, yang berujung pada masalah-masalah sosial. Pada perkembangannya,
bila tidak tertangani secara tepat, maka hilangnya generasi di pedesaan secara khsusus
dan Indonesia pada umumnya tidak dapat dihindari. Pada akhirnya berpotensi dapat
menimbulkan beban yang suatu saat dapat menjadi masalah sosial, ekonomi, politik,
hokum, dan juga daya tahan dan kemanan Negara.
Tingkat keberdayaan PTP dapat diketahui dari tingkat kompetensi PTP saat

ini. Pemahaman terhadap tingkat kompetensi PTP dapat dijadikan rujukan penting,
dalam menilai sejauhmana kemampuan PTP mercspon dinamika lingkungan dengan
segala konsekuensinya dan dampak yang akan muncul sebagaimana telah diuraikan
diatas. Berdasarkan alasan-alasan tingkat urgensi, kepentingan dan strategis inilah

penelitian terhadap kompetensi pemuda tani pedesaan di Jawa Timur dilaksanakan.
Masalah Peneiitian
Keberagaman latar belakang PTP memberikan kontribusi selama masa
perkembangan. Keberagaman ini juga mernberikan pengaruh pada proses belajar dan
pengalaman yang diperoleh melalui pendidikan informal, pendidikan formal, ataupun
pendidikan nonfonnal. Proses belajar d m pengalaman terjadi karena interaksi dalarn
keluarga, lingkungan pendidikan, dan lingkungan sosial lainnya.
Perkembangan yang khas pastilah menjadikan setiap pemuda adalah unik.
Keunikan ini dapat dilihat dari pencapaian-pencapaian atau perkembangan ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil proses belajar. Pencapaian-pencapaian
selama perkembangan dan sebagai hasil perkembangan akan memiliki kontribusi
tertentu pada tingkat kompetensi PTP dalam menjalankan perannya. Dalam ha1 ini
termasuk PTP di Jawa Timur.
Berlandaskan dasar pemikiran ini maka terdapat masalah-masalah yang perlu
dijawab dalam penelitian ini, yaitu:
I . Bagaimana distribusi para PTP pada sejurnlah karakteristik yang diamati?

2. Bagaimana kompetensi pemuda tani pedesaan pada masa kini?
3. Apa kompetensi yang defisit dan perlu dikembangkan pemuda tani pedesaan?


4. Sejauhmana terdapat hubungan diantara sejumlah karakteristik pemuda tani

pedesaan dengan kompetensi mereka?

Tuiaan Penelitian
Pemuda adalah makhluk sosial yang belajar dari lingkungan melalui proses
interaksi yang terus-menerus. Faktanya terdapat lingkungan yang memiliki
keterbatasan dalam memfasilitasi perkembangan pemuda. Pada kondisi lainnya
terdapat pula lingkungan yang memiliki kecukupuan (suflaen2) untuk memfasilitasi
perkembangan pemuda.
Pedesaan di Propinsi Jawa Timur bila dilihat sebagai suatu sistem pada
umumnya merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki hubungan sangat kuat
diantara anggotanya, dan hidup di wilayah geografis yang umurnnya memiliki
inhstruktur yang kurang memadai. Tindakan-tindakan atau pdaku umumnya sangat
diarahkan oleh norma dan adat istiadat yang masih dijaga secara ketat. Kehidupan
ekonomi penduduk umurnnya lernah dan kebanyakan menggantungkan kehidupannya
pada bidang pertanitin. Sebagai konsekuensinya, maka digunakan asumsi para PTP
dalam perkembangannya berada pada lingkungan dengan keterbatasan sarana dm
upaya fasilitasi yang kurang memadai. Disarnping itu pekerjaan pada UT yang
sebagian besar dilakukan oleh masyarakat pedesaan, menjadikan UT pada dasarnya

mudah tersosialisasikan.
Bedandaskan dasar pertimbangan di atas dan merujuk masalah yang perlu
dijawab dan dijelaskan, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan distribusi para pemuda tani pedesaan pada sejumlah

karakteristik yang diamati.
2. Mendesknpsikan kompetensi pemuda tani pedesaan pada masa ini
3.Menemukan

dm menjelaskan kompetensi yang defisit dan perlu

dikembangkan pemuda tani pedesaan.
4. Menganalisis hubungan sejumlah karakteristik Pemuda tani pedesaan dengan

kompetensi mereka.

Ke~unaanPenelitian
Kondisi faktual pedesaan dengan terdapatnya bebempa keterbatasan, diduga
dapat berkontribusi terhadap perkembangan PTP. Salah satu tujuan penelitian ini
berusaha mengungkap apakah keterbatasan-keterbatasan ini berhubungan dengan

pencapaian-pencapaian kompetensi yang dimiliki para pemuda tani.

Diharapkan penelitian ini memiliki kegunaan dalam pengembangan konsep
maupun praktis bagi pihak-pihak yang terkait, terutama:
1. Pemerintah Daerah (lokal) Jawa Timur

(I) Memberikan

sumbangan

pemikiran

bagi

pemerintah

daerah

(Kabupaten dan Propinsi) dalam menyusun program pengembangan
kepemudaan khususnya dalam menghadapi masa depannya

(2) Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah dalam
menyusun program pengembangan kepemudaan berbasis sumberdaya
lokal dan memfwilitasi kegiatan-kegiatan keswadayaan
masyarakat yang

diperuntukkan bagi

strategi

oleh

peningkatakan

kompetensi pemuda tani pedesaan
(3) Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah Propinsi dalam

memfasilitasi peluang penanganan bersama masalah penude tani
pedesaan yang lebih terintegrasi dan terpadu antara kabupatedkota

yang satu dengan kabupaten/Kota yang lain

2. Pemerintah Pusat terutama Departemen dan Kementerian terkait:
Kepemudaan, Pendidikan, Kesehatan, Pertanian, Daerah Tertihggal,
Kesejahteraan, dan Keteaagakerjaan.
(1) Memberikan sumbangan pemikinm bagi pernerintah Pusat dalam
menyusun program pengembangan kepemudaan

(2) Memberikan

sumbangan

pemikiran

bagi

pemerintah

Pusat

(Depaterernen Terkait) terutama dalam menangani pemuda tani
pedesaan agar dapat dilaksanakan lebih terpadu dan terkoordinasi
berorientasi pada penguasaan kompetensi.
(3) Memberikan sumbangan pemikiran dalam mengevaluasi program-

program kepemudaan yang telah dilaksanakan, terutama terkait dengan
pelaksanaan pendidikan informal, formal, dan nonformal dan
dampaknya terhadap perkembangan kompetensi pemuda pedesaan.
(4) Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah Pusat ddam

menangani peningkatan kapasitas pemuda tani pedesaan yang bekerja
di sektor pertanian maupun non pertanian.

3. Perguruan Tinggi
( 1 ) Memberikan kontribusi mengenai informasi kompetensi PTP bagi para

peneliti sehingga dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan
pemikiran dalam mengkaji masalah kepemudaan.
(2) Membenkan sumbangan pemikiran pada pengembangan ilmu
penyuluhan terutarna profil kompetensi PTP yang dapat dijadikan
dasar dan pendekatan dalam melakukan kegiatan pemberdayaa.
melalui pendidikan non formal.
4. Pelaku Pengembangan Masyarakat

(1) Memberikan sumbangan pemikiran kepada pelaku pengembangan
masyarakat dalarn melakukan pendekatan mengurangi kemiskinan
dengan strategi memfasilitasi pencapaian kompetensi para pemuda.
(2) Memberikan sumbangan pemikiran sehingga dapat merangsang

pemikiran kreatif dalam melakukan pengorganisasian masyarakat

dalarn memfksilitasi pencapaian kompetensi pemuda pedesaan.
Definisi Istilah
Pada penelitian ini akan diukur sejumlah karakteristik yang diduga
berhubungan dengan kompetensi. Berkaitan dengan keperluan pengukuran, maka

digunakan isidah-istilah yang didefinisikan sebagai berikut:
I. Pemuda Tani Pedesaan adalah individu (laki-laki dan perempuan) belum
menikah, sudah bekeja mandiri atau membantu pekerjaan orang tuanya di
bidang pertanian (tanaman, ternak dan perikanan), berumur 15 sarnpai 24
tahun, hidup clan tinggal dengan keluarga, tinggd sendiri, atau tinggal dengan
saudaranya sebagai wali, dan berdomisili di pedesaan.
1I.Karakteristik Pemuda Tani Pedesaan adalah ciri-ciri orang atau individu
yang secara demografis terkategori pemuda dan bertempat tinggal di pedesaan,
serta diduga berhubungan dengan kompetensi. Ciri-ciri atau sifat-sifat yang
melekat pada pemuda tani yaitu:

(1) Usia adalah jumlah tahun dari umur pemuda, dihitung dari saat

kelahiran sampai saat dilakukan penelitian dan dibulatkan dalam
jumlah tahun terdekat saat ulang tahun bila terdapat selisih bulan.
(2) Pendidikan formal adalah jumlah tahun lamanya pemuda mengdcuti
proses belajar formal di sekolah.
(3) Pendidikan non formal adalah junlah keikutsertaan pemuda dalam

proses belajar di luar sekolah formal dalam selama satu tahun berupa
pelatihan, kursus, magang, sekolah lapang, dan mengaji.
(4) Luas lahan usahatani adalah jumlah hamparan tanah dalam (ha) yang

diusahakan oleh pemuda tani secara mandiri atau merupakan luas
lahan yang M a a t k a n oleh orang tua dalam berusahatani dimana
pemuda tani membantu dalam aktivitas pemanfaatannya.
(5) Aspirasi berusahatani adalah cita-cita untuk melaksanakan usahatani

yang ingin diwujudkan pada masa yang akan datang.
(6) Konsumsi media adalah jumlah jam dalam sehari dari fiekuensi

responden memanfaatkan media tertentu.
(7) Hubungan interpersonal adalah jumlah komunikasi bertatap muka

maupun melalui media dalam sebulan dengan isi komunikasi mengenai
masalah diri sendiri, hubungan dengan orang lain, masalah pekerjaan
atau masa depan yang diharapkan, yang dilakukan pemuda dengan:
orang tua, anggota keluarga lainnya, Teman yang dianggap punya
hubungan akrab, maupun orang yang ditokohkan.
(8) Motivasi berusahatani adalah jumlah skor dari dorongan yang timbul

dari dalam diri pemuda untuk melakukan kegiatan usahatani.
(9) Persepsi adalah penilaian pemuda terhadap subyek individu atau obyek

kebendaan yang ada di sekitamya atau yang berinteraksi dengan
pemuda. Persepsi ini meliputi:
(a) Persepsi terhadap lingkungan dam adalah jurnlah skor dari
penilaian PTP terhadap kemanfaatan sarana di rumah dan
kondisi fisik geografis berupa sumberdaya pesisir dan lautan,
lahan tidur, dan air dimana PTP tinggal.

(b) Persepsi terhadap orang tua adalah jumlah skor dari penilaian
PTP terhadap prilaku orang tua, yang meliputi indikator: (i) cara
komunikasi orang tua, (ii) kepedulian memonitor, (iii) tingkat
konflik orang tua, (iv) tingkat konsistensi orang tua menjalankan
ibadah wajib.
(c) Persepsi terhadap kelompok adalah jumlah skor dari penilaian

pemuda terhadap prilaku kelompok yang diikutinya, meliputi
kelompok formal maupun informal. Meliputi indikator: (i) cara
komunikasi antar anggota, (ii) cara pengambilan keputusan, (iii)
kejelasan peran setiap anggota.
(10) Pengalaman Usahatani adalah jumlah tahun dari lamanya PTP dalam

membantu orangtuanya berusahatani, bekerja dalarn kegatan usaha
tani pa& orang lain, atau berusaha tani secara mandiri.
111. Kompetensi PTP adalah kemampuan-kemampuan yang perlu dimiliki atau

dikuasai oleh pemuda berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar
dapat hidup adaptif dalam mengatasi masalah, tuntutan, dan tantangan hidup,

serta melaksanakan perannya dengan baik.

TINJAUAN PUSTAKA

Pemuda

Sejurnlah 30% dari populasi dunia merupakan masyarakat yang tergolong
pemuda.

Potensi-potensi

pemuds

adalah

signiftkan

untuk

keberlanjutan

perkembangan dunia. Perlindungan dari hak-hak pemuda pada dasarnya adalah
investasi untuk masa depan (Youthfor Habitat International Network, 2002:1).
Menurut Havigurst (1974:43),setiap rentang kehidupan manusia menunjukkan
urgensinya dalam perkembangan hidup. Masa pemuda merupakan masa yang penting
sebagai transisi antara masa kanak-kanak menuju dewasa.
Pada fase ini umumnya terdapat perbedaan dari beberapa ahli dalam
mendefmisikan berapa sebenarnya usia pada tahapan pemuda. Terdapat masa transisi
antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang disebut dengan masa pemuda.
Seiama masa ini maka pengalaman yang diperoleh akan menjadi bahan pelajaran
yang penting bagi individu untuk memasuki masa dewasa (CSR, 1997:3).
Konsep pemuda pada tulisan ini merujuk pada kata "youth" dalam bahasa
Inggris. Menurut kamus Oxford karangan Hornby (1995:1390), pemuda adalah waktu
h a n a seorang kanak-kanak belum menjadi dewasa. Pengertian kedua tentang youth
merujuk pada keberadaan kualitas dari individu pada fase antara kanak-kanak
sebelum dewasa. Definisi lain mengungkapkan: l?ze tenns "youth" and "young
people" are taken to cover the broad age range of 5 to 30 years. This includes
children (5 to I0 years old approx.) adolescents (11 to 15 years old approx.) und
young adults (16 to 29 years old approx)(CCMA, 2005:3).

Terdapat kehidupan transisional sebelum individu memasuki masa dewasa
yakni masa atau fase pemuda (adolescent or youth era). Baumrind dalarn CSR
(1997:3) menyatakan bahwa pada periode transisi ini berada pada usia seseorang

antara 11 sampai 21 tahun yang berada pada perkembangan spesifik yang merujuk
pada "awal pemuda" (early adolescenr) kira-kira berusia antara 11- 14 tahun, pemuda
menengah (mid adolescent) kira-kira berumur 15 - 17 tahun, dan masa pemuda akhir
(late adolescen!) kira-kira berumur 1 8 - 2 1 tahun (CSR, 1 997:3).

Menurut Monks, dkk (2004:262-263), suatu analisis yang cermat mengenai
semua aspek perkembangan dalam masa remaja, yang secara global berlangsung
umur 12 - 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun: masa remaja awal, 15-18 tahun:
masa remaja pertengahan, 18-21 tahun masa remaja akhir. Sementara menurut
HilVMonks dalam Monks, Knoers, dan Rahayu (2004:262), dalam buku-buku
angelsaksis istilah "pemuda" atau "youth memperoleh arti baru, yaitu suatu masa

peralihan antara masa remaja dan masa dewasa. Selanjutnya dalam melihat konteks
pemuda dan remaja kurang diperlukan membedakan istilah tersebut. Perlu dipaharni
bahwa, pemasakan seksual mudah tejadi sebelum masa remaja, namun manifestasi
aspek-aspek yang lain baru jelas nampak pada usia antara 13-14 tahun.
Organisasi seperti Arkansas Workjbrce

Investment Board (2002.1)

menetapkan fase pemuda merupakan mereka yang benunur 14 - 21 tahun. Kriteria
pemuda berumur 15 - 24 tahun juga merupakan batasan yang ditetapkan oleh
organisasi PBB (Youth for Habitat International Network, 2002:l; NAPO, 2005:2).
Memang terdapat banyak konsep mengenai siapa sebenarnya yang disebut pemuda,
akan tetapi konsepsi pemuda bouth) sebenarnya dapat didefinisikan sebagai
kelompok penduduk yang berumur 15 - 24 tahun (The Urban Poverty Consortium of
Waterloo Region, 2WO: 1 ; Hartell, 2005: 171).

Menurut Monks, dkk (2004:290-291), di Indonesia, maka usia 21 tahun
dianggap sebagai batas kedewasaan. Batas sebetulnya timbul secara Ifistoris dan tidak
mutlak, dapat ditentukan pada umur 25 atau 18 tahun. Batas kedewasaan pada usia 21
tahun, sudah dianggap dewasa dan bertanggungjawab atas perbuatannya. Ia
memperoleh hak-hak tertentu sebagai orang dewasa, misalnya memilih Dewan
Perwakilan Rakyat, dapat menikah tanpa Wali, dan sebagainya.
Perkembangan Pemuda

Upaya mempelajari suatu tahapan perkembangan manusia merupakan suatu
usaha yang ditujukan untuk memecahkan masalah praktis dan masalah yang terkait
dengan masalah-masalah perkembangan itu sendiri. Menunrt Hurlock (1980:2): d a l m
mempelajari perkembangan manusia tersebut terdapat beberapa penekanan yang
berbeda yang dilakukan para ahli. Penekanan yang dimaksudkan menyangkut
bagaimana setiap perkembangan terjadi pada usia tertentu dan tahapan-tahapannya.
Penekanan-penenakan seperti ini terjadi karena beberapa alasan. Pertama, penelitian

terhadap periode tertentu dalam pola perkembangan sangat dipengaruhi oleh
keingman untuk memecahkan masalah-masalah praktis dan masalah-masalah yang
berkaitan dengan periode itu. Kedua, perbedaan penekanan ini disebabkan karena
adanya tingkat kesulitan yang berbeda pada suatu tahapan perkembangan
dibandingkan dengan perkembangan yang lainnya.
Menurut Van den Daele dalam Hurlock (1980:2), bahwa perkembangan
berarti perubahan secara kualitatif. Ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar
penambahan bebempa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau kemampuan
seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan Iimgsi yang
kompleks. Dan setiap orang dalam rentang hidupnya memiliki tahapan pertumbuhan

clan perkembangan.
Menurut Havigurst (1974:6), dalam rentang perkembangan hidup ini maka
terdapat periode kritis atau periode sensitif dimana seseorang memiliki proses
pembelajaran yang cepat dari berbagai pengaiman. Secara keseluruhan menurut
Hurlock (1980: 13-14), rentang perkembangan hidup ini dapat dibagi kedalam sepuluh
tahapan sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Tahapan dalam reatang kehidupan

Masa remaja Awal
Masa remaja Akhir
Awal Masa Dewasa
Usia pertengahan
Masa tua atau usia lanjut

Tigabelad empatbelas sampai delapan belas tahun
Tujuh belas sampai dua puluh satu tahun
Dua puluh satu tahu. sampai empatpuluh tahun
Empatpuluh tahun sampai enampuluh tahun
Enam puIuh tahun sampai meninggal

_I

Sumber: Havighurst (1 974).

Pada dasarnya perkembangan pemuda adalah proses alamiah pengembangan
kapasitas seseorang (pemuda). Proses alamiah ini akan berlangsung dalam
pengalaman pemuda sehari-hari ba& dengan orang lain, peluang-peluang atau tempattempat, sehingga ini semua memberikan dampak penting (Pittrnan, 1991:4).

Terdapat ciri-ciri kehidupan pada tahapan fase pemuda, antara lain mulainya
perkembangan emosional dan sosial terkait dengan interaksi dengan masyarakatnya
yang mulai menguat. Ciri ini juga menampakkan adanya kemandirian emosional
terhadap orang tua (Havigurst, 1974:43). Erickson ddam Havigurt (1974:44)
menyebut sebagai masa-masa pencapaian identitas (achievement of identiryl.
Menurut Klingman (1998:435), masa muda adalah sebuah periode kritis yang
didalamnya terdapat perubahan-perubahan signifikan yang terjadi baik dalam Iri
individu (fisisiologi, psikologrs, kognitif) dan eksternal (tekanan kesebayaan,
bergerak dari lingkmgan kecil, menuju lingkungan sosial dan sekolah yang lebih
besar, lalu menuju diri yang atomik). Dan perubahan-perubahan ini tentu memiliki
tingkat kesukaran dan bisa jadi memiliki tekanan yang sangat berarti bagi pemuda.

Ciri-Ciri Perkembangan Fisik, Kognitif, Afektif dan Psikomotorik
Menurut Bandura (1998:78), Setiap periode perkembangan akan berhadapan
dengan tantangan-tantangan untuk mencapai mekanisme mengatasi masalah. Bagi
pemuda tantangan ini menjadi cukup berat karena dia harus belajar dengan segala
sesuatu yang cukup berbeda dari yang sebelumnya Terutama menyangkut

keterampilan-keterampilan dalam dunia masyarakat. Mempelajari bagaimana
mengatasi pubertas, tegangan emosional, dan kernitraan yang harus dibangun dengan
kelompok kesebayaan.
Menurut Hurlock (1980:2 10-212), terdapat ciri fislk yang dapat dilihat pada
usia pemuda ini. Pada umumnya tinggi tubuh laki-laki lebih panjang dibanding tubuh
perempuan, karena otot laki-Iaki tumbuh lebih besar dari perempuan. Selanjutnya
variasi kematangan juga mempengaruhi bentuk morfologi tubuh. Dimana seseorang
yang matangnya terlambat, memiliki bahu yang lebih besar dibanding seseorang yang
matangnya lebih awal. Kekuatan anak laki-laki akan mencapai kekuatan maksimvlm
pada usia 2 1 - 22 tahun. Sedangkan pada anak perempuan pada usia 17 tahun.
Menurut Santrock dalam DEPDIKNAS (2004: 14), empat ciri perubahan tubuh
yang paling menonjol pada perempuan adalah: a). pertambahan tinggo badan ymg
cepat, b). menarche (menstruasi) yang pertama, c). pemunbuhan buah dada, d).
pertumbuhan rambut kemaluan. Perubahan tub& yang paling menonjol pada laki-laki
adalah: a). pertambahan tinggi badan yang cepat, b). pertumbuhan penis, c).
pertumbuhan testis, dan d). pertumbuhan rarnbut kemaluan.

Menurut HillIMonks dalam Monks, dkk (2004:265), bila ditinjau hubungan
antara perkembangan psikososial dan perkembangan fisik, dapat dinyatakan
perkembangan fisik rnemberikan impuls-impuls baru pada perkembangan psikososial.
Jadi hubungan kausalitas ini bqalan dari fisik ke aspek psikososial.
Menurut Hurlock (1980:2 12-216), pada masa ini pemuda merni1ik:i
ketidakstabilan yang tinggi, serta tekanan yang bisa disebut badai tekanan. Kondisi ini
disebabkan karena penyesuaian perilaku baru clan harapan sosial yang baru. Padia
rnasa ini emosi cenderung meledak dan tidak terkendali, seperti mudah tersinggung,
dan marah. Akan tetapi dengan bertambahnya usia, maka terjadi perbadcan emosional

ini. Pada masa ini terdapat keinginan remaja untuk memiliki barang-barang sendiri
sehingga mendorong untuk bekej a sambilan. Secara berlanjut maka pemuda dapat
mengembangkan kematangan emosi. Indikator kematangan emosi dapat dilihat dari,
mulai tidak melakukan kemarahan yang meledak-ledak, memperhatikan lingkungan
sekitar, dan melakukan pola mengkntik orang lain sebagai bentuk marah dengan tidak
banyak berubah dari suatu pola suasana hati tertentu.
Menurut Hurlock (1980:216-224), dengan latar belakang pemuda Arnerika
minta yang ada pada pemuda tergantung pada seks, intelegensi, lingkungan dimana ia
hidup, kesempatan untuk mengembangkan minat, minat teman-teman sebaya, status

dalam kelompok sosial, kemampuan bawaan, minat keluarga, dan lain-lain. Minat
pemuda dapat dikategorikan antara lain minat rekreasi yang bersifat santai dan hobi;
minat-minat pribadi; minat pada pendidikan yang umumnya terkait dengan minat
pada suatu pekerjaan; minat pekerjaan yang diinginkan dirnasa depan terutama yang
menarik perhatiannya; minat pada agama; dan minat pada simbol status.
Ciri-Ciri Perkembangan Sosial dan Moral
Menurut Emory Universiq (2005:3), masa pemuda seringkali disebut sebagai
"periode of psychosocial turmoil ", tidak ada peride dimana terjadi bebas hamatan

atau masalah, dan hams diakui masyarakat tidak menyediakan peran-peran yang
berarti bagi pemuda. Pada dasamya setiap individu bergerak secara proaktif dan tidak
sekedar dipengaruhi secara pasif oleh lingkungan. Pemuda bergerak dari lingkungan
sekoleh, keluarga, kesebayaan menuju sebuah impersonalitas, dan beberapa menuiu
lingkungan perguruan tinggi atau jalur-jalur pekerjaan.

Menurut Monks, dkk (2004:276-284), masa muda terdapat dorongan untuk
dapat berdiri sendiri dan krisis originalitas, adanya konformitas-konformitas dalam
kelompok yang diikuti, dan pada masa ini terdapat dorongan-dorngan untuk
menunjukkan eksistensi dengan melakukan kegiatan-kegiatan.
Menurut Horcocks dan Benirnoff dalam Hurlock (1980:214), masa pemuda
menunjukkan peranan yang besar dari kelompok sebaya. Dalarn masyarakat sebaya
ini para pemuda memiliki peluang dan kesempatan mengaktualisasikan dirinya,
karena ada pengakuan. Peran-peran muncul dan diakui oleh anggota sebaya yang lain.
Dengan demikian terdapat fasilitasi sosialisasi yang besar pada kelompok sebaya.
Ketertarikan pada lawan jenis, terkadang memberikan dorongan untuk
menonjokan imbauan-irnbauan seksual (sexual appeal). Seiring dengan keadaan ini
banyak pemuda pada fase ini juga memunculkan keberanian yang terkadang
"menyerempet" bahaya. Dalam konteks ini maka pemuda berada pada tahap moral
konvensional yang bersifat reprosikal. Suatu ukuran nilai yang dianut dengan
menonjokan tirnbal balik yang diharapkan seperti apa yang telah dilakukannya
(DEPDIKNAS, 2004: 17). Selanjutnya tahapan moral ini menuju pascakonvensional.
Dalam ha1 ini terdapat dua tahap penting, yaitu: pertama, pemuda yakin bahwa harm
ada kelenturan dalarn keyakinan moral sehinggz memungkmkan perbaikan dan
~erubahan.'Kedua, individu menyesuikan diri dengan standar sosial yang diidialkan
yang diinternalisasi untuk menglundari hukuman terhadap diri dari sensor sosral.
Namun pada fase ini pemuda melihat adanya ketidak konsistenan tentang konsep
banar-salah. Tetapi lambat laun konsep ini dipahami dalam konteks adanya ras,
agama, sosioekonomi yang berbeda memiliki kode berbeda tentang benar dan salah
(Hurlock, 1980:225-226).
Menurut Guhardja, dkk (1992:2 13), sebenarnya pada masa pemuda sudah
mulai terdapat kemampuan untuk mengelola diri dan lingkungan terutama yang
berada dalam keluarganya. Pemuda pada perkembangan selanjutnya mulai
mengurangi untuk senantiasa diasosiasikan dalam sutu kelompok saja. Keinginan ini
dipen-

oleh keinginan mandiri dan bergabung dalam kelompok yang lebih besar.

Kondisi ini mernfasiilitasi kemungkinan keterampilan dan kemampuan sosial yang
berkembang menjadi lebih baik. Ketertarikan berlanjut dari kelompok-kelompok yang
terorganisasi menjadi kelompok yang lebih kecil, terutama terjadi pada pemuda yang
sudah bekerja setelah sekolah. Di sisi lain terdapat kecendemgan mulai menyenangi

terhadap hubungan dengan lawan jenis dibandingkan dengan sesama jenis. Pola
peinilihan teman lebih banyak dicari kesamaan terhadap nilai d m minat yang dianut,
dan dapat dijadikan sebagai tempat untuk menurnpahkan d m mempercayakan
masalah-masalah yang dihadapinya (Hurlock, 1980:213-216).
Tugas-Tugas Perkembangan Pemuda
Menurut Brim dan Wheeler (1967:18), terdapat tuntutan dan harapan yang
baru ketika seseorang telah memastlki usia tertentu, karena hubungannya dengan
kelompok-kelompok masyarakat mulai berubah dan bertambah. Proses perkembangan
d m deferensiasi berkaitan dengan kematangan fisik individu akan memperoleh
tuntutan baru dengan status yang baru. Peningkatan tuntutan dalam kesesuaian umur
atau pertumbuhan dapat dinyatakan sebagai tugas-tugas perkembangan.
Menurut Winton (1995: 14), tugas-tugas perkembangan berasal dari psikologi
perkembangan, konsep ini memiliki pengertian suatu periode tertentu pada individu
hams menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya sehingga terdapat kemajuankemajuan baik mulai anak-anak menuju remaja dan sampai menuju dewasa.
Menurut Huriock (1980:209), tugas perkembangan pada masa pemuda
menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak. Akibatnya hanya
sedikit anak laki-laki dan anak perempuan yang dapat diharapkan menguasai tugastugas tersebut selarna awal remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat.
Menurut Havigurst (1974:2-5), tugas-tugas perkembangan adalah segala
sesuatu yang harm dipelajari oleh seseorang sehingga dengannya dia dapat tumbuh
d m memiliki kepuasan dalam masyarakat. Lebih lanjut dinyatakan tugas-tugas
perkembangan adalah sebuah tugas yang ada pada periode tertentu hidup seseorang,
yang apabila berhasil dilaksanakan atau dicapai akan membuat seseorang dapat
melaksanakan dan bahagia pada tugas perkembangan berikutnya, dan kegagalan
dalam melaksanakan tugas perkembangan ini akan berpengaruh pada ketidakpuasan
dan ketidakbahagiaan dalam masyarakat, dan kesulitan dalam melaksanakan tugas
perkembangan berikutnya. Keseluruhan tugas perkembangan ini hams dikuasai kalau
seseorang ingin menjadi manusia yang baik dan berhasil (succes@l human bezng).
Selanjutnya menurut Havigurst (1974:5), tugas-tugas perkembangan berasal
dari tiga sumber. Pertama, tugas-tugas yang keberadaannya berasal dari kematangan
fisik. Kedua, tugas-tugas yang keberadaannya berasal dari tekanan budaya

masyarakat. Dan ketiga, tugas-tugas yang keberadaannya berasal dari aspirasi
individu yang merupakan bagian personalitasnya atau diri (sew.
Menurut Havigurst (1974:43-94), terdapat beberapa tugas perkembangan
kelompok pemuda, yang dapat dibagi menjadi dua fase penting, yaitu:
a.Umur 12 - 18 tahun, meliputi: mencapai hubungan baru dan lebih matang
dengan teman sebaya; mencapai peran sosial pria dan wanita; menerima
keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif; mengharapkan
dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab; mencapai kemandirian
emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya; mempersiapkan

karir ekonomi; mempersiapkan perkawinan dan keluarga; memperoleh
seperangkat nilai, sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku.
b.Umur 18 - 30 tahun, meliputi: memilih pasangan; belajar hidup dengan
pasangan untuk menikah; memulai untuk berkeluarga; mengasuh anak;
mengelola rurnah; mulai bekerja; mengambil tanggung jawab sebagai
warganegara; mencari kelompok yang menyenangkan.
Menurut

Garrison

ddam

Mappiare

(1982:lOl-105),

tugas-tugas

perkembangan remaja dapat dibagi dalam enam kelompok, yaitu: (a) Menerima
Keadaan Jasrnani, (b) Memperoleh hubungan baru dan lebh matang dengan temanteman sebaya antara dua jenis kelamin, (c) Menerima Keadaan sesuai jenis
kelaminnya dan belajar hidup seperti kaumnya, (d) Memperoleh kebebasan emosional
dari orang tua dan orang dewasa lainnya, (e) Memperoleh kesanggupan berdiri sendiri
daiani hal-hzl yang bersangkutan dengan ekonomikeuangan, dan (f) Mendapatkan
perangkat nilai-nilai Hidup clan fdsafah hidup.
Disamping dua ahli tersebut, Wattenberg dalam .Mappiare (1982:106-109)
menyatakan terdapat tugas-tugas perkembangan remaja awal, yaitu: (a) Memiliki
kemampuan mengontrol diri sendiri seperti orang dewasa, (b) Memperoleh
kebebasan, (c) Bergaul dengan teman lawan jenis, (d) Mengembangkan keterampilanketerampilan Baru, dan (e) Memiliki Citra Din yang realistis
Menurut hasil penelitian Roscue d m Peterson dalam Monks, dkk (2004:22),
hams dipertimbangkan kekhasan pemuda pada tempat tertentu, yang sangat muneJun
berbeda dengan tugas perkembangan remaja Amerika, yang dalam batas tertentu
sudah melakukan kegiatan orang dewasa.

Kebutuhan-Kebutuhan Perkembangan
Kebutuhan-kebutuhan perkembangan pemuda adalah: Kebutuhan makanan
dan tempat tinggal yang jauh dari ancaman (shelter); dukungan, hubungan-hubungan
kepedulian; tempat yang aman; kesempatan untuk turnbuh (YMCA, 19%:1). Lebih
jauh YMCA (1998:l-3) merinci tujuh kebutuhan dari pemuda dan karakteristikkarakteristiknya yang dapat dirangkum dalam Lampiran 1. Menurut Djoko (2001:2),
kebutuhan yang diperlukan terkait dengan kualitas sumberdaya manusia addah
seberapa besar tingkat terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, Baku kinerja, dan
pengakuan akan eksistensi.
Menurut Politz (1996:1), pemuda memiliki kebutuhan dasar yang kritis untuk
tetap bertahan (survival) dan perkembangan yang sehat. Kebutuhan tersebut adalah
harga diri dan kemampuan untuk berkontribusi; ketidaktergantungan dan mengontrol
kehidupannya sendiri; kedekatan dan hubungan yang baik; kompetensi dan
penguasaan pada hal-ha1 tertentu. Di sisi yang lain, pemuda yang ingin sukses ketika
dewasa, maka harus memiliki sikap-sikap positif dan keterampilan-keterampilan dan
perilaku-perilaku yang tepat dalam lima aspek: kesehatan; personal/sosial;
pengetahuan, penalaran, kreativitas, aspek pekerjaan, dan kewarganegaraan.
Selanjutnya menurut National 4-H Leadership Trust (2005:5), perkembangan
pemuda yang positif terjadi dari proses intensional yang menawarkan dampakdampak positif untuk para pemuda dengan menyediakan kesempatan-kesempatan,
hubungan dan dukungan untuk berpartisipasi secara penuh. Perkembangan pemuda
akan

terfasilitasi

dalam kelwga,

kelompok pertemanan,

sekolah-sekolah,

pertetanggaan, dan komunitas.
Menurut Pittman (1991:I), pemuda memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar yang
kritis untuk bertahan dan perkembangan yang sehat, yakni perasaan-perasaan atau
rasa (sense): keamanm dan struktur, memiliki dan keanggotaan, harga diri dan
kemampuan untuk berkontribusi, independen dan kemampuan menjalankan
kehidupan pribadinya, kedekatan atau keakraban dan hubungan-hubungan yang baik,
kompetensi dan penguasaan.
Senada dengan ha1 tersebut, The All~ancefor Youth (1997:1), menyatakan
bahwa sumberdaya-sumberdaya di Amerika yang dapat disediakan oleh sektor-sektor
publik dan swasta yang terangkum dalam sebuah perencanaan yang terpadu hams
marnpu menyediakan suatu sumberdaya yang dibutuhkan oleh pemuda untuk

mengakses lima sumberdaya yang fundamental: (i) kepedulian orang dewasa, model
peran, atau mentor, (ii) tempat yang aman untuk belajar dan tumbuh selarna berada di
luar jam-jam sekolah, (iii) sebuah awal yang sehat, (iv) sebuah keahlian yang

marketable melalui pendidikan, dan (v) sebuah peluang bagi anggota masyarakat
yang muda ini untuk memberikan umpan balk melalui pelayanan komunitas
Menurut NCFY (19%: 1), terdapat empat aspek-aspek diperlukan para pemuda
agar dapat berkembang secara positif
A sense of Competence
A Sense of Usejiilness
A Sense ofBelonging
A sense ofpower
Agar menjadi warga masyarakat, pekerja, dan orang tua yang produYctif
menurut Forum for Youth Invesment (2005:5), semua pemuda membutuhkan:
Mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang terkait
dengan kernampuan akademik
Memiliki akses dan dukungan yang terus-menerus dan berkelanjutan paling
tidak sampai dua dekade (idealnya sampai umur 25 tahun)
Memanfaatkan secara positif waktu yang terluang
Menurut Pittman dan Irby dalam Small dan Memmo (2004:lO) ddam
perkernbangannya pemuda membutuhkan tujuh "input" kritis, meliputi: tempattempat yang kondusif atau stabil, pelayanan dan kepedulian dasar, hubungan yang
sehat dengan orang dewasa dan teman sebaya, standar dan harapan yang tinggi,
model-model peran, jaringan dan sumber-sumber daya, peluang dan pengalaman yang
menantang untuk berpartisipasi dan berkontribusi, pelatihan dan instruksi kualitas ang
tinggi. Sedangkan menurut Zeldin, dkk dalam Small dan Memmo (2004: 1O), pada
dasarnya kebutuhan perkembnagan pemuda dapat diringkas dalarn tiga kategori,
yaitu: tempat yang aman, pengalaman yang menarik dan menantang, dan masyarakat
yang peduli.
Lebih jauh Benson, dkk dalam Small dan Memmo (2004:lO). menyatakan
bahwa terdapat empat puluh (40) "asset perkembangan" yang didefinisikan sebagai
blok-blok bangunan (building bloch) merupakan sesuatu yang krusial untuk
perkembangan pemuda yang sehat dan menjadi insan baik. Selanjutnya aset-aset
tersebut dapat dikategorikan sebagai aset internal dan aset eksternal,
dibedakan

menjadi tujuh

tipe, berupa:

dukungan,

yang bila

pemberdayaan, harapan

dan batasan, penggunaan waktu yang konstruktif, komitmen untuk belajar, nilai-nilai
yang positif, dan kornpetensi sosial.
Menurut Andrews dan Ben-arieh (1999:lll) terdapat beberapa beberapa
variabel yang berhubungan dengan perkanbangan gadis yang positif yaitu: makanan
yang cukup; kesehatan yang baik dan akses pada pelayanan kesehatan bila
dibutuhkan; keterkaitan yang baik dengan orang tua dan orang lain sebagai pemberi
kepedulian; kekonsistenan dari orang dewasa dalam memberikan model, sumberdaya
ekonomi, interaksi, dukungan; strategi-strategi disiplin yang fleksibel dan konsistai;
dukungan sosial dan adanya pedoman dalam menghadapi keberagaman; perlindungan
dari tekanan fisik ataupun psikologis; lingkungan fisik dan yang merangsang kognitif;
peluang eksplorasi dan bermain; partisipasi yang bermakna dalam masyarakat secara
tepat; dan mengakses sumberdaya untuk kebutuhan-kebutuhan khusus.
Pemuda Pedesaan Dan L i n ~ k u n ~ a m v a

Apabila dilihat pemuda dari segi perdesaan atau perkotaan, maka terdapat
k d e r i s t i k dimana di perdesaan umumnya terdapat inflastruktur yang relatif minim
dibandingkan perkotaan, budaya tertentu yang masih melekat dan kuat, serta beberapa
aspek kemiskinan dari penduduk desa. Pada umumnya di wilayah seperti ini terdapat
kondisi mereka yang berusia 15 tahun meliputi anak yang tidak pemah terdaftar dan
banyak yang putus sekolah (Ranaweera, 1989:8).
Menurut The Urban Poverty Consortium of Waterloo Region (2000:Z-3), salah
satu kelompok ddam masyarakat yang diakui dapat menjadi sebagai kelompok
miskin adaiah pemuda. Banyaknya pemuda miskin yang berada dalam kemiskinm
seringkali tidak memperoleh bantuan atau asistensi panduan sosial. Banyak pemuda
yang berusia antara 15 - 24 tahun hidup dengan orang tua mereka. Dalam konteks ini
maka, apabila kondisi orang tua mereka dalam kemiskinan dapat dipastikan, anakanaknya juga berada dalam kondisi kemiskinan. Banyak pemuda yang sudah
berkeluarga dan memiliki anak. Pemuda juga hidup terpisah dengan orang tuanya,
sebagai pekerja dalam angkatan kej a , sebagai pelajar, dan yang berada di jalanan.
Menurut National Catholic Rural Lije Conference (1939:105-107), tujuan
mengembangkan pemuda perdesaan h a s tidak boleh lepas dari konteks faktual
pemuda di perdesaan, yang umumnya dekat dengan alam dan tingginya ikatan antara

warga yang satu dengan yang lain. Sehingga program-program yang bermaksud
mengembangkan pemuda hams didasarkan apa sebenarnya kebutuhan pemuda.
Menurut Suryana dan Nurmalita (1988:3) yang dimaksud dengan pemuda
pedesaan adalah maeka yang tinggal di pedesaan dan berusia antara 15 - 34 tahun.
Menurut Zaini (1998:53), pemuda adalah transisi yang ditentukan oleh peran yxlg
dilakukan dan tingkat cakupan aplikasi peran tersebut dalam masyarakat. Dengan
demikian, kedudukan pemuda minimal tergantung pada dua hal: (1) perilaku pemuda
tersebut melakukan harapan pengirim peran sesuai perilaku orang dewsa atau remaja,

(2) perilaku tersebut pada tingkat lokal atau tingkat diatasnya. Walaupun terdapat
perbedaan di masyarakat, tampaknya kondisi ini berlaku pada masyarakat umum di
pulau Jawa, khususnya di daerah pedesaan.
Lingkungan pemuda di pedesaan memiliki ciri spesifik. Walaupun dalam
perkembangannya tidak mudah membedakan antara pedesaan dan perkotaan jika
hanya merujuk pada pandangan a d d s t r a s i . Faktanya terdapat desa-desa yang
berkembang pesat sehingga beberapa cirinya menyamai kota.
Sebagaimana dinyatakan Sorokin (1929:15), bahwa dalam membuat
perbedaan diantara masyarakat desa dan kota kita hanya mampu melakukannya
dengan mengidentifikasi tipologi yang urilum, namutl tidak akan mampu membuat
deiinisi perbedaan yang radikal diantara keduanya.

Namun demikian Dalam hal ini

terkait dengan lingkungan pedesaan. Pedesaan menjadi suatu batasan administratif
geografis sekaligus identitas yang membedakan dengan perkotaan.
Pemuda pedesaan dalam perkembangannya identik dengan pemuda yang
bekeja atau terkait kegiatan pertanian, sehingga lazim disebut dengan pemuda tani.
Menurut Departemen Pertanian (1977:3-5), pemuda tani dibedakan atas tiga kategori:
a. Tani Taruna, adalah pemuda-pemuda yang telah aktif dan memilih bertani
sebagai mata pencahariannya. Kelompok ini adalah pemuda-pemuda yang
sudah berusaha tani sendiri atau yang oleh orang tuanya telah diberi
kepercayaan penuh untuk menjalankan usaha tani sendiri. Umumnya
kelompok ini berumur 18-25 tahun.

b. Taruna Tani, adalah pemuda-pemuda yang belum menetapkan bertani sebagai
mats pencahariannya. Kelompok ini adalah anggota keluarga yang orang

tuanya bertani, aktivitasnya adalah membantu orang tua dalam bertani.

c. Taruna Burni, adalah pemuda-pemuda yang sudah jadi anggota gugus depan
prarnuka yang kernudian karena menaruh rninat d m perhatian di bidang
pertanian masuk menjadi anggota satuan karya (Saka) Taruna Bumi.
Pengertian Pedesaan
Menurut Mangunpranoto (1978:12-23), melihat pemuda desa, tidak dapat
dilepaskan dari konteks desa sebagai suatu svilayah yang memililu karakteristlk dan
budaya masayarakat dess secara keseluruhan. Desa adalah suatu hamparan wilayah
tertentu, kondisi alam yang relatif masill terpelihara, ada gunung, sungai yang masih
jemih, tetumbuhan, dan masyarakat desa yang hidup dengan adat dan istiadatnya, dan
memegang teguh nilai dan norma, serta banyak legenda atau keyakinan-keyakinan
yang menyertainya. Pada taraf tertentu umumnya masyarakat desa belum menyadari
bahwa mereka itu tergolong manusia ekonomis dalam ha1 ia sebagai produsen, ia
sebagai potensi tenaga kerja dan ia s e b a g ~konsurnen serta penyalur hasil
produksinya. Kurangnya perawatan potensi manusia dalam ha1 keterarnpilan
mengakibatkan banyaknya tenaga "unskilled" dan "under employment ".
Menurut Daldjoeni (1987:44-49), Desa dalam arti umum adalah pemukiman
manusia yang letaknya di luar kota dan penduduknya berjiwa agraris. Secara
adminsitratif desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu
masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.

Definisi lain

menyebutkan desa adalah s u m tempat atau daerah tempat penduduk berkumpul dan
hidup bersama dimana mereka dapat menggunakan fingkungan setempat untuk
mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan kehidupan mereka. 1)ari
delinisi ini tersirat adanya tiga unsur: penduduk, tanah dan bangunan. Bila diperinci
unsur-unsur ini adalah: tanah, sumber air, warga desa, tata kehidupan, sera tanaman
dan hewan. Menurut Hayami dan Kikuchi (1987: 11) Desa adalah dukuh tempat orang
hidup dalam ikatan keluarga dalam suatu kelompok perumahan dengan saling
ketergantungan yang besar di bidang sosial dan ekonomi; tidak ada kehanisan untuk
sama dengan unit administrative setempat dalarn negara modem, sunggulq>un
seringkali demikian halnya.
Menurut Pambudi (2003:5-6), secara social budaya, desa memiliki ciriciri (a)
Adanya suatu wilayah yang jelas, dengan demikian wilayah ini telah didefinisikan
denganjelas batas-batas teritoriainya, (b) Adanya sekumpulan orang (bukan pnbadi

atau keluarga) yang bertempat tinggal di daerah yang dimaksud, dan menempatkm
wilayah tinggal tersebut sebagai "wilayah mereka", (c) Adanya ikatan, dengan dasar
yang beragam dan luas, seperti: kebutuhan akan rasa aman bersama, hubungan darah,
dan nilai-nilai sosial bersama yang dibangun bersama dari pengalaman hidup
bersama, (d) Mempunyai kekuasaan untuk mengatur urusannya mereka sendiri,
menetapkan pemerintahan sendiri, (e) mempunyai harta benda kekayaan desa.
Apabila dilihat dari sudut politik d m hokum, desa adalah organisasi kekuasaan yang
memuat unsur-unsur: (a) Adanya orang-orang atau kelompok prang, (b) adanya
pihak-pihak yang menjadi penguasa atau pemimpin, (c) adanya organisasi (badan)
penyelenggara kekuasaan, (d) adanya tempat, atau wilayah teritori penyelenggara
kekuasaan, (e) adanya mekanisme, tata aturan dan nilai, yang menjadi landasan dalam
proses pengambilan keputusan.
Lingkungan Fisik, Kelembagaan, Interaksi Sosial dan
Masalah-Masalahnya di Pedesaan

Apabila dilihat dari aspek geografi, menurut Daldjoeni (19875 1-56), bentukbentuk desa dapat drkategorikan menjadi: (a) bentuk desa menyusur sepanjang pantai,
terutama di daerah pantai (b) bentuk desa yang terpusat umumnya berada di daerah
pegunungan, (c) bentuk desa linier di dataran rendah yang- umumnya memanjang
sejajar dengan rentangan jaian raya yang menembus desa bersangkutan, dan (d)
bentuk desa yang mengelilingi fasiiitas tertentu yang umumnya juga di dataran rendah
misalnya mengelilingi waduk, atau mata air.
Menurut Sorokin (192956-57), ciri-ciri desa atau pedesaan dapat dilihat dari
delapan aspek, yaitu: (a) Pekerjaan: sebagaian besar bertani (atau beternak), (b)
Lingkungan: Dekat dan akrab dengan alam, dimana d a m dipandang sebagai bagian
penting dari hidup atau sumber kehidupan dan rezeki, (c) Ukuran komunitas:
Komunitas kecii hanya terdiri dari kumpulan para petani, (d) Kepadatan penduduk:
Penduduknya tidak padat, (e) Heterogenitas penduduk: Penduduknya homogen (baik
secara sosial maupun perilaku psikologis, (f) Diferensiasi social: Diferensiasi sosial
kuranglrendah karena penduduknya homogen termasuk dalam pekej a m , (g)
Mobilitas: Mobilitas territorial, pekerjaan dan bentuk mobilitas social lain rendahl
kurang intensif. Migrasi lebih ke kota daripada dari kota ke desa, dan (h) Sistem
interaksi: Kontak interaksi kurang dan terbatas hanya sesama warga, bersifat

bersahabat, ramah, primer, dan personal. Menurut Daldjoeni (1987 :50-51) disebutkan
ciri-ciri desa antara lain: (a) desa dan masyarakatnya erat sekali hubungannya deng-an
dam, (b) penduduk desa merupakan satu unit sosial dan unit keja; jumlah mereka
relatif kecil dan struktur ekonoi pada umumnya agraris, (c) masyarakat desa
mewujudkan suatu paguyuban atau ikatan kekeluargaan sangat erat.
Namun dernikian perlu disadari, sebagaimana dinyatakan Bouman (1984:112),

bahwa walaupun pedesaan sebagain besar warganya mengusahakan pertanian atau
usaha tani, namun dewasa ini banyak pendudulcnya karena mengalami tekarian
ekonomi hams bermigrasi ke kota untuk mencari pekerjaan non p