Strategi pengembangan investasi subsektor perkebunan di Kabupaten Siak
3s 11s2/&&
STRATEGI PENGEMBANGAN INVESTASI
SUBSEKTOR PERKEBUNAN
Dl KABUPATEN SlAK
BAMBANG DWI MARMINTO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BGGOR
2806
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHlR DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Strategi
Pengembangan lnvestasi Subsektor Perkebunan di Kabupaten Siak adalah
karya saya sendiri dan belum diajukan datam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber inforrnasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir tugas akhir ini.
Bogor, Januari 2006
Bambang Dwi Marminto
A153024505
ABSTRAK
BAMBANG DWI MARMINTO. Strategi Pengernbangan lnvestasi Subsektor
Perkebunan di Kabupaten Siak. Dibimbing oleh HERMANTO SIREGAR dan
HENY K.S. DARYANTO
Kekayaan surnberdaya alarn yang dirniliki dan lokasi strategis
kabupaten Siak, adalah potensi yang besar untuk pernbangunan ekonorni
kabupaten Siak. Untuk mernbiayai pernbangunan maka surnber dari
pemerintah saja tidak dapat diandalkan. Altenatifnya usaha swasta perlu
digerakkan dan diberi motivasi agar berperan dalam mernbangun Kabupaten
Siak melalui kegiatan investasi khususnya pada subsektor perkebunan.
Beberapa penelitian yang telah dilaksanakan, baik oleh pernerintah
kabupaten Siak, rnaupun hasil kajian pernbangunan daerah, menyatakan
bahwa potensi di sektor pertanian khususnya pada subsektor perkebunan
menghasilkan beberapa kornoditas unggulan yang layak untuk dikernbangkan
oleh rnasyarakat kabupaten Siak maupun para investor swasta.
Tl~juanumum kajian ini adalah merurnuskan strategi pengernbangan
investasi subsektor perkebunan dalarn pelaksanaan pernbangunan di
kabupaten Siak. Sedangkan tujuan spesifik yang ingin dicapai adalah: Untuk
rnengetahui dan menganalisis rninat investor terhadap investasi, pengaruh
dari faktor internal (kekuatan dan kelernahan) dalarn pengembangan
investasi dan pengaruh dari faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalarn
pengernbangan investasi pada subsektor perkebunan di kabupaten Siak.
Pengurnpulan data dilakukan di kabupaten Siak propinsi Riau dari bulan Mei Agustus 2005.
Bidang usaha yang banyak dirninati oleh investor di Kabupaten Siak
pada subsektor perkebunan adalah perkebunan kelapa sawit dan
analisis
rnatrik
Internal-Eksternal
pengolahannya.
Berdasarkan
pengernbangan investasi subsektor perkebunan di kabupaten Siak diperoleh
total nilai IFE sebesar 2,492 dan total nilai EFE sebesar 2,868. Hal ini
rnenunjukkan bahwa pengernbangan investasi subsektor perkebunan di
kabupaten Siak masih bisa ditingkatkan dengan cara pendekatan integratif
yaitu integrasi horizontal. Penggabungan rnatrik IFE I EFE ke dalam rnatrik
SWOT dalarn pengembangan investasi subsektor perkebunan di kabupaten
Siak diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat dilakukan, yaitu:
pengernbangan usaha subsektor perkebunan berdasarkan potensi daerah;
rnenjalin kerjasama yang saling rnenguntungkan dalam penarnan modal;
pelayanan satu atap perijinan investasi; perluasan pangsa pasar;
pengernbangan sektor usaha yang terkait dengan subsektor perkebunan;
kebijakan yang kondusif (mernfasilitasi) dalarn pengembangan investasi;
optimalisasi peran lembaga terkait dan rnasyarakat; peningkatan sarana dan
prasarana; kerjasama di bidang penelitian dan pengembangan. Analisis
dengan menggunakan rnatriks perencanaan strategi quantitatif (QSPM)
rnenghasilkan urutan prioritas strategi yang akan dilaksanakan dalarn
pengernbangan investasi subsektor perkebunan di kabupaten Siak dengan
prioritas pertama adalah rnelakukan strategi pengembangan usaha subsektor
perk~hunanherdasarkan potensi daerah dengan skor 6,947
O Hak cipta milik Bambang Dwi Marminto, tahun 2006
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari lnstitut
Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik
cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya
STRATEGI PENGEMBANGAN INVESTASI
SUBSEKTOR PERKEBUNAN
Dl KABUPATEN SlAK
BAMBANG DWI MARMINTO
Tugas Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk mernperoleh gelar
Magister Profesional pada
Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
Judul Tugas Akhir
: Strategi
Pengembangan
lnvestasi
Subsektor
Perkebunan di Kabupaten Siak
Nama
: Bambang Dwi Marminto
NIM
: A153024505
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Hermanto !!iregar
Ketua
. M.Ec
-L
Dr.lr. Henv K. S. ~ a r v a l t oM.Ec
.
Anggota
Diketahui,
Dekan Sekolah Pascasarjana
Ketua Program Studi
Manajemen Pembangunan Daerah
vfl$:-d.;> " A
- ,*
.. -
".*'
9%"
Tn-,.*_ "!,
.
*
a
. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec
Tanggal Ujian : 30 Januari 2006
Tanggal Lulus :
0 8 F EB 2006--
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis sembahkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister pada program studi
Manajemen Pembangunan Daerah Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian
Bogor. Adapun pokok bahasan yang dipilih berjudul "Strategi Pengembangan
lnvestasi Subsektor Perkebunan di Kabupaten Siak.
Didatam penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis banyak sekali
mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka tidak berlebihan kiranya pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat :
1.
Ibu Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc, selaku Dekan Sekolah
Pascasarjana IPB.
2.
Bapak Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec, selaku ketua program studi
Magister Manajemen Pembangunan Daerah.
3.
Bapak Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec dan Ibu Dr. Ir. Heny K.S.
Daryanto, M.Ec, selaku pembimbing I dan pembimbing II yang selalu
memberikan masukan dan arahan terhadap penyelesaian Tugas
Akhir ini.
I
4.
Bapak-bapak Dosen serta Staf Pengajar program studi Magister
Manajemen Pembangunan Daerah.
5. Bapak Bupati Siak dan kepala Bappeda Kabupaten Siak yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk melanjutkan studi S2.
6.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada lstri dan Anakanak yang telah memberikan motivasi bagi penulis sehingga Tugas
Akhir ini dapat terselesaikan.
7.
Serta teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian Tugas Akhir
ini.
8.
Selanjutnya penghargaan disampaikan kepada sernua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
psnulis dalam ;ssr?yelesaianTugas Akhir ini
Beranjak dari keinginan untuk memberikan sumbangan pemikiran
dalam pembangunan daerah, maka berbekal kerangka pemikiran semasa
dalam pendalaman materi pada program studi Pembanguan Daerah serta
data dan informasi lapangan diharapkan kegiatan ini mampu memberikan
gambaran dan sekaligus umpan balik dalam perumusan kebijakan dimasa
depan.
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi pengembangan investasi di kabupaten Siak dimasa mendatang.
Bogor, Januari 2006
Bambang Dwi Marminto
A153024505
Penulis lahir di Klaten Jawa Tengah, tanggal 10 Mei 1959, merupakan
anak kedua dari empat bersaudara dari ayah Ali Sumardjo dan ibu Sunarni
Pendidikan dasar diselesaikan di SDN Payaman II Magelang tahun
1971, sekolah menengah pertama di SMPN Ill Magetang tamat tahun 1974
dan tamat sekolah rnenengah atas di SMAN I Magelang pada tahun 1977.
Pada tahun 1984 penulis menamatkan studi di Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Gajah Mada.
Pada tahun 1986 penulis mulai bekerja di PEMDA Tk I Propinsi Riau
dan bertugas di kantor BKPMD (Badan Koordinasi Penanaman Modal
Daerah) Riau sampai tahun 2001. Sejak tahun 2002 pindah tugas ke Badan
Promosi dan lnvestasi (BPI) Kabupaten Siak sampai dengan tahun 2003.
Pada tahun 2004 sampai sekarang bertugas di kantor Bappeda Kab. Siak.
Tahun 2003 penulis di terima di program studi Manajemen Pembangunan
Daerah Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor.
Menikah pada tahun 1991 dengan Neny Salmah, S.Pd. alumnus FKlP
- UNRI,
penulis dikaruniai tiga orang putri yaitu : Siti Nestiti Listyoningrum,
Niken Tyas Palupi, dan Retno Parasrasmi.
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xii
DAFTARGAMBAR .....................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xvi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...........................................................................
1.2. Perumusan Masalah...................................................................
1.3. Tujuan dan Manfaat Kajian .........................................................
1.3.1. Tujuan Kajian ...................................................................
1.3.2. Manfaat Kajian .................................................................
1
5
10
10
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peranan lnvestasi dalam Pembangunan Daerah .........................
2.2. Kaitan
Peningkatan
lnvestasi
dengan
Peningkatan
Perekonomian Daerah ................................................................
2.3. Pembangunan Subsektor Perkebunan .......................................
2.4. Strategi Peningkatan lnvestasi ...................................................
2.5. lkhtisar ......................................................................................
19
21
27
29
Ill. METODE KAJIAN
3.1. Kerangka Pemikiran ...................................................................
3.2. Lokasi dan Waktu Kajian ............................................................
3.3. Metode Penelitian ........................................................................
3.3.1. Sasaran Penelitian dan Teknik Sampling ........................
3.3.2. Metode Pengumpulan Data .............................................
3.3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................
3.4. Metode Rancangan Program ......................................................
32
35
35
35
36
37
46
IV. PROFIL KABUPATEN SlAK
4.1. Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Siak .............................
4.2. Keadaan Geografis .....................................................................
4.3. Kependudukan ...........................................................................
4.4. Ketenagakerjaan ........................................................................
4.5. Pendidikan ..................................................................................
4.6. Pertumbuhan Ekonomi ...............................................................
4.7. Struktur Ekonomi ........................................................................
4.8. Peluang lnvestasi Subsektor Perkebunan ..................................
4.9. Ekspor dan lmpor .......................................................................
4.10. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Siak ..........................
4.1 1. Kebijakar! Fembangunan iingkungar! HiGup dalar? Kaita~mya
terhadap pembangunan subsektor Perkebunan .........................
12
V . ANALISIS
DAN
PENENTUAN
ALTERNATIF
STRATEGI
PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN Dl KABUPATEN
SIAK
5.1. Analisis Minat Investor pada Subsektor Perkebunan di
Kabupaten Siak ..........................................................................
5.2. Analisis Faktor Strategis .............................................................
5.2.1. Faktor Strategis Internal ..................................................
5.2.2. Faktor Strategis Eksternal ...............................................
5.2.3. Evaluasi Faktor-faktor Strategis ......................................
5.2.4. Internal Factor Evaluation (IFE) ......................................
5.2.5. External Factor Evaluation (EFEJ ....................................
5.2.6. Analisis Matrik Gabungan Internal - Eksternal (IE)
Pengembangan lnvestasi Subsektor Perkebunan di
Kabupaten Siak ..............................................................
5.2.7. Analisis SWOT ...............................................................
5.3. Penentuan Prioritas Alternatif Strategi ........................................
5.3.1. Analisis Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM)
5.4. lkhtisar .......................................................................................
VI .
STRATEGI
DAN PROGRAM PENGEMBANGAN INVESTASI
SUBSEKTOR PERKEBUNAN Dl KABUPATEN SIAK ........................... 106
VII . KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ...............................................................................
7.2. Saran .......................................................................................
113
114
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
116
DAFTAR TABEL
Halaman
Perbandingan produktivitas tanaman perkebunan Kabupaten
Siak terhadap Propinsi Riau...................................................
Rincian Jumlah Responden ..................................................
Matrik Internal Factor Evaluation ...........................................
Matrik External Factor Evaluation .........................................
Penerttuan Bobot Faktor Strategis ........................................
Penentuan Rating Faktor Strategis .......................................
Matrik Analisis SWOT ...........................................................
Penentuan Pilihan Strategis dengan Matriks QSPM .............
Tujuan Kajian. Jenis Data yang Diperlukan. Sumber Data
dan Metode Analisis ..............................................................
Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2003 .....................
Banyaknya Penduduk. Luas Wilayah dan Kepadatan
Penduduk Per-km2 Tahun 2003 ............................................
Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Ke~iatan Utarna
Kabupaten Siak Tahun 2003 .................................................
Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Lapengan Usaha
Utama Kabupaten Siak Tahun 2003 ....................................
Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan
Tertinggi Yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Kabupaten
Siak Tahun 2003 ...................................................................
Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Dirinci Menurut
Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Siak
Tahun 2003 ...........................................................................
Laju Pertumbuhan Menurut Sektor dl Kabupaten Siak Tahun
2001 .
2003 ................................................ .......................
Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha .....................................................
Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga konstan
Menurut Lapangan Usaha ......................................................
Luas Areal dan Produksi Komoditas Perkebunan di
Kabupaten Siak, Tahun 2003 .................................................
Volume dan Nilai Ekspor Kabupaten Siak Menurut Kelompok
Komoditas Tahun 2003 .........................................................
Arahan Kawasan Lokasi Kabupaten Siak .............................
Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Berdasarkan
Hirarkinya di Kabupaten Siak ................................................
Perkiraan Kebutuhan Penyediaan Air Bersih ........................
Perkembangan lnvestasi PMDN di Kabupaten Siak, periode
1990 - 2004 ..........................................................................
Perkembangan lnvestasi PMA di Kabupaten Siak, periode
1990 - 2004 ..........................................................................
Persetujuan Penanaman Modal Asing Tahun 2000 - 2004 di
Kabupten Siak .......................................................................
Persetujuan Penanaman Modali Dalam Negeri Tahun 2000 2004 di Kabupten Siak ..........................................................
Luas dan Pemanfaatan Lahan di Kabupaten Siak Tahun
2003 ......................................................................................
Hasil
Ananlis
Komoditas
Perkebunan
Berdasarkan
Kesesuaian Lahan dan Ekonomi ...........................................
Perkembangan ekspor komoditas perkebunan utama 19982000 (US$ 000). ....................................................................
Jumlah penyaluran kredit tahun 2004 dan triwulan 1 2005 .....
Matrik IFE Pengembangan lnvestasi Subsektor Perkebunan
di Kabupaten Siak .................................................................
33. Matrik EFE Pengembangan lnvestasi Subsektor Perkebunan
di Kabupaten Siak ...............................................................
34.
Matrik
SWOT
Pengembangan
lnvestasi
Subsektor
Perkebunan di Kabupaten Siak ...........................................
35. Hasil
Perhitungan
Prioritas
Strategi
Pengembangan
lnvestasi Subsektor Perkebunan di Kabupaten Siak ............
36. Matriks rencana program pengembangan investasi subsektor
perkebunan tahun anggaran 2007 Kabupaten Siak...............
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
Bagan Kerangka Pikir Strategi Pengembangan lnvestasi
Subsektor Perkebunan di Kabupaten Siak .........................
34
2.
Matrik Analisis Internal - Eksternal ....................................
42
3.
Grafik kredit menurut jenis penggunaan Propinsi Riau
Maret 2005..........................................................................
4.
87
Matrik IE untuk Pengembangan lnvestasi Subsektor
Perkebunan di
Kabupaten Siak .......................................
97
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Hasil perhitungan bobot faktor strategis internal pengembangan
imret;tasi subsektor perkebunan dari 20 responden .................
Hasil perhitungan bobot faktor strategis eksternal pengembangan
investasi subsektor perkebunan dari 20 responden .................
Hasil Perhitungan Rating Faktor Internal (Kekuatan dan Ketemahan)
Pengembangan investasi subsektor perkebunan di Kab. Siak dari 20
Responden ..............................................................................
Hasil Perhitungan Rating Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)
Pengembangan investasi subsektor perkebunan di Kab. Siak dari 20
responden ...............................................................................
Penentuan Pilihan Strategi dengan Quantitative Strategic Planning
Matrix (QSPM) ........................................................................
Kelayakan Finansial Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Skala
6200 Ha. .................................................................................
Kelayakan Finansial Usahatani Kelapa Skala 1000 Ha. ..........
Kelayakan Finansial Usahatani Karet per Ha. .........................
Kelayakan Finansial Agroinddustri Sagu .................................
I. PENDAHULUAN
1. I . Latar Belakang
Kabupaten Siak salah satu wilayah kabupaten baru di Provinsi Riau,
dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 53 Tahun 1999, rnerupakan
pemekaran dari kabupaten Bengkalis. Wilayahnya merniliki karakteriitik sebagai
daerah pedalarnan, pesisir sungai dan pantai dengan luas wilayah 8.556,09 km2.
Posisi geografis kabupaten Siak sangat strategis, karena sebagai hinterland dari
pusat segitiga perturnbuhan kerjasama ekonorni regional IMS-GI yang berpusat
di Batam dan rnerupakan salah satu pintu gerbang pelabuhan penting bag!
Provinsi Riau. Kabupaten Siak mulai dikernbangkan setelah diberlakukannya
otonomi daerah, dirnana pemerintah daerah diberi kewenangan dan ruang gerak
yang lebih luas untuk mengelola surnberdaya yang dirniliki dalarn rangka
rnengernbangkar~
perekonornian
dan
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakatnya.
Potensi kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki dan lokasi yang
I
strategis, adalah potensi besar untuk pernbangunan ekonorni kabupaten Siak
saat ini maupun di lnasa rnendatang. Untuk membiayai pembangunan surnber
dana yang berasal dari pemerintah tidak dapat diandalkan. Dengan kata lain
usaha swasta harus digerakkan dan diberi motivasi agar
ikut serta dalarn
pernbangunan. Untuk mengikutsertakan sektor swasta rnengisi pernbangunan
diperlukan kebijaksanaan pemerintah yang cukup cerrnat. Usaha menggerakkan
dan rnenggiring swasta sesuai dengan tujuan pembangunan yang diinginkan
oleh masyarakat, rnernerlukan peratcrsn dan perangsang yang meliputi seluruh
asp& sgsc Aspa: mendorang swssts untuk berparfisipasi(Kunarjo, 1992).
Hampir semua pemerintah daerah sekarang ini mengalami keterbatasan
keuangan, yang membawa akibat terbatasnya kemampuan pemerintah daerah
membiayai proyek-proyek pembangunan yang telah direncanakan. Hal ini
akhirnya mengakibatkan terbatasnya lowongan kerja karena tidak cukup
menampung angkatan kerja baru yang senantiasa semakin besar. Jalan yang
masih terbuka untuk memelihara dan menjamin laju pembangunan adalah
pemerintah bekerjasama dalam pengembangan investasi dengan pihak swasta
maupun yang dilaksanakan sendiri oleh pihak swasta. Untuk menindaklanjuti ha1
ini Pemerintah Daerah harus melakukan analisis terhadap kondisi perekonomian
di daerah agar dapat memanfaatkan peluang yang ada (Syaukat, 2004).
Dalam
pembangunan perekonomian daerah,
kegiatan
investasi
mempunyai peran yang strategis dan krusial. Strategis karena merupakan
tahapan mutlak berupa pembelanjaan sumberdaya untuk pembangunan yang
harus dilewati bagi pengembangan setiap sektor. Sedangkan krusial karena
apabila tepat sasaran akan dihasilkan ekonomi daerah yang tangguh, namun
apabila tidak tepat dalam penentuan sasaran maka akan terjadi pemborosan
sumberdaya daerah dan akan menghasilkan keadaan sebaliknya. Mengingat ha1
tersebut permasalahan pembangunan investasi tidak dapat dibiarkan begitu
saja, harus diantisipasi kemungkinan dampak negatif dan ditingkatkan dampak
positif, antara lain diperlukan penampilan birokrasi yang lebih adaptif, kondusif
dan responsif, karena pada saat yang sama terjadi persaingan berbagai sektor
pelayanan publik, pemberdayaan ekonomi dan penyebaran teknologi.
Menurut Nisjar (1997), kemajuan suatu daerah salah satunya ditentukan
oleh kegiatan investasi yang berlangsung di wilayah tersebut dan perkembangan
in~estasiyang pesat di suatu wilayah dapat menimbulkan multiplier effect.
Tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan arus investasi di kabupaten Siak
semzkin berat. Oleh karena itu upaya harus diiaku~anagzr target pembangunan
yang telah direncanakan dapat tercapai, antara lain investasi y'ang berasal dari
dalam negeri tetap mendapat perhatian utama untuk dikembangkan, sedangkan
investasi dari luar negeri dimanfaatkan karena masih diperlukan mengingat
sumber-sumber yang ada masih terbatas.
Sejalan dengan maksud untuk meningkatkan kegiatan perekonomian,
kabupaten Siak perlu meningkatkan kemampuan memanfaatkan potensi yang
ada. Beberapa penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya, baik oleh
Pemerintah kabupaten Siak sendiri maupun hasil kajian pembangunan daerah,
menyatakan bahwa potensi di sektor pertanian khususnya pada subsektor
perkebunan menghasilkan beberapa komoditas unggulan yang layak untuk
dikembangkan oleh masyarakat kabupaten Siak maupun untuk ditawarkan
kepada para investor, guna meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus
untuk dapat mendongkrak peningkatan pertumbuhan ekonomi kabupaten Siak.
Pengembangan investasi pada subsektor perkebunan ini juga didukung oleh
kontribusi sektor pertanian sebesar
30,13 % dari PDRB Kabupaten Siak pada
tahun 2003 (BPS, 2003). Sektor ini merupakan penyumbang terbesar kedua
setelah industri pengolahan. Dengan kenyataan itu sangat wajar bila sektor ini
harus dikembangkan secara baik.
Untuk kelornpok tanaman perkebunan, komoditi-komoditi perkebunan
yang dikembangkan di Kabupaten Siak adalah kelapa, kelapa sawit, kopi, dan
karet. Di antara tanaman tersebut kelapa sawit mempunyai produktivitas tertinggi
17,98 tonlha, yang kemudian diikuti kelapa sebesar 0,99 tonlha, karet sebesar
0,88 tonlha, dan kopi sebesar 0,80 tonlha. Dari Tabel 1 terlihat bahwa untuk
kelapa sawit dan kelapa mempunyai tingkat produktivitas yang lebih besar dari
rata-rata produktivitas Riau, semetara untuk tanaman karet mempiinyai
prodiiktivitas yang lebih rendah dibandingkan Riau.
Tabel 1. Perbandingan Produktivitas Tanaman Perkebunan ~abupatenSiak
terhadap Propinsi Riau
Produktivitas
Produktivitas
Kab. Siak
Prop. Riau
(Tonlha)
(Tonlha)
1,91
17,98
Kelapa sawit
0,27
0,56
Karet
0,91
0,99
Kelapa
0,48
0,80
Kopi
Sumber : Deptan Kanwil Riau, 2000 (diolah)
Komoditi
Rasio
9,41
0,48
1,09
1,48
Kesesuaian tanaman perkebunan di Kabupaten Siak relatif lebih baik
dibandingkan dengan rata-rata di Propinsi Riau, yang ditunjukkan dengan
produktivitas semua tanaman perkebunan yang lebih besar dibandingkan dengan
Propinsi Riau kecuali untuk karet. Dengan demikian berdasarkan kriteria potensi
produksi tersebut komoditi perkebunan yang diprioritaskan untuk dikembangkan
adalah berturut-turut kelapa sawit, kelapa, dan kopi.
Pemerintah kabupaten Siak
pada saat
ini telah dan
sedang
mengembangkan perkebunan kelapa sawit dan nenas guna meningkatkan
pendapatan masyarakat sekaligus untuk memacu pertumbuhan ekonomi
daerahnya. Pola pengembangan yang akan dilaksanakan adalah kerjasama
dengan pihak swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun dengan pihak
perbankan. Kehadiran pihak swasta ataupun BUMN ini karena dalam
pengembangan sektor ini disamping memerlukan investasi yang sangat besar,
juga diperlukan adanya pengelolaan yang profesional. Dewasa ini peranan dunia
usahalswasta sebagai partner dalam pembangunan harus mendapat porsi yang
semakin besar dengan dibukanya peluang usaha yang seluas-luasnya oleh
pemerintah. Tujuannya agar kalangan swasta ini dapat memanfaatkan potensi
sumberdaya alam yang ada di daerah menjadi potensi ekonomi yang nyata dan
produktif.
Untuk menindak lanjuti ha1 tersebut, salah satu strategi yang harus
ditempuh oleh pemerintah daerah adalah mengarahkan pembangunan di bidang
investasi subsektor perkebunan yang mempunyai prospek baik. Caranya dengan
berpegang pada sumber-sumber dan potensi yang dimitiki maupun yang dapat
dikembangkan melalui pemanfaatan yang optimal dengan tetap memperhatikan
daya dukung lingkungan dan kapasitas sumberdaya alam. Dengan demikian,
pertanyaan pokok kajian ini adalah bagaimana strategi pengembangan investasi
subsektor perkebunan di Kabupaten Siak.
1.2. Perurnusan Masalah
Perkembangan investasi PMAIPMDN di Kabupaten Siak dalam kurun
waktu 5 tahun (2000 - 2004) mengalami penurunan. Untuk PMA selama lima
tahun terakhir hanya ada dua proyek investasi (masing-masing pada tahun 2000
dan 2004). Sedangkan untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dalam
kurun waktu yang sama juga mengalami penurunan baik jumlah maupun nilai
investasinya (BPI Kab. Siak, 2004). Kondisi perkembangan investasi yang belum
menggembirakan ini diperkirakan masih akan berlangsung, bila tidak ada
kebijakan baru dari Pemerintah yang kondusif.
Potensi ekonomi subsektor perkebunan di kabupaten Siak banyak,
beragam dan ditunjang oleh ketersediaan lahan yang relatif luas serta
kesesuaian lahan, maka peluang untuk berinvestasi pada sektor ini cukup
terbuka. Menurut Badan Promosi lnvestasi (BPI) Kabupaten Siak (2004), potensi
pengembangan lahan untuk perkebunan yang disediakan pemerintah daerah
Kabupaten Siak masih tersedia total 118.349 ha. Kecamatan-kecamatan di
Kabupaten Siak pada tahun 2003 mengusulkan target perluasan sekitar 17.000
ha kebun sawit; karet 4.491 ha; s a p 540 ha; dan kopi 2 i 5 ha. Sala~nkomoditas
perkebunan Vans Uiusul~anuntuK dikembang~an, BEMDA kabupaien S i a ~
bekerjasama dengan LPKM IPB (2002) juga telah mengkaji kesesuaian lahan di
kabupaten Siak dan diketahui cocok untuk
pengembangan subsektor
perkebunan antara lain: kelapa, kelapa sawit, karet dan sagu.
Melihat potensi dan peluang besar pada subsektor perkebunan yang
dapat ditawarkan kepada para investor, Pemerintah kabupaten Siak telah
bertekad menjadikan pengembangan investasi swasta pada sektor pertanian
khususnya subsektor perkebunan sebagai bagian integral dari salah satu misi
kabupaten Siak dan menjadikan pengembangan investasi swasta subsektor
perkebunan
sebagai
andalan
yang
dapat
diharapkan
menggerakan
oembangunan daerah yang berkesinambungan. Untuk itu diperlukan berbagai
upaya yang dapat mendorong minat dan kemauan para investor melakukan
investasi ke kabupaten Siak. Hal ini agar tercipta akumulasi modal produktif
untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dalam rangka pelaksanaan
pembangunan ekorlomi daerah.
Untuk mengetahui ketersediaan dan pemanfaatan sumberdaya alam
daerah dapat dilihat dari kontribusi kegiatan perekonomian sektor primer
(pdrkebunan, pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan dan pertambangan)
terhadap
perekonomian
daerah.
Ketersediaan sumberdaya
alam
dan
pemanfaatannya menjadi sangat penting sebagai pertimbangan berinvestasi,
karena memperlihatkan seberapa besar potensi kekayaan alam yang masih
dapat dikembangkan atau diolah dan seberapa besar daya dukungnya terhadap
kegiatan usaha baik perdagangan maupun industri. Untuk itu diperlukan
pencarian strategi dengan penggalian sumber-sumber potensi peluang investasi.
Menurut Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD)
(2003), dalam konteks pembangunan regional, investasi memegang peran
penting u~t.ukmendorong pertumbuhan ekonoml. Secara umum investasi atau
penanaman n?odal baik Penanaman h?sdal Dalam Negeri (PMDN) maupun
Penanaman Modal Asing (PMA) membutuhkan adanya iklim yang sehat dart
kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal. lklim investasi juga
dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi suatu negara atau daerah. Kondisi inilah
yang mampu menggerakkan sektor swasta untuk ikut serta dalam menggerakkan
roda ekonomi.
Secara umum investasi akan masuk ke suatu daerah tergantung dari
daya tarik daerah tersebut terhadap investasi, dan adanya iklim investasi yang
kondusif. Keberhasilan daerah untuk meningkatkan daya tariknya terhadap
investasi, salah satunya tergantung dari kemampuan daerah dalam merumuskan
kebijakan yang berkaitan dengan investasi dan dunia usaha serta peningkatan
kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Selain itu yang juga perlu mendapat
perhatian dalam rangka menarik investor adalah pengembangan sumberdaya
manusia dan infrastruktur dalam arti luas. Hal ini menuntut perubahan orientasi
dari pemerintah, yang semula lebih bersifat sebagai regulator, harus diubah
menjadi supe~isor, sehingga peran swasta dalam perekonomian dapat
berkembang optimal.
Liberalisasi perdagangan dunia yang sedang dan akan berkembang
merupakan tantangan
sekaligus
peluang
yang
akan
dihadapi
dalam
pembangunan ekonomi di berbagai tempat terrnasuk Kabupaten Siak.
Komitmen-komitmen kerjasama intemasioal yang menurunkan berbagai bentuk
proteksi, baik tarif maupun non tarif akan mendorong aliran barang dari dan ke
berbagai tempat. Kondisi tersebut menuntut adanya peningkatan daya saing dari
setiap pelaksana usaha untuk dapat bertahan di pasar.
Peningkatan daya saing tersebut dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi
permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi permintaan, kamampuan bersaing di
pasar mengandung arti produk yang dijual adalah produk yang sesuai dengan
atribut yang dituntut konsurnen. Sedangkan dari sisi penawaran adalah
kemampuan untuk mernproduksi lebih efisien pada kualitas yang sama.
Komoditi yang potensial untuk dikernbangkan harus mampu rnenjarnin
kontinuitas produksi baik dari segi kualitas rnaupun kuantitas. Dari sisi lain
komoditas tersebut harus terjarnin di pasarnya. Dengan demikian kornoditas
potensial ini akan berkernbang dengan baik. Kontiuitas produksi dapat didekati
dengan rnelihat perkembangan luas panen yang mempresentasikan tingkat
produksi dan penerimaan masyarakat dari kornoditas yang bersangkutan.
Dalam perkembangannya peranan pertanian di Kabupaten Siak rnasih
mernegang peranan karena rnarnpu rnemberikan kontribusi yang terbesar
(32,57%),kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan. Sernentara sektor
ekonomi yang paling kecil peranannya terhadap PDRB Kabupaten adalah
pertambangan dan
penggalian.
Hal ini rnenunjukkan adanya prospek
pegembangan pertanian yang bagus di Kabupaten Siak, karena didukung oleh
kesesuaian dengan agroekologi wilayah dan sarana dan prasarana yang ada.
Dengan demikian sektor pertanian akan memegang peranan yang penting dan
menjadi leading sector babi pembangunan perekonornian di Kabupaten Siak.
Pemerintah Daerah Kabupaten Siak dalarn ha1 ini telah membuat
beberapa kebijakan yang bertujuan meningkatkan perekonomian daerah dan
kesejahteraan masyarakat. Beberapa bentuk kebijakan mengarah pada konsep
pengembangan investasi swasta, antara lain di subsektor perkebunan dengan
rnenggali potensi surnberdaya yang dapat dikernbangkan melalui kornoditas
unggulan untuk kegiatan investasi.
Kegiatan usaha perkebunan di suatu daerah perlu didukung oleh
ketersediaan (kuantitas) fasilitas atau infrastruktur fisik seperti jalan raya, re1
kereta dpi, peiabuhan laut dan udars, kuantitas dan kualitas lahan dan
sebagainya. Sebagai kabupaten pen?ekaran baru, kabupaten Siak masih dalarn
tahap berbenah diri dalam bidang pembangunan dan pemeriniahan. Berbagai
kesiapan terutama di bidang infrastruktur sebagai faktor yang menentukan minat
investor dalam berinvestasi khususnya perkebunan harus menjadi perhatian,
terutama sekali seperti layanan air bersih, listrik, telepon dan jalan yang masih
perlu ditingkatkan. Sementara itu dunia usaha juga memandang penting untuk
melihat komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan
infrastruktur penunjang perekonomian di daerah. Komitmen pemerintah
kabupaten Siak untuk membangun infrastruktur terlihat dari rasio pembangunan
dibandingkan anggaran
rutin yang
cukup
tinggi,
pada
tahun
2004
perbandingannya 70:30 (Bappeda Kab. Siak, 2004). Semakin besar rasio
pembangunan dibandingkan anggaran rutin menunjukkan bahwa dana yang
dimiliki daerah lebih banyak dibelanjakan untuk kegiatan pembangunan ekonomi
produktif.
Minat investor untuk berinvestasi di suatu daerah khususnya pada
subsektor perkebunan juga disebabkan adanya keuntungan yang diharapkan
dari kapital yang direalisasikan. Keuntungan yang diharapkan dari suatu investasi
sangat terkait dengan permintaan pasar mengenai barang produk investasi dan
kemudahan inputnya. Selanjutnya Rachman (2004), mengemukakan bahwa
dalam konteks pengembangan investasi di daerah ada beberapa ha1 yang dapat
menjadi daya tarik daerah terhadap investasi, diantaranya pasar domestik yang
memadai, sarana teknologi informasi, ekonomi pasar, perdagangan internasional
serta sistem pembayaran. Layaknya kegiatan usaha, suatu daerah akan
I
berkembang apabila daerah tersebut sanggup bersaing secara efektif dalam
menjual produk dan jasa ke berbagai pasar. Untuk itu pembangunan ekonomi
suatu daerah harus bermula dari pemberdayaan potensi ekonomi yang dir~ilai
unggul dan memiliki peluang ekspor.
Disamping itu untuk menciptakan opini positif dan ' feasible dalam
pengembangan investasi khususnya pada subsektor perkebunan ke Kabupaten
Siak, diperlukan langkah-langkah kerjasama berbagai pihak yang berkaitan baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan investasi. Langkah-langkah
tersebut mencakup berbagai aspek antara lain mengenai potensi dan peluang
investasi beserta perangkat pendukung yang tersedia dan dimiliki oleh
Kabupaten Siak. Sebagai daerah baru, Kabupaten Siak memiliki potensi
pengembangan yang cukup
besar.
Banyak investor telah
melakukan
investasinya di Siak, baik melalui Proyek Penanaman Modal dalam Negeri
(PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA). Oleh sebab itu perumusan
pertanyaan spesifik yang muncul adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana minat investor terhadap investasi pada subsektor perkebunan
di Kabupaten Siak?
2. Faktor-faktor internal apa (kekuatan dan kelemahan) yang mempengaruhi
pengembangan investasi subsektor perkebunan di Kabupaten Siak?
3. Faktor-faktor ekstemal apa (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi
pengembangan investasi subsektor perlkebunan di Kabupaten Siak?
4. Strategi apa yang digunakan dalam pengembangan investasi subsektor
perkebunan di Kabupaten Siak?
1.3. Tujuan dan Manfaat Kajian
1.3.1. Tujuan Kajian
Tujuan umum kajian ini adalah merumuskan strategi pengembangan
investasi subsektor perkebunan dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten
Siak. Sedangkan tujuan spesifik yang ingin dicapai adalah untuk :
1. Mengsnalisis minat investor terhadap investasi pad3 subsektor
pei~ebunanai ~abupatenS i a ~ .
2. Menganalisis
faktor
internal
(kekuatan
dan
kelemahan)
yang
mempengaruhi pengembangan investasi subsektor perkebunan.
3. Menganalisis
faktor
eksternal
(peluang
dan
ancaman)
yang
mempengaruhi pengembangan investasi subsektor perkebunan.
4. Merumuskan strategi pengembangan investasi subsektor perkebunan di
Kabupaten Siak.
1.3.2. Manfaat Kajian
Manfaat yang diharapkan dalam kajian strategi pengembangan investasi
subsektor perkebunan dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Siak
adalah:
1. Untuk memberikan masukan kepada pengambil kebijakan dan pihak-
pihak yang berkepentingan dalam penyususunan strategi pengembangan
investasi di subsektor perkebunan.
2. Dapat digunakan sebagai panduan bagi investor dalam membuat
keputusan untuk berinvestasi.
3. Dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan di bidang yang sama.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peranan lnvestasi dalam Pembangunan Daerah
lnvestasi adalah suatu kata dengan beberapa pengertian yang
berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Kata tersebut berkaitan dengan
akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan
di masa depan. Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan
berarti juga produksi) dari kapitallmodal barang-barang yang tidak dikonsumsi
tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Contoh
investasi termasuk membangun re1 kereta api, atau suatu pabrik, pembukaan
lahan, atau seseorang sekolah di universitas (Wikipedia, 2005).
Menurut BPS (2002), investasilpenanaman modal secara umumlmakro
ekonomi adalah pengeluaran pembelanjaan oleh penanam-penanam modal atau
perusahaan
untuk
membeli
perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
meningkatkan kemampuan memproduksikan barang dan jasa. Secara prinsip
investasi dibedakan menurut "investasi finansial" dan "investasi non finansial".
lnvestasi finansial lebih ditujukan kepada, investasi dalam bentuk pemilikan
instrumen finansial seperti uang tunai, tabungan, deposito, modal penyertaan,
surat berharga, obligasi dan sejenisnya. Sedangkan investasi non finansial
direalisasikan daiam bentuk investasi fisik (investasi riil) yang berwujud "kapital"
atau barang modal, termasuk
pula didalamnya inventori (persediaan).
Pelakulinstitusi investasi dapat berasal dari pemerintah baik pemerintah pusat
maupun pemeritah daerah, investasi yang berasal dari Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) serta investasi yang
berasal dari swasta. lnvestasi menurut sektor, yaitu sekior pertanian,
periambaiiyan dan penggalian, industri, pe~gilanganminyak, !istrik, gas, air
minum, konstruksi, perdagangan, pemerintahan umum, sewa rumah dan jasajasa.
Menurut Francis (1993), investasi terdiri dari investasi langsung (direct
invesment) dan investasi tidak langsung (Portofolio invesment). investasi
Langsung (Direct Investment) adalah :
a. Investor terlibat langsung dalam pengelolaan usaha
yang
bertanggung jawab atas kinerja usaha maupun menanggung segala
resiko usaha (untunglrugi).
b. Perolehan bersifat laba baik yang dibagikan kepada pemilik (deviden)
maupun yang ditanam kembali dalam perusahan dalam rangka
pengembangan
usahanya,
disini
dampak
pembentukan
nilai
tambahnya besar.
lnvestasi tidak langsung (Portofolio Invesment) :
a. Investor tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha dan tidak
bertanggung jawab atas kinerjanya (maju mundurnya) usaha serta
tidak menanggung resiko usahanya.
b. Perolehan investor adalah agiolgain dari jual beli sahamlsuraf
berharga lainnya. Kegiatan investasi ini lebih bersifat spekulatif
sehingga dampak pembentukan nilai tambah relatif kecil.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (1994), mengelompokkan investasi
menjadi :
1. Penanaman Modal Asing (PMA), yaitu penanaman modal asing secara
langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan
UU No. I tahun 1967 dan yang digunakan untuk menjalankan perusahan
cii Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung
menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.
2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), yaitu pmggunaan kekayaan
masyarakat Indonesia, termasuk hak dan benda baik yang dimiliki oleh
negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di
Indonesia, yang disisihkanldisediakan guna menjalankan suatu usaha
sepanjang modal tersebut tidak diatur dalam UU Nomor 1 tahun 1967
tentang PMA baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Non PMAlPMDN adalah penanaman modal dalam negeri yang tidak
diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 1967 tentang PMA maupun UU Nomor 6
Tahun 1968 tentang PMDN. Pengaturan penanaman modal non
PMAIPMDN semula berdasarkan pada BRO Nomor 38 Tahun 1934,
namun saat ini sudah tidak berlakukan lagi dan kemudian diatur kedalam
UU masing-masing sektor.
lnvestasi merupakan kegiatan yang memegang peranan penting dalam
pergerakan dan pertumbuhan perekonomian di daerah, sangat dipengaruhi oleh
karakteristik daerah, letak geografis, dan keunggulan-keunggulan suatu daerah,
serta berbagai sektor yang membedakan antara satu daerah dengan daerah lain
dalam pehgembangan dan pembangunannya. Untuk mengejar pembangunan
yang diikuti dengan percepatan laju pertumbuhan ekonomi diperlukan berbagai
upaya-upaya bertujuan meningkatan pendapatan daerah, dengan pemerataan
pendapatan yang baik serta keberhasilan pembayaran yang ditunjukkan dari
indikator ekonomi dan indikator sosial. Hal ini memerlukan penunjang yang
sinergis dari sektor-sektor pembangunan bidang investasi.
Ada beberapa pendekatan yang dapat mendukung mengenai peranan
investasi dalam pembangunan daerah, antara lain pendekatan dari aspek
ekonomi makro, aspek penyediaan lapangan kerja dan aspek bisnis (BKPM,
1994).
(7). Aspek Ekonomi Makro
Dalam teori ekonomi makro, menurut Samuelson dan Nordhaus
(1997), pembentukan keseimbangan pendapatan nasional dari sudut
penggunaan (expenditure approach) akan terjadi karena pembentukan
pengeluaran investasi, pengeluaran pemerintah dan keseimbangan
neraca perdagangan melalui kegiatan ekspor dan irnpor. Secara
matematis keseimbangan pendapatan nasionawdaerah dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Dimana : Y
=
Pendapatan Nasional atau Daerah ( PDB atau PDRB)
C
=
Pengeluaran komsumsi
I
=
Pengeluaran lnvestasi
G
=
Pengeluaran pemerintah
(X - M)=
Selisih Pengeluaran ekspor dan impor
Jadi pembentukan pendapatan nasional atau aerah (PDB atau
PDRB) sangat dipengaruhi oleh pembentukkan variabel C, I ,G dan (X M), makin tinggi tingkat investasi akan berpengaruh terhadap naiknya
pendapatan nasional atau daerah. Disini dapat ditarik kesimpulan bahwa
investasi sangat rnenentukan pendapatan ekonorni (PDBIPDRB) atau
sebaliknya.
Faktor-faktor terhambatnya investasi masuk ke daerah (Patros,
2004) adalah: kondisi politik, keamanan, ketentraman dan ketertiban yang
belurn kondusif, kemudahan perijinan dan pelayanan yang masih rendah
dan pecyediaan infrastruktur dan tersedianya sumberdaya manusia yang
rendah. Langkah-langkah yaiig diperlukarl dalam penyehatan iklim
investasi di daerah meliputi: (1) regulasi kebijakan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, (2) pengembangan sektor usaha kecil dan menengah
dan (3) kebijakan pemerintah dalam pemberian kemudahan dan fasilitas
pendukung bagi investor.
Dalam upaya peningkatan pendapatan daerah diperlukan usaha
untuk menarik investasi secara lokal, nasional maupun internasional.
Untuk menarik investasi tersebut sangat bergantung kepada kebijakan
yang ditentukan oleh pemerintah. Kebijakan tersebut harus memberikan
garansi keamanan, kepastian hukum dan prospek jangka panjang yang
lebih kondusif bsgi iklim investasi. Baik atau tidaknya penegakan hukum
ternyata sangat rnempengaruhi keinginan investor untuk berinvestasi di
Indonesia. Misalnya, IFC (International Finance Corporation), anak
perusahaan Bank Dunia tersebut menegaskan tidak akan membuat
investasi baru di Indonesia, jika penegakan hukum di Indonesia belum
dibenahi (Anisah, 2003).
Masalah investasi tidak
hanya menjadi tanggung jawab
pemerintah semata, hamun yang lebih penting kelancaran investasi
sangat ditentukan oleh dukungan yang diberikan masyarakat. Tanpa
adanya dukungan yang kuat dari rnasyarakat proses iwestasi akan
tersendat. Peran serta masyarakat dalam menjamin aset investor sangat
penting, sehingga investor rnerasakan kenyarnanan tanpa harus dibebani
dengan rasa ketakutan.
(2). Aspek Penyediaan Lapangan Kerja
Di samping perencanaan makro di atas, Partowidagdo (1999)
rilengemukaan bahwa investasi dengan sendirinya barkaitan secara
langsuny aengap penciptam lapmgan kerja
Dengan terbukanya
lapangan kerja yang luas bagi masyarakat sehi~ggaangka pengangguran
menjadi rendah. Akibat krisis ekonomi, tingkat pengangguran telah
mencapai 35 juta orang atau 17,5 % dari jumlah penduduk Indonesia
(Wijandi dan Sarrna, 2002). Pengangguran yang tinggi itu terjadi karena
turunnya tingkat investasi yang sangat drastis selama krisis ekonomi.
Jadi tanpa adanya percepatan investasi persoalan pengangguran akan
semakin besar dan berdampak sangat luas terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara.
(3). Aspek Bisnis
Bisnis adalah suatu aktivitas usaha yang akan dikerjakan dengan
menggunakan
sumber-sumber
yang
ada
untuk
mendapatkan
keuntungan. Sumber-sumber yang tersedia bagi pembangunan sangat
terbatas, maka perlu sekali diadakan pemilihan antara berbagai macam
usaha yang paling menguntungkan (Oemar, 2003). Ditinjau dari sisi
bisnis, investasi berkaitan dengan pendirian dan pengembangan usaha
dari suatu perusahan. Sumber investasi adalah dari laba yang tercipta
atau pinjaman dari pihak lain. Efisiensi investasi menjadi sangat penting
bagi perusahaan sehingga sebelum investasi
harus dilakukan studi
kelayakan terlebih dahulu. Pada umumnya, selarna masa investasi
(investment period) perusahan belum mampu menciptakan laba sehingga
membutuhkan bantuan eksternal agar perusahaan survive. Dalam
konteks ini, pemerintah sangat berperan memberikan rangsangan
(incentive) terhadap perusahan yang
berinvestasi di
Indonesia.
Pemberian izin prinsip investasi terhadap perusahan ataupun perorangan
ditindaklanjuti dengan pemberian fasilitas selama periode investasi.
Mengingat penting dan strategisnya peran investasi dalam pembangunan
maka semua pihak seperti
pemerintah, swasta dan masyarakat luas perlu
berperan a ~ t iuntuk
f
menggsrakannya. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut :
(1). Peran pemerintah
Dari sudut pandang ekonomi, peran dan fungsi- pemerintah
dasarnya adalah
meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan
pada
indikator
(Partowidagdo, 1999):
a.
Meningkatnya PDBIPDRB melalui peningkatan nilai tambah.
Meningkatnya nilai tambah makin banyak pilihan komsumsi
masyarakat.
b.
Terbukanya lapangan kerja yang luas bagi masyarakat. Angka
pengangguran menjadi rendah dan
pendapatan masyarakat
meningkat.
c.
Stabilitas nilai tukar mata uang nasional terhadap mata uanglvaluta
asing.
Ketiga peran dan fungsi di atas dapat dilaksanakan bila pemerintah dapat
menggerakkan roda perekonomian melalui investasilbisnis. Oleh karena itu
pemerintah perlu mendayagunakan segenap potensi sumber daya yang dimiliki
secara optimal. Dalam rangka menggerakkan dan memberdayakan masyarakat
dibidang investasi tersebut pihak pemerintah h a r k berperan aktif dalam ha1 :
a.
Pembangkit motivasi masyarakat untuk menjadi pelaku investasi
b.
Penciptaan iklim yang kondusif antara lain berupa :
-
Arahan kebijakan yang tepat
-
Pengaturan/regulasi/peraturan perundang-undangan yang baik
antara lain dibidang: fiskal, moneter, tata ruang, lingkungan
-
Fasilitas dan pelayanan yang baik (terrnasuk insentif)
-
Pembinaan, bimbingan dan penyuluhan
c.
Pengawasan Jan Pengendalian serta penegakan hukum
d.
Pelindung Ipembeiti kepentinga~rakyat
e.
Menyediakan infrastruktur dan sarana penunjang yang memadai:
jalan, pelabuhan, air, listrik, kawasan bisnis, lembaga penelitian dan
pelatihan.
(2). Peran Swasta
a.
Berpartisipasi melalui bidang produksi dan distribusi
b.
Memenuhilmembayar kewajiban : pajak, lingkungan, disiplin
c.
Menegakkan hukum
d.
Membangun infrastruktur
e.
Kontribusi sosial : pendidikan, kesehatan, fasilitas umum.
(3). Peran masyarakat
a.
Memberikan dukungan sosial
b.
Melakukan pengawasan
c.
Menegakkan stabilitas politik dan keamanan
2.2. Kaitan Peningkatan lnvestasi dengan Peningkatan Perekonomian
Daerah
Kegiatan investasi di Kabupaten Siak diharapkan berpengaruh secara
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Melalui kegiatan investasi akan terjadi
penyerapan tenaga kerja dan alih teknologi, peningkatan produksi, peningkatan
pendapatan per kapita serta peningkatan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
berimplikasi pula pada dinamika perekonomian daerah.
Menurut Husodo (2004), perturnbuhan ekonomi suatu negara yang baik
biasanya ditunjang dengan masuknya investasi secara reguler di negara
tersebut. Pertumbuhan ini akan lebih baik lagi jika negara tersebut dapat
bersaing dengan negara lain dalam memasarkan hasil pr~duksinyadari ~nvestasi
yang rnasuk ierse~ut.
Perkembangan ekonomi suatu negaratdaerah ditentukan paling tidak
oleh dua faktor produksi, yaitu kapital dan tenaga kerja. Kedua faktor produksi
tersebut merupakan faktor utama yang menjadi penggerak sistem perekonomian,
sehingga arus perputaran kegiatan ekonomi dapat tetap berlangsung. Faktor
produksi kapital terbentuk akibat dari adanya kegiatan investasi, dimana
sebagian dari investasi tersebut digunakan untuk mengadakan berbagai barang
modal yang akan digunakan &lam kegiatan proses produksi. Ka
STRATEGI PENGEMBANGAN INVESTASI
SUBSEKTOR PERKEBUNAN
Dl KABUPATEN SlAK
BAMBANG DWI MARMINTO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BGGOR
2806
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHlR DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Strategi
Pengembangan lnvestasi Subsektor Perkebunan di Kabupaten Siak adalah
karya saya sendiri dan belum diajukan datam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber inforrnasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir tugas akhir ini.
Bogor, Januari 2006
Bambang Dwi Marminto
A153024505
ABSTRAK
BAMBANG DWI MARMINTO. Strategi Pengernbangan lnvestasi Subsektor
Perkebunan di Kabupaten Siak. Dibimbing oleh HERMANTO SIREGAR dan
HENY K.S. DARYANTO
Kekayaan surnberdaya alarn yang dirniliki dan lokasi strategis
kabupaten Siak, adalah potensi yang besar untuk pernbangunan ekonorni
kabupaten Siak. Untuk mernbiayai pernbangunan maka surnber dari
pemerintah saja tidak dapat diandalkan. Altenatifnya usaha swasta perlu
digerakkan dan diberi motivasi agar berperan dalam mernbangun Kabupaten
Siak melalui kegiatan investasi khususnya pada subsektor perkebunan.
Beberapa penelitian yang telah dilaksanakan, baik oleh pernerintah
kabupaten Siak, rnaupun hasil kajian pernbangunan daerah, menyatakan
bahwa potensi di sektor pertanian khususnya pada subsektor perkebunan
menghasilkan beberapa kornoditas unggulan yang layak untuk dikernbangkan
oleh rnasyarakat kabupaten Siak maupun para investor swasta.
Tl~juanumum kajian ini adalah merurnuskan strategi pengernbangan
investasi subsektor perkebunan dalarn pelaksanaan pernbangunan di
kabupaten Siak. Sedangkan tujuan spesifik yang ingin dicapai adalah: Untuk
rnengetahui dan menganalisis rninat investor terhadap investasi, pengaruh
dari faktor internal (kekuatan dan kelernahan) dalarn pengembangan
investasi dan pengaruh dari faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalarn
pengernbangan investasi pada subsektor perkebunan di kabupaten Siak.
Pengurnpulan data dilakukan di kabupaten Siak propinsi Riau dari bulan Mei Agustus 2005.
Bidang usaha yang banyak dirninati oleh investor di Kabupaten Siak
pada subsektor perkebunan adalah perkebunan kelapa sawit dan
analisis
rnatrik
Internal-Eksternal
pengolahannya.
Berdasarkan
pengernbangan investasi subsektor perkebunan di kabupaten Siak diperoleh
total nilai IFE sebesar 2,492 dan total nilai EFE sebesar 2,868. Hal ini
rnenunjukkan bahwa pengernbangan investasi subsektor perkebunan di
kabupaten Siak masih bisa ditingkatkan dengan cara pendekatan integratif
yaitu integrasi horizontal. Penggabungan rnatrik IFE I EFE ke dalam rnatrik
SWOT dalarn pengembangan investasi subsektor perkebunan di kabupaten
Siak diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat dilakukan, yaitu:
pengernbangan usaha subsektor perkebunan berdasarkan potensi daerah;
rnenjalin kerjasama yang saling rnenguntungkan dalam penarnan modal;
pelayanan satu atap perijinan investasi; perluasan pangsa pasar;
pengernbangan sektor usaha yang terkait dengan subsektor perkebunan;
kebijakan yang kondusif (mernfasilitasi) dalarn pengembangan investasi;
optimalisasi peran lembaga terkait dan rnasyarakat; peningkatan sarana dan
prasarana; kerjasama di bidang penelitian dan pengembangan. Analisis
dengan menggunakan rnatriks perencanaan strategi quantitatif (QSPM)
rnenghasilkan urutan prioritas strategi yang akan dilaksanakan dalarn
pengernbangan investasi subsektor perkebunan di kabupaten Siak dengan
prioritas pertama adalah rnelakukan strategi pengembangan usaha subsektor
perk~hunanherdasarkan potensi daerah dengan skor 6,947
O Hak cipta milik Bambang Dwi Marminto, tahun 2006
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari lnstitut
Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik
cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya
STRATEGI PENGEMBANGAN INVESTASI
SUBSEKTOR PERKEBUNAN
Dl KABUPATEN SlAK
BAMBANG DWI MARMINTO
Tugas Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk mernperoleh gelar
Magister Profesional pada
Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
Judul Tugas Akhir
: Strategi
Pengembangan
lnvestasi
Subsektor
Perkebunan di Kabupaten Siak
Nama
: Bambang Dwi Marminto
NIM
: A153024505
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Hermanto !!iregar
Ketua
. M.Ec
-L
Dr.lr. Henv K. S. ~ a r v a l t oM.Ec
.
Anggota
Diketahui,
Dekan Sekolah Pascasarjana
Ketua Program Studi
Manajemen Pembangunan Daerah
vfl$:-d.;> " A
- ,*
.. -
".*'
9%"
Tn-,.*_ "!,
.
*
a
. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec
Tanggal Ujian : 30 Januari 2006
Tanggal Lulus :
0 8 F EB 2006--
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis sembahkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister pada program studi
Manajemen Pembangunan Daerah Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian
Bogor. Adapun pokok bahasan yang dipilih berjudul "Strategi Pengembangan
lnvestasi Subsektor Perkebunan di Kabupaten Siak.
Didatam penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis banyak sekali
mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka tidak berlebihan kiranya pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat :
1.
Ibu Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc, selaku Dekan Sekolah
Pascasarjana IPB.
2.
Bapak Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec, selaku ketua program studi
Magister Manajemen Pembangunan Daerah.
3.
Bapak Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec dan Ibu Dr. Ir. Heny K.S.
Daryanto, M.Ec, selaku pembimbing I dan pembimbing II yang selalu
memberikan masukan dan arahan terhadap penyelesaian Tugas
Akhir ini.
I
4.
Bapak-bapak Dosen serta Staf Pengajar program studi Magister
Manajemen Pembangunan Daerah.
5. Bapak Bupati Siak dan kepala Bappeda Kabupaten Siak yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk melanjutkan studi S2.
6.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada lstri dan Anakanak yang telah memberikan motivasi bagi penulis sehingga Tugas
Akhir ini dapat terselesaikan.
7.
Serta teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian Tugas Akhir
ini.
8.
Selanjutnya penghargaan disampaikan kepada sernua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
psnulis dalam ;ssr?yelesaianTugas Akhir ini
Beranjak dari keinginan untuk memberikan sumbangan pemikiran
dalam pembangunan daerah, maka berbekal kerangka pemikiran semasa
dalam pendalaman materi pada program studi Pembanguan Daerah serta
data dan informasi lapangan diharapkan kegiatan ini mampu memberikan
gambaran dan sekaligus umpan balik dalam perumusan kebijakan dimasa
depan.
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi pengembangan investasi di kabupaten Siak dimasa mendatang.
Bogor, Januari 2006
Bambang Dwi Marminto
A153024505
Penulis lahir di Klaten Jawa Tengah, tanggal 10 Mei 1959, merupakan
anak kedua dari empat bersaudara dari ayah Ali Sumardjo dan ibu Sunarni
Pendidikan dasar diselesaikan di SDN Payaman II Magelang tahun
1971, sekolah menengah pertama di SMPN Ill Magetang tamat tahun 1974
dan tamat sekolah rnenengah atas di SMAN I Magelang pada tahun 1977.
Pada tahun 1984 penulis menamatkan studi di Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Gajah Mada.
Pada tahun 1986 penulis mulai bekerja di PEMDA Tk I Propinsi Riau
dan bertugas di kantor BKPMD (Badan Koordinasi Penanaman Modal
Daerah) Riau sampai tahun 2001. Sejak tahun 2002 pindah tugas ke Badan
Promosi dan lnvestasi (BPI) Kabupaten Siak sampai dengan tahun 2003.
Pada tahun 2004 sampai sekarang bertugas di kantor Bappeda Kab. Siak.
Tahun 2003 penulis di terima di program studi Manajemen Pembangunan
Daerah Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor.
Menikah pada tahun 1991 dengan Neny Salmah, S.Pd. alumnus FKlP
- UNRI,
penulis dikaruniai tiga orang putri yaitu : Siti Nestiti Listyoningrum,
Niken Tyas Palupi, dan Retno Parasrasmi.
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xii
DAFTARGAMBAR .....................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xvi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...........................................................................
1.2. Perumusan Masalah...................................................................
1.3. Tujuan dan Manfaat Kajian .........................................................
1.3.1. Tujuan Kajian ...................................................................
1.3.2. Manfaat Kajian .................................................................
1
5
10
10
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peranan lnvestasi dalam Pembangunan Daerah .........................
2.2. Kaitan
Peningkatan
lnvestasi
dengan
Peningkatan
Perekonomian Daerah ................................................................
2.3. Pembangunan Subsektor Perkebunan .......................................
2.4. Strategi Peningkatan lnvestasi ...................................................
2.5. lkhtisar ......................................................................................
19
21
27
29
Ill. METODE KAJIAN
3.1. Kerangka Pemikiran ...................................................................
3.2. Lokasi dan Waktu Kajian ............................................................
3.3. Metode Penelitian ........................................................................
3.3.1. Sasaran Penelitian dan Teknik Sampling ........................
3.3.2. Metode Pengumpulan Data .............................................
3.3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................
3.4. Metode Rancangan Program ......................................................
32
35
35
35
36
37
46
IV. PROFIL KABUPATEN SlAK
4.1. Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Siak .............................
4.2. Keadaan Geografis .....................................................................
4.3. Kependudukan ...........................................................................
4.4. Ketenagakerjaan ........................................................................
4.5. Pendidikan ..................................................................................
4.6. Pertumbuhan Ekonomi ...............................................................
4.7. Struktur Ekonomi ........................................................................
4.8. Peluang lnvestasi Subsektor Perkebunan ..................................
4.9. Ekspor dan lmpor .......................................................................
4.10. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Siak ..........................
4.1 1. Kebijakar! Fembangunan iingkungar! HiGup dalar? Kaita~mya
terhadap pembangunan subsektor Perkebunan .........................
12
V . ANALISIS
DAN
PENENTUAN
ALTERNATIF
STRATEGI
PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN Dl KABUPATEN
SIAK
5.1. Analisis Minat Investor pada Subsektor Perkebunan di
Kabupaten Siak ..........................................................................
5.2. Analisis Faktor Strategis .............................................................
5.2.1. Faktor Strategis Internal ..................................................
5.2.2. Faktor Strategis Eksternal ...............................................
5.2.3. Evaluasi Faktor-faktor Strategis ......................................
5.2.4. Internal Factor Evaluation (IFE) ......................................
5.2.5. External Factor Evaluation (EFEJ ....................................
5.2.6. Analisis Matrik Gabungan Internal - Eksternal (IE)
Pengembangan lnvestasi Subsektor Perkebunan di
Kabupaten Siak ..............................................................
5.2.7. Analisis SWOT ...............................................................
5.3. Penentuan Prioritas Alternatif Strategi ........................................
5.3.1. Analisis Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM)
5.4. lkhtisar .......................................................................................
VI .
STRATEGI
DAN PROGRAM PENGEMBANGAN INVESTASI
SUBSEKTOR PERKEBUNAN Dl KABUPATEN SIAK ........................... 106
VII . KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ...............................................................................
7.2. Saran .......................................................................................
113
114
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
116
DAFTAR TABEL
Halaman
Perbandingan produktivitas tanaman perkebunan Kabupaten
Siak terhadap Propinsi Riau...................................................
Rincian Jumlah Responden ..................................................
Matrik Internal Factor Evaluation ...........................................
Matrik External Factor Evaluation .........................................
Penerttuan Bobot Faktor Strategis ........................................
Penentuan Rating Faktor Strategis .......................................
Matrik Analisis SWOT ...........................................................
Penentuan Pilihan Strategis dengan Matriks QSPM .............
Tujuan Kajian. Jenis Data yang Diperlukan. Sumber Data
dan Metode Analisis ..............................................................
Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2003 .....................
Banyaknya Penduduk. Luas Wilayah dan Kepadatan
Penduduk Per-km2 Tahun 2003 ............................................
Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Ke~iatan Utarna
Kabupaten Siak Tahun 2003 .................................................
Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Lapengan Usaha
Utama Kabupaten Siak Tahun 2003 ....................................
Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan
Tertinggi Yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Kabupaten
Siak Tahun 2003 ...................................................................
Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Dirinci Menurut
Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Siak
Tahun 2003 ...........................................................................
Laju Pertumbuhan Menurut Sektor dl Kabupaten Siak Tahun
2001 .
2003 ................................................ .......................
Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha .....................................................
Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga konstan
Menurut Lapangan Usaha ......................................................
Luas Areal dan Produksi Komoditas Perkebunan di
Kabupaten Siak, Tahun 2003 .................................................
Volume dan Nilai Ekspor Kabupaten Siak Menurut Kelompok
Komoditas Tahun 2003 .........................................................
Arahan Kawasan Lokasi Kabupaten Siak .............................
Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Berdasarkan
Hirarkinya di Kabupaten Siak ................................................
Perkiraan Kebutuhan Penyediaan Air Bersih ........................
Perkembangan lnvestasi PMDN di Kabupaten Siak, periode
1990 - 2004 ..........................................................................
Perkembangan lnvestasi PMA di Kabupaten Siak, periode
1990 - 2004 ..........................................................................
Persetujuan Penanaman Modal Asing Tahun 2000 - 2004 di
Kabupten Siak .......................................................................
Persetujuan Penanaman Modali Dalam Negeri Tahun 2000 2004 di Kabupten Siak ..........................................................
Luas dan Pemanfaatan Lahan di Kabupaten Siak Tahun
2003 ......................................................................................
Hasil
Ananlis
Komoditas
Perkebunan
Berdasarkan
Kesesuaian Lahan dan Ekonomi ...........................................
Perkembangan ekspor komoditas perkebunan utama 19982000 (US$ 000). ....................................................................
Jumlah penyaluran kredit tahun 2004 dan triwulan 1 2005 .....
Matrik IFE Pengembangan lnvestasi Subsektor Perkebunan
di Kabupaten Siak .................................................................
33. Matrik EFE Pengembangan lnvestasi Subsektor Perkebunan
di Kabupaten Siak ...............................................................
34.
Matrik
SWOT
Pengembangan
lnvestasi
Subsektor
Perkebunan di Kabupaten Siak ...........................................
35. Hasil
Perhitungan
Prioritas
Strategi
Pengembangan
lnvestasi Subsektor Perkebunan di Kabupaten Siak ............
36. Matriks rencana program pengembangan investasi subsektor
perkebunan tahun anggaran 2007 Kabupaten Siak...............
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
Bagan Kerangka Pikir Strategi Pengembangan lnvestasi
Subsektor Perkebunan di Kabupaten Siak .........................
34
2.
Matrik Analisis Internal - Eksternal ....................................
42
3.
Grafik kredit menurut jenis penggunaan Propinsi Riau
Maret 2005..........................................................................
4.
87
Matrik IE untuk Pengembangan lnvestasi Subsektor
Perkebunan di
Kabupaten Siak .......................................
97
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Hasil perhitungan bobot faktor strategis internal pengembangan
imret;tasi subsektor perkebunan dari 20 responden .................
Hasil perhitungan bobot faktor strategis eksternal pengembangan
investasi subsektor perkebunan dari 20 responden .................
Hasil Perhitungan Rating Faktor Internal (Kekuatan dan Ketemahan)
Pengembangan investasi subsektor perkebunan di Kab. Siak dari 20
Responden ..............................................................................
Hasil Perhitungan Rating Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)
Pengembangan investasi subsektor perkebunan di Kab. Siak dari 20
responden ...............................................................................
Penentuan Pilihan Strategi dengan Quantitative Strategic Planning
Matrix (QSPM) ........................................................................
Kelayakan Finansial Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Skala
6200 Ha. .................................................................................
Kelayakan Finansial Usahatani Kelapa Skala 1000 Ha. ..........
Kelayakan Finansial Usahatani Karet per Ha. .........................
Kelayakan Finansial Agroinddustri Sagu .................................
I. PENDAHULUAN
1. I . Latar Belakang
Kabupaten Siak salah satu wilayah kabupaten baru di Provinsi Riau,
dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 53 Tahun 1999, rnerupakan
pemekaran dari kabupaten Bengkalis. Wilayahnya merniliki karakteriitik sebagai
daerah pedalarnan, pesisir sungai dan pantai dengan luas wilayah 8.556,09 km2.
Posisi geografis kabupaten Siak sangat strategis, karena sebagai hinterland dari
pusat segitiga perturnbuhan kerjasama ekonorni regional IMS-GI yang berpusat
di Batam dan rnerupakan salah satu pintu gerbang pelabuhan penting bag!
Provinsi Riau. Kabupaten Siak mulai dikernbangkan setelah diberlakukannya
otonomi daerah, dirnana pemerintah daerah diberi kewenangan dan ruang gerak
yang lebih luas untuk mengelola surnberdaya yang dirniliki dalarn rangka
rnengernbangkar~
perekonornian
dan
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakatnya.
Potensi kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki dan lokasi yang
I
strategis, adalah potensi besar untuk pernbangunan ekonorni kabupaten Siak
saat ini maupun di lnasa rnendatang. Untuk membiayai pembangunan surnber
dana yang berasal dari pemerintah tidak dapat diandalkan. Dengan kata lain
usaha swasta harus digerakkan dan diberi motivasi agar
ikut serta dalarn
pernbangunan. Untuk mengikutsertakan sektor swasta rnengisi pernbangunan
diperlukan kebijaksanaan pemerintah yang cukup cerrnat. Usaha menggerakkan
dan rnenggiring swasta sesuai dengan tujuan pembangunan yang diinginkan
oleh masyarakat, rnernerlukan peratcrsn dan perangsang yang meliputi seluruh
asp& sgsc Aspa: mendorang swssts untuk berparfisipasi(Kunarjo, 1992).
Hampir semua pemerintah daerah sekarang ini mengalami keterbatasan
keuangan, yang membawa akibat terbatasnya kemampuan pemerintah daerah
membiayai proyek-proyek pembangunan yang telah direncanakan. Hal ini
akhirnya mengakibatkan terbatasnya lowongan kerja karena tidak cukup
menampung angkatan kerja baru yang senantiasa semakin besar. Jalan yang
masih terbuka untuk memelihara dan menjamin laju pembangunan adalah
pemerintah bekerjasama dalam pengembangan investasi dengan pihak swasta
maupun yang dilaksanakan sendiri oleh pihak swasta. Untuk menindaklanjuti ha1
ini Pemerintah Daerah harus melakukan analisis terhadap kondisi perekonomian
di daerah agar dapat memanfaatkan peluang yang ada (Syaukat, 2004).
Dalam
pembangunan perekonomian daerah,
kegiatan
investasi
mempunyai peran yang strategis dan krusial. Strategis karena merupakan
tahapan mutlak berupa pembelanjaan sumberdaya untuk pembangunan yang
harus dilewati bagi pengembangan setiap sektor. Sedangkan krusial karena
apabila tepat sasaran akan dihasilkan ekonomi daerah yang tangguh, namun
apabila tidak tepat dalam penentuan sasaran maka akan terjadi pemborosan
sumberdaya daerah dan akan menghasilkan keadaan sebaliknya. Mengingat ha1
tersebut permasalahan pembangunan investasi tidak dapat dibiarkan begitu
saja, harus diantisipasi kemungkinan dampak negatif dan ditingkatkan dampak
positif, antara lain diperlukan penampilan birokrasi yang lebih adaptif, kondusif
dan responsif, karena pada saat yang sama terjadi persaingan berbagai sektor
pelayanan publik, pemberdayaan ekonomi dan penyebaran teknologi.
Menurut Nisjar (1997), kemajuan suatu daerah salah satunya ditentukan
oleh kegiatan investasi yang berlangsung di wilayah tersebut dan perkembangan
in~estasiyang pesat di suatu wilayah dapat menimbulkan multiplier effect.
Tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan arus investasi di kabupaten Siak
semzkin berat. Oleh karena itu upaya harus diiaku~anagzr target pembangunan
yang telah direncanakan dapat tercapai, antara lain investasi y'ang berasal dari
dalam negeri tetap mendapat perhatian utama untuk dikembangkan, sedangkan
investasi dari luar negeri dimanfaatkan karena masih diperlukan mengingat
sumber-sumber yang ada masih terbatas.
Sejalan dengan maksud untuk meningkatkan kegiatan perekonomian,
kabupaten Siak perlu meningkatkan kemampuan memanfaatkan potensi yang
ada. Beberapa penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya, baik oleh
Pemerintah kabupaten Siak sendiri maupun hasil kajian pembangunan daerah,
menyatakan bahwa potensi di sektor pertanian khususnya pada subsektor
perkebunan menghasilkan beberapa komoditas unggulan yang layak untuk
dikembangkan oleh masyarakat kabupaten Siak maupun untuk ditawarkan
kepada para investor, guna meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus
untuk dapat mendongkrak peningkatan pertumbuhan ekonomi kabupaten Siak.
Pengembangan investasi pada subsektor perkebunan ini juga didukung oleh
kontribusi sektor pertanian sebesar
30,13 % dari PDRB Kabupaten Siak pada
tahun 2003 (BPS, 2003). Sektor ini merupakan penyumbang terbesar kedua
setelah industri pengolahan. Dengan kenyataan itu sangat wajar bila sektor ini
harus dikembangkan secara baik.
Untuk kelornpok tanaman perkebunan, komoditi-komoditi perkebunan
yang dikembangkan di Kabupaten Siak adalah kelapa, kelapa sawit, kopi, dan
karet. Di antara tanaman tersebut kelapa sawit mempunyai produktivitas tertinggi
17,98 tonlha, yang kemudian diikuti kelapa sebesar 0,99 tonlha, karet sebesar
0,88 tonlha, dan kopi sebesar 0,80 tonlha. Dari Tabel 1 terlihat bahwa untuk
kelapa sawit dan kelapa mempunyai tingkat produktivitas yang lebih besar dari
rata-rata produktivitas Riau, semetara untuk tanaman karet mempiinyai
prodiiktivitas yang lebih rendah dibandingkan Riau.
Tabel 1. Perbandingan Produktivitas Tanaman Perkebunan ~abupatenSiak
terhadap Propinsi Riau
Produktivitas
Produktivitas
Kab. Siak
Prop. Riau
(Tonlha)
(Tonlha)
1,91
17,98
Kelapa sawit
0,27
0,56
Karet
0,91
0,99
Kelapa
0,48
0,80
Kopi
Sumber : Deptan Kanwil Riau, 2000 (diolah)
Komoditi
Rasio
9,41
0,48
1,09
1,48
Kesesuaian tanaman perkebunan di Kabupaten Siak relatif lebih baik
dibandingkan dengan rata-rata di Propinsi Riau, yang ditunjukkan dengan
produktivitas semua tanaman perkebunan yang lebih besar dibandingkan dengan
Propinsi Riau kecuali untuk karet. Dengan demikian berdasarkan kriteria potensi
produksi tersebut komoditi perkebunan yang diprioritaskan untuk dikembangkan
adalah berturut-turut kelapa sawit, kelapa, dan kopi.
Pemerintah kabupaten Siak
pada saat
ini telah dan
sedang
mengembangkan perkebunan kelapa sawit dan nenas guna meningkatkan
pendapatan masyarakat sekaligus untuk memacu pertumbuhan ekonomi
daerahnya. Pola pengembangan yang akan dilaksanakan adalah kerjasama
dengan pihak swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun dengan pihak
perbankan. Kehadiran pihak swasta ataupun BUMN ini karena dalam
pengembangan sektor ini disamping memerlukan investasi yang sangat besar,
juga diperlukan adanya pengelolaan yang profesional. Dewasa ini peranan dunia
usahalswasta sebagai partner dalam pembangunan harus mendapat porsi yang
semakin besar dengan dibukanya peluang usaha yang seluas-luasnya oleh
pemerintah. Tujuannya agar kalangan swasta ini dapat memanfaatkan potensi
sumberdaya alam yang ada di daerah menjadi potensi ekonomi yang nyata dan
produktif.
Untuk menindak lanjuti ha1 tersebut, salah satu strategi yang harus
ditempuh oleh pemerintah daerah adalah mengarahkan pembangunan di bidang
investasi subsektor perkebunan yang mempunyai prospek baik. Caranya dengan
berpegang pada sumber-sumber dan potensi yang dimitiki maupun yang dapat
dikembangkan melalui pemanfaatan yang optimal dengan tetap memperhatikan
daya dukung lingkungan dan kapasitas sumberdaya alam. Dengan demikian,
pertanyaan pokok kajian ini adalah bagaimana strategi pengembangan investasi
subsektor perkebunan di Kabupaten Siak.
1.2. Perurnusan Masalah
Perkembangan investasi PMAIPMDN di Kabupaten Siak dalam kurun
waktu 5 tahun (2000 - 2004) mengalami penurunan. Untuk PMA selama lima
tahun terakhir hanya ada dua proyek investasi (masing-masing pada tahun 2000
dan 2004). Sedangkan untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dalam
kurun waktu yang sama juga mengalami penurunan baik jumlah maupun nilai
investasinya (BPI Kab. Siak, 2004). Kondisi perkembangan investasi yang belum
menggembirakan ini diperkirakan masih akan berlangsung, bila tidak ada
kebijakan baru dari Pemerintah yang kondusif.
Potensi ekonomi subsektor perkebunan di kabupaten Siak banyak,
beragam dan ditunjang oleh ketersediaan lahan yang relatif luas serta
kesesuaian lahan, maka peluang untuk berinvestasi pada sektor ini cukup
terbuka. Menurut Badan Promosi lnvestasi (BPI) Kabupaten Siak (2004), potensi
pengembangan lahan untuk perkebunan yang disediakan pemerintah daerah
Kabupaten Siak masih tersedia total 118.349 ha. Kecamatan-kecamatan di
Kabupaten Siak pada tahun 2003 mengusulkan target perluasan sekitar 17.000
ha kebun sawit; karet 4.491 ha; s a p 540 ha; dan kopi 2 i 5 ha. Sala~nkomoditas
perkebunan Vans Uiusul~anuntuK dikembang~an, BEMDA kabupaien S i a ~
bekerjasama dengan LPKM IPB (2002) juga telah mengkaji kesesuaian lahan di
kabupaten Siak dan diketahui cocok untuk
pengembangan subsektor
perkebunan antara lain: kelapa, kelapa sawit, karet dan sagu.
Melihat potensi dan peluang besar pada subsektor perkebunan yang
dapat ditawarkan kepada para investor, Pemerintah kabupaten Siak telah
bertekad menjadikan pengembangan investasi swasta pada sektor pertanian
khususnya subsektor perkebunan sebagai bagian integral dari salah satu misi
kabupaten Siak dan menjadikan pengembangan investasi swasta subsektor
perkebunan
sebagai
andalan
yang
dapat
diharapkan
menggerakan
oembangunan daerah yang berkesinambungan. Untuk itu diperlukan berbagai
upaya yang dapat mendorong minat dan kemauan para investor melakukan
investasi ke kabupaten Siak. Hal ini agar tercipta akumulasi modal produktif
untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dalam rangka pelaksanaan
pembangunan ekorlomi daerah.
Untuk mengetahui ketersediaan dan pemanfaatan sumberdaya alam
daerah dapat dilihat dari kontribusi kegiatan perekonomian sektor primer
(pdrkebunan, pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan dan pertambangan)
terhadap
perekonomian
daerah.
Ketersediaan sumberdaya
alam
dan
pemanfaatannya menjadi sangat penting sebagai pertimbangan berinvestasi,
karena memperlihatkan seberapa besar potensi kekayaan alam yang masih
dapat dikembangkan atau diolah dan seberapa besar daya dukungnya terhadap
kegiatan usaha baik perdagangan maupun industri. Untuk itu diperlukan
pencarian strategi dengan penggalian sumber-sumber potensi peluang investasi.
Menurut Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD)
(2003), dalam konteks pembangunan regional, investasi memegang peran
penting u~t.ukmendorong pertumbuhan ekonoml. Secara umum investasi atau
penanaman n?odal baik Penanaman h?sdal Dalam Negeri (PMDN) maupun
Penanaman Modal Asing (PMA) membutuhkan adanya iklim yang sehat dart
kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal. lklim investasi juga
dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi suatu negara atau daerah. Kondisi inilah
yang mampu menggerakkan sektor swasta untuk ikut serta dalam menggerakkan
roda ekonomi.
Secara umum investasi akan masuk ke suatu daerah tergantung dari
daya tarik daerah tersebut terhadap investasi, dan adanya iklim investasi yang
kondusif. Keberhasilan daerah untuk meningkatkan daya tariknya terhadap
investasi, salah satunya tergantung dari kemampuan daerah dalam merumuskan
kebijakan yang berkaitan dengan investasi dan dunia usaha serta peningkatan
kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Selain itu yang juga perlu mendapat
perhatian dalam rangka menarik investor adalah pengembangan sumberdaya
manusia dan infrastruktur dalam arti luas. Hal ini menuntut perubahan orientasi
dari pemerintah, yang semula lebih bersifat sebagai regulator, harus diubah
menjadi supe~isor, sehingga peran swasta dalam perekonomian dapat
berkembang optimal.
Liberalisasi perdagangan dunia yang sedang dan akan berkembang
merupakan tantangan
sekaligus
peluang
yang
akan
dihadapi
dalam
pembangunan ekonomi di berbagai tempat terrnasuk Kabupaten Siak.
Komitmen-komitmen kerjasama intemasioal yang menurunkan berbagai bentuk
proteksi, baik tarif maupun non tarif akan mendorong aliran barang dari dan ke
berbagai tempat. Kondisi tersebut menuntut adanya peningkatan daya saing dari
setiap pelaksana usaha untuk dapat bertahan di pasar.
Peningkatan daya saing tersebut dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi
permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi permintaan, kamampuan bersaing di
pasar mengandung arti produk yang dijual adalah produk yang sesuai dengan
atribut yang dituntut konsurnen. Sedangkan dari sisi penawaran adalah
kemampuan untuk mernproduksi lebih efisien pada kualitas yang sama.
Komoditi yang potensial untuk dikernbangkan harus mampu rnenjarnin
kontinuitas produksi baik dari segi kualitas rnaupun kuantitas. Dari sisi lain
komoditas tersebut harus terjarnin di pasarnya. Dengan demikian kornoditas
potensial ini akan berkernbang dengan baik. Kontiuitas produksi dapat didekati
dengan rnelihat perkembangan luas panen yang mempresentasikan tingkat
produksi dan penerimaan masyarakat dari kornoditas yang bersangkutan.
Dalam perkembangannya peranan pertanian di Kabupaten Siak rnasih
mernegang peranan karena rnarnpu rnemberikan kontribusi yang terbesar
(32,57%),kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan. Sernentara sektor
ekonomi yang paling kecil peranannya terhadap PDRB Kabupaten adalah
pertambangan dan
penggalian.
Hal ini rnenunjukkan adanya prospek
pegembangan pertanian yang bagus di Kabupaten Siak, karena didukung oleh
kesesuaian dengan agroekologi wilayah dan sarana dan prasarana yang ada.
Dengan demikian sektor pertanian akan memegang peranan yang penting dan
menjadi leading sector babi pembangunan perekonornian di Kabupaten Siak.
Pemerintah Daerah Kabupaten Siak dalarn ha1 ini telah membuat
beberapa kebijakan yang bertujuan meningkatkan perekonomian daerah dan
kesejahteraan masyarakat. Beberapa bentuk kebijakan mengarah pada konsep
pengembangan investasi swasta, antara lain di subsektor perkebunan dengan
rnenggali potensi surnberdaya yang dapat dikernbangkan melalui kornoditas
unggulan untuk kegiatan investasi.
Kegiatan usaha perkebunan di suatu daerah perlu didukung oleh
ketersediaan (kuantitas) fasilitas atau infrastruktur fisik seperti jalan raya, re1
kereta dpi, peiabuhan laut dan udars, kuantitas dan kualitas lahan dan
sebagainya. Sebagai kabupaten pen?ekaran baru, kabupaten Siak masih dalarn
tahap berbenah diri dalam bidang pembangunan dan pemeriniahan. Berbagai
kesiapan terutama di bidang infrastruktur sebagai faktor yang menentukan minat
investor dalam berinvestasi khususnya perkebunan harus menjadi perhatian,
terutama sekali seperti layanan air bersih, listrik, telepon dan jalan yang masih
perlu ditingkatkan. Sementara itu dunia usaha juga memandang penting untuk
melihat komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan
infrastruktur penunjang perekonomian di daerah. Komitmen pemerintah
kabupaten Siak untuk membangun infrastruktur terlihat dari rasio pembangunan
dibandingkan anggaran
rutin yang
cukup
tinggi,
pada
tahun
2004
perbandingannya 70:30 (Bappeda Kab. Siak, 2004). Semakin besar rasio
pembangunan dibandingkan anggaran rutin menunjukkan bahwa dana yang
dimiliki daerah lebih banyak dibelanjakan untuk kegiatan pembangunan ekonomi
produktif.
Minat investor untuk berinvestasi di suatu daerah khususnya pada
subsektor perkebunan juga disebabkan adanya keuntungan yang diharapkan
dari kapital yang direalisasikan. Keuntungan yang diharapkan dari suatu investasi
sangat terkait dengan permintaan pasar mengenai barang produk investasi dan
kemudahan inputnya. Selanjutnya Rachman (2004), mengemukakan bahwa
dalam konteks pengembangan investasi di daerah ada beberapa ha1 yang dapat
menjadi daya tarik daerah terhadap investasi, diantaranya pasar domestik yang
memadai, sarana teknologi informasi, ekonomi pasar, perdagangan internasional
serta sistem pembayaran. Layaknya kegiatan usaha, suatu daerah akan
I
berkembang apabila daerah tersebut sanggup bersaing secara efektif dalam
menjual produk dan jasa ke berbagai pasar. Untuk itu pembangunan ekonomi
suatu daerah harus bermula dari pemberdayaan potensi ekonomi yang dir~ilai
unggul dan memiliki peluang ekspor.
Disamping itu untuk menciptakan opini positif dan ' feasible dalam
pengembangan investasi khususnya pada subsektor perkebunan ke Kabupaten
Siak, diperlukan langkah-langkah kerjasama berbagai pihak yang berkaitan baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan investasi. Langkah-langkah
tersebut mencakup berbagai aspek antara lain mengenai potensi dan peluang
investasi beserta perangkat pendukung yang tersedia dan dimiliki oleh
Kabupaten Siak. Sebagai daerah baru, Kabupaten Siak memiliki potensi
pengembangan yang cukup
besar.
Banyak investor telah
melakukan
investasinya di Siak, baik melalui Proyek Penanaman Modal dalam Negeri
(PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA). Oleh sebab itu perumusan
pertanyaan spesifik yang muncul adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana minat investor terhadap investasi pada subsektor perkebunan
di Kabupaten Siak?
2. Faktor-faktor internal apa (kekuatan dan kelemahan) yang mempengaruhi
pengembangan investasi subsektor perkebunan di Kabupaten Siak?
3. Faktor-faktor ekstemal apa (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi
pengembangan investasi subsektor perlkebunan di Kabupaten Siak?
4. Strategi apa yang digunakan dalam pengembangan investasi subsektor
perkebunan di Kabupaten Siak?
1.3. Tujuan dan Manfaat Kajian
1.3.1. Tujuan Kajian
Tujuan umum kajian ini adalah merumuskan strategi pengembangan
investasi subsektor perkebunan dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten
Siak. Sedangkan tujuan spesifik yang ingin dicapai adalah untuk :
1. Mengsnalisis minat investor terhadap investasi pad3 subsektor
pei~ebunanai ~abupatenS i a ~ .
2. Menganalisis
faktor
internal
(kekuatan
dan
kelemahan)
yang
mempengaruhi pengembangan investasi subsektor perkebunan.
3. Menganalisis
faktor
eksternal
(peluang
dan
ancaman)
yang
mempengaruhi pengembangan investasi subsektor perkebunan.
4. Merumuskan strategi pengembangan investasi subsektor perkebunan di
Kabupaten Siak.
1.3.2. Manfaat Kajian
Manfaat yang diharapkan dalam kajian strategi pengembangan investasi
subsektor perkebunan dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Siak
adalah:
1. Untuk memberikan masukan kepada pengambil kebijakan dan pihak-
pihak yang berkepentingan dalam penyususunan strategi pengembangan
investasi di subsektor perkebunan.
2. Dapat digunakan sebagai panduan bagi investor dalam membuat
keputusan untuk berinvestasi.
3. Dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan di bidang yang sama.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peranan lnvestasi dalam Pembangunan Daerah
lnvestasi adalah suatu kata dengan beberapa pengertian yang
berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Kata tersebut berkaitan dengan
akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan
di masa depan. Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan
berarti juga produksi) dari kapitallmodal barang-barang yang tidak dikonsumsi
tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Contoh
investasi termasuk membangun re1 kereta api, atau suatu pabrik, pembukaan
lahan, atau seseorang sekolah di universitas (Wikipedia, 2005).
Menurut BPS (2002), investasilpenanaman modal secara umumlmakro
ekonomi adalah pengeluaran pembelanjaan oleh penanam-penanam modal atau
perusahaan
untuk
membeli
perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
meningkatkan kemampuan memproduksikan barang dan jasa. Secara prinsip
investasi dibedakan menurut "investasi finansial" dan "investasi non finansial".
lnvestasi finansial lebih ditujukan kepada, investasi dalam bentuk pemilikan
instrumen finansial seperti uang tunai, tabungan, deposito, modal penyertaan,
surat berharga, obligasi dan sejenisnya. Sedangkan investasi non finansial
direalisasikan daiam bentuk investasi fisik (investasi riil) yang berwujud "kapital"
atau barang modal, termasuk
pula didalamnya inventori (persediaan).
Pelakulinstitusi investasi dapat berasal dari pemerintah baik pemerintah pusat
maupun pemeritah daerah, investasi yang berasal dari Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) serta investasi yang
berasal dari swasta. lnvestasi menurut sektor, yaitu sekior pertanian,
periambaiiyan dan penggalian, industri, pe~gilanganminyak, !istrik, gas, air
minum, konstruksi, perdagangan, pemerintahan umum, sewa rumah dan jasajasa.
Menurut Francis (1993), investasi terdiri dari investasi langsung (direct
invesment) dan investasi tidak langsung (Portofolio invesment). investasi
Langsung (Direct Investment) adalah :
a. Investor terlibat langsung dalam pengelolaan usaha
yang
bertanggung jawab atas kinerja usaha maupun menanggung segala
resiko usaha (untunglrugi).
b. Perolehan bersifat laba baik yang dibagikan kepada pemilik (deviden)
maupun yang ditanam kembali dalam perusahan dalam rangka
pengembangan
usahanya,
disini
dampak
pembentukan
nilai
tambahnya besar.
lnvestasi tidak langsung (Portofolio Invesment) :
a. Investor tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha dan tidak
bertanggung jawab atas kinerjanya (maju mundurnya) usaha serta
tidak menanggung resiko usahanya.
b. Perolehan investor adalah agiolgain dari jual beli sahamlsuraf
berharga lainnya. Kegiatan investasi ini lebih bersifat spekulatif
sehingga dampak pembentukan nilai tambah relatif kecil.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (1994), mengelompokkan investasi
menjadi :
1. Penanaman Modal Asing (PMA), yaitu penanaman modal asing secara
langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan
UU No. I tahun 1967 dan yang digunakan untuk menjalankan perusahan
cii Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung
menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.
2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), yaitu pmggunaan kekayaan
masyarakat Indonesia, termasuk hak dan benda baik yang dimiliki oleh
negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di
Indonesia, yang disisihkanldisediakan guna menjalankan suatu usaha
sepanjang modal tersebut tidak diatur dalam UU Nomor 1 tahun 1967
tentang PMA baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Non PMAlPMDN adalah penanaman modal dalam negeri yang tidak
diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 1967 tentang PMA maupun UU Nomor 6
Tahun 1968 tentang PMDN. Pengaturan penanaman modal non
PMAIPMDN semula berdasarkan pada BRO Nomor 38 Tahun 1934,
namun saat ini sudah tidak berlakukan lagi dan kemudian diatur kedalam
UU masing-masing sektor.
lnvestasi merupakan kegiatan yang memegang peranan penting dalam
pergerakan dan pertumbuhan perekonomian di daerah, sangat dipengaruhi oleh
karakteristik daerah, letak geografis, dan keunggulan-keunggulan suatu daerah,
serta berbagai sektor yang membedakan antara satu daerah dengan daerah lain
dalam pehgembangan dan pembangunannya. Untuk mengejar pembangunan
yang diikuti dengan percepatan laju pertumbuhan ekonomi diperlukan berbagai
upaya-upaya bertujuan meningkatan pendapatan daerah, dengan pemerataan
pendapatan yang baik serta keberhasilan pembayaran yang ditunjukkan dari
indikator ekonomi dan indikator sosial. Hal ini memerlukan penunjang yang
sinergis dari sektor-sektor pembangunan bidang investasi.
Ada beberapa pendekatan yang dapat mendukung mengenai peranan
investasi dalam pembangunan daerah, antara lain pendekatan dari aspek
ekonomi makro, aspek penyediaan lapangan kerja dan aspek bisnis (BKPM,
1994).
(7). Aspek Ekonomi Makro
Dalam teori ekonomi makro, menurut Samuelson dan Nordhaus
(1997), pembentukan keseimbangan pendapatan nasional dari sudut
penggunaan (expenditure approach) akan terjadi karena pembentukan
pengeluaran investasi, pengeluaran pemerintah dan keseimbangan
neraca perdagangan melalui kegiatan ekspor dan irnpor. Secara
matematis keseimbangan pendapatan nasionawdaerah dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Dimana : Y
=
Pendapatan Nasional atau Daerah ( PDB atau PDRB)
C
=
Pengeluaran komsumsi
I
=
Pengeluaran lnvestasi
G
=
Pengeluaran pemerintah
(X - M)=
Selisih Pengeluaran ekspor dan impor
Jadi pembentukan pendapatan nasional atau aerah (PDB atau
PDRB) sangat dipengaruhi oleh pembentukkan variabel C, I ,G dan (X M), makin tinggi tingkat investasi akan berpengaruh terhadap naiknya
pendapatan nasional atau daerah. Disini dapat ditarik kesimpulan bahwa
investasi sangat rnenentukan pendapatan ekonorni (PDBIPDRB) atau
sebaliknya.
Faktor-faktor terhambatnya investasi masuk ke daerah (Patros,
2004) adalah: kondisi politik, keamanan, ketentraman dan ketertiban yang
belurn kondusif, kemudahan perijinan dan pelayanan yang masih rendah
dan pecyediaan infrastruktur dan tersedianya sumberdaya manusia yang
rendah. Langkah-langkah yaiig diperlukarl dalam penyehatan iklim
investasi di daerah meliputi: (1) regulasi kebijakan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, (2) pengembangan sektor usaha kecil dan menengah
dan (3) kebijakan pemerintah dalam pemberian kemudahan dan fasilitas
pendukung bagi investor.
Dalam upaya peningkatan pendapatan daerah diperlukan usaha
untuk menarik investasi secara lokal, nasional maupun internasional.
Untuk menarik investasi tersebut sangat bergantung kepada kebijakan
yang ditentukan oleh pemerintah. Kebijakan tersebut harus memberikan
garansi keamanan, kepastian hukum dan prospek jangka panjang yang
lebih kondusif bsgi iklim investasi. Baik atau tidaknya penegakan hukum
ternyata sangat rnempengaruhi keinginan investor untuk berinvestasi di
Indonesia. Misalnya, IFC (International Finance Corporation), anak
perusahaan Bank Dunia tersebut menegaskan tidak akan membuat
investasi baru di Indonesia, jika penegakan hukum di Indonesia belum
dibenahi (Anisah, 2003).
Masalah investasi tidak
hanya menjadi tanggung jawab
pemerintah semata, hamun yang lebih penting kelancaran investasi
sangat ditentukan oleh dukungan yang diberikan masyarakat. Tanpa
adanya dukungan yang kuat dari rnasyarakat proses iwestasi akan
tersendat. Peran serta masyarakat dalam menjamin aset investor sangat
penting, sehingga investor rnerasakan kenyarnanan tanpa harus dibebani
dengan rasa ketakutan.
(2). Aspek Penyediaan Lapangan Kerja
Di samping perencanaan makro di atas, Partowidagdo (1999)
rilengemukaan bahwa investasi dengan sendirinya barkaitan secara
langsuny aengap penciptam lapmgan kerja
Dengan terbukanya
lapangan kerja yang luas bagi masyarakat sehi~ggaangka pengangguran
menjadi rendah. Akibat krisis ekonomi, tingkat pengangguran telah
mencapai 35 juta orang atau 17,5 % dari jumlah penduduk Indonesia
(Wijandi dan Sarrna, 2002). Pengangguran yang tinggi itu terjadi karena
turunnya tingkat investasi yang sangat drastis selama krisis ekonomi.
Jadi tanpa adanya percepatan investasi persoalan pengangguran akan
semakin besar dan berdampak sangat luas terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara.
(3). Aspek Bisnis
Bisnis adalah suatu aktivitas usaha yang akan dikerjakan dengan
menggunakan
sumber-sumber
yang
ada
untuk
mendapatkan
keuntungan. Sumber-sumber yang tersedia bagi pembangunan sangat
terbatas, maka perlu sekali diadakan pemilihan antara berbagai macam
usaha yang paling menguntungkan (Oemar, 2003). Ditinjau dari sisi
bisnis, investasi berkaitan dengan pendirian dan pengembangan usaha
dari suatu perusahan. Sumber investasi adalah dari laba yang tercipta
atau pinjaman dari pihak lain. Efisiensi investasi menjadi sangat penting
bagi perusahaan sehingga sebelum investasi
harus dilakukan studi
kelayakan terlebih dahulu. Pada umumnya, selarna masa investasi
(investment period) perusahan belum mampu menciptakan laba sehingga
membutuhkan bantuan eksternal agar perusahaan survive. Dalam
konteks ini, pemerintah sangat berperan memberikan rangsangan
(incentive) terhadap perusahan yang
berinvestasi di
Indonesia.
Pemberian izin prinsip investasi terhadap perusahan ataupun perorangan
ditindaklanjuti dengan pemberian fasilitas selama periode investasi.
Mengingat penting dan strategisnya peran investasi dalam pembangunan
maka semua pihak seperti
pemerintah, swasta dan masyarakat luas perlu
berperan a ~ t iuntuk
f
menggsrakannya. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut :
(1). Peran pemerintah
Dari sudut pandang ekonomi, peran dan fungsi- pemerintah
dasarnya adalah
meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan
pada
indikator
(Partowidagdo, 1999):
a.
Meningkatnya PDBIPDRB melalui peningkatan nilai tambah.
Meningkatnya nilai tambah makin banyak pilihan komsumsi
masyarakat.
b.
Terbukanya lapangan kerja yang luas bagi masyarakat. Angka
pengangguran menjadi rendah dan
pendapatan masyarakat
meningkat.
c.
Stabilitas nilai tukar mata uang nasional terhadap mata uanglvaluta
asing.
Ketiga peran dan fungsi di atas dapat dilaksanakan bila pemerintah dapat
menggerakkan roda perekonomian melalui investasilbisnis. Oleh karena itu
pemerintah perlu mendayagunakan segenap potensi sumber daya yang dimiliki
secara optimal. Dalam rangka menggerakkan dan memberdayakan masyarakat
dibidang investasi tersebut pihak pemerintah h a r k berperan aktif dalam ha1 :
a.
Pembangkit motivasi masyarakat untuk menjadi pelaku investasi
b.
Penciptaan iklim yang kondusif antara lain berupa :
-
Arahan kebijakan yang tepat
-
Pengaturan/regulasi/peraturan perundang-undangan yang baik
antara lain dibidang: fiskal, moneter, tata ruang, lingkungan
-
Fasilitas dan pelayanan yang baik (terrnasuk insentif)
-
Pembinaan, bimbingan dan penyuluhan
c.
Pengawasan Jan Pengendalian serta penegakan hukum
d.
Pelindung Ipembeiti kepentinga~rakyat
e.
Menyediakan infrastruktur dan sarana penunjang yang memadai:
jalan, pelabuhan, air, listrik, kawasan bisnis, lembaga penelitian dan
pelatihan.
(2). Peran Swasta
a.
Berpartisipasi melalui bidang produksi dan distribusi
b.
Memenuhilmembayar kewajiban : pajak, lingkungan, disiplin
c.
Menegakkan hukum
d.
Membangun infrastruktur
e.
Kontribusi sosial : pendidikan, kesehatan, fasilitas umum.
(3). Peran masyarakat
a.
Memberikan dukungan sosial
b.
Melakukan pengawasan
c.
Menegakkan stabilitas politik dan keamanan
2.2. Kaitan Peningkatan lnvestasi dengan Peningkatan Perekonomian
Daerah
Kegiatan investasi di Kabupaten Siak diharapkan berpengaruh secara
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Melalui kegiatan investasi akan terjadi
penyerapan tenaga kerja dan alih teknologi, peningkatan produksi, peningkatan
pendapatan per kapita serta peningkatan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
berimplikasi pula pada dinamika perekonomian daerah.
Menurut Husodo (2004), perturnbuhan ekonomi suatu negara yang baik
biasanya ditunjang dengan masuknya investasi secara reguler di negara
tersebut. Pertumbuhan ini akan lebih baik lagi jika negara tersebut dapat
bersaing dengan negara lain dalam memasarkan hasil pr~duksinyadari ~nvestasi
yang rnasuk ierse~ut.
Perkembangan ekonomi suatu negaratdaerah ditentukan paling tidak
oleh dua faktor produksi, yaitu kapital dan tenaga kerja. Kedua faktor produksi
tersebut merupakan faktor utama yang menjadi penggerak sistem perekonomian,
sehingga arus perputaran kegiatan ekonomi dapat tetap berlangsung. Faktor
produksi kapital terbentuk akibat dari adanya kegiatan investasi, dimana
sebagian dari investasi tersebut digunakan untuk mengadakan berbagai barang
modal yang akan digunakan &lam kegiatan proses produksi. Ka