Implementasi Strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan dalam Upaya Meningkatkan Pengawasan Hutan (Studi Pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, Riau)

(1)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku

Ansoff. (2004). Pengantar Manajemen: Konsep. Edisi Ketujuh. Jakarta: PT Prenhallindo.

Bungin, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Danny, W. 2001. Interaksi Ekologi dan Sosial Ekonomi Dengan Kebakaran di Hutan Propinsi, Kalimantan Timur, Indonesia.

David, R. Fred. 2002. Manajemen Strategis: Konsep. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Digantoro, Crown. 2011. Manajemen Strategis. Jakarta: PT. Gramedia.

Dirgantoro, Crown. 2001. Manajemen Strategik: Konsep, Kasus, dan Implementasi. Jakarta: PT Grasindo

Dove. 1998. Kendalikan Dampak Kebakaran Hutan pada Satwa. Efendi, Sofyan. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES

Efendi. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 2015 hal 32.

Erlina. (2011. Hal 33). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Greenly, David. 1998. Manajemen Strategis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Hamel, Dan Prahalad. (2010). Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berpikir

Strategik. Jakarta: Binarupa Aksara.

Handoko, T Hani. 1993. Manajemen. Yogyakarta: BPFE-UGM

Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia.

Herujito. (2004). Pengaruh Pengawasan dan Pelayanan Terhadap Kinerja. Jakarta: Pustaka Gramedia

Irawan. (2000). Aspek-aspek Pengawasan di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafik. Jamiko. 2003. Manajemen Strategis. Malang. UMM Press

Koontz dan O’donell. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Pengawasan Hutan. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid Kedua. Jakarta: Prenhallindo.

Manullang. 1988. Dasar-dasar Manajemen. Medan: Ghalia Indonesia

Manullang. 2006. Dasar-dasar perilaku Organisasi (Cetakan Pertama). Yogyakarta: UII Press

Marnis. Rahayu. 2008. Pengaruh Disiplin Kerja dan Pengawasan Kerja terhadap Efektivitas Kerja Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah. Universitas Negeri Semarang: Semarang

Moleong, Lexy. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Nawawi. (2005). Metode Penelitian: Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press)

Pearce, John A. Dan Richard B. Robinson. 1997. Manajemen Strategik: Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. Jilid 1. Jakart: Binarupa Aksara.


(2)

Saharjo, Hudsaeni. 1998. Penyebab dan Dampak Kebakaran. Dalam Mahalnya Harga Sebuah Bencana: Kerugian Lingkungan Akibat Kebakaran dan Asap di Indonesia.

Saryono. 2010: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Siagian, Sondang, P. 2003. Filsafat Administrasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Silalahi, Ulbert. (2005). Studi Tentang Ilmu Administrasi: Konsep, Teori, dan Dimensi. Cetakan Keenam. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Soeriaatmadja, R.E. 1997. Dampak Kebakaran Hutan Serta Daya Tanggap Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Alam Terhadapnya. Prosiding Simposium: “Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Sumberdaya Alam dan Lingkungan.”

Strauss, G., dan Leonardo Sayler. Manajamen Personal: Segi Manusia Dalam Organisasi. Jakarta: Pustaka Binaan Pressindo.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Sujanto (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukamdiyo. 2000. Manajemen Pengawasan. Badan Perpustakaan Fakultas Ekonomi UGM. Yogyakarta.

Sukanto (2002:65). Manajemen Pengertian dan Masalah. Jakarta: Haji Mas Agung.

Sukanto, Reksohadiprojo. 2002. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE

Sukarna. (2011). Pengaruh Pengawasan dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta.

Sumarsan, Thomas. 2010. Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi, dan Pengukuran kinerja. Jakarta: PT Indek

Sumaworto, Otto. 1992. Analisis pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup. Jakarta: Ghalia Indonesia

Suryanto. (2005). Metode Penelitian Aplikasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Syafri. (2004). Pengantar Manajemen. Kencana: Jakarta

Winardi. 2000. Langkah-langkah Efektivitas Pengawasan, edisi 12. Bandung: Tarsito.

Sumber Jurnal

Ini Sebab Kabut Asap Hutan Riau Selimuti Singapura oleh Maharani Volume 1 Nomor 3, 20 Maret 2014

Majalah TEMPO No. 12/XXVII/ 22-28 Desember 1998. Kebakaran Hutan Kalimantan (Mencabik Surga, Menuai Untung). Jakarta.

Sumber Undang-Undang

Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 1998. Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia (Dampak, Faktor, dan Evaluasi) Jilid 1. Jakarta.

Surat Keputusan Kementerian Kehutanan MENHUT/ No. 195/Kpts-II/1996 tentang Kehutanan


(3)

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup


(4)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Latar Belakang Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak

Perencanaan pembangunan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan secara terpadu bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dengan memanfaatkan dan memperhitungkan kemampuan sumber daya informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta memperhatikan perkembangannya. Untuk maksud perencanaan tersebut sudah tentu diperlukan upaya yang tepat dalam mencapai hasil melalui pemahaman dan persoalan yang benar-benar nyata dan pada akhirnya mampu untuk diatasi dengan baik dan tepat sasaran setelah memandang melalui pendekatan menyeluruh.

Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah yang baik tercermin dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban instansi untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara berkala.

Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan suatu proses pembangunan yang mampu mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia, dengan menyerasikan sumber daya manusia dengan sumber daya alam pembangunan. Untuk itu dalam prosesnya pembangunan sektor kehutanan dan perkebunan mesti berlangsung secara berkelanjutan, terus menerus dan kontinyu, di topang dengan pertumbuhan


(5)

sumber daya manusia yang selalu tumbuh. Namun sebaliknya sumber daya alam semakin dieksploitasi semakin menciut karena memiliki ambang batas.

Keberadaan kawasan hutan di Kabupaten Siak, smapai dengan akhir tahun 2010 masih mencapai ketentuan minimal luas kawasan sebagaimana amanat Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yaitu 30% dari luas daratan. Sampai dengan akhir tahun 2010 luas kawasan hutan di Kabupaten Siak ± 324.865,03 Ha atau sebesar ± 37,97%. Sementara luas lahan perkebunan yang ada (baik dikelola oleh Pemda, swasta, dan kebun rakyat) seluas ± 245,375,23 Ha atau sebesar ± 28,68% dimana luas hutan dan lahan perkebunan mencapai 66,65% dari total luas wilayah Kabupaten Siak, untuk itu diperlukan pengelolaan, perlindungan, dan pengamanan hutan dan lahan secara intensif, dan perencanaan yang baik ke arah sinergitas pengelolaan hutan secara optimal.

Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable), wajib dikelola secara profesional, terencana dan terpadu sehingga sumber daya hutan sebagai salah satu modal dasar pembangunan dapat dimanfaatkan secara optimal, lestari dan berkelanjutan, sehingga pada akhirnya dapat memberikan kontribusi bagi upaya pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat disekitar kawasan. Dengan pengelolaan yang profesional, diharapkan sumber daya hutan yang akhir-akhir ini sangat rentan terhadap degradasi, erosi, dan sedimentasi, dan dapat direhabilitasi dan ditingkatkan keberadaannya.


(6)

Kerusakan kawasan hutan yang terjadi akhir-akhir ini ternyata sangat merugikan bagi kelangsungan pembangunan masyarakat dan pembangunan wilayah serta kondisi lingkungan ekosistem penunjang kehidupan. Kerusakan hutan merupakan akibat dari gangguan keamanan terhadap pengelolaan hutan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, sehingga kaidah Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) belum terlaksana dengan baik, adanya illegal logging, terjadinya kebakaran hutan, peralihan fungsi kawasan dan okupasi oleh masyarakat. Untuk mengantisipasi kerusakan kawasan hutan tersebut, maka pemerintah dan masyarakat harus segera mempercepat pembangunan melalui upaya rehabilitasi hutan dan lahan, reboisasi serta konservasi tanah. Program Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL/Gerhan) yang telah dilaksanakan sejak tahun 2003 sampai tahun 2008, perlu dijadikan pemicu (trigger) dan dilanjutkan untuk mempercepat pemulihan kualitas hutan dan lahan, agar dicapai tingkat kestabilan fungsi dan kelestarian manfaatnya.

Disamping sumber daya hutan di dalam kawasan hutan juga terdapat lahan di luar kawasan hutan yang dimiliki oleh masyarakat (Hutan Rakyat) yang pengelolaannya dilakukan oleh perorangan maupun perusahaan baik perusahaan swasta lainnya yang bergerak disektor kehutanan, juga termasuk modal utama dalam pembangunan kehutanan di Kabupaten Siak. Oleh karenanya, di dalam pengelolaannya harus dilakukan dengan menerapkan 3 (tiga) prinsip yaitu ekologi, ekonomi, dan sosial budaya.

Terwujudnya upaya pengelolaan hutan secara lestari, merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah (Pusat dan Daerah) dan masyarakat serta mitra


(7)

usahanya. Di era reformasi, semangat otonom yang dimiliki masing-masing pemerintah kabupaten/kota untuk membangun daerahnya, hendaknya tetap memperhatikan dan mempertimbangkan potensi sumber daya hutan dan lahan yang ada di kabupaten/kota masing-masing sehingga keberhasilan pembangunannya dapat optimal. Dengan demikian keberadaan sumber daya hutan dan lahannya dapat dimanfaatkan secara optimal, lestari, berkeadilan, dan berkelanjutan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Disamping itu, pemanfaatam hutan dan lahan juga harus diarahkan pada upaya pemberdayaan dan pengembangan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan hutan yang selama ini hanya tergantung pada eksploitasi potensi sumber daya hutan yang kurang memperhatikan kelestariannya.

Selanjutnya, disebutkan bahwa lahan perkebunan adalah lahan usaha pertanian yang luas, yang digunakan untuk menghasilkan komoditi perdagangan (pertanian) dalam skala besar dan dipasarkan ke tempat yang jauh atau bukan untuk konsumsi lokal secara langsung (setelah melalui pengolahan lanjutan hasil perkebunan).

Pembangunan sektor perkebunan sampai saat ini masih merupakan sektor yang strategis dalam kerangka pembangunan ekonomi nasional, regional dan lokal. Berbgaai kontribusi yang nyata dari pembangunan sektor perkebunan antara lain:


(8)

2) Penyerapan tenaga kerja, kapital dan meningkatkan kesejahteraan petani;

3) Terwujudnya keseimbangan lingkungan.

Dari data yang ada, sumbangan sektor perkebunan dari tahun ke tahun baik terhadap PDB dan PDRB cenderung meningkat, hal ini disebabkan karena hasil-hasil produksi sektor perkebunan dari tahun ke tahun cenderung meningkat yang disebabkan oleh adanya pengembangan usaha di beberapa komoditi, perluasan areal tanam serta kemampuan menyerap alih teknologi yang berkembang.

Sektor Perkebunan merupakan kegiatan agribisnis berbasis rakyat dan memberikan efek berantai (multiplier effect) bagi perekonomian masyarakat. Sebagaimana disebutkan sebelumnya luas lahan perkebunan mencapai sebesar ± 28,68% dari total luas wilayah Kabupaten Siak yang sebagian besar dikelola oleh pemerintah daerah dan diperuntukan kepada masyarakat Kabupaten Siak.

Dalam rangka untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, pemerintah Kabupaten Siak telah melakukan pembangunan kebun kelapa sawit yang diperuntukkan kepada masyarakat tempatan seluas 8.627 Ha yang tersebar pada 17 desa dalam 7 kecamatan di Kabupaten Siak.


(9)

B. Visi dan Misi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak 1) VISI

Visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak merupakan cara pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana organisasi harus di bawa dan berkarya agar tetap konsisten dan dapat eksis, antisipatif, inovatif serta produktif. Visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak adalah suatu gambaran yang memandang tentang keadaan masa depan berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan dan sekaligus sebagai pengarah dan sumber acuan dalam pelaksanaan tugas yang diemban oleh seluruh jajaran organisasi.

Visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak di gali dari keyakinan dasar dan nilai-nilai dasar yang dianut oleh seluruh komponen organisasi, dengan mempertimbangkan lingkungan sekitarnya dan tugas pokok dan fungsi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak. Atas dasar pertimbangan terhadap faktor-faktor tersebut maka visi Dinas Kehutanan Kabupaten Siak adalah sebagai berikut:

Pembangunan sektor Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak memiliki visi :

“Terwujudnya kelestarian fungsi hutan dan pembangunan perkebunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Siak”.


(10)

a. Kelestarian fungsi hutan sebagai sistem penyengga kehidupan. Hutan secara terus menerus dapat berfungsi dengan optimal, baik dari segi produktivitas hasil hutan kayu dan non kayu, segi ekolog maupun dari segi sosial ekonomi masyarakat; b. Peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat serta

mendukung perekonomian Kabupaten Siak. Pemanfaatan hutan yang bertanggung jawab dengan tetap memperhatikan aspek ekologi dan ekonomi secara berkelanjutan yang dilaksanakan bersama-sama antara pemerintah, swasta, akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat di Kabupaten Siak. Selanjutnya, perkebunan yang berdaya guna dan berhasil guna serta pemanfaatan hutan yang lestari selain meningkatkan perekonomian masyarakat dimaksudkan juga untuk peningkatan pendapatan daerah Kabupaten Siak.

2) MISI

Misi yang dirumuskan untuk mewujudkan visi yang diatas, yaitu:

1. Pemantapan dan registrasi kawasan hutan

Kawasan hutan yang mantap secara hukum merupakan kondisi yang diperlukan demi terwujudnya pengelolaan hutan yang


(11)

berkesinambungan. Dalam rangka pemantapan kawasan hutan di Kabupaten Siak, perlu adanya dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak sehingga tidak terjadi tumpang tindih kepentingan dengan tidak mengesampingkan kepentingan rakyat. Jaminan dan kepastian keamanan dan sumber daya hayati yang ada di dalam kawasan hutan juga merupakan kondisi pendukung dalam pengelolaan hutan yang diharapkan.

2. Terciptanya kelestarian hutan

Degradasi kawasan hutan yang disebabkan oleh aktivitas geliat pembangunan menciptakan kerusakan sumber daya hutan dan lahan-lahan kritis, berdampak mundurnya kualitas lingkungan hidup yang diindikasikan dengan rendahnya produktivitas tanah, tingginya laju erosi dan semakin besar peluang terjadinya banjir serta musim kering yang panjang dan perubahan iklim makro. Dalam hal ini sangat diperlukan tindakan rehabilitasi terhadap kerusakan ekosistem tersebut. Dua hal yang harus diperhatikan dalam upaya reboisasi dan rehabilitasi hutan dan lahan kritis yaitu: a. Pengurangan dan penghentian kegiatan konversi kawasan untuk

kegiatan pembangunan non kehutanan

b. Kegiatan pembangunan hutan tanaman harus memperhatikan ketersediaan lahan kawasan hutan dan kapasitas terpasang industri pengolahan.


(12)

4. Memantapkan penataan ruang untuk pengembangan perkebunan. 5. Mendorong peningkatan produksi perkebunan untuk kesejahteraan

masyarakat.

6. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan perusahaan dalam usaha perkebunan.

C. Tujuan dan Sasaran Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak

Tujuan merupakan sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam jangka 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun. Tujuan yang dimaksud disini adalah merupakan penjabaran dari setiap misi yang diemban oleh organisasi dengan memperhatikan kondisi, potensi, kendala dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta kemampuan organisasi dan ketersediaan sumber daya pendukung dalam pencapaian tujuan. Sebagai organisasi yang relatif baru di lingkup Pemerintahan Kabupaten Siak serta adanya perubahan tata pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi melalui pemberian otonomi daerah yang seluas-luasnya kepada Pemerintahan Kabupaten, maka karakteristik tujuan yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

1. Terselenggaranya sistem Pengelolaan Kawasan Hutan Lestari Dengan Sasaran:

a. Terciptanya Rencana Tata Ruang Kehutanan Kabupaten Siak yang selaras dengan Rencana Tata Ruang Provinsi dan Tata Guna Hutan Kesepakatan (Kementerian Kehutanan);


(13)

2. Perlindungan dan pengamanan kawasan hutan Dengan Sasaran:

Terlindunginya dan terkonservasimya sumber daya alam.

3. Menciptakan manusia yang peduli hutan di dalam pengelolan sektor kehutanan

Dengan Sasaran:

Meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan dengan tujuan peningkatan kualitas lingkungan hidup. 4. Memberikan kontribusi bagi pembangunan Kabupaten Siak

Dengan Sasaran:

a. Meningkatnya nilai tambah bruto terhadap penerimaan bersih daerah dan PAD/PDRB;

b. Meningkatnya investasi dan peluang usaha bagi pihak swasta dan asing yang bergerak di bidang usaha kehutanan;

c. Terbukanya lapangan dan peluang kerja;

d. Menciptakan peluang untuk menumbuhkembangkan industri hasil non kayu.

5. Memberikan manfaat sumber daya hutan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat baik langsung maupun tidak langsung

Dengan Sasaran:

Meningkatnya pendapatan masyarakat sekitar hutan melalui kegiatan pembangunan kehutanan;


(14)

Dengan Sasaran:

a. Mewujudkan pendataan perkebunan rakyat dan pemetaan penyebarannya;

b. Mewujudkan pendataan perkebunan besar dan pemetaan penyebarannya;

c. Terciptanya penilaian kelas perkebunan besar.

7. Peningkatan produktivitas kebun melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi.

Dengan Sasaran:

Meningkatnya produksi perkebunan dari aspek kuantitas dan kualitas. 8. Peningkatan ilmu pengetahuan petugas dan petani perkebunan serta

menumbuhkembangkan kelembagaan petani yang ada di pedesaan; Dengan Sasaran:

a. Terwujudnya petugas yang ahli dan terampil di bidang perkebunan; b. Terciptanya petani yang terampil di bidang perkebunan;

c. Terciptanya kelompok tani perkebunan yang tangguh;

d. Terciptanya koperasi perkebunan yang profesional dan mandiri.

9. Peningkatan kerjasama antara perusahaan dengan masyarakat dalam aktivitas perkebunan

Dengan Sasaran:

Meningkatnya pemasaran perkebunan dan produksi usaha perkebunan.


(15)

10.Tersedianya bahan baku perkebunan yang mendukung industri yang berwawasan lingkungan

Dengan Sasaran:

Terpenuhinya bahan baku industri hulu dan hilir di bidang perkebunan.

D. Tugas dan Fungsi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak 1. Tugas Pokok

Melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan di bidang kehutanan dan perkebunan

2. Fungsi

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang kehutanan dan perkebunan; b. Penyelenggaraan pelayanan umum di bidang kehutanan dan

perkebunan;

c. Pembinaan pelaksanaan tugas di bidang kehutanan dan perkebunan;

d. Pelaksanaan urusan tata usaha dinas; dan

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(16)

E. Struktur Organisasi dan Komposisi Pegawai Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak

Dinas Kehutanan dan Perkebunan merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten Siak dalam bidang kehutanan dan perkebunan yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Struktur organisasi selengkapnya dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak disampaikan dalam lampiran-1.

Sebagai unsur pelaksana teknis bidang kehutanan dan perkebunan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan harus mampu menjabarkan dan melaksanakan segala macam bentuk peraturan dan kebijakan Pemerintah Pusat (Kementrian Kehutanan dan Direktorat Jendral Perkebunan) serta mensinergikannya dengan kewenangan yang dimiliki Pemerintah Daerah.

Susunan Organisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak:

a. Kepala Dinas

b. Sekretaris, terdiri dari:

1. Sub Bagian Penyusun Program 2. Sub Bagian Keuangan

3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

c. Bidang Perencanaan, Pengendalian Hutan dan Lahan, terdiri dari: 1. Seksi Investasi & Tata Guna Hutan dan Lahan


(17)

3. Seksi Pengawasan Pengendalian Hutan & Lahan d. Bidang Usaha Kehutanan, terdiri dari:

1. Seksi Produksi Hasil Hutan

2. Seksi Peredaran dan Iuran Hasil Hutan 3. Seksi Pengolahan dan Pengujian Hasil Hutan

e. Bidang Perlindungan Rehabilitasi Hutan & Lahan, terdiri dari: 1. Seksi Pengamanan & Perlindungan Hutan dan Lahan 2. Seksi Rehabilitasi Konservasi Hutan & Lahan

f. Bidang Bina Usaha Perkebunan, terdiri dari:

1. Seksi Perencanaan & Pengembangan Usaha Perkebunan 2. Seksi Data, Evaluasi dan Pelaporan

g. Bidang Bina Produksi Perkebunan

1. Seksi Sarana & Prasarana Produksi Perkebunan 2. Seksi Pengembangan Produksi Tanaman

3. Seksi Pengendalian Hama & Penyakit Tanaman h. Bidang Pembinaan & Pengawasan Usaha Perkebunan

1. Seksi Pembinaan & Pengawasan Perkebunan Besar Swasta, BUMN & BUMD.

2. Seksi Kelembagaan & Pembinaan Kebun Rakyat 3. Seksi Promosi & Pemasaran Hasil Perkebunan i. Kelompok Jabatan Fungsional


(18)

Tabel 3.1

Komposisi pegawai menurut jenjang Pendidikan, Golongan dan Jabatan, serta Jenis Kelamin di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak

Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak

URAIAN JUMLAH

Kualifikasi Berdasarkan Pendidikan: 1. SD

2. SLTP 3. SLTA 4. D-III 5. S-1

4 Orang 1 Orang 64 Orang 1 Orang 44 Orang 6. S-2

TOTAL

15 Orang 129 Orang Kualifikasi Berdasarkan Golongan dan Jabatan:

1. Golongan I 2. Golongan II 3. Golongan III 4. Golongan IV 5. Eselon II 6. Eselon III 7. Eselon IV TOTAL

Kualifikasi Berdasarkan Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan TOTAL 2 Orang 47 Orang 58 Orang 2 Orang 1 Orang 12 Orang 6 Orang 129 Orang 96 Orang 33 Orang 129 Orang


(19)

F. Landasan Hukum Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak 1. Undang-undang Nomor 53 Tahun 2000 tentang pembentukan

Kabupaten Siak;

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

4. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

5. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang sistem budidaya tanaman;

6. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik;

7. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Hidup;

8. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan

9. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan;

10. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.27/Menhut-II/2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kehutanan Tahun 2006-2025; 11.Peraturan Menteri Kehutanan No. P.42/Menhut-II/2010 tentang


(20)

12.Peraturan Daerah Nomor 8 Thaun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Badan dan Kantor di Kabupaten Siak;

13.Peraturan Daerah Kabupaten Siak Nomor 28 Tahun 2011, tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Siak tahun 2011-2016;

14.Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2012 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Badan dan Kantor di Kabupaten Siak;

Dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional merupakan landasan hukum di bidang perencanaan pembangunan. Peraturan ini merupakan satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggaraan pemerintah di Pusat dan Daerah dengan melibatkan masyarakat.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 mengatur tahapan, tatacara penyusunan, pengendalian, dan evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Peraturan Pemerintah ini dilaksanakan melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 yang mengamanatkan bahwa perencanaan daerah antara lain: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD); Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD); DAN Rencana Strategis (RENSTRA) dirumuskan secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan.


(21)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Pada bab ini penulis akan menyajikan data menggunakan metode kualitatif dengan teknik observasi, dokumentasi dan wawancara secara mendalam yang dilakukan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak. Wawancara sebagai salah satu cara untuk memperoleh data primer dari sebuah penelitian, wawancara mendalam ini dilakukan kepada beberapa informan yaitu Kepala Dinas, Kepala Bidang, Kepala Bagian, Tim Teknis di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak serta antarlembaga terkait diantaranya yaitu Kepolisian Desa, Kepala Bidang Pemadam Kebakaran BPBD Siak, Kepala Daerah Operasional Manggala Agni dan juga Kepala Desa Dayun dan Masyarakat untuk mengetahui pendapat dan tanggapan mengenai bagaimana implementasi strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan.

Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat wawancara merupakan pertanyaan yang berasal dari pedoman wawancara yang telah disusun oleh penulis, namun penulis tidak hanya terpaku pada pertanyaan yang ada. Dalam pelaksanaannya, pertanyaan tersebut berkembang sesuai dengan permasalahan penelitian.


(22)

Berikut ini merupakan hasil wawancara tentang strategi-strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan, yaitu:

4.1 Strategi Pengawasan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak

Pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, dan prinsip yang dianut. Juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari.

Hal pertama kali yang ditanyakan oleh penulis terkait dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai strategi pengawasan seperti apakah yang telah dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan, Bapak Drs. H. Teten Effendi sebagai Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak mengatakan:

“Strategi pengawasan yang telah kita lakukan selama ini adalah dengan melakukan operasi gabungan yang dilaksanakan sebanyak 3 kali dalam setahun, kemudian kita melakukan patroli rutin pengamanan hutan karena kita memiliki polisi kehutanan. Dan terakhir, kita tetap melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk mencegah kebakaran hutan yang ada di Kabupaten Siak.”

Dalam melakukan strategi pengawasan maka harus adanya standar waktu pengawasan sehingga dapat menilai kinerja para pelaksana strategi apakah sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Dimana dalam hal ini para pelaksana strategi mengimplementasikan strategi secara langsung


(23)

dilapangan untuk mengawasi hutan. Terkait hal tersebut maka penulis menanyakan bagaimana standar waktu yang ditentukan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam mengimplementasikan strategi pengawasan hutan tersebut, beliau mengatakan:

“Usaha pengawasan sudah semaksimal mungkin kami telah lakukan yaitu dengan melakukan patroli rutin langsung kelapangan seperti areal perkebunan masyarakat, hutan konservasi dan lahan-lahan yang belum tahu siapa pemiliknya. Hal ini kami lakukan dalam rangka pencegahan kebakaran hutan agar terhindar dari masalah kebakaran hutan tersebut maka khususnya kami lakukan pada daerah rawan kebakaran hutan dan pada saat cuaca sedang ekstrem oleh tim regu patroli.”

Di dalam mengimplementasikan suatu strategi yang telah ditetapkan, maka tentunya pasti ada kendala maupun hambatan yang terjadi selama melaksanakan strategi. Kemudian penulis menanyakan tentang kendala maupun hambatan yang dihadapi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak selama melakukan strategi pengawasan hutan, beliau mengatakan:

“Kita selalu melakukan tugas dan tanggung jawab kita semaksimal mungkin, dan tidak semua strategi bisa berjalan dengan mulus pasti selalu ada ditemukannya kendala. Contohnya saja ketika dalam melakukan patroli rutin, kita selalu melakukannya pada saat cuaca ekstrim dan di daerah yang rawan terjadi kebakaran hutan karena apabila setiap hari pengawasan harus dilakukan maka akan membutuhkan biaya yang besar karena wilayah kerja kita cukup luas.”

Dan setelah mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam melakukan strategi pengawasan, maka penulis menanyakan tentang langkah-langkah yang


(24)

diambil oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam menangani kendala ataupun tantangan tersebut, beliau mengatakan:

“Untuk mengatasi kendala seperti patroli rutin yang akan membutuhkan banyak biaya apabila setiap hari untuk dilakukan yaitu kita lebih melakukan pencegahannya daripada patroli pengawasan hutan hutan tadi. Pencegahan bisa kita lakukan dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat, perusahaan, dan berbagai kalangan lainnya.”

Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak berupaya untuk meningkatkan pengawasan hutan. Namun, di lain pihak penulis menanyakan kinerja yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam melakukan strategi pengawasan hutan. Hal ini terlihat dari pernyataan yang dikemukakan oleh Bapak Nasya Nugrik, S.IP selaku Kepala Desa Dayun, beliau mengatakan:

“Menurut saya, pelaksanaan pengawasan hutan yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak terhadap masalah kebakaran hutan selama ini dinilai sangat kurang. Kinerja mereka selama ini hanya pada masalah perizinan, namun untuk kegiatan pengawasan seperti patroli pengamanan hutan sangat kurang aktif. Jadi mereka kurang mengetahui tindak perilaku masyarakat di hutan karena hanya fokus pada masalah perizinan pembukaan lahan saja.”

Kemudian, wawancara mengenai hasil strategi pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir maka penulis lebih lanjut menanyakan tentang hal ini kepada Bapak Brigadir Sepriandi Sianturi selaku anggota BHABINKAMTIBMAS (Polisi Masyarakat di Desa/Kecamatan), beliau mengatakan:


(25)

“Sejauh ini, saya memperhatikan juga kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak hanya terfokus pada perambahan dan illegal logging saja. Namun untuk masalah kebakaran hutan, pihak mereka baru serius menanggapinya satu tahun terakhir ini dan disamping itu juga karena faktor alam yang mendukung dari cuaca yang tingkat curah hujannya tinggi untuk tahun ini.”

4.2 Strategi Sosialisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak

Sosialiasi merupakan strategi berikutnya yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam melakukan pengawasan hutan. Di dalam sosialiasi tersebut tentunya akan melibatkan peran serta masyarakat untuk ikut andil dalam mendorong keberhasilan pengawasan hutan di Kabupaten Siak. Penulis ingin mengetahui seberapa jauh tingkat partisipasi masyarakat dalam mendorong peran serta masyarakat dalam meningkatkan pengawasan hutan dengan memperlihatkan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat melalui kegiatan yang telah dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak.

Kemudian, penulis menanyakan upaya apa saja yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak untuk mendorong keterlibatan masyarakat dalam meningkatkan pengawasan hutan di Kabupaten Siak, Drs. H. Teten Effendi sebagai Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak mengatakan:

“Menurut saya, dalam upaya mendorong keterlibatan masyarakat untuk mewujudkan pengawasan hutan yang efektif, maka Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak melakukan kegiatan sosialisasi ke beberapa desa yang rawan akan terjadinya kebakaran hutan. Sosialisasi biasanya dilakukan dalam betuk seminar dan pelatihan. Kemudian, sosialisasi program dilakukan di kantor desa, balai desa, atau tempat lainnya yang


(26)

disepakati. Dan juga sosialisasi dalam bentuk informal dilakukan dengan pembagian selebaran atau brosur dan mendatangi langsung masyarakat ke rumah ataupun dimanapun ketemunya kita melakukan sosialisasi.” Di dalam mengimplementasikan suatu strategi yang telah ditetapkan, maka tentunya pasti ada kendala maupun hambatan yang terjadi selama melaksanakan strategi. Kemudian penulis menanyakan tentang kendala maupun hambatan yang dihadapi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak selama melakukan strategi sosialisasi, beliau mengatakan:

“Terkadang, kami merasakan bahwa dalam melakukan sosialisasi bentuk formal kurang mendapatkan antusias masyarakat, karena kebanyakan masyarakat harus bekerja di ladang atau kebun dan pulangnya sore. Oleh karena itu kami melakukan sosialisasi dalam bentuk informal seperti mengobrol di kedai-kedai kopi dengan masyarakat yang lagi meminum kopi. Itu juga cukup efektif karena kita sampaikan pesan kepada masyarakat agar turut serta dalam melaksanakan pengawasan hutan dan bahkan kami memberikan nomor kontak handphone apabila terjadinya kebakaran hutan yang terjadi di desa mereka masing-masing. Dan itu benar-benar dapat terlaksana oleh masyarakat itu sendiri.”

Penjelasan diatas penulis dapatkan dari pihak Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk mendorong keterlibatan masyarakat dalam hal meningkatkan pengawasan hutan. Kemudian, untuk mencari tahu kebenaran tersebut, maka penulis menanyakan langsung kepada tokoh masyarakat seperti Kepala Desa sebagai pihak yang langsung turut menerima koordinasi dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan dalam melaksanakan sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak. Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara


(27)

kepada Bapak Nasya Nugrik, S.IP sebagai kepala Desa Dayun, beliau mengatakan :

“Saya melihat bahwa Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak untuk tahun-tahun sebelumnya sangat dinilai kurang dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Karena, masih saja ditemukan pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri misalnya melakukan perambahan dengan cara membakar. Itu mungkin dikarenakan oleh kurangnya faktor sumber daya manusianya dan keterbatasan dana untuk melakukan sosialisasi melalui media elektronik, selebaran, koran dan lain-lainnya. Mereka baru serius dalam melakukan kegiatan sosialisasi, pencegahan, dan patroli baru satu tahun terakhir ini saja.” 4.3 Strategi Pemadaman Kebakaran Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Kabupaten Siak

Strategi yang dilakukan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak selanjutnya adalah strategi pemadaman kebakaran hutan. Setiap upaya pemadaman kebakaran hutan bertujuan agar nyala api dapat dipadamkan secepatnya dan korban maupun kerugian yang lebih besar dapat dihindarkan.

Terkait hal tersebut, penulis menanyakan tentang strategi apa saja yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam melakukan pemadaman kebakaran hutan di Kabupaten Siak, Bapak Drs. Teten Effendi mengatakan:

“Di dalam menangani masalah kebakaran hutan di Kabupaten Siak, maka tindakan yang kita ambil adalah dengan membentuk tim pemadam kebakaran dengan membagi beberapa personil di dalamnya. Kita ada 3 tim pemadam dengan 15 orang dalam satu tim. Di samping itu, kita juga dibantu oleh antarlembaga terkait. Seperti Badan Lingkungan Hidup yang menunjukan kita dimana lokasi titik api ataupun daerah kebakaran tersebut, kemudia dari elemen masyarakat yang tergabung dalam lembaga masyarakat peduli api. Langkah berikutnya kita membuat sekat kanal (kanal bloking) untuk cadangan air di dekat daerah rawan kebakaran hutan sehingga bisa dengan cepat api dapat dipadamkan.”


(28)

Di dalam mengimplementasikan suatu strategi yang telah ditetapkan, maka tentunya pasti ada kendala maupun hambatan yang terjadi selama melaksanakan strategi. Kemudian penulis menanyakan tentang kendala maupun hambatan yang dihadapi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak selama melakukan strategi pemadaman, beliau mengatakan:

“Kendala yang kita hadapi ketika melakukan strategi pemadaman kebakaran hutan ini adalah keterbatasan jumlah personil dan sarana prasarana yang mendukung jalannya kegiatan pemadaman kebakaran tersebut yang dimiliki Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak. Serta ketika cuaca lagi ekstrim, maka kanal blocking akan mengering airnya, dan ketika pada saat yang sama ada hutan yang terbakar maka kita akan kewalahan untuk memadamkannya.”

Dan setelah mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam melakukan strategi pemadaman kebakaran, maka penulis menanyakan tentang langkah yang diambil oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam menangani kendala ataupun tantangan tersebut, beliau mengatakan:

“Selama ini, kita berusaha untuk menjalin komunikasi dan koordinasi yang baik dengan antarlembaga terkait untuk menangani masalah kebakaran hutan tersebut, sehingga dengan demikian dapat menutupi kekurangan atau keterbatasan jumlah personil maupun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak.”

Berdasarkan jawaban dari Bapak Drs. H. Teten Effendi sebagai Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak tersebut, maka penulis kemudian melakukan wawancara dengan SKPD terkait


(29)

seperti Kepala Pemadam Kebakaran BPBD Kabupaten Siak yaitu Bapak Irwan Prayatna, S.Si mengenai koordinasi yang selama ini terjalin dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam melakukan pemadaman kebakaran hutan, dan beliau mengatakan:

“Yang saya perhatikan tahun ini aktif betul bersama dengan Manggala Agni bahkan kita mengirimkan personil dari BPBD untuk membantu mereka melakukan pemadaman kebakaran hutan. Ya tahun ini memang teliti dan kerjanya bagus karena kita juga orang teknis yang selalu berada dilapangan apakah mereka perlu dengan kehadiran kami disini membantu. Makanya sejak tahun ini kinerja mereka cukup bagus, apakah karena saya protes ke pusatnya, ya nggak tau lah saya, tapi sejak tahun ini bagus bahkan sudanh sangat intens dalam melakuka pengawasan hutan. Udah mulai salut lah saya dengan kinerja mereka tahun ini.”

4.4 Strategi Koordinasi Antarlembaga Terkait oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak senantiasa melakukan tanggung jawab di bidang kehutanan dan selalu menggandeng Tim Teknis yang berasal dari badan-badan terkait dalam melakukan pengawasan hutan, sebab Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak juga tidak bisa meminimalisir atau menangani masalah kebakaran hutan di Kabupaten Siak dengan luas jangkauan wilayah yang sangat luas apabila tidak di dukung oleh berbagai badan-badan terkait. Kemudian penulis menanyakan apakah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak ketika melakukan pengawasan hutan melibatkan badan-badan terkait, Bapak Drs. H. Teten Effendi mengatakan:


(30)

“Ya tentu saja kita juga melibatkan berbagai badan-badan yang terkait dalam melakukan pengawasan hutan ini. Kita memiliki polisi hutan, kejaksaan sebagai penegakan hukum dan bukan hanya itu saja, kita juga bekerja sama dengan Manggala Agni dan BPBD dalam melakukan pengawasan hutan ini.”

Kemudian penulis menanyakan tentang kegiatan apa saja yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak saat berkoordinasi dengan antarlembaga terkait, beliau mengatakan:

“Kegiatan yang sudah kita lakukan saat berkoordinasi dengan antarlembaga terkait salah satunya adalah melakukan patroli udara dengan menggunakan helikopter milik Angkatan Udara Provinsi Riau, kemudian melakukan pemadaman dari udara dengan membuat hujan buat dengan pesawat dan bom air dengan menggunakan helikopter water bombing milik Angkatan Udara Provinsi Riau. Selanjutnya, kita melakukan patroli rutin, operasi gabungan serta pemadaman kebakaran di darat berkoordinasi dengan Manggala Agni dan BPBD. Setelah itu, kita melakukan penegakan hukum kepada pelaku pembakaran hutan yang bekerja sama dengan Kejaksaan dan Kepolisian untuk membantu penyidikan. Berkoordinasi dengan dinas kesehatan untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat terkena dampak asap tebal, serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat.”

Berdasarkan jawaban dari Bapak Drs. H. Teten Effendi sebagai Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak tersebut, maka penulis kemudian melakukan wawancara dengan SKPD terkait seperti Kepala Daerah Operasional Manggala Agni yaitu Bapak Edwin Putra mengenai koordinasi yang selama ini terjalin dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam melakukan pengawasan hutan, dan beliau mengatakan:

“Sepengetahuan saya, kami sudah bekerjasama dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak sejak tahun 2006. Jadi, pada saat itu, kegiatan pengendalian kebakaran hutan dalam artian kegiatan pemadaman dan patroli, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak memiliki anggaran yang khusus dianggarkan di dinas


(31)

itu sendiri. Kemudian, sejak dibentuknya BPBD Kabupaten Siak, maka anggaran untuk melakukan pengendalian kebakaran hutan cenderung menurun, karena untuk kegiatan pemadaman kebakaran hutan telah dialihkan kepada BPBD Kabupaten Siak. Jadi, untuk beberapa tahun terakhir ini terjadilah penurunan penganggaran untuk Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak sendiri. Jadi, anggaran selama 3 sampai 4 tahun belakangan ini setelah dibentuknya BPBD Kabupaten Siak, maka anggaran tersebut sudah sangat menipis untuk kegiatan pengendalian kebakaran hutan. Mereka hanya ada kegiatan pemadaman kebakaran hutan saja.”

Kemudian penulis melanjutkan pertanyaan dengan SKPD terkait yakni Kepala Daerah Operasional Manggala Agni yaitu Bapak Edwin Putra mengenai hasil pelaksanaan pengawasan hutan yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, dan beliau mengatakan:

“Kalau hasil saya tidak bisa saya pastikan. Namun, saya melihat secara umum bahwa mereka juga banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang mendatangkan hasil yang cukup optimal diantaranya adalah Pemerintah Daerah Siak ini telah mencanangkan taman swadaya gambut, dan itu tentunya dikelola oleh Dinas Kehutanan sendiri dimana dahulunya merupakan taman konservasi namun sekarang sudah menjadi taman nasional yang baru-baru ini dicanangkan oleh Presiden Jokowi. Dan sejauh ini, saya melihat mereka cukup berhasil dalam mengimplementasikan strategi-strategi dalam kegiatan pengawasan hutan. Namun meskipun kita melihat masih tetap ada perambahan yang terus meningkat karena kita tahu bahwa jumlah tenaga untuk pengendalian dan pengamanan kawasan hutan mereka sudah sedikit sekali. Bisa langsung ditanyakan kepada mereka berapa jumlah polisi hutan mereka. Itu tidak lebih dari 10 orang.”

Adanya kendala-kendala yang dihadapi oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak terkait kerjasama dengan SKPD terkait, sedikit banyak akan turut memberikan pengaruh terhadap kelancaran dalam melakukan pengawasan hutan yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak. Namun, Dinas Kehutanan


(32)

dan Perkebunan Kabupaten Siak sampai saat ini masih terus berupaya untuk menangani berbagai masalah yang ada dengan cara memperbaiki kondisi internal dan eksternal dengan tujuan masalah-masalah baru baru yang mungkin akan muncul lagi seiring berjalannya kegiatan-kegiatan dalam melakukan pengawasan hutan yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak.

Berikut ini merupakan hasil wawancara tentang implementasi strategi dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan dimana penulis menggunakan teori implementasi strategi yang dikemukakan oleh Edwards C. III. Dalam pendangan Edwards C. III, implementasi strategi dipengaruhi oleh 4 (empat) variabel yang saling berhubungan satu sama lain diantaranya komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi. Penulis menyajikan data dengan menggunakan teori implementasi strategi Edwards C. III, maka akan dihasilkan suatu sajian data mengenai apakah strategi yang sudah dirumuskan dan dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak mampu meningkatkan pengawasan hutan, antara lain:

4.5 Komunikasi

Komunikasi yang efektif antara pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, dan kelompok sasaran akan mempermudah pencapaian tujuan dari implementasi strategi atau kebijakan. Komunikasi meliputi transmisi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi. Dalam melihat keberhasilan komunikasi dalam proses implementasi, transmisi mengukur berdasarkan penyaluran komunikasi yang terjalin antara pembuat kebijakan kepada


(33)

pelaksana kebijakan. Dalam hal ini sangat dibutuhkan kejelasan informasi yang disampaikan oleh pembuat kebijakan agar pelaksana (implementor) dapat memiliki pengetahuan tentang tahap-tahap pelaksanaan kebijakan. Selain itu, hal ketiga yang sangat dibutuhkan adalah konsistensi infromasi yang disampaikan oleh pembuat kebijakan. Artinya, ketetapan pembuat kebijakan dalam menyampaikan informasi secara besar dan akurat kepada pelaksana strategi.

Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para informan tentu terkait dengan strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terkait dengan komunikasi dalam merumuskan strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan lebih diarahkan kepada Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, karena beliau merupakan informan kunci yang mempunyai andil besar dalam merumuskan strategi di dalam Dinas tersebut. Hal pertama kali yang ditanyakan oleh penulis terkait dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai strategi apa saja yang telah dirumuskan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan, Bapak Drs. H. Teten Effendi mengatakan:

“Banyak strategi yang telah kami buat untuk meningkatkan pengawasan hutan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak ini, terutama strategi yang berkaitan dengan upaya mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak yang telah tercantum di Rencana Strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak Tahun 2011-2016. Strategi yang sudah kami buat untuk


(34)

meningkatkan pengawasan hutan yaitu: melakukan upaya rehabilitasi hutan dan konservasi lahan, meningkatkan pengamanan kawasan hutan dan hasil hutan, meningkatkan profesionalisme aparatur kehutanan, serta meningkatkan kemampuan dan partisipasi masyarakat dalam upaya pengawasan hutan.”

Untuk dapat menciptakan suatu komunikasi yang efektif, tentunya harus ada orang-orang yang berperan sebagai perumus strategi. Dalam hal ini, penulis menanyakan tentang siapa saja orang-orang yang terlibat secara langsung dalam proses perumusan strategi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, Bapak Drs. H. Teten Effendi mengatakan: “Orang-orang yang terlibat dalam merumuskan strategi disini tentunya saya sendiri selaku Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dan dibantu oleh Kepala-kepala Bidang dan Kepala Bagian. Artinya di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak maka semua pejabatnya sangat aktif terlibat dalammerumuskan strategi. Kemudian, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak adalah pembantuan teknis pemerintahan daerah. Kita membantu teknis di bidang kehutanan dan tentu saja melibatkan pejabat struktural atau pejabat daerah. Maka tentunya, kita juga mengambil dari kebutuhan masyarakat dan pasti ada timbal baliknya. Secara strategi kita merumuskan bagaimana keadaan masyarakat kita, bagaimana keadaan geografis kita, bagaimana keadaan hutan, dan berapa luas hutan yang berada di sekitar masyarakat serta berapa banyak desa yang berada di dekat hutan. Oleh karena itu, kita mengakomodir itu semua”.

Suatu strategi dapat berjalan secara efektif apabila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan dari strategi yang telah diciptakan dapat dipahami secara jelas oleh setiap individu yang terlibat dalam pencapaian tujuan dari strategi tersebut. Kejelasan mengenai ukuran dan tujuan strategi sangat perlu dikomunikasikan secara tepat oleh pembuat strategi dengan para pelaksana. Komunikasi yang terjalin dengan baik antara semua personil yang terlibat dalam pelaksanaan strategi akan mendorong kepada pencapaian tujuan secara lebih optimal. Dalam hal ini, penulis menanyakan mengenai bagaimana


(35)

proses komunikasi yang terjalin antara orang-orang yang berperan dalam merumuskan strategi dengan para pelaksana strategi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dan bagaimana proses komunikasi yang terjalin antara Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dengan Badan atau Lembaga yang berkoordinasi bahkan masyarakat itu sendiri dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan, Bapak Ermansyi, SP, M.Si mengatakan: “Komunikasi antara pembuat strategi dengan para pelaksana strategi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak ini terjalin dengan sangat baik, dikarenakan strategi yang telah di buat dikomunikasikan secara langsung kepada seluruh pegawai sehingga mereka yang berperan sebagai pelaksana strategi dapat memahami dengan jelas dan akurat mengenai apa yang hendak dilaksanakan terkait dengan strategi yang sudah dibuat. Peran dari Kepala Bidang sangat dibutuhkan disini sebagai sumber informasi bagi para anggota bidang dan sebagai pengkoordinir kinerja dari bidang masing-masing.”

Dan setelah mengetahui komunikasi dalam lingkungan internal di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak berjalan dengan cukup baik, maka selanjutnya penulis menanyakan tentang komunikasi yang dijalin Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak di lingkungan eksternal, beliau mengatakan:

“Komunikasi yang kami lakukan dengan lingkungan eksternal untuk melakukan pengawasan hutan seperti misalnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Siak, Manggala Agni Daops Siak, serta Masyarakat itu sendiri sejauh ini cukup berhasil karena kawasan hutan yang berada di Kabupaten Siak ini sangat luas dan apabila terdapat kebakaran hutan di berbagai daerah yang ada di Kabupaten Siak dengan tenaga dan sarana-prasarana yang seadanya di dinas maka itu tidak dapat menyelesaikan masalah kebakaran hutan. Oleh karena itu, kami menjalin kerjasama dengan beberapa badan yang fokus terhadap penanganan masalah kebakaran hutan tersebut sehingga dalam hal memberikan informasi tentang kebakaran hutan kita masih sering menjalin komunikasi yang baik.”


(36)

4.6 Sumber Daya

Komponen sumber daya meliputi jumlah staf, keahlian dari para pelaksana, informasi yang relevan dan cukup untuk mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan program, adanya kewenangan yang menjamin bahwa program dapat diarahkan kepada sebagaimana yang diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana, sarana dan prasarana.

Apabila isi dari strategi sudah dikomunikasikan secara jelas, tetapi implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan, maka strategi tidak akan berjalan secara efektif. Sumber daya dapat berwujud manusia dan finansial. Komponen sumber daya meliputi jumlah staf, keahlian dari para pelaksana dan fasilitas-fasilitas pendukung seperti dana dan sarana prasarana. Penulis kemudian menanyakan mengenai sumber daya yang dibutuhkan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak agar strategi yang telah dibuat dapat dilaksnakan dengan baik, Bapak Drs. H. Teten Effendi mengatakan:

“Di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak ini, sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan strategi sudah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sekalipun masih ada pegawai yang belum memberikan kinerjanya secara maksimal namun itu hanya sebagian kecil saja. Jumlah staff disini yang masih agak kurang terutama dalam hal melakukan pengawasan hutan untuk melakukan patroli rutin serta pemadaman kebakaran hutan. Kemudian juga dari segi sarana dan prasarana itu sendiri, kita memiliki mobil operasional polisi kehutanan, kemudian dibantu oleh beberapa Unit Pelaksana Teknis Daerah (UTPD) yang merupakan cabang dinas terbagi lagi di beberapa kecamatan sehingga lebih dekat lagi dengan masyarakat untuk mendapatkan informasi.”


(37)

Kemudian penulis menanyakan tentang jumlah tim teknis yang masih kurang dengan keefektivitasan Dinas Kehutanan dan Perkebunan dalam melakukan pengawasan hutan, beliau mengatakan:

“Bisa dikatakan untuk ukuran efektif, itu tergantung pada seberapa luas kawasan hutan yang terbakar dengan melihat sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak. Jika kawasan hutan yang terbakar sangat luas, maka kinerja yang dilakukan berarti belum cukup efektif untuk pengawasan hutan berdasarkan sarana dan prasarana yang ada.”

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan suatu strategi adalah sumber daya dana. Tanpa adanya dana yang mendukung maka program maupun kegiatan tidak akan berjalan dengan baik. Terkait dengan hal tersebut, penulis menanyakan tentang anggaran atau dana yang dibutuhkan dalam mengimplementasikan suatu strategi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, Bapak Irwanto Susanto, S.Hut mengatakan:

“Dari segi dana yang diperlukan dalam melaksanakan pengawasan hutan didapatkan dari APBD. Dan selama melakukan kegiatan pengawasan hutan dibiayai secara penuh oleh APBD. Untuk masalah kendala, misalnya, tahun ini ada pengurangan anggaran dalam melakukan kegiatan yang biasanya kita melakukan operasi gabungan 3 (tiga) kali dalam setahun, namun untuk tahun ini kita hanya melakukan operasi gabungan sekali saja karena ada rasionalisasi anggaran Jadi, kendala dalam anggaran yaitu ketika ada perubahan dan ketika ada pengurangan anggaran maka tentunya akan terkena dampaknya pada kegiatan yang ingin dikerjakan. Jadi, kalau pengawasan dilakukan secara terus menerus maka tentu akan memakan banyak biaya. Oleh karena itu, pengawasan dilakukan pada saat musim kemarau panjang dimana curah hujan cukup rendah”


(38)

Dengan adanya sumber daya pendukung, maka tujuan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam melakukan pelaksanaan pengawasan hutan akan berjalan dengan baik. Namun, dengan terdapatnya berbagai kendala yang dihadapi oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam hal sumber daya pendukung, maka penulis menanyakan tentang hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan sumber daya organisasi tersebut, Bapak Drs. H. Teten Effendi mengatakan:

“Dengan jumlah personil yang terbatas sebagai tim teknis di dalam melakukan pengawasan hutan, kemudian dana yang cukup terbatas, serta sarana dan prasarana lainnya yang kurang memadai. Maka, kita melakukan koordinasi antarlembaga terkait untuk mengatasi kekurangan tersebut. Oleh karena itu, untuk tahun ini, kita telah sangat baik melakukan koordinasi dengan Manggala Agni, BPBD, dan SATGAS sehingga kekurangan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak bisa diatasi dalam hal upaya pengawasan hutan.”

Dalam menjalankan tugasnya untuk meningkatkan pengawasan hutan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak mendukung kegiatan pengawasannya secara maksimal dengan menyediakan berbagai fasilitas yang dapat membantu seluruh pegawainya agar dapat bekerja secara efektif dan efisien. Berdasarkan Laporan Pertanggungjawaban Dinas Kehutanan dan Perkebunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak Tahun 2016, adapun fasilitas-fasilitas yang tersedia di Kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak guna menunjang kegiatan dalam upaya meningkatkan pengawasan yang dilaksanakan, yaitu :


(39)

Tabel 4.1: Sarana dan Prasarana Pemadaman Kebakaran Hutan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak

No. Nama Peralatan Jenis Peralata Jumlah Peralatan 1.

Mobil

Slip On Monitoring Ranger Pick Up

Mobil Pemadam Kebakaran

2 Unit 1 Unit 1 Unit 2 Unit 2.

Mesin Portable Tohatsu Shibaura

2 Unit 3 Unit

3. Mesin Apung - 2 Unit

4.

Selang 2,5 Inci 1,5 Inci

64 Buah 20 Buah 5.

Nozle 2,5 Inci

1,5 Inci

3 Buah 3 Buah

6. Personil 3 Regu

7. Peralatan Personil Baju Sarung Tangan Helm Sepatu Boot 50 Pasang 50 Pasang 40 Pasang 40 Pasang 4.7 Disposisi

Agar dapat berjalan dengan efektif maka suatu kebijakan harus dapat diimplementasikan dengan terjalinnya hubungan yang saling mendukung antara pembuat kebijakan dengan pelaksana kebijakan (implementor). Disposisi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses impelementasi kebijakan, dimana disposisi ini menyangkut karakter yang


(40)

dimiliki oleh implementor yaitu dari segi komitmen dan kejujuran implementor saat mengimplementasikan suatu kebijakan.

Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para informan tentu terkait dengan strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terkait dengan komitmen dan kejujuran selama proses implementasi strategi berlangsung di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan lebih diarahkan kepada Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, karena beliau merupakan informan kunci yang mempunyai andil besar dalam menentukan sikap dan kinerja terhadap para pelaksana strategi selama proses implementasi strategi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, Bapak Drs. H. Teten Effendi mengatakan:

“Selama proses implementasi strategi berlangsung di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak belum ada respon penolakan maupun keluhan terhadap strategi-strategi yang telah ditetapkan. Hal itu terbukti dengan terealisasinya berbagai program dan kegiatan yang berhubungan erat dengan strategi pengawasan hutan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak.”

Sikap para pelaksana strategi di dalam menjalankan strategi yang sudah ditetapkan apabila dilakukan dengan berkomitmen dan jujur akan mendatangkan hasil kinerja yang baik. Disamping itu, kerjasama tim kepada antarlembaga terkait tidak akan pernah terlepas di dalam melaksanakan pengawasan hutan dengan melihat kawasan hutan yang sangat luas. Terkait dengan hal tersebut maka penulis menanyakan tentang


(41)

sikap dan respon para pelaksana strategi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dengan berkoordinasi antarlembaga terkait dalam melakukan pengawasan hutan, Bapak Drs. H. Teten Effendi mengatakan:

“Selama berkoordinasi dengan antarlembaga terkait, sikap para pelaksana strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak sendiri sangat mendukung sekali terhadap kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan secara bersinergi, bahkan ketika tahun 2015 lalu para tim teknis kita sangat gencar dan terlibat aktif untuk melakukan pengawasan hutan bersama Manggala Agni maupun BPBD dan sebaliknya mereka juga merespon baik terhadap kinerja dari para pelaksana strategi kita” Penjelasan diatas penulis dapatkan dari pihak Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak untuk melihat sikap dan respon para pelaksana strategi dalam melakukan koordinasi dengan antarlembaga terkait. Kemudian, untuk mencari tahu kebenaran tersebut, maka penulis menanyakan langsung kepada salah satu lembaga terkait yaitu Kepala Bidang Pemadaman Kebakaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Siak yaitu Bapak Irwan Prayatna, S.Si terkait dengan masalah respon dan sikap yang dimunculkan oleh para pelaksana strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, Bapak Ermnsyi, SP, M.Si mengatakan:

“Menurut saya, sikap dan respon para pekerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak selama melakukan koordinasi untuk pengawasan hutan ini cukup baik. Mereka melakukan tugas dari atasan dengan sangat maksimal sekalipun kebakaran hutan tidak semudah itu untuk diselesaikan. Itu untuk tahun ini, namun untuk tahun sebelumnya, justru sikap yang dimunculkan mereka ketika bekerjasama untuk mengatasi masalah kebakaran hutan tidak dapat acungi jempol, kebanyakan mereka seringkali bermain pada wilayah kerjanya masing-masing padahal dalam strategi tertulis di dinas bahwasanya adanya koordinasi untuk menangani masalah kebakaran hutan, tapi nyatanya


(42)

mereka bermain sendiri. Artinya bahwa mereka memang berkomitmen dalam menjalankan tugas, tapi kurang jujur. Namun untuk tahun ini sudah mulai kelihatan mereka selalu mau diajak berkoordinasi.”

Dalam melaksanakan pelaksanaan pengawasan hutan, Dinas Kehhutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak memang tidak bisa benar-benar melepaskan hubungan dengan badan-badan terkait dikarenakan melihat cakupan geografis dan kawasan hutan di Kabupaten Siak yang sangat luas tidak memungkinkan untuk Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak untuk melaksanakan pengawasan hutan sendiri. Oleh karena itu, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak perlu untuk memiliki sikap komitmen, respon yang positif, serta kejujuran dalam mengemban tugas yang diberikan untuk membangun kepercayaan satu sama lain ketika berkoordinasi dengan antarlembaga terkait

4.7 Struktur Organisasi

Struktur birokrasi yang dimiliki oleh para pelaksana kebijakan (implementor) turut mempengaruhi kemudahan dalam proses implementasi kebijakan. Apabila pelaksana kebijakan memiliki struktur birokrasi yang panjang dan rumit maka akan mempersulit implementasi kebijakan. Sebaliknya, jika implementor memiliki struktur birokrasi yang pendek dan jelas, maka akan lebih mengefektifkan proses implementasi kebijakan. Struktur birokrasi menunjukkan kejelasan dalam standar prosedur pelaksanaan (Standard Operating Procedures) yang digunakan pada saat proses implementasi berlangsung.


(43)

Struktur organisasi juga turut memberikan pengaruh yang besar terhadap pelaksanaan suatu strategi. Struktur organisasi yang panjang cenderung memberikan pengaruh yang negatif terhadap pelaksanaan strategi terutama dalam hal pengawasan. Penulis kemudian menanyakan tentang struktur organisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, Bapak Irwanto Susanto, S.Hut mengatakan:

“Sruktur organisasi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak ini sama sekali tidak rumit, karena hanya terdiri atas Kepala Dinas, Sekretaris yang membawahi 3 (tiga) sub bagian seperti Sub Bagian Penyusun Program, Sub Bagian Keuangan, dan Sub Bagian Umum & Kepegawaian, kemudian ada kelompok jabatan fungsional. Dan terdapat 6 bidang seperti Bidang Perencanaan Pengendalian Hutan, Bidang Usaha Kehutanan, Bidang Perlindungan Rehabilitasi Hutan & Lahan, Bidang Bina Usaha Perkebunan, Bidang Bina Produksi Perkebunan, dan Bidang Pembinaan Pengawasan Hutan serta Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang anggotanya gabungan dari pegawai Dinas Kehutanan dan Perkebunana Kabupaten Siak bersama jajaran satuan kerja perangkat daerah terkait. Strategi yang telah dibuat di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak ini pun dilaksanakan oleh bidang masing-masing sesuai dengan Standard Operating Procedures dan tugas pokok dan fungsi bidang masing-masing.”

Dalam struktur organisasi, penulis menanyakan tentang kendala yang dihadapi oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam menjalankan strategi yang telah ditetapkan, Bapak Irwanto Susanto, S.Hut mengatakan:

“Kita belum menemukan kendala yang cukup berarti dengan melihat struktur organisasi yang ada di dinas begitu panjang. Contohnya saja ketika mengeluarkan izin untuk membuka lahan atau koordinasi dengan lembaga terkait, kita selalu berusaha untuk memberikan balasan yang cepat. Namun masalah yang sering dihadapi oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak adalah lambatnya proses pendelegasian ijin oleh dinas-dinas terkait sehingga menyebabkan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak akan semakin lama untuk melakukan proses lanjutan dari pengolahan data kepada proses pengimplementasian strategi secara bersinergi.”


(44)

Dilihat secara struktur organisasi, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak memang benar memiliki suatu struktur organisasi yang relatif cukup panjang. Namun, apabila dilihat secara mekanisme kerja, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak harus melewati beberapa bagian untuk dapat menghasilkan suatu perijinan dan kendala yang paling serius ditemui adalah pada bagian tim teknis dari SKPD terkait. Terkait hal tersebut, maka penulis menanyakan tentang kendala perizinan untuk berkoordinasi dengan SKPD terkait, Bapak Saibun Adelin, S.Hut mengatakan:

“Menurut saya, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak telah berupaya melakukan koordinasi yang baik dengan SKPD terkait. Namun masih ada saja para pejabat dinas atau badan tertentu yang tidak memberikan respon yang cepat terkait permohonan izin untuk berkoordinasi dalam melakukan pengawasan. Hal itu menyebabkan adanya beberapa pengawasan yang mengalami kekosongan dalam pelaksanaannya akibat wilayah yang cukup luas. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak mengakui bahwa mereka masih kurang melakukan pengawasan terhadap hutan apabila dilakukan dengan sendiri, maka sangat dibutuhkan koordinasi kerja terhadap dinas maupun badan terkait untuk melaksanakan pengawasan hutan”


(45)

BAB V ANALISIS DATA

Untuk menganalisis strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan, penulis menggunakan teori implementasi strategi yang dikemukakan oleh Edwards III. Dalam pandangan Edwards III, implementasi strategi dipengaruhi oleh 4 variabel yang saling berhubungan satu sama lain. Keempat variabel tersebut adalah komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Dengan menganalisis strategi menggunakan teori implementasi strategi Edwards III, maka akan dihasilkan suatu gambaran mengenai apakah strategi yang sudah dirumuskan dan dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak mampu untuk meningkatkan pengawasan hutan yang diimplementasikan. Dengan menggunakan teori implementasi, maka dapat dihasilkan suatu analisa mengenai berbagai rangkaian aktivitas dan pekerjaan yang telah dilaksanakan untuk mengeksekusi strategi-strategi yang telah dirumuskan.

Berbagai strategi telah dirumuskan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak guna untuk meningkatkan pengawasan hutan yang diimplementasikan. Strategi-strategi yang sudah dirumuskan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak juga telah diimplementasikan ke dalam berbagai program kerja dan kegiatan. Namun, pada tahap pengimplementasian strategi, terdapat beberapa kendala yang sedikit banyaknya


(46)

memberikan pengaruh bagi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak selaku pelaksana (implementor) strategi, baik kendala yang berasal dari lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Berdasarkan apa yang telah dikemukakan oleh penulis diatas bahwa dalam penelitian ini penulis melakukan analisis terhadap strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dengan menggunakan teori implementasi Edwards III, maka kegiatan analisis dilakukan dengan berpedoman pada keempat variabel implementasi yang menghasilkan suatu analisa mengenai komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi yang terdapat di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak.

A. Komunikasi

Komunikasi yang efektif antara pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, dan kelompok sasaran akan mempermudah pencapaian tujuan dari implementasi strategi atau kebijakan. Komunikasi meliputi transmisi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi. Dalam melihat keberhasilan komunikasi dalam proses implementasi, transmisi mengukur berdasarkan penyaluran komunikasi yang terjalin antara pembuat kebijakan kepada pelaksana kebijakan. Dalam hal ini sangat dibutuhkan kejelasan informasi yang disampaikan oleh pembuat kebijakan agar pelaksana (implementor) dapat memiliki pengetahuan tentang tahap-tahap pelaksanaan kebijakan. Selain itu, hal ketiga yang sangat dibutuhkan adalah konsistensi infromasi yang disampaikan oleh pembuat kebijakan. Artinya, ketetapan pembuat


(47)

kebijakan dalam menyampaikan informasi secara besar dan akurat kepada pelaksana (implementor) strategi.

Berdasarkan data hasil wawancara dengan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, Bapak Drs. H. Teten Effendi yang membahas tentang proses komunikasi yang berlangsung di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak terjalin dengan sangat baik. penyusunan strategi-strategi yang berkaitan dengan upaya meningkatkan pengawasan hutan yang diselenggarakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dirumuskan oleh Kepala Dinas bersama dengan para Kepala Bidang. Dalam proses penyusunan strategi, maka strategi yang ditetapkan untuk dilaksanakan selalu disesuaikan dengan kemampuan tiap bidang dan berorientasi pada peningkatan pengawasan hutan di Kabupaten Siak. Strategi yang telah ditetapkan maka dikomunikasikan secara langsung kepada pegawai Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak melalui Kepala Bidang maupun Kepala Bagian. Peran dari Kepala Bidang dan Kepala Bagian sangat dibutuhkan sebagai perpanjangan tangan dari Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak untuk menjalankan strategi-strategi yang telah ditetapkan untuk kemudian dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang berlaku dan sekaligus juga berperan sebagai pengawas bagi seluruh anggota bidang maupun bagian.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, penulis melihat bahwa proses


(48)

komunikasi yang berlangsung antar pegawai Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak memang benar sudah terjalin dengan baik. Hal itu terllihat dari keberhasilan pegawai dalam menjalankan berbagai program dan kegiatan sebagai bentuk pengimpelentasian dari strategi-stratego yang telah ditetapkan. Dilihat dari kondisi internal, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dapat dikatakan sudah berhasil melakukan komunikasi yang efektif. Hal itu terbukti dari kemampuan Kepala Dinas selaku pimpinan tertinggi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak untuk melakukan transmisi komunikasi dengan baik yaitu dengan cara menyalurkan informasi kepada Kepala Bidang dan Kepala Bagian mengenai strategi yang akan dilaksanakan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak guna meningkatkan pengawasan hutan.

Dalam proses transmisi ini, Kepala Dinas juga telah menginformasikan secara jelas mengenai program, anggaran, prosedur, dan hal lain yang dibutuhkan dalam pengimplementasian strategi peningkatan pengawasan hutan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak. Informasi yang telah diberikan oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak diterima dengan baik oleh Kepala Bidang dan Kepala Bagian yang mana dalam hal ini mereka juga berperan sebagai koordinator bidang/bagian dalam pengimplementasian strategi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak.


(49)

Dalam pelaksanaan strategi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, Kepala Bidang dan Kepala Bagian mampu untuk mengkomunikasikan secara jelas mengenai informasi yang dimilikinya, hal itu dapat dilihat dari terlaksananya berbagai program dan kegiatan sebagai bentuk pengimplementasian strategi guna meningkatkan pengawasan hutan. Informasi yang diberikan oleh Kepala Dinas, Kepala Bidang, maupun Kepala Bagian kepada pegawai di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak pun bersifat konsisten. Hal itu dikarenakan segala informasi terkait pengimplementasian strategi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak sudah memiliki prosedur dan program yang terinci jelas, sehingga informasi yang diberikan tidak berubah-ubah dan mudah untuk dipahami serta dilaksanakan oleh para pegawai Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak.

Namun, proses komunikasi yang terjalin antara Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dengan lingkungan eksternal masih kurang efektif. Dimana hal tersebut menjadi salah satu masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Dimana hal tersebut menjadi salah satu masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu dalam 5 (lima) tahun terakhir ini, Dinas Kehutanan dan Perkebunan belum melakukan pengawasan hutan yang maksimal karena kurangnya koordinasi dengan badan-badan terkait. Oleh karena itu, kebakaran hutan pada tahun-tahun sebelumnya sangat sulit diatasi karena tidak adanya komunikasi yang baik terjalin diantara badan-badan yang terkait sehingga baik Dinas Kehutanan


(50)

dan Perkebunan maupun badan-badan terkait beroperasi untuk melakukan pengawasan hutan pada wilayahnya masing-masing. Kemudian, masalah yang ditemukanberikutnya adalah masyarakat yang melakukan perambahan hutan dengan cara tradisional seperti membakar hutan sekalipun masyarakat tersebut sudah memiliki izin atas hak kepemilikan mereka. Namun, hal tersebut akan berdampak kepada kawasan hutan lainnya apabila api tidak terkontrol dengan baik. Sehingga akan berakibat fatal pada hutan-hutan yang ada disekitarannya. Hal ini dikarenakan minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak terutama pada masyarakat yang berada dikawasan hutan sehingga masih terdapatnya usaha maupun kegiatan-kegiatan masyarakat di Kabupaten Siak yang masih merambah hutan dengan cara tradisional secara tanpa memikirkan dampak buruk yang ditimbulkan akibat pembakaran hutan yang bebas tersebut.

Untuk meningkatkan komunikasi secara eksternal maka Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam 5 (lima) tahun terakhir ini telah menjalankan salah satu strateginya yaitu meningkatkan sosialisasi kepada seluruh masyarakat di Kabupaten Siak mengenai pengendalian dan pengawasan hutan yang diselenggarakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak. Agar strategi tersebut dapat berjalan dengan lancar, maka Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak memfasilitasi setiap kegiatan sosialisasi dengan menyediakan tenaga/jasa komunikasi untuk memberitahukan bahwa upaya pengendalian dan


(51)

pengawasan hutan bukan hanya tugas daripada Dinas Kehutanan dan Perkebunan namun juga tugas bersama dari berbagai elemen untuk mengantisipasi masalah kebakaran hutan dengan melakukan kegiatan sosialisasi. Peningkatan komunikasi eksternal oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak tersebut diharapkan mampu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Kabupaten Siak tentang arti pentingnya suatu pengawasan hutan yang dilakukan secara bersama agar dapat mecapai tujuan dari kepentingan bersama.

Pada tahun 2016, pelaksanaan strategi sosialisasi cukup terbukti mampu meningkatkan pengawasan hutan yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak , dimana hal tersebut mampu meningkatkan perhatian masyarakat Kabupaten Siak terhadap pengawasan hutan. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya masyarakat Kabupaten Siak yang melaporkan kepada pihak Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak apabila masyarakat menemukan titik-titik api atau kebakaran hutan. Strategi sosialisasi yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak berjalan dengan cukup baik karena strategi tersebut dilaksanakan ke dalam 2 (dua) bentuk sosialisasi yaitu baik formal maupun informal.

Kegiatan sosialisasi dalam bentuk formal yang diselenggarakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dilakukan dengan cara mengundang masyarakat dan kepala desa untuk mengikuti seminar maupun workshop dengan membagikan materi yang terkait dengan bahaya


(52)

kebakaran hutan. Namun, kegiatan sosialisasi dalam bentuk formal ini memiliki kelemahan yaitu kurangnya antusias masyarakat untuk mengikuti seminar maupun workshop tersebut disebabkan oleh mayoritas masyarakat memiliki matapencaharian sebagai petani. Sehingga, masyarakat tidak memiliki waktu untuk mengikuti seminar maupun workshop. Namun, melihat sedikitnya presensi masyarakat maka Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak tidak berhenti pada kegiatan sosialisasi dalam bentuk formal saja. Kemudian, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak melakukan kegiatan sosialisasi dalam bentuk informal diantaranya dengan menyebarkan selebaran, berbincang-bincang dengan masyarakat dari rumah ke rumah, di warung makan dan bahkan di ladang masyarakat itu sendiri. Alhasil, masyarakat mulai memiliki kesadaran untuk menangani secara bersama terhadap masalah kebakaran hutan di Kabupaten Siak.

B. Sumber Daya

Implementasi kebijakan sangat membutuhkan sumber daya manusia yang sangat berkompetensi dan sumber daya finansial, dimana kedua hal tersebut akan menjaga kelancaran suatu kebijakan akan diimplementasikan. Dalam implementasi kebijakan, sumber daya merupakan faktor penting karena menjaga agar kebijakan tersebut dapat berjalan secara efektif. Walaupun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas dan tepat, namun apabila para pelaksana strategi masih


(53)

memiliki kekurangan dari segi sumber daya, maka kebijakan tidak akan bisa terlaksana dengan efektif. Komponen sumber daya ini meliputi jumlah staf, keahlian dari para pelaksana, informasi yang relevan dan cukup untuk mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan program, adanya kewenangan yang menjamin bahwa program dapat diarahkan kepada sebagaimana yang diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana, sarana dan prasarana.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, Bapak Drs. H. Teten Effendi yang membahas mengenai sumber daya yang dimiliki Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam pelaksanaan strategi menunjukkan bahwa sumber daya manusia yang dibutuhkan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak telah terpenuhi dimana kegiatan pengawasan hutan yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak sesuai dengan Standard Operating Procedures yang berlaku. Sehingga Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak tidak menetapkan ketentuan bagi para pegawainya agar memiliki latar belakang pendidikan yang benar-benar sesuai untuk menangani pelaksanaan pengawasan hutan. Namun, hal yang menjadi masalah adalah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak memiliki personil dengan jumlah yang sangat terbatas untuk bekerja di dalam tim teknis, sehingga Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak sangat bergantung pada bantuan personi dari


(54)

Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait untuk dapat memenuhi kebutuhan para pelaksana strategi.

Implementasi kebijakan sangat membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dalam melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan agar pada akhirnya segala hal yang menjadi tujuan dan sasaran dapat tercapai secara maksimal. Dalam hal sumber daya manusia, hal yang menjadi sorotan utama adalah kualitas dan kuantitas para pelaksana strategi dalam mengimplementasikan suatu kebijakan. Dari segi kualitas sumber daya manusia dinilai berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh para pelaksana strategi. Sedangkan kuantitas menentukan sumber daya manusia berdasarkan jumlah para pelaksana strategi dalam pelaksanaan kebijakan. Sumber daya pelaksana startegi dalam segi kualitas sangat berkaitan erat dengan pendidikan dan pengalaman dikarenakan kemampuan dan keterampilan pada dasarnya diperoleh melalui pendidikan yang ditempuh dan pegalaman yang pernah dilalui.

Untuk dapat meningkatkan pengawasan hutan secara maksimal, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak seharusnya memiliki tenaga kerja yang berkemampuan dan terampil di bidang pengawasan hutan. Hal ini dimaksudkan agar masalah pengawasan hutan dapat ditangani dengan orang-orang yang ahli di bidangnya sehingga akan memberikan hasil yang maksimal. Selama 5 (lima) tahun terakhir, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak memang telah menjalankan


(55)

beberapa strategi guna meningkatkan pengawasan hutan di Kabupaten Siak. Strategi dijalankan oleh para pegawai di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak yang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda yang diantara mereka masih banyak yang berasak dari latar belakang yag jauh dari ruang lingkup kehutanan. Pelaksanaan strategi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak tetap berjalan dengan lancar meskipun para pegawai berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda.

Untuk meningkatkan sumber daya dari segi kualitas para pegawai Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak aktif mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) yang diselenggarakan oleh Pemerintah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak selalu mengikutsertakan para pegawai secara bergantian untuk mengikuti kegiatan diklat yang bertujuan agar para pegawai Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak memiliki pengetahuan dan kemampuan yang semakin baik dalam melaksanakan pengawasan dan pengendalian hutan di Kabupaten Siak. Kegitatan diklat memang cukup membantu para pegawai untuk meningkatkan kualitas dirinya masing-masing. Namun, jika kesempatan diklat tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya maka pelaksanaan pengawasan hutan tidak akan tercapai tujuan yang diharapkan. Dalam konteks mengimplementasikan strategi dibutuhkan tenaga-tenaga pelaksana strategi dengan kapabilitas yang baik, tujuannya


(56)

agar strategi yang sudah diciptakan sedemikian rupa dapat terlaksana secara maksimal dan mampu mencapai tujuan yang diharapkan.

Mengenai masalah keterbatasan jumlah peronil yang bekerja sebagai tim teknis di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak sekalipun memiliki Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), namun cakupan wilayah kebakaran hutan di Kabupaten Siak sangat luas serta memiliki sarana dan prasaran yang kurang memadai, maka dalam 5 (lima) tahun terakhir ini kinerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak kurang optimal, karena seharusnya Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak melepaskan ketergantungan kepada badan-badan yang terkait dalam menyelesaikan masalah kebakaran hutan secara bersama di Kabupaten Siak diantaranya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Siak, Manggala Agni Daerah Operasional Siak, Polisi Hutan dan Kejaksaan. Berdasarkan data, sebenarnya yang menjadi inti masalahnya terletak pada keterbatasan personil tim teknis adalah tidak meratanya pembagian personil tim tekni untuk tiap-tiap daerah yang rawan kebakaran hutan serta ketika sedang cuaca ekstrim.

Dari data yang diperolah, personil yang terlibat dalam melaksanakan pengawasan hutan adalah polisi kehutanan dan para pegawai dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak yang terbatas. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabapaten Siak sebenarnya dapat mengatasi kekurangan para pelaksana strategi dengan memanfaatkan koordinas dengan badan-badan terkait seperti Badan Penanggulan


(1)

vii udah menebarkan virus semangat yang berapi-api dan kreativitas tanpa batas bersama anak-anak muda hebat seperti kalian semua: Bang Martin Rambe, Bang Santo Hura, Kak Susi Restina, Josua Ebenezer, Eny, Jane, Acho Pardosi, Vivi Valentin, Dora Pasaribu, Evelyn Simanjuntak, Desi, Tami, Yeni Sitorus, Lorensia Sitanggang, Tania Chandra, Rizlyani, Deki, Deddy Hutapea, Aulia dan teman-teman lain yang tidak disebutkan satu per satu. Aku bangga pernah menjadi bagian kalian. Semoga impian kita semua menjadi kenyataan untuk membangun negeri dari hal terkecil yang bisa kita lakukan seperti sekarang ini ya.

19. Terimakasih juga buat orang-orang yang selalu kuajakin sharing selama proses pengerjaan skripsi dengan tujuan meminta bimbingan dari orang hebat seperti Jessika Tarigan, Sashmita Indra, Samuel Simanjorang, Anne Simangunsong, Yeyen Oktaviani, Margareth Panggabean, dan Juhen Riko Sihaloho. I love you to the moon and back, guys!

20. Terimakasih juga buat teman-temanku yang terkadang lupa membawa brain-nya yakni Henrico Sinaga, Ida Merlin Purba, Ixora Luciantiwy, Margareth Panggabean, Sagita, Winda Bandot. Kalian semua sungguh luarbiasa. Senang bisa mengenal kalian. Semoga nanti kita akan bertemu sebagai orang yang sukses di Masa Depan ya. Aku mengasihi kalian. 21. Kepada Samuel Putra, Jefri Parulian, Iga Wulandari, Merry Purnama Sari,

Fadhila Rahmadani, dan Fitri Yanti (Afei Ling). Thank you so much udah mau menjadi sahabatku dari High School sampai sekarang ya. Aku


(2)

merindukan kebersamaan dan kegilaan bareng kalian lagi. Sukses buat kita semua ya. Amin.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan baik dalam penyusunan sistematika penulisan, substansi, pilihan kata maupun bahasanya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

Medan, 2 November 2016

Penulis


(3)

ix DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian ... 13

1.5 Kerangka Teori ... 13

1.5.1 Strategi ... 14

1.5.1.1 Proses dan Model Perumusan Strategi ... 15

1.5.1.2 Manfaat Strategi ... 16

1.5.2 Manajemen Strategis ... 17

1.5.2.1 Proses Manajemen Strategis ... 18

1.5.2.2 Manfaat Manajemen Strategis ... 21

1.5.3 Implementasi Strategi ... 22

1.5.4 Pengawasan ... 29

1.5.5 Kebakaran Hutan ... 39

1.6 Definisi Konsep ... 45


(4)

BAB II METODOLOGI PENELITIAN ... 50

2.1 Bentuk Penelitian ... 50

2.2 Lokasi Penelitian ... 50

2.3 Jenis Penelitian... 50

2.4 Informan Penelitian ... 51

2.5 Teknik Pengumpulan Data ... 53

2.6 Teknik Analisis Data... 55

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Latar Belakang Dinas Kehutanan & Perkebunan Kabupaten Siak ... 57

3.2 Visi dan Misi Dinas Kehutanan & Perkebunan Kabupaten Siak ... 62

3.3 Tujuan dan Saran Dinas Kehutanan & Perkebunan Kabupaten Siak ... 65

3.4 Tugas dan Fungsi Dinas Kehutanan & Perkebunan Kabupaten Siak ... 68

3.5 Struktur Organisasi dan Komposisi Pegawai Dinas Kehutanan & Perkebunan ... 69

3.6 Landasan Hukum Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak ... 72

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1 Strategi Pengawasan Dinas Kehutanan & Perkebunan Kab. Siak ... ....75

4.2 Strategi Sosialisasi Dinas Kehutanan & Perkebunan Kab. Siak ... ....78

4.3 Strategi Pemadaman Kebakaran Dinas Kehutanan & Perkebunan Kab. Siak... 80

4.4 Strategi Koordinasi Antar Lembaga Dinas Kehutanan & Perkebunan Kab. Siak ... ....82

4.5 Strategi Komunikasi Dinas Kehutanan & Perkebunan Kab. Siak ... ....85


(5)

xi BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pembahasan tentang Variabel Komunikasi ... 99

5.2 Pembahasan tentang Variabel Sumber Daya ... 105

5.3 Pembahasan tentang Variabel Disposisi ... 113

5.4 Pembahasan tentang Variabel Struktur Organisasi ... 116

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 123

6.2 Saran ... 126 DAFTAR PUSTAKA


(6)

DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 Luas Hutan Produksi ... 8 TABEL 1.2 Rekapitulasi Luas Kebakaran Lahan di Kabupaten Siak Tahun

2006 s/d 2015 ... 9 TABEL 3.1 Komposisi Pegawai Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Siak ... 71 TABEL 4.1 Sarana dan Prasarana Pemadaman Kebakaran Hutan ... 92