Penguatan kelembagaan koperasi dalam masyarakat pasca konflik: kasus koperasi perikanan sihida ngone Desa Tuada, Provinsi Maluku Utara

PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI
DALAM MASYARAKAT PASCA KONFLIK
(Kasus Koperasi Perikanan Sihida Ngone
Desa Tuada, Propinsi Maluku Utara)

KALBI RASID

SEKOLAHPASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGaR
2006

SURAT PERNYATAAN

Dengan

ini

saya

menyatakan


bahwa

kajian

pengembangan

masyarakat dengan judul :

"PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI DALAM MASYARAKAT
PASCA KONFLIK (Kasus Koperasi Perikanan Sihida Ngone Desa
Tuada, Propinsi Maluku Utara)"
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum
pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan
telah dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Desember 2006
KALBI RASID

ABSTRAK
KALBI RASID. Penguatan Kelembagaan Koperasi Dalam Masyarakat

Pasca Konflik (Kasus Koperasi Perikanan Sihida Ngone Desa Tuada
Propinsi Maluku Utara). Dibimbing oleh LALA M. KOLOPAKING

dan

NURAINI W PRASODJO.
Konflik sosial yang terjadi di Maluku Utara kurang lebih tiga tahun
telah memberikan dampak yang signifikan terhadap rusaknya sendi-sendi
perekonomian dan pranata sosial masyarakat. Implikasinya. banyak
penduduk yang mengungsi. rusak atau hancurnya prasarana dan sarana
umum dan pemerintahan. menurunnya ketahanan ekonomi rumah tangga.
meningkatnya jumlah pengangguran. menurunnya pelayanan kepada
masyarakat serta trauma psikologis yang dialami masyarakat. khususnya
perempuan dan anak-anak.
Berbagai upaya memberdayakan masyarakat kembali dilakukan
pemerintah maupun masyarakat secara mandiri untuk keluar dari krisis
pasca konflik diantaranya dengan membentuk lembaga-Iembaga ekonomi
di tingkat desa dalam wilayah konflik. Koperasi merupakan salah satu
bentuk organisasi ekonomi yang dipilih oleh sebagian anggota masyarakat
dalam rangka meningkatkan kemajuan ekonomi (rumah tangga) serta

kesejahteraan hidupnya. Organisasi ekonomi seperti koperasi akan
diterima dan berkesinambungan sebagai kelembagaan ekonomi apabila
dirasakan atau diyakini dapat mendatangkan manfaat lebih besar bagi
masyarakat dari pada bentuk organisasi ekonomi lain.
Kajian pengembangan masyarakat ini menemukan bahwa faktor
ketrampilan dan pengetahuan anggota serta modal usaha koperasi
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap penguatan kelembagaan
koperasi. Untuk itu upaya memberi pelatihan. penyediaan informasi.
pendampingan

tentang koperasi dapat meningkatkan pemahaman

masyarakat dalam berkoperasi dan dapat memotivasi mereka untuk
berperanserta dalam setiap kegiatan koperasl
multi

pihak

(pemerintah,


swasta.

Disamping itu, kerja sama

lembaga-Iembaga

swadaya.

perbankan) berbasis komunitas agar dapat bersama-sama
modal untuk pengembangan usaha koperasi.

dan

mengakses

ABSTRACT

KALBI RASID. Strengthen Cooperative institution in post-conflict people
(Case: Fishing Cooperative of Sihida Ngone, Tuada, North Maluku Province).
Guided by LALA M. KOLOPAKING and NURAINI W PRASODJO.

Social conflict happened in North Maluku less than three years has
given significant effect to crush of economic aspects and degradation of social
institutions. The implication, many people flees, public and government
facilities and infrastructures is shattered and damage, economic achievement
of household decreases, increasing of unemployment, decreasing of

public

service, and psychological trauma is experienced by people, especially
women and children.
Any public empowerment efforts are done by government and public
autonomously to overcome from post-conflict crisis such as by establish
economic institutions in villages level in conflict area. Cooperative is as one of
economic institution chosen

by people in order to increase economic

progress, like cooperative, will be received and continually as economic
institutions, if felt or convinced can bring higher benefit to people in the form of
other economic organizations.

Related to those problems, this community development study will
arrange cooperative institution strengthening model and its impact to welfare
progress of fishing cooperative members of Sihida Ngone, Tuada village.
The result of this study indicate that skill and know-how aspects as well
as cooperation capital is a factor influencing strengthen of cooperation
institution. So, the efforts to give training, guidance, and provide information
concerning to cooperation can give understanding to cooperation members in
cooperative life, and it can motivate co-operation members to have role in
every activity of cooperative. Besides, board of management and members
can cooperate with government agencies, private instititions and ban kings to
access capital in developing cooperative business.

@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2006
Hak cipta dilindungi
Oi/arang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertu/is dari
/nstitut Pertanian Bogor, sebagaian atau se/urull da/am
Bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofi/m dan sebagainya

PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI
DALAM MASYARAKAT PASCA KONFLIK

(Kasus Koperasi Perikanan Sihida Ngone
Desa Tuada, Propinsi Maluku Utara)

KALBI RASID

Tugas Akhir
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Profesional pada
Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat

SEKOLAHPASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGaR
2006

,.
Judul Tugas Akhir

Penguatan
Kelembagaan
Koperasi

Dalam
Masyarakat Pasca Konflik (Kasus Koperasi
Perikanan Sihida Ngone Desa Tuada, Propinsi
Maluku Utara)

Nama

KALBI RASID

NRP

: A 154034235

Disetujui

Komisi Pembimbing

セ@

Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS

Ketua

Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Magister Profesional
Pengembangan Masyarakat

Tanggal Ujian : 13 Juni 2005

Tanggal Lulus:

0 8 FEB 2007

PRAKATA

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT, karena hanya dengan

limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
Kajian Pengembangan Masyarakat ini dengan Judul :
"PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI DALAM MASYARAKAT PASCA
KONFLIK (Kasus Koperasi Perikanan Sihida Ngone Desa Tuada, Propinsi
Maluku Utara)".
Kajian Pengembangan Masyarakat ini merupakan tugas akhir sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Pad a kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada IPB yang telah menyelenggarakan Program Pascasarjana
Magister Profesional Pengembangan Masyarakat dan penulis dapat menjadi
salah seorang peserta yang mengikuti program dimaksud. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah ikut memberikan
bantuan

dan

dorongan

kepada


penulis

dalam

menyelesaikan

kajian

pengembangan masyarakat ini.
Secara khusus ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS dan Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS selaku
Dosen Pembimbing yang telah memberikan petunjuk dan arahan kepada
penulis dalam menyelesaikan kajian ini.
2. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS selaku Dekan Sekolah Pascasarjana
IPB Bogor.
3. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku Ketua Program Studi Pengembangan
Masyarakat pada Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Institut Pertanian Bogor.
4. Bapak dan Ibu para dosen yang telah memberikan materi kuliah selama
penulis mengikuti program Magister Pengembangan Masyarakat.
5. Bapak Gahral Adian Sjah selaku Bupati Halmahera Barat yang telah
memberikan kesempatan kepada penulls untuK イB・セLァォオエャ@

pendidrkan pada

Program Magister Profeslonal Pengembangan Masyarakat di IPB Bogor.

6. Bapak Almarhum

Drs.

Ikbal

Djoge,

M.Si

Mantan

Kepala

Bappeda

Kabupaten Halmahera Barat yang telah memberikan dorongan dan bantuan
selama penulis melaksanakan studi di IPB Bogor.
7. Teman-teman Karyawan dan karyawati Bappeda Kabupaten Halmahera
Barat yang telah memberikan dorongan moril dan materiil kepada penulis
selama melaksanakan studio
8. Teman-teman kuliah yang telah ikut membantu penulis dalam proses
perkuliahan maupun penyusunan kajian pengembangan masyarakat ini.
9. Ayahanda dan Ibunda tercinta serta Mama Ba dan Almarhum Papa Ko yang
selama ini mendorong, memotivasi dan mendoakan penulis. Isteri dan
anakku tersayang Michaiel Rali Allah Adhany serta saudara-saudaraku
yang telah memberikan bantuan bahkan pengorbanan kepada penulis
selama melaksanakan studio
Selanjutnya

penulis

menyadari

bahwa

tulisan

ini

masih terdapat

kelemahan-kelemahan yang perlu disempurnakan. Untuk itu penulis berharap
dapat diberikan kritik dan masukan yang membangun sehingga tulisan ini
menjadi lebih sempurna dan bermanlaat.
Akhirnya atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan semua pihak,
penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT selalu memberikan
petunjukNya kepada kita sekalian. Amin.
Bogor,

Desember 2006

Kalbi Rasid

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Ambon, Maluku pad a tanggal 31 Maret 1971
dari Ayah Rasid Hasan dan Nurfa Sangadji, merupakan putra pertama
dari tujuh bersaudara.
Jenjang pendidikan penulis dimulai dari SO Inpres Suli sampai
kelas em pat, pindah ke SO Negeri Oufa-Oufa 2 Kota Ternate dan lulus
pada tahun 1984. Pada Tahun 1987 lulus dari SMP Negeri 2 Ternate dan
selanjutnya lulus SMA Negeri 1 Ternate pada tahun 1990. Pad a tahun
yang sama penulis melanjutkan pendidikan pada Universitas Patlimura
Ambon Pad a Fakultas IImu Sosial dan IImu Politik dan lulus pad a tahun
1996. Mulai tahun 1998 penulis bekerja di lingkungan Pemerintah Oaerah
Kabupaten Maluku Utara pada Badan Perencanaan Pembangunan
Oaerah sampai dengan sekarang.
Penulis menikah pad a tanggal 20 Mei 2001 di Kota Manado
dengan Melani, dan dari pernikahan ini penulis dikaruniai seorang putra
bernama Michaeil Rafi Aflah Adhany (4,9 tahun) dan seorang putri
bernama Vi vi Aladya Ramadhany (1,4 tahun)

DAFTAR lSI
PRAKATA
............................................................................................... .
DAFTAR lSI ................................................................................................. .
DAFTAR TABEL
..................................................................................... .
DAFTAR GAM BAR ..................................................................................... .
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... .
I. PENDAHULUAN
......................................................................... .
1.1. Latar Belakang
1.2. Masalah Kajian
1.3. Tujuan Kajian

1
1

4
5

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Koperasi Sebagai Suatu Lembaga
...................................... .
2.1.1. Konsep Koperasi
....... ............. .... .... ....
................. .
2.1.2. Konsep Kelembagaan
.................................................. .
...................................... .
2.1.3. Koperasi Sebagai Lembaga
2.1.4. Perkembangan Kelembagaan Koperasi
.......................... .
2.2. Penguatan Kelambagaan Koperasi
...................................... .

7
7
7
8
10

III. METODE KAJIAN
.......................................................................... .
3.1. Kerangka Pemikiran
......... ........... .... ...... ......
............. .
3.1. Waktu dan Tempat .......................................................... ............ .
3.2. Pengumpulan Data dan Analisis Data
3.4. Perancangan dan Penyusunan Program Kerja

25
25

IV.

V.

VI.

VII.

PETA SOSIAL MASYARAKAT TUADA
4.1. Mata Pencaharian Masyarakat Pasca Konflik
.......................... .
4.2. Punahnya Nilai-Nilai Budaya Yang Mendukung Kelembagaan
Ekonomi Masyarakat Tuada
.................................................. .
............... .
4.3. Upaya Pemerintah Dalam Perbaikan Sosial Ekonomi
4.4. Kependudukan
.......................................................................... .
............. .
4.3. Organisasi, Kelembagaan dan Struktur Sosial
KINERJA KOPERASI PERI KANAN SIHIDA NGONE
5.1. Perkembangan Koperasi Perikanan Sihida Ngone
............... .
5.1.1. Sejarah Pendirian Koperasi ................................................... .
5.1.2. Menguatkan Unit-Unit Usaha
....................................... .
5.1.3. Kinerja Anggota Koperasi .................................................... .
5.1.4. Pandangan Anggota Terhadap Usaha Koperasi ................ .
PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI .................... .
................ .
6.1. Identifikasi Potensi Pengembangan Masyarakat
................................................... .
6.2. Identifikasi Permasalahan
6.3. Penyusunan Program Penguatan Partisipasi Anggota Koperasi
dalam Masyarakat Pasca Konflik
....................................... .
a. Pengetahuan Anggota Koperasi yang Berbasis Komunitas
b. Manajemen Usaha yang Dimiliki Koperasi
.......................... .
c. Pemanfaatan Sumber Daya Koperasi
d. Membangun Komunikasi Multipihak Berbasis Komunitas

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
7.1. Kesimpulan ....
............. ............................................... .
7.2. Implikasi Kebijakan
................................................................. .
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... .
LAMPIRAN-LAMPIRAN
...........................................................................

13

20

28
29
30
32
32

33
34
37

39
42
42
42
43

44
48
51
51
52

56
58
59
60
61

63
63

64
66
69

DAFTAR TABEL

Tabel

1.

Data Jenis Alat Tangkap Perikanan Desa Tuada

2.

Permasalahan, sebab-sebab dan pemecahan permasalahan
dalam penguatan partisipasi
。ョセァッエ@

koper;:1si

. .......

32

....................

53

3. Analisis Pihak Terkait dalam Penguatan Kelmbagaan Koperasi .......

56

4. Rencana Program Penguatan Kelembagaan Koperasi ... .................

58

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Skema Kerangka Pemikiran

......... ............. ...... ...............

28

2. Piramida Jumlah Penduduk Desa Tuada Tahun 2004

38

3. Analisis Permasalahan Kelembagaan Koperasi

53

... ...... ...........

4. Analisis Tujuan Penguatan Kelembagaan Koperasi

54

5. Analisis Alternatif Rancangan Program

55

......... ............. ..........

DAFTAR LAMPIRAN

lampiran

1. Peta Lokasi Penilitian

........................................................ 69

2. Foto-Foto Dokumentasi
5. Kuesioner Penguatan Kelembagaan Koperasi

70
..................... 73

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konflik sosial yang terjadi di penghujung tahun 1999 di berbagai
wilayah Propinsi Maluku Utara telah menghancurkan berbagai tatanan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan juga berakibat pada tingginya
gelombang pengungsian penduduk dari daerah asal ke sejumlah wilayah
yang aman di propinsi Maluku Utara.

Jumlah pengungsi yang tercatat

sampai dengan tahun 2002 adalah 289.593 jiwa (Satkorlak PBP Maluku
Utara, 2002). Pola mobilitas pengungsian penduduk tidak hanya menuju
daerah aman di propinsinya sendiri, melainkan juga melintasi batas
propinsi. Di luar Propinsi Maluku Utara, pola mobillitas pengungsian
terbesar mengalir ke Propinsi Sulawesi Utara, terutama di Kota Manado
dan Bitung.

Sebagian lainnya memiliki pol a mobilitas yang mencari

daerah-daerah aman di berbagai propinsi antara lain di Jawa Timur dan
Irian Jaya.
Dampak sosial konflik yang dirasakan masyarakat adalah mobilitas
pengungsian yang tinggi, perasaan traumatik dimana sebagian korban
konflik

menyaksikan

pembunuhan

secara

terhadap

langsung

keluarga

berbagai

mereka,

pembantaian

terbatasnya

dan

kesempatan

bersekolah bagi anak-anak usia sekolah, rendahnya kesehatan dan gizi
masyarakat para pengungsi. Sedangkan dampak ekonomi adalah tidak
berfungsi fasilitas seperti pasar dan lembaga-Iembaga ekonomi di tingkat
desa, tidak adanya kesempatan bagi masyarakat untuk mengelolah hasil
pertanian, perkebunan dan perikanan. Dengan demikian maka interaksi
ekonomi tidak dapat berjalan dengan normal. Dan untuk bertahan hidup di
tempat pengungsian, masyarakat korban konflik hanya mengharapkan
perhatian pemerintah setempat.
Terkait dengan dampak ekonomi yang muncul akibat konflik di
Maluku Utara diantaranya adalah rusaknya berbagai fasilitas Koperasi dan
UKM. Sebagian Koperasi mengalami kerugian yang cukup besar nilainya,
dimana asset usaha dan organisasi mengalami kehancuran, kerusakan
dan barang-barang habis dijarah. Berdasarkan data yang didapat dari

2

Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Halmahera Sarat (2001), dimana
Koperasi yang mengalami kerusakan akibat konflik berjumlah 40 koperasi,
dengan jumlah kerugian fisik sebesar Rp. 1.731.116.000.- dan kerugian
kegiatan usaha sebesar Rp. 4.804.871.000.- sehingga jumlah seluruhnya
Rp. 6.535.987.000.Fakta dampak sosial dan ekonomi konflik tersebut menyadarkan
masyarakat bahwa akibat dari konflik telah menimbulkan banyak korban
fisik maupun hancurnya tatanan kehidupan masyarakat yang selama ini
hidup berdampingan. Oleh karena itu, seluruh komponen masyarakat
mendukung adanya upaya penyelesaian konflik secara tuntas dan
meyeluruh melalui program 3 R (reevakuasi, rekonsiliasi, rehabilitasi), dan
bentuk-bentuk penyelesain konfik lainnya.
Program reevakuasi pengungsi yang dilakukan pemerintah daerah
Halmahera Sarat terfokus pada pemindahan pengungsi dari tempattempat penampungan ke daerah asal mereka sesuai dengan target yang
hendak dicapai,

dengan

memperhatikan

penyediaan

sarana

serta

prasarana pendukung untuk dapat hidup secara layak dan mandiri.
Program reevakuasi ini juga dilakukan untuk menunjang rekonsiliasi dan
rehabilitasi terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat pasca konflik.
Salah satu arah kebijakan program 3R

(reevakuasi, rekonsiliasi

dan rehabilitasi) adalah melakukan pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan

ekonomi

kerakyatan.

Program

pemberdayaan

masyarakat ini dilakukan bagi warga masyarakat korban konflik yang
sudah kembali ke daerah asal. Program pemberdayaan masyarakat yang
dimotori oleh pemerintah daerah dan berbagai lembaga donor (LSM
dalam dan luar negeri) dilakukan dengan memberikan bantuan kepada
masyarakat dalam bentuk sarana prasarana dan modal kepada kelompokkelompok ekonomi yang di bentuk masyarakat korban konflik di masingmasing desa.
Pelaksanaan pengembangan masyarakat desa sangat tergantung
pada

usaha-usaha

mendinamiskan

masyarakat

desa.

Sedangkan

kemampuan pemerintah dalam menyediakan dana maupun tenaga ahli
untuk melancarkan usaha tersebut sangat terbatas. Dengan demikian

3

pelaksanaan pengembangan masyarakat harus dilaksanakan
memberdayakan

seluruh

komponen

dalam

masyarakat.

dengan
Dalam

pelakasanaan usaha-usaha tersebut diperlukan pemikiran lebih jauh, yaitu
tentang cara-cara untuk membawa masyarakat berpartisipasi dalam
pelaksanaannya. Dukungan dari masyarakat tidaklah begitu mudah
diperoleh. Munculnya kelompok-kelompok yang mempunyai kepentingan
yang berbeda di des a akan membawa pengaruh yang penting.
Pada

aras

desa,

untuk

memperbaiki

kehidupan

ekonomi

masyarakat, pemerintah daerah melakukan berbagai pemberdayaan
ekonomi masyarakat pasca konflik. Bantuan dari pemerintah daerah
diberikan dalam bentuk barang dan uang kepada masyarakat yang telah
mempunyai kelompok-kelompok. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
kontrol terhadap jalannya program pemberdayaan ekonomi masyarakat
pasca konflik.
Masyarakat Desa Tuada yang merupakan salah satu desa di
Kabupaten Halmahera Barat yang juga lang sung menjadi korban konflik
sosial merasa perlu untuk memperbaiki kehidupan ekonomi meraka.
Masyarakat

sendiri

melakukan

pengembangan

ekonomi

dengan

membentuk kelompok usaha ekonomi des a yaitu melalui jalur koperasi.
Koperasi merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi yang
dipilih oleh sebagian anggota masyarakat dalam rangka meningkatkan
kemajuan ekonomi (rumah tangga) serta kesejahteraan hidupnya. Secara
logika sederhana, orang akan memilih koperasi jika organisasi ekonomi
tersebut dirasakan atau diyakini bisa mendatangkan manfaat lebih besar
baginya dari pad a bentuk organisasi ekonomi lain. Disamping itu koperasi
yakini sebagai lembaga ekonomi yang memiliki semangat kekeluargaan
dan gotong royong. Kondisi ini sesuai dengan jiwa dan semangat
Masyarakat Tuada dimana koperasi berada. Jiwa

gotong royong

dan

kekeluargaan yang dimiliki masyarakat desa tuada mampu membawa
semangat dalam membina hubungan kemasyarakatan termasuk kegiatan
berekonomi. Semangat gotong royong dan kekeluargaan yang hidup
dalam

masyarakat

desa

Tuada

masih

begitu

kuat.

Semangat

4

kekeluargaan dan gotong royong yang oleh beberapa masyarakat
dimanfaatkan untuk menjadi pendorong dalam menggerakkan koperasi.
Koperasi yang dibentuk oleh masyarakat Desa Tuada pasca konflik
adalah koperasi perikanan. Dimana masyarakat yang tergabung dalam
anggota koperasi perikanan sebagian besar bermata pencaharian sebagai
nelayan dan ini juga didukung dengan kondisi geografis desa Tuada yang
berada di wilayah pesisir. Dengan demikian maka diharapkan adanya
koperasi perikanan terse but dapat :
1. Mendorong produktitivitas 54 orang anggota koperasi perikanan dan
juga akan berdampak pada masyarakat desa Tuada.
2. Malayani berbagai kebutuhan sehari-hari anggota koperasi perikanan
dan juga masyarakat Desa Tuada.
Diharapkan dampak kegiatan dan keberadaan koperasi terhadap
perekonomian desa merupakan hal yang penting, namun hal yang paling
mendasar adalah untuk mempelajari hal apa yang dapat meningkatkan
kegiatan koperasi sehingga dampaknya kepada perekonomian dapat
diperbesar. Dampak yang ditimbulkan koperasi pada akhirnya bersumber
pad a ketepatan pengambilan keputusan (perilaku) usaha koperasi itu
sendiri (Thyfault, 1996); yang pada gilirannya akan mempengaruhi
kegiatan perekonomian anggota, perkembangan usaha yang dilakukan
koperasi, dan manfaat yang dirasakan masyarakat secara keseluruhan.
1.2. Permasalahan

Dalam upaya menanggulangi dampak sosial dan ekonomi yang
timbul dengan adanya konflik sosial yang terjadi di Maluku Utara, berbagai
upaya dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pasca
konflik melalui kegiatan pengembangan masyarakat yang menekankan
pada prinsip-prinsip pengembangan komunitas secara berkelanjutan.
Aktivitas pengembangna masyarakat berbasis pad a potensi sumberdaya
lokal yang dimiliki oleh masyarakat.
Berkenaan dengan hal tersebut, salah satu cara penyelesaian
persoalan sosial ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat Desa Tuada
sebagai salah satu desa di Kabupaten Halmahera Barat yang menjadi

5

desa korban konflik melakukan berbagai upaya pemberdayaan dengan
mendirikan Koperasi Perikanan Sihida Ngone. Kehadiran koperasi ini
diharapkan dapat menjawab berbagai problem ekonomi yang dihadapi
oleh warga desa yang baru saja dilanda konflik sosial. Namun disadari
bahwa dalam perjalanan koperasi selama kurang lebih empat tahun, apa
yang diharapkan oleh anggota terhadap koperasi dan masyarakat belum
mampu secara optimal menjawab berbagai kebutuhan diantaranya masih
terbatasnya unit-unit usaha yang disediakan koperasi untuk melayani
berbagai kebutuhan anggota koperasi dan masyarakat desa.
Hal menarik dalam kajian ini adalah bahwa

koperasi yang akan

dianalisis merupakan kelompok yang tumbuh dari bawah. Oleh karena itu
menarik juga untuk diketahui bagaimana koperasi yang tumbuh dari
bawah tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya serta
masyarakat dan bagaimana strategi yang tepat untuk mengembangkan
koperasi terse but.
Dari gambaran latar belakang dan permasalahan di atas, dapat
dirumuskan masalah kajian sebagai berikut :
1. Bagaimana

mekanisme

kelembagaan

koperasi

perikanan

meningkatkan kesejahteraan anggota khusunya dan masyarakat
umumnya.
2. Bagaimana penguatan kelembagaan koperasi perikanan yang baru di
kembangkan?
3. Bagaimana strategi dan

program

yang tepat untuk

menguatkan

kelembagaan koperasi?
1.3. Tujuan Kajian

Maksud kajian ini adalah untuk mempelajari dan merumuskan
pola pengembangan koperasi perikanan masyarakat pasca konflik dalam
mengembangkan ekonomi rakyat. Tujuan yang ingin dicapai dari kajian
pegembangan masyarkat secara khusus adalah :
1. Menjelaskan mekanisme kelembagaan

koperasi perikanan sihida

ngone untuk meningkatkan kesejahteraan anggota.

6

2. Menganalisis

proses

penguatan

kelembagaan

koperasi

dalam

masyarakat pasca konflik.
3. Merumuskan strategi dan program penguatan kelembagaan koperasi
dalam masyarakat pasca konflik.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Koperasi Sebagai Suatu Lembaga.
2. 1. 1. Konsep Koperasi
Koperasi

secara

etimologis

terdiri

dari

dua kata "Co dan

Operation". Co artinya bersama dan Operation artinya bekerjasama atau
kebersamaan (Koerman, 2003). Sehingga secara harfiah dapat diartikan
sebagai

bekerja

bersama

atau

lebih

populer

dengan

sebutan

kebersamaan.
International Cooperative Alliance (lCA), suatu lembaga koperasi
internasional memberikan defenisi koperasi sebagai berikut : Koperasi
adalah kumpulan orang-orang atau badan hukum yang bertujuan untuk
perbaikan sosial ekonomi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan
anggotanya dengan jalan berusaha bersama saling membantu antara
yang satu dengan lainnya dengan cara membatasi keuntungan.
Dr. Mohammad Hatta memberikan pengertian koperasi sebagai
berikut : Bahwa koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki
penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong para anggotanya
dengan percaya kepada diri sendiri atas dasar solidaritas, individualitas
dan

kolektivitas.

bagaimana

Sejak

pentingnya

awalnya
faktor

Bung
kejujuran

Hatta

telah

perlu

menekankan

dihidupkan

dan

dikembangkan dalam koperasi.
Djojohadikoesoemo da/am Hendrojogi (2003), mengatakan bahwa
"Koperasi ialah perkumpulan manusia seorang-seorang yang dengan
sukanya sendiri hendak bekerja sam a untuk memajukan ekonominya.
Defenisi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :


Adanya unsur kesukarelaan dalam berkoperasi;



Bahwa

dengan

bekerjasama

itu,

manusia

akan

lebih

mudah

mencapai apa yang diinginkan;


Bahwa pendirian dari suatu koperasi mempunyai pertimbanganpertimbangan ekonomis.

8

Soeriatmaatmadja da/am Hendrojogi (2003), dalam kuliahnya
pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia memberikan defenisi
koperasi sebagai berikut : Koperasi ialah suatu perkumpulan dari orangorang yang atas persamaan derajat sebagai manusia, dengan tidak
memandang haluan agama dan politik secara sukarela masuk, untuk
sekedar memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atas
tanggungan bersama. Apa yang didefenisikan ini mengandung unsurunsur:


Unsur Demokrasi



Unsur sosial



Unsur tidak semata-mata mencari keuntungan.
Raka, (1981), memberi defenisi koperasi adalah : suatu badan

usaha bersama,

khususnya dalam

bidang

perekonomian,

dimana

anggota-anggotanya, yang umumnya ekonomi lemah, bergabung secara
sukarela dan atas dasar persamaan hak dan kewajiban melakukan suatu
usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan anggota-anggotanya.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor. 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian mendefenisikan Koperasi adalah badan
usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip Koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan.
Dengan demikian maka Koperasi pada hakekatnya adalah suatu
organisasi yang menghimpun orang-orang yang mempunyai kesamaan
tujuan dengan sukarela berkumpul untuk melakukan kegiatan ekonomi
demi kesejahteraan mereka.
2. 1. 2. Konsep Kelembagaan
Untuk itu, dalam upaya memenuhi kebutuhannya,

manusia

memerlukan akan kerjasama diantara mereka. Permasalahan yang
kemudian timbul pada suatu kelompok orang adalah kerjasama tidak
dapat terjalin dengan baik. Hal ini mengindikasikan perlunya suatu

9

tatanan aturan yang disepakati bersama guna pencapaian tujuan
bersama dalam kerjasama tersebut. Dalam hal ini menurut Tonny dan
Utomo (2003) kelembagaan memiliki tujuan untuk mengatur antar
hubungan yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling
penting.
Kelembagaan sendiri merupakan terjemahan langsung dan istilah
social institution.

Dalam hal ini kelembagaan dapat diartikan sesuai

dengan asal kata
organisasi.

institute yang merujuk kepada berbagai bentuk

Veblen

Namun

kelembagaan

kepada

(Daryanto,

norma-norma,

2004)

nilai-nilai,

lebih

mengartikan

tradisi

dan budaya.

Goldsmith dan Brikenhoff (Daryanto, 2004) mengartikan kelembagaan
sebagai aturan prosedur yang menentukan bagaimana manusia bertindak
dan atau peranan organisasi yang bertujuan untuk memperoleh status atau
legitimasi tertentu.
Melihat kedua perbedaan di atas, dalam Tonny dan Utomo (2003)
terdapat dua perspektif tentang kelembagaan sosial. Pertama, suatu
perspektif yang memandang baik kelembagaan maupun asosiasi sebagai
bentuk organisasi sosial, yakni sebagai kelompok-kelompok, hanya saja
kelembagaan bersifat lebih universal dan penting sedangkan asosiasi
bersifat kurang penting dan bertujuan lebih spesifik. Kedua, perspektif yang
memandang kelembagaan sebagai kompleks peraturan dan peranan sosial
secara abstrak dan memandang asosiasi-asosiasi sebagai bentuk-bentuk
organisasi yang konkrit. Sehubungan dengan hal ini Soekanto (2001)
menyatakan bahwa social institution merupakan himpunan norma-norma
segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam
kehidupan

masyarakat.

Sedangkan

wujud

kongkrit

lembaga

kemasyarakatan tersebut adalah asosiasi (association).
Namun dalam
ー・セ。ャョケL@

pad a kelembagaan sosial akan terjadi

perkembangan institusional. Proses perkembangan kelembagaan sosial
tersebut dinamakan pelembagaan atau institualization, yaitu suatu proses
yang dilewati oleh suatu norma yang baru untuk menjadi bag ian dari
dan salah satu lembaga masyarakat. Maksudnya ialah sampai nOOlla itu oleh

10

masyarakat dikenal, diakui, dihargai, dan kemudian ditaati dalam kehidupan
sehari-han (Soekanto, 2001).
Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari lembaga dijadikan sebagai
sarana untuk mengatur dan mempengaruhi perilaku dan tindakan masyarakat
dalam

mencapai tujuan tertentu.

Mubyarto (1972),

masyarakat memiliki kelembagaan yang mengatur

mengatakan bahwa

tata kehidupan mereka.

Kelembagaan sosial adalah suatu sistem peraturan-peraturan dan adat istiadat
yang mempertahankan nilai-nilai penting. Masyhuri (1996), lembaga adat yang
penting dalam masyarakat nelayan misalnya kepemilikan alat tangkap, jual beli
hasil tangkap, sewa menyewa alat tangkap, bagi hasil, gotong royong,
himpunanlkelompok nelayan, koperasi dan lain-lain.
Doom dan Lammers da/am

Kolopaking (2002) memberi pengertian

tentang fungsi kelembagaan sosial adalah (1) memberi pedoman berprilaku pada
individulmasyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di
dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama yang
menyangkut kebutuhan-kebutuhan; (2) menjaga keutuhan, dengan adanya
pedoman yang diterima bersama, maka kesatuan dalam masyarakat dapat
dipelihara; (3) memberi pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan kontrol
sosial.

Artinya

sistem

pengawasan

masyarakat terhadap

tingkah

laku

anggotanya; dan (4) memenuhi kebutuhan pokok manusialmasyarakat. Dari
fungsi kelembagaan diatas maka dapat disebutkan bahwa kelembagaan
berfungsi sebagai pedoman individulmasyarakat perekat untuk mempersatukan
masyarakat dan sebagai kontol sosial.
2. 1. 3. Koperasi Sebagai Lembaga
Koperasi merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi
yang

dipilih

oleh

sebagian

anggota

masyarakat dalam

rangka

meningkatkan kemajuan ekonomi rumah tanggan serta kesejahteraan
hidupnya. Secara logika sederhana, orang akan memilih koperasi jika
organisasi

ekonomi

mendatangkan

tersebut

manfaat

lebih

dirasakan
besar

atau

baginya

dari

diyakini
pada

bisa
bentuk

organisasi ekonomi lain.
Koperasi sebagai sistem kelembagaan dibidang perekonomian

II

menawarkan kesamaan hak dan kewajiban anggota dalam sistem
perekonomian

tanpa

memandang

kekayaan

dan

atau

status

sosialnya.
Rochdale atau lebih dikenal dengan "The Rochdale Society of
Equitable

Pioneers",

yang

dinyatakan

sebagai

peraturan

dari

perkumpulan itu kemudian dikenal sebagai asas-asas Rochdale, telah
mengilhami cara kerja dari gerakan-gerakan koperasi sedunia (
Hendrojogi, 2004). Asas- asas Rochdale tersebut adalah :
1. Pengendalian secara demokratis (Democratic controf).
2. Keanggotaan yang terbuka (Open membership).
3. Bunga terbatas atas modal (Limited interest on capitaf).
4. Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota proporsional dengan

pembeliannya (The distribution of surplus in devidend to the
members in proportion to their purchases).

5. Pembayaran secara tunai atas transaksi perdagangan (Trading
strictly on a cash basis).
6. Tidak boleh menjual barang-barang palsu dan harus murni (Selling

only pure and unadelterated goods).

7. Mengadakan pendidikan bagi anggota-anggotanya tentang asasasas koperasi dan perdagangan yang saling membantu (Providing
for the education of the members in Co-operative principles as well
as for mutual trading).
8. Netral dalam ali ran agama dan politik (Politik and religious
neutrality).
Dr. Mohammad Hatta membagi asas-asas Rochdale tersebut
dalam dua bagian ( Hendrojogi, 2004) :
Dasar-dasar pokok :
1. Demokrasi koperatif, yang artinya bahwa kemudi (pengelolaan)
dan tanggungjawab, adalah berada di tangan anggota sendiri.
2. Dasar persamaan hak suara.
3. Tiap orang boleh manjadi anggota.
4. Demokrasi ekonomi, keuntungan dibagi kepada anggota menurut

12

jasa-jasanya.
5. Sebagian dari keuntungan diperuntukkan pendidikan anggota.
Dasar-dasar moral:
1. Tidak boleh dijual dan dikedaikan barang-barang palsu.
2. Harga barang harus sarna dengan harga pasar setempat.
3. Ukuran dan timbangan barang harus benar dan dijamin.
4. Jual beli dengan tunai. Kredit dilarang karena menggerakkan hati
orang untuk membeli di luar kemampuannya.
Memang dalam kenyataannya, kita melihat bahwa tidak semua
kedelapan

buah

asas

Rochdale

itu dipatuhi oleh perkumpulan

koperasi di semua negara.
Dalam
dipisahkan

membicarakan
dengan

koperasi

Mohammad

di

Hatta.

Indonesia,

tidak dapat

Dialah dalam

perjalanan

sejarah Indonesia, dinobatkan sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
Bung Hatta-Iah yang meperkenalkan gerakan koperasi di Indonesia.
Tujuan

Bung

Hatta

memperkenalkan

gerakan

koperasi

adalah

memperbaiki nasib orang-orang yang lemah ekonominya dengan
jalan kerja sarna. Kerjasama adalah dasar rasa solidaritas.
Pemikiran

diatas

memiliki

banyak

persamaan

dengan

paradigma pokok koperasi sebagai lembaga ekonomi.

Koperasi

merupakan kelembagaan yang memiliki norma dan peraturan yang
dinyatakan dalam bentuk prinsip-prinsip koperasi, yang menjadi ciri
pembeda

terhadap

berkembang

sejalan

dilayaninya.

Salah

lembaga
dengan
satu

usaha

non-koperasi.

perkembangan

pendekatan

yang

Koperasi

masyarakat
dikembangkan

yang
oleh

pendekatan ekonomi kelembagaan adalah kelembagaan memandang
perilaku sebagai bag ian dari rangkaian struktur - perilaku - kinerja.
Struktur dianggap akan menentukan pola perilaku, dan pola perilaku
akan mempengaruhi
mempengaruhi

kinerja,

kondisi

serta

struktur

pada

akhirnya

kelembagaan

kinerja

ekonomi

akan
yang

bersangkutan (Cook, 1995).
Untuk menumbuhkan kegiatan ekonomi secara efektif dan

13

berkelanjutan di pedesaan diperlukan adanya lembaga ekonomi yang
efektif. Oleh sebab itu proses transformasi struktural yang diperlukan
untuk

mendukung

pertumbuhan

kegiatan

ekonomi

yang

efektif

memerlukan pula model pembinaan dan pengorganisasian tertentu.
Lembaga yang diharapkan dapat banyak berperan dalam proses
transformasi struktural tersebut diatas adalah lembaga ekonomi yang
berwatak sosial. Lembaga yang sesuai untuk itu adalah koperasi,
karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Dufler dalam Nasution,
1990).
a. Anggota terikat oleh satu atau beberapa kepentingan atau tujuan
bersama (kelompok koperasi).
b. Anggota koperasi berjuang bersama dan saling mendukung untuk
meningkatkan
koperasi

status

secara

ekonomi

tidak

dan

langsung

sosial

mereka

terlihat

dari

(swadaya

loyalitas

dan

solidaritas para anggotanya).
c. Anggota kopersai memanfaatkan organisasinya dengan prinsip
pemilikan bersama dan mempertahankan bersama bangun usaha
koperasi.
d. Usaha koperasi dituntut sesuai dengan keragaan dan tugasnya
untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya secara individu.
Dengan

demikian

maka

kelembagaan

koperasi

adalah

organisasi ekonomi mandiri, yang dimiliki anggota dan bertujuan
mengingkatkan kesejahteraan anggota.
2. 1. 4. Perkembangan Kelembagaan Koperasi.
Perkembangan

koperasi

dari waktu

ke waktu

mengalami

berbagai perubahan. Berkaitan dengan pandangan kelembagaan atas
struktur hak kepemilikan dan perkembangan kegiatan koperasi, Cook
(1995)

menyatakan

bahwa

koperasi

akan

berkembang

secara

bertahap. dimana tantangan yang dihadapi pada setiap tahap adalah
hasil

dari

perubahan

struktur

hak

yang

dialami

pad a

tahap

sebelumnya.
Secara singkat sejarah perkembangan koperasi di indonesia

14

dipaparkan melalui beberapa masa pertumbuhan. Koperasi di Indonesia
mulai dengan didirikannya bank bantuan dan tabungan pegawai bangsa
Indonesia (Spaark bank vaar Inlandsche bestuurs ambtenaren) oleh R.
Bei Aria Wiria Atmadja (patih di Purwakerto) pada tahun 1895. pendirian
bank tersebut ditujukan untuk membantu pegawai negeri bumi putra,
petani dan tukang. Oleh karena itu bank tersebut mendapat julukan De
Vader van de Landbauw Crediet Bank. Pad a watu itu Patih Wiria Atmadja

tidak pernah menamaknnya dengan koperasi, tetapi prinsip dasar yang
dianut oleh bank terse but yang dikenal sebagai swadaya (self help)
adalah prinsip dasar koperasi. diawal abad ke 20 bank-bank serupa telah
berdiri pula di luar jawa seperti misalnya di Sumatera dan Manado
(Saedjita Sosrodiharjo, 1982). Usaha yang dirintis oleh Aria Wiria Atmadja
diteruskan oleh Westerrode sehingga kemudian terbentuk Bank Rakyat,
Rumah Gadai, Bank Oesa dan Lumbung Oesa. Oalam perkembangan
selanjutnya Bank Rakyat diubah menjadi Bank Koperasi Tani dan
Nelayan dan sekarang Menjadi Bank Rakyat Indonesia.
Dr. R. Soetomo pada tahun 1908 mendirikan Perkumpulan Budi
Utomo yang di bidang ekonomi menggerakkan masyarakat dengan
prinsip-prinsip koperasi melalui pendirian koperasi-koperasi konsumsi.
Oemikian juga H.O.S. Tjokroaminoto mendirikan Syarekat Oagang Islam
(SOl) pad a tahun

1912. disamping bergerak dibidang politik, SOl juga

bergerak di bidang ekonomi yang mengembangkan koperasi-koperasi
simpan-pinjam.
Oalam perkembangan selanjutnya, antara tahun 1931-1937 Niti
Sumantri mendirikan Koperasi Usaha Oesa atau Koperasi Serba Usaha
yang pertama di Sukabumi, bahkan Koperasi Serba Usaha yang pertama
di Indonesia. Pada tahun 1937-1942, Niti Sumantri dipilih manjadi ketua
Central Cooperative Bandung (CCB), yang selanjutnya ia juga sebagai
pendiri dan terpilih menjadi ketua yang pertama pada Bank Koperasi
Propinsi Jawa Barat (BKP). Sumantri bersama dengan tokoh koperasi
lainnya seperti R.M. Margono Ojojohadikoesoemo dan

Prof. Ir. Teko

Sumodiwirjo menyelenggarakan Kongres Koperasi ke-I pada bulan Juli

15

1947 di Tasikmalaya. Dalam kongres itu dibentuk Sentral Organsiasi
Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI) dan Niti Sumantri juga terpilih
menjadi

ketuanya

yang

pertama.

Dan

dalam

catatan

sejarah

perkoperasian dalam kong res tersebut diputuskan tanggal 12 Juli sebagai
Hari Koperasi Indonesia.
Dalam kongres I koperasi seluruh Indonesia yang berlangsung di
Tasikmalaya,

melahirkan

beberapa

keputusan

yang

penting

bagi

perkembangan koperasi di Indonesia. Keputusan tersebut antara lain:
a. Ditetapkan tanggal12 Juli sebagai Hari Koperasi Indonesia.
b. Ditetapkannya azas gotong royong sebagai azas Koperasi Indonesia.
c. Mengusahakan terbentuknya Koperasi Desa di seluruh Indonesia
untuk memperkuat perekonomian nasional.
Sejarah perkoperasian juga mencatat tokoh pejuang kemerdekaan
Muhammad

Hatta

yang

sejak

awal

perjuangan

memperebutkan

kemerdekaan, memperjuangkan berdirinya koperasi Indonesia. Bung
Hatta berperan sebagai arsitek Pasal 33 UUD 1945. kongres ke II pada
tahun 1953 menetapkan Dr. Muhammad Hatta sebagai Bapak Koperasi
Indonesia.
Dalam perkembangan koperasi, tercatat berabagai pertauran
perundang-undangan yang mengatur tentang koperasi, antara lain:
a. Tahun 1949 Pemerintah Federal Belanda mengeluarkan UndangUndang

tentang

Staatsblad

perkumpulan

1979 tahun

1949.

Koperasi

yang

termuat

dalam

Undang-Undang

tersebut

hanya

merupakan terjemahan Undang-Undang Perkoperasian tahun 1949
dan Undang-undang perkoperasian tahun 1933.
b. Pemerintah Indonesia pad a tahun 1958 mengeluarkan Undangundang nomor 79 tahun 1958 tentang Perkumpulan Koperasi. dalam
Undang-undang ini ada bebrapa hal yang dapat dikemukakan.


Mulai saat itu koperasi Indonesia hidup atas dasar Undang-undang
Perkumpulan Koperasi Nasional. bukan kolonial.



Merupakan tonggak pemisah koperasi masa penjajahan dan masa
kemerdekaan.

16



Orang asing tidak lagi dibenarkan mendirikan dan menjadi anggota
serta pengurus koperasi.



Pemerintah berkewajiban untuk membimbing, memampukan dan
mengawasi koperasi.
Koperasi Indonesia juga tidak terlepas dari kepentingan politik,

dim ana pada tahun 1960 sampai dengan 1965, Undang-undang dan
beberapa peraturan dikeluarkan dalam rangka pembangun koperasi,
tetapi baik undang-undang maupun peraturan-peraturan tersebut lebih
diarahkan pada kepentingan politik dari golongan-golongan tertentu dan
menempatkan koperasi sebagai bagian tertentu dalam sistem ekonomi.
Setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965. Pemerintah
Indonesia mulai menata kehidupan baru Gerakan Koperasi Indonesia
dengan ditetapkannya Undang-undang No 12 tahun 1967 sebagai
pengganti Undang-undang Koperasi No 14 tahun 1965. Undang-undang
no 12 tahun 1967, berusaha mengembalikan koperasi kepada citra yang
sebenarnya yaitu sesuai dengan Undang-undang dasar 1945 pasal 33,
dan diharapkan koperasi

menjadi

tulang

punggung

perekonomian

nasional.
Berbagi aturan yang

lahirkan Pemerintah Orde Baru untuk

mengembangkan koperasi dapat terlihat dari kebijakan Pemerintah
melalui Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan
Pembinaan Badan Usaha Unit Desa (BUUD). BUUD inilah yang menjadi
bibit lahirnya Koperasi Unit Desa (KUD). Perubahan status BUUD
menjadi KUD dilakukan Pemerintah melalui Inpres NO 2 tahun 1978, yang
menjadikan KUD bukan lagi sebagai koperasi pertanian, tetapi menjadi
koperasi serba usaha. Keanggotaan menjadi terbuka bagi semua warga
desa yang bidang usahanya sangat beragam, yang berarti beragam pula
kebutuhannya.

Kemudian

pada

tahun

1984

pemerintah

kembali

mengeluarkan Inpres No.4 tahun 1984 tentang Pembinaan Koperasi Unit
Desa. Instruksi ini juga melahirkan Badan Pembimbing dan Pelindung
KUD (BPP KUD) serta menginsruksikan 12 menteri, Gubernur Bank
Indonesia, Kepala Bulog, dan semua Gubernur untuk menjadi pembina

17

KUD. Dengan kebijakn seperti ini maka koperasi dianggap sebagai agen
pemerintah untuk mempercepat pembangunan.
Dalam melihat keberhasilan koperasi di Indonesia berikut kita lihat
beberapa hasil kajian terdahulu tentang koperasi. Bisri (2000), dalam
penelitiannya pada Koperasi Perikanan KUD Makaryo Mino Pekalongan.
Dimana KUD Mino sang at maju dan bahkan menjadi KUD Mina sebagai
Koperasi Teladan Tingkat Nasiona!. Anggota KUD Makaryo Mino ini
terdiri dari para buruh nelayan, para pemilik kapal, dan para baku!. Tiga
kelompok anggota yang memiliki karakteristik berbeda secara sosial
ekonomi ini berkoperasi karena memiliki kesamaan, yaitu sama-sama
bergerak di bidang perikanan. Keberhasilan KUD Makaryo Mino dalam
menggalang sinergi (sinkronisasi energi) dari ketiga kelompok anggota
tersebut untuk kesejahteraan bersama merupakan suatu keberhasilan
yang patut dicontoh.
Kunci

keberhasilan

dari

KUD

Makaryo

Mino

adalah

ditumbuhkannya iklim demokratis, terbuka, dan partisipatif yang dipandu
dengan

kepemimpinan

usaha

yang

jujur

dan

profesional,

serta

memperoleh bantuan pembinaan yang tepat dari pemda dan Departemen
Koperasi dan UKM.
Penelitian tentang Pengembangan Koperasi Desa Pantai Untuk
Menunjang Pembangunan Wilayah Pesisir Secara Berkelanjutan (Studi
Kasus Koperasi Tambak di Kabupaten Indramayu) Urip Triyono, (2003).
Hasil kajian yang diperoleh adalah bahwa koperasi sebagai gerakan
ekonomi rakyat dan badan usaha, belum mampu berperan secara tepat
dalam mengembangkan usaha dan lingkungan. Disamping itu koperasi
belum mampu mensinergikan secara komprehensif terhadap nilai-nilai
dan prinsip-prinsip koperasi, sebagai kekuatan yang ampuh dalam
mewujudkan kesejahteraan anggota dan masyarakal. Hal ini dipengaruhi
rendahnya

kualitas

SDM

individualitasnya

menjadi

terbatas

oleh

penambak,
dan

mengakibatkan

tingkat

produktivitas

tingkat
yang

diperoleh turun dari tahun ke tahun yang menjadikan posisinya terjerat
dalam kemiskinan dan sulit untuk mengakses sumber permodalan, pasar,

18

informasi dan teknologi untuk mengembangkan usaha dan lingkungan
yang mendukung pertambangan.
Untuk mengatasi

masalah-masalah

struktural

yang

dihadapi

koperasi tambak di Kabupaten Indramayu, perlu dilakukan dengan
pendekatan institusional dengan memprioritaskan pada peningkatan
faktor-faktor

penentu

(empowerment),

intemal

membangun

dengan

upaya-upaya

kapasitas

(capacity

pemberdayaan
building)

dan

pembangunan secara berkelanjutan (sustainable development), terhadap
faktor-faktor dominan melalui strategi :
a. Meningkatkan

kualitas

80M

petambak

untuk

meningkatkan

produktivitas.
b. Meningkatkan pengatahuan dan pemahaman tentang perkoperasian
serta meningkatkan pelayanan koperasi secara tepat pad a anggota
dan masyarakat.
c. Meningkatkan usaha simpan plnJam koperasi yang mantap dan
terjangkau oleh anggota dan masyarakat.
d. Meningkatkan akses terhadap permodalan, pasar, informasi dan
teknologi dalam pengembangan usaha dan memperbaiki kondisi
lingkungan.
e. Meningkatkan

kemampuan

organisasi

dan

manajemen

dalam

pengusahaan tambak secara berkelanjutan.
Untuk mendukung terlaksananya upaya-upaya tersebut, juga
diperlukan dukungan peningkatan faktor-faktor penentu ekstemal meliputi
perbaikan sarana dan prasarana, penyediaan tenaga penyuluh yang
handal,

keberpihakan

perbankan,

penatagunaan lahan,

penegakan

hukum, dan dukungan kebijakan-kebijakan dari berbagai instansi terkait.
Kajian

tentang

koperasi

juga

dilakukan

oleh

8utomo

Brodjosaputro pada tahun 1989 tentang Beberapa Faktor Utama Yang
Mempengaruhi Keberhasilan Koperasi Unit Oesa. Kajian ini ini dilakukan
untuk menganalisis faktor-faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan
KUO

terutama

dalam

kaitannya

dengan

pelaksanaan

koperasi yaitu pengurus, badan pemeriksa dan manajer.

manajemen

19

Hasil kajian ini menunjukkan bahwa keberhasilan KUD dalam
mencapai tujuannya sangat ditentukan oleh faktor-faktor internal yang
melekat pada para pelaksana manajemen dan dipengaruhi oleh faktorfaktor

eksternal

yang

merupakan

iklim

pertumbuhan

dan

perkembangannya.
Faktor-faktor internal yang dimaksud adalah :
1. Tingkat Pendidikan Pengurus.
Tingkat

pendidikan

pengurus

erat

sekali

kaitannya

dengan

kemampuan manajemen yaitu manajemen organisasi, manajemen
usaha

dan

manajemen

tenaga

pelaksana,

serta

kemampuan

memanfaatkan potensi lingkungan.
2. Tingkat Pendidikan Badan Pemeriksa.
Tingkat pendidikan dan pengetahuan badan pemeriksa di bidang
administrasi dan keuangan, juga status sosialnya yang tinggi akan
memudahkan

badan

pengawas

untuk

melakukan

pemeriksaan

terhadap jalannya kegiatan perkoperasian. Sehingga meminimalisir
terjadinya

penyimpangan-penyimpangan

yang

merugikan

KUD

terutama di bidang keuangan.
3. Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Manajer.
Dalam

melaksanakan

berbagai

pelayanan

yang

sebaik-baiknya

kepada anggota harus didukung dengan kemampuan manajer yang
profesional. Di mana pengetahuan manajerial yang di miliki manajer
harus dapat mengembangkan koperasi

dan ini didukung oleh

pendapatan manajer yang memadai.
4. Jumlah Anggota.
Anggota adalah pemilik dan juga pelanggan koperasi. oleh karena itu
sampai batas tertentu semakin besar jumlah anggota semakin besar
volume usaha dan memberi kemungkinan lebih besar terbentuknya
sisa hasil usaha. (SHU). Semakin besar jumlah anggota, semakin
besar terkumpul simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan
sukarela yang merupakan modal usaha dalam memberikan pelayanan
kepada anggota.

20

5. Besar Modal Yang Dipergunakan Dalam Usaha.
Besar modal yang dipergunakan dalam usaha berkaitan langsung
dengan volume usaha. Sampai pada suatu batas tertentu semakin
besar volume usaha semakin kecil biaya persatuan barang sehingga
lebih besar kemungkinan diperoleh sisa hasil usaha.
Faktor-faktor Eksternal :
Sebagai suatu organisasi ekonomi yang berwatak sosial yang
hidup ditengah-tengah masyarakat, beranggotakan orang-orang dari
masyarakat yang sama, maka KUD tidak terlepas dari pengaruh sifat-sifat
anggota masyarakat setempat. Sedangkan faktor eksternal yang tidak
secara

lang sung

berpengaruh

terhadap

KUD

adalah

kebijakan

pemerintah dalam bidang ekonomi.
Nasution (1990), menelaah keragaan KUD sebagai organisasi
ekonomi pedesaan secara komprehensif dengan pendekatan persamaan
simultan yang menyangkut fungsi keberhasilan usaha KUD, fungsi
pencapaian target, fungsi pelayanan kepada anggota, fungsi partisipasi
anggota dan fungsi keanggotaan.
Studi terse but telah memberikan banyak penjelasan mengenai
hubungan sebab akibat dari berbagai faktor dalam lingkup sosial,
ekonomi dan manajemen koperasi. Hampir seluruh faktor internal dan
eksternal telah ditelaah dalam kaitannya dengan keberhasilan dan
terhadap sebagian dari dampak koperasi masyarakat.
2. 2. Penguatan Kelembagaan Koperasi.
Kelembagaan

merupakan

wadah

bagi

masyarakat

untuk

berpartisiipasi, masyarakat akan berpartisipasi menekala organisasi
tersebut sudah dikenal dan dapat memberikan manfaat langsung pada
masyarakat yang bersangkutan, serta pimpinan yang dikenali dan
diterima oleh kelompok sosial (Nurdin, 1998)
Pengembangan kelembagaan adalah proses menciptakan pola
baru kegiatan dan perilaku yang bertahan