Analisis potensi sumberdaya lahan untuk pengembangan sapi potong di Kabupaten Karo

ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA LAHAN UNTUK
PENGEMBANGAN SAP1 POTONG
DI KABUPATEN KARO

MARKUS MALAU

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis "Analisis Potensi Sumberdaya Lahan
untuk Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Karo" adalah karya saya sendiri
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Februari 2007


Markus Malau
NRP A253050134

ABSTRAK
MARKUS MALAU. Analisis Potensi Sumberdaya Lahan untuk Pengembangan
Sapi Potong di Kabupaten Karo (Potential Analysis of Land Resources for Beef
Cattle Development in Karo Regency). Dibimbiig oleh ATANG SUTANDI, UUP
S. WIRADISASTRA.
Sumberdaya lahan, temak dan hijauan makanan temak (HMT) merupakan
komponen yang berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan dalam pengembangan
sapi potong. Lahan yang optimal untuk pengembangan sapi potong adalah yang
sesuai lingkungan ekologis dan mampu menghasilkan makanan temak yang
cukup, berkualitas dan kontinyu. Tujuan penelitian ini adalah: (1)
mengidentifikasi jenis-jenis penggunaan lahan untuk pengembangan sapi potong;
(2) menentukan kesesuaian lahan sebagai lingkungan ekologis sapi potong; (3)
menentukan kesesuaian lahan untuk tanaman HMT yang dorninan dan potensi
untuk dikembangkan serta bagaimana tingkat ketersediaannya (daya dukung);
serta (5) menentukan prioritas dan arahan lahan pengembangan sapi potong.
Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja), Sistem
Informasi Geografis (SIG) dan Microsoft Excel.

Melalui analisis dan pengolahan citra satelit Landsat TM7 diidentifikasi
jenis-jenis penggunaan lahan yang berpotensi untuk pengembangan sapi potong,
yakni lahan-lahan usahatani yang mendukung penyediaaan pakan HMT antara
lain: sawah, tegalan, kebun campwan, semak/rerumputan, dan lahan terbuka
dengan luas
135.000 Ha (62% dari luas wilayah penelitian). Hasil analisis
menunjukkan bahwa sebahagian besar wilayah Kabupaten Karo kwang sesuai
sebagai lingkungan ekologis sapi potong baik sistem gembala maupun kandang,
dengan faktor pembatas utama adalah terrain (lereng dan elevasi) serta
temperature humidity index (THI). Lahan yang sesuai lingkungan ekologis sapi
potong pada pemeliharaan sistem gembala mencapai 79.831 Ha (36,50%)
sedangkan sistem kandang 58.771 Ha (26,87%).
Total daya dukung @D) HMT pada kesesuaian lahan aktual mencapai
93.567 satuan temak (ST) sehingga mampu menampung tarnbahan temak sapi
potong sebesar 43.585 ST sedangkan pada keadaan kesesuaian lahan potensial
mencapai 133.371 ST dengan kapasitas peningkatan (KP) sapi potong sebesar
83.388 ST. Berdasarkan tingkat ketersediaan HMT pada keadaan kesesuaian lahan
aktual, sebagian besar lahan berada pada status rawan sampai sangat kritis
mencapai 75.908 Ha (34.71% dari luas wilayah kabupaten) dengan rata-rata DD
hijauan sebesar 1,32 ST/Ha sedangkan pada kesesuaian lahan potensial, tingkat

ketersediaan HMT pada status aman sebanding dengan status rawan sampai
sangat kritis.
Berdasarkan landuse, lahan tegalan dan sawah mempunyai kemampuan
menyediakan HMT yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan lahan-lahan
lainnya. Pada keadaan kesesuaian lahan aktual rata-rata DD hijauan pada lahan
tegalan dan sawah masing-masing 1,30 dan 0,96 ST/Ha, sedangkan pada keadaan
kesesuaian lahan potensial 1.79 dan 1,36 ST/Ha.
Pada keadaan kesesuaian lahan potensial, baik sistem gembala atau
kandang, lahan prioritas I terdapat pada lahan tegalan dengan luas 10.537 Ha dan
sawah 12.263 Ha. Pada sistem gembala, lahan pada prioritas I mempunyai total
DD sebesar 64.240 ST sehingga mampu menerima tambahan sapi potong sebesar

51.403 ST atau rata-rata 1,41 ST/Ha sedangkan pada sistem kandang, lahan
prioritas I mempunyai total DD sebesar 46.984 ST sehingga marnpu menerima
tarnbahan sapi potong sebanyak 3 1.304 ST atau rata-rata 1,37 ST/Ha.
Arahan lahan untuk pengembangan sapi potong di Kabupaten Karo adalah
sistem diversifikasi pada lahan tegalan dan sawah. Untuk sistem gembala, luas
areal dengan diversifikasi lahan sawah pada keadaan kesesuaian lahan potensial
mencapai 20.422 Ha (9,34% dari luas kabupaten) dengan KP sapi potong 27.000
ST (1,32 ST/Ha) sedangkan pada sistem diversifikasi lahan tegalan 15.932 Ha

(7,28%) dengan KP sapi potong 24.403 ST (4,39 ST/Ha). Sedangkan untuk sistem
kandang luas areal dengan diversifikasi lahan sawah pada keadaan kesesuaian
lahan potensial dengan mencapai 12.263 Ha (5,63% dari luas total kabupaten
karo) sedangkan pada sistem diversifikasi lahan tegalan 10.537 Ha (4,84%).

O Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dun memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak,fotokopi, mikrofzlm, dun sebagainya

ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA LAHAN UNTUK
PENGEMBANGAN SAP1 POTONG
DI KABUPATEN KARO

MARMUS MALAU

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Tesis

: Analisis Potensi Sumberdaya Lahan untuk Pengembangan Sapi

Narna
NRP

Potong di Kabupaten Karo
: Markus Malau
: A253050134

Disetujui
Komisi Pembimbing


Ketua

Diketahui

Tanggal Ujian: 22 Februari 2007

Tanggal Lulus: 0 8 MAR 2007

yang tercinta Fran.sisf&aB Situmorang, Stefani rihn Patric&Hanison
atas doa, fiarapan rihn du&ungan k a h n sehma ini .....
Ucapan syu(ur:
atas terka6uCnyapemwhoionan melhCui Wbvena i i a Sahm Maria

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di Surga atas segala
rahrnat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini
dengan judul "Analisis Potensi Sumberdaya Lahan untuk Pengembangan Sapi
Potong di Kabupaten Karo".
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian tulisan ini tidak

terlepas dari dukungan dan bantuan semua pihak, maka perkenankan penulis
menyampaikan ucapan terirna kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Ir. Atang Sutandi, M.Si, Ph.D dan Bapak Prof. Dr. Ir. Uup S.
Wiradisastra, M.Sc selaku pembimbing serta Bapak Prof. Dr. Ir. Junaidi A.
Rachim selaku penguji luar komisi, yang telah banyak memberikan biibingan
dan saran;
2. Ketua Program Studi Dr. Ir. Eman Rustiadi, M.Agr dan segenap dosen
pengajar serta asisten pada program studi Ilmu Perencanaan Wilayah, atas
bimbingan dan dukungannya.
3. Pimpinan Pusbindiklati-en-Bappenas yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti program studi dan memberikan beasiswa
tugas belajar ini.
4. Kepala Kantor PDE (Bapak Ir. Mulia Barus, M.Si) beserta staf dan
Pemerintah Kabupaten Karo atas dukungan, bantuan dan ijin yang telah
diberikan selama melaksanakan tugas belajar di Institut Pertanian Bogor
5. Segenap staf Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah yang telah membantu
kelancaran penulis selama studi.
6. Bapak Ir. Suratman, peneliti pada Puslittanak Bogor yang telah memberikan
referensi, konsultasi dan masukan.
7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah

Pascasarjana IPB tahun 200512006 atas bantuan, kerjasama dan dukungannya.
8. Kedua orangtua dan mertua, ifo dan lae J. Simatupang (Padang) serta adekadekku atas doa, motivasi dan dukungannya.
9. Lae Daniel, Shanty, Men-Eko (Jakarta) atas bantuan dan dorongan semangat.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu penulis baik secara moril maupun matenl dalam penyelesaian
tulisan ini.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan
dan keiemahan, namun penulis berharap tulisan ini mampu memberikan manfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.

Markus Malau

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kisaran pada tanggal 23 September 1969 dari bapak
3.R Malau dan ibu H br. Sitanggang. Penulis merupakan putra kedua dari tujuh
bersaudara.
Sekolah dasar hingga menengah atas diselesaikan di Bukittinggi Sumatera
Barat. Tahun 1988 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Bukittinggi dan pada tahun
yang sama lulus seleksi mas& pada jurusan Produksi Temak Fakultas Petemakan
Universitas Andalas Padang melalui jalur undangan PMDK dan tarnat tahun 1995.

Kesempatan untuk melanjutkan ke Sekolah Pascasarjana IPB pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah diperoleh pada tahun 2005 atas ijin
tugas belajar dari Pemerintah Kabupaten Karo dan beasiswa pendidikan dari Pusat
Pembinaan, P e n d i d i dan Pelatihan Perencana (PusbiidiMatren) Bappenas.
Saat ini penulis bekerja pada Kantor Pengolahan Data Elektronik (PDE)
Kabupaten Karo Provinsi Surnatera Utara, dengan tugas utama antara lain
membantu dalam perencanaan dan penerapan teknologi informasi dalam rangka
mendukung e-government di Kabupaten Karo.

DAFTAR IS1
Hataman
DAFTAR TABEL

........................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR

....................................................................................

xii


..............................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................
Perumusan Masalah ...........................................................................
Tujuan Penelitian ............................................................................
Manfaat Penelitian ..............................................................................
Keterbatasan Penelitian .......................................................................

1
3
3
3
4


TINJAUAN PUSTAKA
Sapi Potong .........................................................................................
Evaluasi Sumberdaya Lahan ...............................................................
Karakteristik dan Kualitas Lahan .......................................................
Kesesuaian Lahan ...............................................................................
Sumberdaya Lahan untuk Pengembangan Ternak
Ruminansia ........................................................................................
Hijauan Makanan Ternak ...................................................................
Daya Dukung Hijauan Makanan Ternak ............................................
Pola Pengembangan dan Bentuk Usaha Sapi Potong ........................
Sistem Informasi Geografis ................................................................
Penginderaan Jauh untuk Penutupan/Penggunaan Lahan ...................
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 23
Bahan ..................................................................................................

..

Kerangka Pem~hran...........................................................................
Metode dan Analisis ...........................................................................
Identifikasi Jenis Penutupank'enggunaan Lahan ......................
Penilaian Kesesuaian Lingkungan Ekologis Sapi Potong ........
Penilaian Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Hijauan Ternak ..
Identifikasi Tingkat Ketersediaan Hijauan Makanan
Ternak ........................................................................................
Prioritas dan Arahan Lahan Pengembangan Ternak Sapi
Potong ........................................................................................
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Penutupan dan Penggunaan Lahan .....................................................
Penduduk ...........................................................................................
Iklim ................................................................................................
Topografi ...........................................................................................
Geologi dan Batuan Induk .................................................................

38
39
40
46
49

Satuan Lahan dan Tanah ....................................................................
Hidrologi ............................................................................................
Keadaan dan Kesuburan Tanah ..........................................................
..
Kondisi Umum Petemakan .................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penutupan dan Penggunaan Lahan .....................................................
Kesesuaian Lingkungan Ekologis Sapi Potong ..................................
Kesesuaian Lahan Tanaman Hiiauan
Makanan Temak......................
.,
Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah (Olyza sativa) ..........
Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Gogo
.....................................
Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung ..........................................
Kesesuaian Lahan Tanaman Ubi Jalar ......................................
Kesesuaian Lahan Tanaman Kacang Hijau ..............................
Kesesuaian Lahan Tanaman Rurnput Gajah .............................
Kesesuaian Lahan Tanaman Rumput Setaria ...........................
Kesesuaian Lahan Tanaman Rumput Alam .............................
Kesesuaian Lahan Tanaman Leguminosa ................................
Ketersediaan Hijauan Makanan Temak ..............................................
Prioritas dan Arahan Lahan ................................................................
Prioritas Arahan Lahan .............................................................
Arahan Lahan Pengembangan ...................................................
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
LAMPIRAN

...................................................................................................

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Jenis dan sumber peta dan data sekunder ..................................................
2

Kriteria penilaian kesesuaian lingkungan ekologis untuk sapi
gembala ................................................................................................ 30

3 Kriteria penilaian kesesuaian lingkungan ekologis untuk sapi
kandang ................................................................................................
4

23

30

Kriteria status daya dukung hijauan makanan temak berdasarkan indeks
daya dukung .............................................................................................. 33

5 Karakterisasi pakan limbah tanaman pangan ............................................

33

6 Karakterisasi potensi sumber pakan alami pada tiap penggunaan
lahan .......................................................................................................... 33
7 Nilai satuan temak (ST) ruminansia utama di Kabupaten Karo tahun
2005 .........................................................................................................

34

8 Matrik prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong .......................

34

9 Luas wilayah dan penutupanlpenggunaan lahan Kabupaten Karo
menurut data BPS (2005) dan peta digital RBI ........................................

38

10 Luas wilayah. jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di Kabupaten
tahun 2005 ................................................................................................ 39
11 Rata-rata curah hujan di Kabupaten Karo di sembilan stasiun
2005 ...............................................................
pengamatan tahun 1985 .

40

12 Zona agroklimat berdasarkan jumlah bulan basah dan kering di
Kabupaten di 9 stasiun pengamatan tahun 1985-2005 ............................ 43
13 Rata-rata suhu udara di stasiun Kutagadung tahun 19962005 dan
stasiun tongkoh tahun 2000-2005 ............................................................

43

14 Rata-rata persentase kelembaban nisbi di stasiun Kutagadung tahun
1996-2005 dan stasiun Tongkoh tahun 2000-2005 .................................. 44
15 Bentuk wilayah dan luas lahan berdasarkan kelerengan di
Kabupaten Karo .......................................................................................

46

16 Ketinggian dan luas wilayah di Kabupaten Karo ......................................

46

17 Jenis-jenis tanah dominan yang dijumpai di Kabupaten Karo .................

55

18 Jenis tanah yang dijumpai di Kabupaten Karo menurut Taksonomi
Tanah (1975) dan Dudal & Soepraptohardjo (1960) ...............................

56

19 Perkembangan populasi sapi potong di Kabupaten Karo tahun
2000-2005 ..............................................................................................

59

20 Luas penggunaan lahan sawah dan lahan kering serta populasi temak
ruminansia utama di Kabupaten Karo tahun 2004 ...................................

60

21 Jenis penutupan dan pengggunaan lahan di Kabupaten Karo tahun 2005
berdasarkan interpretasi citra Landsat TM7 .............................................
22 Luasan dan jenis penggunaan lahan per kecamatan di Kabupaten Karo
(Ha) ...........................................................................................................
23 Persentase luasan dan jenis penggunaan lahan per kecamatan di
Kabupaten Karo ........................................................................................
24 Kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong di Kabupaten Karo ............
25 Sebaran lahan sesuai lingkungan ekologis sapi potong berdasarkan
Ianduse .....................................................................................................
26 Luas kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong di Kabupaten Karo ...
27 Kesesuaian lahan tanaman padi sawah di Kabupaten Karo ......................
28 Kesesuaian lahan tanaman padi gogo di Kabupaten Karo ........................
29 Kesesuaian lahan tanaman jagung di Kabupaten Karo .............................
30 Kesesuaian lahan tanaman ubi jalar di Kabupaten Karo ...........................
3 1 Kesesuaian lahan tanaman kacang hijau di Kabupaten Karo....................
32 Kesesuaian lahan tanaman rumput gajah di Kabupaten Karo ...................
33 Kesesuaian lahan tanaman rumput setaria di Kabupaten Karo .................
34 Kesesuaian lahan tanaman rumput dam di Kabupaten Karo....................
35 Kesesuaian lahan tanaman legurninosa di Kabupaten Karo .....................

36 Tingkat kepadatan usaha temak ruminansia di Kabupaten Karo tahun
2005 ...........................................................................................................

37 Status daya dukung hijauan makanan ternak di Kabupaten Karo tahun
2005 ...........................................................................................................
38 Daya dukung hijauan makanan temak dan kapasitas peningkatan sapi
potong menurut kecamatan di Kabupaten Karo ........................................
39 Sebaran status daya dukung potensial pada lahan usahatani di
Kabupaten Karo .......................................................................................
40 Daya dukung hijauan makanan temak berdasarkan landuse di
Kabupaten Karo .......................................................................................
41 Jenis tanaman sumber hijauan menurut musim tanam pada lahan
sawah dan tegalan di Kabupaten Karo .....................................................
42 Daya dukung hijauan makanan temak berdasarkan musim tanarn pada
lahan sawah dan tegalan di Kabupaten Karo ...........................................
43 Prioritas arahan lahan dan kapasitas peningkatan sapi potong sistem
gembala di Kabupaten Karo ......................................................................
44 Prioritas arahan lahan dan kapasitas peningkatan sapi potong sistem
kandang di Kabupaten Karo ......................................................................

45 Arahan lahan pengembangan sapi potong sistem gembala di
Kabupaten Karo ....................................................................................... I07
46 Arahan lahan pengembangan sapi potong sistem kandang di
Kabupaten Karo ........................................................................................107
47 Arahan lahan pengembangan sapi potong sistem GEMBALA
menurut kecamatan di Kabupaten Karo pada keadaan kesesuaian
lahan AKTUAL ........................................................................................ 109
48 Arahan lahan pengembangan sapi potong sistem KANDANG
menurut kecarnatan di Kabupaten Karo pada keadaan kesesuaian
lahan AKTUAL ..................................................................................... 109
49. Arahan lahan pengembangan sapi potong sistem GEMBALA
menurut kecamatan di Kabupaten Karo pada kesesuaian lahan
POTENSIAL ............................................................................................. 108
50 Arahan lahan pengembangan sapi potong sistem KANDANG
menurut kecamatan di Kabupaten Karo pada kesesuaian lahan
POTENSIAL ......................................................................................... 108

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Peta lokasi penelitian Kabupaten Karo Provinsi Surnatera Utara ............
2 Diagram alir kerangka pemikiran ..............................................................

.......................................................
Peta curah hujan Kabupaten Karo ..................:.........................................
Peta zona agroklimat Kabupaten Karo .....................................................

3 Diagram alir pelaksanaan penelitian
4
5

6 Peta estirnasi suhu berdasarkan elevasi diKabupaten Karo

....................

7 Peta lereng Kabupaten Karo .....................................................................

...................................................................
Peta landunit Kabupaten Karo .................................................................
Peta penutupan dan pengggunaan lahan di Kabupaten Karo ...................

8 Peta elevasi Kabupaten Karo
9
10

11 Peta kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong sistem gembala di
Kabupaten Karo .......................................................................................
12 Peta kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong sistem kandang di
Kabupaten Karo .......................................................................................

13 Peta kesesuaian lahan tanaman padi sawah di Kabupaten Karo

..............

................
Peta kesesuaian lahan tanaman jagung di Kabupaten Karo .....................
Peta kesesuaian lahan tanaman ubi jalar di Kabupaten Karo ...................
Peta kesesuaian lahan tanaman kacang hijau di Kabupaten Karo ............

14 Peta kesesuaian lahan tanaman padi gogo di Kabupaten Karo
15
16
17

18 Peta kesesuaian lahan tanaman rumput gajah di Kabupaten Karo ...........

.........
Peta kesesuaian lahan tanaman rumput alam di Kabupaten Karo ............
Peta kesesuaian lahan tanaman legurninosa di Kabupaten Karo .............
Peta status daya dukung hijauan makanan temak di Kabupaten Karo......

19 Peta kesesuaian lahan tanaman rumput setaria di Kabupaten Karo
20
21
22

23 Peta prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong sistem
gembala di Kabupaten Karo .....................................................................
24 Peta prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong sistem
kandang di Kabupaten Karo .....................................................................
25 Peta arahan lahan pengembangan sapi potong sistem gembala di
Kabupaten Karo ........................................................................................
26 Peta arahan lahan pengembangan sapi potong sistem kandang di
Kabupaten Karo ........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN

1. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial
menurut tingkat pengelolaannya ..............................................................

120

2 Legenda satuan lahan dan tanah Kabupaten Karo .................................... 121
3

Kualitas dan karakteristik Lahan di Kabupaten Karo ...............................

4

Analisis kimia tanah di beberapa kecamatan di Kabupaten Karo ............. 133

122

5 Kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong di Kabupaten Karo dan
faktor penghambat ..................................................................................... 134
6

Kriteria kesesuaian lahan beberapa tanarnan sumber hijauan makanan
ternak ......................................................................................................

141

Latar Belakang
Pembangunan subsektor petemakan memegang peranan penting dan
menjadi bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional
dalam usaha memperbaiki gizi masyarakat, meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani, menyediakan lapangan kerja, peningkatan ketahanan pangan
serta penghasil pupuk organik. Pertambahan penduduk dan tingkat pendapatan
yang terus meningkat menuntut ketersediaan pangan bergizi asal remak. Untuk
menjamin ketersediaan pangan tersebut perlu upaya peningkatan produksi dan
populasi ternak, salah satunya melahi pengembangan temak ruminansia sesuai
dengan daya dukung dan potensi surnberdaya lahan di suatu wilayah.
Dalam usaha peningkatan produksi temak ruminansia terdapat hubungan
yang erat antara aspek lahan, hijauan makanan temak dan ternak yang tak
terpisahkan satu sarna lain dalam usaha tani. Apabila salah satu aspek tersebut
tidak ada maka produksi yang akan dihasilkan tidak akan memuaskan dan
mungkin akan menyebabkan kegagalan dalam usaha. Lahan merupakan modal
utama sebagai tempat hidup temak ruminansia sekaligus sebagai penghasil
hijauan makanan temak. Oleh karena itu, agar dapat tercapai peningkatan
produksi temak yang optimal diperlukan lahan yang sesuai sebagai lingkungan
ekologis ternak dan mampu menghasilkan hijauan makanan temak dalarn jurnlah
dan kualitas yang cukup dan kontinyu.
Kontribusi subsektor petemakan terhadap perekonomian Kabupaten Karo
cukup besar. S t m k h u perekonomian Kabupaten Karo pada tahun 2004 didorninasi
sektor pertanian yang menyumbang 62,58 % dari total PDRB Kabupaten Karo.
dimana subsektor peternakan memberikan kontribusi sebesar 8,42 % menempati
urutan ketiga setelah tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan rakyat
(BPS, 2005). Jumlah sapi potong di Kabupaten Karo tahun 2004 sebanyak 45.858
ekor merupakan populasi yang paling banyak dipelihara dibandingkan dengan
temak besar lainnya.
Pengembangan temak sapi potong di Kabupaten Karo mempunyai prospek
dan peluang sangat baik. Hal ini dimungkinkan antara lain karena tersedianya

lahan yang masih cukup luas, potensi sumberdaya petani peternak, dan
permintaan terhadap daging sapi yang tems meningkat. Aspek pemasaran temak
sapi juga belum menjadi kendala. Di samping itu, sapi potong potensial
dikembangkan di Kabupaten Karo, di samping untuk kebutuhan daging dan
sumber tenaga kerja temtama pengolahan tanah dan penarik barang,

juga

mengingat hasil sampingan berupa kotoran ternak, sebagai sumber bahan organik
dan sumber hara potensial bagi tanaman. Sebaliknya bahan limbah pertanian dapat
digunakan sebagai masukan untuk usaha petemakan. Adanya keterkaitan antara
usaha tani dengan peternakan ini dapat meningkatkan pendapatan petani.
Kabupaten Karo merupakan daerah pertanian utama khususnya tanaman
pangan dan hortikultura di Sumatera Utara. Pola pengembangan sapi potong di
Kabupaten Karo tidak terlepas dari penggunaan lahan dan perkembangan usaha
pertanian terutama sawah dan tegaladadang. Di daerah pertanian intensif seperti
Kabupaten Karo, jenis pakan yang diberikan pada temak ruminansia seperti sapi
potong terdiri atas hijauan dan konsentrat, namun sebagian besar berupa pakan
hijauan. Pakan hijauan yang mempakan sumber serat kasar, berasal dari rumput
segar yang ditanam pada pematang sawah, tegalan dan lahan lainnya serta dari
limbah pertanian seperti jerami padi, jerami jagung atau jerami kacang-kacangan.
Fluktuasi pakan hijauan dipengaruhi oleh tataguna lahan dan pola tmam dan
musim panen komoditi pertanian untuk menghasilkan limbah pertanian seperti
jerami padi, jagung, ubi jalar, kacang-kacangan dan lain-lain.
Luasnya lahan sawah dan lahan kering di Kabupaten Karo sangat
memungkinkan dilakukan pengembangan pola

integrasi temak-tanaman.

Keterpaduan antara temak dan tanaman pertanian ini dapat saling menunjang dan
saling menguntungkan melalui pemanfaatan tenaga sapi untuk mengolah tanah
dan kotoran sapi untuk pupuk organik sementara lahan sawah dan ladang
menghasilkan limbah untuk pakan temak seperti jerami padi, jagung dan kacangkacangan. Pola integrasi ini diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan pakan
temak. Dengan demikian, peluang potensi pengembangan peternakan khususnya
temak ruminansia cukup terbuka lebar dengan mengoptimalkan pemanfaatan
limbah pertanian yang tersedia sebagai pakan untuk ternak sapi potong.

Perumusan Masalah
Pengembangan usaha sapi potong di Kabupaten Karo tidak berjalan
sebagaimana diharapkan karena usaha tersebut belum sepenuhnya didasarkan
pada potensi sumberdaya wilayah yang ada, baik potensi sumberdaya lahan
sebagai penyedia pakan ternak maupun lingkungan yang optimal untuk kehidupan
temak sapi itu sendiri. Kondisi ini dapat menyebabkan jumlah populasi dan
produksi lambat berkembang. Oleh sebab itu diperlukan kajian tentang potensi
sumberdaya

lahan

yang

menyeluruh

-untuk kepentingan

perencanaan

pembangunan khususnya dalam pengembangan usaha sapi potong di Kabupaten
Karo agar optimal dan lebih terarah. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dirumuskan pernasalahan sebagai berikut:
a. Belurn adanya penelitianlkajian tentang kesesuaian lahan untuk li~lgkungan
ekologis sapi potong dan kesesuaian lahan untuk hijauan makanan temak serta
daya dukungnya.
b. Potensi lahan di Kabupaten Karo belum dirnanfaatkan secara optimal bagi
pengembangan sapi potong.
c. Ketersediaan hijauan makanan temak belum terpenuhi dan dinilai secara
kualitas bagi pengembangan sapi potong.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Mengidentifikasi jenis penggunaan lahan untuk pengembangan temak sapi
potong.

2. Menentukan kesesuaian lahan sebagai lingkungan ekologis sapi potong.
3. Menentukan kesesuaian lahan untuk tanaman hijauan makanan temak sapi
potong yang dominan dan potensi untuk dikembangkan serta tingkat
ketersediaannya.
4. Menentukan arahan pengembangan temak sapi potong berdasarkan potensi

sumberdaya lahan dan kelayakan usahatemak.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat antara lain:

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah kabupaten dalam perencanaan
pembangunan, khususnya untuk pengembangan petemakan sapi potong.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat dan swasta yang bergerak dalam
usaha pengembangan sapi potong di Kabupaten Karo.

3. Tersedianya sistem informasi meldui analisis potensi lahanlwilayah untuk
pengembangan petemakan khususnya temak sapi potong di Kabupaten Karo.
Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan yang ada daIam penelitian ini antara lain:
1. Peta satuan tanah yang digunakan terbatas pada informasi dari peta satuan

tanah skala tingkat tinjau yang dikeluarkan Puslitanah (1982).
2. Evaluasi lahan hanya dilaksanakan lebih bersifat kualitatif sehingga hanya

memadai untuk arahan pengembangan pada tingkat awal.
3. Perhitungan produksi bahan kering hijauan makanan temak untuk setiap kelas

kesesuaian lahan didasarkan pada asumsi hasil penelitian dari tempat lain
(data sekunder).

4. Aksesibilitas (saratla jalan) dan pemukiman tidak diperhitungkan.

TINJAUAN PUSTAKA
Sapi Potong
Temak sapi merupakan temak ruminansia besar yang memiliki kemampuan
tinggi untuk mengubah hijauan yang berkualitas rendah menjadi produk yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam bentuk daging. Temak ini juga dapat
memanfaatkan hasil sampingdimbah pertanian dan industri sebagai pakan pokok
hidup dan produksi (Muljadi et al., 1992). Kegunaan temak dalam kehidupan
petani meliputi antara lain: (a) sebagai sumber tenaga kerja; (b) pengubah hasil
limbah pertanian dan rumput dam; (c) sebagai tabungan dan cadangan uang tunai;
dan (d) sebagai sumber pupuk organik (Natasasmita dan Mudikdjo, 1980).
Pemilihan suatu bangsa sapi menurut Blakely (1985), tergantung pada
kesukaan petemak, keadaan lingkungan, kemampuan adaptasi, efisiensi produksi,
kemampuan memelihara dan menyusui anak, ukuran badan, pertambahan berat
badan, dan sifat-sifat lain yang cocok dengan keinginan petemak yang
bersangkutan. Jenis sapi yang dipelihara dan sudah lama ada di Indonesia serta
sudah dianggap sebagai sapi lokal adalah sapi Bali (termasuk Bos indicus), sapi
Ongole (Bos indicus) serta Peranakan Ongole (PO), sapi Madura, sapi Jawa, sapi
Sumatera dan sapi Aceh yang semuanya dianggap sebagai k e t m a n sapi Bos
sondaicus dan Bos indicus. Di antara bangsa sapi yang besar populasinya adalah
sapi Bali, sapi Ongole serta Peranakan OngoIe dan sapi Madura (Natasasmita dan
Mudikdjo, 1980).
Faktor iklim sebagai salah satu faktor lingkungan memiliki pengaruh besar
terhadap kehidupan temak sapi potong. Menurut Sugeng (1998) faktor lingkungan
tersebut meliputi: suhu, kelembaban, curah hujan. Faktor lingkungan yang tidak
sesuai akan mejadi beban berat bagi kehidupan sapi. Sifat iklim di daerah tropis di
Indonesia tergolong panas dan lembab ditandai oleh kelembaban udara rata-rata di
atas 60%, curah hujan rata-rata di atas 1.800 d t a h u n dan perbedaan antara suhu
siang dan malarn hari tidak begitu mencolok yakni sekitar 2-5°C.
Temperature humidity index (THI) merupakan faktor yang mempengaruhi
produksi dan perkembangbiakan sapi. Temperature humidity index (THI) yang
juga dikenal sebagai indeks kegelisahan adalah indeks yang menentukan efek

lingkungan terhadap kenyamanan suatu makhluk hidup yang mengkombinasikan
temperatur dan kelembaban (AMS, 2006). Faktor THI berhubungan dengan
kemampuan sapi potong dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya
sehingga dapat mengganggu produksi. Amundson et al. (2006) mengungkapkan
pengaruh lingkungan terhadap tingkat kebuntingan pada sapi potong diiana
untuk hari ke 0-60 periode breeding, nilai THI optimum adalah 68,O sedangkan
ambang batas THI di mana sapi akan beradaptasi adalah 72,9. Pengurangan
tingkat kebuntingan kemungkinan besar ketika rata-raia THI sama atau melebihi
dan 72,9. Selanjjutnya, Berman (2005) menyatakan, temperature humidity index
(THI) digunakan untuk menaksir tekanan (stress) yang berkaitan dengan panas
termasuk sensasi kenyamanan dengan lingkungan berbeda yakni kelembaban
udara dan temperatur pada kecepatan udara rendah

.

Ketersediaan air harus diperlctungkan dalam usaha petemakan sapi potong.
Sapi yang kekurangan air menyebabkan aktivitas sel-sel tubuhnya akan terganggu
sehingga tubuh sakit dan perturnbuhannya akan terganggu. Kebutuhan air bagi
tiap ekor sapi dewasa diperhitungkan rata-rata 40 liter sehari dan dalam kondisi di
padang penggembalaan diusahakan jarak untuk mencapai sumber air tidak lebih
dari 1,6 km agar sapi tidak terlalu letih.
Evaluasi Sumberdaya Lahan
Lahan mempakan bagian dari bentang lahan (landscape) yang mencakup
pengertian lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan
vegetasi dimana faktor-faktor tersebut secara potensial akan berpengaruh terhadap
penggunaannya (FAO, 1976). Lahanddam pengertian yang lebih luas termasuk
yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora, fauna dan manusia baik
dimasa lalu maupun saat sekarang.
Evaluasi lahan mempakan penilaian keragaan (performance) lahan bila
digunakan untuk tujuan yang spesifik. Hal ini termasuk pelaksanaan dan
interpretasi dari survei dasar seperti iklii, tanah, vegetasi dan aspek-aspek
lainnya dari lahai~ dalam hal persyaratan dari bentuk-bentuk 'pilihan dari
penggunaan lahan (FAO, 1976). Agar bernilai dalam perencanaan, cakupan
penggunaan lahan yang dipertimbangkan hams dibatasi hanya bagi yang relevan

dalam konteks fisik, ekonomi dan sosial daerah yang dipertimbangkan dan
perbandingannya h a s mengikutsertakan pula pertimbangan ekonomi.
Djaenuddin et al. (2003a) mengemukakan bahwa evaluasi lahan adalah
proses dalam menduga kelas kesesuaian lahan dan potensi lahan untuk
penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun non pertanian. Kelas
kesesuaian lahan suatu wilayah untuk suatu pengembangan pertanian pada
dasamya ditentukan oleh kecocokan sifat fisik lingkungan yang mencakup iklim,
tanah, terrain mencakup lereng, topografirelief, batuan di permukaan dan di
dalam penampang tanah serta singkapan batuan (rock outcrop), hidrologi, dan
persyaratan penggunaan lahan atau persyaratan turnbuh tanaman. Kecocokan
antara sifat fisik lingkungan dari suatu wilayah dengan persyaratan penggunaan
atau komoditas yang dievaluasi memberikan gambaran atau informasi bahwa
lahan tersebut potensial dikembangkan untuk komoditas tersebut. Hal ini
memberikan pengertian bahwa jika lahan tersebut digunakan untuk penggunaan
tertentu dengan mempertimbangkan berbagai asumsi mencakup masukan yang
diperlukan, akan mampu memberikan hasil (keluaran) sesuai yang diharapkan.
Evaluasi lahan perlu untuk mengidentifikasi potensi sumberdaya lahan untuk
penggunaan tertentu. Pada dasamya evaluasi sumberdaya lahan membutuhkan
keterangan-keterangan yang menyangkut 3 (tiga) aspek utama, yaitu: lahan,
penggunaan lahan dan ekonomis. Data tentang lahan dapat diperoleh dari kegiatan
survey tanah. FA0 (1976) menyatakan bahwa satuan peta lahan dalam survey
biasanya digambarkan dengan sifat lahan. Sifat lahan yang diidentifikasi dan
diinterpretasi antara lain: landform, litologi, relief dan lereng, tingkat torehan,
elevasi, pola drainase, dan landuse yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Landform atau bentuk permukaan bumi adalah bentukan alam mengenai
permukaan bumi yang terjadi melalui serangkaian proses yang disebut proses
geomorfii (geomorphic process). Landform mempunyai hubungan erat dengan
fisiografi, litologi, topografi, mineralogi, tanah dan lain-lain. Dengan demikian
dalam penelitian tanah, khususnya survei tanah, pemahaman dan penelaahan
fisiografi dan landform sangat penting. Satuan fisiografilandform merupakan
salah satu faktor atau unsur pembeda satuan peta tanah (SPT).

Litologi atau bahan induk adalah massa lunak bersusunan anorganik atau
organik yang menjadi awal pembentukan tanah. Bahan induk bersusunan anorganik berasal dari pelapukan batuan induk sedangkan bahan induk bersusunan
organik berasal dari bahan induk organik. Informasi geologi dan pengetahuan
tentang litologi setempat bertujuan menentukan penetapan nama bahan induk dan
sifat-sifatnya. Bahan induk dibedakan dalarn dua grup yaitu bahan lepasnunak dan
bahan kukuh. Bahan lepasl lunak sebagian besar berbahan sedimen atau bahan
lapukan yang terdapat di atas batuan keras. Sedangkan bahan kukuh berupa
batuan yang keras seperti batuan beku serta sebagian batuan sedimen dan
metamorfik.
Tingkat torehan, diindikasikan dengan kerapatan drainase (drainage
density) atau kerapatan lembah (valley density). Informasi tentang tingkat torehan
bertujuan menentukan tingkat erosi yang telah terjadi, baik pada masa lampau
maupun pada masa sekarang. Informasi ini dapat diperoleh dari hasil interpretasi
peta rupabumi, foto udara atau citra lainnya dan dari pengamatan lapangan.
Relief dan lereng, m e ~ p a k a naspek topografi yang berguna untuk
mengetahui bentuk wilayah &bat adanya perbedaan ketinggian alami ataupun
buatan dan besarnya lereng yang dominan, misalnya bentuk wilayah datar sampai
agak datar mempunyai kelerengan 0-3% dengan perbedaan tinggi