Analisis Potensi Sumberdaya Lahan untuk Arahan Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Bangka

ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA LAHAN UNTUK
ARAHAN PENGEMBANGAN SAPI POTONG
DI KABUPATEN BANGKA

SUTJIANI PELITAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Potensi Sumberdaya
Lahan untuk Arahan Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Bangka adalah
karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Desember 2006


Sutjiani Pelitawati
NRP A253050144

ABSTRAK
SUTJIANI PELITAWATI. Analisis Potensi Sumberdaya Lahan untuk Arahan
Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Bangka (Potential Analysis of Land
Resources for Beef Cattle Development in Bangka Regency). Dibimbing oleh
ATANG SUTANDI, DARMAWAN DAN HERMANTO SIREGAR.
Kabupaten Bangka mempunyai potensi untuk pengembangan sapi potong,
baik dari segi ketersediaan lahan maupun agroklimat. Terdapat hubungan erat
antara lahan, ternak dan makanan ternak yang tidak dapat dipisahkan. Lahan yang
optimal untuk pengembangan sapi potong adalah lahan yang sesuai sebagai
lingkungan ekologis dan mampu menghasilkan makanan ternak yang cukup,
berkualitas dan kontinyu. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi
jenis penggunaan lahan untuk pengembangan ternak sapi potong; (2) menentukan
kesesuaian lahan sebagai lingkungan ekologis sapi potong; (3) menentukan
kesesuaian lahan untuk tanaman hijauan makanan ternak sapi potong yang
dominan dan potensi untuk dikembangkan serta tingkat ketersediaannya yaitu
dengan menghitung daya dukung hijauan makanan ternak; (4) menganalisis skala

usaha dan kelayakan finansial usahaternak sapi potong; dan (5) menentukan
arahan pengembangan ternak sapi potong berdasarkan potensi sumberdaya lahan
dan kelayakan usahaternak. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai
dengan September 2006, dengan lokasi di Kabupaten Bangka. Analisis yang
digunakan adalah dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan
program Microsoft Excel.
Jenis lahan usahatani yang mendukung dilihat dari potensi pakan hijauan
makanan ternak di Kabupaten Bangka terdiri dari: sawah, kebun campuran, semak
belukar, kebun kelapa sawit, karet, perkebunan besar kelapa sawit, perkebunan
rakyat dan belukar rawa dengan total luas sebesar 211 830 Ha (74.41% dari luas
wilayah kabupaten). Pada keadaan kesesuaian lahan aktual diperoleh bahwa
seluruh lahan yang dinilai di Kabupaten Bangka adalah tidak sesuai (N) sebagai
lingkungan ekologis sapi potong, yaitu seluas 211 830 Ha (74.41%), dengan
faktor pembatas kualitas air (pH air). Sedangkan pada keadaan kesesuaian lahan
potensial, dengan memperbaiki pH air, maka diperoleh hasil bahwa seluruh lahan
yang dinilai di Kabupaten Bangka adalah sesuai (S) sebagai lingkungan ekologis
sapi potong, yaitu seluas 211 830 Ha (74.41%).
Berdasarkan tingkat ketersediaan tanaman hijauan makanan ternak,
sebagian besar lahan berada pada status aman dengan luas 191 826 Ha (67.38%
dari luas wilayah kabupaten) dengan rata-rata daya dukung hijauan sebesar 0.36

ST/Ha pada keadaan kesesuaian lahan aktual dan 0.53 ST/Ha pada keadaan
kesesuaian lahan potensial, sedangkan pada status rawan, kritis dan sangat kritis
tidak terdapat. Total daya dukung hijauan makanan ternak pada keadaan
kesesuaian lahan aktual mencapai 69 309 ST dengan kapasitas peningkatan sapi
potong sebesar 68 568 ST (0.36 ST/Ha), sedangkan pada keadaan kesesuaian
lahan potensial mencapai 102 486 ST dengan kapasitas peningkatan sapi potong
sebesar 101 746 ST (0.53 ST/Ha).
Berdasarkan jenis penggunaan lahan (landuse), lahan kebun kelapa sawit
dan perkebunan besar sawit mempunyai kemampuan menyediakan hijauan
makanan ternak yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan lahan-lahan

lainnya. Pada keadaan kesesuaian lahan aktual rata-rata daya dukung hijauan pada
lahan kebun kelapa sawit dan perkebunan besar sawit mencapai 1.93 ST/Ha,
sedangkan pada keadaan kesesuaian lahan potensial 2.75 ST/Ha. Selanjutnya
diikuti oleh sawah 0.88 ST/Ha, semak belukar 0.73 ST/Ha, karet 0.53 ST/Ha,
belukar rawa 0.20 ST/Ha, kebun campuran 0.08 ST/Ha, dan perkebunan rakyat
0.08 ST/Ha.
Hasil perhitungan NPV, Net BCR dan IRR pada tingkat suku bunga 15%
menunjukkan bahwa usahaternak sapi potong di Kabupaten Bangka layak untuk
dilakukan pada semua skala usaha (kecil, sedang dan besar) dengan harga input

dan output tetap, NPV bernilai positif selama delapan tahun, Net BCR lebih dari
satu, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman yang berlaku, dan Payback
Period masing-masing pada tahun keenam bulan kedua, tahun kelima bulan ketiga
dan tahun kelima bulan pertama. Berdasarkan analisis sensitivitas menunjukkan
bahwa jika terjadi kenaikan biaya transport sebesar 30%, kenaikan harga sapi
bakalan sebesar 10%, kenaikan harga pakan sebesar 20% dan penurunan harga
penjualan ternak sebesar 10%, maka usahaternak sapi potong masih layak
dilakukan pada semua skala usaha, NPV bernilai positif selama delapan tahun,
Net BCR lebih dari satu, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman yang
berlaku, dengan Payback Period bervariasi antara tahun kelima bulan ketiga bulan
pertama sampai dengan tahun ketujuh bulan kedua.
Arahan lahan pengembangan sapi potong terdiri dari sistem diversifikasi
dan ekstensifikasi. Pada keadaan kesesuaian lahan potensial, arahan lahan sistem
diversifikasi perkebunan, dengan luas total 14 200 Ha dengan kapasitas
peningkatan sapi potong rata-rata 2.02 ST/Ha atau total sebesar 28 737 ST.
Arahan lahan sistem diversifikasi sawah dengan luas 438 Ha, dengan kapasitas
peningkatan sapi potong rata-rata 0.86 ST/Ha atau sebesar 378 ST. Arahan lahan
sistem diversifikasi kebun campuran seluas 79 668 Ha, dengan kapasitas
peningkatan sapi potong rata-rata 0.08 ST/Ha atau sebesar 6 081 ST. Sedangkan
arahan lahan sistem ekstensifikasi semak belukar seluas 89 160 Ha, dengan

kapasitas peningkatan sapi potong rata-rata 0.73 ST/Ha atau sebesar 65 046 ST.
Arahan lahan sistem ekstensifikasi belukar rawa seluas 8 358 Ha, dengan
kapasitas peningkatan sapi potong rata-rata 0.18 ST/Ha atau sebesar 1 503 ST.
Skala usahaternak yang paling layak dikembangkan sebagai arahan
pengembangan sapi potong di Kabupaten Bangka adalah pada skala besar ( > 10
ekor atau rata-rata 20 ekor).
Prioritas I arahan lahan pengembangan adalah sistem diversifikasi
perkebunan (terutama lahan kelapa sawit), dengan rata-rata daya dukung sebesar
2.04 ST/Ha, prioritas II adalah arahan lahan sistem ekstensifikasi semak belukar,
dengan total daya dukung sebesar 65 253 ST, prioritas III merupakan arahan lahan
sistem diversifikasi kebun campuran, dengan total luas lahan 79 668 Ha mampu
menampung sebesar 6 290 ST, prioritas IV adalah pada sistem ekstensifikasi
belukar rawa, dengan total daya dukung sebesar 1 650 ST, dan prioritas V
merupakan arahan lahan sistem diversifikasi sawah, dengan total luas lahan 438
Ha mampu menampung sebesar 386 ST.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini,
dengan judul Analisis Potensi Sumberdaya Lahan untuk Arahan

Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Bangka.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian tulisan ini tidak
terlepas dari dukungan dan bantuan semua pihak. Sehubungan dengan hal tersebut
maka perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak Ir. Atang Sutandi, M.Si, Ph.D selaku ketua komisi pembimbing,
Bapak Dr. Ir. Darmawan M.Sc dan Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec selaku
anggota komisi pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan,
arahan dan saran.
2. Ketua Program Studi dan segenap dosen pengajar serta asisten pada
program studi Ilmu Perencanaan Wilayah, atas bimbingan dan
dukungannya.
3. Kepala Pusbindiklatren-Bappenas yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti program studi ini dan juga telah
mengalokasikan anggaran biaya beasiswa tugas belajar.
4. Pemerintah Kabupaten Bangka atas dukungan, bantuan dan ijin yang telah
diberikan untuk melaksanakan tugas belajar di Institut Pertanian Bogor.
5. Segenap staf Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah yang telah
membantu kelancaran penulis selama studi.
6. Bapak Suwardih, Broto Wibowo, Suratman, Saefoel, Tri Permadi dan Ibu

Hasnelly, yang telah memberikan bantuan, informasi dan saran-saran.
7. Rekan-rekan Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pasca
Sarjana IPB tahun 2005/2006 atas bantuan, kerjasama dan dukungannya.
8. Kedua orangtua, kakak dan adik, terima kasih terbanyak penulis
sampaikan atas doa, motivasi dan dukungannya.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu penulis baik secara moril maupun materil dalam penyelesaian
tulisan ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan, namun penulis berharap tulisan ini mampu memberikan manfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Desember 2006

Sutjiani Pelitawati

Judul Tesis
Nama
NRP


: Analisis Potensi Sumberdaya Lahan untuk Arahan
Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Bangka
: Sutjiani Pelitawati
: A253050144

Disetujui
Komisi Pembimbing

Ir. Atang Sutandi, M.Si, Ph.D.
Ketua

Dr. Ir. Darmawan, M.Sc.
Anggota

Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec.
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi

Ilmu Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr.

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Ujian: 6 - 12 - 2006

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tempilang Kabupaten Bangka Barat Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 1970. Penulis merupakan putri ke tiga
dari lima bersaudara dari bapak Moestafa Satah dan ibu Mastura.
Tahun 1989 penulis lulus SMA Negeri 6 Yogyakarta dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk Universitas Diponegoro Semarang pada Fakultas
Peternakan Jurusan Produksi Ternak dan tamat pada tahun 1995. Kesempatan
untuk melanjutkan ke Sekolah Pasca Sarjana IPB pada Program Studi Ilmu

Perencanaan Wilayah diperoleh pada tahun 2005 atas ijin tugas belajar dari
Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka dan beasiswa pendidikan dari Pusat
Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencana (Pusbindiklatren) Bappenas.
Saat ini penulis bekerja pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Kesejahteraan Sosial Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
dengan tugas utama membantu perencanaan pembangunan masyarakat desa.

ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA LAHAN UNTUK
ARAHAN PENGEMBANGAN SAPI POTONG
DI KABUPATEN BANGKA

SUTJIANI PELITAWATI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2006

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR TABEL ......................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

xv

PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................
Perumusan Masalah ........................................................................
Tujuan Penelitian ............................................................................
Manfaat Penelitian ...........................................................................
Keterbatasan Penelitian....................................................................

1
3
4
5
5

TINJAUAN PUSTAKA
Sapi Potong .....................................................................................
Sumberdaya Lahan untuk Peternakan Ruminansia ...........................
Evaluasi Sumberdaya Lahan ...........................................................
Hijauan Makanan Ternak.................................................................
Daya Dukung Hijauan Makanan Ternak .........................................
Karakteristik Peternakan Sapi Potong di Indonesia ..........................
Kelayakan Finansial ........................................................................
Kajian Penelitian Terdahulu ............................................................
Sistem Informasi Geografis..............................................................

7
8
11
14
19
20
22
24
27

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian............................................................
Data ................................................................................................
Alat..................................................................................................
Kerangka Pemikiran ........................................................................
Metode dan Analisis ........................................................................
Identifikasi Jenis Penggunaan Lahan.......................................
Penilaian Kesesuaian Lahan Lingkungan Ekologis Sapi
Potong ....................................................................................
Penilaian Kesesuaian Lahan untuk Hijauan Makanan Ternak..
Identifikasi Tingkat Ketersediaan Hijauan Makanan Ternak ...
Analisis Kelayakan Investasi...................................................
Arahan dan Prioritas Arahan Pengembangan ..........................

36
37
38
42
47

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Penutupan dan Penggunaan Lahan ...................................................
Penduduk ........................................................................................
Iklim ...............................................................................................
Geologi dan Bahan Induk ................................................................
Landform dan Bentuk Wilayah .......................................................
Keadaan Tanah ................................................................................
Kondisi Umum Peternakan .............................................................

52
53
53
55
55
56
59

30
30
33
33
35
35

ix

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penutupan dan Penggunaan Lahan ...................................................
Kesesuaian Lingkungan Ekologis Sapi Potong.................................
Kesesuaian Lahan Tanaman Hijauan Makanan Ternak.....................
Ketersediaan Hijauan Makanan Ternak ...........................................
Analisis Kelayakan Investasi ...........................................................
Arahan dan Prioritas Arahan Pengembangan....................................

65
69
74
88
94
103

SIMPULAN DAN SARAN .........................................................................

110

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

114

LAMPIRAN ...............................................................................................

118

x

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Kebutuhan berbagai mineral untuk sapi pedaging .................................

18

2

Jenis dan sumber data sekunder ............................................................

30

3

Kriteria status daya dukung hijauan makanan ternak berdasarkan indeks
daya dukung ..........................................................................................

39

4

Karakterisasi pakan limbah tanaman pangan .........................................

40

5

Karakterisasi potensi pakan hijauan pada setiap penggunaan lahan .......

40

6

Nilai satuan ternak (ST) ruminansia utama di Kabupaten Bangka tahun
2005 ......................................................................................................

40

Keragaan pola tanam di wilayah Kabupaten Bangka menurut
agroekosistem .......................................................................................

42

8

Matrik prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong ......................

49

9

Luas wilayah Kabupaten Bangka menurut penutupan dan penggunaan
lahan tahun 2005....................................................................................

52

10 Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di Kabupaten
Bangka tahun 2004 ...............................................................................

53

11 Rata-rata data iklim di Kabupaten Bangka di stasiun Pangkalpinang
tahun 1996 – 2002 ................................................................................

54

12 Perkembangan populasi sapi potong di Kabupaten Bangka dan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung tahun 2002 – 2005 (ekor)...........................

59

13 Sebaran dan perkembangan populasi ternak ruminansia di Kabupaten
Bangka tahun 2004 – 2005 (ekor) .........................................................

61

14 Perimbangan kebutuhan daging dan telur dengan jumlah penduduk di
Kabupaten Bangka tahun 2004 ..............................................................

61

15 Jumlah peternak sapi potong menurut kecamatan di Kabupaten Bangka
tahun 2005 .............................................................................................

62

16 Produk domestik regional bruto menurut lapangan usaha atas dasar
harga berlaku Kabupaten Bangka (jutaan rupiah) ..................................

63

17 Distribusi persentase produk domestik regional bruto menurut lapangan
usaha atas dasar harga berlaku Kabupaten Bangka ................................

64

18 Jenis penutupan dan pengggunaan lahan di Kabupaten Bangka .............

65

19 Kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong di Kabupaten Bangka ......

70

20 Hasil analisis contoh rumput lapang di Kabupaten Bangka ....................

75

21 Kesesuaian lahan padi sawah di Kabupaten Bangka ..............................

76

22 Kesesuaian lahan padi gogo di Kabupaten Bangka ................................

78

7

xi

23 Kesesuaian lahan tanaman jagung di Kabupaten Bangka .......................

79

24 Kesesuaian lahan tanaman tacang tanah di Kabupaten Bangka ..............

80

25 Kesesuaian lahan tanaman ubi kayu di Kabupaten Bangka ....................

81

26 Kesesuaian lahan tanaman ubi jalar di Kabupaten Bangka ....................

83

27 Kesesuaian lahan tanaman rumput gajah di Kabupaten Bangka .............

84

28 Kesesuaian lahan tanaman rumput setaria di Kabupaten Bangka ...........

85

29 Kesesuaian lahan tanaman rumput alam di Kabupaten Bangka ..............

86

30 Kesesuaian lahan tanaman leguminosa di Kabupaten Bangka ...............

87

31 Tingkat kepadatan usahaternak ruminansia di Kabupaten Bangka
tahun 2005 .............................................................................................

88

32 Status daya dukung hijauan makanan ternak di Kabupaten Bangka
tahun 2005 .............................................................................................

89

33 Daya dukung hijauan makanan ternak dan kapasitas peningkatan sapi
potong menurut kecamatan di Kabupaten Bangka ..................................

90

34 Daya dukung hijauan makanan ternak berdasarkan land use di
Kabupaten Bangka.................................................................................

92

35 Jenis tanaman sumber hijauan menurut musim tanam pada lahan sawah
di Kabupaten Bangka.............................................................................

93

36 Daya dukung hijauan makanan ternak berdasarkan musim tanam pada
lahan sawah di Kabupaten Bangka ........................................................

94

37 Asumsi-asumsi dalam usahaternak sapi potong di Kabupaten Bangka..

95

38 Proyeksi total penerimaan usahaternak sapi potong di Kabupaten
Bangka ..................................................................................................

96

39 Proyeksi total biaya usahaternak sapi potong di Kabupaten Bangka .....

97

40 Pendapatan usahaternak sapi potong di Kabupaten Bangka setiap
tahun......................................................................................................

98

41 Hasil perhitungan kelayakan finansial sapi potong di Kabupaten
Bangka ..................................................................................................

98

42 Hasil perhitungan analisis sensitivitas dengan kenaikan biaya transport
sebesar 30% usahaternak sapi potong di Kabupaten Bangka .................. 100
43 Hasil perhitungan analisis sensitivitas dengan kenaikan harga sapi
bakalan sebesar 10% usahaternak sapi potong di Kabupaten Bangka .....

101

44 Hasil perhitungan analisis sensitivitas dengan kenaikan biaya pakan
sebesar 20% usahaternak sapi potong di Kabupaten Bangka ..................

101

45 Hasil perhitungan analisis sensitivitas dengan penurunan harga output
sebesar 10% usahaternak sapi potong di Kabupaten Bangka ..................

102

46 Arahan lahan pengembangan sapi potong di Kabupaten Bangka ............

103

xii

47 Arahan lahan pengembangan sapi potong menurut wilayah kecamatan
di Kabupaten Bangka.............................................................................

104

48 Prioritas arahan lahan dan kapasitas peningkatan sapi potong di
Kabupaten Bangka ................................................................................

106

xiii

DAFTAR GAMBAR
Halaman

1

Peta lokasi penelitian Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung .................................................................................................

31

2

Diagram alir kerangka pemikiran ...........................................................

34

3

Diagram alir kerangka penentuan prioritas arahan lahan pengembangan

50

4

Diagram alir kegiatan penelitian ...........................................................

51

5

Peta penutupan dan penggunaan lahan di Kabupaten Bangka ................

66

6

Peta kesesuaian aktual lingkungan ekologis sapi potong di Kabupaten
Bangka ..................................................................................................

71

Peta kesesuaian potensial lingkungan ekologis sapi potong di
Kabupaten Bangka.................................................................................

72

8

Peta status daya dukung hijauan makanan ternak di Kabupaten Bangka

91

9

Peta arahan lahan pengembangan sapi potong di Kabupaten Bangka .....

108

10 Peta prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong di Kabupaten
Bangka .................................................................................................

109

7

xiv

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Kualitas dan karakteristik lahan di Kabupaten Bangka ...........................

119

2

Peta satuan lahan Kabupaten Bangka .....................................................

121

3

Kriteria penilaian kesesuaian lingkungan ekologis untuk ternak sapi
kandang (ternak ruminansia yang adaptik di daerah tropik pada
umumnya)..............................................................................................

122

Kriteria kesesuaian lahan beberapa tanaman sumber hijauan makanan
ternak.....................................................................................................

123

4
5

Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual menjadi potensial
menurut tingkat pengelolaannya (sedang) ............................................. 133

6

Rata-rata suhu udara di Kabupaten Bangka di stasiun iklim
Pangkalpinang tahun 2000 – 2005 (°C) .................................................

134

Rata-rata curah hujan di Kabupaten Bangka di stasiun iklim
Pangkalpinang tahun 2000 – 2005 (mm) ...............................................

134

Rata-rata kelembaban di Kabupaten Bangka di stasiun iklim
Pangkalpinang tahun 2000 – 2005 (%) ..................................................

135

Kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong di Kabupaten Bangka ......

136

7
8
9

10 Kesesuaian lahan aktual tanaman sumber hijauan makanan ternak
dominan dan faktor pembatasnya di Kabupaten Bangka ........................ 137
11 Kesesuaian lahan aktual tanaman sumber hijauan makanan ternak
dominan di Kabupaten Bangka .............................................................

139

12 Kesesuaian lahan potensial tanaman sumber hijauan makanan ternak
dominan di Kabupaten Bangka ............................................................. 141
13 Peta kesesuaian lahan tanaman padi sawah di Kabupaten Bangka ......... 143
14 Peta kesesuaian lahan tanaman padi gogo di Kabupaten Bangka ........... 144
15 Peta kesesuaian lahan tanaman jagung di Kabupaten Bangka ................ 145
16 Peta kesesuaian lahan tanaman kacang tanah di Kabupaten Bangka ...... 146
17 Peta kesesuaian lahan tanaman ubi kayu di Kabupaten Bangka ............. 147
18 Peta kesesuaian lahan tanaman ubi jalar di Kabupaten Bangka .............. 148
19 Peta kesesuaian lahan tanaman rumput gajah di Kabupaten Bangka ..... 149
20 Peta kesesuaian lahan tanaman rumput setaria di Kabupaten Bangka ..... 150
21 Peta kesesuaian lahan tanaman rumput alam di Kabupaten Bangka........ 151
22 Peta kesesuaian lahan tanaman leguminosa di Kabupaten Bangka ......... 152
23 Arus biaya dan penerimaan pada skala usaha kecil dengan input output
tetap ...................................................................................................... 153

xv

24 Arus biaya dan penerimaan pada skala usaha sedang dengan input
output tetap........................................................................................... 154
25 Arus biaya dan penerimaan pada skala usaha besar dengan input output
tetap....................................................................................................... 155
26 Arus biaya dan penerimaan pada skala usaha kecil dengan kenaikan
biaya transport 30% ............................................................................... 156
27 Arus biaya dan penerimaan pada skala usaha sedang dengan kenaikan
biaya transport 30% ............................................................................... 157
28 Arus biaya dan penerimaan pada skala usaha besar dengan kenaikan
biaya transport 30% ............................................................................... 158
29 Arus biaya dan penerimaan pada skala usaha kecil dengan kenaikan
harga sapi bakalan 10%.......................................................................... 159
30 Arus biaya dan penerimaan pada skala usaha sedang dengan kenaikan
harga sapi bakalan 10%.......................................................................... 160
31 Arus biaya dan penerimaan pada skala usaha besar dengan kenaikan
harga sapi bakalan 10%.......................................................................... 161
32 Arus biaya dan penerimaan pada skala usaha kecil dengan kenaikan
harga pakan 20% ................................................................................... 162
33 Arus biaya dan penerimaan pada skala usaha sedang dengan kenaikan
harga pakan 20% ................................................................................... 163
34 Arus biaya dan penerimaan pada skala usaha besar dengan kenaikan
harga pakan 20% ................................................................................... 164
35 Arus biaya dan penerimaan pada skala usaha kecil dengan penurunan
harga output 10%................................................................................... 165
36 Arus biaya dan penerimaan pada skala usaha sedang dengan penurunan
harga output 10%................................................................................... 166
37 Arus biaya dan penerimaan pada skala usaha besar dengan penurunan
harga output 10%................................................................................... 167

xvi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peranan ternak sapi potong dalam pembangunan peternakan cukup besar
di dalam pengembangan misi peternakan, yaitu sebagai: (a) sumber pangan
hewani asal ternak, berupa daging dan susu; (b) sumber pendapatan masyarakat
terutama petani peternak; (c) penghasil devisa yang sangat diperlukan untuk
membiayai pembangunan nasional; (d) menciptakan angkatan kerja; (e) sasaran
konservasi lingkungan terutama lahan melalui daur ulang pupuk kandang; dan
(f) pemenuhan sosial budaya masyarakat dalam upacara adat/kebudayaan.
Prioritas pembangunan peternakan di wilayah Indonesia di masa yang
akan datang cenderung berada di luar Jawa. Pertimbangan utama adalah masih
tersedianya lahan yang luas dan kepadatan penduduk yang masih sedikit. Lahan
menurut

Amien

(1998)

merupakan

dimensi

fisik

dalam

perencanaan

pembangunan wilayah disamping dimensi sosial, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan. Dalam pembangunan pertanian, faktor lahan yang
meliputi iklim, tanah, hidrologi, vegetasi dan jasad hidup lainnya sangat
mempengaruhi produksi tanaman dan ternak, sehingga perlu diperhitungkan
dengan cermat. Pemahaman yang mendalam tentang sumberdaya ini sangat
menentukan dalam pengambilan kebijakan untuk mencapai pembangunan
pertanian yang tangguh dan berkelanjutan. Menurut Susetyo (1980), dalam usaha
peningkatan produksi ternak ruminansia terdapat hubungan segitiga antara lahan,
makanan ternak dan ternak yang merupakan satu kesatuan organis yang tak
terpisahkan dalam usaha tani. Bila salah satu diantaranya tidak ada maka produksi
yang akan dihasilkan tidak akan memuaskan dan mungkin akan menyebabkan
kegagalan dalam usaha. Lahan merupakan modal utama sebagai tempat hidup
ternak ruminansia sekaligus sebagai penghasil hijauan makanan ternak. Oleh
karena itu agar dapat tercapai peningkatan produksi ternak yang optimal
diperlukan lahan yang sesuai sebagai lingkungan ekologis ternak dan mampu
menghasilkan hijauan makanan ternak dalam jumlah dan kualitas yang cukup dan
kontinyu.

2

Kabupaten Bangka mempunyai luas wilayah daratan sebesar 295 068 Ha,
dikelilingi beberapa pulau kecil di sekitarnya dengan jumlah penduduk pada tahun
2004 sebesar 229 707 jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 78 jiwa/km2.
Permintaan produk peternakan di Kabupaten Bangka terus meningkat sebagai
konsekuensi adanya peningkatan jumlah penduduk, bertambahnya proporsi
penduduk perkotaan, pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang perlunya
makanan yang berkualitas dan bergizi serta adanya dukungan membaiknya
pendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Di sisi lain, secara rutin
peternakan tidak mampu menyediakan produk daging dan telur untuk memenuhi
kebutuhan konsumen, sehingga berakibat ketergantungan terhadap impor semakin
besar. Populasi ternak ruminansia terutama sapi belum mencukupi untuk
kebutuhan daerah ini. Sepanjang waktu sapi didatangkan dari luar daerah untuk
mencukupi kebutuhan daging penduduk. Pada tahun 2004 jumlah pemasukan
ternak sapi Kabupaten Bangka sebesar 2 207 ekor.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Kehutanan (DISPERTANHUT)
Kabupaten Bangka (2006), populasi sapi potong di Kabupaten Bangka berjumlah
860 ekor. Perkembangan populasi sapi potong belum sesuai dengan harapan.
Masalah sosial budaya penduduk dan masih sedikitnya tenaga yang tersedia di
pedesaan merupakan salah satu kendala pengembangan ternak sapi ini. Tenaga
kerja untuk memelihara sapi di daerah ini masih jarang, penduduk asli kurang
terbiasa memelihara sapi, pekerjaan ini kebanyakan dilakukan oleh pendatang.
Dengan makin maraknya tambang timah rakyat atau disebut Tambang
Inkonvensional (TI), maka banyak penduduk, termasuk para petani mengalihkan
kegiatannya ke TI ini. Dengan penghasilan yang relatif besar dari TI,
menyebabkan kegiatan pertanian dan peternakan ditinggalkan. Hal ini merupakan
tantangan untuk pengembangan sapi potong di daerah ini.
Pembangunan sub sektor perkebunan di Kabupaten Bangka cenderung
semakin berkembang. Berdasarkan nilai Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) atas dasar harga berlaku, perekonomian Kabupaten Bangka didominasi
oleh sektor pertanian. Sub sektor perkebunan menempati urutan pertama
(11.54%), kemudian diikuti tanaman bahan makanan sebesar 7.39%, perikanan
5.30%, kehutanan 1.34% dan peternakan 1.22% (BPS 2004).

3

Jenis komoditas perkebunan rakyat terdiri dari antara lain lada, karet,
kelapa, cengkeh dan coklat. Lada merupakan komoditas andalan di Kabupaten
Bangka. Namun beberapa tahun belakangan ini, komoditas ini digeser oleh kelapa
sawit yang semakin luas penanamannya. Keadaan ini merupakan potensi dan
peluang yang sangat baik untuk pengembangan sapi potong di areal lahan
perkebunan dengan sistem integrasi, yaitu pemanfaatan rumput alam yang
dianggap sebagai gulma bagi tanaman kelapa sawit dan juga pemanfaatan limbah
kelapa sawit (seperti daun tanpa lidi, pelepah, solid, bungkil, serat perasan dan
tandan kosong) dapat dijadikan sumber pakan ternak, karena saat ini usaha
peternakan menghadapi kendala antara lain ketersediaan pakan murah dan
berkualitas secara kontinyu. Sedangkan untuk pertanian tanaman pangan terdiri
dari komoditas padi sawah, padi ladang, dan palawija. Walaupun secara kuantitas
produksi komoditi tersebut masih sedikit tetapi limbah dari usahatani ini dapat
juga dimanfaatkan untuk pakan ternak
Sistem integrasi tanaman-ternak (crops livestock system) merupakan salah
satu alternatif yang cocok untuk dikembangkan di Kabupaten Bangka, karena
selain relatif murah juga dapat memperbaiki kesuburan lahan dan usaha pertanian
berkelanjutan (sustainable agriculture), serta dapat mensejahterakan petani
melalui peningkatan pendapatan dan efisiensi usahatani. Saat ini Propinsi yang
daerahnya telah mencoba mengembangkan sistem integrasi sawit-sapi diantaranya
adalah Propinsi Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, Bengkulu dan
Kalimantan Timur, dimana hasilnya adalah terdapat prospek yang cerah untuk
dikembangkan.
Pada masa lalu penggunaan lahan merupakan hasil keputusan masingmasing individu atau kelompok kecil yang terpisah. Dalam perkembangan
kemajuan iptek dan pembangunan terutama dalam kaitannya dengan tekanan
penduduk, perencanaan penggunaan lahan merupakan keharusan, tanpa kecuali
untuk semua kegiatan.

Perumusan Masalah
Pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Bangka belum
dilaksanakan secara optimal. Kondisi tersebut dapat dilihat dari jumlah populasi

4

dan produksi ternak yang lambat berkembang. Adanya laju permintaan produk
peternakan yang terus meningkat, belum optimalnya pemanfaatan potensi
sumberdaya lokal dan sosial-ekonomi masyarakat Bangka diduga merupakan
penyebab terjadinya perkembangan produksi sapi potong yang tidak sesuai
dengan harapan. Hal ini merupakan tantangan dan peluang untuk pengembangan
sapi potong di Kabupaten Bangka. Kegiatan pengembangan sapi potong di
Kabupaten Bangka agar lebih optimal memerlukan informasi sumberdaya lahan,
sebagai salah satu dasar pertimbangan utama dalam perencanaan wilayah. Oleh
karena itu diperlukan usaha inventarisasi potensi sumberdaya lahan yang lebih
detail dan aplikatif.
Dari uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Belum ada penelitian/kajian kelayakan fisik kesesuaian lingkungan ekologis
sapi potong dan kesesuaian hijauan makanan ternak serta daya dukungnya.
2. Potensi lahan di Kabupaten Bangka belum dimanfaatkan secara optimal bagi
pengembangan ternak sapi potong sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan
secara fisik dan kelayakan finansial usahaternak.
3. Potensi sumberdaya lokal, khususnya sistem integrasi perkebunan-sapi belum
dimanfaatkan oleh masyarakat/swasta bagi pengembangan ternak sapi potong
di Kabupaten Bangka.
4. Ketersediaan hijauan makanan ternak belum terpenuhi secara kualitas dan
kontinyu bagi pengembangan sapi potong.

Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk :
1. Mengidentifikasi jenis penggunaan lahan untuk pengembangan ternak sapi
potong.
2. Menentukan kesesuaian lahan sebagai lingkungan ekologis sapi potong.
3. Menentukan kesesuaian lahan untuk tanaman hijauan makanan ternak sapi
potong yang dominan dan potensi untuk dikembangkan serta tingkat
ketersediaannya yaitu dengan menghitung daya dukung hijauan makanan
ternak.
4. Menganalisis skala usaha dan kelayakan finansial usahaternak sapi potong.

5

5. Menentukan arahan pengembangan ternak sapi potong berdasarkan potensi
sumberdaya lahan dan kelayakan usahaternak.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, antara lain:
1. Memberikan sumbangan pemikiran dan saran yang sekiranya dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah untuk membuat
perencanaan pembangunan, khususnya pengembangan sapi potong di
Kabupaten Bangka dalam rangka memajukan dan meningkatkan peranan sub
sektor peternakan.
2. Sebagai bahan masukan kepada masyarakat/swasta yang bergerak dalam
usahaternak sapi potong/usahatani/perkebunan di Kabupaten Bangka dalam
berinvestasi sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani peternak.
3. Sebagai bahan masukan untuk proses pembelajaran (learning process),
terutama dalam menganalisis potensi sumberdaya lahan untuk pengembangan
ternak sapi potong.
Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan yang ada pada penelitian ini antara lain:
1. Peta satuan lahan yang digunakan terbatas pada informasi dari peta satuan
lahan ZAE semi detail pada skala 1 : 50 000 dan tidak dilakukan ground check
(cek lapangan).
2. Evaluasi lahan hanya dilaksanakan secara kualitatif. Pemilikan tanah dan
kependudukan tidak dipertimbangkan dalam evaluasi lahan.
3. Penilaian kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong dilakukan pada tingkat
ordo yaitu: S (Sesuai) dan N (Tidak sesuai) berdasarkan kriteria yang
dihasilkan Tim Peneliti Daya Dukung Lahan Peternakan, Puslittanak, tahun
anggaran 1992/1993.
4. Perhitungan tingkat ketersediaan hijauan makanan ternak didasarkan pada
asumsi-asumsi (tidak dilakukan pengukuran secara langsung di lapangan).

6

Asumsi-asumsi yang digunakan merupakan asumsi hasil penelitian terdahulu
dan data sekunder.
5. Perhitungan tingkat ketersediaan hijauan makanan ternak berdasarkan
penggunaan dan penutupan lahan saat ini (present land use) serta hijauan
makanan ternak yang dominan dan berpotensi untuk dikembangkan. Asumsiasumsi yang digunakan adalah dengan menentukan penggunaan lahan yang
establish (sawah dan kebun/perkebunan), kelas kesesuaian lahan yang paling
tinggi, dan produksi biomass tanaman hijauan makanan ternak yang paling
tinggi/menguntungkan

pada

setiap

satuan

lahan.

Sedangkan

asumsi

penanaman padi adalah dua kali masa tanam (MT), tetapi karena adanya
ketidakpastian pada MT II maka penanaman bervariasi yaitu 50% padi dan
50% bera (tidak ditanami). Limbah hasil pertanian tanaman pangan yang
diperhitungkan hanya produk on farm.
6. Kualitas hijauan makanan ternak (kandungan nutrisi dan unsur hara) hanya
dianalisis kadar mineral (unsur makro dan mikro) pada satu jenis rumput alam
yang dominan dan biasa digunakan oleh peternak sapi potong di Kabupaten
Bangka.
7. Perhitungan kelayakan usahaternak sapi potong di Kabupaten Bangka
menggunakan beberapa asumsi sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 37.
8. Arahan pengembangan usahaternak sapi potong menurut kelayakan investasi,
dianalisis berdasarkan perhitungan kelayakan usahaternak pada masingmasing skala usahaternak (kecil, sedang dan besar), kemudian ditentukan
skala usaha yang paling layak dikembangkan. Pada masing-masing pola
usahatani diasumsikan sama (tidak dilakukan perhitungan kelayakan investasi
pada

masing-masing

ekstensifikasi).

lahan

pengembangan

sistem

diversifikasi

dan

TINJAUAN PUSTAKA
Sapi Potong
Sapi merupakan ternak ruminansia besar yang paling banyak diternakkan
oleh peternak di Indonesia khususnya dan di dunia pada umumnya karena sapi
memiliki fungsi (manfaat) ganda. Menurut Reksohadiprodjo (1984) di daerah
tropika umumnya sapi penting sebagai sumber penghasil susu, daging dan tenaga
kerja serta hasil-hasil lain, sebagai simbol status keluarga untuk kepentingan
upacara dan lain-lain. Sapi potong merupakan salah satu sumberdaya penghasil
bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting
artinya dalam kehidupan masyarakat. Seekor atau sekelompok ternak sapi bisa
menghasilkan berbagai macam kebutuhan terutama bahan makanan berupa daging
disamping hasil ikutan lain seperti pupuk, kulit, tulang dan sebagainya (Sugeng
1998). Sedangkan menurut Natasasmita dan Murdikdjo (1980), ternak sapi dalam
jangka waktu yang cukup panjang akan tetap mempunyai peranan penting bagi
sektor pertanian di Indonesia. Ternak ini sangat sesuai untuk berbagai segi
kehidupan usahatani di Indonesia yang kegunaannya antara lain: (a) sebagai
sumber tenaga; (b) sebagai pengubah hasil limbah pertanian dan rumput alam;
(c) sebagai tabungan dan cadangan uang tunai dan (d) sebagai sumber pupuk
organik.
Menurut Riady (2004), bangsa sapi potong di dunia ini banyak jenisnya
yang masing-masing memiliki keunggulan dan kekurangan. Beberapa bangsa sapi
tropis yang banyak dan populer di Indonesia sampai saat ini antara lain sapi bali
(Bos sondaicus), sapi madura, sapi ongole, dan amerikan brahman. Berdasarkan
data tahun 1984, sapi bali termasuk jenis sapi terbanyak di Indonesia yaitu
23.81%, diikuti sapi madura 11.28%, dan sisanya dari sapi ongole, peranakan
ongole, brahman cross, dan persilangan sapi lokal dan sapi impor (Simmental,
Limousine, Hereford, dan lain-lain). Sapi ongole dan peranakannya (PO) serta
brahman merupakan sapi keturunan zebu (Bos indicus) yang berpunuk.
Pemilihan suatu bangsa sapi menurut Blakely dan Bade (1985), tergantung
pada kesukaan peternak, keadaan lingkungan, kemampuan adaptasi, efisiensi
produksi, kemampuan memelihara dan menyusui anak, ukuran badan,

8

pertambahan berat badan, dan sifat-sifat lain yang cocok dengan keinginan
peternak yang bersangkutan. Dikatakan oleh Guntoro (2002) diantara jenis sapi
tersebut di atas, sapi bali merupakan salah satu jenis sapi potong yang memiliki
perkembangan pesat di Indonesia. Jenis ini mempunyai beberapa keunggulan
antara lain: (a) mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan yang
buruk, seperti daerah yang bersuhu tinggi, mutu pakan yang rendah/kasar dan
lain-lain; (b) tingkat kesuburan (fertilitas) sangat tinggi dibandingkan dengan
jenis sapi lain yaitu mencapai 83% tanpa terpengaruh oleh mutu; (c) merupakan
tenaga kerja yang tangguh; (d) memiliki pertumbuhan badan yang kompak dan
persentase karkas yang tinggi (56%) sehingga cocok dikembangkan sebagai sapi
potong dan dagingnya diminati oleh konsumen baik di pasar lokal, kota-kota,
maupun luar negeri.
Pemeliharaan sapi potong di Indonesia dilakukan secara ekstensif, semi
intensif dan intensif. Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif
hampir sepanjang hari berada dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan
sebaik mungkin sehingga cepat gemuk, sedangkan secara ekstensif sapi-sapi
tersebut dilepaskan di padang penggembalaan dan digembalakan sepanjang hari
mulai dari pagi hingga sore hari.
Mengingat kondisi Indonesia yang merupakan negara agraris maka sektor
pertanian tidak dapat terlepas dari berbagai sektor yang lain diantaranya sub
sektor peternakan. Faktor pertanian dan penyebaran penduduk di Indonesia ini
menentukan penyebaran usahaternak sapi. Masyarakat peternak yang bermata
pencaharian bertani tidak bisa lepas dari usahaternak sapi, baik untuk tenaga,
pupuk dan sebagainya sehingga maju berarti menunjang produksi pakan ternak
berupa hijauan, hasil ikutan pertanian berupa biji-bijian atau pakan penguat
(Sugeng 1998).
Sumberdaya Lahan untuk Peternakan Ruminansia
Dalam usaha peternakan, lahan merupakan basis untuk usaha peternakan
atau merupakan faktor produksi sebagai sumber makanan ternak pokok berupa
rumput, limbah maupun produksi utama pertanian. Lahan dapat berfungsi sebagai

9

tempat terselenggaranya kegiatan produksi pertanian seperti bercocok tanam,
pemeliharaan ternak dan budidaya ikan (Cirylla dan Ismail 1988).
Kebutuhan lahan bagi pengembangan ternak ruminansia dirasakan sangat
penting terutama sebagai sumber hijauan pakan akan tetapi kenyataan
menunjukkan bahwa semakin padatnya penduduk, lahan yang tersedia untuk
hijauan pakan ternak semakin menyempit. Akibatnya di daerah padat penduduk
ternak lebih banyak tergantung pada limbah pertanian walaupun pada
kenyataannya tidak seluruh limbah pertanian tersedia efektif untuk makanan
ternak. Kebutuhan lahan untuk peternakan tidak menuntut lahan yang terbaik
(subur atau sangat subur) namun usahaternak dapat dikembangkan pada lahan
kelas bawah yang biasanya berupa lahan kering yang umumnya kurang cocok
untuk sub sektor yang lain seperti sub sektor pertanian tanaman pangan dan sub
sektor perkebunan. Lahan kering dapat berupa perladangan yang berpindah
sehinggga lahan yang ditinggalkan berupa lahan alang-alang dalam jumlah yang
luas, dapat pula berupa tegalan, pekarangan dan perkebunan yang tingkat
kesuburannya umumnya rendah. Lahan kering dengan tingkat kesuburan rendah
ini masih berpotensi untuk pengembangan sub sektor peternakan. Walaupun
demikian, pengembangan usahaternak akan lebih baik dan menguntungkan bila
dilakukan pada lahan-lahan utama atau lahan subur (Soekartawi 1986).
Berdasarkan kebutuhan lahan, menurut Suratman et al. (1998), usaha
peternakan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: usaha peternakan yang berbasis
lahan (land base agriculture) dan usaha peternakan yang tidak berbasis lahan (non
land base agriculture). Khusus untuk usaha peternakan yang berbasis lahan yaitu
ternak dengan komponen pakannya sebagian besar terdiri atas tanaman hijauan
(rumput dan leguminosa), lahan merupakan faktor penting sebagai lingkungan
hidup dan pendukung pakan. Menurut Direktorat Penyebaran dan Pengembangan
Peternakan (1985), pemanfaatan lahan untuk peternakan didasarkan pada posisi
bahwa: (a) lahan adalah sumber pakan untuk ternak; (b) semua jenis lahan cocok
sebagai sumber pakan; (c) pemanfaatan lahan untuk peternakan diartikan sebagai
usaha penyerasian antara peruntukan lahan dengan sistem pertanian; dan
(d) hubungan antara lahan dan ternak bersifat dinamis.

10

Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001), agar ternak dapat
berproduksi dengan baik, maka perlu memperhatikan persyaratan penggunaan dan
sifat-sifat pembatas lahan yang meliputi sekelompok kualitas lahan yang
diperlukan dan yang mempunyai pengaruh merugikan untuk produksi ternak.
Kualitas lahan yang perlu diperhatikan untuk produksi ternak tersebut meliputi:
-

Semua kualitas lahan untuk pertumbuhan tanaman/rumput ternak antara lain:
tersedianya air, tersedianya unsur hara, tersedianya oksigen di perakaran, daya
memegang unsur hara, kondisi untuk perkecambahan, mudah tidaknya diolah,
kadar garam, unsur-unsur beracun, kepekaan erosi, hama dan penyakit
tanaman, bahaya banjir, suhu, sinar matahari, dan periode photosintesis, iklim,
kelembaban udara dan masa kering untuk pematangan tanaman;

-

Kesulitan-kesulitan iklim yang mempengaruhi hewan ternak;

-

Ketersediaan air minum ternak;

-

Nilai nutrisi dari rumput;

-

Sifat-sifat racun dari rumput;

-

Penyakit-penyakit hewan;

-

Ketahanan terhadap kerusakan rumput;

-

Ketahanan erosi akibat penggembalan.
Sumberdaya lahan yang dapat dimanfaatkan oleh peternak antara lain:

lahan sawah, padang penggembalaan, lahan perkebunan, dan hutan rakyat, dengan
tingkat ketersediaan air, jenis sapi potong yang dipelihara. Luasnya lahan sawah,
kebun, dan hutan tersebut memungkinkan pengembangan pola integrasi ternaktanaman yang merupakan suatu proses saling menunjang dan saling
menguntungkan, melalui pemanfaatan tenaga sapi untuk mengolah tanah dan
kotoran sapi sebagai pupuk organik. Sementara lahan sawah dan lahan tanaman
pangan menghasilkan jerami padi dan hasil sampingan tanaman yang dapat diolah
sebagai makanan sapi. Sedangkan kebun dan hutan memberikan sumbangan
rumput alam dan jenis tanaman lain. Pemanfaatan pola integrasi diharapkan dapat
meningkatkan ketersediaan pakan sepanjang tahun, sehingga dapat meningkatkan
produksi dan produktivitas ternak (Riady 2004).

11

Evaluasi Sumberdaya Lahan
FAO (1976) mendefinisikan lahan adalah suatu lingkungan fisik yang
meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut
mempengaruhi potensi penggunaanya. Termasuk didalamnya adalah akibat-akibat
kegiatan manusia, baik pada masa lalu maupun sekarang. Faktor-faktor sosial dan
ekonomi secara murni tidak termasuk dalam konsep ini.
Evaluasi sumberdaya lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk
menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaanya. Adapun
kerangka dasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah membandingkan
persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat
sumberdaya yang ada pada lahan tersebut. Pada dasarnya evaluasi sumberdaya
lahan membutuhkan keterangan-keterangan yang menyangkut tiga aspek utama,
yaitu: lahan, penggunaan lahan, dan aspek ekonomis. Data tentang lahan dapat
diperoleh dari kegiatan survai sumberdaya alam, termasuk survai tanah.
Keterangan-keterangan tentang syarat-syarat/kebutuhan ekologik dan teknik dari
berbagai jenis penggunaan lahan diperoleh dari keterangan agronomis, kehutanan
dan disiplin ilmu lainnya yang sesuai (Sitorus 2004).
Tujuan dari evaluasi lahan (Land Evaluation atau

Land Assessment)

adalah menentukan nilai (kelas) suatu lahan untuk tujuan tertentu. Menurut
Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001), hubungan antara survai sumberdaya lahan
dan analisa sosial ekonomi serta perumusan jenis penggunaan lahan yang
dianjurkan tergantung dari cara pendekatan yang dilakukan, yang dibedakan
menjadi: (1) pendekatan dua tahap dan (2) pendekatan paralel. Pada pendekatan
dua tahap, tahap pertama merupakan evaluasi lahan secara kualitatif. Setelah
tahap pertama selesai dan hasilnya disajikan dalam bentuk dan laporan, maka
tahap kedua (kadang-kadang tidak dilakukan) yaitu analisis sosial ekonomi dapat
dilakukan segera ataupun beberapa waktu kemudian. Sedangkan pada pendekatan
paralel, analisis ekonomi terhadap penggunaan lahan yang direncanakan
dilakukan bersamaan dengan analisis sifat-sifat fisik dan lingkungan dari lahan
tersebut. Hasil dari pendekata