Evapotranspirasi dan Pertumbuhan Anakan Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex. Benth, Paraserianthes falcataria (L) Nielsen, Swietenia macrophylla King dan Shorea selanica BL Pada Berbagai Air Tanah

EVAPOTRANSPIRASI DAN PERTUMBUHAN ANAKAN
Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex. Benth, Paraserianthes falcataria (L)
Nielsen, Swietenia macrophylla King DAN Shorea selanica BL.
PADA BERBAGAI KADAR AIR TANAH

SKRIPSI
DIAN HUDAYANA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

RINGKASAN
DIAN HUDAYANA. E34102030. 2007. Evapotranspirasi dan Pertumbuhan
Anakan Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex. Benth, Paraserianthes falcataria (L)
Nielsen, Swietenia macrophylla King dan Shorea selanica BL. Pada Berbagai
Kadar Air Tanah. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Siti Badriyah Rushayati, MSi
Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Sriwilarso Raharjo, MS

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kawasan hutan yang
cukup luas, sehingga hutan di Indonesia memiliki fungsi dan peranan yang cukup
penting untuk kesejahteraan dan kelangsungan semua makhluk hidup. Akan tetapi
pada saat ini kondisi hutan di Indonesia sangat memprihatinkan. Usaha pemerintah
dalam mengurangi kerusakan hutan yang lebih parah adalah salah satunya dengan
melaksanakan program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL).
Jenis-jenis pohon yang sering digunakan dalam kegiatan rehabilitasi hutan
dan lahan di Indonesia diantaranya adalah mahoni (Swietenia macrophylla), akasia
(acacia crassicarpa), sengon (Paraserianthes falcataria), dan meranti merah
(Shorea selanica)
Pengukuran proses evapotranspirasi dan pertumbuhan dari keempat tanaman
tersebut diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan dalam kegiatan
rehabilitasi hutan dan lahan yang dilaksanakan di Indonesia sebagai jenis tanaman
yang paling optimal pertumbuhannya pada tingkat kadar air tanah tertentu yang
disesuaikan dengan kondisi iklim di Indonesia yang bervariasi pada berbagai tempat.
Setiap jenis tanaman ditanam di dalam ember (volume 4078,085 cm3) dengan
tanah sebagai medianya. Tanaman ini dibagi menjadi empat perlakuan yaitu tingkat
kadar air tanah 100%, 75%, 50%, dan 25% yang terdiri dari empat ulangan. Setiap
dua hari sekali dilakukan penimbangan untuk menghitung proses evapotranspirasi
dan setiap seminggu sekali untuk menghitung pertumbuhannya. Data parameternya

diolah dengan menggunakan program SPSS 11.0.
Jenis tanaman sengon menunjukkan nilai rata-rata harian dan jumlah total
evapotranspirasi yang paling tinggi, diikuti oleh jenis tanaman mahoni, akasia dan
meranti merah. Hal ini dikarenakan sengon memiliki sifat-sifat fisiologis yang
memungkinkan untuk berevapotranspirasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
ketiga jenis lainnya.
Dilihat dari pertumbuhannya, hampir semua jenis tanaman menunjukkan
pertumbuhan yang optimal pada tingkat kadar air tanah 50%-100%. Hal ini
dikarenakan pada selang tersebut, air masih cukup tersedia untuk diproses oleh
tanaman. Sedangkan untuk tingkat kadar air tanah 25%, pertumbuhan tanaman
kurang begitu optimal karena kekurangan air pada tanaman mengakibatkan
berkurangnya turgor pada sel-sel penutup. Apabila sel-sel penutup kendur, maka
stomata akan menutup. Jika air kurang dan terang (sinar) cukup. maka stomata akan
tetap tertutup.
Berdasarkan hasil pengukuran berat basah dan berat kering, berat kering
turun drastis dari berat basahnya. Hal ini menunjukan kecenderungan anakan tersebut
yang memiliki kandungan air yang tinggi. Berat basah dan berat kering totalnya

i


menunjukkan bahwa jenis tanaman sengon memiliki nilai berat yang paling tinggi
yang kemudian diikuti oleh jenis tanaman mahoni, akasia dan meranti. Nilai rata-rata
rasio pucuk-akar pada jenis tanaman meranti untuk perlakuan tingkat kadar air tanah
50% memiliki nilai rata-rata yang paling tinggi. Sedangkan untuk jenis tanaman
meranti pada perlakuan tingkat kadar air tanah 25% memiliki nilai rata-rata rasio
pucuk-akar yang paling rendah.
Rasio tinggi-diameter yang paling tinggi adalah jenis tanaman meranti pada
perlakuan tingkat kadar air tanah 25%. Sedangkan nilai rata-rata rasio tinggidiameter yang paling rendah adalah jenis tanaman mahoni pada perlakuan tingkat
kadar air tanah 75%. Nilai rasio tinggi-diameter yang lebih rendah menyatakan
tingkat kekokohan yang lebih tinggi, yang berarti menandakan diameter batang yang
lebih besar.
Anakan akasia pertumbuhan optimalnya pada kisaran perlakuan tingkat kadar
air tanah 50% - 75%. Jenis tanaman akasia mengalami kehilangan air melalui proses
evapotranspirasi rata-rata setiap hari dan totalnya yang paling tinggi adalah pada
tingkat kadar air tanah 75%. Anakan sengon dapat hidup dengan optimal pada
perlakuan tingkat kadar air tanah 75% - 100%. Rata-rata kadar air yang hilang
melalui proses evapotranspirasi setiap hari dan totalnya yang paling tinggi adalah
pada tingkat kadar air tanah 75%. Jenis tanaman mahoni pertumbuhan optimalnya
ditunjukan pada kisaran tingkat kadar air tanah 50% - 75%. Berdasarkan pengukuran,
tingkat kadar air yang hilang melalui proses evapotranspirasi setiap hari rata-rata

yang paling tinggi adalah pada tingkat kadar air tanah 75%. Anakan meranti rata-rata
kehilangan air melalui proses evapotranspirasi setiap hari yang paling tinggi adalah
pada tingkat kadar air tanah 75%. Pertumbuhan yang optimal pada anakan meranti
yaitu pada perlakuan tingkat kadar air tanah 50% - 100%. Perlakuan tingkat kadar air
tanah 25%, semua jenis anakan tidak bisa tumbuh dengan baik dan optimal.
Penanaman keempat jenis anakan (akasia, sengon, mahoni dan meranti) akan
lebih baik jika ditanam di lapangan pada tingkat kadar air tanah yang tinggi (75% 100%). Penanaman di lapangan harus lebih memperhatikan aspek curah hujan dan
tipe-tipe tanah supaya dapat diketahui jenis yang optimal dalam pertumbuhannya.
Selain itu harus ada penelitian lebih lanjut dengan menggunakan faktor koreksi tiap
jenis tanaman.
Kata-kata kunci : Hutan, GNRHL, Evapotranspirasi, Tingkat Kadar Air Tanah

ii

ABSTRACT
Evapotranspiration and growth of Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex. Benth,
Paraserianthes falcataria (L) Nielsen, Swietenia macrophylla King and Shorea
selanica BL. Seedlings in some Soil Water Contents
D. Hudayana, S. B. Rushayati and S. W. B. Raharjo
Indonesian relative vary climate promote rainy season and dry season time uncertain

in several places, so it is influential to trees species are going to be planted in the
land for forests and land rehabilitation program. The trees species such as mahagoni
(Swietenia macrophylla), acacia (Acacia crassicarpa), sengon (Paraserianthes
falcataria), and meranti merah (Shorea selanica) are used in rehabilitation program
in Indonesia. Evapotranspiration and growth measurement from the tree species is
expected to give input and recommendation about trees species which are able to
growth well in some soil water contents. All of the plants are planted in a pull
(volume 4078,085 cm3) with soil media. These plants are divided in four treatments;
soil water content 100%, 75%, 50%, and 25% consist four repetitions. Parameter
data measurement used SPSS 11.0 program. Sengon show the highest daily-value
and total of evapotranspiration, followed by mahagoni, acacia, and meranti merah. It
is caused by sengon physiology is possible for higher evapotranspiration than the
others species. Base on the growth, most of species show optimal growth in soil
water content 50-100%. Due to at that water content range the water is still available
enough for plants. However in water content 25% plants growth is not so optimal
because the water less caused decreasing turgor in closer cells. If the closer cells are
loose, stomata will closed. So that although light enough but water less, stomata will
keep close. Base on the wet and dry weight, the dry weight decline drastically that
wet weight. This case shows that seedlings inclination has high water content. Total
of wet and dry weight show that sengon has highest weight score, followed by

mahagoni, acacia, and meranti. The meranti bud-root ratio value average in water
content 50% treatment is the highest whereas in water content 25% is the lowest. The
highest high-diameter ratio value is meranti in water content 25% treatment, and the
lowest is mahagoni with water content 75%. The lower ratio value state the higher
strength, it means that diameter is bigger. Acacia seedlings grow well at water
content range 50-75% treatment. Acacia experienced water loss through
evapotranspiration every day with highest total at water content 75%. Sengon
seedlings grow well at water content 75%-100% treatment. Water loss averages
through evapotranspiration every day and the highest total at water content75%.
Mahagoni seedlings grow well at water content 50-75%. Base on the measurement,
loss water content range through evapotranspiration every day average and the
highest is at water content 75%. Generally meranti seedlings experienced loss water
through evapotranspiration every day with highest total is at water content 75%.
Meranti grow well at water content 50-100% treatment. At water content 25%
treatment, all of the seedlings can not grow normally. The plantation will be better
done in the field with high water content (75-100%). The plantation has to aware to
rainfall and soil type in order to know which of species is able to grow well. And
also required follow up research use correction factor for every tree species.
Keywords : Forests, Evapotranspiration, Soil Water Content.


iii

EVAPOTRANSPIRASI DAN PERTUMBUHAN ANAKAN
Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex. Benth, Paraserianthes falcataria (L)
Nielsen, Swietenia macrophylla King DAN Shorea selanica BL.
PADA BERBAGAI KADAR AIR TANAH

DIAN HUDAYANA
E34102030

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007


EVAPOTRANSPIRASI DAN PERTUMBUHAN ANAKAN
Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex. Benth, Paraserianthes falcataria (L)
Nielsen, Swietenia macrophylla King DAN Shorea selanica BL.
PADA BERBAGAI KADAR AIR TANAH

Oleh
Dian Hudayana
E34102030

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Ujian Sidang Komprehensif pada tanggal 08 Februari 2007

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Ir. Siti Badriyah Rushayati, MSi
NIP : 132 257 887

Dr. Ir. Sriwilarso Raharjo, MS

NIP : 131 781 161

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS
NIP : 131 430 799
Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 05 Mei 1984 dari pasangan
Alexander Supriyadi dan Siti Maemunah sebagai anak pertama dari tiga bersaudara.
Penulis memulai pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Aisiyah I Cijulang
yang diselesaikan tahun 1991. Pendidikan dasarnya dilaksanakan di Madrasah
Ibtidaiyah PERSIS No.7 Tasikmalaya sampai dengan tahun 1994 dan pindah ke SDN
I Cijulang sampai dengan selesai pada tahun 1996. Pendidikan lanjutan tingkat
pertamanya diselesaikan pada tahun 1999 di SLTPN I Cijulang dan pendidikan
lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2002 di SMUN I Parigi.
Penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa pada Departemen Konservasi

Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2002.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif pada kegiatan kemahasiswaan seperti
menjadi anggota divisi infokom Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya
Hutan (HIMAKOVA) pada tahun 2003, menjadi anggota ASEAN FORESTRY
STUDENT ASSOCIATION (AFSA LC IPB) pada tahun 2004 dan menjadi anggota
humas asrama Sylvasari pada tahun 2003-2005.
Penulis melaksanakan Praktek Umum Kehutanan di Baturraden, yaitu di
Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyumas Timur, Bagian Kesatuan Pemangkuan
Hutan Gunung Slamet dan di KPH Banyumas Barat, BKPH Rawa Timur serta
melaksanakan Praktek Umum Pengelolaan Hutan (PUPH) bersama mahasiswa
Universitas Gadjah Mada (UGM) di Getas (KPH) Ngawi pada tahun 2005. Praktek
Kerja Lapang Profesi (PKLP) dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango (TNGP) di Cianjur-Jawa Barat pada tahun 2006.
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan maka pada
tahun 2006 penulis melaksanakan praktek khusus penyusunan skripsi dengan judul
“Evapotranspirasi dan Pertumbuhan Anakan Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex.
Benth, Paraserianthes falcataria (L) Nielsen, Swietenia macrophylla King dan
Shorea selanica BL. Pada Berbagai Kadar Air Tanah” dibawah bimbingan ibu Ir.
Siti Badriyah Rushayati, MSi dan bapak Dr. Ir. Sri Wilarso Raharjo, MS.


iv

KATA PENGANTAR
Kondisi iklim di Indonesia yang relatif

bervariasi menyebabkan tidak

meratanya lama waktu musim hujan dan musim kemarau di setiap tempat. Hal ini
berpengaruh terhadap jenis-jenis tanaman kehutanan yang akan ditanam dalam suatu
kegiatan program rehabilitasi hutan dan lahan. Oleh sebab itu perlu adanya kajian
penelitian mengenai jenis-jenis tanaman yang optimal pertumbuhannya pada
berbagai tingkat kadar air tanah.
Berkenaan dengan hal tersebut sangat perlu untuk memberikan suatu
gambaran mengenai jenis-jenis tanaman kehutanan yang optimal pertumbuhannya
dengan melalui suatu penelitian yang mengukur tingkat evapotranspirasinya dan
pertumbuhannya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini kualitasnya masih jauh dari
sempurna dan penulis mengharapkan masukan-masukan yang bersifat membangun
yang dapat menjadi pelajaran yang bermanfaat bagi penyusunan laporan ini dimasa
yang akan datang dengan dikembangkan kembali konsep yang lebih lengkap dan luas
lagi.
Demikian pengantar ini penulis sampaikan, mudah-mudahan penulisan
skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Januari 2007

Penulis

v

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ........................................................................................

i

ABSTRACT ...........................................................................................

iii

RIWAYAT HIDUP ...............................................................................

iv

KATA PENGANTAR ...........................................................................

v

DAFTAR ISI ..........................................................................................

vi

DAFTAR TABEL ..................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................

xi

PENDAHULUAN .................................................................................
Latar Belakang ............................................................................
Tujuan .........................................................................................
Manfaat .......................................................................................

1
1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
Sifat-sifat Botanis Spesies ..........................................................
Mahoni Daun Besar (Swietenia macrophylla King.) ......
Meranti Merah (Shorea selanica BI.) ..............................
Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Neilsen) .............
Akasia (Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex Benth) ............
Ketersediaan Air .........................................................................
Hubungan Air dengan Tanaman .................................................
Evaporasi ....................................................................................
Transpirasi ..................................................................................
Evapotranspirasi ..........................................................................

3
3
3
4
4
5
6
6
7
8
9

METODOLOGI .....................................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................
Bahan dan Alat Penelitian ...........................................................
Metode Pelaksanaan Percobaan dan Pengambilan Data .............
Persiapan ..........................................................................
Penanaman dan Pemberian Kadar Air .............................
Pemeliharaan dan Penimbangan Bobot Anakan ..............
Pengamatan Lapang .........................................................
Rancangan Penelitian ..................................................................
Analisis Data ...............................................................................

12
12
12
12
12
13
13
13
15
15

HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................

16

Hasil ............................................................................................
Keadaan Umum Lokasi ...................................................
Evapotranspirasi ...............................................................
Respon Pertumbuhan .......................................................
Tinggi Tanaman ....................................................

16
16
17
20
21

vi

Diameter Tanaman ................................................
Pertambahan Jumlah daun ....................................
Berat Basah Daun .................................................
Berat Basah Batang ...............................................
Berat Basah Akar ..................................................
Berat Kering Daun ................................................
Berat Kering Batang .............................................
Berat Kering Akar..................................................
Berat Basah Total ..................................................
Berat Kering Total ................................................
Rasio Pucuk-Akar .................................................
Rasio Tinggi-Diameter .........................................
Pembahasan ................................................................................
Evapotranspirasi ...............................................................
Respon Pertumbuhan .......................................................
Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex Benth ................
Paraserianthes falcataria (L) Neilsen ..................
Swietenia macrophylla King .................................
Shorea selanica BI ................................................

22
23
24
26
27
28
29
30
32
33
34
36
37
37
38
40
40
40
41

KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................

44

Kesimpulan .................................................................................
Saran ...........................................................................................

44
44

UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................

45

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

46

LAMPIRAN ...........................................................................................

48

vii

EVAPOTRANSPIRASI DAN PERTUMBUHAN ANAKAN
Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex. Benth, Paraserianthes falcataria (L)
Nielsen, Swietenia macrophylla King DAN Shorea selanica BL.
PADA BERBAGAI KADAR AIR TANAH

SKRIPSI
DIAN HUDAYANA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

RINGKASAN
DIAN HUDAYANA. E34102030. 2007. Evapotranspirasi dan Pertumbuhan
Anakan Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex. Benth, Paraserianthes falcataria (L)
Nielsen, Swietenia macrophylla King dan Shorea selanica BL. Pada Berbagai
Kadar Air Tanah. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Siti Badriyah Rushayati, MSi
Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Sriwilarso Raharjo, MS
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kawasan hutan yang
cukup luas, sehingga hutan di Indonesia memiliki fungsi dan peranan yang cukup
penting untuk kesejahteraan dan kelangsungan semua makhluk hidup. Akan tetapi
pada saat ini kondisi hutan di Indonesia sangat memprihatinkan. Usaha pemerintah
dalam mengurangi kerusakan hutan yang lebih parah adalah salah satunya dengan
melaksanakan program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL).
Jenis-jenis pohon yang sering digunakan dalam kegiatan rehabilitasi hutan
dan lahan di Indonesia diantaranya adalah mahoni (Swietenia macrophylla), akasia
(acacia crassicarpa), sengon (Paraserianthes falcataria), dan meranti merah
(Shorea selanica)
Pengukuran proses evapotranspirasi dan pertumbuhan dari keempat tanaman
tersebut diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan dalam kegiatan
rehabilitasi hutan dan lahan yang dilaksanakan di Indonesia sebagai jenis tanaman
yang paling optimal pertumbuhannya pada tingkat kadar air tanah tertentu yang
disesuaikan dengan kondisi iklim di Indonesia yang bervariasi pada berbagai tempat.
Setiap jenis tanaman ditanam di dalam ember (volume 4078,085 cm3) dengan
tanah sebagai medianya. Tanaman ini dibagi menjadi empat perlakuan yaitu tingkat
kadar air tanah 100%, 75%, 50%, dan 25% yang terdiri dari empat ulangan. Setiap
dua hari sekali dilakukan penimbangan untuk menghitung proses evapotranspirasi
dan setiap seminggu sekali untuk menghitung pertumbuhannya. Data parameternya
diolah dengan menggunakan program SPSS 11.0.
Jenis tanaman sengon menunjukkan nilai rata-rata harian dan jumlah total
evapotranspirasi yang paling tinggi, diikuti oleh jenis tanaman mahoni, akasia dan
meranti merah. Hal ini dikarenakan sengon memiliki sifat-sifat fisiologis yang
memungkinkan untuk berevapotranspirasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
ketiga jenis lainnya.
Dilihat dari pertumbuhannya, hampir semua jenis tanaman menunjukkan
pertumbuhan yang optimal pada tingkat kadar air tanah 50%-100%. Hal ini
dikarenakan pada selang tersebut, air masih cukup tersedia untuk diproses oleh
tanaman. Sedangkan untuk tingkat kadar air tanah 25%, pertumbuhan tanaman
kurang begitu optimal karena kekurangan air pada tanaman mengakibatkan
berkurangnya turgor pada sel-sel penutup. Apabila sel-sel penutup kendur, maka
stomata akan menutup. Jika air kurang dan terang (sinar) cukup. maka stomata akan
tetap tertutup.
Berdasarkan hasil pengukuran berat basah dan berat kering, berat kering
turun drastis dari berat basahnya. Hal ini menunjukan kecenderungan anakan tersebut
yang memiliki kandungan air yang tinggi. Berat basah dan berat kering totalnya

i

menunjukkan bahwa jenis tanaman sengon memiliki nilai berat yang paling tinggi
yang kemudian diikuti oleh jenis tanaman mahoni, akasia dan meranti. Nilai rata-rata
rasio pucuk-akar pada jenis tanaman meranti untuk perlakuan tingkat kadar air tanah
50% memiliki nilai rata-rata yang paling tinggi. Sedangkan untuk jenis tanaman
meranti pada perlakuan tingkat kadar air tanah 25% memiliki nilai rata-rata rasio
pucuk-akar yang paling rendah.
Rasio tinggi-diameter yang paling tinggi adalah jenis tanaman meranti pada
perlakuan tingkat kadar air tanah 25%. Sedangkan nilai rata-rata rasio tinggidiameter yang paling rendah adalah jenis tanaman mahoni pada perlakuan tingkat
kadar air tanah 75%. Nilai rasio tinggi-diameter yang lebih rendah menyatakan
tingkat kekokohan yang lebih tinggi, yang berarti menandakan diameter batang yang
lebih besar.
Anakan akasia pertumbuhan optimalnya pada kisaran perlakuan tingkat kadar
air tanah 50% - 75%. Jenis tanaman akasia mengalami kehilangan air melalui proses
evapotranspirasi rata-rata setiap hari dan totalnya yang paling tinggi adalah pada
tingkat kadar air tanah 75%. Anakan sengon dapat hidup dengan optimal pada
perlakuan tingkat kadar air tanah 75% - 100%. Rata-rata kadar air yang hilang
melalui proses evapotranspirasi setiap hari dan totalnya yang paling tinggi adalah
pada tingkat kadar air tanah 75%. Jenis tanaman mahoni pertumbuhan optimalnya
ditunjukan pada kisaran tingkat kadar air tanah 50% - 75%. Berdasarkan pengukuran,
tingkat kadar air yang hilang melalui proses evapotranspirasi setiap hari rata-rata
yang paling tinggi adalah pada tingkat kadar air tanah 75%. Anakan meranti rata-rata
kehilangan air melalui proses evapotranspirasi setiap hari yang paling tinggi adalah
pada tingkat kadar air tanah 75%. Pertumbuhan yang optimal pada anakan meranti
yaitu pada perlakuan tingkat kadar air tanah 50% - 100%. Perlakuan tingkat kadar air
tanah 25%, semua jenis anakan tidak bisa tumbuh dengan baik dan optimal.
Penanaman keempat jenis anakan (akasia, sengon, mahoni dan meranti) akan
lebih baik jika ditanam di lapangan pada tingkat kadar air tanah yang tinggi (75% 100%). Penanaman di lapangan harus lebih memperhatikan aspek curah hujan dan
tipe-tipe tanah supaya dapat diketahui jenis yang optimal dalam pertumbuhannya.
Selain itu harus ada penelitian lebih lanjut dengan menggunakan faktor koreksi tiap
jenis tanaman.
Kata-kata kunci : Hutan, GNRHL, Evapotranspirasi, Tingkat Kadar Air Tanah

ii

ABSTRACT
Evapotranspiration and growth of Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex. Benth,
Paraserianthes falcataria (L) Nielsen, Swietenia macrophylla King and Shorea
selanica BL. Seedlings in some Soil Water Contents
D. Hudayana, S. B. Rushayati and S. W. B. Raharjo
Indonesian relative vary climate promote rainy season and dry season time uncertain
in several places, so it is influential to trees species are going to be planted in the
land for forests and land rehabilitation program. The trees species such as mahagoni
(Swietenia macrophylla), acacia (Acacia crassicarpa), sengon (Paraserianthes
falcataria), and meranti merah (Shorea selanica) are used in rehabilitation program
in Indonesia. Evapotranspiration and growth measurement from the tree species is
expected to give input and recommendation about trees species which are able to
growth well in some soil water contents. All of the plants are planted in a pull
(volume 4078,085 cm3) with soil media. These plants are divided in four treatments;
soil water content 100%, 75%, 50%, and 25% consist four repetitions. Parameter
data measurement used SPSS 11.0 program. Sengon show the highest daily-value
and total of evapotranspiration, followed by mahagoni, acacia, and meranti merah. It
is caused by sengon physiology is possible for higher evapotranspiration than the
others species. Base on the growth, most of species show optimal growth in soil
water content 50-100%. Due to at that water content range the water is still available
enough for plants. However in water content 25% plants growth is not so optimal
because the water less caused decreasing turgor in closer cells. If the closer cells are
loose, stomata will closed. So that although light enough but water less, stomata will
keep close. Base on the wet and dry weight, the dry weight decline drastically that
wet weight. This case shows that seedlings inclination has high water content. Total
of wet and dry weight show that sengon has highest weight score, followed by
mahagoni, acacia, and meranti. The meranti bud-root ratio value average in water
content 50% treatment is the highest whereas in water content 25% is the lowest. The
highest high-diameter ratio value is meranti in water content 25% treatment, and the
lowest is mahagoni with water content 75%. The lower ratio value state the higher
strength, it means that diameter is bigger. Acacia seedlings grow well at water
content range 50-75% treatment. Acacia experienced water loss through
evapotranspiration every day with highest total at water content 75%. Sengon
seedlings grow well at water content 75%-100% treatment. Water loss averages
through evapotranspiration every day and the highest total at water content75%.
Mahagoni seedlings grow well at water content 50-75%. Base on the measurement,
loss water content range through evapotranspiration every day average and the
highest is at water content 75%. Generally meranti seedlings experienced loss water
through evapotranspiration every day with highest total is at water content 75%.
Meranti grow well at water content 50-100% treatment. At water content 25%
treatment, all of the seedlings can not grow normally. The plantation will be better
done in the field with high water content (75-100%). The plantation has to aware to
rainfall and soil type in order to know which of species is able to grow well. And
also required follow up research use correction factor for every tree species.
Keywords : Forests, Evapotranspiration, Soil Water Content.

iii

EVAPOTRANSPIRASI DAN PERTUMBUHAN ANAKAN
Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex. Benth, Paraserianthes falcataria (L)
Nielsen, Swietenia macrophylla King DAN Shorea selanica BL.
PADA BERBAGAI KADAR AIR TANAH

DIAN HUDAYANA
E34102030

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

EVAPOTRANSPIRASI DAN PERTUMBUHAN ANAKAN
Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex. Benth, Paraserianthes falcataria (L)
Nielsen, Swietenia macrophylla King DAN Shorea selanica BL.
PADA BERBAGAI KADAR AIR TANAH

Oleh
Dian Hudayana
E34102030

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Ujian Sidang Komprehensif pada tanggal 08 Februari 2007

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Ir. Siti Badriyah Rushayati, MSi
NIP : 132 257 887

Dr. Ir. Sriwilarso Raharjo, MS
NIP : 131 781 161

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS
NIP : 131 430 799
Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 05 Mei 1984 dari pasangan
Alexander Supriyadi dan Siti Maemunah sebagai anak pertama dari tiga bersaudara.
Penulis memulai pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Aisiyah I Cijulang
yang diselesaikan tahun 1991. Pendidikan dasarnya dilaksanakan di Madrasah
Ibtidaiyah PERSIS No.7 Tasikmalaya sampai dengan tahun 1994 dan pindah ke SDN
I Cijulang sampai dengan selesai pada tahun 1996. Pendidikan lanjutan tingkat
pertamanya diselesaikan pada tahun 1999 di SLTPN I Cijulang dan pendidikan
lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2002 di SMUN I Parigi.
Penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa pada Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2002.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif pada kegiatan kemahasiswaan seperti
menjadi anggota divisi infokom Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya
Hutan (HIMAKOVA) pada tahun 2003, menjadi anggota ASEAN FORESTRY
STUDENT ASSOCIATION (AFSA LC IPB) pada tahun 2004 dan menjadi anggota
humas asrama Sylvasari pada tahun 2003-2005.
Penulis melaksanakan Praktek Umum Kehutanan di Baturraden, yaitu di
Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyumas Timur, Bagian Kesatuan Pemangkuan
Hutan Gunung Slamet dan di KPH Banyumas Barat, BKPH Rawa Timur serta
melaksanakan Praktek Umum Pengelolaan Hutan (PUPH) bersama mahasiswa
Universitas Gadjah Mada (UGM) di Getas (KPH) Ngawi pada tahun 2005. Praktek
Kerja Lapang Profesi (PKLP) dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango (TNGP) di Cianjur-Jawa Barat pada tahun 2006.
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan maka pada
tahun 2006 penulis melaksanakan praktek khusus penyusunan skripsi dengan judul
“Evapotranspirasi dan Pertumbuhan Anakan Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex.
Benth, Paraserianthes falcataria (L) Nielsen, Swietenia macrophylla King dan
Shorea selanica BL. Pada Berbagai Kadar Air Tanah” dibawah bimbingan ibu Ir.
Siti Badriyah Rushayati, MSi dan bapak Dr. Ir. Sri Wilarso Raharjo, MS.

iv

KATA PENGANTAR
Kondisi iklim di Indonesia yang relatif

bervariasi menyebabkan tidak

meratanya lama waktu musim hujan dan musim kemarau di setiap tempat. Hal ini
berpengaruh terhadap jenis-jenis tanaman kehutanan yang akan ditanam dalam suatu
kegiatan program rehabilitasi hutan dan lahan. Oleh sebab itu perlu adanya kajian
penelitian mengenai jenis-jenis tanaman yang optimal pertumbuhannya pada
berbagai tingkat kadar air tanah.
Berkenaan dengan hal tersebut sangat perlu untuk memberikan suatu
gambaran mengenai jenis-jenis tanaman kehutanan yang optimal pertumbuhannya
dengan melalui suatu penelitian yang mengukur tingkat evapotranspirasinya dan
pertumbuhannya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini kualitasnya masih jauh dari
sempurna dan penulis mengharapkan masukan-masukan yang bersifat membangun
yang dapat menjadi pelajaran yang bermanfaat bagi penyusunan laporan ini dimasa
yang akan datang dengan dikembangkan kembali konsep yang lebih lengkap dan luas
lagi.
Demikian pengantar ini penulis sampaikan, mudah-mudahan penulisan
skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Januari 2007

Penulis

v

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ........................................................................................

i

ABSTRACT ...........................................................................................

iii

RIWAYAT HIDUP ...............................................................................

iv

KATA PENGANTAR ...........................................................................

v

DAFTAR ISI ..........................................................................................

vi

DAFTAR TABEL ..................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................

xi

PENDAHULUAN .................................................................................
Latar Belakang ............................................................................
Tujuan .........................................................................................
Manfaat .......................................................................................

1
1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
Sifat-sifat Botanis Spesies ..........................................................
Mahoni Daun Besar (Swietenia macrophylla King.) ......
Meranti Merah (Shorea selanica BI.) ..............................
Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Neilsen) .............
Akasia (Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex Benth) ............
Ketersediaan Air .........................................................................
Hubungan Air dengan Tanaman .................................................
Evaporasi ....................................................................................
Transpirasi ..................................................................................
Evapotranspirasi ..........................................................................

3
3
3
4
4
5
6
6
7
8
9

METODOLOGI .....................................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................
Bahan dan Alat Penelitian ...........................................................
Metode Pelaksanaan Percobaan dan Pengambilan Data .............
Persiapan ..........................................................................
Penanaman dan Pemberian Kadar Air .............................
Pemeliharaan dan Penimbangan Bobot Anakan ..............
Pengamatan Lapang .........................................................
Rancangan Penelitian ..................................................................
Analisis Data ...............................................................................

12
12
12
12
12
13
13
13
15
15

HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................

16

Hasil ............................................................................................
Keadaan Umum Lokasi ...................................................
Evapotranspirasi ...............................................................
Respon Pertumbuhan .......................................................
Tinggi Tanaman ....................................................

16
16
17
20
21

vi

Diameter Tanaman ................................................
Pertambahan Jumlah daun ....................................
Berat Basah Daun .................................................
Berat Basah Batang ...............................................
Berat Basah Akar ..................................................
Berat Kering Daun ................................................
Berat Kering Batang .............................................
Berat Kering Akar..................................................
Berat Basah Total ..................................................
Berat Kering Total ................................................
Rasio Pucuk-Akar .................................................
Rasio Tinggi-Diameter .........................................
Pembahasan ................................................................................
Evapotranspirasi ...............................................................
Respon Pertumbuhan .......................................................
Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex Benth ................
Paraserianthes falcataria (L) Neilsen ..................
Swietenia macrophylla King .................................
Shorea selanica BI ................................................

22
23
24
26
27
28
29
30
32
33
34
36
37
37
38
40
40
40
41

KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................

44

Kesimpulan .................................................................................
Saran ...........................................................................................

44
44

UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................

45

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

46

LAMPIRAN ...........................................................................................

48

vii

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Alat yang digunakan dalam penelitian ..........................................

12

2. Rekapitulasi analisis sidik ragam (Nilai Pr>F) pengaruh
jenis dan tingkat pemberian kadar air tanah terhadap
parameter pertumbuhan dan parameter produksi berat
basah dan berat kering, RPA, dan RTD. .......................................

20

viii

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman
o

1. Grafik rata-rata suhu udara harian (per minggu) ( C) ...................

16

2. Grafik rata-rata kelembaban udara harian (per minggu) (%) .......

16

3. Grafik nilai total evapotranspirasi (selama 70 hari)
pada setiap tingkat kadar air tanah (mm) ......................................

17

4. Grafik nilai rata-rata harian evapotranspirasi
pada setiap tingkat kadar air tanah (mm) ......................................

17

5. Grafik nilai rata-rata evapotranspirasi per sepuluh harian
pada tingkat kadar air tanah 25% (mm) ........................................

18

6. Grafik nilai rata-rata evapotranspirasi per sepuluh harian
pada tingkat kadar air tanah 50% (mm) ........................................

18

7. Grafik nilai rata-rata evapotranspirasi per sepuluh harian
pada tingkat kadar air tanah 75% (mm) ........................................

18

8. Grafik nilai rata-rata evapotranspirasi per sepuluh hari
pada tingkat kadar air tanah 100% (mm) ......................................

19

9. Grafik rata-rata pertambahan tinggi tanaman
untuk setiap jenis (cm) ..................................................................

21

10. Grafik rata-rata pertambahan tinggi tanaman
pada setiap tingkat kadar air tanah (cm) .......................................

21

11. Grafik pertambahan diameter batang
pada setiap jenis tanaman (mm) ....................................................

22

12. Grafik pertambahan diameter batang
pada setiap tingkat kadar air tanah (mm) ......................................

23

13. Grafik rata-rata pertambahan daun
untuk setiap jenis tanaman ............................................................

24

14. Grafik rata-rata pertambahan daun
pada setiap tingkat kadar air tanah ................................................

24

15. Grafik berat basah daun pada setiap jenis tanaman (gr) ...............

25

16. Grafik berat basah daun pada setiap tingkat kadar air tanah (gr) .

25

17. Grafik berat basah batang pada setiap jenis tanaman (gr) ............

26

18. Grafik berat basah batang pada setiap tingkat
kadar air tanah (gr) .......................................................................

26

19. Grafik berat basah akar pada setiap jenis tanaman (gram) ...........

27

20. Grafik berat basah akar pada setiap tingkat
kadar air tanah (gram) ...................................................................

27

21. Grafik berat kering daun pada setiap jenis tanaman (gram) .........

28

ix

22. Grafik berat kering daun pada setiap tingkat
kadar air tanah (gram) ...................................................................

29

23. Grafik berat kering batang pada setiap jenis tanaman (gram) ......

29

24. Grafik berat kering batang pada setiap tingkat
kadar air tanah (gram) ...................................................................

30

25. Grafik berat kering akar pada setiap jenis tanaman (gram) ..........

31

26. Grafik berat kering akar pada setiap tingkat
kadar air tanah (gram) ...................................................................

31

27. Grafik berat basah total pada setiap jenis tanaman (gram) ...........

32

28. Grafik berat basah total pada setiap tingkat
kadar air tanah (gram) ...................................................................

32

29. Grafik berat kering total pada setiap jenis tanaman (gram) ..........

33

30. Grafik berat kering total pada setiap tingkat
kadar air tanah (gram) ...................................................................

34

31. Grafik rasio pucuk-akar pada setiap jenis tanaman. .....................

35

32. Grafik rasio pucuk-akar pada setiap tingkat kadar air tanah ........

35

33. Grafik rasio tinggi-diameter pada setiap jenis tanaman ................

36

34. Grafik rasio tinggi-diameter pada setiap tingkat kadar air tanah...

36

x

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Nilai Rata-rata Pertambahan Tinggi Total Tanaman (cm) ...........

51

2. Nilai Rata-rata Pertambahan Total Diameter batang (mm) ..........

51

3. Nilai Rata-rata Total Jumlah Daun ...............................................

51

4. Nilai Rata-rata Penyusutan Bobot Anakan Tiap dua Harian (kg)

52

5. Hasil Uji Sidik Ragam dan Uji Duncan .......................................

54

6. Rata-rata Suhu Udara dan Kelembaban Udara
Harian di dalam rumah kaca (oC) .................................................

68

7. Rata-rata Suhu Udara dan Kelembaban Udara
Harian di luar rumah kaca Harian (oC) .........................................

69

8. Rekapitulasi dan Hasil Uji Duncan
Nilai Rata-Rata Pertumbuhan,
Produksi Berat Basah-Berat Kering, RPA dan RTD ...................

72

9. Lay Out Posisi Tanaman dan Perlakuan .......................................

76

10. Penentuan Volume Ember ...........................................................

77

11. Gambar Anakan
(a) Tingkat Kadar Air tanah100%
(b) Tingkat Kadar Air tanah 75%
(c) Tingkat Kadar Air tanah 50%
(d) Tingkat Kadar Air tanah 25% ................................................

78

12. Nilai Rata-rata Berat Basah (gram) .............................................

79

13. Nilai Rata-rata Berat Kering ........................................................

80

xi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi dan
peranan sangat penting dalam kehidupan manusia. Menurut Manan (1998) fungsi
hutan antara lain untuk produksi kayu dan hasil hutan non kayu, mengatur tata air
dan pengawetan tanah, sumber makanan ternak dan hutan untuk keperluan wisata.
Selain itu, sumberdaya hutan juga merupakan sumber keanekaragaman jenis flora
dan fauna, pengatur iklim mikro, pendaurulangan CO2, gudang plasma nutfah dan
masih banyak yang lainnya.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kawasan hutan yang
cukup luas, sehingga hutan di Indonesia memiliki fungsi dan peranan yang cukup
penting untuk kesejahteraan dan kelangsungan semua makhluk hidup. Akan tetapi
pada saat ini kondisi hutan di Indonesia sangat memprihatinkan yang disebabkan
oleh penggundulan hutan, banjir dimusim hujan dan kekeringan dimusim kemarau.
Dampak dari kerusakan ini sering kita lihat pada akhir-akhir ini bahwa negara kita
sering mengalami bencana alam.
Salah satu upaya Departemen Kehutanan untuk mengurangi bencana dan
kerusakan hutan dan lahan diantaranya adalah dengan merehabilitasi hutan dan lahan
seluas 3 juta hektar selama lima tahun. Rehabilitasi ini diartikan sebagai penanaman
hutan dengan jenis asli dan jenis eksotik untuk menciptakan kembali ekosistem yang
ada di hutan dengan tujuan untuk mengembalikan hutan pada kondisi yang lebih
baik.
Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan ini akan tercapai apabila penguasaan
terhadap faktor internal (karakter jenis) dan lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan pohon telah siap. Seperti kesesuaian antara jenis pohon yang akan
ditanam di suatu tempat dengan kondisi kadar air tanah yang berbeda-beda agar
kedepannya nanti dapat diperoleh jenis pohon yang pertumbuhannya optimal pada
lahan tersebut.
Jenis-jenis pohon seperti Mahoni (Swietenia macrophylla) dijadikan prioritas
utama dalam rangka pembangunan hutan buatan (Manan, 1998). Selain itu, pohon
mahoni juga merupakan tanaman hutan kota yang biasa dijadikan sebagai tanaman

peneduh jalan (Dahlan, 1992). Meranti merah (Shorea selanica) merupakan salah
satu jenis tanaman hutan untuk Pembangunan Hutan Tanaman Meranti (PHTM)
dalam rangka Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL). Selain itu
Meranti juga merupakan spesies asli tanaman Indonesia. Sengon (Paraserianthes
falcataria) juga menjadi prioritas pembangunan hutan buatan dan hutan rakyat dan
dimanfaatkan untuk penghijauan dan reboisasi serta pelindung atau penyubur tanah
(Sentosa, 1992; Atmosuseno, 1997; Manan, 1998). Sedangkan Akasia merupakan
salah satu jenis populer yang digunakan untuk pembangunan Hutan Tanaman
Industri (HTI).
Kondisi iklim di Indonesia yang relatif bervariasi menyebabkan tidak
menentunya lama waktu musim hujan dan musim kemarau pada setiap tempat
sehingga diperlukan kajian dari pengaruh perlakuan pembedaan pemberian tingkat
kadar air untuk menghitung laju evapotranspirasi terhadap pertumbuhan jenis-jenis
tersebut yang diharapkan dapat memberikan pertimbangan dalam kegiatan
rehabilitasi hutan dan lahan yang dilaksanakan di Indonesia.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji serta mengukur evapotranspirasi dan
pertumbuhan anakan Mahoni (Swietenia macrophylla king.), Meranti merah (Shorea
selanica bi.), Sengon (Paraserianthes falcataria (l) nielsen) dan Akasia (Acacia
crassicarpa A. Cunn. Ex Benth) pada berbagai kadar air tanah.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pertumbuhan yang optimal untuk
setiap jenis anakan pada berbagai tingkat kadar air tanah sehingga kedepannya nanti
dapat memberikan masukan kepada pihak yang terkait dalam pelaksanaan gerakan
rehabilitasi hutan dan lahan. Selain itu, penelitian ini juga dapat bermanfaat dalam
pemilihan jenis yang lebih baik dan optimal pertumbuhannya pada berbagai tingkat
kadar air tanah.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Sifat-Sifat Botani Spesies
Mahoni Daun Besar (Swietenia macrophylla King.)
Menurut Mayhem dan Newton (1998), Swietenia macrophylla King
merupakan pohon yang hidup di dua musim dengan berukuran besar. Bentuk tajuk
seperti payung. Biasanya tingginya melebihi 30 meter dan lingkar diameter dadanya
lebih dari 1,5 meter. Sebelum populasi ini menjadi langka karena pembalakan yang
ekstensif, tingginya bisa mencapai 45-60 meter dengan diameter 2,5-3,5 meter.
Mahoni adalah jenis pohon dengan tipe kanopi mencuat (emergent). Di
Bolivia, pohon mahoni mencuat dari kanopi rata-rata ketika tingginya mencapai 2025 meter dan pohon tertingginya mencapai 25 meter dari kanopi. Taksiran umur
mahoni tidak diketahui, walaupun masing-masing individu pohon dapat hidup
selama beberapa abad. Batang pohon ini berbentuk silindris dan bentuk pangkal
(buttresed). Tajuk dari pohon muda cenderung sempit, tetapi tajuk pohon tua
biasanya lebar, padat dan bercabang tinggi.
Jenis mahoni tergolong tanaman yang tahan naungan (tolerance species) yang
mampu bersaing dengan alang-alang ataupun semak belukar dalam memperoleh
sinar matahari, sehingga cocok untuk tanaman reboisasi pada areal alang-alang yang
rapat. Karena sifat daunnya yang sukar terbakar, mahoni cocok digunakan sebagai
jenis tanaman reboisasi di areal alang-alang yang peka terhadap bahaya kebakaran
(Siregar 1991, diacu dalam Samsi 2000).
Mahoni banyak digunakan sebagai bahan kayu pelapis (Veneer) yang mewah.
Selain itu, mahoni juga digunakan untuk bahan bangunan, mebel, lantai, perkakas,
papan dinding, rangka pintu, patung, ukiran dan kerajinan lainnya. Buahnya dapat
digunakan sebagai bahan obat-obatan (Samingan, 1980). Kayu mahoni dihargai
khususnya karena warna dan kegunaanya. Kayu ini pada dasarnya digunakan untuk
kontruksi, furniture bernilai tinggi dan keperluan interior. Warna dan kepadatan kayu
ini bervariasi, tergantung kepada asal geografis lingkungan tempat tumbuhnya
(Mayhem dan Newton, 1998).

Meranti Merah (Shorea selanica BI.)
Menurut Heyne (1987) dalam Safitri (2004), meranti ini merupakan salah
satu famili Dipterorpaceae yang bernilai ekonomis tinggi. Jenis ini merupakan jenis
asli Indonesia yang berasal dari Pulau Buru (Maluku) dengan tinggi rata-rata 20
meter berwarna kulit coklat kehitam-hitaman.
Shorea selanica merupakan jenis meranti yang pertumbuhannya cepat dan
tumbuh dalam hutan tropis den