T ADP 1201299 Chapter1

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi perilaku organisasi (organization behavior) yang merupakan pencerminan dari perilaku (behavior) dan sikap (attitude) orang-orang yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan. Oleh karena itu guru adalah salah satu kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan sekolah, dalam hal ini mutu pendidikan terutama di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Keberhasilan pencapaian tujuan organisasi akan bergantung pada keadaan dan kemampuannya dalam mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat pada organisasi bersangkutan. Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) ditegaskan bahwa pendidikan adalah sebagai berikut:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2013 tentang penyelenggaran pendidikan madrasah pada Bab I Pasal 1, ditegaskan mengenai jenjang pada pendidikan Madrasah Tsanawiyyah, sebagai berikut:

Madrasah tsanawiyyah yang selanjutnya disingkat MTs adalah satuan pendidikan formal yang me nyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama islam yang terdiri dari 3 (tiga) tingkat pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari Sekolah Dasar, MI, atau bentuk lain yang sederajat, diakui sama atau setara Sekolah Dasar atau MI

Madrasah Tsanawiyyah (MTs) merupakan bentuk satuan pendidikan di departemen agama yang menyelenggarakan program pendidikan tiga tahun setelah sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI). Madrasah Tsnawiyyah (MTs) berada dibawah naungan Kementrian Agama. Tujuan SLTP/MTs sebagaimana tertuang dalam keputusan Mendikbud No.054/U/1993, Bab II Pasal 2 adalah:


(2)

Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP/MTs) bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar yang merupakan perluasan serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di sekolah dasar yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga negara sesuai dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.

Pernyataan diatas mengandung arti, bahwa Madrasah Tsanawiyyah (MTs) berfungsi sebagai sarana untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggora umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.

Madrasah Tsanawiyyah (MTs) sebagai lembaga pendidikan yang mengedepankan moralitas dan nilai-nilai keagamaan sebagai basis konsentrasi pengembangan pendidikannya, dewasa ini orang tua mulai memilih untuk menyekolahkan putra-putri mereka ke madrasah yang dianggap lebih mampu menciptakan manusia berilmu sekaligus bermoral. (Dirjen Pendis Kemenag, 2001, hlm.1). Karena pendidikan pada hakikatnya adalah proses pembentukan watak individu, maka lembaga pendidikan sudah semestinya menjadi lingkungan positif bagi pertumbuhan dan watak generasi bangsa ini.

Berkaitan dengan peningkatan mutu di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) yang perlu diperhatikan adalah kualitas guru, karena mengingat bahwa guru adalah kunci utama dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam UU Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 pasal 8, “Dosen dan guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Guru yang

berkualitas akan mampu mengembangkan strategi-strategi baru dalam menghadapi lembaga pesaing sehingga tetap dapat menjadi yang terdepan dalam bidang pendidikan yang digarapnya. Kekuatan daya saing dalam pendidikan dewasa ini sangat perlu didukung SDM yang memiliki disiplin kerja yang tinggi sehingga berpengaruh pada peningkatan kinerja guru, khususnya Guru di Madrasah Tsanawiyyah se-kota Sukabumi.


(3)

Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses pendidikan yang ikut berperan dalam pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM). Peran guru dalam pendidikan tidak hanya sebatas dalam pembelajaran, tetapi sebagai informator, organisator, motivator, fasilitator, mediator, inisiator, dan evaluator. Untuk mencapai tujuan pendidikan sangat dibutuhkan guru yang mempunyai potensi, rasa pengabdian yang tinggi dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas profesinya. Moh. Uzer Usman (2007, hlm.7) menyatakan bahwa, “Tugas guru sebagai profesi meliputi, mendidik, mengajar, dan melatih”. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.

Mencermati uraian di atas, terlihat besarnya peran guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Guru memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian, akhlak, mentalitas, dan moral anak. Dengan demikian dapat dikatakan tercapainya tujuan pendidikan di sekolah sangat dipengaruhi oleh sikap guru dalam melaksanakan tugas profesinya. Kenyataan inilah yang mengharuskan guru memiliki disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, karena guru adalah tokoh yang menjadi panutan bagi peserta didik dan lingkungannnya. Tulus Tu'u (2004, hlm.31) berpendapat tentang disiplin sebagai berikut:

Disiplin sebagai ketaatan terhadap peraturan dan norna kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara yang berlaku, yang dilaksanakan secara sadar dan ikhlas, lahir bathin. sehingga timbul rasa malu apabila terkena sangsi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku tersebut diikuti berdasarkan dan keyakinan bahwa hal itulah yang benar, dan keinsyafan bahwa hal itu bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Pada sisi lain, disiplin adalah alat untuk menciptakan perilaku dan tata tertib manusia sebagai kelompok masyarakat. Oleh sebab itu, disiplin berarti hukuman atau sangsi yang berbobot mengatur dan mengendalikan perilaku.


(4)

Kedisiplinan adalah fungsi MSDM yang terpenting dan menjadi tolak ukur untuk mengukur/mengetahui apakah fungsi-fungsi MSDM lainnya secara keseluruhan telah dilaksanakan dengan baik atau tidak. Menurut Davis dan Werther (2004,hlm.120) dalam Marwansyah (2012, hlm.411) disiplin kerja bisa diartikan sebagai bentuk dari ketaatan atas perilaku seseorang di dalam mematuhi peraturan-peraturan dan ketentuan tertentu yang ada kaitannya dengan pekerjaan. Bedjo Siswanto (2003,hlm.97) menambahkan bahwa kedisiplinan guru mutlak diperlukan agar seluruh aktivitas yang sedang dan akan dilaksanakan berjalan sesuai mekanisme yang telah ditentukan. Kedisiplinan karyawan yang baik mencerminkan bahwa fungsi-fungsi MSDM lainnya telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Sebaliknya, jika kedisiplinan karyawan kurang baik, berarti penerapan fungsi-fungsi MSDM kurang baik. Kedisiplinan adalah fungsi operatif yang paling penting karena semakin baik suatu kedisiplinan guru maka semakin tinggi pula kinerja guru. Kedisiplinan merupakan kunci terwujudnya tujuan organisasi.

Disiplin sangat penting bagi guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar. Dengan disiplin, guru dapat melaksanakan tugas profesinya. Masalah disiplin kerja erat kaitannya dengan sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanaan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ada beberapa faktor yang diduga turut mempengaruhi disiplin kerja guru, yang merupakan bagian dari perilaku setiap individu dalam menjalankan aktivitas pekerjaannya. Pendapat Veithzal Rivai (2008, hlm.167) menyatakan sebagai berikut:

Disiplin kerja guru dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat seseorang, seperti motivasi kerja, semangat kerja, dan inisiatif kerja. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari lingkungan seperti tingkat kesejahteraan, kepemimpinan kepala sekolah, ketegasan, pengawasan, dan insentif.

Disiplin kerja harus ditanamkan secara terus menerus kepada guru. Penanaman yang terus menerus menyebabkan disiplin tersebut menjadi kebiasaan bagi guru. Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya


(5)

masing-masing, pada umumnya mempunyai kedisplinan yang tinggi. Sebaliknya orang yang gagal, umumnya tidak disiplin.

Beberapa indikator yang bisa digunakan dalam mengukur tinggi atau rendanya disiplin kerja guru di madrasah tsanawiyyah (MTs), Bedjo Siswanto (2003, hlm.190) membagi dimensi disiplin kerja guru sebagai berikut : (a)frekuensi kehadiran; (b) Ketaatan pada prosedur kerja; (c) Tingkat kewaspadaan; (d) ketaatan pada peraturan. Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas dalam mencapai tujuan sekolah, maka diperlukan guru yang penuh kesetiaan dan ketaatan pada peraturan yang berlaku dan sadar akan tanggung jawabnya untuk menyelenggarakan tujuan sekolah. Dengan kata lain kedisiplinan para guru sangat diperlukan dalam mencapai tujuan sekolah.

Hal ini sejalan dengan penelitian Zesbendri dan Aryanti (2009,hlm.23), menyebutkan bahwa “Disiplin merupakan modal utama yang mempengaruhi tingkat kinerja karyawan.” Untuk itu, menerapkan disiplin merupakan hal yang sangat penting. Dengan kedisiplinan di dalam mengajar, proses pembelajaran akan terlaksana secara efektif dan efisien.

Pengertian diatas, memberikan gambaran pentingnya menerapkan disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Karena tanpa disiplin kerja maka tujuan sekolah tidak akan tercapai dengan optimal. Tanpa adanya disiplin kerja, guru hadir tidak tepat waktu, mengajar tidak sesuai jam pelajaran, kurang memahami mekanisme kerja dan lain sebagainya. Ketidakdisiplinan guru akan berdampak pada proses belajar mengajar dan berdampak pada prestasi siswa. Siswa kurang mendapatkan materi pelajaran dengan baik dan mempengaruhi hasil belajar siswa. Dalam hal ini, disiplin kerja perlu mendapatkan perhatian serius dan diterapkan dengan baik oleh guru.

Berdasarkan data dari Kantor Kementerian Agama Kota Sukabumi pada bulan Agustus 2014, di wilayah Kota Sukabumi terdapat 22 Madrasah Tsanawiyyah (MTs), yaitu meliputi; 1 MTs berstatus Negeri dan 21 MTs berstatus Swasta. Dengan jumlah total guru 448 orang.


(6)

Dalam meningkatkan disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi, tentunya mengalami beberapa kendala, diantaranya : Pertama,Kurangnya disiplin dalam frekuensi kehadiran. Berdasarkan data dari Kementerian Agama Kota Sukabumi mengenai rekapitulasi kehadiran guru Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-Kota Sukabumi tahun 2009-2014 mengalami presentasi kenaikan dan penurunan. Adapun persentase kehadiran guru sebagai berikut; Periode tahun 2009-2010, frekuensi kehadiran guru sebesar 68%; tahun 2010-2011 sebesar 63%, ; tahun 2011-2012 sebesar 60%; tahun 2012-2013 mengalami kenaikan menjadi 80%; tahun 2013-2014 sebesar 88%. Data tersebut menunjukan bahwa frekuensi kehadiran guru dari tahun 2009-2012 mengalami penurunan setiap tahunnya. Mulai tahun 2012-2014 mengalami kenaikan dikarenakan pemerintah mulai memberlakukan sistem finger print (sidik jari). Tentunya upaya pemerintah sangat membantu dalam meningkatkan frekuensi kehadiran guru. Kepala sekolah MTs.Syamsul ulum dan MTs Baiturrahman mengemukakan kendala dari penggunaan finger print, yaitu ada beberapa guru yang datang ke sekolah hanya untuk absensi kehadiran dengan menggunakan finger print, setelah itu guru pulang atau melakukan kegiatan lain di luar sekolah. Demikian pula halnya pada jam pulang kerja. Sehingga pada permasalahan ini terlihat bahwa penggunaan finger print, kurang menimbulkan kesadaran guru untuk menerapkan disiplin kehadiran dengan baik. Tetapi dikarenakan hanya untuk memenuhi tuntutan pekerjaan, dikarenakan sanksi yang diterima guru jika tidak mengisi kehadiran dengan sistem finger print, yaitu ada pemotongan gaji (uang makan). Oleh karena itu dibutuhkannya peran kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi dari dalam diri guru agar guru memiliki kesdaran untuk menerapkan disiplin kerja.

Kedua, Kepala sekolah yang belum melaksanakan fungsinya secara maksimal seperti fungsi supervisi yang jarang dilaksanakan akibatnya dorongan untuk meningkatkan disiplin dan kinerja guru menjadi terabaikan. Hal ini dikemukakan oleh guru-guru MTs.Syamsul ulum dan MTs.Baiturrahman pada 25 November 2014. Hal ini tentunya perlu diperhatikan dengan seksama dan


(7)

perlunya kesadaran kepala sekolah untuk melakukan supervisi dan controling

yang baik terhadap disiplin kerja guru yang berdampak pada kinerja guru

Ketiga, kurangnya disiplin guru dalam berpakaian rapih, dan rambut yang rapih. Permasalahan indisipliner ini dipaparkan oleh wakil kepala sekolah Persis 68 Warudoyong pada 28 November 2014, bahwa ada guru yang tidak menggunakan pakaian sesuai dengan harinya, berpakaian kurang rapih ketika berpapasan atau ketika di kantor guru. Hal ini dikarenakan guru tersebut terburu-buru datang ke sekolah sehingga tidak memperhatikan dengan seksama, ataupun sedang jam istirahat. Selain itu, ada guru yang memiliki potongan rambut kurang rapih/gondrong (untuk guru laki-laki) ketika berpapasan atau bertemu di kantor guru, dikarenakan guru tersebut belum sempat atau baru akan memotong rambutnya. Untuk permasalahan indisipliner ini, ketika guru ditegur sebagian besar guru tersebut langsung merapihkan pakaiannya, ataupun langsung memotong rambutnya ketika pulang kerja. Sehingga permasalahan indisipliner ini dapat segera diatasi.

Keempat, kurangnya disiplin guru dalam waktu mengajar. Berdasarkan pemaparan kepala sekolah MTs.syamsul „ulum dan Kabag.kurikulum MTs.Jamiyatul Mutta‟alimin pada 25 November 2014, bahwa beberapa guru terlambat masuk kelas dan memberikan materi ajar di kelas. Hal ini dikarenakan guru terlambat datang ke sekolah atau masih berdiskusi di kantor guru. Dalam hal ini, kabag. kurikulum bertanggungjawab agar guru mengajar sesuai dengan jamnya. Untuk permasalahan indisipliner ini, guru tersebut langsung mendapatkan teguran dari kabag kurikulum atau kepala sekolah dan tidak boleh mengulangi kesalahan yang sama. Sebagian besar guru tidak mengulangi kesalahan atau tindakan indisipliner setelah mendapatkan teguran.

Kelima, kurangnya guru dalam menjaga dan memelihara peralatan kantor/ peralatan kerja dengan baik. Seperti dikemukakan oleh Kabag kurikulum MTs.Warudoyong pada 29 November 2014, bahwa ada beberapa guru yang kurang memelihara kelengkapan kerja seperti infokus,komputer dan printer di ruang kantor guru. Hal ini dikarenakan banyaknya guru yang menggunakan fasilitas tersebut dan tidak merapihkan kembali ke tempatnya. Dalam hal ini, guru


(8)

harus menjaga kelengkapan kerja agar dapat digunakan dalam jangka panjang. Sikap hati-hati dalam menggunakan peralatan kantor, dapat menunjukkan bahwa seseorang memiliki disiplin kerja yang baik, sehingga peralatan kantor dapat terhindar dari kerusakan.

Keenam, reward dan punishment sebagai ciri dari organisasi yang baik belum dilaksanakan dengan baik. Hal ini diungkapkan oleh guru-guru Al-Fatah dan MTs.At-Tafsiriyah pada 28 November 2014. Dengan kurang tegasnya reward

dan punishment, sehingga dorongan untuk meningkatkan disiplin kerja menjadi sangat terbatas.

Spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja guru merupakan bagian penting dari disiplin kerja. Keduanya merupakan hal yang membantu dalam menerapkan disiplin kerja guru. Dalam menerapkan disiplin kerja guru dan agar guru dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan disiplin yang tinggi, maka diantaranya harus menekankan faktor organisasi (kepemimpinan) dan faktor psikologis (motivasi).

Dokmauliate Gultom (2013,hlm.5) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa, “Kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi tinggi rendahnya disiplin kerja guru”. Hal ini diperkuat oleh Penelitian Hallinger dan Lithwood (2006, hlm.7) menyimpulkan bahwa “Organisasi sekolah yang efektif senantiasa

dipimpin oleh kepala sekolah yang efektif pula.” Kedua penelitian tersebut

didasarkan asumsi bahwa pemimpin merupakan agen perubahan yang terpenting. Seorang pemimpin dituntut untuk mampu mengelola organisasi, mempengaruhi secara konstruktif orang lain, dan menunjukan perilaku benar yang harus dikerjakan bersama-sama serta mempengaruhi semangat kerja dan disiplin kerja kelompok.

Mengacu pada jurnal diatas bahwa, dengan kepala sekolah yang efektif maka akan mempengaruhi guru untuk menerapkan disiplin kerja yang baik sehingga terciptanya sekolah yang efektif. Dalam menerapkan disiplin kerja guru, tentunya membutuhkan kepemimpinan kepala sekolah yang tepat. Kepemimpinan kepala madrasah harus mampu mengoptimalkan tingkat disiplin kerja guru


(9)

melalui kebijakan dan teladan pimpinan sehingga dapat mengilhami dan membangkitkan kesadaran guru agar memiliki disiplin kerja yang tinggi dan agar tujuan sekolah dapat dicapai. Sehingga dalam penelitian ini difokuskan pada

spiritual leadership kepala sekolah.

Hendrick dan Ludeman (dalam Masaong dan Tilome, 2011,hlm.114) mengemukakan bahwa spiritual leadership (kepemimpinan berbasis spiritual) kepala sekolah adalah kepemimpinan yang mampu mengilhami , membangkitkan, mempengaruhi dan menggerakan melalui keteladanan, pelayanan, kasih sayang dan implementasi nilai dalam tujuan, proses, budaya dan perilaku kepemimpinan. Ratna Pujiastuti (2014,hlm.2) mengemukakan dalam jurnalnya “Karakteristik Spiritual Leadership Perangkat Desa di kabupaten Banyumas (Berdasarkan Teori Spiritual Ledearship Fry)” mengemukakan bahwa “Teori kepemimpinan spiritual merupakan pendekatan teori yang meletakan jiwa dalam setiap tindakan kepemimpinannya. Teori ini dirancang untuk menciptakan motivasi intrinsik yang terdiri dari nilai, sikap dan perilaku untuk memotivasi orang lain. Suryana, (2013,hlm.56) mengemukakan bahwa :

Kepemimpinan berbasis spiritual menjunjung nilai-nilai kebenaran, kejujuran, integritas, kredibilitas, kebijaksanaan, belas kasih , yang membentuk akhlak dan moral diri sendiri dan orang lain. Spiritual Leadership adalah kepemimpinan yang mengedepankan moralitas, kepekaan (sensitivitas), keseimbangan jiwa, kekayaan batin dan etika dalam berinteraksi dengan orang lain.

Spiritual leadership kepala sekolah mampu mengilhami dan mempengaruhi guru dengan keteladanan perilakunya, sehingga guru merasa terpanggil dan menerapkan disiplin dengan sepenuh hati dan menjadikan disiplin menjadi bagian dari dirinya. Jika hanya mengandalkan hukuman dan pujian dalam menerapkan disiplin, maka sewaktu-waktu disiplin dapat dilanggar, oleh karena itu pentingnya spiritual leadership kepala sekolah, agar dapat mengajak, mempengaruhi dan memberikan teladan kepada guru agar secara terus menerus menerapkan disiplin kerja dan menjadikannya suatu kebiasaan, sehingga dapat menanamkan kesadaran dalam diri guru untuk menerapkan disiplin kerja.


(10)

Kepala sekolah yang memiliki peranan penting dalam menerapkan disiplin kerja guru. Sejalan dengan hal tersebut Rivai dan Murni (2009, hlm. 198) mengemukakan bahwa :

Agar kepala sekolah berhasil memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan, diperlukan kepemimpinan kepala sekolah yang profesional, yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dan spiritual sebagai nilai dasar dalam menjalankan kepemimpinannya, selain itu kepala sekolah juga harus memiliki kompetensi kepribadian, keahlian dasar, pengalaman, pelatihan dan pengetahuan profesional, serta kompetensi administrasi dan pengawasan.

Serangkaian strategi kepemimpinan kepala sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan meliputi cara membina, membimbing, mengembangkan, memotivasi, bekerjasama, berkomunikasi, memantau, dan mengevaluasi seluruh komponen di sekolah khususnya kompetensi guru sangat diperlukan untuk terciptanya kinerja mengajar guru yang baik (Wahjosumidjo, 2004,hlm.105)

Kepemimpinan dengan pendekatan dan perilaku yang sesuai sangat dibutuhkan untuk menghadapi perubahan yang sangat cepat, baik di luar maupun di dalam lingkungan sekolah. Dengan demikian, perilaku kepemimpinan kepala madrasah harus mampu mengembangkan gerakan inovatif, mampu memberdayakan staf dan sekolah sebagai organisasi pendidikan ke dalam suatu perubahan cara berfikir, pengembangan visi, pengertian dan pemahaman yang terus menerus melalui pengolahan aktivitas kerja dengan memanfaatkan bakat, keahlian, kemampuan, ide, dan pengalaman sehingga semua guru merasa terlibat dan bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya. Diharapkan perilaku kepemimpinan kepala madrasah di MTs di Kota Sukabumi dapat menfasilitasi guru untuk memperbaiki, meningkatkan disiplin kerja guru, serta mampu memotivasi kinerja guru.

Penelitian berjudul Going Deep: Exploring Spirituality in Life and Leadership (Percy, 2003, hlm.7) menyimpulkan bahwa para direktur dan Chief of Excutive Officer (CEO) yang efektif dalam hidup dan kepemimpinannya memiliki nilai spiritual yang tinggi dan menerapkan gaya kepemimpinan spiritual. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa “Kepemimpinan yang efektif yaitu dengan menerapkan nilai-nilai spiritual dan keteladanan dalam


(11)

kepemimpinanya”. Spiritualitas membantu membangun karakter dalam diri sehingga mempengaruhi dalam pola kepemimpinan yang dijalankan. Pemimpin yang berbasis spiritual, mereka berusaha untuk mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dalam aspek kehidupannya (Tobroni,2010, hlm.46). Kepemimpinan spiritualitas, bukanlah tentang kecerdasan dan keterampilan dalam memimpin saja. Namun juga menjunjung nilai-nilai kebenaran, keadilan, tanggung jawab, integritas, kredibilitas, kebijaksanaan, yang membentuk akhlak dan moral diri sendiri dan orang lain.

Selanjutnya Zohar dan Ian Marshall (2004, hlm.88) mengemukakan bahwa, “kepemimpinan yang efektif harus bersumber pada kepemimpinan yang berakar pada nilai-nilai, moral dan spiritual.” Dalam hal ini, spiritual leadership

kepala sekolah merupakan kepemimpinan yang tepat dalam menerapkan disiplin kerja guru. Dalam meningkatkan disiplin kerja guru dibutuhkan kepala sekolah yang memiliki sifat teladan, yang mampu mempengaruhi guru dengan perilaku teladannya. Karena disiplin jika hanya dengan paksaan, tidak akan ada disiplin yang efektif tetapi perlu adanya kesadaran dari dalam diri guru. Kepala sekolah tidak hanya mengajak dan mengayomi ke arah yg lebih baik tetapi juga peningkatan dan kecintaan serta kesadaran akan pentingnya disiplin kerja sehingga menghasilkan kinerja yang optimal.

Faktor lain yang juga mempengaruhi disiplin kerja guru adalah motivasi kerja. Menurut Sadirman (2011, hlm.54) motivasi adalah suatu sikap atau dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Pentingnya motivasi kerja disampaikan oleh Handoko (2001, hlm.86), sebagai kekuatan pendorong yang dapat mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan dan kepuasan dirinya. Shadare, Oluseyi dan Hammed (2009,hlm.11) dalam penelitiannya menyebutkan, “motivasi karyawan

merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan disiplin karyawan.

Karena pentingnya motivasi maka dalam suatu organisasi maupun perusahaan diperlukan adanya motivasi yang baik demi tercapainya tujuan perusahaan.


(12)

Dari beberapa pernyataan diatas, mengindikasikan adanya hubungan antara spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru. Penelitian yang relevan dengan ini sebelumnya dilakukan oleh Muhammad Syukri (2012, hlm.15), dengan judul “Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Disiplin Kerja Guru SMK Negeri Kabupaten Lima Puluh Kota”. Hasil penelitian menunjukan bahwa kontribusi kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap disiplin kerja guru berada pada kategori kuat. Ini berarti bahwa terdapat hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap disiplin kerja guru. Selain itu, hasil penelitian tesis Yoiz Shofwa tahun 2012 dengan judul “Pengaruh Motivasi dan Kepemimpinan Spiritual Terhadap

Disiplin Kerja Dosen dan Karyawan STAIN Purwokerto”. Penelitian korelasional ini menemukan bahwa motivasi dan kepemimpinan spiritual memberikan pengaruh terhadap disiplin kerja dosen. Dalam hal ini, motivasi dan kepemimpinan spiritual berpengaruh terhadap disiplin kerja dosen. Semakin tinggi motivasi dari dalam diri, maka semakin tinggi pula penerapan disiplin kerja. Selain itu, spiritual leadership pemimpin dibutuhkan agar dosen menerapkan disiplin kerja dengan baik dan dengan kesadaran dari dalam diri, bukan karena peraturan atau paksaan.

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Penelitian ini lebih menekankan pada spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap disiplin kerja guru. Berdasarkan hal tersebut di atas, saya sangat tertarik untuk mengetahui apakah spiritual leadership

kepala sekolah dan motivasi kerja berpengaruh terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja terhadap Disiplin Kerja Guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-Kota Sukabumi.”


(13)

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Menerapkan disiplin kerja guru merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena berpengaruh pada kinerja guru. Disiplin merupakan kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma yang berlaku. Hasibuan (2012,hlm.194-198) mengungkapkan bahwa terdapat enam faktor yang mempengaruhi tingkat disiplin kerja karyawan pada suatu organisasi diantaranya: 1) Teladan pimpinan (spiritual leadership) ; 2) Tujuan dan kemampuan; 3)Kompensasi; 4) Pengawasan; 5)Loyalitas karyawan; 6)Ketegasan dan sanksi hukuman.

Beberapa faktor diatas dapat dijelaskan sebagai berikut; (1) Teladan pimpinan (spiritual leadership), teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya; (2) Tujuan dan kemampuan, tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan; (3) Kompensasi (Gaji dan Kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan, karena kompensasi akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan/ pekerjaannya. (4)Pengawasan merupakan tindakan nyata dan efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan; (5) Loyalitas karyawan dapat diartikan dengan kesetiaan, kepatuhan dan ketaatan, yang didalamnya terdapat tanggung jawab untuk berusaha memberikan pelayanan dan perilaku yang terbaik; (6) Ketegasan dan sanksi hukuman. Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang;

Sedangkan Robbins (2007, hlm.137) menjelaskan tentang motivasi kerja. Motivasi merupakan proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi (situation) kerja di perusahaan . Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakan diri karyawan yang terarah atau


(14)

tertuju untuk mencapai tujuan organisasi. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerja untuk meningkatkan disiplin kerja guru.

Ketika spiritual leadership kepala sekolah berhasil dilaksanakan, maka akan mampu mempengaruhi guru untuk menerapkan disiplin kerja dengan baik. Disiplin tidak hanya menjadi sebuah kewajiban, tetapi menjadi kebutuhan guru untuk mencapai kinerja yang optimal. Guru akan menerapkan disiplin dengan penuh kesadaran tanpa paksaan, sehingga mampu meminimalisisr sikap indisipliner guru. Selain itu, motivasi kerja yang tinggi juga mempengaruhi disiplin kerja guru. Dengan adanya motivasi yang tinggi dalam diri seorang guru, maka disiplin guru pun akan meningkat. Namun jika guru tidak memiliki motivasi yang tinggi, maka disiplin kerja pun tidak diterapkan dengan baik di sekolah. Maka dari itu, yang mempengaruhi disiplin kerja guru dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1 Disiplin Kerja Guru

(Sumber: Adaptasi dari Hasibuan, 2012, hlm.194-198 dan Robbins, 2007, hlm.207) Disiplin

Kerja Guru

Teladan pimpinan (spiritual leadership)

Tujuan dan Kemampuan

Kompensasi

Pengawasan

Loyalitas karyawan

Ketegasan dan sanksi hukuman Motivasi kerja


(15)

Dari tujuh faktor yang menjadi indikator disiplin kerja guru, penulis akan mengambil dua dari faktor tersebut untuk dijadikan variabel , yaitu spiritual leadership dan motivasi kerja guru. Kurangnya guru dalam menerapkan disiplin kerja, yaitu dalam frekuensi kehadiran, keterlambatan guru dalam mengajar, pemahaman prosedur kerja, pemeliharaan peralatan kantor, kurangnya penerapan

reward dan punishment, akan berdampak pada proses belajar mengajar dan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, memerlukan dorongan dan arahan dari kepala sekolah agar guru dapat menerapkan disiplin kerja dengan baik. Spiritual leadership kepala sekolah mampu mempengaruhi dan menggerakan guru melalui keteladanan, nilai-nilai dan moral sehingga mampu menumbuhkan kesadaran dalam diri guru untuk menerapkan disiplin kerja guru. Selain itu, dengan adanya motivasi kerja, maka guru akan memiliki kesadaran dalam dirinya untuk menerapkan disiplin kerja dengan baik. Motivasi yang tinggi memiliki peran penting untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas, dan disiplin dalam kehadiran, dan penyampaian materi ajar.

2. Rumusan Masalah

Agar permasalahan yang akan dibahas tidak terlampau luas ruang lingkupnya dan mampu memperoleh kejelasan mengenai masalah yang akan diteliti, secara umum rumusan masalahnya mengenai pengaruh spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Adapun rumusan masalah secara khusus sebagai berikut:

1. Bagaimana spiritual leadership kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi?

2. Bagaimana motivasi kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi?

3. Bagaimana disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi?

4. Seberapa besar pengaruh spiritual leadership kepala sekolah terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi?


(16)

5. Seberapa besar pengaruh motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi?

6. Seberapa besar pengaruh spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis mengenai pengaruh spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Adapun tujuan khususnya diantaranya adalah :

a. Terdeskripsikannya spiritual leadership kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi.

b. Terdeskripsikannya motivasi kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi.

c. Terdeskripsikannya disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi.

d. Teranalisanya pengaruh spiritual leadership kepala sekolah terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. e. Teranalisanya pengaruh motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di

Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi.

f. Teranalisanya pengaruh spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi.

D. Manfaat Penelitian

Pada penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, sebagai berikut: 1) Dapat memberikan masukan bagi kepala sekolah tentang spiritual

leadership kepala sekolah dan motivasi kerja guru dalam upaya untuk meningkatkan disiplin kerja guru di MTs.


(17)

disiplin kerja guru, sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja dan mempengaruhi disiplin kerja guru pada Madrasah Tsanawiyyah (MTs) di kota sukabumi.

3) Sebagai masukan bagi para guru madrasah tsanawiyyah (MTs) di kota Sukabumi, bahwa spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja sangat berkaitan erat dengan disiplin kerja guru.

4) Acuan dan sumber inspirasi bagi peneliti lain yang akan memperdalam permasalahan yang berkaitan dengan spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru.

5) Memberikan pengalaman dan pembelajaran bagi peneliti. Karena penelitian ini merupakan hal yang baru dalam mengkaji ranah administrasi pendidikan.

E. Struktur Organisasi Tesis

Penulisan tesis ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. Bab ini berisikan latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.

BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian. Pada kajian pustaka berisikan: Konsep disiplin kerja guru, spiritual leadership kepala sekolah, motivasi kerja guru. Kerangka pemikiran, dan hipotesis.

BAB III Metode Penelitian. Bab ini berisikan metode penelitian, populasi, sampel, teknik pengumpulan data, definisi operasional, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas instrumen, teknik pengolahan data dan analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini menguraikan tentang analisis hasil penelitian dan pembahasan.

BAB V Kesimpulan dan rekomendasi. Bab ini berisikan kesimpulan dan rekomendasi.


(1)

Dari beberapa pernyataan diatas, mengindikasikan adanya hubungan antara spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru. Penelitian yang relevan dengan ini sebelumnya dilakukan oleh Muhammad Syukri (2012, hlm.15), dengan judul “Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Disiplin Kerja Guru SMK Negeri Kabupaten Lima Puluh Kota”. Hasil penelitian menunjukan bahwa kontribusi kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap disiplin kerja guru berada pada kategori kuat. Ini berarti bahwa terdapat hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap disiplin kerja guru. Selain itu, hasil penelitian tesis Yoiz Shofwa tahun 2012 dengan judul “Pengaruh Motivasi dan Kepemimpinan Spiritual Terhadap

Disiplin Kerja Dosen dan Karyawan STAIN Purwokerto”. Penelitian korelasional ini menemukan bahwa motivasi dan kepemimpinan spiritual memberikan pengaruh terhadap disiplin kerja dosen. Dalam hal ini, motivasi dan kepemimpinan spiritual berpengaruh terhadap disiplin kerja dosen. Semakin tinggi motivasi dari dalam diri, maka semakin tinggi pula penerapan disiplin kerja. Selain itu, spiritual leadership pemimpin dibutuhkan agar dosen menerapkan disiplin kerja dengan baik dan dengan kesadaran dari dalam diri, bukan karena peraturan atau paksaan.

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Penelitian ini lebih menekankan pada spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap disiplin kerja guru. Berdasarkan hal tersebut di atas, saya sangat tertarik untuk mengetahui apakah spiritual leadership

kepala sekolah dan motivasi kerja berpengaruh terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja terhadap Disiplin Kerja Guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-Kota Sukabumi.”


(2)

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Menerapkan disiplin kerja guru merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena berpengaruh pada kinerja guru. Disiplin merupakan kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma yang berlaku. Hasibuan (2012,hlm.194-198) mengungkapkan bahwa terdapat enam faktor yang mempengaruhi tingkat disiplin kerja karyawan pada suatu organisasi diantaranya: 1) Teladan pimpinan (spiritual leadership) ; 2) Tujuan dan kemampuan; 3)Kompensasi; 4) Pengawasan; 5)Loyalitas karyawan; 6)Ketegasan dan sanksi hukuman.

Beberapa faktor diatas dapat dijelaskan sebagai berikut; (1) Teladan pimpinan (spiritual leadership), teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya; (2) Tujuan dan kemampuan, tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan; (3) Kompensasi (Gaji dan Kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan, karena kompensasi akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan/ pekerjaannya. (4)Pengawasan merupakan tindakan nyata dan efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan; (5) Loyalitas karyawan dapat diartikan dengan kesetiaan, kepatuhan dan ketaatan, yang didalamnya terdapat tanggung jawab untuk berusaha memberikan pelayanan dan perilaku yang terbaik; (6) Ketegasan dan sanksi hukuman. Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang;

Sedangkan Robbins (2007, hlm.137) menjelaskan tentang motivasi kerja. Motivasi merupakan proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi (situation) kerja di perusahaan . Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakan diri karyawan yang terarah atau


(3)

tertuju untuk mencapai tujuan organisasi. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerja untuk meningkatkan disiplin kerja guru.

Ketika spiritual leadership kepala sekolah berhasil dilaksanakan, maka akan mampu mempengaruhi guru untuk menerapkan disiplin kerja dengan baik. Disiplin tidak hanya menjadi sebuah kewajiban, tetapi menjadi kebutuhan guru untuk mencapai kinerja yang optimal. Guru akan menerapkan disiplin dengan penuh kesadaran tanpa paksaan, sehingga mampu meminimalisisr sikap indisipliner guru. Selain itu, motivasi kerja yang tinggi juga mempengaruhi disiplin kerja guru. Dengan adanya motivasi yang tinggi dalam diri seorang guru, maka disiplin guru pun akan meningkat. Namun jika guru tidak memiliki motivasi yang tinggi, maka disiplin kerja pun tidak diterapkan dengan baik di sekolah. Maka dari itu, yang mempengaruhi disiplin kerja guru dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1 Disiplin Kerja Guru

(Sumber: Adaptasi dari Hasibuan, 2012, hlm.194-198 dan Robbins, 2007, hlm.207) Disiplin

Kerja Guru Teladan pimpinan

(spiritual leadership)

Tujuan dan Kemampuan

Kompensasi

Pengawasan

Loyalitas karyawan

Ketegasan dan sanksi hukuman Motivasi kerja


(4)

Dari tujuh faktor yang menjadi indikator disiplin kerja guru, penulis akan mengambil dua dari faktor tersebut untuk dijadikan variabel , yaitu spiritual leadership dan motivasi kerja guru. Kurangnya guru dalam menerapkan disiplin kerja, yaitu dalam frekuensi kehadiran, keterlambatan guru dalam mengajar, pemahaman prosedur kerja, pemeliharaan peralatan kantor, kurangnya penerapan

reward dan punishment, akan berdampak pada proses belajar mengajar dan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, memerlukan dorongan dan arahan dari kepala sekolah agar guru dapat menerapkan disiplin kerja dengan baik. Spiritual leadership kepala sekolah mampu mempengaruhi dan menggerakan guru melalui keteladanan, nilai-nilai dan moral sehingga mampu menumbuhkan kesadaran dalam diri guru untuk menerapkan disiplin kerja guru. Selain itu, dengan adanya motivasi kerja, maka guru akan memiliki kesadaran dalam dirinya untuk menerapkan disiplin kerja dengan baik. Motivasi yang tinggi memiliki peran penting untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas, dan disiplin dalam kehadiran, dan penyampaian materi ajar.

2. Rumusan Masalah

Agar permasalahan yang akan dibahas tidak terlampau luas ruang lingkupnya dan mampu memperoleh kejelasan mengenai masalah yang akan diteliti, secara umum rumusan masalahnya mengenai pengaruh spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Adapun rumusan masalah secara khusus sebagai berikut:

1. Bagaimana spiritual leadership kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi?

2. Bagaimana motivasi kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi?

3. Bagaimana disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi?

4. Seberapa besar pengaruh spiritual leadership kepala sekolah terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi?


(5)

5. Seberapa besar pengaruh motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi?

6. Seberapa besar pengaruh spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis mengenai pengaruh spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Adapun tujuan khususnya diantaranya adalah :

a. Terdeskripsikannya spiritual leadership kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi.

b. Terdeskripsikannya motivasi kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi.

c. Terdeskripsikannya disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi.

d. Teranalisanya pengaruh spiritual leadership kepala sekolah terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. e. Teranalisanya pengaruh motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di

Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi.

f. Teranalisanya pengaruh spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi.

D. Manfaat Penelitian

Pada penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, sebagai berikut: 1) Dapat memberikan masukan bagi kepala sekolah tentang spiritual

leadership kepala sekolah dan motivasi kerja guru dalam upaya untuk meningkatkan disiplin kerja guru di MTs.


(6)

disiplin kerja guru, sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja dan mempengaruhi disiplin kerja guru pada Madrasah Tsanawiyyah (MTs) di kota sukabumi.

3) Sebagai masukan bagi para guru madrasah tsanawiyyah (MTs) di kota Sukabumi, bahwa spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja sangat berkaitan erat dengan disiplin kerja guru.

4) Acuan dan sumber inspirasi bagi peneliti lain yang akan memperdalam permasalahan yang berkaitan dengan spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru.

5) Memberikan pengalaman dan pembelajaran bagi peneliti. Karena penelitian ini merupakan hal yang baru dalam mengkaji ranah administrasi pendidikan.

E. Struktur Organisasi Tesis

Penulisan tesis ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. Bab ini berisikan latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.

BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian. Pada kajian pustaka berisikan: Konsep disiplin kerja guru, spiritual leadership kepala sekolah, motivasi kerja guru. Kerangka pemikiran, dan hipotesis.

BAB III Metode Penelitian. Bab ini berisikan metode penelitian, populasi, sampel, teknik pengumpulan data, definisi operasional, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas instrumen, teknik pengolahan data dan analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini menguraikan tentang analisis hasil penelitian dan pembahasan.

BAB V Kesimpulan dan rekomendasi. Bab ini berisikan kesimpulan dan rekomendasi.