FAKTOR DETERMINAN TINGKAT PENGUNGKAPAN SUKARELA BERBASIS GRAFIK DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)
FAKTOR DETERMINAN TINGKAT
PENGUNGKAPAN SUKARELA BERBASIS
GRAFIK DALAM LAPORAN TAHUNAN
PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro
Disusun oleh :
CINITYA ANUM HAPSARI 12030110141015
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
(2)
i
2015
PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Penyusun : Cinitya Anum Hapsari Nomor Induk Mahasiswa : 12030110141015
Fakultas/Jurusan : Ekonomika dan Bisnis / Akuntansi
Judul Skripsi : FAKTOR DETERMINAN TINGKAT
PENGUNGKAPAN SUKARELA BERBASIS GRAFIK DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA
Dosen Pembimbing : Puji Harto, S.E., M.Si., Akt., Ph.D
Semarang, 10 Maret 2015 Dosen Pembimbing,
(Puji Harto, S.E., M.Si., Akt., Ph.D) NIP. 197505272000121001
(3)
ii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN
Nama Penyusun : Cinitya Anum Hapsari Nomor Induk Mahasiswa : 12030110141015
Fakultas/Jurusan : Ekonomika dan Bisnis / Akuntansi
Judul Skripsi : FAKTOR DETERMINAN TINGKAT
PENGUNGKAPAN SUKARELA BERBASIS GRAFIK DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 27 Maret 2015
Tim Penguji :
1. Puji Harto, S.E., M.Si., Akt., Ph.D (………..)
2. Drs.Agustinus Santosa Adiwibowo, M.Si., Akt (………..)
3. Agung Juliarto, S.E., M.Si., Akt., Ph.D (………..)
(4)
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Cinitya Anum Hapsari, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : FAKTOR DETERMINAN TINGKAT PENGUNGKAPAN SUKARELA BERBASIS GRAFIK DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA, adalah tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin itu, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya.
Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Semarang, 5 Maret 2015 Yang membuat pernyataan,
( Cinitya Anum Hapsari ) NIM : 12030110141015
(5)
iv
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of firm size, profitability, audit quality, and public ownership on graphical voluntary disclosure. Graphical voluntary disclosure is used as a dependent variable, which is measured by the level of graph disclosure in annual report through the total graph disclosed in the company’s annual report.
This study uses secondary data documentation, data derived from the annual reports listed on Stock Exchanges in Indonesia with 274 sample companies. Samples were selected using purposive sampling method, the criteria listed companies in the index Kompas 100 period August-January 2011-2013. The analysis used was multiple regression analysis, F-test and t-test to test the hypothesis.
Results of the study show that the independent variables of firm size, profitability, audit quality, and public ownership affect simultaneously the dependent variable graphical voluntary disclosure. Partially, firm size and audit quality variables positive significantly effect on graphical voluntary disclosure, whereas profitability variables and public ownership do not significantly affect the graphical voluntary disclosure.
Keywords : Graphical voluntary disclosure, firm size, profitability, audit quality, public ownership
(6)
v ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, kualitas audit, serta kepemilikan publik terhadap pengungkapan sukarela berbasis grafik (graphical voluntary disclosure). Variabel dependen pengungkapan sukarela berbasis grafik (graphical voluntary disclosure) diukur dengan tingkat pengungkapan grafik dalam laporan tahunan (annual report) melalui jumlah atau total grafik yang diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan tahunan (annual report).
Penelitian ini dilakukan dengan metode dokumentasi data sekunder yang berasal dari laporan tahunan yang terdaftar di BEI dengan jumlah sampel 274 perusahaan. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling, dengan kriteria perusahaan terdaftar dalam indeks Kompas 100 periode Agustus-Januari tahun 2011-2013. Analisis yang digunakan yaitu analisis regresi berganda, dan menggunakan uji F serta uji t untuk pengujian hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel ukuran perusahaan, profitabilias, kualitas audit, dan kepemilikan publik mempengaruhi variabel pengungkapan sukarela berbasis grafik (graphical voluntary disclosure). Secara parsial variabel ukuran perusahaan dan kualitas audit berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sukarela berbasis grafik (graphical voluntary
disclosure), sedangkan variabel profitabilitas dan kepemilikan publik tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan sukarela berbasis grafik (graphical voluntary disclosure).
Kata kunci : Pengungkapan sukarela berbasis grafik (graphical voluntary disclosure), ukuran perusahaan, profitabilitas, kualitas audit, kepemilikan publik
(7)
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur kepada Allah SWT
atas segala nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Faktor Determinan Tingkat Pengungkapan Sukarela Berbasis Grafik Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.
Penulisan skripsi ini dapat terwujud atas doa, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan rasa terima kasih yang terdalam kepada :
1. Bapak Dr. Suharmono, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
2. Bapak Puji Harto, S.E., M.Si., Akt., Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan segala bimbingan, arahan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Bapak Prof. Dr. Much. Syafrudin, M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi.
4. Bapak Marsono, S.E, M.Adv., Acc., Akt., selaku dosen wali yang telah memberikan pengarahan dalam melaksanakan studi.
(8)
vii
5. Seluruh dosen dan segenap staf Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, terutama Jurusan Akuntansi atas ilmu dan bantuan yang diberikan selama proses perkuliahan.
6. Kedua orang tua tercinta, Bapak Prayoga dan Ibu Nining, yang telah memberikan seluruh kasih sayang, doa, pengorbanan, nasehat dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis selama menempuh masa studi dan dalam proses penyusunan skripsi. Semoga ilmu yang didapat ini bermanfaat, dan dapat memperberat timbangan bapak ibu di surga nanti.
7. Khairul Hidayat, terima kasih atas motivasi, perhatian, keceriaan, kesabaran, bimbingan, dan kasih sayang yang diberikan selama ini.
8. Canai Team. Hana, Via, Mety, Dian, Fani terimakasih atas pengalaman dan kebersamaan yang indah selama kuliah.
9. Teman sepermainan. Uni Winda dan Lala markula terimakasih atas waktu untuk berbagi cerita suka duka kehidupan dan waktu kebersamaan untuk melepas stres dan kesedihan.
10.Teman-teman KKN Desa Rambeanak, Kecamatan Mungkid. Fajar, Oky,
Agan, Fathia, Vemi, Nabil, Linda, Andi, Nadia, dan Putri. Terimakasih atas kenang-kenangan kebersamaan yang tak terlupakan.
11.Teman-teman seperjuangan akuntansi 2010 atas kerjasama, motivasi, bantuan, dukungan, dan kebersamaannya.
12.Teman-teman satu bimbingan, Siwi, Rani, Ciwul, Peppy yang tak pernah pupus harapan.
13.Teman-teman kos jatisari Shailla, Bella, Yulia, Mbak Ope terimakasi untuk dukungan dan motivasinya.
(9)
viii
14.Terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan masukan yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, 5 Maret 2015 Penulis,
(10)
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... i
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN ... ii
PERNYATAAN ORISINILITAS SKRIPSI ... iii
ABSTRACT ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... . xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... . xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
1.3.1 Tujuan Penelitian... 10
1.3.2 Manfaat Penelitian... 11
1.4 Sistematika Penulisan... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 13
2.1 Landasan Teori ... 13
2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) ... 13
2.1.2 Pengungkapan Sukarela Berbasis Grafik ... 15
2.1.3 Ukuran Perusahaan... 18
2.1.4 Profitabilitas ... 19
2.1.5 Kualitas Audit ... 20
2.1.6 Kepemilikan Publik ... 22
(11)
x
2.3 Kerangka Pemikiran ... 27
2.4 Hipotesis ... 29
2.4.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan Sukarela Berbasis Grafik (Graphical Voluntary Disclosure) ... 29
2.4.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Sukarela Berbasis Grafik (Graphical Voluntary Disclosure) ... 31
2.4.3 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Pengungkapan Sukarela Berbasis Grafik (Graphical Voluntary Disclosure) ... 32
2.4.4 Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap Pengungkapan Sukarela Berbasis Grafik (Graphical Voluntary Disclosure) ... 34
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 36
3.1.1 Variabel Terikat (Dependen)... 36
3.1.2 Variabel Bebas (Independen) ... 36
3.2 Populasi dan Sampel ... 38
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 39
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 40
3.5 Metode Analisis... 40
3.5.1 Uji Statistik Deskriptif ... 40
3.5.2 Uji Asumsi Klasik ... 41
3.5.3 Uji Hipotesis... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46
4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian... 46
4.2 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 50
4.2.1 Screening Data ... 50
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 52
4.2.3 Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ... 60
4.2.4 Overall Model Test (Uji F)... 61
4.2.5 Uji hipotesis (Uji t)... 62
4.2.6 Hasil Uji Hipotesis ... 64
(12)
xi
BAB V PENUTUP... 73
5.1 Kesimpulan... 73
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 74
5.3 Saran Penelitian ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 76
(13)
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 26
Tabel 3.1 KAP Big4 dan Afiliasinya di Indonesia Tahun 2012/2013 ... 38
Tabel 4.1 Sampel Penelitian ... 46
Tabel 4.2 Deskripsi Variabel Penelitian... 47
Tabel 4.3 Kualitas Audit ... 50
Tabel 4.4 Identifikasi Outlier Variabel ... 51
Tabel 4.5 Identifikasi Outlier Setelah Mengeluarkan Outlier ... 51
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov ... 53
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas... 56
Tabel 4.8 Hasil Uji Glejser... 58
Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi... 59
Tabel 4.10 Hasil Koefisien Determinasi ... 60
Tabel 4.11 Hasil Uji F ... 61
Tabel 4.12 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 62
(14)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 29
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normal Plot ... 54
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram... 55
(15)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Daftar Perusahaan Sampel Tahun 2011 ... 80
Lampiran B Daftar Perusahaan Sampel Tahun 2012 ... 84
Lampiran C Daftar Perusahaan Sampel Tahun 2013 ... 88
Lampiran D Hasil Output SPSS ... 92
(16)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan tahunan korporat (corporate annual report) adalah dokumen komunikasi formal yang meliputi informasi kuantitatif (laporan keuangan), naratif, foto, dan grafik. Selain itu, laporan tahunan ini berisi tentang sejarah perusahaan, status keuangan, serta arah pengembangan yang diinginkan. Dengan laporan tahunan, perusahaan (manajemen) mengkomunikasikan hasil operasinya kepada stakeholder. Laporan tahunan perusahaan ini menjadi suatu bagian yang penting dalam menyampaikan performa perusahaan yang telah berjalan untuk rencana kedepan stakeholder. Laporan tahunan korporat (corporate annual
report) digunakan untuk beberapa tujuan. Para pembaca laporan tahunan sering
menggunakanya untuk memperkirakan tindakan yang harus dilakukan , apakah membeli, menjual, atau tetap mempertahankan saham (Uyar, 2009).
Menurut Courtis (1995) laporan tahunan yang dikeluarkan perusahaan merupakan merupakan data yang kredibel karena mengikuti aturan khusus, mencerminkan integritas manajemen dalam mengkomunikasikan secara obyektif dan komprehensif, dan yang utama telah melalui proses audit. Tanpa mempertimbangkan gaya penyajian, isi, pengorganisasian, grafik warna, pilihan gambar, panjang keseluruhan, serta intelegensi yang harus dikomunikasikan melalui dokumen tersebut, laporan tahunan harus harus dapat dijadikan sarana untuk melakukan (mengkonfirmasi) penilaian risk-return perusahaan. Oleh karena
(17)
2
itu komunikasi laporan tahunan haruslah efektif. Komunikasi yang efektif terjadi ketika pesan yang diterima oleh pembaca laporan tahunan diinterpretasikan sama seperti yang dimaksudkan oleh penyaji laporan tahunan berjalan dengan baik (Courtis, 1995). Kesulitan yang dihadapi berkaitan dengan pengkomunikasian laporan tahunan adalah pengungkapan naratif dalam laporan tahunan seringkali ditulis dalam tingkat komprehensi melebihi kapasitas pembacanya, sehingga laporan keuangan tradisional terlihat sangat kompleks dan menyebabkan information overload (Courtis, 1995).
Tampilan grafik dalam laporan tahunan dapat digunakan oleh pihak perusahaan (manajemen) sebagai alternatif dalam mengkomunikasikan informasi yang lebih efektif kepada pengguna laporan, karena grafik menawarkan “universal language” yang berguna untuk menjembatani bahasa, pendidikan, serta batasan budaya (Warganegara, 2013). Dengan ringkasan informasi yang dipresentasikan melalui grafik, akan mempersingkat waktu ketika menganalisa data, memfasilitasi pemahaman, dan dapat membantu daya ingat untuk mengingat lebih baik. Lebih jauh, grafik menyoroti trend dan memperjelas hubungan antar data (Canadian Institute of Chartered Accountants [CICA], 1993). Tidak sebatas itu saja keuntungan yang didapat dari presentasi tampilan grafik dalam laporan tahunan korporat (corporate annual report) . Beattie dan Jones (2002) menyatakan empat keuntungan utama dalam penggunaan grafik: (1) grafik menggunakan kombinasi warna yang dapat menstimulasi rangsangan visual dan meningkatkan fokus perhatian; (2) grafik dapat memberikan tindakan yang segera
(18)
atas suatu informasi; (3) informasi dapat dengan cepat ditemukan dan dikelompokan; (4) informasi dapat ditunjukkan dan dinyatakan dengan jelas.
Mengungkapkan menggunakan grafik tidak hanya sebatas mengungkapkan informasi keuangan dengan cara yang lebih menarik dibanding dengan cara tradisional yang menggunakan angka dalam laporan keuangan, namun juga meminimalkan waktu yang dibutuhkan pembaca untuk menganalisa informasi terkait dan membantu meningkatkan daya ingat. Namun dibalik berbagai keuntungan yang dimiliki presentasi menggunakan tampilan grafik, terdapat kekurangan. Beattie dan Jones (1997) menyatakan pengungkapan grafik secara sukarela tersebut memberi kesempatan kepada manajemen untuk memanipulasi sinyal keuangan yang diberikan kepada users. Selain itu, grafik mampu menghasilkan “impression management” , dapat dengan mudah menciptakan distorsi dengan memanipulasi informasi, atau kesalahan atas kecerobohan, yang dapat mempengaruhi penilaian pembaca. Grafik memiliki beragam desain atau styles , memiliki efek visual yang berbeda dan tidak ada suatu aturan yang menjadi standar keakuratan grafik. Oleh karena itu, pembuat grafik dan manajemen dapat dengan mudah mengambil kesempatan untuk mengubah informasi atau membuat kesalahan distorsi grafis. (Huang, 2008).
Penggunaan grafik sebagai bagian dari laporan tahunan korporat (corporate
annual report) , seharusnya menampilkan kualitas (memenuhi karakteristik
kualititif informasi keuangan) karena tingkat bias dalam pengungkapan dapat menurunkan prinsip pokok penyediaan informasi secara wajar kepada investor
(19)
4
dan pengguna lain untuk membuat suatu keputusan ekonomi / keputusan keuangan. (Isa, 2006)
Di satu sisi , manajemen memiliki tanggung jawab atas performa suatu perusahaan. Mereka bertanggung jawab untuk melaporkan performa perusahaan kepada stakeholder dan shareholder. Beattie dan Jones (2002) menyatakan bahwa pilihan menggunakan grafik berhubungan dengan baik atau buruk performa perusahaan, khususnya yang berkaitan dengan profit dan EPS. Ketika profit atau EPS meningkat, perusahaan akan menggunakan grafik dalam laporan tahunannya. Dan sebaliknya, Tractinsky dan Meyer (1999) menambahkan bahwa ketika pembuat grafik atau manajemen kurang puas atas informasi keuangan atau performanya, mereka cenderung melanggar prinsip pokok atas grafik.
Selain itu , ukuran perusahaan juga berkaitan dengan pengungkapan grafik. Sesuai dengan pernyataan dari Maston dan Polei (2004) yang menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar dan tingkat kompleksitas yang tinggi, sehingga investor akan membutuhkan informasi perusahaan yang lebih banyak untuk membuat keputusan investasi yang lebih efektif. Dengan luas dan tingginya kompleksitas informasi yang diberikan oleh perusahaan besar tersebut, akan mempersulit investor dalam memahami informasi yang diberikan oleh perusahaan. Sejalan dengan Hawkins and Hawkins (1986) dalam Fulkerson (2001) , bahwa :
“the average investor is confused and overburdened by the volume and detail of the annual report, unable to comprehend its complexities and technical jargon, and unable to use all of the information contained in the annual report” (p.20).
(20)
Namun dalam penelitianya, CICA (1993) menganjurkan penggunaan grafik sebagai cara untuk membantu investor dalam memahami data keuangan yang kompleks. Adapun penelitian yang dilakukan CICA (1993) menyimpulkan bahwa grafik sangat penting untuk mengkomunikasikan earnings, angka-angka kinerja lainya, dan rasio. Karena melalui tampilan grafik, data-data tersebut lebih mudah dipahami serta dibandingkan.
Profitabilitas dan kualitas audit dapat berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sukarela berbasis grafik dalam laporan tahunan perusahaan (corporate annual report). Pasalnya perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung mengungkapkan lebih rinci mengenai aktivitas mereka dan akan menarik perhatian investor dengan pelaporan keuangan perusahaan yang lebih lengkap dan luas (Akbar, 2014). Dengan luasnya informasi yang diungkapkan oleh perusahaan tersebut , penggunaan grafik dapat digunakan sebagai alternatif untuk membantu baik investor maunpun pengguna laporan lain yang berkepentingan untuk memahami laporan keuangan tahunan secara efektif dan efisien. Sama halnya dengan pernyataan De Angelo (1981) dalam Klaudia (2012) yang berpendapat bahwa indikator kualitas audit hanya dimiliki oleh kantor akuntan publik yang berukuran besar. Didukung dengan pernyataan Alsaeed (2006) yang menyatakan bahwa kantor akuntan publik yang besar akan lebih memperhatikan reputasi mereka sehingga mereka akan lebih bersedia untuk beroperasi dengan perusahaan-perusahaan yang mengungkapkan lebih banyak informasi dalam laporan keuangan yang mereka terbitkan.
(21)
6
Na’im dan Rakhman (2000) menemukan bahwa adanya perbedaan dalam
proporsi saham yang dimiliki oleh pihak luar akan berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan oleh perusahaan. Raffournier (1995) dalam Uyar (2011) menambahkan bahwa manajer dengan kepemilikan perusahaan yang tersebar memiliki insentif untuk mengungkapkan informasi secara lebih luas guna membantu para pemegang saham dalam memantau perilaku mereka. Proses pemantauan tersebut akan lebih mudah bila menggunakan grafik sebagai media pengungkapan, karena melaui grafik informasi-informasi yang sebelumnya tersembunyi dalam deretan angka dan kalimat panjang akan lebih mudah untuk dipahami serta dikonseptualisasikan.
Beberapa penelitian terdahulu berkaitan dengan penggunaan grafik dalam laporan tahunan perusahaan diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Beattie dan Jones (1992) yang menemukan bahwa 79% dari 240 perusahaan sampel menggunakan grafik dengan 4 variabel kunci yaitu KFV (key financial variables) yang terdiri dari sales, laba sebelum pajak, EPS, dan DPS . Penelitian lain yang dilakukan oleh Frownfelter dan Fulkerson (2001) dengan membandingkan tingkat penggunaan grafik dan mengukur tingkat distorsi grafik pada perusahaan US dan non-US. Dari penelitian tersebut, disimpulkan bahwa baik perusahaan US dan non-US mengandalkan penggunaan grafik , dan tingkat penggunaan grafik dalam laporan tahunan perusahaan non-US lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat penggunaan grafik perusahaan US. Dengan tingkat rata-rata distorsi 81% untuk sampel perusahaan US dan 173% untuk sampel perusahaan US, non-Canadian.
(22)
Penelitian yang dilakukan oleh Uyar (2009) dengan menggunakan 100 sampel perusahaan di Turki, menemukan bahwa 75% perusahaan menggunakan grafik dalam laporan tahunan. Berdasarkan data tersebut, perusahaan dari sektor keuangan yang memiliki tingkat tertinggi dalam penggunaan grafik dalam laporan tahunan yakni sebesar 10,16%. Uyar (2009) menemukan bahwa tidak ada hubungan antara graphical voluntary disclosure dalam laporan tahunan perusahaan dengan open-to-public ratio dan performa perusahaan. Tetapi terdapat hubungan positif signifikan antara graphical voluntary disclosure dan ukuran perusahaan serta profitabilitas. Kemudian pada tahun 2011, Uyar kembali melakukan penelitian mengenai hubungan antara karakteristik perusahaan terhadap tingkat pengungkapan sukarela berbasis grafik dengan menggunakan 100 sampel perusahaan di Turki. Hasil dari penelitian ini menunjukan terdapat hubungan positif antara variabel ukuran auditor dan variabel ukuran perusahaan terhadap pengungkapan sukarela grafik dalam laporan tahunan perusahaan, sedangkan profitabilitas dan struktur kepemilikan tidak terdapat hubungan signifikan terhadap pengungkapan sukarela grafik dalam laporan tahunan perusahaan.
Warganegara et al. (2013) melakukan penelitian terhadap 74 prospektus perusahaan IPO selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 menemukan bukti bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengungkapan sukarela berbasis grafik dalam prospektus dengan performa perusahaan yang diukur dari perubahan net income. Sedangkan penelitian yang dilakukan Mather et al. (1996) juga menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara
(23)
8
pengungkapan sukarela berbasis grafik dalam laporan tahunan perusahaan dengan performa perusahaan yang diukur dari perubahan profit before tax. Namun, terdapat hubungan positif antara pengungkapan sukarela grafik dengan performa perusahaan pada perusahaan yang lebih kecil.
Di Indonesia penelitian mengenai graphical voluntary disclosure masih jarang ditemui meskipun penggunaanya telah menjadi bagian utama yang sangat diperlukan dalam laporan tahunan perusahaan. Hal tersebut mendorong penelitian ini untuk dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk menguji tingkat pengungkapan sukarela berbasis grafik (graphical voluntary disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan publik di Indonesia, dan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sukarela berbasis grafik (graphical voluntary disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan yang meliputi ukuran perusahaan, profitabilitas, kualitas audit dan kepemilikan publik. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Uyar (2011) yang meneliti pengungkapan sukarela grafik (voluntary disclosure of graph) dalam laporan tahunan perusahaan pada 100 perusahaan di Turki yang terdaftar dalam Istanbul Stock Exchange (ISE).
Untuk tahun dalam penelitian ini, akan dilakukan pada tahun 2011 – 2013. Sedangkan perusahaan yang akan menjadi sampel adalah perusahaan yang termasuk ke dalam daftar Kompas 100 periode Agustus-Januari selama tahun 2011-2013. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Kompas 100 dipilih sebagai sampel karena perusahaan-perusahaan tersebut dianggap sebagai perusahaan besar yang cenderung mengungkapan informasi secara lebih lengkap
(24)
dan detail, sehingga probabilitas penggunaan grafik sebagai media pengungkapan akan semakin besar. Sedangkan untuk periode Agustus-Januari dipilih karena pada periode tersebut mencerminkan kinerja perusahaan selama satu tahun.
Dari uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul : “FAKTOR DETERMINAN TINGKAT PENGUNGKAPAN SUKARELA BERBASIS GRAFIK DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PUBLIK DI
INDONESIA”
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian ini mengangkat tingkat pengungkapan sukarela berbasis grafik (graphical voluntary disclosure) sebagai variabel dependen yang diteliti. Pengungkapan sukarela berbasis grafik merupakan isu yang menarik namun masih jarang diteliti. Pengungkapan sukarela berbasis grafik penting untuk diteliti karena tampilan grafik dalam laporan tahunan perusahaan dapat digunakan oleh pihak perusahaan (manajemen) sebagai alternatif dalam mengkomunikasikan informasi yang lebih efektif serta membantu pihak pengguna dalam menganalisis dan mengambil keputusan.
Banyak penelitian yang telah dilakukan sebelumnya lebih berfokus pada tingkat penggunaan grafik, tipe grafik yang digunakan, variabel yang digambarkan ke dalam grafik, prosentase penggunaan grafik dalam laporan tahunan perusahaan (corporate annual report), serta pengukuran distorsi dalam penggunaan grafik. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Frownfelter dan Fulkerson (2001) dengan membandingkan tingkat penggunaan grafik dan mengukur tingkat distorsi grafik pada perusahaan US dan non-US. Berbeda
(25)
10
dengan penelitian tersebut, Uyar (2011) meneliti mengenai pengaruh karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan sukarela berbasis grafik dan menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara variabel ukuran auditor dan variabel ukuran perusahaan terhadap pengungkapan sukarela berbasis grafik dalam laporan tahunan perusahaan, sedangkan profitabilitas dan struktur kepemilikan tidak terdapat hubungan signifikan terhadap pengungkapan sukarela berbasis grafik dalam laporan tahunan perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Uyar (2009) menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara graphical voluntary disclosure dalam laporan tahunan perusahaan dengan ukuran perusahaan dan profitabilitas. Di sisi lain, penelitian yang dilakukan oleh Uyar (2011) mengenai pengaruh karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan grafik sukarela menunjukan hasil bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara profitabilitas dan kepemilikan publik dengan tingkat pengungkapan grafik sukarela (graphical voluntary disclosure).
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain :
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap graphical voluntary
disclosure dalam laporan tahunan perusahaan?
2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap graphical voluntary disclosure dalam laporan tahunan perusahaan?
3. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap graphical voluntary
(26)
4. Apakah kepemilikan publik berpengaruh terhadap graphical voluntary
disclosure dalam laporan tahunan perusahaan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk menganalisis dan menemukan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap graphical voluntary disclosure. 2. Untuk menganalisis dan menemukan bukti empiris bahwa
profitabilitas berpengaruh terhadap graphical voluntary disclosure. 3. Untuk menganalisis dan menemukan bukti empiris bahwa kualitas
audit berpengaruh terhadap graphical voluntary disclosure.
4. Untuk menganalisis dan menemukan bukti empiris bahwa kepemilikan publik berpengaruh terhadap graphical voluntary disclosure.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
a) Kegunaan/Manfaat Akademis
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada perkembangan teori di Indonesia, khususnya tentang graphical voluntary disclosure.
2. Menambah khasanah pengetahuan mengenai pengungkapan sukarela berbasis grafik (graphical voluntary disclosure).
(27)
12
b) Kegunaan/Manfaat Praktis
1. Bagi Investor dan Calon Investor
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini yaitu dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam membuat keputusan investasi, mengingat pengungkapan informasi menggunakan grafik sebagai suatu alat yang membantu investor untuk memahami dan menganalisa informasi secara lebih mudah dan cepat.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I:PENDAHULUAN, menguraikan dan menjelaskan Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, serta Sistematika Penulisan
BAB II :TINJAUAN PUSTAKA, menguraikan Landasan Teori, Penelitian Terdahulu, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis.
BAB III:METODE PENELITIAN, menguraikan Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel, Populasi dan Sampel, Jenis dan Sumber Data, Metode Pengumpulan Data, dan Metode Analisis.
BAB IV:ANALISIS DAN PEMBAHASAN, menguraikan Deskripsi Objek Penelitian, Analisis Data, dan Interpretasi hasil.
BAB V:PENUTUP, menguraikan Kesimpulan, Keterbatasan Penelitian, dan Saran Penelitian.
(28)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)
Teori Agensi menjelaskan hubungan agensi yang akan muncul ketika
principal memberikan kewenangan dan tanggungjawab kepada agent untuk
melakukan kegiatan usaha yang diinginkan oleh principal dan memberikan wewenang dalam pengambilan keputusan kepada agent pada proses pengelolaan perusahaannya (Jensen dan Mackling, 1976). Dalam teori agensi ini, diasumsikan bahwa setiap individu akan bertindak mementingkan diri sendiri (self interest), hal tersebut merupakan sifat atau asumsi dasar manusia. Jika pihak agensi maupun prinsipal bertindak atas dasar kepentingan masing-masing, maka hal tersebut akan menimbulkan konflik kepentingan antara agen dan prinsipal. Dimana masing-masing pihak yang terlibat hubungan agency tersebut berusaha untuk memaksimalkan utilitas mereka. Pemilik modal sebagai pihak yang memberikan wewenang kepada manajemen untuk mengelola kekayaan, mempunyai kepentingan meningkatkan kesejahteraan dirinya melalui pembagian deviden. Sedangkan di sisi lain pihak manajemen sebagai pihak yang diberi tanggung jawab penuh untuk mengelola perusahaan juga mempunyai kepentingan untuk meningkatkan kekayaan dirinya melalui kompensasi.
Keadaan ini memunculkan masalah keagenan yang akan menimbulkan biaya untuk mengatasinya, yaitu biaya agensi (agency cost). Biaya agensi yang
(29)
14
timbul diantaranya adalah biaya monitoring yang dilakukan oleh pihak principal. Biaya monitoring ini meliputi biaya untuk proses auditing, penganggaran, kontrol, dan sistem kompensasi agen (Jensen dan Mackling, 1976). Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengurangi biaya agensi yang terjadi adalah dengan meningkatkan pengungkapan perusahaan. Hal tersebut didukung dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman (1986) yang mengatakan bahwa agent akan menggunakan pengungkapan akuntansi sebagai kesempatan untuk mengisyaratkan kinerjanya kepada principal. Sejalan dengan Watson et al. (2002) yang mengemukakan bahwa manajer memiliki insentif untuk meningkatkan pengungkapan untuk meyakinkan pemegang saham bahwa mereka bertindak secara optimal karena mereka tahu bahwa pemegang saham berusaha untuk mengendalikan perilaku mereka melalui kegiatan pemantauan.
Agen diharapkan mengungkapkan informasi secara luas, sehingga dapat mengurangi konflik yang terjadi. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen atas pengelolaan kekayaan perusahaan yang dipercayakan, sehingga agen akan berusaha untuk memenuhi seluruh keinginan prinsipal dengan cara mengungkapkan informasi sebanyak-banyaknya (Almilia, 2009). Dengan luas dan banyaknya informasi yang diberikan agen untuk memberi keyakinan kepada prinsipal, maka untuk mempermudah transfer informasi dari pihak manajemen (agent) kepada pemilik (principal) , perusahaan menggunakan media
grafik dalam pelaporanya. Dalam perkembanganya pengungkapan melalui media
grafik ini dapat menyediakan sarana yang efektif dan efisien untuk
(30)
2.1.2 Pengungkapan Sukarela Berbasis Grafik (Graphical Voluntary Disclosure)
Setiap perusahaan publik diwajibkan membuat laporan tahunan sebagai sarana pertanggungjawaban, terutama kepada pemegang saham. Laporan tahunan (annual report) merupakan laporan yang diterbitkan oleh pihak manajemen perusahaan setiap setahun sekali yang berisi informasi keuangan dan non-keuangan perusahaan yang berguna bagi para pemegang saham untuk menganalisis kondisi perusahaan pada periode tersebut. Laporan tahunan perusahaan (corporate annual report) merupakan hal yang sangat penting untuk menyampaikan performa perusahaan yang telah dicapai dan untuk menyampaikan rencana dan langkah ke depan kepada stakeholders (Uyar, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yanelovich Consulting Group pada tahun 1996, dinyatakan bahwa dua dari tiga manajer portofolio dan 54% analis sekuritas mengatakan bahwa laporan tahunan perusahaan merupakan suatu dokumen yang paling penting dan disebarluaskan kepada pihak berkepentingan diluar perusahaan. Dengan kata lain laporan tahunan perusahaan merupakan sarana komunikasi antara perusahaan dengan stakeholder.
Kesulitan yang dihadapi berkaitan dengan pengkomunikasian laporan tahunan adalah pengungkapan naratif dalam laporan tahunan seringkali ditulis dalam tingkat komprehensi melebihi kapasitas pembacanya, sehingga laporan keuangan tradisional terlihat sangat kompleks dan menyebabkan information overload (Courtis, 1995). Hal itu sejalan dengan pernyataan Cook dan Sutton (1995) yang menyatakan bahwa laporan tahunan yang dipublikasikan terlalu
(31)
16
banyak halaman, terlalu detail, susunan tekhnis yang membingungkan, serta tidak tersedianya ringkasan data.
Namun penggunaan grafik dalam penyajian laporan tahunan dapat digunakan sebagai alternatif atas serangkaian masalah tersebut diatas. Lebih lanjut Warganegara (2013) menjelaskan bahwa tampilan grafik dalam laporan tahunan dapat digunakan oleh pihak perusahaan (manajemen) sebagai alternatif dalam mengkomunikasikan informasi yang lebih efektif kepada pengguna laporan, karena grafik menawarkan “universal language” yang berguna untuk menjembatani bahasa, pendidikan, serta batasan budaya. Oleh karena itu, penggunaan grafik merupakan karakteristik kunci atas tingkat keberhasilan komunikasi dan suatu perusahaan dapat memanfaatkan grafik untuk lebih efektif dalam manyusun laporan keuangan yang relevan (Huang, 2008).
Saat ini pengungkapan dengan menggunakan media grafik telah banyak digunakan dalam laporan tahunan di berbagai negara karena banyaknya keuntungan yang ditawarkan dari penggunaan grafik tersebut. Uyar (2009) telah meringkas beberapa keuntungan penggunaan grafik sebagai media untuk menyampaikan informasi perusahaan kepada pihak yang berkepentingan, diantaranya adalah :
a) Grafik lebih mudah digunakan bila dibandingkan dengan tabel (Beattie & Jones, 1997, p.34).
b) Grafik meningkatkan kecepatan dalam pengambilan keputusan, dan para manajer lebih menyukai menggunakan grafik dibanding dengan tabel dan narasi (Sullivan, 1988).
(32)
c) Grafik lebih mudah diingat dibanding dengan tabel (Smith dan Bain, 1987, p.20).
d) Melalui grafik, perbandingan angka menjadi lebih jelas, dan hubungan antar data lebih mudah untuk dikonseptualisasi serta diingat (Smith dan Bain, 1987, p.20).
e) Secara visual grafik lebih menarik serta lebih efektif dalam mengkomunikasikan informasi kepada shareholders, pemerintah, dan media (Chevalier dan Roy, 1993, p.44).
f) Grafik menyederhanakan data kuantitatif yang kompleks, dan memberikan wawasan langsung mengenai aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan (Chevalier dan Roy, 1993, p.44).
g) Tanpa mempedulikan siapa penggunanya, grafik sangat bermanfaat untuk meringkas baik informasi keuangan (sales, net income) dan informasi non-keuangan (perputaran pegawai, tingkat kecelakaan) (Fulkerson et al., 1999. P.28)
Banyak perusahaan menyadari bahwa presentasi yang baik atas informasi keuangan, termasuk menggunakan tampilan grafik dalam laporan tahunan (annual
report) dapat mempromosikan “image” perusahaan (Jonson, Rice, dan
Roemmich, 1980 dalam Mather, 1996). Selain itu, sebagian besar pengguna laporan keuangan tidak memiliki banyak waktu untuk membaca dan melakukan sendiri analisa dari keseluruhan laporan tahunan (annual report) , sehingga penggunaan grafik dapat secara efisien menggarisbawahi poin-poin yang penting (Leach, 1988 dalam Mather, 1996).
(33)
18
2.1.3 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat menunjukan seberapa besar informasi yang terdapat didalamnya, serta mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal maupun pihak internal perusahaan. Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak dibanding dengan perusahaan kecil. Beberapa penjelasan terkait hal tersebut adalah :
a) Dalam perusahaan kecil biaya yang dibutuhkan untuk mengungkapkan informasi relatif lebih tinggi dibanding dengan perusahaan besar (Watson et al., 2002)
b) Perusahaan besar banyak disorot oleh pasar dibandingkan dengan perusahaan kecil, sehingga mengungkapkan informasi lebih banyak merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik (Marston dan Polei, 2004).
c) Perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar serta tingkat kompleksitas yang tinggi, sehingga investor akan membutuhkan informasi perusahaan yang lebih banyak untuk membuat suatu keputusan investasi yang lebih efektif (Marston dan Polei, 2004).
d) Perusahaan besar menunjukan beberapa hal yang membedakan mereka dari perusahaan kecil, antara lain perusahaan besar memiliki bermacam-macam produk, jalur distribusi dan struktur kepemilikan yang lebih kompleks. (Wicaksono, 2011).
(34)
Kondisi ini menuntut perusahaan besar untuk lebih banyak mengungkapkan informasi. Selain karena alasan-alasan yang telah tersebut diatas, perusahaan besar juga menanggung biaya agensi yang lebih besar sebagai akibat pemegang saham yang tersebar luas (Alsaeed, 2006). Oleh karena itu, pengungkapan informasi yang lebih luas dapat menurunkan biaya agensi yang terjadi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Marston (2003) yang menyatakan bahwa tingginya tingkat pengungkapan diperkirakan dapat menurunkan biaya agensi yang timbul akibat perbedaan kepentingan antara manajer, shareholders,
dan debt holders.
Dengan banyak dan luasnya informasi yang diungkapkan oleh perusahaan tersebut, tampilan grafik dapat digunakan sebagai media untuk mempermudah investor dalam menganalisa informasi perusahaan untuk membuat keputusan yang lebih efektif. Penelitian sebelumnya (Uyar, 2009; Uyar,2011) telah meneliti hubungan antara tingkat pengungkapan grafik dalam laporan tahunan dengan ukuran perusahaan dan menemukan hubungan yang positif signifikan. Uyar (2009) menjelaskan bahwa perusahaan dengan ukuran yang lebih besar, akan menggunakan lebih banyak grafik dalam pengungkapanya dalam laporan tahunan (annual report.)
2.1.4 Profitabilitas
Rasio profitabilitas menjadi bentuk penilaian terhadap kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan. Hal ini berarti bahwa rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan asset maupun modal
(35)
20
perusahaan (Sjahrial dan Purba, 2011:40). Singvi dan Desai (1971) dalam Subiyantoro (1997) menyatakan bahwa rentabilitas ekonomi dan profit margin yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih terinci, sebab mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan dan mendorong kompensasi terhadap manajemen. Penelitian yang dilakukan Marston (2003) mengungkapkan hal serupa, bahwa semakin tinggi profit yang dihasilkan suatu perusahaan, maka semakin lengkap informasi keuangan yang diungkapkan. Lebih lanjut, Marston dan Polei (2004) menekankan
bahwa untuk mendukung “good news”, perusahaan mengungkapkan informasi secara lebih luas dan terperinci untuk membedakanya dengan perusahaan lain. Adapun salah satu caranya adalah dengan menggunakan media grafik dalam
pengungkapan, sehingga sinyal “good news” tersebut lebih mudah ditemukan serta dipahami oleh pihak yang berkepentingan.
Dalam penelitianya yang meneliti hubungan antara tingkat pengungkapan grafik dalam laporan tahunan dengan profitabilitas, Uyar (2009) juga menyimpulkan bahwa semakin tinggi profit suatu perusahaan, akan menggunakan lebih banyak grafik sebagai media pengungkapan dalam laporan tahunan (annual
report). Hal tersebut dikarenakan, perusahaan dengan profit yang tinggi ingin
memberikan keyakinan kepada investor mengenai kondisi keuangan perusahaan yang baik.
2.1.5 Kualitas Audit
Meutia (2004) mendefinisikan audit sebagai suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para
(36)
pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan yang merupakan salah satu instrumen yang dibutuhkan oleh investor dalam proses pengambilan keputusan. Kualitas audit yang tinggi memungkinkan laporan keuangan relevan, netral dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga proses pengambilan keputusan yang dilakukan pemegang saham tepat sasaran dan tepat guna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kantor akuntan publik yang besar akan berusaha menyajikan kualitas audit yang besar pula dibandingkan dengan kantor akuntan publik yang kecil.
Kantor akuntan publik yang besar biasanya tersebar di seluruh dunia, sedangkan kantor akuntan publik kecil biasanya beroperasi secara domestik. Alsaeed (2006) menyatakan bahwa kantor akuntan publik yang besar akan lebih memperhatikan reputasi mereka sehingga mereka akan lebih bersedia untuk beroperasi dengan perusahaan-perusahaan yang mengungkapkan lebih banyak informasi dalam laporan keuangan yang mereka terbitkan. Malone et al., (1993) menambahkan bahwa kantor akuntan kecil lebih sensitif terhadap permintaan klien karena adanya konsekuensi ekonomi yang berhubungan dengan kehilangan klien, di sisi lain kantor akuntan besar memiliki insentif yang lebih baik atas permintaan pengungkapan yang merugikan dari klien.
Dengan kata lain perusahaan akan cenderung mengungkapkan informasi setransparan mungkin ketika menggunakan kantor akuntan publik besar guna menarik minat kreditur dan investor. Bila dikaitkan dengan tingkat penggunaan grafik sebagai media pengungkapan, penelitian yang dilakukan oleh Uyar (2011) memberikan suatu kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan
(37)
22
antara tingkat penggunaan grafik sebagai media pengungkapan dengan ukuran auditor atau besar ukuran kantor akuntan publik. Alasan akan hal ini adalah karena pengungkapan menggunakan media grafik merupakan salah satu bentuk transparansi.
2.1.6 Kepemilikan Publik
Saham suatu perusahaan dapat dimiliki oleh investor dalam maupun luar. Kepemilikan disperse (publik) merupakan kepemilikan saham tersebar yang dimiliki oleh investor individu. Investor individu meliputi investor diluar manajemen, selain pemerintah, institusi, dan kalangan keluarga (Alsaeed, 2006). Perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh publik diduga akan memberikan pengungkapan lebih luas dibanding dengan perusahaan yang sahamnya tidak dimiliki oleh publik. Raffournier (1995) dalam Uyar (2011) berargumen bahwa hubungan agensi memainkan peranan utama dalam kebijakan pengungkapan perusahaan, karena laporan tahunan dapat digunakan untuk menurunkan biaya agensi. Raffournier menyatakan bahwa manajer suatu perusahaan dengan tingkat kepemilikan disperse (publik) atau tingkat kepemilikan tersebar memiliki insentif untuk lebih detail dalam mengungkapkan informasi guna membantu shareholders dalam memonitoring perilaku manajemen. Naim dan Rakhman (2000) menambahkan bahwa adanya perbedaan dalam proporsi saham yang dimiliki oleh investor luar dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan perusahaan. Hal ini disebabkan karena semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, semakin banyak juga detail-detail
(38)
butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan demikian pengungkapan perusahaan semakin lengkap (Simanjuntak dan Widiastuti, 2004).
Informasi-informasi yang disampaikan manajemen tersebut digunakan oleh para investor untuk menganalisis kinerja manajemen dan kinerja perusahaan di masa yang akan datang untuk mengurangi resiko investasi. Demi memudahkan investor menganalisis data ataupun informasi perusahaan yang begitu banyak, penggunaan grafik sebagai media pengungkapan menjadi salah satu alternatif yang cukup efektif. Pasalnya melalui tampilan grafik dapat menghemat waktu ketika menganalisa data, membuka fakta yang sebelumnya tersembunyi, serta dapat menjembatani perbedaan yang ada baik bahasa, latar belakang, maupun budaya (Holmes, 1984 dalam Mather, 1996). Tak sebatas itu saja, grafik dapat menonjolkan trends serta membantu meringkas presentasi informasi yang disajikan sehingga dengan adanya penggunaan grafik sebagai media dalam menyampaikan informasi perusahaan dapat membantu dalam membuat keputusan yang efektif dan efisien (Johnson, Rice, dan Roemminch, 1980 dalam Mather, 1996).
2.2 Penelitian Terdahulu
Pengungkapan sukarela berbasis grafik (graphical voluntary disclosure) menjadi issue yang menarik untuk dikaji. Di Indonesia sendiri penelitian yang menganalisis mengenai pengungkapan sukarela berbasis grafik (graphical
voluntary disclosure) masih jarang ditemui. Berikut beberapa penelitian terdahulu
yang terkait dengan pengungkapan sukarela berbasis grafik (graphical voluntary disclosure) :
(39)
24
Mather (1996) melakukan penelitian dalam laporan tahunan (annual
report) pada 150 perusahaan terbaik yang terdaftar dalam Australian Stock
Exchange serta 44 prusahaan non-profit pada tahun 1991-1992. Dengan tujuan untuk menguji secara empiris pengaruh keputusan perusahaan menggunakan grafik dan variabel yang digambarkan ke dalam grafik terhadap performa perusahaan yang diukur dari perubahan profit before tax. Selain itu penelitian yang dilakukan Mather ini juga bertujuan untuk menguji tingkat distorsi dengan performa perusahaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara penggunaan grafik dengan performa perusahaan yang diukur dari perubahan profit before tax. Namun, terdapat hubungan positif yang signifikan antara penggunaan grafik terhadap performa perusahaan pada perusahaan yang lebih kecil. Sedangkan untuk tingkat distorsi juga tidak terdapat hubungan signifikan terhadap performa perusahaan.
Uyar (2009) melakukan penelitian mengenai tingkat penggunaan grafik dan mengukur tingkat distorsi dalam laporan tahunan (annual report) pada 100 perusahaan di Turki untuk dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dari berbagai negara. Dalam penelitian ini Uyar juga menguji hubungan antara tingkat penggunaan grafik dengan berbagai variabel, diantaranya
open-to-public ratio, performa perusahaan, ukuran perusahaan, dan profitabilitas.
Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya hubungan positif signifikan antara pengungkapan grafik dengan variabel ukuran perusahaan dan profitabilitas.
Uyar (2011) kembali melakukan penelitian yang mengkaji tingkat penggunaan grafik. Namun dalam penelitian kali ini, Uyar tidak bertujuan untuk
(40)
membandingkan tingkat penggunaan grafik serta tingkat distorsi dengan berbagai negara sepeti yang dilakukanya pada penelitian sebelumnya tahun 2009. Tujuan dari penelitianya ini adalah untuk menganalisa hubungan antara karakteristik perusahaan yang terdiri dari ukuran auditor, profitabilitas, ukuran perusahaan, serta struktur kepemilikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela grafik (voluntary disclosure of graph). Penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan positif antara variabel ukuran auditor, dan variabel ukuran perusahaan. Sedangkan untuk variabel profitabilitas serta variabel struktur kepemilikan tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan tingkat pengungkapan sukarela grafik (voluntary disclosure of graph).
Warganegara et al., (2013) melakukan penelitian menggunakan 74 IPO prospektus Indonesia pada tahun 2005-2009. Dalam penelitian ini, Warganegara menganalisa pengaruh penggunaan grafik terhadap performa perusahaan, serta pengaruh distorsi terhadap performa perusahaan. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara penggunaan grafik terhadap performa perusahaan yang diukur dari perubahan net income, namun hasil penelitian justru menunjukan bahwa manajer perusahaan IPO Indonesia menggunakan grafik untuk melebih-lebihkan performanya, yakni ketika performa perusahaan baik yang ditunjukan dengan peningkatan net income, dengan menggunakan grafik akan tampak semakin baik, sedangkan ketika performa perusahaan buruk yang ditunjukan dengan penurunan net income, dengan menggunakan grafik akan tampak tidak terlalu buruk.
(41)
26
Ringkasan dari penjelasan beberapa penelitian terdahulu diatas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
Nama
(Tahun) Judul Variabel Hasil Penelitian
Mather et al., (1996)
The Use and Representational Faithfulness of Graphs in Annual Reports : Australian Evidence
Pengungkapan grafik, distorsi grafik, performa perusahaan.
Tidak terdapat hubungan
signifikan antara pengungkapan grafik dengan performa
perusahaan yang diukur dari perubahan profit before tax, namun terdapat hubungan positif signifikan antara grafik dengan performa perusahaan yang lebih kecil.
Sedangkan distorsi grafik tidak
berpengaruh
signifikan terhadap performa
perusahaan. Uyar
(2009)
An Analysis of Graphic Disclosure in Annual Reports : The Case of Turkey
Pengungkapan grafik, open-to-public ratio, performa
perusahaan, ukuran perusahaan,
profitabilitas.
Terdapat hubungan positif signifikan antara ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap grafik, sedangkan open-to-public ratio dan performa
perusahaan tidak memiliki hubungan signifikan dengan grafik.
(42)
Uyar (2011)
Firm Characteristics and Voluntary Disclosure of Graphs in Annual Reports of Turkish Listed Companies
Pengungkapan grafik, ukuran auditor,
profitabilitas, ukuran perusahaan, struktur kepemilikan.
Terdapat hubungan positif signifikan variabel ukuran auditor dan variabel ukuran perusahaan terhadap grafik, sedangkan variabel profitabilitas dan struktur
kepemilikian tidak memiliki hubungan signifikan dengan grafik.
Warganegara (2013)
The Incidence & Quality of Financial Graphics in
Indonesian IPO Prospectus
Pengungkapan grafik, distorsi grafik, performa perusahaan.
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara grafik dengan performa
perusahaan yang diukur dari perubahan net income, namun dalam penelitian ini ditemukan bahwa grafik digunakan untuk melebih-lebihkan performa..
2.3 Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, kualitas audit, dan kepemilikan publik sebagai variabel independen. Sedangkan pengungkapan sukarela berbasis grafik (graphical voluntary disclosure) sebagai variabel dependen.
Pengungkapan sukarela berbasis grafik (graphical voluntary disclosure) merupakan suatu format alternatif yang baik dalam menampilkan informasi keuangan (Beattie & Jones, 2001). Pasalnya melalui tampilan grafik dapat
(43)
28
menghemat waktu ketika menganalisa data, membuka fakta yang sebelumnya tersembunyi, serta dapat menjembatani perbedaan yang ada baik bahasa, latar belakang, maupun budaya (Holmes, 1984 dalam Mather, 1996). Sehingga melalui grafik ini dapat membantu investor dalam melakukan pengambilan keputusan.
Ukuran perusahaan sebagai faktor pertama yang mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela berbasis grafik, dimana perusahaan besar dianggap mengungkapkan informasi yang lebih luas guna menurunkan biaya agensi yang terjadi akibat konflik kepentingan antara shareholders, manajer, dan debt holders (Marston, 2003). Sedangkan faktor kedua yang mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela berbasis grafik adalah profitabilitas karena perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi mengungkapkan informasi yang lebih luas dan
memberi sinyal “good performance” untuk meningkatkan kepercayaan
shareholders (Alkhatib, 2014).
Selain profitabilitas, kualitas audit juga merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela berbasis grafik. Indikator kualitas audit dimiliki oleh kantor akuntan publik besar, karena kantor akuntan publik besar akan lebih memperhatikan reputasi mereka sehingga mereka akan lebih bersedia untuk beroperasi dengan perusahaan-perusahaan yang mengungkapkan lebih banyak informasi (Alsaeed, 2006).
Faktor keempat yang mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela berbasis grafik adalah kepemilikan publik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Malone et al., (1993) yang menyatakan bahwa ketika jumlah shareholders meningkat, maka akan terjadi peningkatan pengungkapan informasi keuangan.
(44)
Sehingga dengan semakin luasnya informasi yang diungkapkan maka akan semakin kompleks dan rumit dalam memahami informasi tersebut. Pengungkapan grafik hadir sebagai alternatif yang menjembatani masalah tersebut.
Berdasarkan landasan teori, maka disusun kerangka teoritis sebagai berikut :
Gambar 2. 1
Skema Kerangka Pemikiran
((+ (+)
(+)
(+)
(+)
2.1 Hipotesis
2.4 Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan Sukarela Berbasis Grafik (Graphical Voluntary Disclosure)
Perusahaan besar lebih diawasi atau disorot secara ketat oleh pemerintah, serta badan regulator yang lain. Sehingga pengungkapan-pengungkapan yang lebih baik akan mengurangi tekanan dari pemerintah maupun regulator (Wallace et al., 1994). Selain itu Perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar serta
Variabel Independen
Variabel Dependen Pengungkapan Sukarela Berbasis Grafik (Graphical
Voluntary Disclosure) Ukuran Perusahaan
Profitabilitas Kualitas Audit Kepemilikan Publik
(45)
30
tingkat kompleksitas yang tinggi, sehingga investor akan membutuhkan informasi perusahaan yang lebih banyak untuk membuat suatu keputusan investasi yang lebih efektif (Marston dan Polei, 2004). Dengan demikian, apabila ukuran perusahaan yang semakin besar akan memiliki sistem informasi manajemen yang lengkap dan kompleks, maka perusahaan tersebut harus dapat menyediakan informasi yang lebih baik, termasuk dengan cara menggunakan media grafik sebagai sarana untuk mempermudah pengguna informasi dalam memahami informasi yang disampaikan manajemen.
Marston (2003) mengklaim bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan, maka akan menurunkan biaya agensi (agency cost). Hal tersebut dikarenakan
keberadaan pemegang saham yang tersebar luas, sehingga perusahaan dituntut untuk menyampaikan informasi yang lebih luas yang kemudian perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak serta menggunakan media grafik dalam melakukan pengungkapan sebagai upaya mengurangi biaya keagenan tersebut. Di samping itu, pada perusahaan yang berukuran besar akan memiliki standar kinerja yang lebih tinggi dan kinerjanya akan dilaporkan pada para stakeholder perusahaan sehingga perusahaan besar akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan informasi yang diinginkan para stakeholder untuk mengevalusi kinerjanya.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela berbasis grafik (graphical voluntary disclosure).
(46)
2.4.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Sukarela Berbasis Grafik (Graphical Voluntary Disclosure)
Profitabilitas digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan secara keseluruhan, dan ditunjukan dengan besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Profitabilitas yang tinggi akan mendorong manajemen untuk mengungkapkan informasi yang lebih luas, karena akan memberi kesan yang positif atas kinerjanya (Simanjuntak dan Widiastuti, 2004). Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Singvi dan Desai (1971) dalam Subiyantoro (1997) menyatakan bahwa rentabilitas ekonomi dan profit margin yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih terinci, sebab mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan dan mendorong kompensasi terhadap manajemen.
Perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan menarik perhatian investor dengan pelaporan kegiatan perusahaan yang lebih lengkap dan luas. Disamping itu, perusahaan yang memiliki kinerja bagus termasuk kinerja keuangan akan berusaha menyebarluaskan reputasi baik perusahaan, salah satunya melalui media grafik dalam pengungkapan sehingga informasi yang disampaikan akan lebih cepat diketahui,diterima dan dipahami. Dengan kata lain, perusahaan yang menghasilkan laba cenderung melakukan pengungkapan yang lebih lengkap karena manajemen ingin meyakinkan bahwa perusahaan dalam posisi keuangan yang kuat dan menunjukkan kinerja perusahaan yang bagus (Tristanti, 2012). Di sisi lain, Marston (2003) mengklaim bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan, maka akan menurunkan biaya agensi (agency cost). Maka dapat dikatakan bahwa
(47)
32
pengungkapan informasi yang luas sebagai bentuk transparansi yang bermanfaat dalam mengurangi asimetri informasi antara prinsipal dan agen, sehingga dengan menurunya asimetri informasi yang terjadi akan menurunkan biaya agensi (agency
cost).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H2 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela berbasis grafik (graphical voluntary disclosure).
2.4.2 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Pengungkapan Sukarela Berbasis Grafik (Graphical Voluntary Disclosure)
Dalam menangani masalah-masalah karena perbedaan tujuan, yaitu asimetri informasi antara pihak prinsipal dan agen. Maka prinsipal merancang sistem pengendalian untuk memantau tindakan apa saja yang dilakukan oleh agen dan juga menghalangi tindakan yang meningkatkan kekayaan agen dengan mengorbankan kepentingan prinsipal (Govindarajan, 2002). Adapun bentuk pemantauan yang dilakukan prinsipal adalah menggunakan auditor untuk melakukan audit dan memberi keyakinan atas keandalan pelaporan yang dilakukan oleh agen. Melalui pendapat yang dikeluarkan auditor, agen dapat membuktikan bahwa agen telah melakukan tugas serta kewajibanya dengan baik tanpa adanya kecurangan.
Dengan menggunakan jasa auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik yang besar, maka kualitas audit dan kredibilitas pelaporan tersebut tidak
(48)
diragukan lagi. Karena kantor akuntan publik yang kecil lebih sensitif terhaap permintaan klien akibat adanya konsekuensi ekonomi yang berhubungan dengan kehilangan klien,sedangkan kantor akuntan besar memiliki insentif yang lebih baik atas permintaan pengungkapan yang merugikan dari klien. Dengan kata lain perusahaan akan cenderung mengungkapkan informasi setransparan mungkin ketika menggunakan kantor akuntan publik besar.
Berkaitan dengan penggunaan grafik sebagai media pengungkapan, melalui opini kredibel yang diberikan auditor akan mendukung keefisienan dalam penggunaan laporan perusahaan. Adapun alasan atas pernyataan tersebut adalah, grafik membantu pemahaman dengan menggarisbawahi poin serta trend sehingga pengguna tidak perlu lagi membaca satu per satu narasi panjang dalam pelaporan perusahaan. Apabila pengungkapan grafik didasari keandalan data dan informasi yang dibuktikan melalui opini unqualified (wajar tanpa pengecualian), maka analisa serta pengambilan keputusan yang dilakukan pembaca menjadi efisien karena data yang disampaikan sesuai dengan fakta dan dalam melakukan analisa serta pengambilan keputusan tidak memerlukan waktu yang lama seperti apabila menggunakan tabel dan narasi yang panjang serta bertele-tele.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H3 : Kualitas Audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela berbasis grafik (graphical voluntary disclosure).
(49)
34
2.4.4 Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap Pengungkapan Sukarela Berbasis Grafik (Graphical Voluntary Disclosure)
Saham suatu perusahaan dapat dimiliki oleh investor dalam maupun luar. Proporsi kepemilikan saham publik (disperse) mewakili persentase saham yang dimiliki oleh publik atau masyarakat. Dalam teori agensi, dinyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat kepemilikan dispersi yang tinggi akan melakukan pengungkapan yang tinggi pula guna mengurangi biaya agensi yang terjadi. Hal ini terjadi karena dengan adanya kepemilikan dispersi, pemilik akan meminta
pengungkapan lebih untuk mengawasi perilaku oportunistik manajemenm
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki kepemilikan terkonsentrasi (Alsaeed, 2006). Selain itu, Semakin banyak saham yang dimiliki oleh publik, maka semakin besar tekanan yang dihadapi perusahaan untuk mengungkapkan informasi secara lebih banyak dalam laporan tahunannya. Semakin besar persentase saham yang dilepas perusahaan kepada publik, semakin besar pula kontrol publik terhadap kebijakan perusahaan. Sehingga publik/masyarakat memerlukan pengungkapan informasi lebih banyak dari perusahaan yang bersangkutan untuk memantau perkembangan yang ada (Tristanti, 2012).
Dengan semakin banyaknya saham yang dimiliki oleh publik maka akan semakin banyak dan beragam pula latar belakang (pendidikan, usia, budaya, dsb) pengguna laporan perusahaan. Penggunaan grafik sebagai media dalam pelaporan dapat menjadi suatu alternatif untuk mengatasi perbedaan latar belakang tersebut, karena dengan menggunakan grafik, data atau informasi yang disampaikan akan tetap dengan mudah dapat dipahami tanpa harus dihalangi oleh berbagai latar
(50)
belakang. Hal tersebut sesuai dengan penyataan Warganegara (2013) yang menjelaskan bahwa tampilan grafik dalam laporan tahunan dapat digunakan oleh pihak perusahaan (manajemen) sebagai alternatif dalam mengkomunikasikan informasi yang lebih efektif kepada pengguna laporan, karena grafik menawarkan “universal language” yang berguna untuk menjembatani bahasa, pendidikan, serta batasan budaya.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H4 : Kepemilikan publik berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela berbasis grafik (graphical voluntary disclosure).
(51)
36
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai (Sekaran, 2001). Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).
3.1.1 Variabel Terikat (Dependen)
Variabel dependen dari penelitian ini adalah pengungkapan sukarela berbasis grafik (graphical voluntary disclosure). Pengungkapan sukarela berbasis grafik ini diukur dengan tingkat pengungkapan grafik dalam laporan tahunan perusahaan (corporate annual report) dengan menghitung total grafik yang diungkapan oleh perusahaan dalam laporan tahunan (annual report) (Uyar, 2011).
3.1.2Variabel Bebas (Independen) 3.1.2.1 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya suatu perusahaan. Perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar dan tingkat kompleksitas yang tinggi, sehinggan investor akan membutuhkan informasi perusahaan yang lebih banyak untuk membuat keputusan investasi yang lebih efektif (Marston dan Polei, 2004).
Dalam penelitian ini, variabel ukuran perusahaan akan diukur dengan menggunakan total asset (Uyar, 2011). Total asset yang diperoleh terdapat di
(52)
dalam laporan tahunan perusahaan. Ukuran perusahaan yang diukur dari total asset akan ditransformasikan dalam bentuk logaritma dengan tujuan untuk menyamakan dengan variabel lain, karena nilai total asset relatif lebih besar bila dibandingkan dengan variabel-variabel lain dalam penelitian ini.
3.1.2.2 Profitabilitas
Rasio Profitabilitas menunjukkan keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan perusahaan, sehingga rasio profitabilitas dapat mempengaruhi luas pengungkapan informasi perusahaan. Dengan tingginya luas pengungkapan yang dilakukan perusahaan, maka probabilitas penggunaan grafik sebagai media pengungkapan akan semakin tinggi. Penelitian yang dilakukan Uyar (2011) menggunakan rasio ROA (return on asset). Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan ROA yang membandingkan laba bersih dengan total asset.
3.1.2.3 Kualitas Audit
Kualitas audit dalam penelitian ini merupakan besar kecilnya kantor akuntan publik, dimana kantor akuntan publik yang besar akan menyajikan kualitas audit yang besar pula. Ukuran kantor akuntan publik dibagi menjadi dua yaitu kantor akuntan publik besar (big4) dan kantor akuntan publik kecil (non-big4) (Uyar, 2011). Variabel kualitas audit ini diukur dengan menggunakan variabel dummy dengan memberikan bobot 1 untuk kantor akuntan publik big4, dan bobot 0 untuk
(53)
38
kantor akuntan publik non-big4. Adapun kantor akuntan publik yang termasuk big4 di Indonesia :
Tabel 3. 1
KAP Big4 dan Afiliasinya di Indonesia tahun 2012/2013
BIG-FOUR AFILIASI DI INDONESIA PricewaterhouseCoopers (PWC) KAP Tanudireja, Wibisana & Rekan
Deloitte Touche Tohmatsu KAP Osman Bing Satrio & Rekan Ernst and Young KAP Purwantono, Suherman & Surja Klynveld Peat Marwick Goerdeler
(KPMG)
KAP Sidharta dan Widjaja Sumber : Komisi Pengawas Persaingan Usaha Indonesia dalam Saksakotama (2014)
3.1.2.4 Kepemilikan Publik
Proporsi kepemilikan saham publik (disperse) merupakan besarnya saham perusahaan yang dimilki oleh publik/masyarakat. Dalam penelitian yang dilakukan Uyar (2011) struktur kepemilikan diukur dengan prosentase saham yang dimiliki oleh publik. Pengukuran struktur kepemilikan dalam penelitian ini menggunakan pengukuran yang digunakan dalam penelitian Uyar (2011) yakni prosentase saham yang dimiliki publik dengan cara membagi jumlah saham yang dimiliki oleh publik dengan jumlah saham perusahaan yang beredar.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011-2013. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan pertimbangan tertentu dimana syarat yang dibuat
(54)
sebagai kriteria harus dipenuhi oleh sampel dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang relevan. Adapun dengan kriteria sebagai berikut dalam melakukan
purposive sampling :
1)Perusahaan yang termasuk ke dalam daftar Kompas 100 periode Agustus-Januari selama tahun 2011-2013.
2)Perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan (annual report) pada tahun 2011-2013.
3)Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian yaitu 2011-2013.
4)Perusahaan yang mempublikasikan laporan tahunan (annual report) dalam IDX pada periode 2011-2013.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Pada penelitian ini menggunakan jenis data yang merupakan data kuantitatif. Sumber data yang diperoleh merupakan jenis data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga atau instansi mengenai pengambilan data yang akan diolah dan keterangan tambahan mengenai data penelitian melalui studi kepustakaan yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian. Data yang digunakan berupa laporan tahunan (annual report) perusahaan yang termasuk dalam Kompas100 periode Agustus-Januari yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2013.
(55)
40
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :
1) Metode dokumentasi yang merupakan pengumpulan, pencatatan dan
pengkajian terhadap data mengenai laporan tahunan (annual report) perusahaan yang termasuk dalam Kompas 100 periode Agustus-Januari yang terdaftar di BEI pada periode 2011-2013 dan diperoleh dari IDX.
2) Studi pustaka, yaitu pengambilan data sebagai landasan teori serta penelitian terdahulu yang didapat dari dokumen, buku, artikel serta sumber tertulis lainnya yang terkait dengan topik penelitian.
3.5 Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data kuantitatif yang dinyatakan dengan angka-angka dan perhitunganya menggunakan metode statistik yang dibantu dengan program SPSS.
3.5.1 Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maximum, dan nilai minimum
(Ghozali,2011). Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai variabel tingkat pengungkapan sukarela berbasis grafik (graphical voluntary
disclosure), ukuran perusahaan, profitabilitas, kualitas audit, serta kepemilikan
(56)
3.5.2 Uji Asumsi Klasik 3.5.2.1 Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2011), Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik merupakan salah satu cara termudah untuk melihat normalitas distribusi yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal. Jika titik distribusi kumulatif menyebar disekitar garis diagonal maka data tersebut berdistribusi normal.
Sedangkan uji normalitas lainnya yaitu dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov untuk mengetahui signifikansi data yang terdistribusi normal secara statistik. Pengujian ini didasari pedoman sebagai berikut :
a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 ; maka data berdistribusi normal.
b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 ; maka data tidak berdistribusi normal
3.5.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2011). Uji multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor
(1)
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :
1) Metode dokumentasi yang merupakan pengumpulan, pencatatan dan pengkajian terhadap data mengenai laporan tahunan (annual report) perusahaan yang termasuk dalam Kompas 100 periode Agustus-Januari yang terdaftar di BEI pada periode 2011-2013 dan diperoleh dari IDX. 2) Studi pustaka, yaitu pengambilan data sebagai landasan teori serta penelitian
terdahulu yang didapat dari dokumen, buku, artikel serta sumber tertulis lainnya yang terkait dengan topik penelitian.
3.5 Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data kuantitatif yang dinyatakan dengan angka-angka dan perhitunganya menggunakan metode statistik yang dibantu dengan program SPSS.
3.5.1 Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maximum, dan nilai minimum (Ghozali,2011). Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai variabel tingkat pengungkapan sukarela berbasis grafik (graphical voluntary disclosure), ukuran perusahaan, profitabilitas, kualitas audit, serta kepemilikan publik.
(2)
3.5.2 Uji Asumsi Klasik 3.5.2.1 Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2011), Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik merupakan salah satu cara termudah untuk melihat normalitas distribusi yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal. Jika titik distribusi kumulatif menyebar disekitar garis diagonal maka data tersebut berdistribusi normal.
Sedangkan uji normalitas lainnya yaitu dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov untuk mengetahui signifikansi data yang terdistribusi normal secara statistik. Pengujian ini didasari pedoman sebagai berikut :
a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 ; maka data berdistribusi normal.
b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 ; maka data tidak berdistribusi normal
3.5.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2011). Uji multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang
(3)
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/ Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Selain itu peneliti harus menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolonieritas 0,95 (Ghozali, 2011).
3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Akan tetapi, jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol (0) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).
(4)
3.5.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pengujian ini dapat menggunakan uji Durbin-Watson untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi (Ghozali, 2011).
Dalam pengujian Durbin-Watson untuk memberikan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi peneliti harus memperhatikan sebagai berikut :
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi
positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi
positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada autokorelasi
negatif Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada autokorelasi
negatif No decision 4 –du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada autokorelasi,
positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4 – du
3.5.3 Uji Hipotesis
3.5.3.1 Uji Regresi Berganda
Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan regresi berganda untuk menguji pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Regresi berganda untuk menguji pengaruh lebih dari satu variabel bebas terhadap satu variabel
(5)
terikat (Ghozali, 2011). Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan SPSS.
Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
GRAPHDISCL = β0 + β1SIZE+ β2PROFIT + β3AQ + β4OWN + e Keterangan :
GRAPHDISCL : Pengungkapan sukarela berbasis grafik (graphical voluntary disclosure)
β0 : Konstanta
β1,β2,β3,β4,β5 : Koefisien regresi
SIZE : Ukuran Perusahaan PROFIT : Profitabilitas
AQ : Kualitas Audit, variabel ini menggunakan variabel dummy dan diberi nilai 1 jika KAP Big4 dan nilai 0 untuk KAP non-Big4
OWN : Kepemilikan Publik
3.5.3.2 Uji Koefisien Determinasi (R²)
Menurut Ghozali (2011), koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
(6)
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
3.5.3.3 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Menurut Ghozali (2011), uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Dengan tingkat sigfnifikansi sebesar 5%, maka kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :
1. Bila signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara semua variabel independen terhadap variabel dependen. 2. Apabila nilai signifikansi > 0,05, maka H0 diterima, artinya seluruh
variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
3.5.3.4 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Menurut Ghozali (2011), uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara parsial variabel independen berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikan uji t > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan sedangkan jika nilai signifikan uji t < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan secara individual masing-masing variabel.