Jenis-Jenis Bakteri Potensial Patogen pada Ikan Patin (Pangasius sp) di Kolam Budidaya Ikan Air Tawar Kota Beling Tanah Air Kecamatan Tanjung Anom Provinsi Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Patin (Pangasius sp)
Ikan patin dulunya adalah nama lokal untuk ikan asli Indonesia yang
memiliki nama ilmiah Pangasius pangasius. Namun, saat ini nama patin secara
umum dipakai untuk memberi nama sebagian besar ikan keluarga Pangasidae.
Untuk Pangasius sutchi diberi nama patin siam dan untuk Pangasius djambal
diberi nama patin djambal. Bleeker (1846) mengklasifiksikan ikan patin djambal
sebagai berikut :
Kingdom

: Animal

Filum

: Chordata

Kelas

: Osteichthyes


Ordo

: Siluriformes

Famili

: Pangasiidae

Genus

: Pangasius

Spesies

: Pangasius sp
3

2

5


8

1
4

7

9

6
Gambar 2. Anatomi Ikan Patin (Pangasius sp) (Hamilton, 1982)
Keterangan gambar : 1. Mulut; 2. Mata; 3. Sirip dada; 4. Patil; 5. Sirip Punggung;
6. Sirip perut; 7. Sirip anal; 8. Gurat sisi; 9. Sirip ekor

Universitas Sumatera Utara

Ikan Patin mempunyai bentuk tubuh memanjang, berwarna putih perak
dengan punggung berwarna kebiruan. Ikan patin tidak memiliki sisik, kepala patin
relative kecil dengan mulut terletak diujung kepala agak ke bawah. Hal ini

merupakan cirri khas golongan catfish. Panjang tubuhnya dapat mrncapai 120 cm.
sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba.
Sirip punggung memiliki sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang
besar dan bergerigi pada bagian belakang, sedangkan jari-jari lunak pada sirip
punggungnya terdapat 6-7 buah (Kordi, 2005).
Ikan patin merupakan ikan berkumis yang hidup di air tawar dan terdapat
di seluruh Asia Selatan serta Asia Tenggara. Mempunyai ciri kulit halus, memiliki
dua pasang sungut yang relatif pendek, jari-jari sirip punggung dan sirip dada
sempurna dengan tujuh jari-jari bercabang, sirip dubur panjang dan bersambung
dengan sirip ekor (Rahmawati, 2013).
Sirip ekor berbentuk cagak dan bentuknya simetris. Sirip duburnya yang
panjang terdiri dari 30-33 jari-jari lunak. Sirip perutnya memiliki 8-9 jari-jari
lunak, sirip punggung (dorsal) mempunyai jari-jari keras yang berubah menjadi
patil bergerigi disebelah belakangnya. Jari-jari lunak sirip punggung berjumlah 78 buah (Pramudiyas, 2014).

Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Patin
Ikan patin banyak dijumpai pada habitat atau lingkungan hidup berupa
perairan air tawar, yakni diwaduk, sungai-sungai besar dan muara-muara sungai.
Patin dikenal sebagai hewan yang bersifat nocturnal, yakni melakukan aktivitas
atau yang aktif pada malam hari. Ikan ini suka bersembunyi di liang-liang tepi


Universitas Sumatera Utara

sungai. Benih patin di alam biasanya bergerombol dan sesekali muncul di
permukaan air untuk mengirup oksigen langsung dari udara pada menjelang fajar.
Untuk budidaya ikan patin, media atau lingkungan yang dibutuhkan tidaklah
rumit, karena patin termasuk golongan ikan yang mampu bertahan pada
lingkungan yang jelek (Kordi, 2005).

Kebiasaan Makan Ikan Patin
Ikan patin mempunyai kebiasaan makan didasar perairan atau kolam
(bottom feeder). Berdasarkan jenis pakannya, patin digolongkan sebagai ikan yang
bersifat omnivora (pemakan segala). Namun, pada fase larva, ikan patin
cenderung bersifat carnivora. Pada saat larva, patin bersifat canibalisme yaitu
memiliki sifat yang suka memangsa jenisnya sendiri. Jika kekurangan pakan,
larva patin tidak segan-segan memangsa kawannya sendiri. Oleh karena itu, ketika
masih dalam tahap larva, pemberian pakan tidak boleh terlambat (Kustiyawati,
2016).
Menurut Djariah (2001), ikan patin membutuhkan sumber energi yang
berasal dari makanan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Patin

merupakan ikan pemakan segala (omnivore), tetapi cenderung kea rah karnivora.
Dialam makanan utama ikan patin berupa udang renik (crustacea), insecta dan
molusca. Sementara makanan pelengkap ikan patin berupa rotifer, ikan kecil dan
daun-daunan yang ada di perairan. Ikan patin juga sangat tanggap terhadap pada
pakan buatan (Pramudiyas, 2014).
Patin merupakan ikan pemakan segala (omnivora), tetapi cenderung ke
arah karnivora. Makanan utama ikan patin di alam berupa udang renik

Universitas Sumatera Utara

(crustacea), insecta dan molusca. Sementara makanan pelengkap ikan patin
berupa rotifera, ikan kecil dan daun-daunan yang ada di perairan Malam hari ia
akan keluar dari lubangnya dan mencari makanan renik yang terdiri atas cacing,
serangga, udang sungai, jenis–jenis siput dan biji–bijian. Dari sifat makannya ikan
ini juga tergolong ikan yang sangat rakus karena jumlah makannya yang besar.
Sedangkan untuk larva ikan patin yang dipelihara pada kolam-kolam maupun
akuarium dapat diberikan makanan alami seperti artemia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya (Handayani, 2012).

Hama dan Penyakit Ikan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang
Karantina Ikan, Hama dan Penyakit Ikan (HPI) adalah semua mikro organisme
yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menginfeksi tubuh ikan
sekaligus dapat menimbulkan gangguan kehidupan ikan normal sampai dapat
mengakibatkan kematian. Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) adalah
semua hama dan penyakit ikan yang belum terdapat dan/atau telah terdapat hanya
di area tertentu di wilayah negara Republik Indonesia yang dalam waktu relatif
cepat dapat mewabah dan merugikan sosio ekonomi atau yang membahayakan
kesehatan masyarakat. Hama dan Penyakit Ikan Golongan I adalah semua hama
dan penyakit ikan karantina yang tidak dapat di suci hamakan dan/atau
disembuhkan dari media pembawa karena teknologi perlakuan belum dikuasai.
Hama dan Penyakit Ikan Karantina Golongan II adalah semua hama dan penyakit
ikan karantina yang dapat disucihamakan dan/atau disembuhkan dari media
pembawa karena teknologi pelaksanaannya sudah dikuasai.

Universitas Sumatera Utara

Penyakit ikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat
menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh atau sebagian
alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada prinsipnya penyakit

yang menyerang ikan tidak datang begitu sajamelainkan melalui proses hubungan
antara tiga faktor kondisi, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi
inang (ikan) dan adanya jasad patogen (jasad penyakit). Dengan demikian,
timbulnya serangan penyakit itu merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara
lingkungan, ikan dan jasad renik/organisme penyakit (Kordi, 2004).
Penyakit utama ikan adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
maupun viral. Penyakit viral yang terutama bersumber dari infeksi vertikal dari
induk. Kemungkinan lain infeksi berasal dari infeksi horizontal melalui air, pakan,
dan dari sistem aerasi serta tidak kalah penting adalah kontaminasi dari manusia.
Lingkungan yang baik akan meningkatkan daya tahan ikan, sedangkan lingkungan
yang kurang baik akan menyebabkan ikan mudah stress dan menurunkan daya
tahan tubuh terhadap serangan patogen (Sarjito dkk., 2013).
Penyebab penyakit dari internal dan eksternal menurut Yuasa dkk ( 2003)
adalah sebagai berikut:
1. Penyebab internal meliputi genetik, sekresi internal, imunodefisiensi, saraf dan
metabolisme
2. Penyebab eksternal meliputi :
- Non Patogen:
a. Penyakit Lingkungan, disebabkan suhu dan kualitas air lainnya (pH, kelarutan
gas, zat beracun)

b. Penyakit nutrisi, disebabkan kekurangan nutrisi, gejala keracunan dalam pakan

Universitas Sumatera Utara

- Patogen terdiri dari parasit, jamur, bakteri dan virus.
Menurut Kordi (2004) sumber dan jenis penyakit adalah sebagai berikut :
1. Jasad patogen
Organisme patogen dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu
patogen asli (true patoge) dan patogen potensial. Jasad patogen yang dikenal
dengan menyerang ikan-ikan budidaya, baik ikan air tawar maupun iksn sir laut,
antara lain virus, parasit, bakteri dan jamur.
2. Hama
Hama adalah organisme yang mampu menimbulkan gangguan terhadap
ikan budidaya. Hama dapat menyebabkan terjadinya serangan penyakit, baik
langsung maupun tidak langsung. Hama menyebabkan serangan penyakit
langsung misalnya dengan melukai ikan, karena ikan yang terluka dengan mudah
diserang bakteri, parasit dan jamur.
3. Lingkungan
Lingkungan air tidak hanya merupakan habitat ikan, tetapi juga merupakan
habitat makhluk hidup maupun tempat makhluk tak hidup, termasuk didalamnya

bakteri, virus, parasit dan jamur. Kualitas air merupakan salah satu penyebab
terjadinya serangan penyakit. Misalnya, meningkatnya suhu secara mendadak
membuat ikan stress. Sebagai habitat hidup, lingkungan air adalah sumber
penyakit karena menyimpan jasad patogen. Dan bila parameter-parameternya
mengalami perubahan maka air menjadi penyebab penyakit.

Universitas Sumatera Utara

Bagian Tubuh Ikan yang Diserang Penyakit
Penyakit ikan akibat serangan bakteri patogen merupakan masalah serius
bagi petani ikan karena dapat menimbulkan kematian dalam jumlah yang cukup
besar, sehingga merugikan petani ikan baik secara ekonomi maupun secara sosial.
Bakteri patogen yang menyerang ikan juga dapat menurunkan mutu daging dari
ikan yang terinfeksi akibat adanya borok, luka, dan ulcer yang dapat
menyebabkan

masyarakat

tidak


mau

untuk

mengkonsumsinya

(Syawal dkk., 2016).
Berdasarkan daerah penyerangan penyakit pada tubuh ikan, terutama
penyakit infeksi, dibagi menjaadi 3 yaitu sebagai berikut:
1. Kulit
Ikan yang terserang penyakit pada kulitnya akan terlihat lebih pucat dan
berendir serta ikan lebih sering menggosok-gosok tubuhnya pada benda-benda
yang ada disekitarnya.
2. Insang
Serangan penyakit pada insang menyebabkan ikan sulit bernapas, tutup
insang mengembang dan warna insang menjadi pucat.
3. Organ dalam
Penyakit yang menyerang organ dalam sering mengakibatkan perut ikan
membengkak dengan sisik yang berdiri. Sering juga dijumpai perut ikan menjadi
kuru. Jika menyerang usus, biasanya akan mengakibatkan peradangan dan jika

menyerang gelembung renang, ikan akan kehilangan keseimbangan pada saat
berenang (Kordi, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Bakteri
Bakteri merupakan organisme uniseluler, berukuran 0,5–1,5x11,0-3,0
mikrometer, tergolong protista prokariot yang dicirikan dengan tidak adanya
membran yang memisahkan inti dengan sitoplasma. Secara umum bakteri
berbentuk bulat, batang dan spiral dengan sifat Gram positif dan Gram negatif
(Suhendi, 2009).

Gambar 3. Bentuk-bentuk Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme dengan struktur intraseluler yang
sederhana, yang mempunyai daerah penyebaran relative luas, sehingga hampir
dapat dijumpai dimana saja. Bakteri mempunyai ukuran relatif lebih besar
daripada virus, yaitu antara 0,3-0,5 mikron. Ciri-ciri bakteri adalah sifatnya yang
dapat tumbuh dan bertambah banyak dalam kelompok, berbentuk rantau atau
benang, memiliki koloni yang berwarna dan berkilau atau tidak, halus atau kasar,
metabolism aerob atau anaerob dan membutuhkan media tertentu untuk
mengkultur disertai dengan menghasilkan asam atau gas. Sifat-sifat ini berguna
untuk mengidentifikasi bakteri, walaupun hasil-hasil pewarnaan juga sangat
bermanfaat (Kordi, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Suriawiria (1985), berdasarkan temperatur dan pH bakteri
dikelompokkan menjadi :
1. Bakteri psikrofil, yaitu golongan bakteri yang dapat tumbuh pada suhu antara
0°C sampai 30°C.
2. Bakteri mesofil, yaitu golongan bakteri yang mempunyai temperatur optimum
pertumbuhan antara 25°C-37°C, minimum 15°C dan maksimum diantara 55°C.
3. Bakteri termofil yaitu golongan bakteri yang dapat tumbuh pada daerah suhu
tinggi, optimum 55°C-60°C, minimum 40°C.
4. Bakteri asidofilik, yaitu golongan bakteri yang dapat tumbuh pada pH 2,0-5,0.
5. Bakteri mesofilik, yaitu golongan bakteri yang dapat tumbuh pada pH diantara
5,5-8,0, dan
6. Bakteri alkafilik, yaitu golongan bakteri yang dapat tumbuh pada pH 8,4-9,5.

Bakteri Potensial Patogen pada Ikan Patin
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.
03/MEN/2010), bakteri-bakteri yang termasuk dalam hama dan penyakit ikan
karantina

adalah

Aeromonas

salmonicida,

Renibacterium

salmoninarum,

Mycobacterium marinum, Mycobacterium chelonei, Mycobacterium fortuitum,
Nocardia

seriolae,

Nocardia

Campachi,

Nocardia.

Asteroides,

Nocardiacrassostreae, Edwardsiella tarda, Edwardsiella ictaluri, Streptococcus
agalactiae, Pasteurella piscicida (Photobacterium damselae subsp. Piscicida),
Yersinia ruckeri, Aerococcus viridans var Homeri, Pseudomonas anguilliseptica
dan Streptococcus iniae. Dari kelompok Bateri golongan HPIK tersebut yang
ditemukan di Indonesia adalah Aeromonas salmonicida, Mycobacterium

Universitas Sumatera Utara

marinum, Mycobacterium chelonei, Mycobacterium fortuitum, Edwardsiella
tarda, Edwardsiella ictaluri, Streptococcus agalactiae, Pasteurella piscicida
(Photobacterium damselae subsp. Piscicida), Yersinia ruckeri, Pseudomonas
enguillaseptica dan Streptococcus iniae.
Bakteri Aeromonas sp berbentuk batang, bersifat gram negatif, motil dan
dapat hidup pada lingkungan aerob maupun anaerob. Motil aeromonads mampu
beradaptasi pada lingkungan dengan berbagai kisaran konduktivitas, kekeruhan,
pH, salinitas, dan suhu yang . Suhu optimum pertumbuhan tergantung pada strain
tertentu, tetapi umumnya berkisar dari 25°C hingga 35°C. Bakteri ini tersebar luas
di lingkungan perairan (Hazen dkk., 1978).
Infeksi bakteri yang disebabkan oleh motil-aeromonas merupakan infeksi
yang umum terjadi dan menjadi penyebab meningkatnya penyakit ikan di kolam.
Stres pada ikan akan meningkatkan kepekaan terhadap infeksi bakteri ini. Infeksi
motil aeromonas telah diketahui selama bertahun-tahun dengan berbagai nama
diantaranya motil aeromonas septikemia (MAS), motil eromonad infeksi (MAI),
hemorrhagi septikemia, red pest (hama merah) dan red sore (penyakit merah).
Infeksi Aeromonas dikenal dengan aeromonads. Aeromonads dianggap sebagai
patogen oportunistik, yang dapat menimbulkan penyakit ketika daya tahan tubuh
ikan di populasi melemah atau sebagai infeksi sekunder yang menyertai penyakit
ikan lainnya. Bebarapa dapat menyebabkan penyakit antara lain Aeromonas
hydrophila, A. sobria, A. caviae dan beberapa jenis Aeromonas sp lainnya (Kordi,
2004).

Universitas Sumatera Utara

Aeromonas salmonicida
Aeromonas salmonicida merupakan patogen opportunistik, yang dapat
menyerang baik ikan air tawar maupun air laut. A. salmonicida merupakan bakteri
berbentuk batang pendek dengan ukuran 1,3-2,0 x 0,8-1,3 μm, tidak motil, bersifat
gram negatif, tidak memiliki endospora dan kapsula. A. salmonicida memiliki
koloni putih berwarna putih, berukuran kecil, dengan bentuk bulat, cembung dan
utuh,

anaerob

fakultatif,

oksidase

positif

dan

memfermentasi

glukosa

(Handayani, 2012).
Aeromonas

salmonicida

merupakan

bakteri

penyebab

penyakit

furuncolosis. Ikan yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala kehilangan
nafsu makan, kulit melepuh, insang terlihat pucat, mata menonjol, terjadi
pendarahan pada kulit dan insang. Pembengkakan biasanya menjadi luka terbuka
berisi nanah, darah dan jaringan yang rusak dipuncak luka tersebut yang
bentuknya seperti kaldera (Kordi, 2004).

Aeromonas caviae
Aeromonas caviae bersifat kurang virulen dibandingkan beberapa jenis
motil Aeromonas yang bersifat patogen lainnya. Namun bakteri ini dapat
menyebabkan terjadinya septicaemia dan kematian jika dalam menfinfeksi dalam
jumlah yang besar (Buller, 2004). A. hydrophila merupakan bakteri agen
penyebab penyakit Bacterial Hemorrhagic Septicemia (BAS) atau Motil
Aeromonas Septicemia (MAS). Aeromonas hydrophila menyebabkan lesio pada
kulit dan pembusukan sirip, haemorrhagic septicaemia, hingga kematian
(Camus, 1998).

Universitas Sumatera Utara

Pada ikan jenis catfish, gejala yang muncul berupa kemerahan dan luka
pada sirip disertai dengan depigmentasi kulit yang tidak beraturan, dengan
berbagai ukuran di seluruh permukaan tubuh. Kulit tubuh menjadi terkelupas,
sehingga otot dapat terlihat. Luka yang terbentuk dapat muncul di superficial atau
meluas ke dalam otot hingga tulang (Handayani, 2012).

Aeromonas sobria
Menurut Austin (2012), A.sobria merupakan bakteri yang menyebabkan
penyakit internal dan eksternal. Infeksi A.sobria ditandai dengan berenang tidak
normal, terdapat haemorrhages (pendarahan) dan terdapat luka pada kulit.
A.sobria merupakan spesies dari Aeromonas spp. yang menyerang ikan air tawar
dan infeksinya juga terdapat pada hati, ginjal dan limfa.

Yersenia spp
Yersinia

adalah

salah

satu

genus

Enterobacteriaceae

yang

mengkontaminasi bahan pangan yang hidup di perairan dan dapat menimbulkan
infeksi pada manusia. Yersinia sp. termasuk bakteri indikator pencemaran
perairan yang kepadatannya meningkat seiring dengan dekatnya jarak dari darat
yang mengandung pencemaran limbah domestik.Yersinia spp. merupakan salah
satu bakteri yang awalnya bukan termasuk patogen, namun pada suatu saat
apabila kondisi lingkungan memungkinkan dapat pula menyebabkan penyakit
(bersifat oportunis) (Dali, 2013).

Universitas Sumatera Utara

Kualitas Air Ikan
Kualitas suatu perairan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
survival dan pertumbuhan makhluk hidup di perairan itu sendiri. Lingkungan
yang baik (hiegienis bagi hewan diperlukan untuk pertumbuhan dan kelangsungan
hidupnya.Pertumbuhan dan kelangsungan hidup hewan atau tumbuhan di suatu
perairan sangat dipengaruhi oleh suhu, kecerahan, pH, DO dan CO2 dan kadar
Ammonia (NH3) dan sebagainya (Minggawati dan Saptono, 2012).
Beberapa parameter kualitas air yang di perlukan untuk pembudidayaan
ikan patin adalah :
1. Suhu
Menurut Sitanggang (2001), kondisi temperatur harus dijaga agar tetap
konstan. Temperatur mempengaruhi aktifitas metabolisme organisme perairan dan
sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan ikan. Suhu adalah
variabel lingkungan penting untuk organisme akuatik karena suhu dapat
mempengaruhi aktivitas makan ikan, metabolisme, gas (oksigen) terlarut dan
proses reproduksi ikan.
2. pH
pH adalah indikasi kalau air bersifat asam, basa (alkali), atau netral.
Semakin tinggi konsentrasi ion Hidrogen maka perairan akan bersifat asam,
sebaliknya jika konsentrasi ion Hidrogen semakin rendah maka perairan akan
bersifat asam. Derajat keasaman air akan mempengaruhi tingkat kesuburan
perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan
menjadi kurang produktif dan dapat membunuh ikan, Selain itu juga
menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen terlarut sehingga konsumsi

Universitas Sumatera Utara

oksigen menurun, aktivitas pernafasan naik dan selera makan akan berkurang. Hal
sebaliknya terjadi pada suasana basa (Kordi 2004).
3. Oksigen Terlarut
Kandungan DO diperoleh akibat difusi gas oksigen dari udara ke dalam air
pada saat bergerak atau oleh angin yang berhembus di permukaan,serta hasil
fotosintesa. Oksigen sangat di butuhkan dalam proses fisika,kimia,biologi pada
suatu ekosistem perairan yang berlangsung secara berantai, sehingga minimnya
kandungan oksigen dalam perairan akan menghambat berbagai aktivitas dalam
perairan tersebut, titik krisis pada perairan terjadi pada kisaran 3-5 mg/l.
Kandungan oksigen (O2) digunakan oleh ikan untuk pernapasan. Oksigen yang
diserap akan digunakan untuk aktivitas tubuh seperti bergerak, bertumbuh dan
berkembang biak sehingga tidak boleh kekurangan agar aktivitas terus
berlangsung. Kandungan oksigen (O2) optimum 5-6 ppm (Susanto, 2009).
4. Kecerahan
Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan kedalam air dan
dinyatakan dengan persen, dari beberapa panjang gelombang di daerah spectrum
yang terlihat cahaya yang melalui cahaya yang melalui lapisan sekitar satu meter,
jatuh agak lurus pada permukaan air. Dengan mengetahui kecerahan suatu
perairan, kita dapat mengetahui sampai di mana masih ada kemungkinan terjadi
proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh, yang agak
keruh, dan paling keruh. Air yang tidak terlampau keruh dan tidak pula jernih baik
untuk kehidupan ikan (Kordi, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Bakteri Kitinolitik dalam Menghambat Pertumbuhan Curvularia sp. Penyebab Penyakit Bercak Daun pada Tanaman Mentimun

0 78 54

Pemanfaatan Bakteri Kitinolitik Dalam Menghambat Pertumbuhan Curvularia sp. Penyebab Penyakit Bercak Daun Pada Tanaman Mentimun

1 51 54

Kemampuan Parasitasi Tetrastichus sp. (Hymenoptera: Eulophidae) Pada Beberapa Pupa Penggerek Batang Tebu Di Laboratorium.

8 130 48

Keragaman Bakteri Pada Ekosistem Mangrove Berdasarkan Salinitas Air Laut. (Study Kasus : Pantai Gudang Garam, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara)

6 74 34

Jenis-Jenis Bakteri Potensial Patogen pada Ikan Patin (Pangasius sp) di Kolam Budidaya Ikan Air Tawar Kota Beling Tanah Air Kecamatan Tanjung Anom Provinsi Sumatera Utara

0 0 13

Jenis-Jenis Bakteri Potensial Patogen pada Ikan Patin (Pangasius sp) di Kolam Budidaya Ikan Air Tawar Kota Beling Tanah Air Kecamatan Tanjung Anom Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Jenis-Jenis Bakteri Potensial Patogen pada Ikan Patin (Pangasius sp) di Kolam Budidaya Ikan Air Tawar Kota Beling Tanah Air Kecamatan Tanjung Anom Provinsi Sumatera Utara

0 0 6

Jenis-Jenis Bakteri Potensial Patogen pada Ikan Patin (Pangasius sp) di Kolam Budidaya Ikan Air Tawar Kota Beling Tanah Air Kecamatan Tanjung Anom Provinsi Sumatera Utara Chapter III V

0 1 28

Jenis-Jenis Bakteri Potensial Patogen pada Ikan Patin (Pangasius sp) di Kolam Budidaya Ikan Air Tawar Kota Beling Tanah Air Kecamatan Tanjung Anom Provinsi Sumatera Utara

0 0 3

Jenis-Jenis Bakteri Potensial Patogen pada Ikan Patin (Pangasius sp) di Kolam Budidaya Ikan Air Tawar Kota Beling Tanah Air Kecamatan Tanjung Anom Provinsi Sumatera Utara

0 0 33